Pengerukan
Pengerukan
1.
PENDAHULUAN
3. Untuk melengkapi fasilitas yang dibangun di sepanjang tepi laut atau tepi
pantai, misalnya Pelabuhan, atau Dermaga khusus, Lapangan terbang dan lain
sebagainya.
4. Pembuatan daerah buangan hasil material kerukan yang terkontaminasi
menjadi pulau-pulau khusus yang hanya dihuni habitat hewan dan tumbuhan.
Bagaimana prinsip urutan pekerjaan pengerukan?
1. Memecah struktur tanah
2. Mengangkut material secara Vertical
3. Mengangkut material secara horizontal
4. Membuang material khasil kerukan.
2.
menentukan/memilih peralatan yang akan dipakai dan sesuai untuk suatu proyek.
Pada pekerjaan reklamasi disamping Pemilihan peralatan yang sesuai, maka
metode dumping material, kualitas material dan metode perbaikan tanahnya
merupakan faktor yang menentukan biaya reklamasi.
Sedang pada pekerjaan pengerukan murni, pemilihan peralatan yang benar
menentukan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, penghematan biaya, dan dapat
mencapai batas toleransi kesalahan pengerukan yang disyaratkan.
Dewasa ini, tersedia berbagai jenis alat keruk dalam variasi kombinasi yang luas
untuk disesuaikan terhadap kebutuhan dan optimasi operasional.
Dari berbagai jenis dan kombinasi assesoris yang ada saat ini, secara garis besar
dapat diklasifikasikan dalam 3 type dredger, yaitu :
Mechanical dredgers (mekanis)
Hydraulical dredgers (hydraulis)
Kombinasi mekanik-hydraulic dredgers (kombinasi)
Gambar 1., menunjukkan diagram jenis-jenis kapal keruk (dredgers) yang
termasuk dalam masing-masing kategori tersebut.
Diluar jenis-jenis kapal tersebut masih banyak lagi, tetapi sebenarnya dapat
tetap diklasifikasi dalam jenis-jenis tersebut, hanya asesori atau pelengkapnya saja
yang ditambah-kurangi.
Peralatan tambahan penting untuk pengerukan adalah SURVEY BOAT yaitu
kapal untuk "hydrographic survey". Kapal ini dibutuhkan agar akurasi hasil kerukan
dapat dimonitor dalam waktu sesingkatnya setelah suatu area selesai dikeruk.
Pada peralatan keruk modern sebagian besar dilengkapi peralatan pemetaan dan
positioning
yang
menyatu
pada
ruang
kemudi,
peralatan
positioningnya
MECHANICAL
HYDRAULIC
MECHANICAL
HYDRAULIC
GRAB/CLAMSHELL/DRA
GLINE
PLAIN SUCTION
CUTTER - HEAD
BUCKET - LADER
DUSTPAN
BUCKET - WHEEL
BACKHOE
WATER INJECTION
TRAILING HOPPER
DIPPER
Lumpur
Lempung
Pasir
Pasir
Kerikil
Kerikil
% isi grab
Variasi
40 - 80
halus
20 - 50
kasar
60 - 90
( kecil )
70 - 100
( besar )
20 - 30
bebanbucketx3600
cycletime( sekon)
Sebutan Bucket dredger digunakan diseluruh dunia kecuali USA, sedang Ladder
dredger digunakan di USA.
Alat ini bekerja berdasar 'bucket' yang diikat pada rantai dan ditarik atau
dikerek keatas melalui semacam tangga ( ladder ) dengan ujung atas berupa
penggulung (=tumbler ). Selanjutnya isi bucket tertuang pada saat posisi-posisi
bucket terbalik, dan pada keadaan kosong bucket turun menggantung kembali lagi
ke bawah. Di ujung bawah juga terdapat tumbler dengan sisi-sisi datar ( biasanya
6). Ladder ini berada dalam celukan yang biasa disebut 'Well' (=sumur) dari kapal
yang berbentuk U.
Cara Kerja
Kedalaman pengerukan dapat diatur dengan menaikturunkan penyangga (=gantry).
Untuk gerak kekiri atau kanan dan maju mundur dikendalikan dengan komposisi 6
tali angker yang dapat digulung atau diulur sesuai arah pergeseran yang
diinginkan.
Produksi
Kapasitas satu bucket rata-rata 0,8 m 3, maximum 1,2 m3 . Kecepatan rantai
bervariasi antara 8 sampai 30 bucket per menit, bergantung jenis tanah yang
dikeruk.
Koreksi harus diberikan dengan faktor = 0,30 - 0,45.
Catatan : Faktor koreksi berasal dari :
f swing = faktor untuk waktu swing = 0,7
f fill = isi bucket tidak penuh = 0,6 - 0,8
f anchor = delay untuk mengganti / memindah angker = 0,70,8
f total = 0.7 x ( 0.6 0,8 ) x ( 0,7 0,8 )
= 0,30 0,45
Jadi, misal kapasitas bucket 0,8 m3, kecepatan rantai 25 bucket / menit, produksi
teoritis 1200 m3 / jam. Produksi Realistis = 400 - 500 m 3/jam untuk tanah baik.
Efficiency harus diterapkan untuk menghitung kapasitas dalam jangka lebih
panjang yaitu 60 sampai dengan 70 %. Jadi kapasitas produksi secara garis besar :
40000 m3 / minggu Untuk tanah baik sampai lempung
9
10
11
2.4. DIPPER
Merupakan alat keruk dengan bucket penggali bekerja ke arah depan,
berlawanan dengan backhoe dan alat ini lebih dulu diperkenalkan, serta
merupakan perbaikan dari Bucket dredger khususnya dalam menghadapi jenis
tanah batuan (rock), lihat Gambar 6.
Pinggir depan dari bucket dipper terdapat gigi untuk memperkuat daya pukul
dan gali. Pada titik-titik tertentu sepanjang gigi, terutama berguna pada tanah
keras. Kekuatan menggali tersebut berpangkal pada lengan, dan kerasnya gaya
untuk menancapkan dapat menyebabkan barge oleng atau terangkat, untuk itu
diperlukan spud atau jangkar. Bucket sering digunakan juga untuk tumpuan
melangkah ke depan. Pada Dipper dredger ini konsentrasi kegiatan adalah dalam
memecah tanah atau batuan. Bila batuan cukup keras seluruh badan kapal dapat
ditumpukan diatas lengan dipper sedemikian hingga kekuatan untuk menembus
batuan bertambah, hal ini dilakukan dengan melepas spud pole lalu menggunakan
lengan untuk mengangkat kapal.
Bucket memiliki engsel untuk menumpahkan isinya ke dalam Barge, bukaan pintu
buangan dikendalikan oleh kabel yang digerakkan dari ruangan operator. Volume
bucket mencapai 15 - 20 m3, sehingga dapat mengangkat / memindahkan batuan
besar dimana seringkali untuk itu ditambahkan kran / crane pembantu.
Alat ini cocok untuk batuan berat, misal pengerukan hasil peledakan batuan laut
atau pemindahan bangunan bawah air, untuk alat keruk lain sering jadi masalah.
Cycletime : 60 sampai 90 detik, dengan siklus berikut : menggali, mengangkat
bucket, mengayun, membuang, mengayun kembali, menurunkan bucket.
Pada saat panjang pencapaian optimal / maximal, ponton berpindah dengan
mengangkat spud. Kedalaman jangkauan dan lebar kerukan sangat bervariasi,
umumnya jauh lebih lebar dan dalam daripada back hoe, untuk itu, diperlukan
spesifikasi alat.
12
13
2.5.
PLAIN SUCTION
Dredger yang cocok untuk pasir, dengan total volume besar dan lokasi yang
dalam.
Saat ini suction dredger ini sudah dikembangkan untuk dapat beroperasi mengeruk
pada kedalaman 30 m sampai 85 m di bawah muka air, dikenal juga sebagai deep
dredger.
Untuk itu juga dikembangkan ukuran-ukuran kapal yang besar, tenaga besar, dan
adanya sistem pompa hisap bawah air.
Bagaimana alat ini bekerja ?
Proses pengadukan ( disintegrasi ) tanah berlangsung dalam kesetimbangan
lereng tanah, setelah tanah keruh lalu dihisap. Batas keruntuhan lereng terjadi
bergantung parameter tanah yakni ukuran butiran, density, permeabilitas, dsb.
Pada gambar :
a. tampak garis runtuhan lereng pengerukan saat posisi pipa masih dangkal
dengan jarak pendek / dekat permukaan dasar laut.
b. tampak garis runtuhan berbentuk silindris dan garis runtuhan kritis terbentuk
dimana pasir mulai bercampur air dan longsor, hal ini akan berlangsung meluas /
melebar dan pengenceran pasir terbentuk terus dapat mencapai slope 1 10 1
30 ( bergantung ukuran butiran ). Tepian ini jarak longsornya makin melebar /
jauh bergantung posisi pusat hisapan dan makin dalam sesuai garis keruntuhan
lereng.
Pencampuran pasir dengan air secara kebetulan menguntungkan karena pompa
tidak bisa menghisap material yang pekat, densitas mencapai 1600 sampai 1900
kg/m3. Untuk menjaga hal itu, pompa harus ditempatkan beberapa sentimeter
diatas arus ' campuran pasir + air '. Dibutuhkan operator yang ahli untuk bisa
mendapat pasir sebanyak-banyaknya, dan hal ini memang sulit.
Kapasitas produksi alat bergantung kekuatan pompa, dan kedalaman keruk
14
15
2.6.
Dustpan
2.7.
18
19
20
21
24
25
26
ba
aa
ea
ca
27
3.
sebagai berikut:
a. Memecah struktur tanah
b. Transport arah Vertikal
c. Transport arah Horizontal
d. Pembuangan
a. Memecah struktur tanah
Agar dapat melakukan pekerjaan secara baik, perlu mengenal kondisi lapisan
tanah. Untuk kebutuhan pengerukan, tanah diklasifikasikan secara Internasional
sehingga seragam, berdasar klasifikasi tanah dari PIANC report No. 47, secara
garis besar adalah seperti berikut:
Tabel 9-1
Jenis Batuan
Boulders
Cobbles
Gravel
Sand
Silt
Clay
Disamping tolok ukur diatas, juga perlu diketahui karakteristik lainnya diantaranya:
Kadar air (insitu), bentuk butiran dan kekerasannya, densitas butiran (
porositas, plastisitas dari lanau dan lempung, Kadar organisnya, campuran airbutiran pada cairan non-Newtonian. Sedang untuk batuan (rocks) ditest berdasar
kemampuan tekannya menggunakan test Unconfined compressive strength (UCS).
Ukuran butiran ditest menggunakan analisa ayakan, pada partikel kecil umumnya
menggunakan test hydrometri dengan mengukur kecepatan jatuh partikel didalam
air berdasarkan hukum Stokes dan Bilangan Reynolds.
Kadar air dan porositas serta berat jenis berhubungan satu sama lain, disebabkan
tanah granular terdiri dari campuran butiran, udara dan air.
Untuk keperluan
memudahkan menentukan total volume tanah yang akan terangkut dalam Barge
atau tanah jadi yang mengering di areal reklamasi.
Cara perhitungannya, misal Berat Jenis Tanah Asli = 2650 kg/cm 3, dan porositas
(n) = 40 %, maka BJK tanah = (0,6 * 2650) = 1590 kg/cm 3 .
Jadi BJK tanah ditentuka oleh Bulking Factor (B):
B = Vk/Vt = ta / kt= (Wc Gs + 100)/ (Wi Gs + 100)
Vk = Volume tanah kering
Vt = Volume asli tanah
ta = Berat jenis kering tanah asli
tk = Berat jenis tanah kering
Wc = Kadar air tanah setelah terbuang/kering
Wi = Kadar air tanah asli
Gs = Specific gravity dari tanah.
Selanjutnya, BJK tanah ini yang akan selalu digunakan untuk perhitungan volume
kerukan.
Pengambilan sample tanah dari dasar laut dilakukan dengan mengebor tanah dan
test SPT, Test CPT juga dapat
dipakai.
d=
Deformasi
Tanah yang terlepas dari kondisi aslinya akan mengalami perubahan volume,
disebabkan perubahan kekompakan tanah. Makin rapat kondisi kekompakan tanah
pada waktu terpendam dibawah, akan makin keras tanahnya. Bila tekanan yang
terjadi dibawah dilepas/ berkurang, tidak menyebabkan tanah menjadi kendur atau
tidak kompak. Sedang bila tekanan dinaikkan kembali ke kondisi semula, tanah
menjadi keras. Bila tekanannya dinaikkan melebihi dari tekanan tanah asli akan
dengan mudah melembek/mengendur kekompakkannya.
29
Deformasi juga dapat terjadi akibat pengaruh tegangan geser. Jika butiran
terikat/terbungkus dalam keadaan padat, maka butiran harus terlepas dulu satu
sama lain sebelum terjadi sliding. Sedang kalau butirannya terikat secara kendur
akan dengan mudah mengalami sliding. Pada tanah padat yang jenuh/saturated,
berarti air harus masuk pada bidang longsornya. k tanah yang permeabilitasnya
rendah maka tekanan yang terjadi di bidang longsor
tekanan hydrostatis atau tekanan
tekanan efektif dan tegangan geser yang lebih besar. Efek ini disebut DILATANSI,
dimana banyak terjadi pada proses pengerukan.
STABILITAS LERENG
Perhitungan kestabilan lereng dapat digunakan theori dari Fellenius dan Bishop
PENGHISAPAN
Bila Plain Suction yang digunakan untuk menghisap, maka tanah dipindahkan dari
keadaan aslinya saat pipa hisap menunjam masuk ke lapisan dibawahnya. Material
akan mengalami longsor sampai stabilitas lereng tercapai. Bila produksi harus
dilanjutkan, pipa harus didorong kedepan agar ketidakstabilan berlanjut dan
menghasilkan material yang terhisap kedalam pipa. Dalam banyak kasus, sliding
menyebabkan dilatansi yang artinya pasir didepan pipa mengalami tekanan rendah
(underpressure) dan menjadi sekeras beton. Sedikit demi sedikit bila air
telah
melewati pori, maka tekanan pompa akan menurun sedikit demi sedikit dan pipa
dapat maju. Jadi kecepatan kerja dibatasi oleh kemampuan maju dari biba yang
merupakan fungsi dari permeabilitas. Cara
hunjaman ujung pipa ke dalam tanah. Karena itu plain suction dredger biasa
bekerja pada kedalaman 60 - 70 m.
MENYEMPROTKAN AIR (JETS)
Dengan kekuatannya air mampu memecah gumpalan tanah, lalu dibawa
pergi
arus. Air akan bercampur dengan tanah secara otomatis. Bila akan dihisap area
yang dapat dihisap amat terbatas, sehingga cara ini tidak banyak dipakai lagi. Alat
jenis penyemprot air adalah jenis Dustpan dan WID.
KEKUATAN MEKANIS
30
dihitung sbb:
F h * vc
Fh
E = ----------------- = ---------hi * b * v c
hi * b
Bila tidak ada cavitasi E = Egc = c1 * w * g * vc * hi * e/km
Bila ada cavitasi E = Eca = d1 * w * g * (z + 10)
c1 , d 1 = koefisien
vc
hi
= kedalaman potongan
= pengembangan volume
km
= permeabilitas efektif
31
Bila diperhatikan keseimbangan kolom air dalam pipa hisap, dapat terjadi oleh dua
gaya yaitu gaya keatas dan gaya kebawah.
Gaya ke atas terjadi akibat pengaruh :
- Tekanan pada mulut pipa hisap : Zs * w
- Hisapan dari pompa : p* * w
Sedang gaya ke bawah dipengaruhi :
- Berat cairan dalam pipa hisap : (Zs - Zp ) * m
- Friksi dan hydraulic losses yang lain : (f * U 2 / 2g) * m
Keseimbangan terjadi bila :
U2
(p* + Zs) * w = (Zs - Zp + f ----- ) m
2g
Kemampuan maksimum dari vakum p* menghisap sebesar 7,5 mwc. Rumusan
diatas umumnya digunakan untuk mencari kecepatan optimum cairan dalam pipa
atau U yang juga merupakan kecepatan penghisapan dan baru dapat diperoleh
dengan cara coba-coba.
C. Transport arah Horizontal
Peralatan yang digunakan untuk transport arah horizontal adalah Pipa dan Barge
(tongkang).
PIPA
Transport material dalam pipa mengikuti teori Aliran dalam pipa tertutup dan
Transport sedimen dalam pipa tertutup.
Aliran dalam pipa tertutup, perilakunya mengikuti rumusan berikut :
L
U2
Hv = ---- ----D
2g
Htotal
i 1
2g
2
LU
D2 g
Hstatic
= 800 kg
= 318 kg
33
Total
Dibulatkan
----------------------= 1198 kg
1200 kg
Berarti Bulk Concentration20 % lebih besar berat jenis Air, atau kandungan tanah
hanya 20 % dengan w = 1200 kg/m3( terbukti).
Dengan teknologi yang berkembang saat ini berbagai material bisa dihisap. Bila
konsentrasi clay atau silt yang terpompa adalah
viskositas (kekentalan cairan) sehingga teori aliran turbulen biasa tidak berlaku.
Bila dipompakan pasir halus dimana kecepatan mengendapnya jauh lebih kecil
dibanding kecepatan aliran, dalam hal ini sebesar 0,02 m/s. Maka kecepatan aliran
cukup sebesar 4 m/s (lebih dari 100 kalinya) untuk bisa mengalirkan butir pasir
halus berdiameter 0,06 sampai 0,15 mm tanpa ada yang mengendap di dasar pipa.
Untuk Pasir kasar, kecepatan pengendapannya (fall velocity) mencapai 0,2 m/s
atau hanya sekitas 1/20 dari kecepatan aliran. Sehingga pada material diatas
ukuran 2 mm akan mengendap pada dasar pipa, sedang butiran ukuran 0,15
sampai 2 mm akan melayang agak lambat dalam pipa.
Berdasar kondisi ini bisa diperkirakan bahwa pasir kasar yang mengendap dalam
pipa sedikit demi sedikit akan menyebabkan pipa tersumbat. Atau bila akan
menggelontorkan endapan pasir tersebut, kecepatan aliran harus ditingkatkan
mencapai kecepatan maksimum pipa atau disebut juga kecepatan kritis ( U crit).
Besar Ucrit diperoleh dari test laboratorium, dimana U crit mencapai sebesar 4,3 m/s
untuk pasir diamter 0,2 mm.
Pengaruh dari memperbesar kecepatan aliran ini adalah pada penggerusan bagian
dalam pipa. Pipa mengalami keadaan seperti diamplas pasir akibat kecepatan pasir
dan terus menerusnya kejadian tersebut.
Disamping itu kehilangan energi dalam pipa juga makin besar (Hv) akibat
meningkatnya hambatan pada pipa oleh pasir.
Pengaruh pasir terjadi juga pada perilaku pompa yang mengalami penurunan daya
angkatnya menjadi H sebesar H m/w.
Sekarang ini sudah tersedia kurva untuk berbagai ukuran pipa terhadap berbagai
kecepatan dan variasi berat jenis campuran, dan ada juga kurva pompa dikoreksi
terhadap kekuatan putaran dan pengaruh campuran.
34
POMPA, dapat bekerja berdasar teori pompa centrifugal dari EULER yaitu:
M
Maksudnya
d ( mv * r )
dt
md ( v * r )
dt
35