Anda di halaman 1dari 16

ETIKA PROFESI SEORANG INSINYUR

MAKALAH
ETIKA PROFESI SEORANG
INSINYUR

DISUSUN OLEH :

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai bagaimana menjadi seorang engineer yang
mempunyai karakter yang baik dengan judul Etika Profesi Seorang Insinyur. Adapun makalah ini
kami buat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah MPKT-A.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang
lulusan pendidikan tinggi sains-teknologi (engineering). Seorang lulusan pendidikan tinggi sainsteknologi diharapkan kelak mampu bersikap dan bertindak selaku seorang profesional yang dituntut
untuk bertanggung-jawab dan selalu terikat dengan kode etik profesinya serta memiliki wawasan dan
kepekaan terhadap masalah-masalah sosial-kemasyarakatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun
tata letak atau desain. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yangbersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Di kesempatan kali ini juga kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rasyid Sartuni
S.S., M.Hum. atas bimbingannya dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata, kami mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Depok, 20 Februari 2015

Penyusun

ABSTRAK

Insinyur adalah profesi yang memainkan peran penting dalam proses pembangunan, khususnya
dalam pembangunan teknologi industri dan informasi. Sebagai profesi yang memiliki tanggung jawab
besar untuk kepentingan umat manusia, penerapan ilmu dan keahlian insinyur sepatutnya dilaksanakan
dengan mengindahkan norma-norma, budaya, adat istiadat, moral dan etika yang berlaku secara
universal. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan pemahaman dan pengertian etika, profesi dan
etika profesional dalam segala macam masalah dan relevansinya terhadap penerapan keterampilan dan
keahlian dalam praktek rekayasa.Oleh karena itu insinyur dituntut untuk melaksanakan tanggung jawab
profesi serta kode etik profesional insinyur. Sehingga insinyur diharapkan dapat melakukan
perencanaan, desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan produk, proses, dan sistem kerja yang
spesifik secara efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien dalam rangka memenuhi kepentingan dan
membangun moral umat manusia untuk menjadi pribadi yang baik.
Kata Kunci: Kode etik profesi insinyur; Pengertian etika dan profesi; Tanggung jawab profesi.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini masyarakat dituntut untuk menguasai pendidikan tentang sains dan
teknologi, agar mampu menerima dan mengikuti arah perkembangan sains dan teknologi yang melaju
begitu cepat, dan disisi lain harus pula menghasilkan lulusan yang berdaya-saing tinggi yang memenuhi
tuntutan persyaratan maupun standard kompetensi kerja internasional. Mengacu pada ABETEngineering Criteria 2000 nampak bahwa lulusan perguruan tinggi sains-teknologi (engineering)

tidak saja harus menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dan kepakaran di bidang keteknikan
saja, tetapi juga harus memiliki 11 (sebelas) kriteria profil mutu yang dipergunakan untuk mengukur
kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh para lulusan Perguruan Tinggi Teknik berupa wawasan,
kemampuan serta pemahaman baik yang berkaitan dengan dasar-dasar ilmu keteknikan seperti
matematika, fisika maupun basic engineering sciences dan juga yang berdimensi diluar lingkup bidang
ilmu keteknikan yang berbasis pada perilaku intelektual. Salah satunya menyebutkan bahwa lulusan
sarjana teknik haruslah memiliki pemahaman terhadap tanggung jawab dan etika professional.
Kemampuan dasar yang menjadi acuan standar untuk menentukan kompetensi/kualifikasi lulusan
(insinyur) menurut ABET-Engineering Criteria 2000 seperti tersebut diatas saat ini sudah
disosialisasikan, diterapkan dan dikembangkan di Amerika Serikat. Dari apa-apa yang telah
diformulasikan dapat ditarik kesimpulan bahwasanya lulusan pendidikan tinggi sains-teknologi
diharapkan nantinya tidak saja memiliki kemampuan akademis dan profesi keteknikan (insinyur) yang
baik, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap masalah-masalah sosial-kemasyarakatan.
Begitu juga seorang lulusan pendidikan tinggi sains-teknologi diharapkan kelak mampu bersikap dan
bertindak selaku seorang profesional yang juga dituntut untuk bertanggung-jawab dan selalu terikat
dengan kode etik profesinya.
Sebagai seorang profesional, maka insinyur harus mampu mempertahankan idealisme yang
menyatakan bahwa keahlian profesi yang dikuasainya bukanlah sebuah komoditas yang hendak
diperjual-belikan sekedar untuk memperoleh nafkah ataupun keuntungan, melainkan sebuah kebajikan
yang hendak diabadikan demi dan semata untuk kesejahteraan umat manusia. Seorang insinyur harus
memahami benar makna profesionalisme kalau ingin dikatakan sebagai seorang profesional. Dalam hal
ini profesionalisme didefinisikan sebagai suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatankegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian tinggi dan berdasarkan rasa
keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap
memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya kehidupan
(Wignjosoebroto, 1999). Hal ini perlu ditekankan benar untuk membedakannya dengan kerja biasa
(occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/atau kekayaan materiil-duniawi. Kalau
toh didalam pengamalan profesi yang dilakukan ternyata diperoleh semacam imbalan maupun
penghargaan berupa honorarium, maka hal itu haruslah dipandang sebagai sekedar bentuk tanda
kehormatan (honour) demi tegaknya kehormatan profesi yang dimilikinya. Tanda kehormatan berupa
honorarium ini jelas akan berbeda nilainya dengan upah atau gaji yang hanya pantas diterima oleh
seorang pekerja upahan biasa. Sebagai anggota kelompok sosial berkeahlian, seorang insinyur harus

memiliki kebanggaan profesi dan berkewajiban untuk menerapkan kode etik profesi untuk menjaga
martabat, kehormatan, dan/atau itikad-itikad etis pada saat mengamalkan keahlian serta kepakaran
profesinya demi dan semata untuk the benefit of mankind.
Teknologi ataupun ilmu keteknikan (engineering) secara umum dapat dipahami sebagai ilmu
terapan (applied science) atau penerapan dari prinsip-prinsip keilmuan dasar (mathematical and natural
sciences) melalui penggunaan model dan teknologi (hardware maupun software) untuk berbagai
macam kebutuhan yang bermanfaat bagi manusia. Kajian terhadap apa-apa yang dihasilkan oleh
kepakaran tukang insinyur ini haruslah mampu memberikan jawaban dan rekomendasi terhadap dua
pertanyaan yang menyangkut :
1.

Apakah proses penemuan dan pengembangan karya keinsinyuran tersebut sudah mengindahkan nilai
nilai (moral dan norma) kemanusiaan ataukah justru mengabaikannya?

2.

Penerapan hasil karya keinsinyuran tersebut sebenarnya untuk apa, untuk siapa, dan bagaimana cara
pengoperasian dan penanggulangan terhadap kemungkinan terjadinya dampak (negatif) yang
ditimbulkannya?
Banyak hal-hal yang akan memicu kontroversi pada saat sebuah karya keinsinyuran sedang
dicoba maupun pada saat ingin diaplikasikan. Contohnya ketika seorang insinyur kimia merancang
sebuah pabrik atau produk dan memasarkannya ternyata memberikan dampak negatif bagi masyarakat
seperti menimbulkan kematian manusia, polusi, bahkan kerusakan lingkungan. apakah permasalahan
yang kemudian muncul tidak akan tidak akan menjadi persoalan pelanggaran etika yang kemudian
menjadi bahan perdebatan yang berlarut-larut ?

B. Tujuan
Sesuai dengan kenyataan yang melatar belakangi, resume ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengertian Insinyur, Etika, Etika Profesi dan profesionalisme insinyur.
2. Untuk mengetahui profesi dan profesionalisme seorang insinyur
3. Untuk mengetahui bagaimana seorang insinyur membentuk karakter yang baik
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah arti Insinyur, Etika, Etika Profesi, dan profesionalisme Insinyur?
2. Bagaimanakah menjadi Insinyur yang professional?
3. Bagaimana seorang insinyur bersikap dalam pembentukan karakter yang baik/bekerja dengan karakter
yang baik?

BAB II
ISI
2.1. Interpretasi
2.1.1. Pengertian Insinyur

Insinyur adalah sebuah profesi yang memegang peran penting dalam proses pembangunan
ekonomi, khususnya didalam mengembangkan infrastruktur teknologi dalam era industrialisasi maupun
informasi. Profesi ini dianggap penting karena banyak terkait dengan aktivitas perekayasaan yang
dilandasi oleh sebuah filosofi dengan tujuan the benefit of mankind. Sebagai seorang profesional
dibidangnya, maka seorang insinyur harus memiliki kompetensi dan latar belakang profesi
keinsinyuran yang diperolehnya melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus,
disamping itu pula harus memiliki semangat pengabdian didalam melaksanakan suatu kegiatan atas
dasar panggilan profesi.
Mengacu pada pengertian dan pemahaman mengenai profesi, sikap profesional, dan profesionalisme,
maka nampak jelas kalau ruang lingkup aktivitas rekayasa keinsinyuran yang dilakukan oleh profesi
insinyur per definisi bisa disejajarkan dengan kegiatan keprofesian yang lain seperti dokter, pengacara,
guru dan sebagainya. Profesionalisme keinsinyuran akan dapat ditunjukkan melalui penerapan keahlian
khusus seperti yang telah dirancang dalam kurikulum pendidikan ilmu keteknikan yang ditopang kuat
oleh ilmu matematika, fisika, kimia dan pengetahuan dasar keteknikan lainnya untuk melakukan
perencanaan, perancangan, konstruksi, operasi maupun perawatan produk, proses, maupun sistem kerja
tertentu secara efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien guna memberikan kemaslahatan manusia.
Didalam penerapan kepakaran dan keahliannya, seorang insinyur akan terlibat dalam berbagai macam
aktivitas yang tidak lepas dari konflik kepentingan yang akhirnya bisa menggoyahkan nilai-nilai
idealisme dan tujuan mulia for the benefit of mankind yang telah dirumuskannya. Sebagai sebuah
profesi yang memiliki tanggung jawab besar bagi kemaslahatan umat manusia, penerapan kepakaran
dan keahlian insinyur sudah sepatutnya untuk selalu mengindahkan norma, budaya, adat, moral dan

etika yang berlaku universal. Seperti halnya dengan profesi-profesi lainnya, profesi insinyur sudah
saatnya untuk menata-dirinya didalam sebuah wadah organisasi profesi dan sekaligus menerapkan
norma-norma etika profesi seperti yang tertuang dalam kode etik profesi untuk menjaga martabat,
kehormatan dan itikad etis yang harus ditaati oleh mereka yang akan menerapkan keahlian serta
kepakarannya

2.1.2. Pengertian Etika dan Kode Etik


Kata etik atau etika berasal dari kata ethos yang berarti karakter, watak, kesusilaan atau adat.
Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki individu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut para ahli etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas
dan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam
atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan
pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang diterima
oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk
dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi
agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada
umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.

2.1.3. Pengertian Etika Profesi


Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional. Kode
etik memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun
sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik
profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa
yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan
tidak boleh dilakukan oleh seorang professional.

Tujuan kode etik profesi :


a.

Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

b.

Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

c.

Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

d.

Untuk meningkatkan mutu profesi.

e.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

f.

Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

g.

Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

h.

Menentukan baku standarnya sendiri.

Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :


1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan
profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang.

2.1.3.1. Undang-undang yang Mengatur tentang Profesi Insinyur di Indonesia.


Di Indonesia, undang-undang tentang profesi keinsinyuran sudah diatur didalam UU Negara
Republik Indonesia nomor 11 tahun 2014 tentang keinsinyuran. Undang-undang tersebut terdiri dari
pasal 1 sampai dengan pasal 56. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan bahwa setiap orang dalam mengembangkan dirinya memerlukan pendidikan dan
manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan umum tersebut, salah
satunya dapat dicapai dengan tersedianya sumber daya manusia yang andal dan profesional yang
mampu melakukan rekayasa teknik guna meningkatkan nilai tambah, daya saing, daya guna, efisiensi
dan efektivitas anggaran, perlindungan publik, kemajuan ilmu dan teknologi, serta pencapaian
kebudayaan dan peradaban bangsa yang tinggi. Sumber daya manusia yang mampu melakukan
rekayasa teknik masih tersebar dalam berbagai profesi dan kelembagaan masing-masing, belum
mempunyai standar keahlian, kemampuan, dan kompetensi Insinyur.
Insinyur sebagai salah satu komponen utama yang melakukan layanan jasa rekayasa teknik
harus memiliki kompetensi untuk melakukan pekerjaan secara profesional sehingga kegiatan yang
dilakukannya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan dirinya. Hasil karya Insinyur harus

dapat dipertanggungjawabkan, baik secara moril-materiil maupun di muka hukum sehingga layanan
jasa di bidang Keinsinyuran memiliki kepastian hukum, memberikan pelindungan bagi Insinyur dan
pengguna, serta dilakukan secara profesional, bertanggung jawab, dan menjunjung tinggi etika profesi.
Unsur penting dalam Praktik Keinsinyuran adalah sikap, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
keterampilan teknik yang dimiliki, yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Pengetahuan yang
dimiliki Insinyur harus terus-menerus dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan industri. Perangkat keilmuan yang dimiliki seorang
Insinyur mempunyai karakteristik yang khas yang terlihat dari kemampuan untuk melakukan upaya
rekayasa teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lingkungan serta menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi yang ada.
Pengaturan Praktik Keinsinyuran dilakukan untuk memberikan landasan dan kepastian hukum
serta pelindungan kepada Pengguna Keinsinyuran dan Pemanfaat Keinsinyuran. Pengaturan Praktik
Keinsinyuran

dimaksudkan

juga

untuk

memberikan

arah

pertumbuhan

dan

peningkatan

profesionalisme Insinyur, meletakkan Keinsinyuran Indonesia pada peran dalam pembangunan


nasional, serta menjamin terwujudnya penyelenggaraan Keinsinyuran Indonesia yang baik. Oleh karena
itu, Praktik Keinsinyuran perlu diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan guna memberikan
kepastian dan pelindungan hukum kepada Insinyur, Pengguna Keinsinyuran, dan Pemanfaat
Keinsinyuran. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan keselamatan kerja, keberlanjutan
lingkungan, dan keunggulan hasil rekayasa, untuk meningkatkan kualitas hidup, serta kesejahteraan
Insinyur dan masyarakat. Lingkup pengaturan Undang-Undang tentang Keinsinyuran adalah cakupan
Keinsinyuran, standar Keinsinyuran, Program Profesi Insinyur, Registrasi Insinyur, Insinyur Asing,
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, hak dan kewajiban, kelembagaan Insinyur, organisasi
profesi Insinyur, dan pembinaan Keinsinyuran. Undang-Undang ini mengatur bahwa Keinsinyuran
mencakup disiplin teknik Keinsinyuran dan bidang Keinsinyuran. Sementara itu, untuk menjamin mutu
kompetensi dan profesionalitas layanan profesi Insinyur, dikembangkan standar profesi Keinsinyuran
yang terdiri atas standar layanan Insinyur, standar kompetensi Insinyur, dan standar Program Profesi
Insinyur.
2.1.4. Pengertian professionalisme dan Professional
2.1.4.1. Profesionalisme
Profesionalisme adalah suatu kemampuan yang dianggap berbeda dalam menjalankan suatu
pekerjaan. Profesionalisme dapat diartikan juga dengan suatu keahlian dalam penanganan suatu
masalah atau pekerjaan dengan hasil yang maksimal dikarenakan telah menguasai bidang yang
dijalankan tersebut.

2.1.4.2. Ciri-ciri profesionalisme


a) Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan
tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.
b) Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka di dalam
membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
c)

Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan

lingkungan yang terbentang di hadapannya.


d)

Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak

dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan
perkembangan pribadinya.
Sedangkan Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional
adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian.

2.2. ANALISIS
2.2.1 PERMASALAHAN ETIKA PROFESI
Profesi meupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan yang
dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu
dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian yang diperoleh dari pendidikan
kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu pekerjaan dapat disebut profesi. Berkaitan dengan
bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan
masyarakat atau terhadap konsumen. Dengan kata lain orientasi utama profesi adalah untuk
kepentingan masyarakat. Akan tetapi, sering dijumpai penyalahgunaan profesi yang dilakukan oleh
beberapa orang. misalnya pada kasus kejahatan teknisi computer yang berhasil mengcopy program
komersial atau berhasil mmbobol dokumen penting dari sebuah instansi secara illegal. Atas
prmasalahan tersebut, sebagai seorang profesional perlu memahami etika profesi serta kode etik
profesi.
2.2.2. Permasalahan Tanggung Jawab Moral Dan Sosial Profesi Insinyur
Pada era globalisasi ini, keinginan untuk memecahkan persoalan-persoalan kehidupan manusia

dan kebutuhan akan penemuan-penemuan yang mampu memberikan manfaat merupakan kekuatan
pendorong menuju ke pengembangan teknologi modern. Namun, yang patut untuk disadari
bahwasanya sebuah temuan teknologi seringkali justru tidak hanya memberikan solusi positif terhadap
persoalan yang dihadapi, melainkan juga akan memberikan permasalahan baru bagi keseimbangan
alam dan kehidupan manusi. Karena banyak berkaitan dengan kehidupan manusia itulah, maka
teknologi seringkali dipertimbangkan sebagai faktor penentu yang juga dominan didalam proses
perubahan sosial.
Revolusi industri yang terjadi saat ini banyak membawa perubahan didalam banyak hal. Awal
perubahan

yang

paling

menyolok

adalah

dalam

hal

diketemukannya

rancang

bangun

(rekayasa/engineering) berupa mesin uap sebagai sumber energi, sehingga manusia tidak lagi
tergantung pada energi otot ataupun energi alam. Hal lain yang patut dicatat adalah diterapkannya
rekayasa tentang tata cara kerja (methods engineering) untuk meningkatkan produktivitas kerja yang
lebih efektif-efisien dengan menganalisa kerja sistem manusia dan mesin sebagai sebuah sistem
produksi yang terintegrasi.
Dalam hal ini penerapan teknologi, sains serta ilmu-ilmu keteknikan (engineering) tidak harus
selalu terlibat dalam masalah-masalah yang terkait dengan perancangan perangkat keras (hardware)
berupa teknologi produk maupun teknologi proses, akan tetapi juga ikut bertanggungjawab dalam
persoalan-persoalan yang berkembang dalam perancangan perangkat teknologi lainnya (software,
organoware dan brainware), maupun bertanggung-jawab terhadap segala macam dampak (lingkungan,
sosial, dll) yang ditimbulkan sebagai akibat pengembangan teknologi yang tidak hanya memberikan
manfaat positif, melainkan juga memberikan berbagai macam resiko negatif yang merusak lingkungan
(Vesilind, 1998).
Untuk mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan kompleks tersebut, maka
didalam penyusunan kurikulum pendidikan tinggi sains-teknologi seharusnya tidak lagi semata hanya
memperhatikan arah perkembangan ilmu dan keahlian teknis (engineering), melainkan juga harus
dilengkapi dan diserasikan dengan ilmu-ilmu lain yang memberikan wawasan maupun keterampilan
(skill) yang berhubungan dengan persoalan manusia, organisasi & manajemen industri, lingkungan
serta persoalan-persoalan praktis yang dihadapi oleh industri dalam aktivitas rutin-nya sehari-hari.
Pendidikan tinggi sains-teknologi tidak hanya diharapkan mampu menghasilkan lulusan dalam
jumlah yang dibutuhkan, akan tetapi juga harus mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas global,
profesional dan memenuhi syarat-syarat kompetensi bekerja yang dituntut oleh pasar tenaga kerja.
Tantangan global menghadapkan dunia pendidikan tinggi sains-teknologi agar mampu mengikuti dan
menangkap arah perkembangan sains-teknologi yang melaju begitu cepat, dan disisi lain harus pula

menghasilkan lulusan yang berdaya-saing tinggi dan memenuhi tuntutan persyaratan maupun standard
kompetensi kerja internasional.
Mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000 nampak bahwa lulusan perguruan tinggi
sains-teknologi (engineering), tidak saja harus menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian di bidang
keteknikan saja, tetapi juga harus memiliki 11 (sebelas) kriteria profil mutu yang dipergunakan untuk
mengukur kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh para lulusan Perguruan Tinggi Teknik berupa
wawasan,

pemahaman

serta

kemampuan

baik

yang

berkaitan

dengan

dasar-dasar

ilmu

keteknikan/engineering seperti matematika, fisika maupun basic engineering sciences dan juga yang
berdimensi diluar lingkup bidang ilmu keteknikan yang berbasis pada attitude dan perilaku intelektual.
Salah satunya menyebutkan bahwa lulusan (alumni) haruslah memiliki pemahaman terhadap tanggung
jawab dan etika profesional.
Permasalahan menjadi menarik pada saat Persatuan Insinyur Indonesia [2000] melakukan
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesenjangan mutu dan
relevansi Sarjana Teknik (termasuk juga dalam hal ini Sarjana Pertanian) di Industri, dimana diperoleh
hasil yang menunjukkan adanya 6 (enam) kesenjangan yang cukup signifikan antara harapan serta
persepsi masyarakat industri dan bisnis dengan kompetensi lulusan Perguruan Tinggi Teknik yang
memerlukan prioritas untuk diperhatikan dan dicarikan solusi konkretnya, yaitu :
1. kemampuan untuk berperan/berfungsi dalam tim kerja multi disiplin.
2. kemampuan mengidentifikasikan, memformulasikan, dan memecah-kan masalah-masalah engineering.
3. kemampuan berkomunikasi dengan efektif.
4. kesadaran akan kebutuhan untuk memenuhinya dalam proses belajar sepanjang hayat
5. pemahaman terhadap tanggung jawab dan etika profesional.
6. kemampuan merancang suatu sistem, komponen, proses dan metode untuk memenuhi kebutuhan yang
diinginkan.
Dari data tersebut, maka dapat terlihat bahwa keseluruhan kesenjangan yang terjadi mayoritas
disebabkan pada lemahnya attitude dan perilaku intelektual daripada kemampuan teknis/engineering.
Kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil studi adalah diperlukannya pembenahan konsep, kurikulum
serta strategi proses pembelajaran untuk membentuk attitude berpikir dan perilaku intelektual sedini
mungkin (Tim Studi Pokja Program Profesi Insinyur-PII, 2000).

2.3. SINTESIS
2.3.1. Etika Profesi Seorang Insinyur
Insinyur merupakan seseorang yang professional dibidang keteknikan. Agar etika profesi tidak

dirusak olah beberapa pihak, maka diperlukan sarana untuk mengatur profesi sebagai seorang
professional dibidangnya berupa kode etik profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari
kode etik profesi tersebut, diantaranya:
1.

Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui
suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh dilakukan

2.

Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga
dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para
pelaksana di lapangan keja (kalanggan social).

3.

Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu
instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau
perusahaan.
Tanggung jawab profesi yang lebih spesifik seorang professional diantaranya:

1.

Mencapai kualitas yang tinggi dan efektifitas baik dalam proses maupun produk hasil kerja
profesional.

2. Menjaga kompetensi sebagai profesional.


3. Mengetahui dan menghormati adanya hukum yang berhubungan dengan kerja yang profesional.
4. Menghormati perjanjian, persetujuan, dan menunjukkan tanggung jawab.
Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai seorang insinyur yang disebut
kode etik insinyur Indonesia dalam catur karsa sapta dharma insinyur Indonesia. Dalam kode etik
insinyur terdapat prinsip-prinsip dasar yaitu:
1. Mengutamakan keluhuran budi.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia.
3.

Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya.

4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional keinsinyuran


Tuntutan sikap yang harus dijalankan oleh seorang insinyur yang menjunjung tinggi kode etik
seorang insinyur yang professional yaitu:

1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan Masyarakat.


2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.
3. Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab
tugasnya.
5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing.
6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi.
7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Insinyur adalah sebuah profesi yang penting didalam pelaksanaan pembangunan industri
nasional, karena banyak berhubungan dengan aktivitas perancangan maupun perekayasaan yang
ditujukan semata dan demi kemanfaatan bagi manusia. Dengan mengacu pada pengertian dan
pemahaman mengenai profesi, (paham) profesionalisme dan (sikap) professional, maka nampak jelas
kalau ruang lingkup keinsinyuran dapat disejajarkan dengan profesi- profesi yang lain seperti dokter,
pengacara, psikolog, aristek dan sebagainya. Sering kita jumpai didalam proses penerapan kepakaran
dan keahliannya, seorang insinyur (seperti contoh insinyur teknik industri) sering terlibat dalam
berbagai aktivitas bisnis yang harus dilaksanakan dengan prinsip-prinsip komersial dan mengarah
untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun demikian, sebagai sebuah profesi yang
memiliki idealisme dan tanggung jawab besar bagi kemaslahatan manusia, maka didalam penerapan
kepakaran dan keahlian insinyur tersebut haruslah tetap mengindahkan norma, budaya, adat, moral dan
etika yang berlaku.
Seperti halnya dengan profesi-profesi lainnya (yang terlebih dahulu sudah menerapkan normanorma keprofesiannya), sudah saatnya profesi insinyur memperbaiki dirinya dalam sebuah wadah
profesi sekaligus menerapkan norma-norma etika profesi, seperti yang tertuang dalam kode etik profesi
untuk menjaga martabat, kehormatan, atau itikad-itikad etis yang harus ditaati oleh mereka yang akan
menerapkan keahlian dan kepakarannya. Untuk itu perlu diusulkan agar didalam kurikulum pendidikan
tinggi teknologi --- terserah apakah diberikan dalam sebuah mata kuliah khusus (etika profesi) ataukah
disinggung subtansinya didalam mata kuliah yang sudah ada (konsep teknologi, penghantar teknik
industri, atau lainnya) --- perlu diberikan pengertian dan pemahaman mengenai etika, profesi dan etika
profesi dengan segala macam permasalahan serta relevansinya (studi kasus) berkenaan dengan

penerapan keahlian dan kepakaran dalam praktek-praktek bisnis dan/atau rekayasa keinsinyuran.
B. SARAN
Demikianlah laporan sederhana ini kami buat. Namun demikian, kami sebagai penyusun
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf apabila masih banyak
ditemui kesalahan, itu datangnya dari kealpaan kami. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami
harapkan dari pembaca semua.

DAFTAR PUSTAKA
Bennett, F. Lawrence. The Management of Engineering: Human, Quality, Organizational, Legal, and Ethical
Aspects of Professional Practice. New York: John Wiley & Sons, Inc., 1996.
Fleddermann, Charles B. Engineering Ethics. Upper Saddle River, NJ. : Prentice Hall Engineering Source,
1999.

Whitbeck, Caroline. Ethics in Engineering Practice and Research. Cambridge : Cambridge University Press,
1998.
Wignjosoebroto, Soetandyo. Profesi, Profesionalisme dan Etika Profesi. Makalah disajikan dalam diskusi
tentang profesionalisme hukum (notariat) di Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 1999.
Wignjosoebroto, Sritomo. Etika Profesional: Pengamalan dan Permasalahan. Makalah disampaikan dalam
acara diskusi Perspektif Pembangunan Daya saing Global Tenaga Kerja Profesional, Badan Kejuruan
Mesin Persatuan Insinyur Indonesia, tanggal 1 Desember 1999 di Jakarta.
Wignjosoebroto, Sritomo. Manusia, Sains-Teknologi dan Etika Profesi. Makalah disampaikan dalam acara
Semiloka Nasional Peningkatan Peran Studi Sosial dan Humaniora di Perguruan Tinggi Teknologi,
Jurusan MKU-MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada tanggal 6 Nopember 2000 di Kampus
ITS-Surabaya.
Wignjosoebroto, Sritomo. Business & Professional Ethics. Modul Pelatihan Program Profesi Insinyur, Persatuan
Insinyur Indonesia (PII), 2000.

Anda mungkin juga menyukai