Anda di halaman 1dari 42

Laporan

KERJA PRAKTIK KEINSINYURAN

DI PT. INTAN SARANA TEKNIK


KECAMATAN MABURAI - KABUPATEN TABALONG KALIMANTAN
SELATAN

Disusun oleh:

Fransius Sahat Parsaulian


19/453837/TK/50001

TUGAS KHUSUS :
PENGELOLAAN LIMBAH LUMPUR DENGAN METODE GEOTUBE ®
DEWATERING SYSTEM

PROGRAM STUDI PROGRAM PROFESI INSINYUR FAKULTAS


TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
November, 2020
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN KERJA PRAKTIK DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini Saya menyatakan bahwa laporan kerja praktik berjudul Pengelolaan
Limbah Lumpur Dengan Mengunakan Metode Geotube® Dewatering di PT. Intan
Sarana Teknik adalah benar karya Saya dengan arahan dari Dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari laporan yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.

Dengan ini Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada Universitas
Gajah Mada

Jakarta, November 2020

Fransius Sahat Parsaulian


19/453837/TK/50001

i
RINGKASAN
Fransius S Parsaulian. Pengelolaan Limbah Lumpur Dengan Mengunakan
Metode Geotube® Dewatering di PT. Intan Sarana Teknik. Dibimbing oleh Ir.
Anastasia Dewi Titisari, M.T., Ph.D., IPU. Dan Ir. Dwinarno W. Jatmiko,
ST.,MM., IPM.,ASEAN Eng.
Geotube® Dewatering System® adalah system yang dibuat dari hasil rekayasa
yang dirancang khusus untuk penahan, pengeringan lumpur dan sedimen dengan
kadar air tinggi. Geotube® Dewatering System memiliki karakteristik kekuatan,
filtrasi, dan penyimpanan unik yang dirancang untuk menampung dan
mengeringkan banyak jenis lumpur dan sedimen, termasuk didalamnya bahan atau
limbah yang terkontaminasi dan berbahaya.

Secara umum berfungsi untuk sebagai penahan material padat halus di dalam
wadah, sementara membiarkan air. Saat air dikeluarkan, material terus dipadatkan
dan terkonsolidasi.  Setelah material terkonsolidasi penuh atau cukup, beberapa
pilihan tersedia untuk mengelola material yang telah di pompakan kedalam
kantong Geotube® tersebut.

Penelitian dilakukan di PT. Intan Sarana Teknik, sebuah perusahaan regional


yang didirikan pada tahun 2012 di Jakarta, sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang jasa solusi pompa, penyedotan, dan pengolahan air yang terdiri dari tim
senior dan profesional muda dengan pengalaman yang luas di bidangnya. Hasil
dari kerja praktik ini menunjukkan bahwa Pengelolaan Limbah Lumpur dengan
Mengunakan Metode Geotube® Dewatering adalah sebuah alternatif baru dalam
solusi pengelolan limbah di Indonesi dan menunjukkan bahwa dengan tata Kelola
limbah lumpur yang tepat dapat meningkatkan produktifitass kegiatan
pertambangan dan effisiensi cost dalam mengelola limbah lumpur. Kinerja dari
kantong Geotube® ini dapat disebutkan efisien dan tepat guna melihat dari sisi
area yang dimanfatkan dan mampu mengatasi dengan waktu yang cepat sejumlah
volume limbah lumpur.
Kata Kunci: Geotube®, Limbah Lumpur, Dewatering System, Pompa.
Lumpur.

ii
KERJA PRAKTIK KEINSINYURAN
DI PT. INTAN SARANA TEKNIK
KECAMATAN MABURAI - KABUPATEN TABALONG KALIMANTAN
SELATAN

TUGAS KHUSUS :
PENGELOLAAN LIMBAH LUMPUR DENGAN METODE GEOTUBE ®
DEWATERING SYSTEM

Disusun Oleh :
Fransius Sahat Parsaulian
19/453837/TK/50001

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Ir. Anastasia Dewi Titisari, Ir. Dwinarno W. Jatmiko,


M.T., Ph.D., IPU. ST.,MM., IPM.,ASEAN Eng.

NIP :
196601231994032001

Tanggal Ujian Kerja Praktik : 19 November 2020


Tanggal Lulus :

Mengetahui,
Ketua Program Studi Program Profesi Insinyur
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Prof. Ir. Suryo Purwono, M.A.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng


NIP 196111191986011001

PRAKATA

iii
Segala Puji ke hadirat Tuhan YME atas rahmat dan nikmatnya sehingga penulisan
laporan praktik keinsinyuran yang berjudul “Pengelolaan Limbah Lumpur Dengan
Mengunakan Metode Geotube® Dewatering di PT. Intan Sarana Teknik” dapat
diselesaikan. Laporan ini diajukan sebagai bagian dari tugas praktik keinsinyuran
untuk mencapai gelar Insinyur Profesinal.
Dalam penyelesaian laporan kerja praktik ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Ir. Subagyo, Ph.D., IPM., ASEAN Eng.
2. Ir. Jarot Setyowiyoto, M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.
3. Ir. Intan Supraba, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng.
4. Ir. Moh. Fahrurrozi, M.Sc., Ph.D., IPU
5. Prof. Ir. Suryo Purwono, M.A.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng.
6. Prof. Dr. Ir. Harwin Saptoadi, M.SE., IPM
7. Dr. Ir. Muh. Fauzie Siswanto, M.Sc., IPM., ASEAN Eng.
8. Ir. Djurdjani, M.S.P., M.Eng., Ph.D., IPM
9. Prof. Dr. Ir. Sunjoto, Dip. HE., DEA., IPU., ASEAN Eng
10. Dr. Ir.Sarto, M.Sc., IPU.
11. Ir. Rini Dharmastiti, M.Sc., Ph.D., IPM
12. Ir. Fransisco Danang Wijaya, S.T., M.T., D.Eng., IPM
13. Ir. Anastasia Dewi Titisari, M.T., Ph.D., IPU
14. Ir. Dwinarno Wahyu Jatmiko, ST.,MM.,IPM.,ASEAN Eng.
15. PT. Intan Sarana Teknik
16. Jajaran manajemen dan staf PT. Intan Sarana Teknik yang telah
mendukung dan memberikan kemudahan selama pengambilan data.
Penulis berharap laporan ini dapat menjadi acuan laporan selanjutnya. khususnya
bagi institusi pendidikan dan perusahaan.
Jakarta, November 2020

Fransius Sahat Parsaulian


19/453837/TK/50001
DAFTAR ISI

iv
Halaman

Lembar Pengesahan............................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi..............................................................................................................iv
Daftar Gambar.....................................................................................................iv
Daftar Tabel........................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan..............................................................................................1
Bab II Geotube....................................................................................................5
Bab III Metode Penelitian....................................................................................9
Bab IV Hasil dan Pembahasan............................................................................10
Bab V Kesimpulan dan Saran..............................................................................10
Bab VI Daftar Pustaka.........................................................................................13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Indeks Daerah Penelitian.........................................................4


Gambar 2.1. Proses Dewatering mengunakan kantong Geotube®.....................5
Gambar 2.2. Langkah-langkah proses Teknologi dewatering Geotube..............6
Gambar 2.3. Tiga unsur utama dalam proses Geotube Dewatering System.......8
Gambar 3.1. Bagan Alur Metode Penelitian.......................................................9

DAFTAR TABEL
Rencana Kerja Praktek Keinsinyuran.................................................................12

v
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan industri pertambangan yang dahulu dan sampai sekarang
menjadi primadona di beberapa daerah di Indonesia merupakan salah satu pilar
pembangunan ekonomi nasional. Kegiatan pertambangan dimulai dengan kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan sampai puluhan tahun, hal tersebut
menyebabkan kegiatan pertambangan adalah industri yang padat dan berbeda
dengan industri - industri lainnya (kompasiana, 2013). Akan tetapi tentunya
kegiatan tersebut memiliki dampak lain dimana proses dari kegiatan
pertambangan dapat menghasilkan limbah, yang mana menjadi tanggung jawab
perusahaan didalam pengendalian limbah tersebut agar tidak terjadi pencemaran
lingkungan. Guna tercapainya keselarasan lingkungan hidup pemerintah memiliki
peran penting didalam mengawasi dan mengendalikan lingkungan dimana setiap
penghasil limbah B3 wajib melakukan pengelolaan yang dihasilkannya sesuai
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 101 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Limbah B3. Pengelolaan limbah B3 meliputi kegiatan
pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan, dan/atau penimbunan limbah B3 (jdih.menlhk.co.id, 2020).

Menurut Karmana (2007), limbah merupakan sisa atau sampah dari suatu
proses kegiatan atau aktivitas manusia yang bisa menjadi bahan polutan di suatu
lingkungan. Dengan kata lain limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari
suatu proses produksi baik industri maupun domestik baik berupa lumpur atau
material lain yang tidak memiliki nilai ekonomis tertentu. Lumpur adalah
campuran cair atau semicair antara air dan tanah. "Lumpur" terjadi saat tanah
basah. Secara geologis, lumpur ialah campuran air dan partikel endapan lumpur
dan tanah liat atau material yang lain (wikipedia.org, 2017).
3

Pengolahan limbah lumpur perlu dilakukan untuk menghilangkan


kandungan zat pengotor baik organik maupun anorganik yang terkandung dalam
larutan limbah lumpur itu. Hasil pengolahan tersebut menyebabkan perpindahan
konsentrasi dari kandungan zat pengotor yang terpisah dengan air sehingga air
bisa terpisahkan dari zat atau partikel pengotor dan dapat dikembalikan kepada
sungai atau dimanfaatkan untuk kegiatan lain.

Pengelolaan lumpur yang tepat selama pembuangan memegang kunci


keberhasilan operasi pengolahan air limbah (Vigneswaran, 2019)

PT.Intan Sarana Teknik adalah sebuah perusahaan regional yang didirikan


pada tahun 2012 di Jakarta, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa solusi
pompa, penyedotan, dan pengolahan air yang terdiri dari tim senior dan
profesional muda dengan pengalaman yang luas di bidangnya. PT. INTAN
SARANA TEKNIK mendapatkan reputasi terkemuka sebagai perusahaan
berbasis layanan penyedotan dan pengolahan air.

PT.Intan Sarana Teknik telah berpengalaman 8 tahun melakukan Geotube


Dewatering, Pumps, dan Slurry Handling di industri pertambangan, minyak dan
gas, dan lain-lain.
Berkaitan dengan permasalahan limbah lumpur, PT. Intan Sarana Teknik
dituntut mampu untuk melakukan pengelolaan limbah lumpur yang terdapat di
PT. Adaro Indonesia dengan mengunakan Geotube® Dewatering System.
Geotube® Dewatering System merupakan salah satu alternatif dalam solusi
pengolahan limbah cair, khususnya limbah cair akibat dari sebuah kegiatan
produksi. Kantong Geotube® ini dapat menampung sejumlah besar volume yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan sebuah kolam atau settling pond yang
biasa digunakan dalam pengelolaan limbah lumpur. Untuk itu, diperlukan
strategi pengembangan tata kelelo pengelolaan limbah lumpur yang tepat sasaran
guna mensupport dan meningkatkan kinerja dari produktivitas kegiatan produksi
pertambangan. Metode pengelolalan limbah yang unggul dan kompetitif akan
berguna untuktercapainya kinerja perusahaan yang baik.
Pencapaian tujuan tersebut harus ditempuh melalui suatu proses tahapan
4

yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pengelolaan dan pemeliharaan


dengan mengunakan metode yang baik dan benar. Dalam hal ini, pengembangan
teknologi – teknologi baru merupakan suatu proses yang diuatamakan. Dengan
meningkatan usaha dalam pengengelola limbah lumpur, limbah lumpur dapat
dikendalikan dan tidakakan menjadi penganggu bagi lingkungan maupun
ekosistem sekitar.

1.2 Perumusan Permasalahan


Limbah Lumpur yang berasal dari aktivitas pertambangan dengan jumlah volume
yang masif harus dikelola dengan baik. Jika hal tersebut hanya dikelola dengan
metode konvensional, dirasakan oleh kurang tepat dalam mengelola dalam jumlah
banyak dengan debit yang cukup cepat, oleh karena itu diperlukan sebuah
teknologi yang dapat mengendalikan limbah lumpur dengan hasil yang cepat dan
ramah lingkungan.

Dari kegiatan penambangan PT. Adaro Indonesia, jumlah lumpur limbah


yang di hasilkan adalah kurang lebih 4.000.000. m 3 /Tahun. Selain dari kegiatan
tambang, adanya gerusan longsor pada lereng (bench) yang berupa material
materil lunak juga ikut tertransport ke dalam wadah utama (Pond) mengalami
sedimentasi menjadi lumpur / air limbah.

Untuk menghadapi hal tersebut pengelolaan kualitas air limbah yang


dilakukan adalah dengan menggunakan 19 kolam pengendapan (settling Pond)
yang dibangun di wilayah operasional. Selain hal tersebut, metode – metode lain
seperti dredge pumps, trucks and shovels juga dilakukan untuk mengakomodir
jumlah lumpur / air limbah setiap tahunnya.

Dalam kegiatan industi pertambangan tentu saja perkembangan teknologi


tidak dapat dihindari dan dipungkiri. Teknologi selalu terbarukan demi meraih
efisiensi produksi dengan memperhatikan aspek-aspek yang terkait. Dalam
kegiatan pertambangan ini khususnya pengelolan limbah lumpur sebuah teknologi
baru telah dikenalkan kepada industri tambang Indonesia. Teknologi tersebut
adalah Pengelolaan limbah lumpur dengan metode “Geotube® Dewatering System
5

“. PT. Intan Sarana Teknik dalam hal ini diberi kesempatan untuk membantu
mengatasi masalah air limbah / lumpur yang berada di PT. Adaro Indoneisia.

Berdasarkan permasalahan yang ada PT Adaro Indonesia memberikan


kesempatan kepada PT Intan Saran Teknik untuk mengelola sebagian besar
limbah lumpur yang ada, maka dalam kerja praktek ini dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana pengelolaan air limbah (lumpur) dari kegiatan proses


tambang agar efektif dan ramah lingkungan, dalam hal ini
menggunakan metode Geotube® Dewatering Sistem?

1.3 Tujuan Praktik Keinsinyuran


Tujuan praktik keinsinyuran adalah untuk :

1. Mengelola air limbah / lumpur dari proses kegiatan tambang dengan


mengunakan metode Geotube® Dewatering System.

1.4 Manfaat Praktik Keinsinyuran


Manfaat yang diharapkan dari praktik ini adalah:
1. Bagi PT. Adaro Indonesia, perusahaan terkemuka ini akan menjadi pionir
dalam system management pengelolaan limbah lingkungan yang
mengunakan metode Geotube® Dewatering System. Hal tersebut
menunjukan seberapa besar usaha dan Tindakan yang dilakukan dalam
mengelola pasca tambang.
2. Bagi PT. Intan Sarana Teknik, perusahaan ini akan memperoleh hasil
evaluasi dan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja dalam
mengembangkan produktivitas karyawan / produksi / system dengan
merancang strategi secara tepat yang sesuai dengan tuntutan strategi
perusahaan.
3. Bagi institusi pendidikan, hasil praktik keinsinyuran ini dapat menjadi
referensi mengenai strategi dalam mengelola limbah cair berupa lumpur
6

dan bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan yang dapat dibagikan kepada


mahasiswa dalam pengembangan wawasan menjadi rujukan penelitian
selanjutnya.
4. Bagi penulis, sebagai bahan pembelajaran dan peningkatan kemampuan
analisis terhadap pengeolaan limbah lumpur dengan mengunakan
Geotube® Dewatering System.

1.5 Letak Luas dan Kesampaian Daerah


Lokasi penelitian berada di area proyek PT. Intan Sarana Teknik yang
termasuk kedalam PKP2B PT. ADARO Indonesia Tbk, yang secara
administratif berada di Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan.
Dengan jarak 205,7 km dari Bandara Internasional Syamsudin Noor, Banjarbaru.
Perjalanan lewat darat dapat ditempuh menggunakan roda dua atau roda empat.
Perjalanan dengan roda empat kurang lebih selama 6 jam perjalanan.
7

Gambar 1. Peta Pulau Kalimantan

Lokasi Praktik Keinsinyuran

Gambar 2. Peta Indeks Daerah Penelitian


8

1.6 Tinjauan Pustaka


Menurut Vigneswaran, 2019 lumpur limbah merupakan hasil dari pengolahan
air limbah untuk menghilangkan kandungan zat pengotor baik organic maupun
anorganik yang ada dalam larutannya. Hasil pengolahan tersebut menyebabkan
perpindahan konsentrasi dari kandungan zat pemgotor ke dalam volume dari
larutan disebut lumpur.
Menurut Spinosa et al, 2005 karakteristik lumpur sangat bervariasi bergantung
pada air limbah, terutama pada jenis limbah industri yang dibuang ke sistem
pembuangan kotoran.Tiga kategori utama lumpur limbah sebagai berikut :
1. Lumpur Primer Lumpur primer berasal dari pengolahan mekanis dan
proses awal. Secara umum, kaya akan bahan organik yang mudah terurai
secara hayati, memiliki kandungan yang tinggi potensi produksi biogas
jika dirawat dalam proses pencernaan anaerob, dan, biasanya memiliki
daya tahan air yang baik. Pengolahan primer terdiri dari unit pengendapan
gravitasi untuk menghilangkan padatan yang dapat diendapkan dan
pengumpulan sisa bahan apung, seperti minyak dan buih, yang diproduksi
dalam jumlah kecil. Lumpur ini, diproduksi di primer lumpur industry dan
settling tank, dikenal sebagai primary sludge. Memiliki bau yang kuat dan
mengandung organisme patogen.
2. Lumpur Sekunder Setelah pengolahan primer, air limbah masih memiliki
kandungan organik tinggi yang dapat terbiodegradasi hal ini harus
dikurangi untuk menghindari 4 mencemari waterbody. Penghilangan
bahan organik biodegradable, yang dinyatakan dalam Biochemical
Oxygen Demand (BOD) atau Biodegradable Chemical Oxygen Demand
(bCOD), adalah tujuannya Pengoalahn sekunder. Metode pengolahan
sekunder yang paling populer adalah proses lumpur aktif. Lumpur
Sekunder mengandung 99% air, yang sebagian adalah air terikat dengan
cara kimia dan fisik ke area permukaan yang disediakan oleh partikel flok.
Ini kaya Volatile Solids (VS), sehingga membuatnya sulit untuk
dikeringkan. Lumpur sekunder tidak mengandung konsentrasi patogen
yang ditemukan pada lumpur primer.
9

3. Lumpur Tersier atau Kimiawi Lumpur tersier atau kimiawi terbentuk


selama pembuangan nutrisi kimia atau tersier atau pengolahan lanjutan
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas efluen. Sistem pengolahan
ini, seperti koagulasi dan flokulasi diikuti oleh sedimentasi atau, lebih
sering dengan penyaringan, umumnya menghasilkan padatan yang tidak
boleh dikelola dengan jenis lumpur lainnya. Langkah terakhir dalam
pengolahan air limbah biasanya desinfeksi dengan klorin atau, dengan
radiasi ultraviolet ini tidak membutuhkan lumpur apa pun.
Untuk dapat mengelola lumpur secara efektif dan tepat, maka perlu
mengetahui karakteristik lumpur tersebut. Karakteristik lumpur tergantung pada
sumber lumpur dan jenis industri penghasil air limbah serta sistem pengolahan
IPAL
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 memuat daftar dari berbagai jenis
industri yang menghasilkan lumpur IPAL yang dianggap sebagai Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3). Berdasarkan bentuk dan wujudnya, limbah
dibedakan menjadi tiga yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Limbah
cair yaitu limbah yang mempunyai cari, dapat larut dalam air, serta mudah
berpindah tempat. Limbah padat ialah limbah yang berbentuk padat, bersifat
kering, serta tidak mempunyai pindah dengan sendirinya kecuali dipindahkan.
Limbah udara adalah limbah yang mempunyai wujud gas, senantiasa bergerak,
dan berupa asap.

1.7 Peneliti Terdahulu


Berikut ini adalah kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dengan praktik
yang akan dilakukan oleh penulis :

[1] TW Yee, CP Ng. 2012. The Case History of the Transformation of Waste
Water Storage into an Environmentally Friendly Recreational Lake.
[2] Norhisam Omar, CP Ng & TW Yee. 2014 . Lagoon Cleanout Aeration
using Geotube® Dewatering Technology for Beach Project 2 Sewage
Treatment Plant KUALA LUMPUR, MALAYSIA
10

[3] TW Yee, CP Ng, Norhisam Omar, Danny Ooi, Rani Mohd Nor. 2012.
Geotube® Containment and Dewatering of Industrial Waste at Titanium
Dioxide Plants in Asia
[4] Lawson, CR 2006. Geotextile containment for hydraulic and
environmental engineering. Proceedings of the Eighth International
Conference on Geosynthetics. Yokohama, Japan.
[5] TenCate (2009). Teknologi Pengeringan Geotube® Memberikan Solusi
Sempurna Untuk Pengolahan Limbah, Buletin Berita TenCate Geotube®,
AS, Buletin G2009-01, tersedia di www.geotube.com.
BAB II
GEOTUBE

2.1 Geotube® Dewatering System


Geotube® Dewatering System® adalah system yang dibuat dari hasil
rekayasa yang dirancang khusus untuk penahan, pengeringan lumpur dan sedimen
dengan kadar air tinggi. Geotube® Dewatering System memiliki karakteristik
kekuatan, filtrasi, dan penyimpanan unik yang dirancang untuk menampung dan
mengeringkan banyak jenis lumpur dan sedimen, termasuk didalamnya bahan atau
limbah yang terkontaminasi dan berbahaya. Gambar 1 menunjukkan unit
Geotube® dalam operasi.

Gambar 3. Proses Dewatering mengunakan kantong Geotube®

Dewatering yang efektif ini terbuat dari bahan tekstil khusus yaitu geotekstil
berbahan dasar polypropilene. Bahan geotekstil tersebut direkayasa sedemikian
rupa membentuk wadah yang terlihat seperti tabung. Secara umum berfungsi
untuk sebagai penahan material padat halus di dalam wadah, sementara
membiarkan air keluar melalui pori-pori yang dimiliki oleh kantong Geotekstil
tersebut.

Saat air dikeluarkan, material terus dipadatkan dan terkonsolidasi. Kantong


Geotube® dewatering dibuat menggunakan teknik jahitan dengan kuat tarik dan
kualitas tinggi menjadi wadah tabung, bentuk tubular, kantong atau bentuk lain

9
10

dengan port pengisian. Ukuran kantong dapat disesuaikan guna menghemat


penggunaan lahan yang ideal dan untuk kondisi area yang luasnya terbatas. 
Kantong Geotube® dewatering dibuat untuk mengoptimalkan tingkat
penyimpanan (retensi) material padat, laju pelepasan dan kualitas limbah padat
sehingga menjadikannya solusi yang sangat efisien dan ramah lingkungan untuk
berbagai aplikasi dewatering lumpur.

2.2 Cara kerja Teknologi Dewatering Geotube®


Tiga langkah proses dari Teknologi Dewatering Geotube® (tencategeo.asia,
2014) bebagai berikut :

Filling ( Pengisian )
Lumpur (Slurry) dipompa ke dalam
kantong Geotube® dan ditambahkan
dengan polimer yang aman secara
lingkungan dalam 1 alur pipa yang
befungsi sebagai pemisah bagian padat
dan bagian cair. Padatan saling mengikat
(membentuk Flok) dan air menjadi
terpisah.

Dewatering ( Pelepasan air )


Air jernih terpisahkan, dikeluarkan, dan
dengan mudah mengalir keluar dari
kantong Geotube® melalui pori-pori
kecil geotextile. Proses ini menghasilkan
pengeringan yang efektif dan lebih dari
99% padatan tertahan didalamnya.
Kualitas air yang jernih mungkin dapat
dikumpulkan / dikembalikan kedalam
arus alami atau bahkan kembali
disirkulasikan melalui sistem tanpa
memerlukan perawatan tambahan
11

Consolidation ( Padatan Terkumpul)


Setelah siklus akhir pengisian dan
dewatering, air mengalir keluar hingga
material yang tertahan terus
terkonsolidasi dengan pengeringan.
Kekeringan yang dicapai dengan
metode Geotube®, jika dibandingkan
dengan metode pengeringan alternatif
lainnya, jauh lebih tinggi.
Gambar 4. Langkah-langkah proses Teknologi Dewatering Geotube

2.2.1. Langkah Pertama : Filling / Pengisian


Pada tahap pengisian ini, Kantong Geotube® menerima air limbah lumpur
yang masuk sebagai influent dengan debit tertentu dalam aliran pipa / flathose
tertutup dibantu oleh pompa kapal keruk sebagi pendorong. Limbah lumpur berisi
campuran air,tanah dan mineral sisa ataupun partikel kecil yang merupakan hasil
dari kegiatan usaha pertambangan.

Dilakukan proses pengadukan dengan cuter suction dredger, dengan kata lain
pengaduk dilakukan untuk menghasilakn slurry yang homogen. Pengondisian ini
menyebabkan terciptanya kondisi yang dapat dengan mudah menentukan
parameter penggunaan dosis polimer yang tepat untuk membentuk flok yang baik
dan dapat tertahan dalam kantong Geotube®.

2.2.2. Langkah Kedua: Dewatering

Air keluar hanya mengalir dari kantong Geotube® melalui pori-pori kecil di
tekstil yang telah direkayasa khusus. Air tersebut jernih dan sudah terpisahkan
dengan material material padat sehingga mudah mengalir dari wadah Geotube®.
Lebih dari 99% padatan tertahan, dan filtrat yang jernih dapat dikumpulkan atau
kembali disirkulasikan melalui sistem.

2.2.3. Langkah Ketiga : Consolidation


Setelah tahap akhir pengisian dan pengeringan, padatan tetap di dalam
kantong dan terus memadat karena pengeringan dan air keluar melalui pori-pori.
Pada tahap ini sudah tidak ada debit air limbah lumpur yang masuk ke dalam
kantong Geotube®. Selain dibiarkan untuk mengendap dalam kondisi tenang,
12

kondisi ini juga dilakukan sebagai masa penirisan untuk melanjutkan tahap
berikutnya jika di perlukan untuk stacking.

2.3. Metode Kerja Geotube

Adapun metode kerja geotube meliputi :


- Persiapan Awal
- Persiapan Platform
- Produksi
- Hasil Akir

Dalam proses Geotube Dewatering system melibatkan 3 unsur utama dalam


pelaksanaannya . Adapun sebagai berikut :

1. Pompa ( sebagai pengalir sludge/ slurry)


2. Larutan Polimer
3. Geotube® Dewatering ( tempat penimbunan solid / flok)

Gambar 5. Tiga unsur utama dalam proses Geotube Dewatering System


13

BAB III
PERANCANGAN KONSEPTUAL DAN DETAIL

Metoda praktik keinsinyuran adalah keharusan, artinya setiap praktik


penelitian harus didapatkan melalui tahap – tahap yang telah ditetapkan. Hal ini
dikarenakan suatu kegiatan pengumpulan data, penyajian dan penganalisisan data
harus dilakukan secara sistematis, efektif dan efisien, berguna untuk memecahkan
suatu masalah. Adapun perancangan konseptual dalam kerja praktik keinsinyuran
ini dituangkan dalam bagan alir dibawah ini (Gambar 3.1).

Orientasi Lapangan

Permasalahan

Pekerjaan Laporan
Lapangan Akhir

Analisis

Integritasi Data
Laboratorium
dan hasil

Gambar 6. Bagan Alur Perencanaan Konseptual Kerja Praktik Keinsinyuran

Praktik kerja dilakukan selama 4 bulan mulai dari bulan Juli sampai bulan
Oktober 2020 (lampiran 1), yaitu meliputi :

1. Persiapan awal
2. Pekerjaan Lapangan
14

3. Laboratorium
4. Hasil Akhir

3.1 Persiapan Lapangan

Persiapan lapangan yang pertama kali dilakukan, adalah melakukan studi


literatur daerah yang diteliti dan studi lainya yang akan dilakukan di daerah
tersebut. Dalam studi literatur ini dilakukan interpretasi awal terhadap kondisi
daerah pekerjaan.

Peralatan yang dibutuhkan dalam persiapan lapangan, adalah :

1. Alat tulis
2. APD
3. Laptop
Hasil yang diharapkan dalam persiapan lapangan ini adalah :

 Time frame
 Rencana Kegiatan
Studi literatur pada persiapan lapangan dilakukan selama ± 7 hari.

3.2 Pekerjaan Lapangan/ Praktik Keinsinyuran

Pekerjaan Lapangan melibatkan 3 perangkat utama

 System Pemompaan
 System Polymer
 Geotube® Dewatering System

Hasil yang diharapkan dari kegiatan pekerjaan Lapangan ini adalah :

 Hasil Produksi berupa Data, foto, dan sampel conto


 Grafik-grafik dan keunggulan
Pengambilan data dalam pekerjaan lapangan dilakukan selama ± 70 hari.
15

3.3 Pekerjaan analisis


Pekerjaan analisis meliputi :
1. Analisis data produksi yang diperoleh dari hasil pekerjaan lapangan
Hasil yang diharapkan dari kegiatan pekerjaan analisis ini adalah :

 Grafik-grafik hasil hasil produksi harian


 Grafik hasil produksi bulanan

3.4 Pekerjaan Laboratorium


Pekerjaan Laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar air dan solid content
dalam kantong Geotube. Pekerjaan ini dilakukan per 30 hari secara berkala.

3.5 Integritas Data dan Hasil


Dalam hal ini tujuan dari integritas data mengacu kepada menjaga dan
memastikan keakurasian, validitas dan kekonsistensian data yang diambil,
ditambahkan maupun digunakan. Dalam praktik kerja ini data yang diambil
merupakan data primer sehingga untuk memastikan bahwa data yang diambil
merupakan data yang sebenarnya dan valid maka penulis melampirkan bukti-bukti
foto serta laporan hasil kegiatan di lapangan.

3.6 Laporan Akhir


Sebagai hasil akhir dari praktik insinyur maka dilakukan pembuatan tulisan, dan
pembuatan final. Waktu yang diperlukan dalam pembuatan hasil akhir adalah ± 30
hari.
16

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1. Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini yaitu memindahkan lumpur/sludge dari


kolam sediment pond ke Geotube dengan menggunakan bantuan alat seperti
Dredger, Booster Pump dan Polimer System

Gambar 7. Kolam sedimen pond ke geotube

4.2. Alat, Tenaga dan Material yang digunakan

Pelaksanaan pekerjaan memerlukan alat, tenaga dan material yang sesuai


dengan teknis dan spesifikasi pekerjaannya. Adapun alat-alat utama yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini antara lain:

4.2.1. Dredger / Kapal Keruk

Brand : Dredger Indonesia  


Model / Type : D-IST – B02  
17

Type of
: Cutter Suction Head  
Construction
Liquid : Slurry  
Pump : Slurry Pump Cap : 500 m3/hr – 800 m3/hr, at 60 meter TDH
Discharge Distance : 600 meter  
Pump Size : 200 mm X 150 mm ( 8 / 6 inch )
Dimensi : 11 x 5 x 1.2 ( p x l x t ) Meter (TBA)
Digging Depth : 7 Meter
General   Center Hull / Side Hull  
Cutter Speed : 0 -25 rpm  

Prime Mover Cummins 500 HP at 2200 rpm  


:

4.2.2. Geotube®

Type : CGT500D TBA


Brand : TenCate  
Purpose : Dewater Sludge  
36,6 Circumference x 35 Length x 18,3 m /
Size
: Width TBA
Tensile Strength :    
-Machine Direction : 75 kN/m
-Cross Direction : 95 kN/m
Material : Fibrillated Polypropylene Multifilament Body
Wide Width Tensile
   
Elongation :
-Machine Direction : 20 %
-Cross Direction : 15 %
CBR Puncture Strength : 10 kN
Factory Seam Strength : 60 kN/m
Effective Opening Size : 0.4 mm
18

Water Flow Rate : 24 Ltr/m2.s


UV Resistance @ 500
90 %
Hours :

4.2.3. Sistem Polimer

Type : Polyacrylamide Powder  


Purpose : As an Additive of the mud materials  
Appearance : Off White, or Yellowish granular  
Degree of charge : 13-17 %
Relative Molecular
13-15 106
Weight, :
Bulk Density : 600-800 kg/m3
PH of 0.5% solution @
8-Jun  
25°C :
Viscosity 0.10% : 175 cps
Insoluble w/w : 0.5 %
Residual Acrylamide : 1000 Mg/L
Mesh size, 20-80 mesh : 90 %

4.2.4. Sistem Perpipaan


Type : HDPE (High Density Poly ethylene)  
Purpose : To Distribute Slurry  
Density : >0.959 g/cm3
Size : 8" -10 " Inch
Poisons Ratio : 0.4  
Melt Flow Rate :    
-190° C/2.16 Kg : <0.15 g/10
-190° C/5 Kg : <0.5 min

Tensile Strength :    
At Yield : 23 Mpa
19

Elongation at Break : >600 %


Modulus of Elasticity : 1000 Mpa
Softening Point : 124 °C
Brittleness Temp : <-100 °C
Coefficient of Linear
1.3 X 104 °C-1
Expansion :
Thermal Conductivity : 0.4 °C

4.2.5. Penampung Sementara / Grizzly Tangki

Type : Square Tank  


Purpose : To Equalizing Slurry  
Capacity : 30 or TBA M3
Size : 5400 x 2400 x 2400 mm
Material : Plate MS 6-8 mm  
I/O : 8-Oct Inch

4.2.6. Flowmeter
Type : Electromagnetic Flow meter  
Purpose : For Measure Flow rate  
Size : 6"-8" Inch
Flow Tube Material : AISI 304  
Flanges Material : Carbon Steel Painted  
Electrodes Material : Hastelloy  
Internal Lining : PTFE  
Flange Standard : ANSI 300  
Protection Degree : IP68  
Cable Glands M20 x 1.5 + Terminal
Electrical Connection
: Block  
20

Alat-alat tersebut akan mendukung tugas para pekerja di site. Adapun


sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain:

1. Pengawas Operasional, yang bertugas untuk mengawasi dan


control dari suatu pekerjaan selama project berlangsung.

2. Operator Dredger, yang bertugas untuk mengoperasikan dredger


dalam proses pemompaan lumpur.

3. Operator Pompa, yang bertugas untuk mengoperasikan pompa


booster pada saat dimulai proses pemompaan lumpur

4. Operator Disolver, yang bertugas membuat larutan polimer dan


control terhadap pencampuran lumpur/ sludge dengan larutan
polimer sehingga terbentuk flok

5. Crew Geotube, yang bertugas untuk melaksanakan pekerjaan


operasional pada area geotube

4.3. Langkah – Langkah Pekerjaan

Pada tiap pelaksanaan pekerjaan lapangan, tentunya diperlukan


perencanaan langkah langkah pekerjaan agar pelaksanaan terorganisir dengan
baik. Langkah-langkah kerja yang dilakukan menentukan tujuan dari suatu
proyek. Dalam pelaksanaan pekerjaan Geotube® dewatering, langkah-langkah
pekerjaan yang dilakukan antara lain:

4.3.1. Pekerjaan Persiapan


Adapun urutan pekerjaan persiapan yang dilakukan antara lain sebagai
berikut:
21

1. Pembuatan Pad Geotube. Pembuatan pad Geotube bertujuan untuk


membuat area tempat penumpukan Geotube yang akan di isi oleh
material lumpur.

Gambar 8. Pad geotube PT. Adaro Indonesia

2. Peluncuran dan intsalasi dredger. Pada kegiatan ini memerlukan


tambahan alat berat seperti excavator dan dozer

Gambar 9. Peluncuran dan Intsalasi Dredger

3. Instalasi pada area Booster Pump. Ini merupakan tempat pompa


pendorong dan adanya booster pump ini membuat lumpur teraduk
secara homogen dan membuat aliran lumpur menuju area Geotube
menjadi lebih stabil.
22

Gambar 10. Instalasi pada area Booster Pump

4. Instalasi area dissolver system. Pada area ini larutan polimer dibuat
dan di distribusikan untuk kemudian di campurkan dengan lumpur/
slurry.

Gambar 11. Instalasi area dissolver system

5. Instalasi Flowmeter dan Pipa HDPE Jalur slurry menuju area Pad
Geotube.
23

Gambar 12. Instalasi Flowmeter dan Pipa HDPE

6. Instalasi Plastik, Flexible Hose, dan Geotube. Ini merupakan tahap


akhir dari persiapan yang dilakukan. Dalam kegiatan ini biasanya
membutuhkan tambahan alat berat berupa crane truck dan
excavator untuk reposisi dan membuka roll Geotube.

Gambar 13. Instalasi plastik

4.3.2. Tahap Produksi


24

Prinsip dasar dari produksi geotube adalah menahan lumpur yang terdapat di
dalamnya, namun pada saat yang bersamaan air dapat mengalir keluar tanpa
menghanyutkan butiran lumpur tersebut. Oleh sebab itu, geotube umumnya diisi
dengan tanah yang bersifat non kohesif seperti pasir atau lumpur. Properti
geotekstil yang harus diperhatikan adalah permeabilitasnya, bukaan pori dan kuat
tarik. Untuk memperoleh ketinggian dan volume yang diinginkan, geotube bisa
saja diisi lebih dari satu kali.
Adapun urutan dari tahapan ini sebagai berikut :
1. Lumpur pada area kolam pemompaan di alirkan oleh dredger menuju grizly
tank pada area booster pump dengan cara mengaduk menggunaan cutter head
agar berat lumpur lebih stabil.
2. Setelah lumpur terakumulasi di grizzly tank, kemudian pompa booster akan
memompakan kembali dari grizly tank menuju area pad Geotube.
Pencampuran dari perbedaan berat lumpur yang masuk ke grizzly tank ini
membuat berat lumpur yang di pompakan booster menjadi lebih stabil.
Namun pada lokasi lokasi dengan beda tinggi yang rendah serta jarak yang
pendek area booster pump ini dapat dihilangkan.
3. Lumpur yang di pompakan dari booster pump dicampurkan dengan larutan
polimer pada satu titik temu pada area dissolver system. Sehingga lumpur
yang semula berbentuk liquid/ cairan berubah bentuk menjadi padatan
gumpalan/ flok.
4. Setelah flok terbentuk maka operator dissolver dapat mengalirkan ke Geotube
yang akan dilakukan pengisian. Flok yang terbentuk akan tertahan pada
Geotube sementara air akan keluar melalui pori pori pada Geotube itu sendiri.
Air yang keluar tersebut selanjutnya di kembalikan ke kolam pemompaan.

4.3.3. Analisis dan Evaluasi Pencapaian Produksi


Target produksi merupakan hal diharapkan dapat dicapai. Pencapaian dari
setiap produksi akan dicatat, dianalisis dan didokumentasikan dengan baik agar
dapat dievaluasi mengenai kekurangan-kekurangan selama proses Produksi. Hal
ini berguna agar dapat mencapai target produksi yang diberikan oleh PT. ADARO
25

Indonesia. Untuk mencapai target Produksi agar sesuai dengan rencana yang telah
dibuat, dibutuhkan beberapa faktor pendukung seperti :
1. Faktor Sumber Daya Manusia
2. Faktor Lingkungan
3. Faktor Peralatan
Dalam Proses kegiatan Dewatering ini hanya Faktor Peralatan yang lebih
sering terkendala dalam proses Produksi mengingat cukup banyak unit yang
digunakan dalam proses kegiatan Produksi ini. Unit utama dalam proses Produksi
berupa :
1. Kapal Keruk / Dredger
2. Booster / Water Pump
3. Genset
4. Pompa-pompa pendukung lainnya.
Produksi akan terhenti apabila unit-unit tersebut diatas mengalami
kerusakan / Breakdown dan Perawatan / Service. Apabila tingkat kerusakan dari
unit tersebut dapat di minimalisir, maka kegiatan produksi akan mencapai hasil
maksimal serta target yang diberikan dapat dicapai dengan cepat. Berikut ini hasil
rekapan data produksi dari periode bulan juni – Agustus 2020 :
Periode Bulan Juni 2020

Gambar 13. Grafik pencapaian produksi periode juni 2020


26

Gambar 14. Grafik pencapaian produksi periode juli 2020

Gambar 15. Grafik pencapaian produksi periode juli 2020

Berikut ini merupakan laporan hasil uji laboratorium dari buangan air dari
Geotube menuju kolam pemompaan :
Tabel 1. Laporan hasil uji dari buangan air dari Geotube menuju kolam pemompaan

Dalam hasil kegiatan Produksi harian tersebut, terdapat kendala-kendala


yang muncul pada saat kegaiatan Produksi berlangsung sehingga menyebabkan
Achievment Produksi sangat Fluktuatif. Kendala-kendala tersebut berasal dari
27

Equipment pendukung Produksi seperti Service / Perawatan Unit, Kerusakan /


Breakdown Unit serta kendala dari Operasional lainnya.
Selain itu didapatkan rata-rata produksi mencapai 3.000 m3/hari. Jika
dimaksimalkan Produksi untuk 1 tahun dapat mencapai ±1.000.000 m3 dimana ini
sangat efektif mengingat jumlah Limbah lumpur di PT. ADARO indonesia
mencapai ±4.000.000 m3 / tahun (Sumber: Annual Report ADARO). Artinya
untuk 1 lahan lokasi geotube bisa mengendalikan 25% masalah limbah lumpur di
PT. ADARO Indonesia. Dengan pencapaian ini keadaan kolam / Pond di ADARO
Indonesia tetap terjaga.
4.3.4. Tahap Penirisan atau Konsolidasi
Setelah selesai dilakukan pengisian, padatan tetap di dalam kantong dan
terus memadat karena pengeringan dan air keluar melalui pori-pori. Pada tahap ini
sudah tidak ada debit air limbah lumpur yang masuk ke dalam kantong Geotube®.
Selain dibiarkan untuk mengendap dalam kondisi tenang, kondisi ini juga
dilakukan sebagai masa penirisan untuk melanjutkan tahap berikutnya jika di
perlukan untuk stacking.

Dalam Proses Consolidation tersebut, selain dibiarkan mengering,


dilakukan pula pengujian solid content lumpur dalam Geotube yang berusia 7 hari
setelah Proses pengisian dilakukan. Posisi Geotube yang dilakukan pengujian
terdapat pada gambar di bawah ini.
28

S/N : 2001970-005

S/N : 2001970-002

Gambar 16. Posisi Geotube


Adapun hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2. Hasil Analisa Solid Content pada Geotube dengan S/N : 2001970-002

Gambar 17. Sample lumpur

Tabel 3. Hasil Analisa Solid Content pada Geotube dengan S/N : 2001970-005
29

Gambar 18. Sample lumpur

Lumpur yang berada didalam Geotube perlahan akan mengering seiring


dengan berkurangnya kandungan air didalamnya. Hingga pada waktu tertentu
lumpur akan mengering / keras serta mampu bertahan dalam cuaca hujan / tetap
stabil.

Gambar 19. Lumpur yang mengeras


4.4. Keunggulan Dari Pekerjaan Geotube® Dewatering System
30

1. Lahan
Area yang digunakan untuk Metode ini membutuhkan lahan yang relatif
kecil namun mampu menampung jumlah lumpur yang besar. Hal ini dikarenakan
sifat dari Geotube ini menumpuk membentuk lapisan-lapisan.
Jika dibandingkan dengan pembuatan kolam penampungan lumpur yang
membutuhkan lahan serta effort yang besar, metode Geotube ini jauh lebih efektif
karena membutuhkan lahan dan effort yang lebih kecil. Namun hal yang harus
diperhatikan, lahan yang akan digunakan untuk penumpukan geotube ini harus
mempunyai struktur tanah yang kuat. Oleh karena itu pengujian Geotek harus
dilakukan sebelum memulai pekerjaan Dewatering ini.
2. Bertahan dalam berbagai Cuaca.
Pekerjaan dengan metode Geotube ini mampu bertahan disetiap cuaca.
Artinya pekerjaan Pemompaan akan tetap berlangsung meskipun dalam kondisi
hujan. Berbeda dengan pekerjaan lain seperti penambangan, aktivitas akan
terhenti apabila turun hujan karean unit pendukung terlalu beresiko untuk di
operasikan dalam keadaan jalan licin akibat hujan. Karena itu kegiatan dewatering
dengan teknologi Geotube ini akan terus berlanjut dalam kondisi hujan. Pekerjaan
akan berhenti apabila terdapat kendala dari Equipment pendukung seperti Service
Unit, Breakdown unit dan Kendala dari Operasional lainnya seperti Pegelaran
Geotube dan Persiapan alat-alat penunjang lainnya.
3. Ramah Lingkungan.

Lumpur adalah campuran cair atau semicair antara air dan tanah. Oleh
karena itu saat pemompaan berlangsung lumpur yang dipompakan akan
mengandung air dalam jumlah yang besar. Seperti pada tahap Dewatering, air
yang terkandung didalam Geotube akan perlahan-lahan keluar melalui pori-pori
Geotube dan kembali mengalir ke Settling Pond yang selanjutnya dialirkan masuk
kedalam aliran sungai-sungai sekitar tambang. Air ini mengandung larutan
polymer yang memungkinkan berbahaya bagi makhluk hidup. Tapi kenyataannya
air hasil dari pencampuran lumpur dengan polymer ini masih dikategorikan aman
dan ramah lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji laboratorium yang
31

dilakukan oleh PT. ADARO Indonesia. Berdasarkan sampel air buangan yang
diambil PT. ADARO Indonesia sepanjang tahun 2019, nilai rata-rata untuk kelima
parameter yang diwajibkan (pH, TSS, Fe, Mn, dan Cd) telah memenuhi ketentuan
baku mutu yang disyaratkan.

BAB V
32

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Proses kerja teknologi dewatering geotube terdiri dari tiga tahap yaitu
pengisian lumpur ke kantong geotube, pengaliran air (dewatering), pengisian dan
pengeringan lumpur didalam kantong geotube (consolidation) sehingga dapat
meminimalisir keterdapatan limbah lumpur yang dihasilkan oleh tambang di
lokasi kerja.
Berdasarkan analisis data produksi hasil rata-rata produksi mencapai 3.000
m3/hari. Jika dimaksimalkan Produksi untuk 1 tahun dapat mencapai ±1.000.000
m3 dimana ini sangat efektif mengingat jumlah limbah lumpur di PT. ADARO
indonesia mencapai ±4.000.000 m3 / tahun (Sumber: Annual Report ADARO).
Artinya untuk 1 lahan lokasi geotube bisa mengendalikan 25% masalah limbah
lumpur di PT. ADARO Indonesia. Dengan pencapaian ini keadaan kolam / Pond
di ADARO Indonesia tetap terjaga. Hasil analisis laboratorium sample lumpur
yang mengeras menunjukan bahwa lumpur hasil konsolidasi bersifat kompak
sehingga tetap stabil dan tahan terhadap cuaca.

Dalam Penanganan limbah lumpur akibat dari kegiatan pertambangan


menggunakan Metode Geotube dinilai sangat efektif dan Efisien. Lahan yang
digunakan cukup kecil jika dibandingkan dengan pembuatan kolam untuk
penanganan limbah lumpur. Dengan lahan yang kecil dapat menampung jumlah
lumpur yang sangat besar mengingat sifat Geotube itu meningkat menumpuk ke
atas membentuk Piramid. Oleh karena itu penanganan lumpur dengan metode
Geotube dinilai sangat direkomendasikan untuk pengendalian limbah lumpur.
33
I. Rencana Kerja Praktek
Keinsinyuran
Location : PT. Intan Sarana Teknik
Starting : Juli 2020

2020
Juli Agustus September October
Description
Week Week Week Week Week Week Week Week Week Week Week Week Week Week Week Week
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Awal                                                                                                
  Persiapan Lapangan                                                                                                
  Studi Literatur                                                                                                
Pelaksanaan Praktik /
2 Produksi                                                                                                
  Persiapan Platform                                                                                                
  Produksi                                                                                                
  Pengambilan data                                                                                                
  Pengolahan Data / Lab                                                                                                
  Analisa Data                                                                                                
3 Laporan                                                                                                
  Penyusunan Laporan                                                                                                
  Hasil Akhir                                                                                                
                                                                                                   

12
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim PT. Intan Sarana Teknik, Laporan Kegiatan,2020, unpublish


2. PT. Intan Sarana Teknik, Proposal Penawaran Geotube® Dewatering,
2020, unpublish
3. https://intanst.com/
4. https://www.tencategeo.asia/en-as/

Link
 http://eprints.undip.ac.id/77342/9/10._BAB_II.pdf
 http://andrian-xr.blogspot.com/2014/07/literatur-pengelolaan-
lumpur-sludge.html#:~:text=Lumpur%20adalah%20yang
%20dihasilkan%20dalam,waste%20activated%20sludge
%20(WAS).
 http://eprints.upnyk.ac.id/1651/
 https://media.neliti.com/media/publications/101324-ID-none.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai