Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Osteomyelitis merupakan suatu keradangan difus yang mengenai periosteum, tulang


kortikal, dan komponen-komponen tulang kanselus. Osteomyelitis dikelompokkan menjadi
akut atau kronis, supuratif atau non-supuratif, sklerotik, dan berdasarkan etiologi spesifiknya
(tuberculosis, aktinomikosis, atau radiasi). Invasi bacterial pada tulang berasal dari organism
yang terdapat pada abses atau selulitis yang terjadi di dekatnya, inokulasi melalui tindakan
bedah atau trauma atau penyebaran hematogen. Organism penyebab adalah staphylococcus,
dan osteomyelitis dahulu diduga merupakan furunkel pada tulang. Pemeriksaan kultur yang
lebih lengkap sering mengungkapkan adanya infeksi polibakterial dan kemungkinan
terlibatnya kuman anaerob.
Pada kasus tertentu perlu dilakukan kultur beberapa kali khususnya pada infeksi yang
telah berlangsung sangat lama. Di antara kondisi-kondisi sistemik yang merupakan
predisposisi osteomyelitis kronis adalah penyakit paget pada tulang, atau anemia sel sabit.
Pada kedua penyakit tersebut, perubahan patologis pada tulang akan mengurangi ketabahan
lokalnya, seperti berkurangnya vaskularisasi yang mengakibatkan gangguan mekanisme
pertahanan local.

B. RUMUSAN MASALAH
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini antara
lain :
1) Apakah definisi penyakit anemia pada penyakit kronis atau Osteomyelitis?
2)
Bagaimanakah etiologi dan patofisiologi penyakit tersebut?
3)
Jelaskan bagaimana manifestasi klinis dari penyakit ini?
4)
Bagaimana penatalaksanaannya?
5)
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada penyakit Osteomylitis ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan umum
1

Pemenuhan tugas Sistem Hematologi & Imunologi

Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada pasien
Osteomyelitis.

2. Tujuan khusus
-

Mampu memahami teori tentang anemia pada penyakit kronis atau Osteomyelitis.

Mampu melakukan pengkajian pada penderita yang menderita anemia penyakit kronis
atau Osteomyelitis.

Mampu merumuskan diagnosa keperawatan untuk pasien yang menderita anemia


pada penyakit kronis atau Osteomyelitis .

Mampu menyusun rencana keperawatan untuk pasien yang menderita anemia pada
penyakit kronis atau Osteomyelitis.

Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan yang telah dipelajari pada pasien


anemia pada penyakit kronis atau Osteomyelitis.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI
Sel darah merah atau eritrosit adalah cairan bikonkaf, konfigurasinya mirip dengan bola
lunak yang dipijat diantara dua jari, kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada
bagian tengah tebalnya 1 m atau kurang. Membran sel darah merah sangat tipis sehingga gas
seperti oksigen dan karbondioksida dapat dengan mudah berdifusi melaluinya. Sel darah
merah tersusun terutama oleh hemoglobin, yang menyusun sampai 95% masa sel. Sel ini tidak
mempunyai inti dan hanya sedikit memiliki ensimmetabolisme dibanding sel lainnya. Adanya
sejumlah besar hemoglobin memungkinkan sel ini menjalankan fungsi utamanya transport
oksigen antara paru dan jaringan.
Pigmen pembawa oksigen hemoglobin merupakan protein yang berat molekulnya 64.000.
Molekul ini tersusun atas empat sub unit, masing-masing mengandung bagian heme yang
terikat pada rantai globin. Besi berada pada bahian heme molekul ini. Kemampuan khusus
bagian heme adalah kemampuannya mengikat oksigen secara longgar dan reversibel. Ketika
hemoglobin berikatan dengan oksigen, dinamakan oksihemoglobin. Oksihemoglobin
berwarna merah lebih terang dibanding hemoglobin yang tidak mengandung oksigen
(hemoglobin tereduksi), maka darah arteri lebih terang dibanding darah vena. Darah
keseluruhan normalnya mengandung 15 g hemoglobin per 100 ml darah.

Anemia pada penyakit kronis berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik
(sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal) kelainan ini meliputi osteomielitis.
Anemia biasanya ringan dan tidak progresif. Berkembang secara bertahap selama
periode waktu 6 sampai 8 minggu dan kemudian stabil pada kadar hematokrit tidak kurang
dari 25%. Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 g/dl, dan sumsum tulang mempunyai
selularitas normal dengan peningkatan cadangan besi. Kadar eritroprotein randah, mungkin
karena turunnya produksi, dan dadanya penyekat pada penggunaan besi oleh sel eritroid. Juga
terjadi penurunan sedang ketahanan hidup sel darah merah.

B. PENGERTIAN
Anemia pada penyakit kronis yang meliputi osteomielitis adalah infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi
masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap kehilangan ekstremitas. Beberapa
ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1.

Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang


disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae

(Depkes RI, 1995).


2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)

4. Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang


disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae,
infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga
Haemophylus

influenzae,

streplococcus

dan

organisme

lain

dapat

juga

menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksilain.


5. Osteomyelitis keadaan inflamasi pada tulang yang diawali dengan infeksi pada rongga
medulla dan sistem havers kemudian meluas kebagian periosteum ke bagian
yangmengalami kerusakan.
6. Osteomyelitis jarang terjadi pada bagian endosteum dan biasanya mengenai tulang
kortikal dan periosteum.
7. Osteomyelitis biasanya dianggap sebagai kondisi inflamasi pada tulang yang bermula
sebagai sebuah infeksi kavitas medulla yang secara sangat cepat melibatkan sistem
haversian dan secara cepat mengalami perluasan ke periosteum.
8. Jika terjadi infeksi pada tulang, akan terdapat pus pada kavitas medulla dan dibawah
periosteum sehingga menyumbat suplai darah yang akan menyebabkan ischemia dan
tulang yang terinfeksi menjadi NEKROSIS
C. PENYEBAB/ETIOLOGI
1.
Staphylococcus aureus sebanyak 90%
2.
Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3.
Streptococcus hemolitikus
4.
Pseudomonas aurenginosa
5.
Escherechia coli
6.
Clastridium perfringen
7.
Neisseria gonorhoeae
8.
Salmonella thyposa
9.
Perdarahan hebat
10. Pecah pembuluh darah
11. Penyakit Kronik (menahun)
12. Perdarahan hidung
13. Kekurangan zat besi
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara:
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang
(pada dewasa).

Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan
terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika
sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul
atau patah tulang lainnya.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada sendi
buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau
gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
Penyebab utama : infeksi pada jaringan pulpa atau periapikal.

Penyebab sekunder: Trauma,terutama pada compound fraktur yang tidak dirawat.


Penyebab lain : infeksi dari periostitis setelah ulcer gingiva, lymphnodes, furunkel

yang terinfeksi atau laserasi.


Kondisi sistemik yang dapat mengubah resistensi host dan mempengaruhi
penyebaran penyakit :
Diabetes Mellitus, gangguan autoimun, agranulositosis, anemia terutama

sickle
cell,,leukimia, AIDS, syphilis, malnutrisi, kemoterapi untuk penderita
kanker,pengguna obat steroid.
Pecandu alkohol dan pengguna tobacco biasanya mudah berhubungan dengan
osteomyelitis.
Kondisi yang mengubah vaskularisasi tulang. Kondisi yang dimaksud adalah:
radiasi,osteoporosis, osteopetrosis, keganasan pada tulang, dan nekrosis tulang
yang disebabkan oleh merkuri, bismuth, dan arsenik.

Mikrobiologi
- Staphylococcus sp
- Bakteri anaerobik (umumnya bakteriodes dan peptostreptococcus) dan
- Streprococcous sp
6

Patogenesis
Maxilla memiliki suplai darah yang besar, sehingga menyhebabkan maxilla lebih rentan

mengalamai osteomyelitis, jika dibandingkan dengan mandibula. Cortical plate yang tipis dan
porositas bagian medulla menghalangi infeksi terjadi pada tulang dan memfasilitasi
penyebaran oedema dan material purulen ke dalam jaringan sekitar. Pada aspek ini, mandibula
menyerupai tulang panjang dengan sebuah cavitas medulla, cortical plate yang tebal, dan
periosteum yang cukup jelas. Sumsum tulang bone marrow tersusun oleh sinusoid yang
kaya akan sel reticuloendothelial, erythrocytes, granulocyte, platelet, precursor osteoblastic
sama halnya dengan tulang cancellous, jaringan lemak dan pembuluh darah. Sumsum tulang
disusun oleh endosteum, sebuah membrane sel yang mengandung osteoblast dalam jumlah
besar. Spicula tulang terdapat secara sentral dari tulang cortical untuk menghasilkan sebuah
tingkatan-tingkatan trabeculae interkoneksi interconnecting trabeculae. Tulang cortical
memiliki sebuah arsitektur berbeda termasuk system haversian yang terorientasi secara
longitudinal (osteon). Tiap osteon memiliki sebuah canal utama dan pembuluh darah yang
memberikan nutrient melalui canaliculi pada osteocyt yang terdapat di dalam lacunae. Canal
Volkman Volkmans canal menghasilkan sebuah vaskularitas interkoneksi komplek dan
jariangan neural yang memberikan suplai nutrisi pada tulang, sehingga tulang dapat
mengalami

perbaikan,

regenerasi,

dan

fungsi

yang

dibutuhkan.

Canal

tersebut

menghubungkan canal utama satu sama lain dan dengan periosteum dan ruang sumsum
marrow space.

D. EPIDEMIOLOGI
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula ditemukan pada
bayi. Insiden di amerika 1 dari 5000 anak. Pada keseluruhan insiden terbanyak pada negara
berkembang. Osteomielitis pada anak-anak sering bersifat akut dan menyebar secara
hematogen, sedangkan osteomielitis pada orang dewasa merupakan infeksi kronik yang
berkembang secara sekunder dan fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak.
Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan dengan
perbandingan 4:1. Lokasi yang sering ialah tulang-tulang panjang, misalnya femur,tibia,
humerus, radius, ulna dan fibula. Namun tibia menjadi lokasi tersering untuk osteomielitis
post trauma karena pada tibia hanya terdapat sedikit pembuluh darah. Faktor-faktor pasien
7

seperti perubahan pertahanan netrofil, imunitas humoral, dan imunitas selural dapat
meningkatkan resiko osteomielitis.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi dibawa oleh darah
Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung
Daerah infeksi membengkak, nyeri dan nyeri tekan.
4. Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.

F. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas,
dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik.
Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut
fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke
bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali
bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar.
Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak.
Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe
kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah : sel darah putih meningkat sampai 30.000 disertai laju endap darah ;
pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus ; pemeriksaan kultur darah untuk menentukan
bakterinya (50% POSITIF) dan di ikuti uji sensetivitas.selain itu,harus diperiksa adanya
penyakit anemia sel sabit yang merupakan jenis osteomeilitis yang jarang terjadi.
Pemerisaan feces : pemeriksaan feces untuk kultur dilakukan bila trdapat kecurigaaninfeksi
oleh bakteri.
Pemeriksaan biopsy : pemeriksaan di lakukan pada tempat yang di curigai.
Pemeriksaan ultra sound : pemeriksaan ini dapat memperlihatkan efusi pada sendi.
Pemeriksaan radiologi

Pada pemeriksaan foto polos sepuluh hari pertama,tidak di

temukan kelainan radiologis yang berarti, dan mungkin hanya di temukan pembengkakan
jaringan

lunak.Gambaran

destruksi

tulang

dapat

dilihat

setelah

sepuluh

hari(2

minggu).Pemeriksaan radioisotope akan memperlihatkan penangkapan isotop pada daerah


lesi.

H. PENATALAKSANAAN
Beberapa prinsip penataalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui perawat
dalam melaksanakan asuhan keperwatan agar mampu melaksanakan tindakan kolaboratif
adalah sebagai berikut ;
1. Istirahat dan memberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Istirahat local dengan bidai dan traksi

4. Pemberian antibiotic secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu staphylococcus


aureus sambil menunggu biakan kuman.Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan
melihat keadaan umum dan endap darah klien.Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu
setelah endap darah normal.
5. Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemik antibiotic gagal
(tidak ada perbaikan keadaan umum),dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada
draenase bedah, pus periosteal di evakuasi untuk mengurangi tekanan intrauseus.Disamping itu , pus jg di gunakan untuk biakan kuman.Draenase dilakukan selama
beberapa hari dan menggunakan NaCL dan antibiotic.
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit
beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah,
kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang
terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.
Begitu spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena, dengan asumsi
bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap peningkatan semi sintetik atau
sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut
menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus-menerus tinggi.
Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah
diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol antibiotika dapat
diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika
oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang yang terkena
harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi
secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan

10

kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon
agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat
dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat
diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan
darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan
eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan
stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

BAB III
11

ASUHAN KEPERAWATAN

A. FOKUS PENGKAJIAN
Pasien yang datang dengan gejala (nyeri local, pembengkakan, demam,kurang nafsu
makan) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan demam
sedang. Pasien dikaji adanya factor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi kostikoroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu menghindar dari
tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan. Pada osteomielitis akut,
pasien akan mengalami kelemahan umum akaibat reaksi sistemik infeksi.
Pemerikasaan fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi, pembengkakan nyata,
hangat yang disertai nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami
peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu tubuh mingkin
minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari.
Pengkajian : Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan sistem
musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada
tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1. Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:

Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer register,
tanggal masuk rumah sakit, dan agnosis medis. Pada umumnya, keluhan utama pada
kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap

tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST:


Provoking Incident : Hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hermatoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu factor predis posisi terjadinya osteomielitis

hematogen akut
Quality of pain : Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief : Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri
tidak menjalar atau menyebar
12

Severity (Scale)of Pain : Nyeri yang dirasakan klien secara subjek antara 2-3 pada

rentang skala pengukuran 0-4.


Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah bentuk pada

malam hari atau siang hari.


Riwayat penyakit sekarang.
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema,
hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur terbuka
umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal
dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada
osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut
yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya proses

supurasi di tulang.
Riwayat penyakit dahulu.
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang
terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat

diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, pengobatan dengan imunosupresif.


Riwayat psikososial spiritual.
Perawat mengkaji respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam kluarganya serta masyarakat, respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada kasus
osteomielitis akan timbul ketakutan terjadi kecacatan dan klien harus menjalani
penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulang. Selain itu,
pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang
dapat mengganggu mtabolisme kalsium, konsumsi alcohol yang dapat mengganggu
keseimbangan, dan apakah klien melakukan olahraga. Klien akan kehilangan peran
dalam keluarga dan dalam masyarakat karena klien menjalani rawat inap. Dampak
yang timbul pada klien ostiomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat
prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu melaksanakan aktifitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri)

2.

Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
Keadaan umum meliputi:
Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung
pada keadaan klien).

13

Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus

osteomielitis biasanya akut).


Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi

septikimia.
B1 (Breathing) : Pada inspeksi, didapat bahwa klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan
dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapat suara napas tambahan.

B2 (Blood) : Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan S1 dan S2 tunggal, tidak
ada mundur.

B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya kompos mentis.


Kepala : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan).
Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, reflex menelan ada).
Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.
Mata : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah
tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis yang
desrtai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.
Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.
Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut pucat.
Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya status
mental tidak mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf cranial :
Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata,
pupil isokor.
Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan
reflex kornea tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak da deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.

Pemeriksaan reflex : Biasanya tidak terdapat reflex patologis.

14

B4 (Bladder) : Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah,


karakteristik dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada system ini.

B5 (Bowel) : Inspeksi abdomen; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.


Palpasi: Turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi: Suara timpani, ada pantulan
gelombang cairan. Auskultasi: Peristaltik usus normal (20 kali/menit).
Inguinal-genitalia-anus: Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe,tidak
ada kesulitan defekasi.Pola nutrisi dan metabolisme.:Klien osteomielitis harus
mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari,seperti kalsium, zat besi,
protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi
tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat membantu menentukan
penyebab masalah muskuloskletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi
yang tidak adekuat, terauma kalsium atau protein. Masalah nyeri pada
osteomielitis menebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga
pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi: Tidak ada gangguan pola
eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau
feces. Pada pola berkemih, dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah
urine.

B6 (Bone) : Adanya oteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan


osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien.
Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

Look : Pada osteomielitis hematogen akan ditemukan gangguan pergerakan


sendi karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah berat bila terjadi
spasme local. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi
sendi atau infeksi sendi (arteritis septik). Secara umum, klien osteomielitis
kronis menunjukkan adanya luka khas yang disertai dengan pengeluaran pus
atau cairan bening yang berasal dari tulang yang mengalami infeksi dan proses
supurasi. Manifestasi klinis osteomielitas akibat fraktur terbuka biasanya

15

berupa demam, nyeri, pembengkakan pada daerah fraktur, dan sekresi pus
pada luka.

Move : Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (Mobilitas)


atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.
Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan/keterbatasan gerak sendi
pada osteomielitis akut.

Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomielitis merasakan nyeri sehingga
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur. Pengkajian yang dilakukan
adalah lama tidur, suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta penggunaan obat
tidur.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:

Kerusakan pertukaran gas yang b.d penurunan kapasitas pembawa oksigen darah,
yang ditandai oleh: gelisah, takikardia, dan sianosis.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubug b.d penurunan nafsu makan, kemampuan tonus
otot, yang ditandai oleh: berat badan menurun.

Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi hemoglobin


dalam darah, yang ditandai oleh : kulit pucat, membran mukosa:kering.

Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, yang
ditandai oleh: kelemahan dan kelelahan.

Nyeri yang b.d aglutinasi di pembuluh darah, yang ditandai oleh: nyeri lokal,
menyebar, sakit kepala.

Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang b.d gangguan sirkulasi, yang
ditandai oleh: turgor kulit buruk, kulit kering, pucat.

Kurang pengetahuan yang b.d kurangnya informasi tentang penyakitnya, yang


ditandai oleh: pertanyaan; meminta informasi; tidak akurat mengikuti intruksi; dan
ansietas.

C. RENCANA TINDAKAN DAN RASIONALISASI


16

Diagnosa keperawatan 1 : Kerusakan pertukaran gas yang b.d penurunan kapasitas


pembawa oksigen darah, yang ditandai oleh: gelisah, takikardia, dan sianosis.
Tujuan Umum

: Tidak terdapatnya sekret

Tujuan Khusus : Menunjukkan perbaikan ventilasi/ oksigenasi dan bunyi napas


normal.
Intervensi

Rasional

Mandiri

Indikator keadekuatan fungsi pernapasan

Awasi frekuensi/ kedalaman pernapasan,


area sianosis.
Auskultasi

bunyi

napas,

catat

adanya/

takadanya, dan bunyi adventisisus.


Kaji laporan nyeri dada dan peningkatan
kelemahan.
Bantu dalam mengubah posisi, batuk dan
napas dalam.
Kaji tingkat kesadaran.

atau

tingkat

gangguan

dan

kebutuhan/keefektifan terapi.
Terjadinya atelektasis dan stasis sekret
dapat mengganggu pertukaran gas.
Menggambarkan terjadinya infeksi paru,
yang meningkatkankerja jantung dan
kebuttuhan oksigen.
Meningkatkan ekspansi dada optimal,
memobilisasikan

sekresi,

dan

menurunkan stasis sekret.

Kaji toleransi aktivitas; tempatkan pasien Jaringan otak sangat sensitif pada
penurunan oksigen dan merupakan
pada tirah baring.
indikator dini terjadinya hipoksia.
Dorong pasien untuk memilih periode
istirahat dan aktivitas.

Penurunan kebutuhan metabolik tubuh


menurunkan kebutuhan O2.

Peragakan dan dorong penggunaan teknik


relaksasi.

Melindungi dari kelelahan berlebihan.

Tingkatkan masukan cairan yang adekuat.

Relaksasi menurunkan teganagn otot dan


ansietas.

Batasi pengunjung/ staf.


17

Masukan yang mencukupi perlu untuk


mobilisasi sekret.
Melindungi

dari

potensial

sumber

infeksi pernapasan.
Kolaborasi

Memaksimalkan

Berikan suplemen O2 sesuai indikasi.

jaringan,

transpor

khususnya

O2

pada

ke

adanya

gangguan paru/ pneumonia.


Lakukan/ bantu fisioterapi dada.
Dilakukan untuk memobilisasi sekret
Berikan pak SDM atau transfusi tukar sesuai dan meningkatkan pengisian udara area
indikasi.
paru.
Meningkatkan jumlah sel pembawa
oksigen,

melarutkan

hemoglobin

untuk

persentase
mencegah

kerusakan sel.

Diagnosa keperawatan 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubug b.d penurunan nafsu
makan, kemampuan tonus otot, yang ditandai oleh: berat badan menurun.
Tujuan umum

: Keseimbangan nutrisi terpenuhi

Tujuan khusus : Menunjukan peningkatan berat badan atau berat badan stabil
dengan nilai laboratorium normal.

Intervensi

Rasional

Mandiri

Mengidentifikasi

Keji riwayat nutrisi, termasuk makanan

defisiensi,

menduga

kemungkinan intervensi.

yang disukai.
Observasi dan catat masukan makanan Mengawasi masukan kalori atau kualitas
pasien.

kekurangan konsumsi makanan.

18

Timbang berat badan tiap hari.

Mengawasi penurunan berat badan atau


efektivitas intervensi nutrisi.

Beri makanan sedikit dan frekuensi sering Makan


dan/atau makan diantara waktu makan.

sedikit

dapat

menurunkan

kelemahan dan meningkatkan pemasukan


juga mencegah distensi gaster.

Berikan dan bantu higiene mulut yang Meningkatkan


baik;

sebelum

dan

sesudah

napsu

makan

dan

makan, pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan

gunakan sikst didi halus untuk penyikatan bakteri,

meminimalkan

kemungkinan

yang lembut. Beri pencuci mulut yang infeksi. Teknik perawatan mulut khusus
diencerkan bila mukosa oral luka.

mungkin

diperlukan

bila

jaringan

rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.


Kolaborasi

Membantu

bila

perlu,

harga

diri

ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu

Konsul pada ahli gizi.

sendiri.membantu dalam membuat rencana


diet untuk memenuhi kebutuhan individual.

Pantau pemeriksaan laboratorium, mis: Meningkatkan

efektivitas

program

Hb/Ht, BUN, albumin, protein, transferin, pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi
besi serum, B12, asam folat, TIBC, yang dibutuhkan.
elektrolit serum.
Diagnosa keperawatan 3 : Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah, yang ditandai oleh : kulit pucat, membran
mukosa:kering.
Tujuan Umum : Perfusi jaringan adekuat
Tujuan Khusus : Menunjukkan perbaikan perfusi jaringan yang dibuktikan oleh
tanda vital yang stabil.

Intervensi
Mandiri
Awasi tanda vital, keji pengisian kapiler,

Rasional
Memberikan

informasi

tentang

derajat/keadekuatan tentang perfusijaringan


19

warna kulit/membran mukosa, dasar kuku. dan membantu menentukan kebutuhan


intervensi.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai Meningkatkan
toleransi.

ekspensi

memaksimalkan

paru

oksigenasi

dan
untuk

kebutuhan seluer. Catatan : kontraindikasi


bila ada hipotensi.
Kaji untuk respons verbal melambat, Dapat mengidikasikan gangguan fungsi
mudah terangsang, angitasi, gangguan serebral karena hipoksia atau difisiensi
memori, bingung.

vitamin B12

Orientasi/orientasikan-ulang pasien sesuai Membantu memperbaiki proses pikir dan


kebutuhan. Catat jadwal aktivitas pasien kemampuan

melakukan/mempertahankan

untuk dirujuk. Berikan cukup waktu untuk kebutuhan AKS.


pasien berpikir, komunikasi dan aktivitas.
Hindari penggunaan bantalan penghangat Termoreseptor jaringan dermal dangkal
atau botol air panas. Ukur suhu mandi karena gangguan oksigen.
dengan termometer.
Kolaborasi

Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan

Awasi pemeriksaan laboratorium, mis:

pengobatan/respons terhadap terapi.

Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA

Diagnosa keperawatan 4 : Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangan suplai dan


kebutuhan oksigen, yang ditandai oleh: kelemahan dan kelelahan.
Tujuan utama
Tujuan khusus

: Peningkatan toleransi aktivitas


: menunjukan curah jantung memuaskan dengan BP rentang normal

Intervensi

Rasional

Mandiri

Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

Keji kemampuan pasien untuk melakukan


tugas/AKS

normal,

cepat

kelelahan,

kelihatan,

dan

laporan
kesulitan
20

menyelesaikan tugas.
Keji kehilangan/gangguan keseimbangan Menujukan perubahan neurologi karena
gaya jalan,kelemahan otot.

defisiensi

vitamin

B12

mampengaruhi

keamanan pasien/risiko cedera.


Berikan lingkungan tenang, pertahankan Meningkatkan istirahat untuk menurunkan
tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
batasi penunjang, telepon, dan gangguan regangan jantung dan paru.
berulang tindakan yang tak direncanakan.
Ubah posisi pasien dengan perlahan dan Hipotensi postural atau hipoksia serebral
pantau terhadap pusing.

dapat menyebabkan pusing, berdenyut, dan


peningkatan risiko cedera.

Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan Mempertahankan


untuk meningkatkan istirahat,. Pilih priode meningkatkan
istirahat dengan priode aktivitas.

tingkat

energi

regangan

pada

dan
sistem

jantung dan pernapasan.

Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi Membantu

bila

perlu,

harga

diri

bila perlu, memungkinkan pasien untuk ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu
melakukannya sebanyak mungkin.
Rencana

kemajuan

aktivitas

sendiri.
dengan Meningkatkan

secara

bertahap

tingkat

pasien, termasuk aktivitas yang pasien aktivitas sampai normal dan memperbaiki
pandang

perlu.

Tingkatkan

tingkat tonus

aktivitas sesuai toleransi.

otot/stamina

Meningkatkan

tanpa

harga

diri

kelemahan.
dan

rasa

terkontrol.
Anjurkan pasien untuk menghentikan Regangan/stres
aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,nafas berlebihan/stres
pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.

kardiopulmonal
dapat

menimbulkan

dekompensasi/kegagalan.

Diagnosa keperawatan 5 : Nyeri yang b.d

aglutinasi di pembuluh darah, yang

ditandai oleh: nyeri lokal, menyebar, sakit kepala.


Tujuan Umum : Nyeri dapat teratasi
21

Tujuan Khusus: Menyatakan nyaeri berkurang; menunjukkan postur badan rileks,


bebas bergerak; meningkatkan asupan cairan.

Intervensi

Rasional

Kaji berat dan lokasi nyeri. Tempat nyeri Jaringan dan organ sangat peka terhadap
yang sering adalah sendi dan ekstremitas, trombosis mikrosirkulasi dengan akibat
dada, dan abdomen.

kerusakan hipoksik; hipoksia menyebabkan


nyeri.

Berikan

analgetik

sesuai

rsesp. Anageltik oploid penting untuk mengurangi

Perhitungkan pemakaian anagelsik yang nyeri yang berat.


dikontrol pasien.
Dukung asupan cairan peroral dan berikan Cairan akan memperbaiki hemodilusi dan
cairan IV sesuai resep; memantau asupan menguraiakn algutinasi dalam pembuluh
dan haluaran cairan.

darah kecil.

Posisikan pasien dengan hati-hati dan Nyeri sendi dapat dikurangi selama krisis
sangga daerah nyeri; dukung penggunaan dengan
teknik relaksasi dan latihan pernapasan.

gerakan

penggunaan

yang

kompres

hati-hati
panas;

dan
teknik

relaksasi dan latihan pernapasan dapat


berfungsi sebagai pelemas

Diagnosa keperawatan 6 : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang b.d
gangguan sirkulasi, yang ditandai oleh: turgor kulit buruk, kulit kering, pucat.
Tujuan Umum : Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria: kulit segar, sirkulasi
darah lancar.
Tujuan Khusus : Mencegah cedera; berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan
faktor resiko/kerusakan kuilt.

Intervensi

Rasional

Mandiri

Mencegah tekanan jaringan lama dimana


22

Sering ubah posisi, bahkan bila duduk di sirkulasi


kursi.

telah

terganggu,

menurunkan

resiko trauma jaringan/ iskemia.

Inspeksi kulit/ titik tekanan secara teratur Sirkulasi buruk pada jaringan, mencegah
untuk kemerahan, beriakan pijatan lembut. kerusakan kulit.
Pertahankan permukaan kulit kering dan Lembab, area terkontaminasi memberikan
bersih; linen kering/ bebas kerutan.

media yang baik untuk pertumbuhan


organisme patogen.

Awasi

tungkai

perhatikan

terhadap

dengan

kemerahan, Potensi jalan masuk untuk organisme

ketat

terhadap patogen. Pda adnya gangguan sistem imun,

pembentukan ulkus.

ini meningkatkanresiko infeksi/ pelambatan


penyembuhan.

Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk. Meningkatkan

aliran

balik

vena

menurunkan stasis vena/ pembentukan


edema.
Kolaborasi

Menurunkan

Berikan kasur air atau tekanan udara.


Awasi

status

area

iskemik,

tekanan

jaringan

dan

membantu dalam memaksimalkan perfusi


seluler untuk mencegah cedera.

ulkus. Perbaikan atau lambanya penyembuhan

Perhatikan distribusi, ukuran, kedalaman, menunjukkan status perfusi jaringan dan


karakter, dan drainase.

keefektifan intervensi.

Siapkan untuk/ bantu oksigenasi pada Memaksimalkan pemberian oksigen ke


ulkus.

jaringan, meningkatkan penyembuhan


Diagnosa keperawatan 7 : Kurang pengetahuan yang b.d kurangnya informasi tentang
penyakitnya, yang ditandai oleh: pertanyaan; meminta informasi; tidak akurat
mengikuti intruksi; dan ansietas.
Tujuan Umum : Memahami tentang penyakitnya

23

Tujuan Khusus: Menyatakan pemahaman proses penyakit, termasuk gejala krisis;


melakukan perilaku yang perlu/perubahan pola hidup untuk
mencegah komplikasi.

Intervensi

Rasional

Berikan informasi tentang penyakitnya.

Memberikan dasar pengethuan sehingga


pasien dapat membuat pilihan yang tepat,
menurunkan

ansietas

dan

dapat

meningkatkan kerjasama dalam program


terapi.
Kaji

pengetahuan

pasien

tentang Menberi pengetahuan berdasarkan pola

penyakitnya.

kemampuan

pasien

untuk

memilih

informasi.
Dorong latihan rentang gerak dan aktivitas Mencegah demineralisasi tulang dan dapat
fisik teratur dengan keseimbangan antara menurunkan resiko fraktur.
aktivitas dan istirahat.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi
tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan
ketentuan dari rumah sakit. Sasaran pasien meliputi peredaran nyeri, perbaikan mobilitas fisik
dalam batas-batas terapeutik, dan pemahaman mengenai program pengobatan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tidak terdapatnya sekret


Keseimbangan nutrisi terpenuhi
Perfusi jaringan adekuat
Peningkatan toleransi aktivitas
Nyeri dapat teratasi
Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria : kulit segar,sirkulasi darah lancar
Memahami tentang penyakit
24

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Osteomyelitis adalah keadaan inflamasi pada tulang yang diawali dengan infeksi pada
rongga medulla dan sistem havers kemudian meluas kebagian periosteum ke bagian yang
mengalami kerusakan. Jika terjadi infeksi pada tulang, akan terdapat pus pada kavitas
medulla dan dibawah periosteum sehingga menyumbat suplai darah yang akan menyebabkan
ischemia dan tulangyang terinfeksi menjadi NEKROSIS.

Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau
penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut

biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local.
Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian,
penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati
secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi.

25

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Doenges,Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.EGC : Jakarta,hal 569


595.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Mutataqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2. EGC: Jakarta
http://nilla.wordpress.com/2008/01/27/askep.anemia-osteomielitis/, diunggah pada tanggal 25
september 2012

26

27

Anda mungkin juga menyukai