PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini antara
lain :
1) Apakah definisi penyakit anemia pada penyakit kronis atau Osteomyelitis?
2)
Bagaimanakah etiologi dan patofisiologi penyakit tersebut?
3)
Jelaskan bagaimana manifestasi klinis dari penyakit ini?
4)
Bagaimana penatalaksanaannya?
5)
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada penyakit Osteomylitis ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan umum
1
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada pasien
Osteomyelitis.
2. Tujuan khusus
-
Mampu memahami teori tentang anemia pada penyakit kronis atau Osteomyelitis.
Mampu melakukan pengkajian pada penderita yang menderita anemia penyakit kronis
atau Osteomyelitis.
Mampu menyusun rencana keperawatan untuk pasien yang menderita anemia pada
penyakit kronis atau Osteomyelitis.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI
Sel darah merah atau eritrosit adalah cairan bikonkaf, konfigurasinya mirip dengan bola
lunak yang dipijat diantara dua jari, kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada
bagian tengah tebalnya 1 m atau kurang. Membran sel darah merah sangat tipis sehingga gas
seperti oksigen dan karbondioksida dapat dengan mudah berdifusi melaluinya. Sel darah
merah tersusun terutama oleh hemoglobin, yang menyusun sampai 95% masa sel. Sel ini tidak
mempunyai inti dan hanya sedikit memiliki ensimmetabolisme dibanding sel lainnya. Adanya
sejumlah besar hemoglobin memungkinkan sel ini menjalankan fungsi utamanya transport
oksigen antara paru dan jaringan.
Pigmen pembawa oksigen hemoglobin merupakan protein yang berat molekulnya 64.000.
Molekul ini tersusun atas empat sub unit, masing-masing mengandung bagian heme yang
terikat pada rantai globin. Besi berada pada bahian heme molekul ini. Kemampuan khusus
bagian heme adalah kemampuannya mengikat oksigen secara longgar dan reversibel. Ketika
hemoglobin berikatan dengan oksigen, dinamakan oksihemoglobin. Oksihemoglobin
berwarna merah lebih terang dibanding hemoglobin yang tidak mengandung oksigen
(hemoglobin tereduksi), maka darah arteri lebih terang dibanding darah vena. Darah
keseluruhan normalnya mengandung 15 g hemoglobin per 100 ml darah.
Anemia pada penyakit kronis berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik
(sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal) kelainan ini meliputi osteomielitis.
Anemia biasanya ringan dan tidak progresif. Berkembang secara bertahap selama
periode waktu 6 sampai 8 minggu dan kemudian stabil pada kadar hematokrit tidak kurang
dari 25%. Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 g/dl, dan sumsum tulang mempunyai
selularitas normal dengan peningkatan cadangan besi. Kadar eritroprotein randah, mungkin
karena turunnya produksi, dan dadanya penyekat pada penggunaan besi oleh sel eritroid. Juga
terjadi penurunan sedang ketahanan hidup sel darah merah.
B. PENGERTIAN
Anemia pada penyakit kronis yang meliputi osteomielitis adalah infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi
masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap kehilangan ekstremitas. Beberapa
ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1.
influenzae,
streplococcus
dan
organisme
lain
dapat
juga
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan
terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika
sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul
atau patah tulang lainnya.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada sendi
buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau
gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
Penyebab utama : infeksi pada jaringan pulpa atau periapikal.
sickle
cell,,leukimia, AIDS, syphilis, malnutrisi, kemoterapi untuk penderita
kanker,pengguna obat steroid.
Pecandu alkohol dan pengguna tobacco biasanya mudah berhubungan dengan
osteomyelitis.
Kondisi yang mengubah vaskularisasi tulang. Kondisi yang dimaksud adalah:
radiasi,osteoporosis, osteopetrosis, keganasan pada tulang, dan nekrosis tulang
yang disebabkan oleh merkuri, bismuth, dan arsenik.
Mikrobiologi
- Staphylococcus sp
- Bakteri anaerobik (umumnya bakteriodes dan peptostreptococcus) dan
- Streprococcous sp
6
Patogenesis
Maxilla memiliki suplai darah yang besar, sehingga menyhebabkan maxilla lebih rentan
mengalamai osteomyelitis, jika dibandingkan dengan mandibula. Cortical plate yang tipis dan
porositas bagian medulla menghalangi infeksi terjadi pada tulang dan memfasilitasi
penyebaran oedema dan material purulen ke dalam jaringan sekitar. Pada aspek ini, mandibula
menyerupai tulang panjang dengan sebuah cavitas medulla, cortical plate yang tebal, dan
periosteum yang cukup jelas. Sumsum tulang bone marrow tersusun oleh sinusoid yang
kaya akan sel reticuloendothelial, erythrocytes, granulocyte, platelet, precursor osteoblastic
sama halnya dengan tulang cancellous, jaringan lemak dan pembuluh darah. Sumsum tulang
disusun oleh endosteum, sebuah membrane sel yang mengandung osteoblast dalam jumlah
besar. Spicula tulang terdapat secara sentral dari tulang cortical untuk menghasilkan sebuah
tingkatan-tingkatan trabeculae interkoneksi interconnecting trabeculae. Tulang cortical
memiliki sebuah arsitektur berbeda termasuk system haversian yang terorientasi secara
longitudinal (osteon). Tiap osteon memiliki sebuah canal utama dan pembuluh darah yang
memberikan nutrient melalui canaliculi pada osteocyt yang terdapat di dalam lacunae. Canal
Volkman Volkmans canal menghasilkan sebuah vaskularitas interkoneksi komplek dan
jariangan neural yang memberikan suplai nutrisi pada tulang, sehingga tulang dapat
mengalami
perbaikan,
regenerasi,
dan
fungsi
yang
dibutuhkan.
Canal
tersebut
menghubungkan canal utama satu sama lain dan dengan periosteum dan ruang sumsum
marrow space.
D. EPIDEMIOLOGI
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula ditemukan pada
bayi. Insiden di amerika 1 dari 5000 anak. Pada keseluruhan insiden terbanyak pada negara
berkembang. Osteomielitis pada anak-anak sering bersifat akut dan menyebar secara
hematogen, sedangkan osteomielitis pada orang dewasa merupakan infeksi kronik yang
berkembang secara sekunder dan fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak.
Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan dengan
perbandingan 4:1. Lokasi yang sering ialah tulang-tulang panjang, misalnya femur,tibia,
humerus, radius, ulna dan fibula. Namun tibia menjadi lokasi tersering untuk osteomielitis
post trauma karena pada tibia hanya terdapat sedikit pembuluh darah. Faktor-faktor pasien
7
seperti perubahan pertahanan netrofil, imunitas humoral, dan imunitas selural dapat
meningkatkan resiko osteomielitis.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Infeksi dibawa oleh darah
Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung
Daerah infeksi membengkak, nyeri dan nyeri tekan.
4. Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
F. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas,
dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik.
Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut
fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke
bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali
bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar.
Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak.
Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe
kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah : sel darah putih meningkat sampai 30.000 disertai laju endap darah ;
pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus ; pemeriksaan kultur darah untuk menentukan
bakterinya (50% POSITIF) dan di ikuti uji sensetivitas.selain itu,harus diperiksa adanya
penyakit anemia sel sabit yang merupakan jenis osteomeilitis yang jarang terjadi.
Pemerisaan feces : pemeriksaan feces untuk kultur dilakukan bila trdapat kecurigaaninfeksi
oleh bakteri.
Pemeriksaan biopsy : pemeriksaan di lakukan pada tempat yang di curigai.
Pemeriksaan ultra sound : pemeriksaan ini dapat memperlihatkan efusi pada sendi.
Pemeriksaan radiologi
temukan kelainan radiologis yang berarti, dan mungkin hanya di temukan pembengkakan
jaringan
lunak.Gambaran
destruksi
tulang
dapat
dilihat
setelah
sepuluh
hari(2
H. PENATALAKSANAAN
Beberapa prinsip penataalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui perawat
dalam melaksanakan asuhan keperwatan agar mampu melaksanakan tindakan kolaboratif
adalah sebagai berikut ;
1. Istirahat dan memberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Istirahat local dengan bidai dan traksi
10
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon
agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat
dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat
diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping
dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan grafit tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan
darah, perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan
eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan
stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
BAB III
11
ASUHAN KEPERAWATAN
A. FOKUS PENGKAJIAN
Pasien yang datang dengan gejala (nyeri local, pembengkakan, demam,kurang nafsu
makan) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan demam
sedang. Pasien dikaji adanya factor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi kostikoroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu menghindar dari
tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan. Pada osteomielitis akut,
pasien akan mengalami kelemahan umum akaibat reaksi sistemik infeksi.
Pemerikasaan fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi, pembengkakan nyata,
hangat yang disertai nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami
peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu tubuh mingkin
minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari.
Pengkajian : Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan sistem
musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada
tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1. Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:
Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer register,
tanggal masuk rumah sakit, dan agnosis medis. Pada umumnya, keluhan utama pada
kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
hematogen akut
Quality of pain : Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief : Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri
tidak menjalar atau menyebar
12
Severity (Scale)of Pain : Nyeri yang dirasakan klien secara subjek antara 2-3 pada
supurasi di tulang.
Riwayat penyakit dahulu.
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang
terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat
2.
Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
Keadaan umum meliputi:
Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung
pada keadaan klien).
13
Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus
septikimia.
B1 (Breathing) : Pada inspeksi, didapat bahwa klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan
dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapat suara napas tambahan.
B2 (Blood) : Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan S1 dan S2 tunggal, tidak
ada mundur.
14
15
berupa demam, nyeri, pembengkakan pada daerah fraktur, dan sekresi pus
pada luka.
Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomielitis merasakan nyeri sehingga
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur. Pengkajian yang dilakukan
adalah lama tidur, suasana, kebiasaan, dan kesulitan serta penggunaan obat
tidur.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
Kerusakan pertukaran gas yang b.d penurunan kapasitas pembawa oksigen darah,
yang ditandai oleh: gelisah, takikardia, dan sianosis.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubug b.d penurunan nafsu makan, kemampuan tonus
otot, yang ditandai oleh: berat badan menurun.
Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, yang
ditandai oleh: kelemahan dan kelelahan.
Nyeri yang b.d aglutinasi di pembuluh darah, yang ditandai oleh: nyeri lokal,
menyebar, sakit kepala.
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang b.d gangguan sirkulasi, yang
ditandai oleh: turgor kulit buruk, kulit kering, pucat.
Rasional
Mandiri
bunyi
napas,
catat
adanya/
atau
tingkat
gangguan
dan
kebutuhan/keefektifan terapi.
Terjadinya atelektasis dan stasis sekret
dapat mengganggu pertukaran gas.
Menggambarkan terjadinya infeksi paru,
yang meningkatkankerja jantung dan
kebuttuhan oksigen.
Meningkatkan ekspansi dada optimal,
memobilisasikan
sekresi,
dan
Kaji toleransi aktivitas; tempatkan pasien Jaringan otak sangat sensitif pada
penurunan oksigen dan merupakan
pada tirah baring.
indikator dini terjadinya hipoksia.
Dorong pasien untuk memilih periode
istirahat dan aktivitas.
dari
potensial
sumber
infeksi pernapasan.
Kolaborasi
Memaksimalkan
jaringan,
transpor
khususnya
O2
pada
ke
adanya
melarutkan
hemoglobin
untuk
persentase
mencegah
kerusakan sel.
Diagnosa keperawatan 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubug b.d penurunan nafsu
makan, kemampuan tonus otot, yang ditandai oleh: berat badan menurun.
Tujuan umum
Tujuan khusus : Menunjukan peningkatan berat badan atau berat badan stabil
dengan nilai laboratorium normal.
Intervensi
Rasional
Mandiri
Mengidentifikasi
defisiensi,
menduga
kemungkinan intervensi.
yang disukai.
Observasi dan catat masukan makanan Mengawasi masukan kalori atau kualitas
pasien.
18
sedikit
dapat
menurunkan
sebelum
dan
sesudah
napsu
makan
dan
meminimalkan
kemungkinan
yang lembut. Beri pencuci mulut yang infeksi. Teknik perawatan mulut khusus
diencerkan bila mukosa oral luka.
mungkin
diperlukan
bila
jaringan
Membantu
bila
perlu,
harga
diri
efektivitas
program
Hb/Ht, BUN, albumin, protein, transferin, pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi
besi serum, B12, asam folat, TIBC, yang dibutuhkan.
elektrolit serum.
Diagnosa keperawatan 3 : Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah, yang ditandai oleh : kulit pucat, membran
mukosa:kering.
Tujuan Umum : Perfusi jaringan adekuat
Tujuan Khusus : Menunjukkan perbaikan perfusi jaringan yang dibuktikan oleh
tanda vital yang stabil.
Intervensi
Mandiri
Awasi tanda vital, keji pengisian kapiler,
Rasional
Memberikan
informasi
tentang
ekspensi
memaksimalkan
paru
oksigenasi
dan
untuk
vitamin B12
melakukan/mempertahankan
Intervensi
Rasional
Mandiri
normal,
cepat
kelelahan,
kelihatan,
dan
laporan
kesulitan
20
menyelesaikan tugas.
Keji kehilangan/gangguan keseimbangan Menujukan perubahan neurologi karena
gaya jalan,kelemahan otot.
defisiensi
vitamin
B12
mampengaruhi
tingkat
energi
regangan
pada
dan
sistem
bila
perlu,
harga
diri
bila perlu, memungkinkan pasien untuk ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu
melakukannya sebanyak mungkin.
Rencana
kemajuan
aktivitas
sendiri.
dengan Meningkatkan
secara
bertahap
tingkat
pasien, termasuk aktivitas yang pasien aktivitas sampai normal dan memperbaiki
pandang
perlu.
Tingkatkan
tingkat tonus
otot/stamina
Meningkatkan
tanpa
harga
diri
kelemahan.
dan
rasa
terkontrol.
Anjurkan pasien untuk menghentikan Regangan/stres
aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,nafas berlebihan/stres
pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
kardiopulmonal
dapat
menimbulkan
dekompensasi/kegagalan.
Intervensi
Rasional
Kaji berat dan lokasi nyeri. Tempat nyeri Jaringan dan organ sangat peka terhadap
yang sering adalah sendi dan ekstremitas, trombosis mikrosirkulasi dengan akibat
dada, dan abdomen.
Berikan
analgetik
sesuai
darah kecil.
Posisikan pasien dengan hati-hati dan Nyeri sendi dapat dikurangi selama krisis
sangga daerah nyeri; dukung penggunaan dengan
teknik relaksasi dan latihan pernapasan.
gerakan
penggunaan
yang
kompres
hati-hati
panas;
dan
teknik
Diagnosa keperawatan 6 : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang b.d
gangguan sirkulasi, yang ditandai oleh: turgor kulit buruk, kulit kering, pucat.
Tujuan Umum : Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria: kulit segar, sirkulasi
darah lancar.
Tujuan Khusus : Mencegah cedera; berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan
faktor resiko/kerusakan kuilt.
Intervensi
Rasional
Mandiri
telah
terganggu,
menurunkan
Inspeksi kulit/ titik tekanan secara teratur Sirkulasi buruk pada jaringan, mencegah
untuk kemerahan, beriakan pijatan lembut. kerusakan kulit.
Pertahankan permukaan kulit kering dan Lembab, area terkontaminasi memberikan
bersih; linen kering/ bebas kerutan.
Awasi
tungkai
perhatikan
terhadap
dengan
ketat
pembentukan ulkus.
aliran
balik
vena
Menurunkan
status
area
iskemik,
tekanan
jaringan
dan
keefektifan intervensi.
23
Intervensi
Rasional
ansietas
dan
dapat
pengetahuan
pasien
penyakitnya.
kemampuan
pasien
untuk
memilih
informasi.
Dorong latihan rentang gerak dan aktivitas Mencegah demineralisasi tulang dan dapat
fisik teratur dengan keseimbangan antara menurunkan resiko fraktur.
aktivitas dan istirahat.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi
tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan
ketentuan dari rumah sakit. Sasaran pasien meliputi peredaran nyeri, perbaikan mobilitas fisik
dalam batas-batas terapeutik, dan pemahaman mengenai program pengobatan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Osteomyelitis adalah keadaan inflamasi pada tulang yang diawali dengan infeksi pada
rongga medulla dan sistem havers kemudian meluas kebagian periosteum ke bagian yang
mengalami kerusakan. Jika terjadi infeksi pada tulang, akan terdapat pus pada kavitas
medulla dan dibawah periosteum sehingga menyumbat suplai darah yang akan menyebabkan
ischemia dan tulangyang terinfeksi menjadi NEKROSIS.
Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau
penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut
biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local.
Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian,
penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati
secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mutataqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2. EGC: Jakarta
http://nilla.wordpress.com/2008/01/27/askep.anemia-osteomielitis/, diunggah pada tanggal 25
september 2012
26
27