Anda di halaman 1dari 10

KRISTALISASI

Pustaka :
1. Ken Toyokura et all : Crystallization Volume I & II , JACE
Design Manual Series, Tokyo 1982.
2. Ken Toyokura, R.C. Bennett & G.H. Dale : Crystallization in
Encyclopedia of Chemical Processing and Design editor : Mc.
Ketta & Cunningham, Marcel Dekker Inc. New York, 1981.
3. J.W. Mullin Crystallization ; Butterworths, London, 1972.
4. P.A. Schweitzer (ed.) : Handbook of Separation Techniques
for Chemical Enginers; McGraw Hill Book, New York, 1979.
5. R.W. Rousseau (ed.) : Handbook of Separation Process
Technology John Wiley & Sons, New York, 1987.

Kristalisasi adalah proses terbentuknya fasa padatan kristalin


Kristal adalah fasa padatan berbentuk tertentu/spesifik dimana
permukaannya berupa kisi-kisi. Bentuk kristal yang spesifik ini disebut
dengan kristal habit : contoh bentuk kubus, prisma, octahedron,
rhombic dll.

Dipandang dari asalnya, kristalisasi dapat dibagi menjadi 3 proses


utama :
Kristalisasi dari larutan ( solution ) : merupakan proses
kristalisasi yang umum dijumpai di bidang Teknik Kimia :
pembuatan produk-produk kristal senyawa anorganik maupun
organic seperti urea, gula pasir, sodium glutamat, asam sitrat,
garam dapur, tawas, fero sulfat dll.
Kristalisasi dari lelehan ( melt ) : dikembangkan khususnya
untuk pembuatan silicon single kristal yang selanjutnya dibuat
silicon waver yang merupakan bahan dasar pembutan chip-chip
integrated circuit ( IC ). Proses Prilling ataupun granulasi sering
dimasukkan dalam tipe kristalisasi ini.
Kristalisasi dari fasa Uap : adalah proses sublimasi-desublimasi
dimana suatu senyawa dalam fasa uap disublimasikan
membentuk kristal. Dalam industri prosesnya bisa meliputi
beberapa tahapan untuk mendapatkan produk kristal yang murni.
Contohnya pemisahan suatu senyawa dari campurannya melalui
tahapan proses :
Padat
cair
uap
padat kristalin.
Contohnya:pemurnian anthracene, anthraquinon, camphor, thymol
Uranium hexafluoride, zirconium tetrachloride, sulphur
Kristalisasi dari larutan saja yang akan dibicarakan dalam Mata
kuliah Kristalisasi ini.
Kristalisasi merupakan proses separasi suatu solute dari larutannya
membentuk fasa padatan kristalin, artinya solute dalam larutan akan
berpindah dan menempel ke permukaan kristal induk, sehingga seolaholah kristal induknya tumbuh membesar sesuai dengan bentuk
habitnya.
Proses separasi dengan Kristalisasi mempunyai kelebihan a.l. :
Dapat diperoleh kemurnian produk kristal dari solute yang cukup
tinggi hanya dalam satu stage/langkah operasi. Dengan design
dan operasionalisasi kristaliser yang baik, dapat diperoleh
kemurnian sampai lebih dari 99 % dengan mudah.
3

Produk akhir berupa padatan kristalin yang mempunyai bentuk


habit, ukuran yang seragam sehingga meningkatkan daya tarik,
kemudahan handling, packing dan penjualan ataupun prosesing
lanjutannya.
Tetapi proses kristalisasi juga punya kelemahan antara lain :
Purifikasi multi komponen ( lebih dari satu ) dalam suatu larutan
tidak bisa dilakukan dengan satu tahapan operasi.
Tidak memungkinkan separasi semua solute dari larutannya
dalam satu tahapan operasi kristalisasi, karena terbentur pada
sifat kelarutan solute itu sendiri.
Karena kristalisasi menyangkut proses pemisahan dan handling 2
macam fasa : cair dan padatan, maka proses kristalisasi digunakan
apabila proses pemisahan dengan cara lain tidak memungkinkan lagi
baik ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis. Contoh proses
kristalisasi lebih feasible dibanding proses distilasi untuk pemisahan
campuran naphthalene-benzene; pemisahan ortho, metha dan para
xylene.
Kristalisasi merupakan proses pemisahan/separasi solute dari fasa
larutannya membentuk fasa padatan sendiri yang memakai fenomena
dasar : mass transfer dan sebagai driving forcenya adalah beda
konsentrasi solute di dalam larutan dengan di boundary layer
permukaan kristal.
Suatu larutan yang terdiri dari solute ( zat terlarut ) dan solvent ( zat
pelarut ) dapat mempunyai konsentrasi solute yang berbeda-beda,
sehingga dikenal :
Larutan belum jenuh ( unsaturated solution ): larutan ini masih
mampu menerima tambahan solute. Sehingga bila larutan ini
ditambah zat padat, maka zat padat tersebut masih bisa melarut
sebagian/semuanya.

Larutan jenuh = saturasi ( saturated solution ) : larutan ini pada


kondisi stabil = setimbang = equilibrium, yang artinya jumlah
solute yang terlarut tepat pada batas kemampuan melarutkan dari
solvent. Sehingga bila larutan ini ditambah lagi zat padat, tidak
lagi bisa melarutkannya.
Larutan lewat jenuh ( supersaturated solution ) : konsentrasi
solute di dalam larutan ini sudah melebihi kelarutannya, artinya
konsentrasi solute dalam larutan tersebut sudah melewati
konsentrasi jenuhnya.
Kelarutan suatu zat padat dalam suatu solvent adalah jumlah zat
padat yang bisa melarut dalam suatu solvent ( menjadi solute ).
Kelarutan suatu zat padat dalam suatu solvent berbeda-beda
tergantung pada senyawanya serta suhu/temperature solventnya.
Sehingga dikatakan kelarutan suatu zat padat dalam suatu solvent
tergantung pada suhu. Ada kecenderungan, semakin tinggi suhu
semakin besar pula zat padat yang bisa dilarutkan, sehingga
dikatakan kelarutan zat padat dalam solvent merupakan fungsi suhu.
Sering kita mendengar ( khususnya di kimia dasar kalau dikatakan
Kalsium Karbonat ataupun Kalsium Sulfat selalu mengendap/tidak
larut dalam air, pernyataan itu sebenarnya kurang tepat, karena
sebenarnya kedua senyawa tersebut kelarutannya dalam air sangat
kecil sekali, sehingga dianggap/diasumsikan kedua senyawa tersebut
semuanya mengendap.

Kurva saturasi
Area supersaturasi
Concentr.

Area
Unsaturasi

Suhu

Dengan pengertian diatas, maka proses kristalisasi adalah


kebalikannya proses pelarutan. Kalau proses pelarutan terjadi mass
transfer dari fasa padatan ke fasa larutan, maka dalam proses
kristalisasi terjadi mass transfer dari fasa larutan ke fasa padatan
yaitu berpindahnya solute dari fasa larutan ke fasa padatan
permukaan kristal.
Suatu kristal yang dimasukkan ke dalam suatu solvent, maka
dipermukaan kristal tersebut ada suatu lapisan tipis yang disebut
boundary layer. Dalam boundary layer ini selalu terjadi

equilibrium solute concentration dimana konsentrasi solute


konsentrasi larutan jenuh ( saturasi ) nya.
Karena itu agar proses kristalisasi bisa berlangsung, maka
konsentrasi solute dalam larutan harus lebih tinggi dari pada
konsentrasi jenuh/saturasi di boundary layer, agar bisa terjadi mass
transfer ( = difusi ) solute dari larutan ke boundary layer. ( ingat
dasar dari phenomena transfer : arah transfer selalu terjadi dari
potensi driving force tinggi ke yang rendah ).
Molekul solute yang baru berdifusi masuk ke boundary layer ini
akan mengubah equilibrium sehingga akan mendorong kembali
terbentuknya kondisi equilibrium dengan cara mendorong solute
excess tersebut untuk mengikatkan diri dengan molekul pembentuk
kisi-kisi kristal. Dengan demikian terjadi penambahan lapisan/layer
kristal baru dipermukaan kisi-kisi kristal yang lama.
Hal sebaliknya akan terjadi bila suatu kristal dimasukkan ke
larutan yang belum jenuh, dimana akan terjadi transfer molekul
dari kisi-kisi permukaan ke dalam larutan, sehingga dikatakan
kristalnya melarut dalam solvent.

Csupersaturasi
Permukaan kisi kristal &
Boundary layer

Csaturasi

Cunsaturasi
Konsentrasi : C
solute
Gb. Grafik profil konsentrasi solute di luar kisi-kisi permukaan kristal.

Pada saat terjadi pengikatan antara molekul solute ke kisi-kisi


permukaan kristal yang berupa ikatan electron, akan terjadi efek
panas yang disebut panas kristalisasi. Dan hal yang sebaliknya
akan terjadi saat terjadi pelarutan molekul fasa padatan dari kisikisi permukaan kristal akan terjadi panas pelarutan Secara
kuantitatif, besarnya panas kristalisasi adalah panas pelarutan.
Driving force mass transfer proses kristalisasi adalah beda
konsentrasi solute di dalam larutan dengan konsentrasi solute di
boundary layer : C yaitu derajat supersaturasi larutan ( degree of
supersaturation ) :
C = Clarutan - Cboundary layer
= Csuper-sat - Csaturasi
Semakin besar driving force : C , proses diffusi solute dari larutan
ke permukaan kristal semakin cepat, maka semakin tinggi kecepatan
kristalisasinya.
Tetapi bila kecepatan kristalisasi terlalu cepat kristal tumbuh
terlalu cepat, maka ada kemungkinan molekul solute yang lain
(sebagai impuritas) akan ikut terseret masuk dan terperangkap
didalam lapisan/layer baru yang terbentuk. Akibatnya kemurnian
kristal produk akan berkurang.

Adanya impuritas yang terlalu banyak dalam larutan yang akan


dikristalkan dan pengaturan kecepatan pengadukan akan menentukan
ataupun dapat mengubah bentuk kristal produk ( habit modification ).
Karena itu dalam industri sering harus dilakukan pemurnian larutan yang
akan dikristalkan terlebih dahulu.

10

Anda mungkin juga menyukai