Anda di halaman 1dari 14

TAKEHOME HERBAL MEDICINE FOR TOURISM

ANTIDIABETES

PUTU YUDHA UGRASENA


1408515005

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

1 & 2. Vitamin C (Ascorbic acid) dan Vitamin E (Tocopherol)

Vitamin C dan E memiliki manfaat sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas
dan stres oksidatif pada keadaan hiperglikemia (diabetes) sehingga mencegah terjadinya
kerusakan pembuluh darah mikro (microvascular) maupun pembuluh darah besar
(makrovascular) akibat dari kerusakan lapisan endothelium oleh radikal bebas yang bereaksi
dengan nitrit oksida ketika seseorang menderita diabetes (Doupis and Pepes, 2007). Stress
oksidatif akan meningkatkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) dan Reactive Nitrogen
Species (RNS) yang dapat berkembang menjadi radikal bebas (superoksida). Pada penderita
Diabetes Melitus, hiperglikemia menyebabkan terjadinya peningkatan pembentukan radikal
bebas. Senyawa radikal bebas akan menyerang biomolekul yang ada disekelilingnya. Radikal
bebas yang terdapat dalam endotel akan bereaksi dengan nitrit oksida menjadi peroksinitrrit,
yang merupakan prooksidan reaktif dan menyebabkan kerusakan sel endotel pembuluh darah,
sehingga terjadi gangguan suplai darah. Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai
menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi
nekrosis/gangrene (Armstrong and Lavery, 2010).

Gambar 1. Mekanisme antioksidan Vitamin C dan Vitamin E (Johansen et al.,2005;


Fisher et al., 2006).
Agen penangkal radikal bebas dalam tubuh (endogen) adalah enzim manganese
superoxide dismutase (Mn-SOD) didalam mitochondria dan oleh copper-SOD (cu-SOD),
enzim glutathione peroxidase (GSH-Px) dan katalase. Ketika GSH-Px mengkatalisis reduksi
H2O2 (hydrogen peroksida), maka 2 molekul GSH diperlukan untuk dioksidasi menjadi
glutathione disulfide (GSSG), dan apabila produksi ROS dan RNS tinggi namun regenerasi
GSSG menjadi GSH tidak berlangsung cepat maka ROS dan RNS akan membentuk radikal

bebas dengan H2O2. Sehingga vitamin C dalam mekanisme sebagai penangkal radikal bebas
dengan meningkatkan dan membantu regenerasi GSSG menjadi GSH (Johansen et al.,2005;
Fisher et al., 2006). Glutathion (GSH) bekerja sebagai scavenger langsung dan kosubstrat
bagi enzim GSH peroxidase untuk mengeliminasi H2O2 mencegah bereaksi dengan ROS dan
RNS (Grober, 2012) seperti pada gambar 1. Vitamin C juga menghambat autooksidasi
glukosa dimana struktur vitamin C yang mirip dengan glukosa sehingga berkompetisi dengan
glukosa mencegah autooksidasi glukosa menjadi sorbitol yang berbaya bagi penderita
diabetes. Vitamin E dan Vitamin C secara bersama-sama bekerja sebagai antioksidan dan
saling bersinergis. Vitamin E (Tocopherol) bekerja pada membrane karena merupakan
senyawa larut lemak dan akan membantu peroksidasi lemak di membrane dan mengikat
radikal hidroksi dan dalam bentuk radikal tocopherol akan diregenerasi kembali oleh vitamin
C. vitamin E akan membantu melindungi dari ROS dan membantu peroksidasi dan dalam
bentuk radikal vitamin E membantu proses pembentukan GSSG menjadi GSH sehingga
proses eliminasi radikal bebas dan ROS dari hasil stress oksidatif dapat diatasi (lihat gambar
1) (Johansen et al.,2005; Fisher et al., 2006).
3. Magnesium
Magnesium (Mg) bagi penderita diabetes berfungsi sebagai agen yang dapat membantu
meningkatkan sensitivitas dari insulin dan mencegah komplikasi dari diabetes baik
macrovascular maupun microvascular dan mencegah terjadinya komplikasi hipertensi bagi
penderita diabetes. Penyakit diabetes mellitus akibat dari resistensi insulin menyebabkan
penurunan dari magnesium (hypomagnesia) yang berujung pada komplikasi.

Gambar 2. Peran magnesium terhadap DM tipe 2 dan komplikasi hipertensi (Sales


and Pedrosa, 2006).
Mekanisme dari magnesium dalam menangani komplikasi diabetes mellitus adalah dengan
semakin banyak intake magnesium maka akan terjadi peningkatan dari aktivitas tyrosine
kinase yang menyebabkan influx kalsium menurun sehingga insulin dapat kembali sensitive
dan penurunan ion kalsium di intraselular akan menurunkan kontriksi dari pembuluh darah

perifer sehingga menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang berkaitan dengan system
vaskularisasi (Sales and Pedrosa, 2006).
4. Biotin
Biotin atau vitamin B7 adalah suatu vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini memiliki
peranan yang sangat penting dalam reaksi biokimia di pada tubuh (Guilliams, 2002).
Mekanisme

biotin

dalam

tubuh

adalah

membantu metabolisme lemak, protein,

dan karbohidrat yang akan membentuk molekul gula sederhana (glukosa), asam lemak.
Dalam penderita diabetes, biotin berperan dalam stimulasi insulin yang diinduksi glukosa
sekresi, meningkatkan sensitivitas insulin, dan percepatan glikolisis di hati dan pankreas oleh
peningkatan enzim yaitu glukokinase. Enzim ini berperan dalam glukosa homeostasis yang
mengatur insulin sekresi dalam menanggapi perubahan konsentrasi glukosa darah
(Fernandez, 2005).
5. Zinc (Zn)
Zinc adalah mineral penting yang terdapat pada hampir setiap sel. Zinc menstimulasi
aktivitas kurang dari 100 enzim, yaitu substansi yang mendukung reaksi-reaksi biokimia
dalam tubuh. Zinc diperlukan juga untuk mendukung sistem pertahanan tubuh yang baik.
Zinc adalah salah satu mikronutrien atau mineral yang esensial bagi manusia dan diperlukan
oleh berbagai jenis enzim dalam menjalankan fungsinya.. Zinc berperan dalam membantu
keseimbangan hormone ditubuh yaitu dalam hal ini insulin dan meningkatkan imunitas
karena pada pasien diabetes imunitas akan menjadi lemah.
Mekanisme zinc sangat penting dalam aktivitas insulin dan metabolisme karbohidrat.
Penelitian telah menunjukkan bahwa suplementasi zinc dapat meningkatkan tingkat insulin
puasa dan glukosa puasa. Selain itu, penelitian Jayawardena et al., (2012) menguji efek
suplementasi zinc pada lipid pada pasien dengan diabetes mellitus tipe-2 yaitu dengan
menggabungkan data untuk Total Chlesterol (TC), Low Density Lipoproteins Cholesterol
(LDL-c), High Density Lipoproteins Cholesterol (HDL-c) dan Triglycerides (TG). Penelitian
menunjukkan bahwa dengan menggunakan suplemen zinc dapat terjadi penurunan pada TC,
LDL dan TG, dan peningkatan HDL.
Selain membantu keseimbangan hormone dan enzim, imunitas serta metabolisme , zinc
juga berperan seagai agen antioksidan. Dalam pengobatan diabetes melitus, zinc berfungsi
sebagai antioksidan. Antioksidan ini dapat melindungi insulin dan sel-sel dari serangan
radikal bebas (Sun et al. 2009). Zinc meningkatkan kapasitas antioksidan dari sel melalui
persaingan langsung dengan logam yang dikenal mengkatalisis reaksi Fenton, seperti

tembaga dan besi (Samman, 2013). Zinc juga membantu enzim agen antioksidan endogen
dalam tubuh yaitu ZnSOD (Zinc superoxide dismutase) sehingga dapat meanngkal radikal
bebas menjadi H2O2.
6. Mangan (Mn)
Mangan berfungsi untuk mengatur metabolisme karbohidrat dan berperan dalam sekresi
insulin yang dalam hal ini berkaitan dengan sensitivitas insulin. Apabila kekurangan mangan
maka tubuh akan mengalami gangguan metabolisme karbohidrat hingga mengalami
hipoglikemia dan pada pasien diabetes akan menyebabkan keparahan karena sensitivitas
insulin menjadi menurun (Mulyaningsih et al., 2010; Baly et al., 2014). Selain itu mangan
berfungsi untuk meningkatkan peran dari MnSOD (Mangan-superoksida dismutase) yaitu
enzim sebagai agen antioksidan endogen untuk menangkal radikal bebas sehingga mencegah
komplikasi bagi penderita diabetes akibat radikal bebas dan stress oksidatif. Mekanisme dari
Mangan adalah dengan membantu dalam proses pembentukan enzim MnSOD sebagai agen
antioksidan pertama yang menghadapi radikal bebas untuk diubah menjadi H2O2 (hydrogen
peroksida). Mangan terdapat banyak di mitokondria dan lebih khususnya banyak terdapat di
liver. Mekanisme Mangan juga bekerja mirip dengan mineral magnesium yaitu meningkatkan
aktivitas kinase yang berefek pada penurunan resistensi dari insulin artinya insulin akan
semakin sensitive (Kies, 1987; Pucheu et al.,1993).
7. Kromium (Cr)
Kromium merupakan mineral yang berfungsi untuk mengatasi resistensi insulin.
Meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit, keberadaan kromium bagi penderita DM tipe 2
sangat penting untuk mengatasi resistensi insulin. Kecukupan kromium sangat berarti untuk
menurunkan kadar gula darah. Jika tubuh kekurangan kromium, maka pengaturan gula darah
oleh insulin dapat terganggu (Lingga, 2012). Kromium besar peranannya dalam proses
metabolisme karbohidrat dalam tubuh, yakni dalam meningkatkan asupan glukosa darah
masuk kedalam sel. Jika unsur kromium kurang dalam tubuh proses metabolisme karbohidrat
akan terganggu sehingga masuknya glukosa ke dalam sel juga akan terganggu akibatnya
kadar dalam darah akan meningkat (Anderson,1998). Kromium

merupakan unsur yang

berperan dalam meningkatkan sensitivitas insulin.


Mekanisme kerja dari kromium adalah dengan merangsang sekresi insulin oleh sel-sel
beta pankreas. Kromium dapat membantu kerja hormon insulin dengan cara membantu selsel reseptor untuk berikatan dengan insulin. Kromium yang dikonsumsi akan menuju ke

jaringan lemak dan otot lurik yang akan mengaktifkan fosforilasi Akt yang ada di
jaringanlemak dan otot lurik. Sensitivitas insulin pada tingkat molekul dapat diukur dengan
fosforilasi protein yang disebut Akt dalam sel-sel lemak. Fosforilasi Akt merupakan langkah
kimia penting di awal respon selterhadap insulin. Fosforilasi Akt akan merangsang sekresi
insulin secara paten sehingga glukosa dapat masuk kedalam sel pankreas secara difusi pasif
yang diperantarai protein membran yang spesifik (glukosatransporter 2), sedangkan glukosa
masuk ke membran plasma melalui glukosa transporter 4 yang juga dapat merangsang sekresi
insulin. Sekresi insulin menyebabkan produksi insulin meningkat sehingga secara otomatis
produksi glukosa oleh hati menurun dan glukosa darah juga menurun (Lestari et al., 2013).
8. Guggul (Commiphora mukul - Burseraceae)
Gunggul merupaka spesies dari tanaman Commiphora mukul dari famili burseraceae
memiliki kandungan epi-mukulin, diasesartemin dan guggulsterone yang digunakan sebagai
adjuvant dan atau preventif penanganan defisiensi insulin. Mekanisme dalam penanganan
defisiensi insulin dengan menurunkan aktivasi enzim yang metabolism glukosa (heksokinase,
fosfofruktokinase, kinase piruvat, dan glukosa-6-fosfatase, fruktosa-1,6-bisphosphatase dan
glukosa-6-fosfat dehidrogenase) dan metabolisme lipid (asam lemak synthase, enzim malat
dan lipo-protein lipase) (Ramesh et al., 2012).
9. Bitter Melon
Bitter melon merupakan spesien dari tanaman Momordica charantia Linn. dengan
famili cucurbitaceae yang memiliki kandungan kimia berupa steroidal saponin atau yang
lebih dikenal dengan charantin, peptide yang seperti insulin dan alkaloid. Kandungan dari
tanaman ini dianggap bertanggung jawab atas pengurangan kadar gula darah dalam
pengobatan diabetes tipe-2. Mekanisme kerjanya dengan meningkatkan pemanfaatan glukosa
dan penurunan glukogenesis melalui penghambatan dua enzim kunci glukosa-6-phasphat dan
fruktosa-1,6 bisphosphatase dan meningkatkan oksidasi glukosa melalui jalur shunt dengan
mengaktifkan glukosa 6-phasphate dehidrogenase. Selain itu ekstrak Momordica charantia
mendorong penyimpanan glukosa dalam hati sebagai glikogen, mendukung sekresi insulin
dan menurunkan terjadinya resistensi insulin dengan meningkatkan fungsi reseptor insulin di
hati. Bitter melon mengandung polipeptida-P yang merupakan insulin tanaman diketahui
menurunkan kadar gula darah. Selain itu juga mengandung agen hipoglikemik disebut
charantin. Charantin meningkatkan penyerapan glukosa dan glikogen sintesis dalam sel-sel
hati, otot dan jaringan adiposa. (Altinterim, 2012).
10. Ekstrak licorice

Ekstrak licorice diperoleh dari Glycyrrhiza uralensis dari famili fabaceae di dalam obat
ini berperan sebagai komponen yang aktif sebagai antidiabetes. Kandungan ekstrak licorice
yaitu golongan prenilflavonoid seperti glycycoumarin, glycyrin, dehydroglyasperin C dan
dehydroglyasperin D ditemukan memiliki aktivitas sebagai ligan yang mampu berikatan dan
mengaktifkan Peroxisome Proliferator Activator Receptor Gamma (PPAR-). Aktivasi
PPAR- akan memperbaiki sensitifitas jaringan terhadap insulin secara tidak langsung dengan
cara (a) memacu ekspresi gen lipoprotein lipase dan protein-protein transpor asam lemak
jaringan adiposa secara selektif sehingga mempercepat klirens asam lemak bebas dan
adipogenesis tanpa peningkatan distribusi ke jaringan otot rangka dan hati mencegah
peningkatan glukoneogenesis. (b) remodelling jaringan adiposa dengan memacu diferensiasi
adiposit sehingga lebih banyak terbentuk adiposit berukuran kecil yang lebih stabil, dan
mengatur distribusi jaringan adipose. (c) menekan sekresi TNF-alpha, dan memacu sintesis
glucose transporter dan translokasi GLUT-4 (Vamecq, 1999 ;Mae Tatsumasa et al. 2003)
11. Cinnamon
Cinnamon atau Cinnamomum zeylanicum dari family lauraceae di dalam obat ini
berperan sebagai komponen yang aktif sebagai antidiabetes. Cinnamon diketahui melalui
penelitian memiliki aktivitas antidiabetes melalui kemampuannya untuk menginhibisi enzim
-glukosidase yang berperan dalam mengatur rasio pencernaan dan penyerapan karbohidrat
dalam usus. Dengan menginhibisi enzim -glukosidase akan menghambat pencernaan
glukosa dalam saluran pencernaan sehingga menurunkan jumlah glukosa yang mampu
diserap, hal ini akan berimbas kepada penurunan kadar gula dalam darah (Shihabudeen et
al.,2011).
12. Gymnema sylvestre
Gymnema sylvestre R.Br dari Family Asclepiadaceae memiliki manfaat untuk penyakit
diabetes dengan meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa di darah.
Mekanisme dengan meningkatkan sekresi insulin: ekstrak gymnema akan menstimulasi
pakreas yaitu sel pancreas sehingga peningkatan pelepasan insulin. Salah satu mekanisme
bertanggung jawab untuk diabetes melitus dewasa adalah bentuk resistensi insulin, yang
dikaitkan dengan ketidakmampuan insulin untuk memasuki sel melalui insulin reseptor.
Gymnema dapat mengatasi hambatan ini, tetapi memerlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengkonfirmasi nya (Sabitha et al., 2012; Karthic et al., 2012). Mekanisme lain dengan
meningkatkan regenerasi sel islet dan meningkatkan pemanfaatan glukosa dengan
meningkatkan aktivitas emzim yang bertanggung jawab dalam pemanfaatan glukosa pada
dengan jalur insulin dependent, peningkatan aktivitas fosfolirase, penurunan enzim

gluconeogenic dan sorbitol dehidrogenase. (Gulab et al., 2012). Menghambat absorbsi


glukosa: dimana asam gimnemik yang merupakan kandungan dari Gymnema sylvestre
membentuk molekul yang mirip dengan molekul glukosa.

Asam gimnemik menempati

reseptor dilapisan eksternal usus penyerapan sehingga mencegah molekul glukosa diserap
diusus sehingga menghasilkan kadar gula yang rendah (Gulab et al., 2012).
13. Yarrow leaf
Achillea millefolium L dari Family Asteraceae. Yarrow merupakan nama lain dari
tanaman Achillea millefolium L. Tanaman Achillea millefolium L dibeberapa negara seperti
Canada, Israel dan Amerika Utara digunakan dalam pengobatan diabetes mellitus (Jarald et
al., 2008). Penelitian tentang mekanisme Achillea millefolium L sebagai antidiabtes belum
banyak dilakukan namun tanaman ini memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Dimana
Achillea millefolium memiliki aktivitas antioksidan yang kuat melebihi -tokoferol (Vitamin
E) dalam konsentrasi yang sama (Keser et al, 2013). Salah satu penyebab diabetes adalah
adanya stress oksidatif dengan adaya antioksidan sters oksidatif dapat dikurangi dengan
mekanisme menghambat peroksidase membrane lipid yang diinduksi oleh Fe2+ (WHO,
2005).
14. Cayenne
Capsicum frutescens dari Family: Solanaceae. Manfaat untuk penyakit diabetes:
menurunkan kadar glukosa di darah dan menghilangkan nyeri akibat komplikasi diabetes
yaitu nefropati. Kandungan capsaicin pada cayenne pepper diduga menyebabkan peningkatan
homeostasis glukosa yang dikaitkan dengan penurunan resistensi insulin, penurunan
penyimpanan lemak hati, dan aktivasi adenosin monofosfat kinase pada hati. Capsaicin dapat
memodulasi enzim yang mengatur metabolisme glukosa atau mungkin mempengaruhi
hormon, neuropeptida, dan tingkat sitokin. Hal ini juga dapat mempengaruhi ikatan insulin
pada reseptor insulin (Ahuja et al., 2006).
15. Juniper Berries
Juniperus communis dari Family Cupressaceae. Manfaat untuk penyakit diabetes:
menurunkan kadar glukosa di darah. Mekanisme dengan meningkatkan regenerasi sel islet.
Meningkatkan konsumsi glukosa perifer. Pada penderita diabetes terdapat perubahan stroma
pulau Langerhans dan asinus dari pankreas dan penebalan dari septa jaringan ikat di sekitar
kapiler darah dan peralihan sel endokrin dan beberapa saluran dan pembuluh darah pankreas.
Penggunaan Juniper mengakibatkan penurunan tingkat deposisi kolagen dan induksi fibrosis
terutama dengan dosis tinggi (7,5%). Hal ini mungkin merupakan hasil dari koreksi kadar
glukosa dalam jaringan (de Medina et al., 1994; Abunasef, 2006).Juniper berry akan

memperbaiki kerusakan sel pankreas pada penderita diabetes sehingga meningkatkan


pelepasan insulin (Abunasef, 2006). Menghambat absorbsi glukosa dengan cara kandungan
serat yang terdapat dalam Juniper Berry diduga menghambat absorbsi karbohidrat yang
berpengaruh pada kadar glukosa dalam darah yang rendah (Abunasef, 2006).
16. Huckleberry
Huckleberry dengan nama latin Vaccinium myrtillus (atau dikenal juga dengan Bilberry)
dari family Ericaceae membantu mengurangi risiko terjadinya komplikasi pada penderita
diabetes melitus seperti diabetes retinopati (Perossini et al., 1987). Huckleberry mengandung
senyawa antosianosida memiliki mekanisme antara lain Mensuplai oksigen ke dalam darah
sehingga mampu meningkatkan sirkulasi darah menuju mata sehingga mencegah terjadinya
diabetes retinopati. Mekanisme huckleberry pada diabetes tidak pada penurunan kadar
glukosa dalam darah namun konstituennya membantu meningkatkan kekuatan dan integritas
dari pembuluh darah sehingga membantu dalam mengurangi kerusakan pada pembuluh
darah yang terkait dengan diabetes dan penyakit lainnya, seperti aterosklerosis (kalsium dan
lemak yang terdeposit di arteri) (Anonim, 2001; Scharrer and Ober, 1981).
17. Vanadyl Sulfate
Vanadil sulfat memiliki efek yaitu dapat menurunkan kadar gula dalam darah
serta meningkatkan sensitivitas insulin sehingga mampu menstimulasi pelepasan insulin di
dalam tubuh (Marzban and McNeill, 2003). Insulin disekresikan dari sel pankreas
sebagai respon terhadap peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah.
Hormon tersebut akan berikatan dengan reseptornya, sebuah kompleks
tetramerik yang terdiri atas dua sub unit dan dua sub unit . Ikatan
insulin pada sub unit ekstraseluler memicu perubahan konformasi yang
akan mengaktifkan tirosin kinase intrinsik dari sub unit intraseluler
melalui mekanisme autofosforilasi dari residu tirosin spesifik. Tirosin terfosforilasi akan merangsang aktivitas beberapa protein intraseluler dalam
jalur insulin signaling yang diduga sebagai mediator dari efek metabolik
insulin pada transport glukosa, translokasi GLUT- 4, sintesis glikogen dan
protein.

Insulin

signaling

akan

berhenti

ketika

protein

tyrosine

phosphatase (PTPase) mengkatalisis defosforilasi dari reseptor dan


substratnya. Pada keadaan resistensi insulin, terjadi peningkatan aktivitas
PTPase sehingga insulin signaling berlangsung lebih singkat dan tidak
dapat memberikan efek metabolik, khususnya terhadap aktivitas glucose

transporter untuk memasukkan glukosa ke jaringan otot atau lemak


(Holidah dan Khotib, 2012). Vanadil sulfat merupakan garam inorganik
dari logam vanadium, dimana mekanisme aksinya pada penderita
diabetes melitus adalah menghambat aktivitas protein tyrosine phospatase
(PTPase) pada insulin signaling pathway. Vanadium sebagai analog fosfat akan
masuk ke dalam sel melalui difusi, endositosis, atau phosphate channels
(P/VCh) dan berikatan dengan sisi aktif dari enzim PTPase serta
menghambat aktivitas PTPase. Penghambatan aktivitas PTPase yang
merupakan regulator negatif dalam proses signaling akan menyebabkan
tirosin terfosforilasi tetap aktif sehingga aktivitas beberapa protein
intraseluler dalam jalur signaling insulin bertahan lebih lama (Holidah dan
Khotib, 2012). Selain itu, vanadil sulfat akan meningkatkan densitas dan
jumlah protein glucose transporter 4 (GLUT-4) yang terekskresi, dimana
GLUT-4 merupakan protein yang berperan penting dalam proses signaling
(Marzban and McNeill, 2003). Jika insulin signaling masih aktif dan GLUT- 4
masih terdapat di membran plasma sel target insulin, maka proses uptake
glukosa dari sirkulasi sistemik menuju sel target akan terus berlangsung
dan kadar glukosa dalam darah akan turun (Holidah dan Khotib, 2012).
18. Alpha Lipoic Acid
Alpha Lipoic Acid (ALA) atau disebut pula dengan asam tiotik dapat menurunkan
kadar gula dalam darah. Selain itu dalam produk ini, ALA juga berperan dalam meningkatkan
aktivitas dari vitamin C dan E yang terkandung dalam obat Blood Sugar Support Formula
tersebut. ALA dapat mencegah terjadinya stress oksidatif yang dapat memperburuk keadaan
penderita diabetes, meningkatkan sensitivitas insulin dan menstimulasi pelepasan insulin
(Johansen et al.,2005; Bruno, 2009).
19. L-Taurine
Taurine merupakan asam amino semi esensial yang terdapat di hati, retina, otak, otot,
platelet dan sel darah putih. Dalam pengaruhnya terhadap penderita diabetes, taurine dapat
menurunkan kadar glukosa darah karena perannya dalam regulasi metabolism glukosa. Asam
amino ini dapat meningkatkan glikoneogenesis, glikolisis, oksidasi glukosa dan uptake
glukosa pada hati dan jantung. Selain itu dilaporkan pula taurine dapat meningkatkan
aktivitas insulin serta kemampuan berikatan dengan reseptor insulin (Franconi et al., 2004).

Daftar Pustaka
Abunasef, S.K.M. 2006. Effect of Juniper on The Structure of Islets of Langerhans in
Alloxan-Induced Diabetic Rats: Histological And immunohistochemical Study. The
Egyptian Journal of Histology Vol. 29: 193-204.
Ahuja, K.D.K, I.K. Robertson, D.P. Geraghty, M.J. Ball. 2006. Effects of Chili Consumption
on Postprandial Glucose, Insulin, and Energy Metabolism. Am J Clin Nutr. Vol 84: 6369.

Altinterin, B. 2012. Bitter Melon (Momordica charantia) and the Effects of Diabetes Disease.
Journal of Agricultural Faculty of Uludag University. Vol. 2. Pp: 65-69.
Anderson, RA. 1998. Chormium Glucose Tolerance and Diabetes. J.Am Coll Nutr Vol.
17. pp. 548-555.
Anonim. 2001. Monograph: Vaccinium myrtillus (Bilberry). Alternative Medicine Review.
Vol. 6, No. 5: 500-504.
Armstrong G and Lavery L.A. (2010). Clinical Care Of Diabetik Foot. 2nd ed. American
Diabetes Association
Baly, D. L., D. L. Curry, C. L. K. Andlucille , Hurley. 2014. Effect of Manganese Deficiency
on Insulin Secretion and Carbohydrate Homeostasis in Rats. The Journal of Nutrition.
Vol 22.
Bruno, Gene. 2009. Smart Suplementation Alpha Lipoic Acid; Literature Education Series
On Dietary Supplements. Huntington College of Health Sciences 800-290-4226.
PP:1-2.
de Medina, F.S., M.J. Gamez, I. Jimenez, J. Jimenez, J.I. Osuna, A. Zarzuelo. 1994.
Hypoglychemic Activity of Juniper Berry. Planta Med. Vol. 60 No. 3: 197-200.
Doupis, J., A, Veves. 2007. Antioxidants, Diabetes, and Endothelial Dysfunction. U.S
Endocrine Disease
Fernandez, C., Mejia. 2005. Pharmacological effects of biotin. Journal of Nutritional
Biochemistry Vol. 16. pp. 424 427
Fisher, A. B., Zhang, Q. . ., Geoffrey, J. L., & Steven, D.S. 2006. NADPH and NADPH
oxidase. Encyclopedia of Respiratory Medicine., Oxford, Academic Press, 77.
Franconi, F., M. A. S. D. Leo, F. Bennardini, and G. Ghirlanda. 2004. Is Taurine Beneficial in
Reducing Risk Factors for Diabetes Mellitus?. Neurochemical Research. Vol. 29(1).
PP: 143-150.
Grober, U. 2012. Mikronutrien : Penyelarasan Metabolic, Penceahan, Dan Terapi.
EGC.Jakarta.
Guilliams, T. G. 2002. DiabetesThe Preventable Epidemic. A Concise Update Of Important
Issues Concerning Natural Health Ingredients Vol. 5. No. 1.
Holidah, D. dan J. Khotib. Pengaruh Vanadil Sulfat Terhadap Ekspresi Protein GLUT-4 pada
Mencit yang Menderita Diabetes Mellitus. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 6 No. 2:
55-63.
Jarald, E., S. Balakrishnan, D.C.Jain. 2008. Diabetes and Herbal Medicines. Iranian Journal
of Pharmacology and Therapeutic.pp: 1735-2657

Johansen, J. S., Harris, A. K., Rychly, D. J., & Ergul, A. 2005. Oxidative stress and the use of
antioxidants in diabetes: linking basic science to clinical practice. Cardiovasc
Diabetol, 4(1), 5.
Karthic, R., S. Nagaraj, P. Arulmurugan, S. Seshadri, R. Rengasamy and K. Katravan. 2012.
Gymnema sylvestreR. Br. suspension cell extract show antidiabetic

potential in

Alloxan induced diabetic albino male rats. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine. Pp:930-933
Keser, S., S. Celik, S. Turkoglu, O.Yilmaz, I.Turkoglu. 2013. Antioxidant Activity, Total
Phenolic and Flavonoid Content of Water and Ethanol Extracts From Achillea
millefolium L. Turkey Journal Pharm Sci Vol. 10(3). Pp: 385-392.
Kies ,C. 1987. Manganese bioavailability overview. Nutritional Bioavailability of
Manganese. Washington DC: American Chemical Society; 1987:1-8.
Lestari, N.P., Tjandrakirana., N. Kuswanti. 2013. Pengaruh Pemberian Campuran Cairan
Rebusan Kayu Secang (Caesalpia sappan L.) dan Daun Lidah Buaya (Aloe vera)
terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus). LenteraBio Vol. 2. No. 1. pp.
113-119.
Lingga, L. 2012. Bebas Diabetes Tipe-2 Tanpa Obat. Jakarta : PT. AgroMedia Pustaka
Mae Tatsumasa et al. 2003. A Licorice Ethanolic Extract with Peroxisome ProliferatorActivated Receptor- Ligand-Binding Activity Affects Diabetes in KK-Ay Mice,
Abdominal Obesity in Diet-Induced Obese C57BL Mice and Hypertension in
Spontaneously Hypertensive Rats. The American Society for Nutritional Sciences.
133(11) : 3367-3377.
Marzban, L. and J.H. McNeill. 2003. Insulin-Like Actions of Vanadium: Potential as a
Therapeutic Agent. The Journal of Trace Elements in Experimental Medicine. Vol. 16:
253267.
Mulyaningsih, T. R., Istanto., S. Yusuf., S. Suprapti. 2010. Analisis Unsur Toksik dan MakroMikro Nutrien Dalam Bahan Makanan Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron. J.
Iptek Nuklir Ganendra Vol. 13. No. 1. pp. 46-55.
Perossini, M, et al. 1987. Diabetic and hypertensive retinopathy therapy with Vaccinium
myrtillus anthocyanosides (Tegens): Double-blind placebo controlled clinical trial.
Ann Ottalmol Clin Ocul Vol. 113: 1173.
Pucheu S, Coudray C, Tresallet N, et al. 1993. Effect of iron overload in the isolated ischemic
and reperfused rat heart. Cardiovascular Drugs Ther; 7:701-711

Ramesh, B., R, Karuna, R.S. Sreenivasa, G.Sudhakara and D.Saralakumari. 2012. Ethanolic
Ectract of Commiphora mukul Gum Resin Attenuates Streptozotocin-Induced
Alterations in Carbohydrate and Lipid Metabolism in Rat. EXCLI Journal. Vol.12.
pp:556-568
Sabitha R. A., V. Nagamani , S. Patnaik and B. Saidulu. 2012. Gymnema sylvestre R. Br. :An
important antidiabetic plant of India: A Review. Plat Sciences Feed Vol. 2 (12). pp:
174-179
Sales, C. H., L. de F. C. Pedrosa. 2006. Magnesium and diabetes mellitus: Their relation.
Clinical Nutrition. Vol. 25 :554562
Scharrer, A. and M. Ober. Anthocyanosides in the treatment of retinopathies. Klin Monatabl
Augenheilkd. Vol. 178: 386-389.
Shihabudeen H.M.S., Priscilla D.H., Kavitha T. 2011. Cinnamon Extract Inhibits glucosidase Activity and Dampens Postprandial Glucose Excursion in Diabetic Rats.
Nutrition & Metabolism. 8: 46
Thakur, G. S., R. Sharma, B.S. Sanodiya, M. Pandey, G.B.K.S. Prasad and P.S. Bisen. 2012.
Gymnema sylvestre: An Alternative Therapeutic Agent for Management of Diabetes.
Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 2 (12), pp. 001-006
Vamecq J, Latruffe N. 1999. Medical significance of peroxisome proliferator-activated
receptos. Lancet. 354:141148.
WHO. 2005. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants. Vol. 4. Spain: WHO Library
Cataloguing-in-Publication Data.

Anda mungkin juga menyukai