glutathione disulfide (GSSG), dan apabila produksi ROS dan RNS tinggi namun regenerasi
GSSG menjadi GSH tidak berlangsung cepat maka ROS dan RNS akan membentuk radikal
bebas dengan H2O2. Sehingga vitamin C dalam mekanisme sebagai penangkal radikal bebas
dengan meningkatkan dan membantu regenerasi GSSG menjadi GSH (Johansen et al.,2005;
Fisher et al., 2006). Glutathion (GSH) bekerja sebagai scavenger langsung dan kosubstrat
bagi enzim GSH peroxidase untuk mengeliminasi H2O2 mencegah bereaksi dengan ROS dan
RNS (Grober, 2012) seperti pada gambar 1. Vitamin C juga menghambat autooksidasi
glukosa dimana struktur vitamin C yang mirip dengan glukosa sehingga berkompetisi dengan
glukosa mencegah autooksidasi glukosa menjadi sorbitol yang berbaya bagi penderita
diabetes. Vitamin E dan Vitamin C secara bersama-sama bekerja sebagai antioksidan dan
saling bersinergis. Vitamin E (Tocopherol) bekerja pada membrane karena merupakan
senyawa larut lemak dan akan membantu peroksidasi lemak di membrane dan mengikat
radikal hidroksi dan dalam bentuk radikal tocopherol akan diregenerasi kembali oleh vitamin
C. vitamin E akan membantu melindungi dari ROS dan membantu peroksidasi dan dalam
bentuk radikal vitamin E membantu proses pembentukan GSSG menjadi GSH sehingga
proses eliminasi radikal bebas dan ROS dari hasil stress oksidatif dapat diatasi (lihat gambar
1) (Johansen et al.,2005; Fisher et al., 2006).
3.
Magnesium
Magnesium (Mg) bagi penderita diabetes berfungsi sebagai agen yang dapat membantu
meningkatkan sensitivitas dari insulin dan mencegah komplikasi dari diabetes baik
macrovascular maupun microvascular dan mencegah terjadinya komplikasi hipertensi bagi
penderita diabetes. Penyakit diabetes mellitus akibat dari resistensi insulin menyebabkan
penurunan dari magnesium (hypomagnesia) yang berujung pada komplikasi.
Mekanisme dari magnesium dalam menangani komplikasi diabetes mellitus adalah dengan
semakin banyak intake magnesium maka akan terjadi peningkatan dari aktivitas tyrosine
kinase yang menyebabkan influx kalsium menurun sehingga insulin dapat kembali sensitive
dan penurunan ion kalsium di intraselular akan menurunkan kontriksi dari pembuluh darah
perifer sehingga menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang berkaitan dengan system
vaskularisasi (Sales and Pedrosa, 2006).
4.
Biotin
Biotin atau vitamin B7 adalah suatu vitamin yang larut dalam air. Vitamin ini memiliki
peranan yang sangat penting dalam reaksi biokimia di pada tubuh (Guilliams, 2002).
Mekanisme
biotin
dalam
tubuh
adalah
dan karbohidrat yang akan membentuk molekul gula sederhana (glukosa), asam lemak.
Dalam penderita diabetes, biotin berperan dalam stimulasi insulin yang diinduksi glukosa
sekresi, meningkatkan sensitivitas insulin, dan percepatan glikolisis di hati dan pankreas oleh
peningkatan enzim yaitu glukokinase. Enzim ini berperan dalam glukosa homeostasis yang
mengatur insulin sekresi dalam menanggapi perubahan konsentrasi glukosa darah
(Fernandez, 2005).
5.
Zinc (Zn)
Zinc adalah mineral penting yang terdapat pada hampir setiap sel. Zinc menstimulasi
aktivitas kurang dari 100 enzim, yaitu substansi yang mendukung reaksi-reaksi biokimia
dalam tubuh. Zinc diperlukan juga untuk mendukung sistem pertahanan tubuh yang baik.
Zinc adalah salah satu mikronutrien atau mineral yang esensial bagi manusia dan diperlukan
oleh berbagai jenis enzim dalam menjalankan fungsinya.. Zinc berperan dalam membantu
keseimbangan hormone ditubuh yaitu dalam hal ini insulin dan meningkatkan imunitas
karena pada pasien diabetes imunitas akan menjadi lemah.
Mekanisme zinc sangat penting dalam aktivitas insulin dan metabolisme karbohidrat.
Penelitian telah menunjukkan bahwa suplementasi zinc dapat meningkatkan tingkat insulin
puasa dan glukosa puasa. Selain itu, penelitian Jayawardena et al., (2012) menguji efek
suplementasi zinc pada lipid pada pasien dengan diabetes mellitus tipe-2 yaitu dengan
menggabungkan data untuk Total Chlesterol (TC), Low Density Lipoproteins Cholesterol
(LDL-c), High Density Lipoproteins Cholesterol (HDL-c) dan Triglycerides (TG). Penelitian
menunjukkan bahwa dengan menggunakan suplemen zinc dapat terjadi penurunan pada TC,
LDL dan TG, dan peningkatan HDL.
Selain membantu keseimbangan hormone dan enzim, imunitas serta metabolisme , zinc
juga berperan seagai agen antioksidan. Dalam pengobatan diabetes melitus, zinc berfungsi
sebagai antioksidan. Antioksidan ini dapat melindungi insulin dan sel-sel dari serangan
radikal bebas (Sun et al. 2009). Zinc meningkatkan kapasitas antioksidan dari sel melalui
persaingan langsung dengan logam yang dikenal mengkatalisis reaksi Fenton, seperti
tembaga dan besi (Samman, 2013). Zinc juga membantu enzim agen antioksidan endogen
dalam tubuh yaitu ZnSOD (Zinc superoxide dismutase) sehingga dapat meanngkal radikal
bebas menjadi H2O2.
6.
Mangan (Mn)
Mangan berfungsi untuk mengatur metabolisme karbohidrat dan berperan dalam sekresi
insulin yang dalam hal ini berkaitan dengan sensitivitas insulin. Apabila kekurangan mangan
maka tubuh akan mengalami gangguan metabolisme karbohidrat hingga mengalami
hipoglikemia dan pada pasien diabetes akan menyebabkan keparahan karena sensitivitas
insulin menjadi menurun (Mulyaningsih et al., 2010; Baly et al., 2014). Selain itu mangan
berfungsi untuk meningkatkan peran dari MnSOD (Mangan-superoksida dismutase) yaitu
enzim sebagai agen antioksidan endogen untuk menangkal radikal bebas sehingga mencegah
komplikasi bagi penderita diabetes akibat radikal bebas dan stress oksidatif. Mekanisme dari
Mangan adalah dengan membantu dalam proses pembentukan enzim MnSOD sebagai agen
antioksidan pertama yang menghadapi radikal bebas untuk diubah menjadi H2O2 (hydrogen
peroksida). Mangan terdapat banyak di mitokondria dan lebih khususnya banyak terdapat di
liver. Mekanisme Mangan juga bekerja mirip dengan mineral magnesium yaitu meningkatkan
aktivitas kinase yang berefek pada penurunan resistensi dari insulin artinya insulin akan
semakin sensitive (Kies, 1987; Pucheu et al.,1993).
7.
Kromium (Cr)
Kromium merupakan mineral yang berfungsi untuk mengatasi resistensi insulin.
Meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit, keberadaan kromium bagi penderita DM tipe 2
sangat penting untuk mengatasi resistensi insulin. Kecukupan kromium sangat berarti untuk
menurunkan kadar gula darah. Jika tubuh kekurangan kromium, maka pengaturan gula darah
oleh insulin dapat terganggu (Lingga, 2012). Kromium besar peranannya dalam proses
metabolisme karbohidrat dalam tubuh, yakni dalam meningkatkan asupan glukosa darah
masuk kedalam sel. Jika unsur kromium kurang dalam tubuh proses metabolisme karbohidrat
akan terganggu sehingga masuknya glukosa ke dalam sel juga akan terganggu akibatnya
8.
9.
Bitter Melon
Bitter melon merupakan spesien dari tanaman Momordica charantia Linn. dengan
famili cucurbitaceae yang memiliki kandungan kimia berupa steroidal saponin atau yang
lebih dikenal dengan charantin, peptide yang seperti insulin dan alkaloid. Kandungan dari
tanaman ini dianggap bertanggung jawab atas pengurangan kadar gula darah dalam
pengobatan diabetes tipe-2. Mekanisme kerjanya dengan meningkatkan pemanfaatan glukosa
dan penurunan glukogenesis melalui penghambatan dua enzim kunci glukosa-6-phasphat dan
fruktosa-1,6 bisphosphatase dan meningkatkan oksidasi glukosa melalui jalur shunt dengan
mengaktifkan glukosa 6-phasphate dehidrogenase. Selain itu ekstrak Momordica charantia
mendorong penyimpanan glukosa dalam hati sebagai glikogen, mendukung sekresi insulin
dan menurunkan terjadinya resistensi insulin dengan meningkatkan fungsi reseptor insulin di
hati. Bitter melon mengandung polipeptida-P yang merupakan insulin tanaman diketahui
menurunkan kadar gula darah. Selain itu juga mengandung agen hipoglikemik disebut
charantin. Charantin meningkatkan penyerapan glukosa dan glikogen sintesis dalam sel-sel
hati, otot dan jaringan adiposa. (Altinterim, 2012).
10.
Ekstrak licorice
Ekstrak licorice diperoleh dari Glycyrrhiza uralensis dari famili fabaceae di dalam obat
ini berperan sebagai komponen yang aktif sebagai antidiabetes. Kandungan ekstrak licorice
yaitu golongan prenilflavonoid seperti glycycoumarin, glycyrin, dehydroglyasperin C dan
dehydroglyasperin D ditemukan memiliki aktivitas sebagai ligan yang mampu berikatan dan
mengaktifkan Peroxisome Proliferator Activator Receptor Gamma (PPAR-). Aktivasi
PPAR- akan memperbaiki sensitifitas jaringan terhadap insulin secara tidak langsung
dengan cara (a) memacu ekspresi gen lipoprotein lipase dan protein-protein transpor asam
lemak jaringan adiposa secara selektif sehingga mempercepat klirens asam lemak bebas dan
adipogenesis tanpa peningkatan distribusi ke jaringan otot rangka dan hati mencegah
peningkatan glukoneogenesis. (b) remodelling jaringan adiposa dengan memacu diferensiasi
adiposit sehingga lebih banyak terbentuk adiposit berukuran kecil yang lebih stabil, dan
mengatur distribusi jaringan adipose. (c) menekan sekresi TNF-alpha, dan memacu sintesis
glucose transporter dan translokasi GLUT-4 (Vamecq, 1999 ;Mae Tatsumasa et al. 2003)
11.
Cinnamon
Cinnamon atau Cinnamomum zeylanicum dari family lauraceae di dalam obat ini
berperan sebagai komponen yang aktif sebagai antidiabetes. Cinnamon diketahui melalui
penelitian memiliki aktivitas antidiabetes melalui kemampuannya untuk menginhibisi enzim
-glukosidase yang berperan dalam mengatur rasio pencernaan dan penyerapan karbohidrat
dalam usus. Dengan menginhibisi enzim -glukosidase akan menghambat pencernaan
glukosa dalam saluran pencernaan sehingga menurunkan jumlah glukosa yang mampu
diserap, hal ini akan berimbas kepada penurunan kadar gula dalam darah (Shihabudeen et
al.,2011).
12.
Gymnema sylvestre
Gymnema sylvestre R.Br dari Family Asclepiadaceae memiliki manfaat untuk penyakit
diabetes dengan meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa di darah.
reseptor dilapisan eksternal usus penyerapan sehingga mencegah molekul glukosa diserap
diusus sehingga menghasilkan kadar gula yang rendah (Gulab et al., 2012).
13.
Yarrow leaf
Achillea millefolium L dari Family Asteraceae. Yarrow merupakan nama lain dari
14.
Cayenne
Capsicum frutescens dari Family: Solanaceae. Manfaat untuk penyakit diabetes:
menurunkan kadar glukosa di darah dan menghilangkan nyeri akibat komplikasi diabetes
yaitu nefropati. Kandungan capsaicin pada cayenne pepper diduga menyebabkan peningkatan
homeostasis glukosa yang dikaitkan dengan penurunan resistensi insulin, penurunan
penyimpanan lemak hati, dan aktivasi adenosin monofosfat kinase pada hati. Capsaicin dapat
memodulasi enzim yang mengatur metabolisme glukosa atau mungkin mempengaruhi
hormon, neuropeptida, dan tingkat sitokin. Hal ini juga dapat mempengaruhi ikatan insulin
pada reseptor insulin (Ahuja et al., 2006).
15.
Juniper Berries
Juniperus communis dari Family Cupressaceae. Manfaat untuk penyakit diabetes:
menurunkan kadar glukosa di darah. Mekanisme dengan meningkatkan regenerasi sel islet.
Meningkatkan konsumsi glukosa perifer. Pada penderita diabetes terdapat perubahan stroma
pulau Langerhans dan asinus dari pankreas dan penebalan dari septa jaringan ikat di sekitar
kapiler darah dan peralihan sel endokrin dan beberapa saluran dan pembuluh darah pankreas.
Penggunaan Juniper mengakibatkan penurunan tingkat deposisi kolagen dan induksi fibrosis
terutama dengan dosis tinggi (7,5%). Hal ini mungkin merupakan hasil dari koreksi kadar
glukosa dalam jaringan (de Medina et al., 1994; Abunasef, 2006).Juniper berry akan
memperbaiki kerusakan sel pankreas pada penderita diabetes sehingga meningkatkan
pelepasan insulin (Abunasef, 2006). Menghambat absorbsi glukosa dengan cara kandungan
serat yang terdapat dalam Juniper Berry diduga menghambat absorbsi karbohidrat yang
berpengaruh pada kadar glukosa dalam darah yang rendah (Abunasef, 2006).
16.
Huckleberry
Huckleberry dengan nama latin Vaccinium myrtillus (atau dikenal juga dengan
Bilberry) dari family Ericaceae membantu mengurangi risiko terjadinya komplikasi pada
penderita diabetes melitus seperti diabetes retinopati (Perossini et al., 1987). Huckleberry
mengandung senyawa antosianosida memiliki mekanisme antara lain Mensuplai oksigen ke
dalam darah sehingga mampu meningkatkan sirkulasi darah menuju mata sehingga mencegah
terjadinya diabetes retinopati. Mekanisme huckleberry pada diabetes tidak pada penurunan
kadar glukosa dalam darah namun konstituennya membantu meningkatkan kekuatan dan
integritas dari
pembuluh darah yang terkait dengan diabetes dan penyakit lainnya, seperti aterosklerosis
(kalsium dan lemak yang terdeposit di arteri) (Anonim, 2001; Scharrer and Ober, 1981).
17.
Vanadyl Sulfate
Vanadil sulfat memiliki efek yaitu dapat menurunkan kadar gula dalam darah serta
tubuh (Marzban and McNeill, 2003). Insulin disekresikan dari sel pankreas sebagai respon
terhadap peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah. Hormon tersebut akan berikatan
dengan reseptornya, sebuah kompleks tetramerik yang terdiri atas dua sub unit dan dua sub
unit . Ikatan insulin pada sub unit ekstraseluler memicu perubahan konformasi yang akan
mengaktifkan tirosin kinase intrinsik dari sub unit intraseluler melalui mekanisme
autofosforilasi dari residu tirosin spesifik. Tirosin terfosforilasi akan merangsang aktivitas
beberapa protein intraseluler dalam jalur insulin signaling yang diduga sebagai mediator dari
efek metabolik insulin pada transport glukosa, translokasi GLUT- 4, sintesis glikogen dan
protein. Insulin signaling akan berhenti ketika protein tyrosine phosphatase (PTPase)
mengkatalisis defosforilasi dari reseptor dan substratnya. Pada keadaan resistensi insulin,
terjadi peningkatan aktivitas PTPase sehingga insulin signaling berlangsung lebih singkat dan
tidak dapat memberikan efek metabolik, khususnya terhadap aktivitas glucose transporter
untuk memasukkan glukosa ke jaringan otot atau lemak (Holidah dan Khotib, 2012). Vanadil
sulfat merupakan garam inorganik dari logam vanadium, dimana mekanisme aksinya pada
penderita diabetes melitus adalah menghambat aktivitas protein tyrosine phospatase
(PTPase) pada insulin signaling pathway. Vanadium sebagai analog fosfat akan masuk ke
dalam sel melalui difusi, endositosis, atau phosphate channels (P/VCh) dan berikatan dengan
sisi aktif dari enzim PTPase serta menghambat aktivitas PTPase. Penghambatan aktivitas
PTPase yang merupakan regulator negatif dalam proses signaling akan menyebabkan tirosin
terfosforilasi tetap aktif sehingga aktivitas beberapa protein intraseluler dalam jalur signaling
insulin bertahan lebih lama (Holidah dan Khotib, 2012). Selain itu, vanadil sulfat akan
meningkatkan densitas dan jumlah protein glucose transporter 4 (GLUT-4) yang terekskresi,
dimana GLUT-4 merupakan protein yang berperan penting dalam proses signaling (Marzban
and McNeill, 2003). Jika insulin signaling masih aktif dan GLUT- 4 masih terdapat di
membran plasma sel target insulin, maka proses uptake glukosa dari sirkulasi sistemik
menuju sel target akan terus berlangsung dan kadar glukosa dalam darah akan turun (Holidah
dan Khotib, 2012).
18.
kadar gula dalam darah. Selain itu dalam produk ini, ALA juga berperan dalam
meningkatkan aktivitas dari vitamin C dan E yang terkandung dalam obat Blood Sugar
Support Formula tersebut. ALA dapat mencegah terjadinya stress oksidatif yang dapat
memperburuk
keadaan
penderita
diabetes,
meningkatkan
sensitivitas
insulin
dan
19.
L-Taurine
Taurine merupakan asam amino semi esensial yang terdapat di hati, retina, otak, otot,
platelet dan sel darah putih. Dalam pengaruhnya terhadap penderita diabetes, taurine dapat
menurunkan kadar glukosa darah karena perannya dalam regulasi metabolism glukosa. Asam
amino ini dapat meningkatkan glikoneogenesis, glikolisis, oksidasi glukosa dan uptake
glukosa pada hati dan jantung. Selain itu dilaporkan pula taurine dapat meningkatkan
aktivitas insulin serta kemampuan berikatan dengan reseptor insulin (Franconi et al., 2004).
Daftar Pustaka
Bruno, Gene. 2009. Smart Suplementation Alpha Lipoic Acid; Literature Education Series
On Dietary Supplements. Huntington College of Health Sciences 800-290-4226.
PP:1-2.
de Medina, F.S., M.J. Gamez, I. Jimenez, J. Jimenez, J.I. Osuna, A. Zarzuelo. 1994.
Hypoglychemic Activity of Juniper Berry. Planta Med. Vol. 60 No. 3: 197-200.
Doupis, J., A, Veves. 2007. Antioxidants, Diabetes, and Endothelial Dysfunction. U.S
Endocrine Disease
Fernandez, C., Mejia. 2005. Pharmacological effects of biotin. Journal of Nutritional
Biochemistry Vol. 16. pp. 424 427
Fisher, A. B., Zhang, Q. . ., Geoffrey, J. L., & Steven, D.S. 2006. NADPH and NADPH
oxidase. Encyclopedia of Respiratory Medicine., Oxford, Academic Press, 77.
Franconi, F., M. A. S. D. Leo, F. Bennardini, and G. Ghirlanda. 2004. Is Taurine Beneficial
in Reducing Risk Factors for Diabetes Mellitus?. Neurochemical Research. Vol.
29(1). PP: 143-150.
Grober, U. 2012. Mikronutrien : Penyelarasan Metabolic, Penceahan, Dan Terapi.
EGC.Jakarta.
Guilliams, T. G. 2002. DiabetesThe Preventable Epidemic. A Concise Update Of Important
Issues Concerning Natural Health Ingredients Vol. 5. No. 1.
Holidah, D. dan J. Khotib. Pengaruh Vanadil Sulfat Terhadap Ekspresi Protein GLUT-4 pada
Mencit yang Menderita Diabetes Mellitus. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 6 No. 2:
55-63.
Jarald, E., S. Balakrishnan, D.C.Jain. 2008. Diabetes and Herbal Medicines. Iranian Journal
of Pharmacology and Therapeutic.pp: 1735-2657
Johansen, J. S., Harris, A. K., Rychly, D. J., & Ergul, A. 2005. Oxidative stress and the use of
antioxidants in diabetes: linking basic science to clinical practice. Cardiovasc
Diabetol, 4(1), 5.
Karthic, R., S. Nagaraj, P. Arulmurugan, S. Seshadri, R. Rengasamy and K. Katravan. 2012.
Gymnema sylvestreR. Br. suspension cell extract show antidiabetic
potential in
Alloxan induced diabetic albino male rats. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine. Pp:930-933
Keser, S., S. Celik, S. Turkoglu, O.Yilmaz, I.Turkoglu. 2013. Antioxidant Activity, Total
Phenolic and Flavonoid Content of Water and Ethanol Extracts From Achillea
millefolium L. Turkey Journal Pharm Sci Vol. 10(3). Pp: 385-392.
Shihabudeen H.M.S., Priscilla D.H., Kavitha T. 2011. Cinnamon Extract Inhibits glucosidase Activity and Dampens Postprandial Glucose Excursion in Diabetic Rats.
Nutrition & Metabolism. 8: 46
Thakur, G. S., R. Sharma, B.S. Sanodiya, M. Pandey, G.B.K.S. Prasad and P.S. Bisen. 2012.
Gymnema sylvestre: An Alternative Therapeutic Agent for Management of Diabetes.
Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 2 (12), pp. 001-006
Vamecq J, Latruffe N. 1999. Medical significance of peroxisome proliferator-activated
receptos. Lancet. 354:141148.
WHO. 2005. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants. Vol. 4. Spain: WHO Library
Cataloguing-in-Publication Data.