OLEH :
KELOMPOK 4
1. Anisa Wulan Rahayu
1320025057
1320025058
3. Venia Victory
1320025059
1320025060
5. I Kadek Windu
1320025061
1320025062
1320025063
1320025064
1320025065
1320025066
1320025067
1320025068
1320025069
1320025070
1320025071
1320025072
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul Disiplin, Motivasi,
dan Penilaian Kerja Tenaga Kesehatan Di Badan Rumah Sakit Tabanan dengan
baik. Harapan penulis semoga paper ini dapat membantu menambah pengetahuan
pembaca tentang hubungan disiplin dan motivasi kerja dengan kinerja karyawan.
Dalam penyelesaian paper ini, penulis banyak mengalami kesulitan terutama
dalam kurangnya pengetahuan dan kosa kata. Namun berkat bimbingan dari
berbagai pihak, tulisan ini bisa diselesaikan. Karena itu sepantasnya jika penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Ketut Suarjana, M.PH. sebagai pengajar Mata Kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia dan pembimbing pembuatan paper ini.
2. Dan semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun
tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan paper ini jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi penyusunan, bahasan, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk bekal, agar lebih
baik lagi kedepannya. Semoga paper ini dapat memberikan manfaat dan wawasan
untuk masyarakat ataupun pembaca nantinya serta peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.......................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3
Tujuan Penulisan....................................................................................3
1.4
Manfaat Penulisan..................................................................................4
BAB II TEORI/KASUS
2.1
2.2
Motivasi Kerja........................................................................................8
2.2.1 Definisi Motivasi Kerja...............................................................8
2.2.2 Jenis-jenis Motivasi Kerja...........................................................9
2.3
2.4
Kasus....................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai ilmu dan seni atau
proses memperoleh, memajukan, atau mengembangkan dan memelihara tenaga
kerja yang kompeten sedemikian rupa, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai
dengan efisien dan ada kepuasaan pada diri pribadi-pribadi yang bersangkutan.
Peranan sumber daya manusia dalam organisasi sangat begitu penting peranannya
dalam mencapai tujuan organisasi. Pemahaman manusia tentang peranan sumber
daya manusia ini mendorong tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan
tentang teknik pengelolaan sumber daya manusia di dalam organisasi.
Bagaimanapun canggihnya teknologi yang digunakan tanpa di dukung oleh
manusia sebagai pelayan operasionalnya, tidak akan mampu menghasilkan suatu
output yang efektif dan efisien.
Beberapa tahun terakhir berbagai permasalahan muncul dalam pelayanan
kesehatan yang disebabkan karena kurang optimalnya kinerja yang diberikan
instansi pelayanan kesehatan, sehingga sangat diperlukan manajemen sumber
daya manusia yang baik dalam pengelolaan kinerja pegawai. Manajemen sumber
daya manusia semakin dituntut untuk menciptakan kinerja pegawai yang setinggitingginya dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya.
(Sedarmayanti, 2009).
Kinerja adalah suatu bentuk hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang
pegawai demi mencapai tujuan organisasi atau perusahaan yang dapat diukur
melalui indikator-indikator pengukuran kinerja (Prawirosentono dalam Dewi,
2012). Kinerja karyawan merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu
perusahaan. Kinerja sebagai perwujudan perilaku kerja seorang karyawan yang
ditampilkan sebagai prestasi kerja sesuai dengan peranannya dalam sebuah
perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini dikarenakan kinerja karyawan
sebagai penentu keberhasilan serta kelangsungan hidup perusahaan.
Kinerja karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: lingkungan
kerja, disiplin kerja, budaya organisasi, kepemimpinan, dan motivasi kerja.
5
Disiplin kerja merupakan sikap sadar atau kesediaan seorang karyawan untuk
melakukan dan mentaati aturan-aturan yang ditetapkan oleh perusahaan. Disiplin
kerja seorang karyawan tidak hanya dilihat dari absensi, tetapi juga bisa dinilai
dari sikap karyawan tersebut dalam melaksanakan pekerjaan. Karyawan yang
mempunyai disiplin tinggi tidak menunda-nunda pekerjaan dan selalu berusaha
menyelesaikan tepat waktu meskipun tidak ada pengawasan langsung dari atasan.
Selain disiplin kerja, motivasi juga perlu diperhatikan dalam peningkatan
kinerja karyawan. Motivasi merupakan kegiatan yang melibatkan, menyalurkan,
dan memelihara perilaku manusia. Motivasi merupakan subjek yang penting bagi
manajer karena manajer bekerja melalui dan dengan orang lain. Oleh karena itu
jika pegawai yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi biasanya mempunyai
kinerja yang tinggi pula. Holil dan Sriyanto (2010) menyebutkan ada salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor motivasi, dimana motivasi
merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang berusaha untuk mencapai
tujuan atau mencapai hasil yang diinginkan.
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan harus dapat merespon
dan produktif dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Sebuah rumah sakit tidak akan dapat berkembang apabila kinerja karyawannya
tidak mengalami peningkatan, karena kinerja karyawan merupakan salah satu
ukuran yang sering dipakai dalam menentukan efektivitas rumah sakit. Setiap
rumah sakit pada dasarnya akan memiliki kebijakan yang berbeda-beda terhadap
sumber daya manusia yang dimilikinya guna mencapai kinerja yang maksimal
dari karyawannya, demikian halnya di Badan Rumah Sakit Umum (BRSU)
Tabanan.
Badan Rumah Sakit Umun Tabanan (BRSU Tabanan) sebagai rumah sakit
pemeritah yang telah mendapatkan ISO (Interational Organization for
Standarization) 9001:2000 mengenai pelayanan jasa secara tidak langsung telah
menghadapi dampak kebijakan otonomi daerah. BRSU dituntut untuk mampu
mempertanggungjawabkan baik keberhasilan maupun kegagalan dari pelaksanaan
visi, misi, dan strategi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
diterapkan. Pihak BRSU Tabanan tentunya akan selalu berupaya untuk
menciptakan kinerja yang tinggi pada karyawannya, guna menjamin timbulnya
6
kepuasan pelanggan akan layanan yang diberikan sehingga pada nantinya dapat
berimbas pada peningkatan mutu rumah sakit. Namun, dari data indeks jajak
pendapat terhadap pasien rawat inap, diketahui bahwa masih adanya
ketidakpuasan pasien akan layanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan BRSU
Tabanan, pelayanan perawat/bidan, pelayanan sarana dan kebersihan serta
pelayanan obat.
Dari fenomena tersebut nampak bahwa BRSU Tabanan mempunyai masalah
yang kompleks dalam hal sumber daya manusianya, dilihat dari hasil tingkat
ketidakpuasan karyawan di BRSU Tabanan yang mengalami siklus naik-turun.
Hal ini dapat mengakibatkan kinerja karyawan menjadi tidak optimal dan pada
akhirnya berdampak pada motivasi karyawan dalam bekerja dan keberhasilan
rumah sakit itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.2.1. Bagaimana aplikasi disiplin kerja terhadap kinerja SDM?
1.2.2. Bagaimana aplikasi motivasi kerja terhadap kinerja SDM?
1.2.3. Bagaimana aplikasi disiplin dan motivasi kerja terhadap kinerja SDM
di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan?
1.2.4. Bagaimana penilaian kerja pelayanan di Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan?
1.2.5. Bagaimana solusi disiplin, motivasi dan penilaian kerja?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat diatas, maka tujuan dari
penulisan paper ini adalah :
1.3.1. Untuk mengetahui aplikasi disiplin kerja terhadap kinerja SDM.
1.3.2. Untuk mengetahui aplikasi motivasi kerja terhadap kinerja SDM.
1.3.3. Untuk mengetahui aplikasi disiplin dan motivasi kerja terhadap
kinerja Sdm di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan.
1.3.4. Untuk mengetahui penilaian kerja pelayanan di Badan Rumah Sakit
Umum Tabanan
7
sumbangan
pemikiran
kepada
masyarakat
dan
sumbangan
pemikiran
kepada
masyarakat
dan
BAB II
TEORI/KASUS
2.1 Disiplin Kerja
2.1.1 Definisi Disiplin Kerja
Menurut Handoko (2008), disiplin diartikan sebagai kegiatan manajemen
untuk menjalankan standar-standar organisasional. Selanjutnya menurut Helmi
(1996), disiplin kerja didefinisikan sebagai suatu sikap dan perilaku yang berniat
untuk mentaati segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri
untuk menyesuaikan dengan peraturan organisasi.
2.1.2 Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja
Berdasarkan jenisnya, bentuk- bentuk displin menurut Handoko dibedakan
menjadi disiplin preventif , disiplin korektif, dan disiplin korektif (Handoko,
2014).
1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para
pekerja agar mengikuti beberapa standar dan aturan, sehingga penyelewenganpenyelewengan dapat dicegah. Disiplin-disiplin yang berlaku lebih menitik
beratkan pada awal- awal kegiatan sebagai tindakan pencegahan sebelum
kesalahan terjadi, seperti waktu kehadiran, penggunaan jam kerja, ketepatan
waktu penyelesaian jam kerja.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran
terhadap aturan- aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaranpelanggaran lebih lanjut. Maksud dari pendisiplinan ini adalah untuk
memperbaiki kegiatan- kegiatan diwaktu yang akan datang, bukan menghukum
kegiatan di masa lalu. Kegiatan disiplin korektif berupa suatu bentuk hukuman
yang disebut sebagai tindakan pendisiplinan, seperti peringatan yang diberikan
dengan segera apabila seseorang melakukan pelanggaran.
3. Disiplin Progresif
Disiplin progresif merupakan pemberian hukuman- hukuman yang lebih berat
terhadap pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah untuk memberikan
9
(2001:17),
lain
system
informasi
manajemen
personalia.
lama akan cenderung membuat seorang pegawai lebih merasa betah dalam suatu
organisasi, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi dengan
lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan merasa nyaman
dengan pekerjaannya. Berdasarkan status kepegawaian diperoleh hasil bahwa dari
85 responden, sebagian besar berstatus PNS (68,2%). Hal ini didukung oleh
pendapat dari Ghiseli dan Brown dalam Danu (2012) yang menyebutkan bahwa
pegawai dengan pekerjaan yang mendasarkan pada perbedaan tingkat (golongan),
sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang
melakukannya maka sedikit banyaknya akan dapat merubah prilaku dan perasaan
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan menjadi lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap disiplin kerja tenaga kesehatan di
BRSU Tabanan diperoleh hasil bahwa sebagian besar tenaga kesehatan memiliki
disiplin tinggi yaitu dengan persentase sebesar 72,9% (62 orang) dibandingkan
dengan responden yang mempunyai disiplin rendah sebesar 27,1% (23 orang).
Hasil penelitian terhadap motivasi kerja tenaga kesehatan di BRSU Tabanan
diperoleh hasil bahwa sebagian besar tenaga kesehatan memiliki motivasi tinggi
yaitu dengan persentase sebesar 60,0% (51 orang) dibandingkan dengan
responden yang mempunyai motivasi rendah sebesar 40,0% (34 orang). Hasil
penelitian terhadap kinerja tenaga kesehatan di BRSU Tabanan diperoleh hasil
bahwa sebagian besar tenaga kesehatan memiliki kinerja tinggi yaitu dengan
persentase sebesar 75,3% (64 orang) dibandingkan dengan responden yang
mempunyai kinerja rendah sebesar 24,7% (21 orang).
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pihak BRSU Tabanan telah
mampu memenuhi indikator-indikator yang menjadi tolak ukur dalam motivasi
kerja tenaga kesehatan di BRSU Tabanan, seperti dengan pemberian penghargaan
atas prestasi kerja yang telah dicapai oleh karyawan, adanya penekanan mengenai
pengertian akan tanggung jawab dari tugas yang diberikan, adanya rekan sekerja
yang saling membantu, kondisi pekerjaan yang baik serta adanya bimbingan dan
arahan dari atasan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Dengan terpenuhinya
seluruh faktor tersebut dapat dikatakan bahwa harapan karyawan khususnya
tenaga kesehatan dalam bekerja di BRSU Tabanan telah terpenuhi sehingga dapat
mendorong karyawan lebih terpuaskan dalam bekerja. Dan dengan adanya
17
18
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Aplikasi Disiplin Kerja terhadap Kinerja SDM
Kegiatan utama yang dilakukan oleh suatu organisasi yaitu kegiatan yang
mengarah kepada tujuan organisasi tersebut. Dalam mencapai tujuan organisasi,
sumber daya yang ada dimanfaatkan untuk mewujudkan suatu kinerja yang efektif
dan efisien, salah satunya yaitu sumber daya manusia. Sumber daya manusia
merupakan penggerak tujuan suatu organisasi dan paling banyak berperan untuk
menentukan berhasil atau tidaknya tujuan organisasi tersebut. Sumber daya
manusia atau disebut karyawan berperan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pengendalian organisasi sehingga dapat mencapai misi dengan
baik. Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan yaitu diantaranya :
1. Rasa tanggung jawab
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugastugas yang diberikan kepadanya. Orang yang memiliki disiplin
kerja yang tinggi bertaggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan
hasilnya. Artinya, orang tersebut tidak hanya diharapkan melainkan juga dari
dalam dirinya sendiri menuntut dirinya untuk bekerja sebaik mungkin dengan
standar di atas rata-rata, dengan hasil maksimal, dan dengan kualitas terbaik.
Apabila tidak ada disiplin kerja dalam pekerjaan, para karyawan akan merasa
tidak ada tanggung jawab yang besar dengan akibat yang akan ditimbulkan
yaitu kinerja karyawan akan semakin rendah. Sebaliknya dengan adanya
disiplin kerja karyawan akan semakin termotivasi dan akan mengerahkan
segala kemampuannya untuk meningkatkan kinerja dan dengan demikian dapat
maningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta menyelesaikan tugas-tugas
dengan baik.
2. Produktivitas kerja
Menurut Ani Fuaziah dalam Djalali (2014), produktivitas seorang karyawan
dalam mencapai tujuan organisasi yang diharapkan, dipengaruhi oleh
kedisiplinan. Kemampuan seorang karyawan dalam menghasilkan suatu
pekerjaan yang berkualitas disebut sebagai produktivitas kerja. Produktivitas
19
dan kualitas seorang karyawan dapat dilihat dari disiplin kerja yang dilakukan
sehari-hari. Disiplin kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, karena dengan adanya disiplin
kerja karyawan akan mampu mencapai produktivitas kerja yang maksimal.
Apabila disiplin kerja baik akan menambah semangat kerja sehingga hasil yang
dicapai akan optimal. Semangat kerja yang tinggi akan membuat pekerjaan
lebih cepat selesai. Sehingga produktivitas semakin meningkat yang akan
berdampak pada peningkatan efektivitas dan efisiensi pekerjaan. Disiplin kerja
dapat dilakukan dengan tetap menjaga ketepatan waktu kerja yang ada,
memanfaatkan dan menggunakan perlengkapan atau peralatan dengan tertib,
mengikuti cara atau prosedur kerja pada tugas-tugas yang dimiliki masingmasing demi meningkatnya produktivitas kerja (Tintri dkk, 2008).
3. Prestasi kerja
Menurut Hasibuan (2012), kedisiplinan adalah operatif keenam dari
manajemen Sumber Daya manusia. Kedisiplinan merupakan salah satu fungsi
operatif sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin
karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin
karyawan yang baik, sulit bagi suatu organisasi mencapai hasil yang optimal.
Produktivitas tenaga kesehatan dalam organisasi kesehatan, yang memiliki
tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dan prima kepada
masyarakat juga dipengaruhi oleh kedisiplinan karyawan. Kualitas tenaga
kesehatan akan mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.
Kualitas pelayanan kesehatan yang baik dapat terwujud apabila tenaga kesehatan
memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik sesuai
dengan prosedur atau standar yang telah ditetapkan.
Disiplin kerja pada SDM kesehatan merupakan sesuatu yang sangat krusial
untuk diwujudkan karena secara langsung berhubungan dengan hidup seseorang.
Sebagai contohnya yaitu apabila terdapat seorang dokter yang tidak disiplin
terhadap waktu dan bekerja tidak sesuai standar, maka akan terjadi kasus
keterlambatan menangani pasien sehingga pasien masuk dalam keadaan kritis
bahkan dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut menandakan bahwa dengan
buruknya disiplin kerja seorang tenaga kesehatan, maka produktivitas kerjanya
20
akan menurun dan menyebabkan kerugian bagi organisasi yang bersangkutan dan
juga dapat mengancam hidup masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, peranan
disiplin kerja sangat penting dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja SDM
kesehatan. Penerapan disiplin kerja dapat memberikan jaminan tenaga kesehatan
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional (SOP) sehingga dapat terhindar dari masalah-masalah yang dapat
merugikan organisasi kesehatan dan masyarakat serta menjaga agar organisasi
kesehatan tersebut dapat memberikan pelayanan kesehatan yang konsisten baik.
3.2 Aplikasi Motivasi Kerja terhadap Kinerja SDM
Dua hal yang berkaitan dengan kinerja/performance adalah kesediaan atau
motivasi dari pegawai untuk bekerja, yang menimbulkan usaha karyawan dan
kemampuan karyawan untuk melaksanakannya. Kemampuan melekat dalam diri
seseorang dan merupakan bawaan sejak lahir serta diwujudkan dalam tindakannya
dalam bekerja, sedangkan motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk
menggerakkan kreativitas dan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan, serta selalu bersemangat dalam menjalankan pekerjaan tersebut.
Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan diantaranya :
1. Disiplin Kerja
Motivasi kerja yang tinggi akan memunculkan kamauan dan semangat kerja.
Apabila semangat kerja tinggi maka disiplin kerja akan meningkat pula.
2. Produktivitas Kerja
Seseorang yang memiliki motivasi kerja yang tinggi akan mampu
mengeluarkan ide-ide dan bekerja tidak di batas bawah sehingga mencapai
hasil yang maksimal dan mengesankan. Apabila motivasi kerja tinggi akan
menambah semangat kerja sehingga hasil yang dicapai akan optimal. Semangat
kerja yang tinggi akan membuat pekerjaan lebih cepat selesai. Sehingga
produktivitas semakin meningkat yang akan berdampak pada peningkatan
efektivitas dan efisiensi pekerjaan.
3. Kemajuan Karier
Motivasi kerja yang tinggi akan membuat seseorang dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan baik dan cepat. Seseorang yang memiliki motivasi kerja yang
21
tinggi akan mampu mengeluarkan ide-ide dan bekerja tidak di batas bawah
sehingga
hasil
pekerjaannya
mengesankan
dan
mudah
mendapatkan
kepercayaan. Hal ini akan berdampak pada peningkatan prestasi kerja yang
akan berujung pada peningkatan karier.
3.3 Aplikasi Disiplin dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja SDM di Badan
Rumah Sakit Umum Tabanan
Pada kasus telah disebutkan bahwa beberapa hal yang berpengaruh terhadap
tingginya disiplin kerja terhadap kinerja SDM di Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan dipengaruhi oleh motivasi kerja yang dimiliki oleh SDM Badan Rumah
Sakit Umum Tabanan. Sebagian besar dari SDM di Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan telah memiliki memiliki motivasi yang tinggi (60% atau 51 orang) dan
lainnya kurang termotivasi (40% atau 34 orang). Sehingga perlu dioptimalkan lagi
untuk SDM yang kurang memiliki motivasi dalam bekerja untuk dimotivasi agar
disiplin dan meningkatkan kinerjanya. Dampak dari motivasi kerja yang kurang
terlihat dari tingkat absensi di BRSU Tabanan yang mengalami siklus naik dan
turun mengakibatkan kinerja karyawan menjadi tidak optimal. Disiplin kerja
terhadap pekerja di Badan Rumah Sakit Umum Tabanan berdasarkan penelitian
yang memiliki disiplin tinggi yaitu sebanyak 72,9% (62 orang) dan disiplin rendah
sebanyak 27,1% (23 orang), sebagian besar telah memiliki disiplin kerja yang
tinggi. Dapat dilihat juga dari kinerja SDM di di Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan yaitu
orang) dan kinerja rendah sebanyak 24,7% (21 orang). Dari hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa pihak BRSU Tabanan telah mampu memenuhi indikatorindikator yang menjadi tolak ukur dalam motivasi kerja tenaga kesehatan di
BRSU Tabanan, namun belum merata. Dapat dilihat dari masih adanya pekerja
yang memiliki motivasi rendah yang berdampak pada disiplin kerja dan
kinerjanya yang kurang maksimal. Jika semua pekerja di BRSU Tabanan memiliki
motivasi kerja yang tinggi maka akan mampu mencapai hasil kinerja yang
maksimal dan mengesankan. Motivasi kerja yang tinggi akan membuat seseorang
dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan cepat. Motivasi ini sangat
22
Kinerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau
divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan.
Menurut Agus Darma, mengatakan bahwa hampir semua cara pengukuran
kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran
kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan
kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.
2. Kualitas, adalah mutu yang dihasilkan. Mencerminkan pengukuran tingkat
kepuasan, yakni seberapa baik penyelesaiannya.
3. Ketepatan waktu, adalah sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.
Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus penyelesaian suatu
kegiatan.
Menurut petugas pelayanan, lamanya pemberian pelayanan kepada
masyarakat pengguna jasa disebabkan adanya kendala internal dan eksternal.
Kendala internal meliputi peralatan pendukung yang tidak memadai, kualitas
SDM rendah dan koordinasi antar unit. Sarana dan prasarana yang tidak memadai
yang dimiliki oleh instansi sering menghambat pemberian pelayanan kepada
pengguna jasa. Selain itu, faktor kualitas SDM yang relatif rendah semakin
menghambat pemberian pelayanan kepada masyarakat. Kualitas SDM yang
rendah tersebut ditandai dengan ketidakmampuan petugas memberikan solusi
kepada pelanggan.
Dari kasus bahwa kinerja para pegawai sudah baik, namun harus lebih
meningkatkan kinerja pelayanan, dengan menambah pegawai kesehatan agar
kedepannya bisa lebih cepat lagi dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Pemberian bantuan kepada pasien jangan hanya difokuskan pada pasien tertentu
saja, namun harus merata terhadap semua, siapa saja yang membutuhkan bantuan,
kebersihan harus tetap dijaga, agar pasien tetap nyaman berobat.
3.5 Solusi Disiplin, Motivasi dan Penilaian Kerja
Dengan demikian manajemen kasus merupakan sistem pemberian asuhan
kesehatan secara multidisplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi
24
berbagai anggota tim kesehatan dan sumber-sumber yang ada sehingga dapat
dicapai hasil akhir asuhan kesehatan yang optimal. Dimana rumah sakit harus
memiliki peran dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan yang profesional dan
bermutu serta terjangkau semua lapisan masyarakat, dan memberikan pelayanan
kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan lanjutan sesuai kelas rumah sakit dan
standar yang telah ditetapkan. Sehingga, keberadaan rumah sakit merupakan
ujung tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Dimana keberhasilan
suatu institusi ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu sumber daya manusia atau
tenaga kerja dan sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Dari kedua
faktor utama tersebut sumber daya manusia lebih penting daripada sarana dan
prasarana pendukung serta perlunya tingkat efisiensi mutu dan pelayanan.
Maka dari itu perlu perhatian dan aspek perbaikan seperti pemberian
training dan motivasi dalam bekerja, serta meningkatkan motivasi baik sehingga
pengaruh dalam dipilin kerja yang efektif serta didukung oleh birokrasi yang
responsif dalam melakukan kebijakan perbaikan dalam mengantisipasi perubahan
di lapangan untuk meningkatkan kinerja internal rumah sakit. Sehingga rumah
sakit sebagai organisasi publik dapat memberikan kepuasan kepada pasiennya
yang lebih efisien, ekonomis, dan efektif dalam mengelola keuangan rumah sakit
serta memiliki proses bisnis internal yang baik untuk mencapai kepuasan dalam
bekerja, serta pegawai rumah sakit berkesempatan dan berani dalam
mengembangkan diri, berinovasi, dan menciptakan budaya organisasi yang baik
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: lingkungan
kerja, disiplin kerja, budaya organisasi, kepemimpinan, dan motivasi kerja.
2. Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja karyawan yaitu adanya rasa tanggung
jawab
seseorang
terhadap
tugastugas
yang
diberikan
kepadanya,
dan kebersihan serta pelayanan obat oleh karena itu saran yang dapat kami
berikan yaitu:
1. Manager BRSU Tabanan perlu lebih memotivasi tenaga kerja yang kurang
motivasi dalam bekerja, menanyakan apa masalah yang menyebabkan motivasi
kerjanya menurun.
2. Lebih meningkatkan kinerja pelayanan, dengan menambah pegawai kesehatan
agar kedepannya bisa lebih cepat lagi dalam memberikan pelayanan kepada
pasien. Pemberian bantuan kepada pasien jangan hanya difokuskan pada pasien
tertentu saja, namun harus merata terhadap semua, siapa saja yang
membutuhkan bantuan, kebersihan harus tetap dijaga, agar pasien tetap
nyaman berobat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Albab, Mutiara. (2014). Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap kinerja Pegawai di
Kecamatan Astana Anyar-Bandung. Tugas Akhir. Bandung. Politeknik Piksi
Ganesha. www.slideshare.net (diakses tanggal 10 Mei 2015)
Aswar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Bagus, Denny. 2009. Penilaian Kinerja : Definisi,Tujuan, dan Manfaat. Diakses
melalui
http://jurnal-sdm.com/2009/04/penilaian-kinerja-karyawan-
Anak
RSU
Tangerang.
Available
from:
http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1188/1/PENGARUH
%20DISIPLIN%20DAN%20MOTIVASI%20KERJA%20TERHADAP
%20KINERJA%20PERAWAT%20BAGIAN%20ANAK%20RSU
%20TANGERANG.pdf (Akses: 2 Mei 2014)
Handoko, T. Hani. (2014). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Cetakan Keduapuluh satu.Yogyakarta. Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UGM
Hasibuan, Malayu S.P. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi revisi.
Cetakan keenam belas. Jakarta. PT. Bumi Aksara
Holil, Muhammad dan Sriyanto, Agus. 2010. Pengaruh Motivasi dan Disiplin
Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus Kantor Pelayanan Pajak
Badan Usaha Milik Negara). Jurnal Manajemen 5 (1): 22-38.
Listyadewi, Eka dan Rina Listyowati. 2014. Hubungan Faktor Motivasi dan
Disiplin dengan Kinerja Tenaga Kesehatan di Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan. Community Health Vol. 2 No. 1 pp 1-11
Mangkunegara. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT.
Remaja Rasdakarya: Bandung
28
Eris.(n.d).
Kinerja
dan
Penilaian
Kinerja.
Diakses
melalui
http://www.stialanbandung.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=298:kinerja-dan-penilaiankinerja&catid=12:artikel&Itemid=85 (tanggal 10 Mei 2015)
29