Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KAJIAN RESEP PENYAKIT JANTUNG

KORONER

DISUSUN OLEH:

Putu Yudha Ugrasena, S.Farm (1408515005)

M Ifan Iswandi, S.Farm (1408515006)

Made Wijaya Marta S., S.Farm (1408515007)

Bagus Putu Adi Putra, S. Farm (1408515008)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2015
I. Scan Resep Penyakit Jantung Koroner
dr. xxxx

SIP: 45/391.1/dikes

Praktek :

Kimia Farma Diponegoro

Denpasar

Tlp. (0361) 255914

R/ Lipitor 20 mg No XXX

S 1dd1

R/ clopidogrel 75 mg No XXX

S 1 dd 1

R/ Canderin 8 mg tab No XXX

II. Skrining Resep


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
dinyatakan bahwa skrining resep yang dilakukan oleh apoteker meliputi :
1. Persyaratan administratif :
a. Nama, SIP, dan alamat dokter.
b. Tanggal penulisan resep.
c. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
d. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
e. Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.
f. Cara pemakaian yang jelas.
g. Informasi lainnya.
2. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
3. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,
durasi, jumlah obat, dan lain-lain).
Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan, alternatif yang relevan, dan bila
perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. Apoteker juga melakukan
penyiapan obat yang meliputi peracikan, etiket, kemasan obat yang diserahkan,
penyerahan obat, informasi obat, konseling, dan monitoring penggunaan obat.

2.1 Skrining Administrasi


Hasil skrining administrasi menunjukkan terdapat beberapa kelengkapan
administrasi yang tidak dipenuhi dalam resep ini. Identitas dokter yang menunjukkan
keabsahan resep dalam kasus ini telah lengkap meliputi nama dokter, SIP, Alamat
praktek nomor telepon hari dan jam kerja. Penulisan SIP dokter diperlukan untuk
menunjukkan bahwa dokter yang bersangkutan mempunyai hak dan dilindungi
undang-undang dalam memberikan pengobatan bagi pasiennya sehingga dapat
menjamin keamanan pasien. Nama, alamat praktek, nomor telepon, hari, dan jam
kerja diperlukan untuk mempermudah dalam menghubungi dokter penulis resep
apabila terdapat permasalahan pada resep. Pada resep juga tidak tercantum paraf atau
tanda tangan dokter penulis resep. Paraf dan tanda tangan dokter penulis resep
diperlukan untuk mengetahui keabsahan dari resep sehingga apabila tidak terdapat
paraf atau tanda tangan dokter penulis resep, maka resep dapat menjadi tidak sah.
Hasil skrining administrasi ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Skrining Administratif Resep

Kelengkapan Resep ada Tidak ada

Nama

SIP

SIK
Identitas dokter
Alamat praktek

No. Telp

Hari dan jam kerja

Simbol R/

Superscriptio Nama kota

Tanggal resep

Nama obat

Inscriptio Kekuatan/potensi obat

Jumlah obat

Subscriptio Bentuk sediaan obat (BSO)

Frekuensi pemberian

Jumlah pemberian obat


Signatura
Waktu minum obat

Informasi lain

Paraf
Penutup
Tanda tangan

Identitas pasien Nama

Alamat

Umur
Jenis kelamin

BB

Pada resep ini disebutkan bentuk dari masing-masing sediaan yakni sediaan
bentuk brand name. Kekuatan atau potensi obat diperlukan untuk mengetahui dosis
yang diberikan kepada pasien sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dosis
individual pasien sesuai dengan indikasi penyakit yang diderita. Potensi/kekuatan
obat pada resep ini telah dicantumkan.

2.2 Skrining Farmasetik

1. Bentuk Sediaan
Dalam resep pasien menerima empat jenis sediaan obat meliputi Lipitor 20 mg,
Clopidogrel 75 mg, Canderin 8 mg, dan Aspilet. Dalam resep telah dituliskan bentuk
sediaan sediaan obat tersebut. Untuk Lipitor mengandung atorvastatin tersedia dalam
bentuk sediaan tablet dengan variasi dosis 10 mg, 20 mg, 40 mg. Canderin
mengandung candersartan dalam bentuk tablet tersedia dalam potensi 8 mg dan 16
mg. Clopidogrel tersedia dalam sediaan tablet dengan potensi 75 mg dan 300 mg.
Aspilet mengandung asam asetilsalisilat tersedia dalama bentuk sediaan tablet

Nama obat Dosis pustaka Dosis pada resep

Lipitor 20 mg Adult : Oral = 10-20 mg sesuai


sehari untuk hiperkolesterol
(Atorvastatin)
dan dislipidemia kemudian
maintenance dosis 10-80
mg (medscape,2015)
Clopidogrel 75 mg tablet Oral dewasa: untuk sesuai
coronary arteri disease
dosis yang diberikan 75 mg
sehari

(Medscape, 2015)
Canderin 8 mg tablet Oral dewasa: untuk sesuai
hipertensi dosisnya 16 mg
(Candesartan)
sehari, untuk titrat 8-32 mg
sehari atau tiap 12 jam

(Medscape, 2015)
Aspilet 80 mg Oral dewasa: untuk sesuai
miokardial infark sebagai
Asam asetilsalisilat
maintenance dosis dapat
diberikan 75-81 mg

(Medscape, 2015)

2. Potensi/Kekuatan
Potensi obat dapat disesuaikan dengan potensi sediaan yang beredar dari
branded name yang disebutkan. Pada resep ini, Lipitor 20 mg, Clopidogrel 75 mg,
Canderin 8 mg, dan Aspilet telah disebutkan potensinya. Untuk nama dagang aspilet
memiliki potensi tunggal yaitu 80 mg. Namun, jika terdapat lebih dari satu jenis
potensi, perlu dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.

3. Stabilitas
Resep tersebut terdiri dari 4 sediaan Lipitor 20 mg, Clopidogrel 75 mg,
Canderin 8 mg, dan Aspilet. keempat sediaan merupakan sediaan tunggal berupa
tablet, yang stabilitasnya akan terjaga apabila disimpan dalam kondisi yang sesuai
yakni pada suhu kamar, kering, dan terlindung dari cahaya.

4. Inkompatibilitas
Tidak terdapat masalah inkompatibilitas dari bahan-bahan untuk sediaan yang
diresepkan karena merupakan sediaan tunggal.

5. Cara dan Lama Pemberian


Cara penggunaan obat yang diresepkan dalam kasus ini adalah sebagai berikut :

- Lipitor 20 mg diminum 1X sehari


- Clopidogrel 75 mg diminum 1 x sehari 1 tablet
- Canderin 8 mg diminum 1 X sehari 1 tablet
- Aspilet diminum 1x sehari 1 tablet

6. Pertimbangan klinis
Pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping obat, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain).

2.3 Skrining Farmakologi

Skrining farmakologi merupakan tahapan yang harus dilakukan apoteker


dalam menunjang anamnese kefarmasian terhadap kondisi pasien. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan penggunaan obat rasional, yang dapat dilakukan dengan analisis
terhadap jenis, dosis, dan indikasi masing-masing obat yang diresepkan oleh dokter
kepada pasien. Adapun obat-obatan yang diresepkan dokter serta indikasinya
ditampilkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Obat dalam Resep, Komposisi, Kelas Farmakologi, dan Indikasinya.


Nama
Kandungan Kategori Farmakologi Indikasi
sediaan

Mekanisme kerja
dengan menghambat
enzim HMG-CoA Sebagai terapi untuk
reductase, suatu enzim mengurangi peningkatan kolesterol
yang berperan total, kolesterol LDL,
mengkatalisa apolipoprotein B dan trigliserida
perubahan HMG-CoA pada pasien dengan
Lipitor 20 Atorvastatin hiperkolesterolemia primer
menjadi mevalonic
mg 20 mg Untuk mencegah komplikasi
acid. Hasilnya kerja
obat ini adalah penyakit jantung dan pembuluh
darah : menurunkan risiko
menginduksi reseptor
penyakit jantung yang fatal dan
LDL, sehingga infark jantung nonfatal, stroke dan
menurunkan revaskularisasi, angina pektoris
konsentrasi kolesterol
LDL.

Clopidogrel secara
selektif menghambat
ikatan Adenosine Di-
Phosphate (ADP) pada
Clopidogrel
reseptor ADP di Untuk menghambat pembentukan
75 tablet platelet, dengan bekuan di pembuluh darah sehingga
Clopidogrel
demikian menghambat dapat mencegah terjadinya serangan
75 mg
aktivasi kompleks jantung dan stroke yang diakibatkan
glikoprotein GPIIb/IIIa dari penyumbatan pembuluh darah.
yang dimediasi ADP,
yang menimbulkan
penghambatan terhadap
agregasi platelet.

Canderin Candesartan Mekanisme Hipertensi.


candesartan sebagai Pengobatan pada pasien dengan
20 mg antagonis reseptor angi gagal jantung dan gangguan
otensin. Angiotensin fungsi sistolik ventrikel kiri
II bertindak sebagaivas
okonstriktor. Selain me
nyebabkan vasokonstri
ksi langsung,
angiotensin
II juga merangsangpele
pasan aldosteron. Setela
h aldosteron dilepaskan
, natrium serta air diser
ap. Sehingga Hasilakhir
nya adalah peningkatan
tekanan darah. Candesa
rtan berikatan dengan r
eseptor AT1
angiotensin
II. Ini mengikat dan me
ncegah angiotensin II
mengikat ke reseptor se
hinggamenghalangi efe
k vasokonstriksi dan al
dosteron angiotensin II.

Aspilet Asam Mekanisme kerja Pengobatan dan pencegahan angina


asetilsalisilat dari obat ini pektoris dan infark miokardial, demam,
80 mg adalah terkait nyeri.
dengan
penghambatan
aktivitas COX-1,
yang berperan
untuk
metabolisme
enzim utama dari
asam arakidonat
yang merupakan
prekursor
prostaglandin
yang memainkan
peran utama
dalam patogenesis
peradangan, nyeri
dan demam.
Mengurangi
agregasi
trombosit, adhesi
platelet dan
pembentukan
trombus melalui
penekanan
sintesis
tromboksan A2
dalam trombosit.
Mengurangi risiko
infark miokard

III. Anamnese kefarmasian


Anamnese kefarmasian dilakukan dengan mencari informasi dari pasien
sehingga menguatkan dugaan penggunaan obat pada resep yang dilakukan dengan
pandekatan SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan).
a. Subjective
Data subyektif dapat diketahui dengan mencari informasi secara langsung
kepada pasien. Pertanyaan yang biasa diberikan oleh apoteker adalah Three
Prime Question dan pertanyaan lain yang dianggap perlu sebagai penguat
anamnesa kefarmasian. Pertanyaannya adalah sebagai berikut:
Bagaimana keluhan yang Anda alami? Dan bagaimana penjelasan
Dokter mengenai penyakit Anda saat ini?
Bagaimana penjelasan dokter tentang obat yang Anda terima?
Bagaimana penjelasan dokter mengenai cara penggunaan obat
yang Anda terima?
Bagaimana penjelasan Dokter mengenai harapan setelah Anda
menggunakan obat ini?
Apakah saat ini Anda menggunakan obat atau terapi lain yang
diberikan oleh Dokter?
Hasil penggalian informasi dari pasien didapkan informasi Pasien D (45
tahun) memiliki riwayat hipertensi dan diduga menderita Penyakit jantung
Koroner (PJK). Keluhan yang dialami pasien D berupa rasa nyeri pada dada
kiri yang mendadak bila melakukan aktivitas berat. Dokter menjelaskan
kepada pasien bahwa obat yang diterima pasien adalah obat rutin dan harus
dilakukan kontrol oleh dokter secara berkala. Harapan Dokter dengan
dilakukannya kontrol adalah mencapai prognosis yang baik dengan cara
pengobatan dan perubahan gaya hidup. Pasien menanyakan apakah
diperbolehkan mengkonsumsi terapi lain seperti obat tradisional.
b. Objective
Berdasarkan pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan sebelumnya,
tekanan darah pasien sebesar 150/110 mmHg
c. Assesment
Apoteker dalam melakukan assessment melakukan penilaian teradap
kemungkinan kondisi klinis yang dialami pasien (anamneses kefarmasian) dan
melakukan identifikasi Drug Related Problem sehingga dapat mengetahui
kerasionalan terapi yang dijalani pasien. Berdasarkan obat-obatan yang
diresepkan oleh dokter dan hasil penilaian secara subjektif dan obyektif pasien
diduga menderita PJK.
Tujuan terapi pengobatan untuk pasien adalah memperbaiki prognosis
dengan cara mencegah terjadinya infark miokard dan kematian. Upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan mengurangi terjadinya trombotik akut dan
menghindari terjadinya disfungsi ventrikel kiri.
Tujuan ini dapat tercapai dengan perubahan gaya hidup ataupun
intervensi farmakologik dengan cara: i) mengurangi progresifitas plak, ii)
menstabilkan plak dengan mengurangi inflamasi dan memperbaiki fungsi
endotel sehingga mencegah terjadinya thrombosis. Penatalaksanaan terapi
untuk pasien PJK berdasarkan ESC (2006) adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Algoritma penatalaksanaan pasien PJK (ESC, 2006)
Obat yang digunakan sebagai antitrombotik seperti Aspirin dosis rendah.
dar berbagai studi telah terbukti bahwa aspirin merupakan pilihan utama
dalam mencegah thrombosis. Aspirin bekerja dengan cara menekan
pembentukan tromboksan A2 dengan cara menghambat siklooksigenase di
dalam platelet (trombosit) melalui asetilasi yang ireversibel. Kejadian ini
menghambat agregasi trombosit melalui jalur tersebut dan bukan yang
lainnya. Sebagian dari keuntungan ASA dapat terjadi karena kemampuan anti
inflamasinya, yang dapat mengurangi ruptur plak.
Dosis awal 162 mg, lalu dilanjutkan dengan dosis 75 mg sampai 325 mg
untuk seterusnya. Dosis yang lebih tinggi lebih sering menyebabkan efek
samping gastrointestinal. Aspirin dengan dosis 75-150 mg sama efektifnya
dengan dosis yang lebih besar, karena itu aspirin digunakan hampir pada
semua pasien PJK bila tidak ditemukan kontraindikasi. Namun penggunaan
aspirin dalam jangka panjang perlu diperhatikan efek samping iritasi
gastrointestinal dan pendarahan. Obat lain yang dapat digunakan dengan efek
samping lebih minimal adalah cardioaspirin (Lacy et al., 2012).
Antagonis reseptor ADP seperti clopidogrel digunakan sebagai
penghambat agregasi trombosit. Clopidogrel merupakan derivat tienopiridin
yang lebih baru bekerja dengan menekan aktivitas kompleks glikoprotein
IIb/IIIa oleh ADP dan menghambat agregasi trombosit secara efektif (Lacy et
al., 2012). Dosis yang dianjurkan adalah 300 mg sebagai dosis awal dan
diiukti dengan 75-150 mg. (Lacy et al., 2012; Depkes RI, 2006)
Dari studi CAPRIE, pasien secara acak dipilih untuk menerima 325
mg/hari ASA atau 75 mg/ clopidogrel. Ditemukan penurunan risiko relatif dan
kejadian iskemia, IMA atau kematian akibat vaskular sebanyak 8,7% untuk
yang menggunakan clopidogrel (Depkes RI, 2006).
Obat penurun kolestrol seperti golongan statin dikenal juga dengan obat
penghambat HMG-CoA reduktase. HMG-CoA reduktase adalah suatu enzym
yang dapat mengontrol biosintesis kolesterol. Dengan dihambatnya sintesis
kolesterol di hati dan hal ini akan menurunkan kadar LDL dan kolesterol total
serta meningkatkan HDL plasma (Dipiro et al., 2008). Dan penelitian juga
membuktikan penurunan kadar lemak atau kolesterol secara agresif oleh obat
golongan statin sangat bermanfaat dalam menekan atau mengurangi kejadian-
kejadian koroner akut (Lacy et al., 2012).
Pasien dengan kadar LDL normal (kolesterol LDL 100 mg/dl) tetapi
kadar HDL rendah, lebih baik diterapi dengan fibrat. Statin sebaiknya
diteruskan untuk mendapatkan keuntungan terhadap kelangsungan hidup
jangka panjang (Depkes RI, 2006)
Obat penurun tekanan darah yang digunakan adalah Candesartan yang
termasuk golongan ARB. inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe
1). Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau
sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme bradykinin yang dapat
mengakibatkan vasodilatasi (Dipiro et al., 2008). Tatalaksana terapi untuk
hipertensi stage II yang disertai dengan Coronary Disease adalah sebagai
berikut:

Gambar 2. Tatalaksana terapi Hipertensi yang disertai dengan penyakit Arteri


Koroner (Dipiro et al.,2008)

Pada alogaritme tersebut terapi standar yang diajukan untuk pasien


hipertensi dengan penyakit arteri koroner, berupa golongan -bloker yang
kemudian ditambahkan dengan ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
inhibitor atau ARB (Angiotensin Receptor Blocker).

IV. Penilaian Rasionalitas Pengobatan


Penilaian rasionalitas pengobatan disesuaikan dengan analisa 4T+1W ataupun 8
indikator permasalahan yang terkait dengan pengobatan pasien (Drug Related
Problem).
a. Penggunaan Obat Rasional
1. Tepat Indikasi
Indikasi yang digunakan adalah indikasi yang sesuai dengan kategori
farmakologi masing-masing obat. Ketepatan pemberian masing-masing obat
disesuaikan dengan data subyektif dan subyektif pasien.
Aspirin
Aspirin dosis rendah digunakan sebagai antitrombotik, mekanismenya
menghambat agregasi trombosit melalui jalur tersebut dan bukan yang
lainnya. Sebagian dari keuntungan ASA dapat terjadi karena kemampuan
anti inflamasinya, yang dapat mengurangi ruptur plak (Lacy et al., 2012).
Clopidogrel
Clopidogrel digunakan sebagai penghambat agregasi trombosit.
Clopidogrel merupakan derivat tienopiridin yang lebih baru bekerja
dengan menekan aktivitas kompleks glikoprotein IIb/IIIa oleh ADP dan
menghambat agregasi trombosit secara efektif (Lacy et al., 2012).
Candarin (Candesartan)
Candesartan merupakan golongan ARB yang digunakan sebagai terapi
hipertensi. Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan
mengurangi atau sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme
bradykinin yang dapat mengakibatkan vasodilatasi (Dipiro et al., 2008).
Lipitor (Atorvastatin)
Atorvastatin merupakan obat penurun kolestrol seperti golongan statin
dikenal juga dengan obat penghambat HMG-CoA reduktase. HMG-CoA
reduktase adalah suatu enzym yang dapat mengontrol biosintesis
kolesterol. Dengan dihambatnya sintesis kolesterol di hati dan hal ini
akan menurunkan kadar LDL dan kolesterol total serta meningkatkan
HDL plasma (Dipiro et al., 2008).

2. Tepat Obat
Pasien dikatakan tepat menerima terapi apabila terapi tersebut aman untuk
pasien, atau tidak kontraindikasi untuk pasien. Berdasarkan kondisi pasien,
pemberian terapi obat dinilai kurang tepat.
Pada alogaritme tatalaksana terapi hipertensi standar yang diajukan untuk
pasien hipertensi dengan penyakit arteri koroner, berupa golongan -bloker
yang kemudian ditambahkan dengan ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
inhibitor atau ARB (Angiotensin Receptor Blocker). Namun golongan ARB
juga memiliki adverse reaction pada system kardiovaskular dengan
menimbulkan angina, infark miokardia dan tachycardia, sehingga dianjurkan
digantikan dengan golongan -bloker seperti bisoprolol (Dipiro et al., 2008).

3. Tepat Dosis
Berdasarkan literatur dan obat yang tertulis dalam resep dapat dilihat
informasi kesesuaian dosis pada pasien. Kesesuaian dosis dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Kesesuaian Dosis literature dan Dosis dalam Resep
Nama Obat Dosis dalam Dosis Literatur Keterangan
Resep
Lipitor 20 1 x 1 tablet Pencegahan primer Tepat Dosis
(Atorvastatin (20 mg) hiperkolestrolemia
20 mg) (Dewasa):
Dosis individualisasi 10-
80 mg sekali sehari
(Lacy et al., 2012)
Clopidogrel 1 x 1 tablet Dosis (Dewasa) sebagai Tepat Dosis
75 mg (75 mg) terapi MI, stroke, dan
arterial desease sebesar
75 mg/hari.
Terapi UA/NSTEMI
sebesar 300mg sebagai
dosis awal diikuti 75
mg/hari, jika
dikombinasikan dengan
aspirin sebesar 81-325
mg/hari.
Terapi STEMI sebesar
75 mg/hari , jika
dikombinasikan dengan
aspirin sebesar 162-325
mg sebagai dosis awal
dan diikuti 81-162
mg/hari
(Lacy et al., 2012)
Canderin 8 1 x 1 tablet (8 Dosis dewasa sebagai Tepat Dosis
(Candesartan mg) terapi antihipertensi
8 mg) sebesar 4-32 mg/hari.
(Lacy et al., 2012)
Aspilets 1 x 1 tablet Dosis (Dewasa) sebagai Tepat Dosis
(Aspirin 80 (80 mg) terapi pencegahan MI,
mg) stroke, dan arterial
desease sebesar 75-100
mg/hari.
(Lacy et al., 2012)

Berdasarkan perbandingan dosis obat yang diresepkan oleh dokter dengan


dosis literature dapat diketahui bahwa semua obat yang diterima pasien telah
tepat dosis.

4. Tepat Pasien
Berdasarkan data subkejtif dan objektif yang telah dikumpulkan sebelumnya,
indikasi obat dirasa telah tepat untuk digunakan oleh pasien.

5. Waspada Efek Samping


Efek samping yang harus diwaspadai adalah munculnya keluhan
pendarahan atau gastritis pada saluran pencernaan sebagai efek samping dari
penggunaan Aspilet dan Clopidogrel, kemungkinan terjadinya efek samping
ini sebesar 6-31% (Lacy et al., 2012).
Penggunaan atorvastatin dapat mengakibatkan gangguan pencernaan
seperti diare, gangguan system saraf seperti insomnia dan gangguan
pernafasan seperti nasofaringitis (Lacy et al., 2012). Sedangkan efek samping
dari candesartan pada system kardiovaskular adalah kemungkinan terjadinya
angina, MI, dan tachycardia, sehingga dianjurkan penggantian obat penuruun
tekanan darah golongan -bloker seperti Bisoprolol sesuai dengan tatalaksana
terapi hipertensi (Dipiro et al., 2008).

b. Drug Related Problem dan Pengatasannya


Analisa penggunaan obat yang rasional dalam suatu resep dapat dilakukan
dengan cara identifikasi Drug Related Problem (DRP). DRP berpotensi terjadi
pada obat yang diresepkan oleh dokter dan menjadi faktor utama yang dapat
menghambat proses penyembuhan pasien. Terdapat sejumlah parameter DRP
yang harus dianalisa oleh apoteker pada setiap resep, yakni sebagai berikut:
Tabel 2. Drug Related Problem
DRP Aspilet Clopidogrel Lipitor Canderin
Indication
1. Unnecessary Drug
Therapy
a. No Medical Indication - - - -
b. Duplicate therapy - - - -
c. Treating Avoidable ADR - - - -
d. Addictive / Recreational - - - -
use
2. Additional Drug Needed
a. Untreated Condition - - - -
b. Prvetive / prophylactic - - - -
c. Sinegistic/potentiating - - - -
Effectiveness
1. Need Different Drug
Product
a. More effective drugs - - -
available
b. Condition refractory to - - - -
drug
c. Drug Interaction - - - -
d. Not effective for - - - -
condition
2. Dosage to low
a. Wrong Dose - - - -
b. Frequency too long - - - -
c. Duration to short - - - -
d. Inappropriate - - - -
adminstration
Safety
1. ADR
a. Undeserible Effect - -
b. Unsafe for patient - - - -
c. Drug interaction - - - -
d. Allergic reaction - - - -
2. Dosage too high
a. Wrong dose - - - -
b. Frequency too short - - - -
c. Duration too long - - - -
d. Inappropriate - - - -
administration
Compliance (Non adherence)
1. Direction not Understood - - - -
2. Patients prefers not to - - - -
take
3. Patient forgets to take - - - -
4. Expensive product - - - -

Berdasarkan parameter DRP, diketahui terdapat beberapa DRP yang harus


dianalisa oleh seorang Apoteker, diantaranya:

1. Inappropriate Choise of Drug


Pada alogaritme hipertensi standar yang diajukan untuk pasien hipertensi
dengan penyakit arteri koroner, berupa golongan -bloker yang kemudian
ditambahkan dengan ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor atau
ARB (Angiotensin Receptor Blocker). Dikarenaka golongan ARB (Canderin
) dan ACEi memiliki efek samping pada system kardiovaskular seperti
terjadinya angina, MI, dan tachycardia, sehingga -bloker direkomendasikan
sebagai terapi antihipertensi bagi pasien (Lacy et al., 2012).
Dengan mempertimbangkan keamanan pasisen, Apoteker harus
melakukan komunikasi dengan Dokter untuk mengganti penggunaan
Canderin sebagai obat antihipertensi.
Obat antihipertensi yang diberikan adalah golongan -bloker seperti
Bisoprolol. Pada pasien yang memiliki indikasi menderita PJK
direkomendasikan oleh JNC7 untuk menggunakan -bloker sebagai terapi lini
pertama dikarenakan respon yang sangat baik. -bloker sebagai terapi lini
pertama mampu menurunkan tekanan darah pasien dan meningkatkan
pasokan oksigen ke jantung sehingga dapat mengurangi angka kejadian
kematian (Dipiro et al., 2008)
Dosis yang direkomendasikan untuk pasien dewasa sebesar 2,5 5
mg/hari, ditingkatkan hingga 10 mg/hari dan maksimum 20 mg/hari bila
diperlukan (Lacy et al., 2012).

2. Adverse Drug Reaction


Efek samping yang harus diwaspadai adalah munculnya keluhan
pendarahan atau gastritis pada saluran pencernaan sebagai efek samping dari
penggunaan Aspilet dan Clopidogrel, kemungkinan terjadinya efek samping
ini sebesar 6-31% (Lacy et al., 2012).
Jika pasien merasakan ADR, apoteker hendaknya menyarankan kepada
pasien untuk segera berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter. Sehingga
dengan melakukan monitoring tersebut, dapat menjadi bahan pertimbangan
dokter untuk menentukan tindakan selanjutnya.

c. Plan
1. Terapi Non-farmakologi
- Pasien disarankan banyak mengkonsumsi makanan yang rendah
kolesterol dan hindari makanan junkfood berlebihan.
- Hindari minuman beralkohol dan jangan merokok.
- Pasien dianjurkan berolahraga ringan secara teratur minimal 30 menit
setiap harinya.

2. Terapi Farmakologi
Berdasarkan hasil anamnase kefarmasian dan analisis DRP maka obat
yang diberikan kepada pasien adalah :
- Lipitor 20 (Atorvastatin 20 mg) dengan pemakaian 1 kali sehari 1
tablet untuk mengobati hiperkolesterol pada pasien.
- Clopidogrel 75 mg dengan pemakaian 1 kali sehari untuk menghambat
agregasi trombosit sehingga tidak terjadi penyumbatan pada pembuluh
darah.
- Bisoprolol 10 mg dengan pemakaian 1 kali sehari 1 tablet untuk
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan pasokan oksigen ke
jantung.
- Aspilet (Asam asetilsalisilat 80 mg) dengan pemakaian 1 kali sehari
sebagai antikoagulan untuk mengatasi penyumbatan pembuluh darah
jantung.

V. Compounding
5.1 Penyiapan Obat
Setelah melakukan skrining administrasi dan skrining farmakologi (berdasarkan
penilaian kesesuain farmasetis dan pertimbangan klinis), serta menjamin ketersediaan
stok di apotek, obat-obat yang disepakati dengan dokter untuk diberikan pada pasien
kemudian disiapkan. Obat yang disiapkan antara lain:
1. Lipitor 20 mg sebanyak 30 tablet
2. Clopidogrel 75 mg sebanyak 30 tablet
3. Bisoprolol 10 mg sebanyak 30 tablet
4. Aspilet 80 mg sebanyak 30 tablet

5.2 Check and Sign off


Pada proses ini dilakukan pengecekan kembali obat-obat yang telah ambil, baik
jenis, jumlah, maupun kondisi fisik dan kemasan primer obat. Selanjutnya obat-obat
yang telah diyakini telah tepat berdasarkan parameter tersebut di atas dimasukkan ke
dalam klip dan masing-masing diberi etiket dengan ketentuan berikut:
- Sediaan lipitor 20 mg diberikan dalam jumlah yang sesuai yaitu 30 tablet,
kemudian obat tersebut dikemas dalam plastik klip dan diberi label berupa
etiket putih dengan keterangan aturan pemakaian obat yaitu diminum 1 x
sehari 1 tablet sesudah makan.
- Sediaan clopidogrel 75 mg diberikan dalam jumlah yang sesuai yaitu 30 taplet
kemudian diberikan label berupa etiket putih yang ditempelkan pada kemasan
luar dengan keterangan aturan pemakaian obat yaitu diminum 1 x sehari 1
tablet sesudah makan.
- Sediaan bisoprolol 10 mg diberikan dalam jumlah yang sesuai yaitu 30 tablet,
kemudian obat tersebut dikemas dalam plastik klip dan diberi label berupa
etiket putih dengan keterangan aturan pemakaian obat yaitu diminum 1 x
sehari 1 tablet sesudah makan.
- Sediaan aspirin 80 mg diberikan dalam jumlah yang sesuai yaitu 30 tablet,
kemudian obat tersebut dikemas dalam plastik klip dan diberi label berupa
etiket putih dengan keterangan aturan pemakaian obat yaitu diminum 1 x
sehari 1 tablet sesudah makan.

5.3 Pelabelan

Etiket Lipitor 20 mg

Apotek Kimia Farma


JL. Diponegoro No. 125 Denpasar
APA : Candra Emilza, S.Si., Apt.
SIPA : 446/DIKES/01/SIPA/2013
Nama Pasien: Desak Made Suheryan No. 761
Usia: 45 tahun Denpasar, 20-04-2015

Apotek Kimia Farma


1 x sehari 1 tablet/kapsul/bungkus
JL. Diponegoro No. 125 Denpasar
Pagi
Sebelum/Bersama/Setelah makan Siang
APA : Candra
(setiap Emilza,
24 jam S.Si., Apt.
sekali) Sore
SIPA : 446/DIKES/01/SIPA/2013 Malam
(Jauhkan
Nama Pasien: Obat
Desak dariClopidogrel
Made
Etiket Jangkauan Anak-anak)
Suheryan 75No.
mg761
Usia: 45 tahun Denpasar, 20-04-2015
Hubungi Apoteker/Asisten Apoteker bila membutuhkan informasi obat

1 x sehari 1 tablet/kapsul/bungkus Pagi


Ttd apoteker
Sebelum/Bersama/Setelah makan Siang
(setiap 24 jam sekali) Sore
Malam
(Jauhkan Obat dari Jangkauan Anak-anak)
Hubungi Apoteker/Asisten Apoteker bila membutuhkan informasi obat

Ttd apoteker
Etiket Bisoprolol 10 mg

Apotek Kimia Farma


JL. Diponegoro No. 125 Denpasar
APA : Candra Emilza, S.Si., Apt.
SIPA : 446/DIKES/01/SIPA/2013
Nama Pasien: Desak Made Suheryan No. 761
Usia: 45 tahun Denpasar, 20-04-2015

1 x sehari 1 tablet/kapsul/bungkus Pagi


Sebelum/Bersama/Setelah makan Siang
(setiap 24 jam sekali) Sore
Malam
(Jauhkan Obat dari Jangkauan Anak-anak)
Hubungi Apoteker/Asisten Apoteker bila membutuhkan informasi obat
Etiket Aspilet 80 mg
Ttd apoteker
Apotek Kimia Farma
JL. Diponegoro No. 125 Denpasar
APA : Candra Emilza, S.Si., Apt.
SIPA : 446/DIKES/01/SIPA/2013
Nama Pasien: Desak Made Suheryan No. 761
Usia: 45 tahun Denpasar, 20-04-2015

1 x sehari 1 tablet/kapsul/bungkus Pagi


Sebelum/Bersama/Setelah makan Siang
(setiap 24 jam sekali) Sore
Malam
(Jauhkan Obat dari Jangkauan Anak-anak)

VI. Dispensing Hubungi Apoteker/Asisten Apoteker bila membutuhkan informasi obat


Pada saat penyerahan obat, seorang apoteker perlu memastikan ketepatan obat
Ttd apoteker
yang diberikan kepada pasien dan memastikan apakah pasien paham mengenai
pengobatan yang diberikan untuk mencegah terjadinya kesalahan pengobatan pasien.
Untuk itu obat yang diserahkan pada pasien harus disertai dengan pemberian KIE.

VII. Komunikasi, Informasi, Edukasi


Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) yang diberikan meliputi cara
penggunaan obat, aturan pakai obat, waktu penggunaan obat, cara penyimpanan obat,
efek samping yang mungkin akan muncul, dan hal-hal lain sebagai bagian dari terapi
nonfarmakologi. KIE yang diberikan terhadap pasien antara lain:
Aspirin 80 mg diberikan satu kali sehari pada pagi hari sesudah makan.
Aspirin berfungsi sebagai antikoagulan dalam mengatasi penyumbatan pada
pembuluh darah jantung. Aspirin disimpan pada tempat yang sejuk dan
terlindung dari cahaya matahari. Aspirin menimbulkan efek samping
gangguan pencernaan.
Clopidogrel 75 mg diberikan satu kali sehari pada pagi hari sesudah makan.
Clopidogrel berperan dalam menghambat agregasi trombosit sehingga tidak
terjadi penyumbatan dalam pembuluh darah. Clopidogrel disimpan di tempat
yang sejuk dan terlindung dari cahaya matahari. Efek samping yang
ditimbulkan yaitu sakit kepala, pusing dan ruam pada kulit.
Bisoprolol mg diberikan satu kali sehari sesudah makan. Bisoprolol berperan
dalam menurunkan tekanan darah dan meningkatkan pasokan oksigen
jantung. Bisoprolol disimpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya
matahari. Penggunaan bisoprolol menimbulkan efek samping berupa
hipotensi, pusing dan infeksi saluran pernafasan atas.
Atorvastatin 20 mg diberikan pada malam hari satu kali sehari. Simvastatin
diberikan pada malam hari karena simvastatin bekerja efektif pada malam
hari. Simvastatin disimpan pada tempat yang sejuk dan terlindung dari
cahaya matahari. Efek samping yang mungkin ditimbulkan obat ini yaitu
pegal-pegal.
Selain obat-obatan tersebut, sebaiknya pasien juga mengubah lifestyle
diantaranya dengan : menghindari minum alkohol dan jangan merokok;
banyak mengkonsumsi makanan yang rendah kolesterol dan hindari junk food
berlebihan; serta lakukan olahraga ringan seperti jogging secara teratur setiap
hari.

VIII. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring bertujuan untuk memantau penggunaan obat oleh pasien sehingga
dapat diketahui apakah pasien sudah menggunakan obat secara baik, benar, dan tepat
serta memantau kondisi pasien setelah menggunakan obat tersebut apakah obat
tersebut apakah obat yang diberikan dapat menimbulkan respon terapi yang
diinginkan, tidak menimbulkan respon, atau malah menimbulkan respon terapi yang
merugikan.
Monitoring dilakukan dalam waktu 2-4 minggu setelah pemberian obat
dimana hal yang perlu dimonitoring dan evaluasi antara lain :
1. Perbaikan gejala angina
2. Perbaikan kondisi jantung
3. Perbaikan faktor resiko
Monitor kadar LDL dan HDL (Kadar normal LDL = <110 mg/dL;
HDL = > 45 mg/dL)
Monitor tekanan darah (TD normal = 120/80 mmHg).
4. Membaiknya gejala pada kapasitas latihan (durasi memanjang)
Pada umumnya, efek samping yang paling umum terjadi adalah hipotensi dan
perdarahan. Berikut tabel terapi obat yang perlu dimonitoring :

Obat Efek Samping Monitoring


Aspirin Dispepsi, perdarahan, Tanda-tanda terjadinya
gastritis perdarahan, gangguan
pencernaan, jumlah darah
total dan jumlah platelet.
Clopidogrel Perdarahan, Tanda-tanda terjadinya
trombositopenia (jarang) perdarahan, jumlah darah
total dan platelet total.
Bisoprolol Hipotensi, bronkospasme, Cek BP dan HR setiap 6
kelelahan, depresi bulan sekali.

Apabila terjadi perdarahan dan hipotensi maka obat yang menimbulkan efek
samping tersebut dihentikan terlebih dahulu hingga gejala yang disebabkan dapat
teratasi. Perdarahan pada pasien dapat menyebabkan hipotensi hingga hipovolemia
dan memerluka tranfusi darah untuk menangani kejadian ini (Dipiro, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner:
Fokus Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Dipiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, and L.M. Posey.
2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 6th Edition. USA:
McGraw-Hill Companies Inc.

Dipiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, L.M. Posey. 2008.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 7th Edition. New York: The
MacGraw-Hill Company Inc.

Lacy, C. F., L. L. Armstrong, M. P. Goldman, and L. L. Lance. 2012. Drug


Information Handbook, 20th Edition. Ohio: Lexi-Comp, Inc.

Anda mungkin juga menyukai