Anda di halaman 1dari 35

Posted originally on the Archive of Our Own at http://archiveofourown.org/works/3147290.

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationship:
Character:

Additional Tags:
Stats:

Mature
Graphic Depictions Of Violence, Rape/Non-Con, Underage
Multi
Shingeki no Kyojin | Attack on Titan
Levi/Eren Yeager, Jean Kirstein/Eren Yeager
Levi ackerman, Eren Yeager, Erwin Smith, Petra Ral, Annie
Leonhart, Auruo, Farlan, Isabella, Hanji Zoe, Mikasa Ackerman, Jean
Kirstein, Connie Springer, Armin Arlert, Sasha Blouse, Krista Lenz |
Historia Reiss
Mature Stiles, Bondage and Discipline, Blood and Gore, Anal Sex,
Crimes & Criminals, Organized Crime
Published: 2015-01-09 Updated: 2015-03-25 Chapters: 4/? Words:
10337

Barricade
by KazuKirana
Summary

Karena dalam kriminalitas, hanya ditekankan dua pilihan. Bertahan hidup atau mati.

Notes

Halo semua, kembali lagi dengan saya di fic MC terbaru. Kali ini saya akan terjun
kedalam dunia kriminalitas karena dari dulu memang bakat saya untuk menulis cerita
tentang suatu kriminalitas dan kejahatan. Kebetulan juga, saya berniat untuk membuat
Light Novel bagi fic ini. Mungkin para readers setuju jika fic ini dijadikan sebuah Light
Novel? Karena saya pun tertarik sekali untuk mengangkat fic ini menjadi sebuah karya
Light Novel atau mungkin sebuah Doujinshi. Untuk itu, saya serahkan fic ini kepada
readers. Lanjut atau tidaknya fic ini tergantung dari kalian semua, jadi selamat menikmati~

See the end of the work for more notes

Prologue: The Beginning


Yakuza.
Merupakan suatu kelompok kriminalitas berkelas atas yang paling disegani dan ditakuti oleh
masyarakat Jepang bahkan diseluruh penjuru dunia. Kelompok yang sudah berdiri kira-kira tahun
1612, saat Shogun Tokugawa berkuasa dan menyingkirkan Shogun Kansai sebelumnya.
Pergantian ini mengakibatkan kira-kira 500.000 orang samurai yang sebelumnya disebut hatomoyakko (pelayan shogun) menjadi kehilangan tuan, atau disebut sebagai kaum ronin.
Apa bedanya, Mafia dengan Yakuza? Tidak ada bedanya, yang berbeda ialah nama dari masingmasing kelompok penjahat.
Yakuza terbagi menjadi beberapa bagian dipenjuru Jepang. Yang pertama berada dikawasan ibu
kota, yaitu Tokyo. Yang kedua berada dikawasan bekas terjadinya perstiwa bom atom pada
perang dunia kedua, yaitu Hiroshima dan Nagasaki. Yang ketiga berada dikota yang masih
menyimpan kental adat tradisi Jepang, yaitu Kyoto dan yang terakhir ialah kota Osaka, sebagai
salah satu pusat dari segala Yakuza yang berada dipenjuru Jepang.
Yakuza sendiri memiliki peraturan-peraturan bahkan ritual jika hendak memasuki kelompok ini.
Pertama, ritual organisasi. Anggota baru akan menjalankan ritual yang bernama sakazukigoto atau
ritual perpeloncoan. Para bawahan harus menuruti senior mereka dan sebelum itu mereka diberi
sebuah minuman sake atau arak Jepang sebagai tanda penghormatan atas bergabungnya mereka
kedalam kelompok Yakuza.
Selain itu, mereka pun harus mengikuti ujian tertulis. Tidak hanya tes fisik tetapi mereka pun harus
menjalankan ujian tertulis sebanyak dua belas halaman. Mereka harus memahami bagaimana
caranya berpolitik, berdagang, menyusun strategi bahkan tata cara bekerjasama dengan kelompok
penjahat dari berbagai dunia. Jika mereka tidak lulus dinyatakan gugur.
Menggugat dan digugat. Apa bedanya? Tentu saja berbeda, bila salah satu anggota Yakuza tidak
melakukan pekerjaan mereka sesuai dengan perintah maka mau tidak mau mereka harus
melakukan yubitsume atau potong jari. Ketua tertinggi Yakuza berhak menyuruh dokter pribadi
kepercayaan mereka untuk memotong jari anggota tersebut, dimulai dari jari kelingking bagian
kiri. Maka, tidak salah lagi bila banyak anggota Yakuza yang sering kali kehilangan jari mereka.
Yang terakhir ialah tato yang menghiasi tubuh. Yakuza memang terkenal dengan tato mereka
yang menempel ditubuh, biasanya mereka akan menggunakan tato bergambar naga, pegunungan,
dan perempuan. Tetapi, mereka tidak sembarang memakai alat tato. Mereka masih memakai tradisi
lama Jepang dalam membuat tato yaitu dengan irezumi.
Para anggota Yakuza cenderung bersifat baik dihadapan publik tapi sebenarnya mereka
melakukan kejahatan dibalik layar, bisa dibilang bahwa mereka memiliki topeng lagi untuk
menutupi kepribadian mereka.
Yakuza sendiri memiliki hubungan erat dalam perdagangan gelap atau biasa disebut black market.
Disanalah mereka akan membeli perlengkapan senjata, teknologi canggi, bahkan narkoba
sekalipun. Lalu, mereka sendiri memiliki beberapa saham-saham dunia yang sudah mereka kuasai.
Bisa dibilang bila saham jatuh ketangan Yakuza maka saham tersebut akan berubah statusnya
menjadi illegal.
Mereka sebenarnya seorang pekerja kaya raya yang memiliki jabatan dan nama, tetapi disamping
itu bila mereka sudah terjun ke dunia Yakuza kepribadian mereka berubah seratus delapan puluh

derajat dari biasanya.


FBI bahkan C.I.A pun takut disapu habis oleh para Yakuza.
Selain itu, para anggota Yakuza memiliki kepentingan dan derajat masing-masing. Ketua tertinggi
Yakuza biasa disebut Oyabun, wakil ketua tertinggi Yakuza biasa disebut Kobun, dan para
Senpai serta Kouhai.
Kepentingan Oyabun ialah untuk mempertahankan ketahanan mereka, mengatur strategi serta
memperat hubungan antar sesama mafia. Kepentingan Kobun ialah memperhatikan dan
memerintahkan bawahannya, serta kepentingan Senpai-Kouhai ialah mengerjakan apa yang
diperintah oleh Kobun. Selain itu, Yakuza memiliki dokter terpercaya kelompok mereka, rata-rata
dokter disana memiliki sifat psikopat. Merekalah yang tak segan-segan untuk memotong jari bila
anggota Yakuza tidak melakukan tugas mereka.
Yakuza sendiri juga banyak dihuni oleh wanita selain pria, biasanya wanita Yakuza diperlakukan
sebagai pelacur bahkan simpanan. Mereka akan diperkosa dan akan berganti pasangan sesuai
dengan selera pria Yakuza.
Tidak akan jauh dari narkoba, seks bebas, perjudian illegal, kriminalitas, dan perdagangan gelap.
Itulah yang menjadi ciri khas unik para kelompok Yakuza Jepang.
Salah satu pusat Yakuza di Osaka yang diberi nama Akuma Masuku, dipimpin oleh salah seorang
ketua tertinggi Yakuza yaitu Erwin Smith. Ketua yang sangat disegani dan ditakuti oleh
masyarakat Jepang. Erwin memang terkenal akan kewibawaan dan cerdik serta liciknya dalam
mengatur strategi kelompoknya.
Ia memberi nama kelompoknya Akuma Masuku yang memiliki arti bahwa bila kau telah
terjerumus kedalam ikatan iblis maka jangan harap bisa keluar. Itulah prinsip dan konsekuensi bila
bergabung kedalam kelompok Yakuza Erwin.
.
.
Sebatang jarum dicelupkan kedalam botol kecil berisi tinta, ditarik hingga terambil setengah tinta
yang berada didalam botol tersebut. Beberapa kali, pria bersurai hitam itu menatap jeli ujung jarum
yang terlihat buntalan tinta kecil. Ia menatap seseorang dihadapannya. Seorang pemuda bersurai
eboni yang telah melepaskan kimono merah hati bermotif bunga sakura itu yang terjatuh hingga
siku. Punggung mulus itu terekspos dengan sempurna.
Kau siap? tanya pria itu tepat didekat pemuda itu, bisa dirasakan hebusan napas hangat yang
menyapu telinga pemuda tersebut.
Satu anggukan ia dapati.
Pria itu mulai mendekatkan jarum itu tepat di punggung pemuda eboni itu, ibu jarinya mulai
menekan tombol on dan terdengar suara getaran mesin pembuat tato. Perlahan, pria itu mulai
menghias gambar burung phoenix yang sedari tadi dilukiskannya di punggung pemuda ini.
Ada sedikit rasa geli dan sakit yang menerjang punggungnya, pemuda itu sedikit meringis begitu
jarum sedikit ditekan dipunggungnya.
Apakah sakit? tanya pria itu datar seakan-akan tidak memperdulikan sosok didepannya ini.
Tidak, lanjutkan saja.

Kau yang memintanya, bocah.


Pria itu semakin memoles tinta ke dalam lukisannya, begitu indah sekali. Warna merah yang
dipadu dengan hijau kekuning-kuningan diujung ekor burung tersebut. Ia memoles dengan
sepenuh hati, seakan-akan menjadikan dirinya sebagai seniman kelas dunia.
Pemuda itu menoleh sedikit hingga menangkap paras tampan datar pria tersebut, sudut bibir
terangkat hingga tercetak sebuah senyuman diparas manisnya. Merasa ditatap, pria tersebut
menatap balik lawan bicaranya.
Ada apa, bocah? tanyanya seraya memoles tato.
Kulihat, kau sangat handal dalam bidang seni. Pemuda itu berkata dengan sangat lembut,
menatap dalam iris kelabu yang senada dengan surainya.
Aku benci penjilat.
Itu kenyataannya.
Terserah kau saja, bocah penjilat. Kasarsangat kasar sekali, tapi itulah ciri khas pria ini. Pria
yang dikenal sebagai wakil ketua tertinggi Akuma Masuku yang sangat ahli dalam bidang
persenjataan serta bela diriLevi Ackerman, pria terkejam, dingin, sadis, dan tidak pandang bulu.
Memang benar menciri khas kan anggota Yakuza.
Pemuda ituEren Jaeger yang merupakan kekasih dari Levi hanya menghela napas sembari
memutar bola matanya malas, memang beginilah Levi selalu kasar tetapi memiliki hati nurani yang
lembut. Itulah yang membuat Eren jatuh cinta kepada pria dingin ini, begitu pula dengan Levi.
Satu jam telah berlalu, Levi menyudahi aktivitasnya. Ia matikan lalu meletakkan barang tersebut
disampingnya, kini terlihat polesan tinta yang melumuri punggung Eren dengan indah. Begitu
diukir dengan indah, layaknya seorang pelukis dengan kuas ajaibnya. Levi memandang datar hasil
karyanya, tidak mnujukkan tanda-tanda apapun.
Eren mengenakan kembali kimono itu secara perlahan dengan gerakan seduktif, mengusap lembut
tiap kulit putih mulusnya. Levi mencengkram lembut kedua pundak kekasihnya itu, mendekatkan
bibir ditelinga Eren lalu berbisik,Sampai kapanpun kau adalah milikku dan hanya boleh aku saja
yang bisa menyentuhmu. Kau mengerti, Eren?
Eren tersenyum mendapati pengakuan Levi,Ya, aku mengerti Levi.
Levi mencium bibir ranum kekasihnya lembut, menjilat bibir bawah seakan meminta izin untuk
masuk. Dengan senang hati, eren membuka mulut dan lidah Levi langsung bermain di rongga
basah nan hangat itu. Mengabsen satu persatu deret gigi putih yang berjejer rapi serta melakukan
perang lidah.
Kali itu, Levi mendominasi ciuman mereka. Terlihat saliva yang turun mengalir membasahi dagu
dan leher Eren.
Nngghh
Ia mendesah disela-sela ciuman panas mereka, tangan Levi tidak menganggur. Kala itu, ia
melepas dengan gerakan seduktif kimono yang hendak dipakai Eren hingga perpotongan lengan
kekasihnya. Meraba lembut lalu berakhir dikedua nipple Eren yang sudah mengeras. Mencubit
serta melintir nipple itu, Eren semakin mendesah dibuatnya.
Levi melepas ciuman mereka, memberikan kesempatan bagi Eren untuk memasok oksigen agar

paru-parunya memompa normal kembali. Setelah itu, tangan-tangan nakal Levi beranjak kebawah
hendak memainkan bagian vital Eren sebelum
Tok! Tok!
Ketukan pintu itu menghentikan permainan mereka, Eren memegang dada Levi sembari menatap
iris kelabu itu dalam-dalam. Levi tahu apa yang dimaksud Eren, ia mendengus kesal. Siapa?
tanyanya ketus.
Levi-sama, ketua meminta Anda untuk bertemu dengannya sekarang juga. Ternyata itu adalah
salah satu anak buh Levi.
Tidak bisakah si bodoh itu menundanya? Aku sedang sibuk.
Sumimasen, Levi-sama. Tetapi ketua ingin Anda keruangannya sekarang juga, ujar anak buah
Levi dengan sopan. Eren hanya tersenyum lembut. Sudah, pergi saja. Kita bisa melakukannya
nanti malam, kau tidak mau kan jarimu dipotong oleh si psikopat itu? tanyanya sembari
mengelus pipi Levi dengan sayang.
Levi mendengus pasrah.
Baiklah, tapi dengan syarat kau tidak boleh pergi kemana-mana. Apakah kau mengerti, bocah?
tanya Levi disertai syarat dan satu anggukan ia dapati.
Levi beranjak dari bantal kecil beralaskan tatami yang ia duduki, berjalan keluar ruangan dan
meninggalkan Eren sendiri diruangkamarnya dengan pose yang sangat menggoda libido.
Hari itu, ialah hari dimana Eren resmi menjadi kekasih Levi setelah enam bulan lamanya ia masuk
kedalam kelompok Yakuza. Menyerahkan diri sepenuhnya untuk Levi tercinta. Untuk itu, Levi
memoles tato dipunggungnya dengan kemampuan dirinya yang menunjukkan bahwa Eren milik
Levi dan itu mutlaktidak bisa diganggu gugat apapun.
Dan itu adalah salah satu cara dimana pria Yakuza memilih wanita kesayangannya yang kelak
akan menjadi pendampingnya dimasa depan.
.
.
.
-To Be Continued-

Rebellion
Chapter Summary

Pemberontakan secara mendadak itu menciptakan lautan merah nan kental.

Chapter Notes

Terima kasih untuk readers semua yang sudah membaca, fav, dan follow fic ini.
Terima kasih juga atas dukungan kalian semua yang ingin melanjutkan fic ini dan ada
beberapa yang ingin fic ini diangkat menjadi Light Novel atau Doujinshi. Di cerita
ini, saya membuat proporsi tubuh Levi sedikit lebih tinggi dari Eren sedangkan Eren
sedikit lebih pendek dari Levi. Nah karena masukan kalian yang ingin fic ini tetap
berlanjut, sekarang sudah bisa dinikmati kembali dengan chapter terbaru. Selamat
membaca semua~

See the end of the chapter for more notes

Tok! Tok! Tok!


Erwin menghentikan aktivitasnya, ditatapnya tajam pintu geser Jepang yang dihiasi oleh shoji
klasik.
Siapa? tanyanya dengan tajam. Jeda sejenak, lalu terdengar suara yang pelan dan sopan,Erwinsama, saya datang bersama dengan Levi-sama.
Erwin menopang dagunya dengan kedua tangan,Masuk. Dingin dan tegas, memang sudah ciri
khas dari Erwin Smith. Pintu pun bergeser dan menampilkan sosok dua pria yang masuk lalu
berjalan mendekati meja tempat Erwin tengah duduk. Anak buah Levi membungkuk hormat.
Kau boleh pergi, ujar Erwin tanpa melirik sedikitpun anak buahnya itu. Pria itu mengangguk
lalu keluar dengan sopannya dari ruangan Erwin, kini tersisa dua pria yang sama-sama tak kalah
dinginnya.
Kuharap kedatanganku disini tidak buang-buang waktu, ujar Levi seraya mengambil posisi
duduk di seberang Erwin, menatap tajam lawan bicaranya kali ini. Erwin menghela
napas,Sepertinya kau masih saja tetap bersikap seperti itu meski aku ini atasanmu.
Levi mendecak kesal, kedatangannya disini sangat membuang waktu. Perlu diingat, bahwa Levi
sangat benci membuang waktu dalam hidupnyaapalagi bila berurusan dengan urusan
pribadinya itu. Erwin hanya terkekeh kecil dan itu membuat Levi semakin sebal.
Levi, ada yang harus ku informasikan mengenai suatu hal.
Levi menautkan sebelah alisnya, Erwin mulai mengeluarkan beberapa lembar kertas dari balik
laci. Memberikan kertas-kertas tersebut kepada Levi yang dengan setengah hati diterima oleh si
empu. Iris kelabu itu membaca cermat setiap tulisan yang tertera di kertas tersebut.

Kau membeli perlengkapan, lagi? tanya Levi seraya meletakkan kertas-kertas itu. Erwin
mengangguk mantap,Tentu saja, mengingat Mafia lain yang saling menyerang satu sama lain.
Jawabnya dengan enteng. Levi menghela napas.
Kau bisa menyuruh anak buah sialanmu untuk mengambil perlengkapan ini.
Aku tahu. Jawab Erwin sekenanya membuat Levi menatap tajam kembali ekpresi dibalik
topeng tersebut,Lalu, kenapa kau tak melakukannya? Apakah kau memang pengecut?
Levi, bersikaplah sopan terhadap atasanmu ini.
Aku tidak butuh basa-basimu, Erwin. Yang kuperlukan sekarang adalah alasan mengapa kau
menunjukku untuk melakukan hal ini, tukas Levi dengan tegas. Ia lipat kedua tangan di depan
dadanya, memperlihatkan sifat angkuh yang selalu ia tunjukkan kepada setiap orangtermasuk
kekasihnya sendiri.
Erwin menghela napas sembari menggelengkan kepala, seperti inilah Levi. Tidak akan pernah
berkata Baik akan kulakukan sebelum mendapat penjelasan yang masuk akal dan logis.
Jangan berpura-pura tidak mengerti, Levi.
Sejenak iris kelabu itu menatap dalam iris emerald Erwin, mencari seluk-beluk segelung informasi
mengenai perintahnya ini. Tiba-tiba, kedua iris itu membulatLevi memang tidak bodoh dan ia
tahu apa maksud Erwin menyuruhnya untuk melakukan tugas ini. Sedetik kemudian, ekspresi itu
normal kembali.
Kau mengerti sekarang, Levi? tanya Erwin antusias dan disambut oleh anggukan singkat si
empu. Seketika itu juga, Erwin menyeringai puas ditatapnya Levi dengan bangga. Lebih baik
kau bersiap, lima belas menit lagi Annie akan menunggumu.
Tak perlu menyuruhku, Erwin. Aku bisa melakukannya sendiri, tukas Levi seraya beranjak dari
kursi lalu berjalan keluar dari ruangan Erwin.
Dengan langkah tegap, menyusuri lorong luas markas Akuma Masuku. Dalam langkahnya,
pikiran Levi berkutat akan kertas yang disodorkan Erwin kepadanya tadi. Ia sedikit tidak percaya
dengan semua data itu. Mendecak kesal, ia mulai menepis pikiran negative itu dan mempercepat
langkahnya. Yang ingin dilakukan Levi saat ini ialah bersiap dan menatap kembali paras manis
kekasihnya.
Apapun yang terjadi, ia akan memberitahu kekasihnya itu. Ia tidak suka melihat orang lain cemas
karena dirinya. Karena untuk sekarang dan selamanya, Eren hanya milik Levi seorang dan tidak
boleh ada yang menyentuh selain dirinya sendiriitu berlaku mutlak.
Meski diluar Levi sangat cuek dan dingin, tapi disatu sisi ia sangat over protective kepada Eren
dan itulah sebab mengapa Eren menyukai Levi melalui sikap dinginnya.
.
.
.
Eh? Pergi ke pelabuhan? Untuk apa? Eren menatap Levi dengan bingung, untuk apa ia pergi ke
pelabuhan? Bukankah jarak dari markas ke pelabuhan memakan waktu dua jam? Levi memutar
bola matanya malas.

Dasar bodoh, tentu saja bisnis, bocah.


Eren langsung mengangguk mengerti sembari menatap punggung Levi yang tengah bersiap-siap,
Levi hanya mengenakan kemeja putih dengan kancing atas yang dibuka satu. Kedua lengan
kemeja yang digulung hingga siku memperlihatkan tato bergambar naga hitam yang menghiasi
lengan kanannya dan celana jeans berwarna hitam yang membalut kedua kaki atletisnya.
Sangat sederhana sekali, tetapi itulah gaya pakaian yang selalu dipakai oleh si empu. Yang
membedakan ialah kemejanya saja, terkadang warna putih dan terkadang warna hitam. Perlahan,
tangan halus Eren menepuk pelan punggung pria yang sedikit lebih tinggi darinya.
Levi, berjanjilah kau akan pulang dengan selamat. Nada suaranya sedikitsangat dipelankan,
kepalanya tertunduk tidak berani menatap paras tampan sang kekasih. Levi sedikit menautkan
alisnya bingung,Kenapa kau berkata itu, bocah? Kau meremehkanku, begitu? tanyanya sembari
menoleh ke arah Eren.
Bu-bukan be
Grep!
Iris zamrud itu membulat, kaget dengan perlakuan Levi yang secara tiba-tiba. Levi merengkuh
tubuh mungil itu ke dalam dekapannya seraya berbisik,Aku akan kembali, tunggu aku sebentar
lagi, Eren. Dikecupnya kening kekasihnya lembut, Eren tersipu malu. Pipinya sudah semerah
kepiting rebus.
Dilepaskannya pelukan itu dan ditatapnya dalam iris zamrud yang senada dengan batu giok,
samara-samar Levi tersenyum tipis. Semakin dekat jarak diantara mereka membuat Eren harus
mundur beberapa langkah dan berhentilah langkahnya begitu mendapati tembok yang sekarang
bersentuhan dengan tubuhnya. Levi menempelkan tangan kirinya ke tembok sedangkan tangan
kanannya menyentuh dagu Eren.
Diangkat hingga kedua iris saling bertemu sapa. Le-levi? tanya Eren ragu-ragu, ia tidak bisa
memalingkan wajahnya karena Levi sudah mengunci pergerakannya dan bisa dilihat paras
semanis cokelat itu kembali memerah.
Wajah itu hanya boleh ditunjukkan kepadaku, tidak boleh ada satu pun orang yang boleh melihat
wajahmu seperti ini. Mengerti, bocah kuntet? Eren mengangguk mengerti dan dihadiahi oleh
kecupan singkat nan lembut dari si empu.
Levi melepaskan genggamannya lalu berbalik mengambil senjata magnum perak dengan ukiran
namanya, disimpan senjata itu kedalam sebuah tempat yang diikat dipahanya. Mengeratkan
genggaman pada kedua sarung tangan kulit berwarna hitam, setelah selesai Levi hendak berjalan
keluar ruangannya sebelum
Grep!
Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan mendapati Eren yang tengah memeluknya dari belakang,
membenamkan wajahnya di balik punggung tegap kekasihnya.
Levi, jaga dirimu disana ya, ujar Eren dengan lembut. Aroma bvlgari yang menguar menggelitik
indra penciuman Eren, menambah kesan maskulin sang wakil ketua Akuma Masuku. Sangat khas
sekali harum Levi.
Ia tidak menolak bahkan menjawab dengan kata-kata kasar, ia tersenyum tipis seraya menyentuh
tangan halus sang kekasih. Aku pasti akan kembali, Eren. Dan aku berjanji akan selalu
melindungimu.

Setidaknya kalimat tersebut berhasil membuat Eren bernapas lega.


.
.
.
Di dalam sebuah limosin, Levi memandang keluar kaca. Menyaksikan indahnya malam kota
Osaka, lampu-lampu yang berkelap-kelip menghiasi indahnya malam. Samar-samar ia tersenyum
tipis, seandainya ia bisa keluar hanya untuk sekedar jalan-jalan tapi itu tidak mungkin. Mengingat
bahwa ia salah satu anggota Yakuza yang menjabat menjadi wakil ketua tidaklah mudah untuk
pergi ke dunia luar tanpa pengawasan. Ia menghela napas lelah.
Levi-sama, sebentar lagi kita sampai.
Limosin yang ditumpangi Levi berhenti disalah satu kawasan luas dekat pelabuhan, supir itu
keluar lalu membukakan pintu untuk Levi. Setelah terbuka lebar, Levi keluar dengan angkuhnya
dari mobil dan bisa terlihat seorang pemuda berambut botak tipis memandangnya seraya
berkata,Aaaa~ Apakah kau yang bernama Levi?
Levi tidak sendiri, dibelakangnya terdapat Annie salah satu koordinator bagian perdagangan
bersama para anak buahnya. Si empu memandang remeh lawan bicaranya,Mulutmu kotor juga,
bocah. Jawabnya dengan enteng.
Pemuda ituConnie menatap jengkel Levi, berani-beraninya Levi berkata seperti itu
kepadanya,Hoi pak tua! Bajingan kau berani berkata seperti itu kepadaku, heh?! geram Connie
dengan murka. Levi hanya menghela napas pendek.
Sepertinya, bocah tengik sepertimu harus diberi pelajaran. Levi hendak memegang senjatanya
sebelum
A-ah sudahlah, Connie. Kita disini bukan untuk adu jatos, kan? tukas salah seorang gadis yang
berada di kelompok Connie, gadis yang memiliki surai blonde dan berperawakan mungil itu
bernama Historia.
Levi mengurungkan niatnya untuk mengelurkan senjata, dilipatnya kedua tangan di depan
dadanya yang memberikan kesan angkuh nan berwibawa. Connie masih memandang jengkel
Levi tetapi ia acuhkan,Hmph! Baiklah. Jawabnya mengalah.
Historia tersenyum simpul, lalu ia mulai menatap iris kelabu yang sedari tadi menunggu. Apakah
sudah disiapkan? tanyanya dengan ramah, Levi mengangguk lalu menoleh mengisyaratkan salah
satu anak buahnya untuk memperlihatkan isi koper yang mereka bawa.
Lalu, begitu dibuka koper tersebut penuh dengan jutaan yen yang tak terhitung nilainya. Levi
menatap tajam gadis bersurai blonde itu,Apakah barangnya sudah ada, gadis desa?
Tentu saja sudah, tukas Historia seraya menjentikkan jemarinya, lalu salah satu anak buah
mereka memberikan koper tersebut kepada Historia. Sesaat, Historia dan anak buah Levi berjalan
seraya menukar koper lalu kembali ke tempat asal.
Disaat anak buah Levi tengah mengamati, tiba-tiba ia terlonjak kaget,Ini bom! teriaknya hingga
membuat semua orang terkejutminus kelompok Connie, seketika itu juga seringai Historia
mengembang. Terima hadiah dari kami, tikus liar.

BUM!
Sebuah ledakan besar pun muncul menimbulkan efek suara nan keras hingga beberapa bangunan
bahkan limosin pun hancur terbakar, beberapa dari anggota Akuma Masuku tewas terbakar
hingga menyisakan Levi dan Annie serta sedikit anggota dari Akuma Masuku. Levi berusaha
bangun dari acara berbaringnya lalu
Tch!
Merasakan sakit yang berpusat di pergelangan kaki kanannya, iris kelabu itu mendapati sebuah
serpihan kaca menancap mulus tepat pada pergelangan kakinya. Tangannya tergerak memegang
lalu mencabut serpihan kaca tersebut, meringis menahan sakit begitu serpihan berhasil dicabut.
Heichou, kau tidak apa-apa? tanya Annie sembari membantu Levi untuk berdiri.
Kemana perginya para bajingan brengsek itu? Levi balik bertanya dengan kemurkaan, Annie
memandang sekitar dan mendapati bahwa mereka tengah dikepung oleh pasukan Connie. Kita
dikepung, Heichou, bisiknya dengan suara pelan.
Levi pun berdiri dengan sempurna dan ditatapnya sekeliling mereka yang sudah dikepung oleh
banyak pasukan musuh, sedangkan pasukan Levi merapat untuk melindungi sang wakil kapten
beserta Annie.
Annie berdiri membelakangi Levi begitupula dengan si empu. Heichou, ujarnya kalem. Levi
menutup matanya seraya berkata,Aku mengerti.
Levi berteriak memerintahkan para pasukannya, lalu dengan secepat kilat mereka mengangkat
senjata dan menembaki musuh. Pasukan Connie tidak sempat menyerang karena pasukan Levi
dengan gesit langsung menyapu habis seluruh pasukan Connie.
Annie dengan kedua pisau perak miliknya langsung menyerang Historia yang dengan cepat
langsung ditangkis kunainya, menatap tajam iris HistoriaAnnie langsung menendang kaki
Historia hingga si empu jatuh ke tanah.
Lebih baik kau menyerah saja, gadis bodoh. Ujarnya seraya menekan pisaunya yang sebentar
lagi akan mengenai leher Historia, dengan sekuat tenaga ia berusaha menahan pisau perak Annie.
Jangan senang dulu, nenek sihir. Tengkuk Annie langsung dipukul dengan keras oleh salah satu
anak buah Connie dan berakibat ia pingsan ditempat, seringai sadis pun terpatri di paras cantik
Historia.
Di satu sisi, Levi tengah adu jatos bersama Connie. Ia tidak menggunakan senjata magnumnya,
melainkan menyerang dengan tangan kosong begitu juga dengan Connie. Levi menghantam keras
bagian samping perut Connie hingga menimbulkan si empu terbatuk lalu terlempar beberapa meter
hingga terbentur salah satu tiang listrik.
Levi berjalan mendekat lalu berhenti tepat di depan Connie, diangkatnya kerah kemeja Connie
hingga membuat pemuda itu sesak napas. Bocah tengik, apa yang sebenarnya kau rencanakan,
hm? bisik Levi tepat ditelinga Connie yang membuat pemuda itu bergidik ngeri.
Jawab, bajingan.
Connie berusaha meneguk ludahnya susah payah,I-ini semua re-rencana
Katakan dengan jelas atau kau mau aku merobek dan mengelurkan isi perutmu, hmm?

Tidak!
Kalau begitu, katakan sekarang juga. Connie meneguk ludahnya sekali lagi, perlahan ia mulai
membuka mulutnya dan balas berbisik,Ini semua rencana ketua. Mendengar itu, Levi
menautkan sebelah alisnya.
Maksudmu?
Ketua bilang akan ada
Duak!
Levi mengerang sakit begitu tengkuknya dipukul, perlahan cengkraman di kerah Connie mulai
melemah. Matanya berkunang-kunang dan kesadarannya pun menghilang. Levi pingsan ditempat,
disatu sisi Connie menyeringai puas mendapati sang wakil kapten Akuma Masuku tak sadarkan
diri.
Ia mulai beranjak dari duduknya lalu berdiri dengan tegap, diliriknya Levi yang tengah tak
sadarkan diri,Oi, Historia! Apa perlu kita bawa si bangsat ini? tanyanya sembari menunjuk
Levi.
Tidak perlu, kita biarkan saja mereka disini. Untuk sekarang lebih baik kita segera bergegas, kau
tak mau kan ketua marah lagi? tanya Historia sembari memasukkan dua pisau itu ke suatu
tempat yang terikat di kedua pahanya.
Connie mendecak kesal, ia pun berjalan mengikuti Historia dan meninggalkan Levi serta anak
buahnya di pinggir pelabuhan dengan keadaan tak sadarkan diri.
.
.
.
Suara nyaring yang berasal dari sepasang sepatu boots itu menggema disepanjang lorong,
langkahnya begitu terburu-buru layaknya dikejar kereta. Seorang wanita bersurai cokelat itu
menggeser pintu ruang kerja Erwin dengan keras tanpa izin dari si pemilik.
Erwin menatap tajam wanita itu, jujur saja ia sangat terganggu akan suara bising yang dibuat oleh
wanita tersebut. Bisakah kau ketuk pintunya dulu, Petra? tanya Erwin sinis ke arah wanita yang
dipanggil Petra yang sekarang sudah ada dihadapannya.
Erwin-sama, ini bukan main-main. Aku mendapat sebuah sinyal dari GPS. Petra merupakan
salah satu koordinator bagian GPS maupun komunikasi, untuk itu apapun bentuk dari informasi
Petra akan langsung melaporkannya kepada Erwin.
Berasal darimana? tanyanya sembari menopang dagu dengan kedua tangan.
Koordinat 0.14356 radius 40km dan terletak dibagian Tenggara, saya yakin itu adalah Heichou.
Sepertinya mereka sudah berhasil menjalankan misi tersebut, tukas Erwin sekenanya. Petra
langsung melirik tajam lawan bicaranya itu,Ketua, ini bukan soal berhasil atau tidak! Ini
merupakan
BUM!

Sebuah ledakan besar pun muncul, memekakkan telinga siapapun yang mendengar. Ruang kerja
Erwin pun berguncang hebat, otomatis si empu dan Petra pun dengan sigap menggenggam meja
kerja Erwin.
Suara apa itu? tanya Petra dengan pelan, Erwin tak menjawab melainkan hendak melihat dari
balik jendela sebelum
Erwin-sama!
Suatu layar transparan pun muncul dihadapan keduanya dan menampakkan salah satu anak buah
Erwin, mimik wajahnya terlihat sangat ketakutan. Ada apa? tanya Erwin kalem.
Sayap kiri diserang secara mendadak! Dan sekarangUUAAARRGGHH!!
Sinyal pun terputus begitu saja, Erwin mendecak kesal. Ini semua diluar perkiraannya, ia bahkan
tidak tahu bahwa markas Akuma Masuku akan diserang secara tiba-tiba. Petra, segera
informasikan kepada seluruh anggota agar cepat tiba diposisi mereka masing-masing!
Siap! Wanita cantik itu langsung berlari keluar dari ruangan meninggalkan Erwin seorang diri di
dalam ruangannya. Ia pun beranjak dari kursinya menuju kesalah satu lemari kaca, dipecahkannya
kaca tersebut dengan sekali hantam. Lalu, mengambil shotgun dan sniper dari balik lemari
tersebut.
Ditariknya sekali lalu disimpan dibalik punggung tegapnya. Berjalan keluar dari ruangannya
menuju salah satu tempat yang harus ia kunjungiruangan Levi.
.
.
.
Disatu sisi, Eren melihat dari balik jendela. Terdapat beberapa sekelompok musuh yang berhasil
menerobos dengan mudah, bagaikan menginjak semut dalam sekali hentakan. Eren menggenggam
erat ujung kimononya, apapun yang terjadi ia harus melindungi dirinyatanpa ada Levi sisinya.
Kaki jenjang itu membawa dirinya kesalah satu lemari milik Levi, dibukanya dengan kasar dan
terlihat deretan senjata yang mengkilapbisa diingat bahwa Levi maniak kebersihan dan pastinya
senjata itu selalu dibersihkan setiap seminggu sekali. Diambilnya dengan kasar beberapa senjata
yang menurut Eren akan ia perlukan.
Sniper. Magnum. Dua pisau belati.
Tiga senjata itu yang diambilnya saat ini. Mengikat dua tempat pisau di kedua pahanya, serta
mengalungkan sniper di punggungnya. Kini, kedua tangan itu menggenggam sebuah pistol
magnum.
Eren berjalan keluar dari ruangan Levi, menyusuri megahnya lorong markas. Seketika ia
bersembunyi dibalik tembok begitu mendapati dua musuh yang tengah berjalan, diangkat lalu
memicingkan mata dan
Dor! Dor!
Dua sasaran pun tertembak tepat dikepala, Eren pun mulai berlari kecil melangkahi dua mayat
pasukan musuh tersebut. Perlu diketahui, Eren memang handal dalam bidang sniper maupun
beladiri. Jadi tak dipungkiri lagi bukan?

Jangan bergerak.
Suara itu mengagetkan Eren, sontak ia pun berhenti dan menoleh. Mendapati seorang gadis
bersurai hitam sebahu dengan syal merah yang melilit dileher jenjangnya, sorot mata Eren pun
berubah menjadi tajam. Siapa kau? tanyanya sinis.
Gadis itu terkekeh singkat, ia semakin menjulurkan crossbow itu tepat kesasaran jantung Eren.
Sekali tarik mungkin benda runcing itu akan mengenai tepat ke jantung Eren, si empu mulai
menelan ludah.
Tentu saja aku salah satu dari pasukan musuh, bocah bodoh.
Jaga perkataanmu, nona.
Oh ya? Lalu apakah aku harus menjaga perkataanku bila kau memang lelaki jalang? tanya gadis
itu dengan nada mengejek, sontak ubun-ubun Eren terasa panas dengan perkataan gadis tersebut.
Jaga ucapanmu, nona. Atau kau mau aku memotong dan mengikis lidahmu menjadi salah satu
pahatan? Eren pun tak kalah jauh dengan gadis itu, menjulurkan senjata magnum itu tepat
sasaran diotak gadis tersebut. Gadis itu semakin memandang remeh lawan bicaranya.
Sekarang aku bertanya sekali lagi, siapa dirimu? Eren semakin menatap tajam gadis tersebut,
perlahan gadis itu menurunkan crossbow miliknya dan menghela napas. Mikasa Ackerman,
wakil ketua Mogui Zhanshi. Ujarnya dengan seringai yang terpatri diparas cantiknya.
Iris zamrud itu membulat, bukankah itu salah satu Mafia yang terdapat di Cina? Kenapa mereka
disini? Dan terlebih lagi adalah nama belakangnya miriptidak, melainkan sama dengan
kekasihnya.
Jangan sembarang memakai nama Ackerman! teriak Eren geram, kedua tangannya terkepal
hingga terlihat buku-buku jari yang memutih. Mikasa hanya menatap Eren jenuh,Haa~
sepertinya Levi-niisama belum memberitahumu tentang diriku ya?
Ma-maksudmu?!
Aku adalah adik kandung Levi-niisama dan aku kesini untuk memberinya pelajaran.
Eren dibuat terkejut kembali, bagaimana mungkin ia adalah adik kandung Levi? Selama ini, Levi
tak pernah mengungkit masa lalunya. Bisa jadi ini adalah tipu daya musuh. Jangan macammacam, aku tahu semua taktikmu.
Taktik katamu? Bagaimana bisa taktik itu ialah fakta yang sesungguhnya?
Aku tidak percaya kalau kau memang adik kandung Levi!
Mikasa membuang ludahnya kesamping lalu menatap Eren keji,Baiklah bila itu maumu.
Bagaimana, bila aku langsung memberimu pelajaran, hmm?
Dengan secepat kilat, Mikasa hendak menonjok Eren tetapi berhasil ditepis oleh si empu. Kaki
jenjang Mikasa pun terayun dan menendang bagian samping tulang rusuk Eren, membuat si empu
terlempar beberapa langkah. Eren mulai memfokuskan lagi pandangannya ke depan.
Makan ini! Teriak Mikasa, ia melompat dan salah satu kakinya hendak mengenai Eren. Dengan
cepat, Eren berhasil menghindar membuat Mikasa menendang salah satu tembok hingga runtuh.
Eren pun mulai melemparkan beberapa pukulan ke arah Mikasa dan beberapa kali juga Mikasa

terkena pukulan Eren. Jangan bangga dulu, bocah jalang.


Mikasa berlari dengan cepat lalu menyambar crossbow miliknya, diarahkan tepat ke arah Eren.
Menekan pelatuk beberapa kali membuat panah runcing itu melesat dengan cepat menuju si empu,
Eren berusaha menghindar dari serangan Mikasa namun
Uuaarrgghh!!
Salah satu panah berhasil menembus lengan kanan Eren, ia meringis kesakitan. Dilepasnya panah
tersebut dan dibuangnya kesembarang arah, sakit langsung menyerang kepalanya juga.
Hahaha! Sepertinya obatnya bereaksi juga, ujar Mikasa kalem diikuti tatapan sadis. Perlahan,
pandangan Eren mulai mengabur. Napasnya pun melemah dan akhirnya ia pun jatuh tak sadarkan
diri. Eren pingsan ditempat.
Mikasa mulai berjalan mendekati Eren, dijambaknya surai eboni itu hingga menampilkan paras
manis si empu. Aku heran, kenapa Levi-niisama sangat menyukai bocah jalan sepertimu.
Umpatnya pelan lalu menggendong Eren layaknya seonggok mayat, berjalan menyusuri lorong
sembari membawa Eren yang tak sadarkan diri keluar dari markas Akuma Masuku.
.
.
.
Sumimasen, Levi-sama. Tetapi kami tak menemukan tanda-tanda keberadaan Eren-sama.
Iris kelabu itu terkejut hebat mendapati tak ada satu pun keberadaan sang kekasih, ia langsung
melirik Erwin tajam. Bukankah sudah kubilang bahwa aku menitipkan bocah tengik itu
kepadamu, Erwin?
Aku sudah bergegas sebisa mungkin tapi saat aku ke kamarnya tak ada satu pun batang
hidungnya yang muncul.
Levi menggertakan giginya kesal, kedua tangan ia kepalkan hingga buku-buku jarinya memutih.
Erwin mendapati wakilnya tengah dilanda emosi, perlahan ia hendak menepuk pundak Levi tetapi
ditepis dengan kasar oleh si empu.
Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu itu. Tukas Levi dengan kilat emosi, mau tidak
mau Erwin harus menelan pil pahit kali ini.
Jadi, apa rencanamu sekarang, Erwin-sama? tanya Annie dengan tatapan datarnya.
Untuk sekarang kita akan beralih ke sayap kanan dan setelah semua suasana mencair baru kita
akan memulai misi kita yang sebenarnya, semua mengerti?
Siap!
Levi mengontrol kembali emosinya, meski tengkuknya masih terasa sakit. Tetapi, apapun yang
terjadi ia harus tetap tenang dan berkepala dingin. Agar semua kasus bisa terpecahkan jalan
keluarnya.
Apapun yang terjadi, ia harus menyelamatkan Eren. Meski harus merenggut nyawanya seorang.
.

.
.
-To Be Continued-

Chapter End Notes

Terima kasih sudah mau mampir dan membaca.


Sign,
Kazu Kirana

Rape
Chapter Summary

Karena dalam dunia kriminalitas, hanya ditekankan dua pilihan. Bertahan hidup atau
mati.

Chapter Notes

Terima kasih untuk pembaca tersayang yang senantiasa masih mengikuti kelanjutan
fic ini.
Maaf bila saya jarang update fic Barricade ataupun fic lain, dikarenakan saya lagi
sibuk-sibuknya mempersiapkan Olimpiade Astronomi dan project cosplay saya.
Hehehe mohon doanya ya semoga berjalan dengan lancar^^
Sebenarnya saya berniat untuk mengangkatnya menjadi Light Novel hanya
kendalanya itu ialah saya tidak pandai menggambar saja hehehe. Oke, chapter 2 ini
akan penuh dengan adult scene. So prepare yourself for the next chap bros! XD

See the end of the chapter for more notes

Eren Jaeger terbangun dari tidur, perlahan ia membuka mata hingga menampilkan iris zamrud
yang bersinar layaknya batu giok yang sedari tadi terhalang oleh kelopak mata. Ia mengerjap
beberapa kali menyesuaikan sinar yang berbondong-bondong masuk kedalam pupil.
Perlahan, Eren bangun mengambil posisi duduk meskipun kepalanya terasa sedikit pening.
Dilihatnya pemandangan sekitartempat yang sangat asing sekali, sekali lagi ia mengecek dan
hasilnya pun tetap sama.
Eren tidak mengetahui dimana ia berada sekarang.
Saat ini, ia berada disebuah tempat tidur berukuran king size dan diantara empat tiang tersebut
dilapisi oleh selendang-selendang panjang berwarna putih susu. Ia pun masih mengenakan
kimono yang samasebelum ia pingsan saat pertarungan melawan Mikasa.
Eren hendak turun dari kasur sebelum
Tap. Tap. Tap.
Terdengar sepasang langkah kaki yang tengah berjalan mendekat ke arah Eren, pemuda itu
terdiam. Menatap tajam sosok yang akan mendekatinya.
Tap.
Sosok tersebut berhenti berjarak tepat lima meter dari tempat tidur. Sepasang iris cappucino yang
senada dengan surainya menatap Eren dengan lembut, senyum tipis tercetak diparas tampannya.
Sedangkan Eren, menatap sosok tersebut tidak percaya. Iris zamrud itu membulat sempurna,
tubuhnya mendadak kaku tak bisa digerakkan, hatinya pun mulai gusar. Sosok itu, Eren sangat
mengenalinya. Sosok yang selalu mencintainya dengan segenap hati. Berani mengambil resiko

hanya untuk melindunginya.


Ya, tidak salah lagi.
Eren sangat mengenali sosok pemuda yang dicintainya duluhingga berakhir dengan Eren yang
harus menelan pil pahit dengan bulat-bulat.
Ka-kau
Ya ini aku, Erenku sayang. Ujarnya dengan lembut sembari melangkah mendekati kasur. Eren
mengeratkan cengkraman diselimut dan tepat sekali pemuda tersebut duduk disamping kasur
bersebelahan dengan Eren.
Tangannya tergerak untuk mengusap pipi si iris zamrud. Eren berusaha memalingkan wajahnya
dari tatapan yang dulu selalu meluluhkan hatinyatetapi sekarang tinggalah sirat sakit dan
kekecewaan yang amat mendalam.
Kenapa kau bisa disini? tanyanya dingin. Pemuda itu sedikit menautkan alis.
Maksudmu? Tentu saja ini kamarku, sayang.
Tolong jangan berkata seperti itu, aku bukan lagi kekasihmu. Jadi jaga bicaramu, Jean. Ancam
Eren tidak ragu-ragu.
Pemuda ituJean Kirstein mendengus kesal, tetapi sedetik kemudian ia tersenyum kembali.
Mulai saat ini dan seterusnya, kau adalah kekasihku lagi, Eren Jaeger. Selamat datang kekasihku
tercinta.
.
.
Eren terkejut bukan main dengan perkataan Jean barusan. Seketika rahangnya mengeras serta
mukanya menjadi merah padammenahan emosi. Apa maksudmu, heh? Sampai kapanpun aku
tidak sudi menjadi kekasihmu lagi.
Jean menghela napas sembari memutar bola matanya malas,Eren ternyata sifat keras kepalamu
tidak pudar juga ya.
Sifat manusia ialah mutlak, sekarang jangan banyak mengelak. Apa maumu sekarang, Jean?
tanya Eren dengan sinis, batas kesabarannya sudah habis. Sekarang sudah saatnya untuk
menanyakan hal-hal to the point.
Pemuda cappucino itu terkekeh pelan, selanjutnya ia mengecup cuping hidung Eren dengan
lembut sembari berbisik,Supaya kau tidak bertemu dengan bedebah tengik itu. Jean menjilat
kuping Eren dengan seduktif.
Eren terkesiap, beberapa kali ia mencoba berontak tetapi usahanya sia-sia. Tenaga Jean lebih besar
dan kuat ketimbang dirinya, ia berhasil menidurkan kembali Eren dengan mencengkram kedua
pundaknya. Sekali lagi, Eren dibuat terkejut.
Jean! Hentikan sekarang juga! teriaknya hendak menendang
Sssttt.... be a good boy, my dear. Ujarnya sembari menahan kedua kaki Eren dengan tungkai
kakinya.
Eren takutsangat takut, ia berharap Levi datang untuk menyelamatkannya sekarang juga.
Dengan sigap, Jean mengangkat kedua tangan pemuda eboni itu tepat dikepalanya. Lalu, ia mulai
memborgol dan mengikatnya dengan tali ke tepi kasur.

Pergerakan Eren terkunci oleh sepasang borgol dan seutas tali.


Jean! Hentikan sekarang juga!
Bukannya menjawab ia justru melepas paksa ikat yang sedari tadi melingkar manis dipinggang
ramping Eren, membuangnya ke sembarang arah sembari menyibak kimono tersebut.
Pemandangan yang tidak bisa dilewatkan bagi Jean Krirstein.
Ia mulai meraup kedua tonjolan merah Eren dengan ganas, membuat pemuda tersebut mengerang.
Aannhh! Hen....hentika
Jean menggigit lalu memelintir puting itu, melakukan gerakan seduktif yang membuat Eren
menggeliat tak nyaman. Bosan dengan dua tonjolan itu, ia pun bergerak keatas dan membungkam
bibir cherry pink Eren. Tangannya yang bebas, bergerak dengan liar serta seduktif dipermukaan
dada Eren.
Ia menggigit bibir bawah Eren yang membuat pemuda itu mengerang sakit dan terpaksa membuka
mulut, disaat itulah lidah Jean masuk. Mengabsen setiap rentetan gigi putih serta didalam rongga
basah nan hangat.
Nnggh! A-annhh Saliva turun dari kedua belah sudut bibir Eren, berkali-kali ia mencoba
mengelak tetapi energinya terkuras oleh ciuman panas Jean.
Akhirnya, Jean menyudahi ciuman diantara mereka. Eren mengambil napas sebanyak mungkin
untuk mengisi kantung paru-parunya yang sudah kehabisan napas. Jean menatap wajah merah
Eren, dimatanya Eren terlihat sangat menggoda libido dan sangat sayang untuk tidak dicicipi.
Tangan jahilnya pun hendak bergerak kearah bawah menuju bagian vital si surai eboni, tetapi
dengan cepat ia menutup bagian tersebut menggunakan kedua kakinya. Kumohon hentikan ini
semua, Jean. Ujarnya lirih dengan linangan air mata yang sedari tadi meluncur mulus membasahi
pipinya.
Jean membuka paksa kedua tungkai kaki Eren hingga dibukanya lebar-lebar, memperlihatkan
selangkangan dan bagian vital yang masih dibungkus oleh pantsu. Ia mulai membuka paksa
pantsu yang dikenakan Eren dan dibuangnya dengan sembarang.
Kejantanan Eren sudah mengeluarkan cairan precum dan itu membuat Jean menyerangai penuh
kemenangan. Baru segini kau sudah teransang? Hmm apakah sentuhanku ini membuat dirimu
nikmat, Erenku sayang? tanya Jean sembari menjilat cuping telinga si empu.
Eren berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan suara desahan dengan menggigit bibir
bawahnya kuat, masa bodoh bila bau amis menguar.
Ja-jangan, jeda sejenak,Jangan kau pikir aku akan tunduk kepadamu hanya dengan ini,
bajingan brengsek.
Jean menatap tidak percaya sedangkan Eren mulai meludahi wajah Jean.
Aura megintimidasi pun menguar membuat bulu kuduk Eren merinding.
Sebisa mungkin ia harus terlihat tegar disaat kondisi seperti apapun.
Ia harus bisa menjaga kehormatan Levi.
Karena mulai sekarang dan seterusnya ia hanya milik Levi seutuhnya dan tidak boleh ada yang
menyentuh dirinya selain Levi.

Kedua iris zamrud itu membulat begitu mendapati perubahan raut wajah Jean. Raut wajah itu
berubah menjadisadis? Ya, mungkin bisa jadi. Tatapan layaknya seorang serigala mencari
mangsa. Ia tertunduk dalamsangat dalam hingga
Dasar jalang brengsek.
Grep!
Aarrgghhh!!
Eren berteriak kencang begitu kenjatanannya dicengkram dan diremas kuat-kuat, bercak
kemerahan pun kini tertapak dikejantanan pemuda eboni tersebut. Eren menggeliat tak nyaman
begitu Jean mengocok kejantanannya dengan cepat.
A-aarghh!! Hen-hentikanJEAN!
Kau puas, huh? Dasar pelacur rendahan.
Jean semakin cepat untuk mengocok, disisi lain Eren makin mengeluarkan desahannya. Kini,
kepalanya terasa pening sekali bahkan bayangannya mulai mengabur. Rasa nikmat dan sakit
bercampur menjadi satu.
Begitu sampai dipuncak klimaks, Jean memasang cock ring pada kejantanan Eren. Sangat, sangat
sangat sekali menyiksa bagi kaum pria. Hasrat untuk dikeluarkan pun menjadi tertahan, Eren
menggeliat tak nyaman.
Je-jean....ku-kumohon.....aannnhhh....lepaska
Jean turun dari kasur menuju sebuah meja kecil yang terletak tidak jauh dari kasur, tangannya
tergerak untuk mengambil beberapa mainan. Iris zamrud itu membulat begitu Jean mengambil
sebuah
vibrator.
Eren menatap horror barang tersebut, tangannya ia paksa untuk menarik agar borgol terlepas. Jean
melompat ke kasur lalu meletakkan alat tersebut tepat disamping Eren, pemuda cappucino itu
mendekatkan wajahnya ke telinga si pemuda eboni tersebut.
Kau tidak akan bisa lepas kali ini, Eren sayang. Ujarnya sembari menjilat kembali cuping
telinga lawan bicaranya, hembusan napas berat dan hangat itu membuat bulu kuduk Eren
meremang.
Dengan kasar, Jean memasukkan dua jari secara bersamaan kedalam lubang merah Eren tanpa
pelumas apapun. Eren menjerit kesakitan, rintihan dan tangisan pilu itu terdengar indah dikedua
telinga Jean. Ia bergerak secara liar, membuat gerakan zig zag atau menggunting.
Aannhh! Henhentika
Jean membungkam kembali bibir cherry pink si surai eboni, mencumbunya dengan ganas juga
liar. Mengajak lidah Eren untuk berdansa dibalik rongga kecil nan lembab, kepala Eren terasa
berkunang-kunanga. Antara nikmat dan sakit bercampur menjadi satu. Levi, batinnya sedih dan
memohon agar Tuhan mendatangkan penyelamat hidupnya.
Jean mencabut kedua jarinya dengan kasar yang membuat Eren merintih kembali, ditatapnya Eren
yang penuh akan peluh dan bekas air mata dikedua sudut mata. Mukanya yang memerah sukses
menggoda libido, ia meneguk ludah.

Kemudian ia pun memasukkan vibrator tersebut dan menyalakannya dari volume terendah.
Annghh!! Eren mengerang kesakitan begitu benda tersebut memasuki tubuhnya, benda asing
yang dipaksa secara kasar memasuki tubuh lalu bergetar dengan volume rendah.
Oh lihatlah tampangmu, sangat menggoda sekali. Mungkin akan lebih baik bila aku mengambil
sebuah video, apakah kau merekamnya sedari tadi, Mikasa?
Jean menoleh dan mendapati Mikasa tengah merekam video mereka dengan sebuah handycam, ia
tidak menjawab melainkan fokus merekam dan itu membuat Jean kembali menghela napas.
Kalau kau sudah tahu kenapa bertanya? tanyanya dengan enteng.
Ku-kubunuh....angghh....kalian semua! seru Eren dengan napas tersenggal-senggal, menahan
erangan juga vibrator yang sedari tadi menancap ditubuhnya.
Silahkan saja bila kau bisa, jalang keparat. Jean menaikkan volume vibrator tersebut menuju
volume tertinggi, Eren menggelinjang sekali lagi. Kepalanya putih dan pandangannya pun
berkunang-kunang, hasrat yang sedari tadi ingin dikeluarkan terhalang oleh sebuah cock ring. Jejeanlepaskaannhh!
Aku tidak akan melepaskannya, sayang.
Dengan enteng ia memberikan kissmark diberbagai sudut tubuh Eren hingga meninggalkan
bercak kemerahan. Saliva pun turun dari kedua sudut bibir.
Le-levi....
Ia melafalkan nama tersebut yang membuat lawan bicaranya terkejut. Jean menggertakan giginya
kesal, dijambaknya rambut Eren hingga pemuda itu menjerit kesakitan.
Kau bilang apa? tanyanya dingin.
Levi.... jawab Eren lemah, iris cappucino itu menyiratkan kebencian yang amat terdalam.
Dilepaskannya tali yang sedari tadi mengikat Eren lalu dicabutnya dengan kasar vibrator tersebut
membuangnya kesembarang tempat.
Kau sudah membuat kesabaranku habis. Desis Jean dengan murka.
Dengan kasar ia menggeret Eren dengan cara menjambak, pemuda bersurai eboni itu menjerit
kesakitan sembari memberi perlawanan yang berujung sia-sia. Jean membawa mereka berdua
menuju sebuah kamar yang sangat gelap, ia pun melempar Eren keatas tempat tidur yang
membuat si empu mengerang kesakitan.
Eren berusaha mengedarkan pandangannya, semuanya gelap gulita ia tidak bisa melihat dimana
Jean bahkan dirinya berada.
Klek.
Lampu pun menyala, Eren sedikit mengerjapkan mata. Sesaat, iris zamrud itu membulat
sempurna. Ini layaknyaneraka! Berbagai pisau serta senjata dengan ukuran yang berbeda-beda
menggantung menghiasi tembok, lalu terdapat sebuah meja besar yang diatasnya terdapat mainanmainan sex serta pisau bedah, borgol, tali, dan suntikan.
Eren menatap horror ruangan ini. Le-levi....to-tolong aku.... gumamnya pelan gemetar.
Jean berjalan mendekati pemuda itu tetapi Eren mundur hingga punggungnya berpapasan dengan
dinginnya tembok, didekatkan wajahnya hingga mengecup lembut bibir Eren. Santapan kali ini
lebih nikmat ya.
Eren menendang perut Jean dengan kencang hingga pemuda itu jatuh dari kasur, dengan sekuat

tenaga Eren kabur meski dengan borgol yang mengikat kedua pergelangan tangannya. Melihat itu,
Mikasa dengan sigap menangkap Eren. Lepaskan! teriak Eren sembari menendang kedua
tungkai kaki Mikasa hingga si empu pun terjatuh.
Tidak buang waktu, ia pun berlari keluar dari ruangan tersebut dan hendak meraih gagang pintu
kamar Jean sebelum
Grep!
Kucing manis, kau sudah membuatku kehilangan kesabaran sekali ya. Ujar Jean ditambah
dengan hembusan napas hangat nan berat yang menyapu leher Eren, bulu kuduk si empu pun
meremang.
Eren berusaha lepas dari pelukan Jean. Pemuda cappucino itu mulai mencekik Eren dan mulai
mengangkatnya, Eren memukul lengan Jean dengan tangannya yang masih terborgol.
Eren, aku akan memberikanmu dua pilihan.
Eren hampir kehabisan napas dan akhirnya mau tidak mau Jean pun melepaskan cekikan tersebut.
Memeluk pinggang ramping itu dengan erat hingga ia bisa menatap Eren dengan dekat.
Menjadi pemuas hasratku atau
Jantung Eren berpacu lebih cepat dari sebelumnya, keringat dingin pun mulai membasahi kedua
pelipisnya.
Kubunuh bedebah keparat itu, sekarang pilihan ada ditanganmu sayang. Ujarnya sembari
mengecup kening Eren lembut dan melepas pelukannya.
Eren merosot jatuh, kedua tungkai kakinya tak bisa menahan bobot badannya lagi. Ditatapnya
punggung tegap Jean yang berjalan menjauh darinya, ia meremas kimononya.
Menjadi kekasihku selamanya.
Pikirannya kacau sekali sampai-sampai ia tak bisa berpikir jernih.
Kubunuh bedebah keparat itu.
Eren mulai menjambak surai eboninya frustasi, ia tak tahu harus seperti apalagi. Menjadi pemuas
hasrat Jean itu berarti ia berselingkuh dengan Levi tetapi disamping itu ia tidak ingin kekasihnya
dibunuh oleh mantan kekasihnya.
Bisa dikatakan bahwa perkataan Jean tadi menunjukkan keseriusan dan ia tidak main-main, air
mata Eren pun tumpah membasahi pipinya. Apakah....ia harus menerima tawaran itu?
Ia bingung. Ia kalut. Ia tidak tahu harus seperti apalagi.
Eren meneguk ludahnya dan keputusannya pun sudah mantap. Hidup adalah pilihan, batinnya
lelah dan pasrah. J-Jean.
Pemuda itu menghentikan langkah kakinya, berbalik dan menatap Eren yang tengah tertunduk
dalam.
Ada apa?
Eren mencengkram kimononya seraya berkata,Aku....aku menerima tawaranmu.
Benarkah? tanyanya dengan seringai kemenangan tercetak diparas tampannya.
Eren mengangguk tipis. Aku akan memuaskan seluruh hasratmu tapi berjanjilah untuk tidak

mengusik....kehidupan Levi, jawabnya lirih. Bibirnya bergetar hebat begitu melafalkan nama
Levi.
Jean pun berjalan cepat dan menggendong Eren dengan gaya ala bridal style. Baiklah, kalau
begitu kita kembali ke kamar yang tadi ya. Ujarnya sembari mengecup kedua kelopak mata Eren
secara bergantian.
Eren tak menjawab. Hatinya begitu sakit sekali. Ia memejamkan mata lalu menangis dalam diam.
Maafkan aku Levi, aku sudah mengkhianatimu.
.
.
.
Nngghh!
Beberapa kali Eren hampir memuntahkan isi perutnya, Jean menyodok kejantanannya kedalam
mulut Eren dalam. Bersentuhan dengan anak tekak dan berkali-kali ia hampir muntah.
Kini, sosok Eren Jeager berada diruangan gelap taditetapi sekarang dibantu oleh penerangan
lampu meski minim. Seluruh tubuhnya diikat dengan simpul yang rumittidak ada yang
menyangka Jean bisa melakukan hal tersebut.
Bondage.
Suatu bentuk sex dimana terjadi persetujuan diantara kedua belah pihak dan sepertinya Eren pun
setuju dirinya di bondage seperti ini, ia melakukan ini semua hanya untuk melindungi Levi. Ia
tahu tindakan ini salah, tetapi ini merupakan pilihan terakhir.
Jean melepaskan cock ring yang sedari tadi melekat dikejantanan Eren, begitu dibuka cairan
sperma pun keluar dengan derasnya. Hasrat Eren yang tertahan akhirnya keluar juga.
Eren sudah sangat lelah sekali, tenaganya terkuras habis begitu saja. Ia ingin tidur, memejamkan
matanya sebentar tetapi ia dipaksa untuk terus terjaga. Sayang, bagaimana kalau kita mencapai
klimaks dari permainan ini? tanya Jean sembari mengecup bibir Eren lembut.
Eren tak menjawab sama sekali. Diam berarti pasrah dan Jean menganggap itu sebagai jawaban
iya.
Perlahan, ia mulai memasuki kejantanannya kedalam lubang kecil Eren lalu
Zrak!
AAHHH!!
Eren berteriak kencang begitu kejantanan Jean sepenuhnya berada didalam dirinya, ia bisa
merasakan betapa besarnya kejantanan Jean. Beribu-ribu kali ia mendaratkan ciuman agar Eren
melupakan rasa sakitnya, membiasakan diri akan miliknya.
Selang lima menit, Jean menggerakan kejantanannya perlahan. Desahan juga erangan kecil pun
terdengar, Eren mengepal kedua tangannya erat-erat hingga buku-buku jarinya memutih. Melihat
itu, Jean semakin menambah tempo gerakannya hingga
Ahhnnn!!
Seringai kemenangan pun tercetak diparas tampan pemuda cappucino itu, akhirnya ia menemukan
sweet spot sang Eren Jeager. Jean semakin menyodok terus menerus titik sweet spot Eren.

Oh yeah, babe. Kau sangat menggairahkan. Ujarnya sembari memberikan kissmark dileher
Eren.
Sebisa mungkin Eren menggigit bibir bawahnya, tak peduli bila bau amis pun tercium. Ia merasa
jijik pada dirinya sendiri. Ia merasa kotor dan tak pantas menjadi kekasih Levi, tapi ini semua ia
lakukan untuk sang kekasih. Hidup adalah pilihan dan inilah yang dipilih oleh pemuda bersurai
eboni itu.
Levi maafkan aku.
Ahhhnnn!!
Aku sudah ternodai.
Yeah sayang bagus, begitu lebih baik.
Oleh mantan kekasihku sendiri.
Ukh!
Tetapi, ini semua kulakukan demi melindungimu.
A-akh! E-eren aku....aku....ukh
Hei, apakah aku salah melakukan ini?
Akkhh!!
Aku kotor. Aku jalang. Aku hina.
Yeah....yeah...Eren aku ham
Maafkan aku sayangku, aku telah melanggar janji kita.
Aaaahhhh!!
Kumohon maafkan aku kekasihku tercinta.
YeYEAH!
Crot. Crot.
Hasrat keduanya pun membuncah keluar. Jean keluar didalam Eren sedangkan Eren pun keluar
membasahi dada bidang Jean. Pemuda cappucino itu merengkuh tubuh Eren sembari memberinya
kecupan singkat nan hangat dikening.
Pandangannya mulai mengabur, sedetik kemudian Eren memejamkan mata. Lelah dan kantuk
bercampur menjadi satu, pasrah akan semua ini akhirnya ia menutup matanya rapat. Dengkuran
halus pun terdengar sampai ke kuping Jean.
Oyasuminasai, Erenku sayang.
Jean pun memberikan kecupan selamat malam di bibir cherry pink Eren.
.
.
.

-To Be Continued-

Chapter End Notes

Sekali lagi terima kasih sudah mau mampir dan membaca. Saya minta maaf sebesarbesarnya bila banyak kekurangan dalam cerita ini.
Kritik dan masukan sangat dibutuhkan^^

Seeking
Chapter Summary

Karena dalam dunia kriminalitas, hanya ditekankan dua pilihan. Bertahan hidup atau
mati.

Chapter Notes

Halo semua! Terima kasih untuk para pembaca yang sudah me-review, fav, dan
follow cerita ini. Terima kasih juga atas saran dan masukannya, sangat membantu
sekali dalam kelancaran next chapnya.
Ehem
Kali inidan seterusnya, persiapkan kokoro Anda untuk membaca kelanjutan
chapter2 dalam fic Barricade. Karena saya akan membawa Anda sekalian masuk
kedalam ceritaterutama konfliknya.
Saya sudah memutuskan, bila fic ini tamat saya berniat untuk mengangkatnya
menjadi Light Novel dengan beberapa perbaikan.
Penasaran? Langsung aja ke TKP!
Happy reading bros! XD
Next Update: Almost [Last Chapter]

See the end of the chapter for more notes

Erwin.
Suara baritone nan khas itu membuyarkan lamunan sang ketua. Erwin menghentikan aktivitas
membacanya. Ia mendongak kepala dan mendapati sosok Levi tengah berdiri dihadapannya, sorot
mata menukik tajam.
Sejak kapan Levi sudah berada di ruang kerja Erwin?
Ada apa? tanya Erwin sembari menutup buku.
Levi melipat kedua tangan di depan dada,Apa kau sudah menyusun strategi? tanyanya dengan
tajam. Erwin tahu arah pembicaraan ini menjurus kemana, tangan kekar itu membuka laci meja
kerjanya lalu mengambil sesuatu dari balik sana.
Ini, kau diskusikan dulu saja dengan yang lain, ujarnya seraya menyerahkan berkas yang
dilapisi oleh map berwarna cokelat tua. Levi menerima map tersebut, kemudian ia membuka map
itu hingga memperlihatkan beberapa kertas yang dijilid menjadi satu.

Iris kelabu melihat seksama setiap tulisan dan gambar yang tercetak dalam kertas tersebut.
Tch! Rumit sekali. Levi mendecak kesal begitu menangkap isi dari kertas itu.
Erwin menghela napas,Ini merupakan strategi pusaka yang diwariskan turun-temurun oleh
kelompok ini.
Levi menautkan sebelah alis,Maksudmu, ini adalah strategi rahasia kita?
Tentu saja, jawab Erwin seraya mengangguk singkat.
Kau tidak ikut?
Aku menyusul, tolong sampaikan kepada yang lain.
Satu anggukan tipis ia dapati.
Levi memasukkan kembali berkas itu kedalam map, berbalik dan berjalan hendak meninggalkan
ruangan sebelum
Levi.
Si wakil ketua menghentikkan langkah tanpa menoleh satu pun.
Apa? tanyanya dingin.
Sebelum menjawab, Erwin menghela napas terlebih dulu. Kuharap Eren pulang tanpa dinodai
satu pun.
Tegas. Singkat. Padat.
Si empu hanya membalas dengan senyum sinis.
Kau pikir semudah itu menyentuh Eren? Levi berbalik sembari menatap sang ketua. Erwin
menangkap figur sang wakil, ditatapnya iris kelabu yang menyorotkan kesadisan yang amat
sangat. Dengan tatapan membunuh miliknya sudah menggambarkan ciri khas dari seorang Levi
Ackerman.
Tanpa diberi tahu lagi, Erwin sudah tahu bahwa
Siapapun yang berani menyentuhbahkan menodai kekasihku. Aku tidak segan-segan untuk
menguliti bahkan mengiris tubuhnya menjadi potongan yang kecil-kecil. Levi berucap dengan
nada sadis khasnya.
Levi tidak main-main dengan perkataannya barusan.
Eren miliknya dan itu mutlak.
Siapapun yang berani menodai sang kekasih maka tak segan-segan untuk memberikan hukuman.
Lantas, bagaimana dengan Jean yang sudah menodai Eren?
.
.
.

Suara yang berasal dari langkah kaki menggema disepanjang lorong, Levi berjalan dengan
tergesa-gesa menuju ruangan di ujung lorong. Sesampainya di depan pintu, tangan kekar
menggapai daun pintu dan membukanyamemperlihatkan sebuah ruangan megah bergaya
Jepang klasik.
Disalah satu tembok terdapat sebuah rak pajangan yang memperlihatkan beberapa pedang samurai
mulai dari yang terpendek hingga yang terpanjang. Lalu, disudut ruangan terdapat baju zirah
perang Zaman Edo. Sebuah meja lebar berkaki pendek yang dihiasi beberapa alas duduk berupa
bantal kecil.
Di atas meja terdapat hiasan berupa pohon sakura mini berwarna putih salju, ruangan megah itu
terhubung oleh balkon kecil yang memperlihatkan sebuah taman megah yang terdapat beberapa
pohon sakura besar nan rimbun, juga sebuah kolam ikan yang berukuran cukup besar. Dalam
ruangan sudah terdapat perwakilan dari masing-masing pengurus.
Petra Ral, koordinator bagian pelacak atau pengintai.
Auruo, koordinator perdagangan gelap.
Mike, koordinator persenjataan.
Annie Leonhardt, pemegang keuangan.
Hanji Zoe, sekretaris.
Dan yang terakhir ialah Levi Ackerman yang merupakan wakil ketua, si empu mengambil posisi
duduk disudut meja agar ia bisa melihat wajah rekan-rekannya. Levi meletakkan map di atas meja
lalu menyodorkan ke tengah-tengah meja.
Apa ini? tanya Hanji sembari menunjuk map dengan penuh tanda tanya.
Levi menghela napas sembari melipat kedua tangan didepan dada,Kau lihat saja sendiri. Tanpa
basa-basi, Hanji mengambil map tersebut lalu membuka isinya hingga menampilkan beberapa
lembar kertas. Iris cokelat membaca seksama tiap rentetan kalimat yang tertera dalam kertas.
Jadi, Erwin akan menggunakan rencana ini? tanya Hanji sembari meletakkan kembali kertas di
atas meja. Levi mengangguk singkat.
Tapi bukankah ini terlalu berbahaya?
Levi menghela napas,Mungkin iya, tapi inilah yang bisa kita pakai. Hanji tak berkutik sama
sekali, ia hanya bisa mengangguk tipis seraya menghela napas berat.
Penasaran dengan kedua senior, Annie pun memutuskan untuk bertanya,Senpai, sebenarnya
rencana apa yang harus kita jalani? Ia bertanya dengan tenangmeski ia bisa melihat perubahan
raut wajah wanita surai cokelat.
Kau lihat sendiri saja kertas. Levi berucap sembari menatap tajam junior nya. Tanpa basa-basi,
Annie meraih kertas tersebut lalu membacanya. Iris biru cerah dibuat terkejut oleh isi dari kertas
tersebut.
Se-senpai. ini
Jawabanmu sama dengan Hanji, bukan? Baiklah biar kuperjelas sekali lagi. Kita akan
menggunakan rencana tersebut sebagai bentuk perlawanan pada kelompok Mogui Zhanshi
dengan cara menghancurkan markas mereka.

Pandangan pun terfokus pada Levi seorang.


Apa? Menghancurkan markas mereka? Jangan bercanda Levi! Kau tahu bahwa mereka
merupakan kelompok yang kuat?! bentak Auruo tidak terima. Levi hanya menanggapi dengan
tatapan tajam nan dingin.
Kau pikir mudah menghancurkan markas mereka? Tidak! Mereka bekerja sama dengan
komplotan Amerika dan persenjataan mereka sangatlah kuat. Kita tak mungkin bisa mengalahkan
mereka! Auruo berkata demikian. Ia menjelaskan semua informasi yang ia ketahui mengenai
Mogui Zhanshi.
Apakah mereka sekuat itu? tanya Petra dan dijawab oleh anggukan mantap Auruo.
Levi menopang dagunya sembari menjawab,Kalau begitu aku akan mengirimkan dua orang
untuk memata-matai kelompok tersebut. Hanji melotot dan tanpa disadari ia menggebrak meja
sembari menatap Levi tajam.
Apa? Jangan gila Levi! Jangan beranggapan kalau
Aku tidak pernah ragu akan keputusanku sendiri, jawab Levi enteng.
Annie menghela napas,Kalau begitu, siapa yang akan kau pilih untuk pergi, Levi-senpai?
Tentu saja ak
Yang pergi hanya Hanji dan Petra. Suara baritone menggema di ruang rapat. Tampak Erwin
tengah berdiri di depan pintu. Semua mata tertuju padanya seorang.
Levi mendesis,Apa maksudmu, Erwin?
Bukannya menjawab, pria blonde itu malah berjalan lalu berhenti tepat di balkon ruangan. Iris biru
cerah menangkap pemandangan yang ada di hadapannya.
Levi, kau merupakan senjata kemenangan kelompok ini. Akan menjadi resiko bila kau turun
tangan dalam masalah ini.
Eren Jaeger merupakan kekasihku dan aku tidak akan membiarkan suatu hal yang buruk terjadi
padanya. Levi berucap tegas dan penuh penekanan disetiap kalimat. Lalu, pria eboni beranjak
dari duduknya hendak keluar sebelum
Hanji, Petra, segera kalian pergi ke markas musuh. Auruo, Mike, kalian cegat Levi sekarang,
ujar Erwin dengan pandangan yang masih fokus pada taman.
Iris kelabu membulat sempurna. Dengan sigap, Auruo dan Mike langsung menyekap kedua
lengan Levi supaya si empu tak kabur. Levi berusaha untuk melawan tetapi apa dayadua lawan
satu pasti kalah. Mengingat tenaga dua rekannya lebih besar ketimbang dirinya.
Tak perlu menunggu, Hanji dan Petra pun permisi lalu keluar dari ruangan. Menyisakan para pria
dengan aura dingin dalam ruangan.
Levi geram.
Levi murka sekali.
Apa maksud Erwin? Kenapa ia tak boleh menyelamatkan sang kekasih?

Levi menatap punggung pria blonde dengan tatapan membunuh. Apa maksudmu, Erwin?!
Erwin menghela napas sembari membalikkan tubuh. Iris kelabu dan biru cerah saling bertemu satu
sama lain dengan sorot membunuh. Kau masih tidak mengerti juga, Levi?
Brengsek, apa maumu sebenarnya?
Mauku? Erwin berjalan mendekati Levi lalu mendekatkan wajahnya tepat di depan Levi. Kau
merupakan senjata keberhasilan disini. Untuk itu, jangan cepat mengambil keputusan disaat
sedang emosi.
Levi tak bisa mengelak. Apa yang dikatakan Erwin memang ada benarnya. Perlahan, Auruo dan
Mike melepas cengkraman di lengan Levi. Setelah itu, Erwin memberi isyarat agar mereka keluar
meninggalkan pria eboni sendiri di ruangan ini. Auruo dan Mike mengangguk paham, kemudian
mereka bertiga pun keluar dari ruangan megah itu dan meninggalkan Levi seorang diri di dalam.
Pria eboni jatuh berlututtak peduli bila lututnya memar sekarang. Menundukkan kepala hingga
iris kelabu menangkap tatami yang tengah dipijaknya. Levi mengepal kedua tangan dan meninju
kerasnya tatami menggunakan tangan kanan. Persetan bila tangannya memar kali ini.
E... ren ujarnya sembari menggertakan gigi. Rahangnya mengeras begitu melafalkan nama
kekasihnya.
Tak terasa, kristal bening jatuh membasahi pipi porselen pria eboni.
Levi menangis dalam diam.
Kekasih mana yang tidak sedih bila pujaan hatinya diculik? Bahkan sampai dinodai oleh lelaki
lain. Pasti tidak ada rela bukan?
Eren maafkan aku karena gagal menjagamu.
.
.
.
Nngghh
Suara lenguhan kecil bersumber dari pemuda bersurai brunette. Eren Jaeger terbangun dari
tidurnya. Beberapa kali mata mengerjap menyesuaikan cahaya yang menerobos paksa retina mata.
Iris zamrud menangkap dirinya berada di sebuah ranjang dalam ruangan berlapisi cat cokelat
muda.
Eren hendak mengambil posisi duduk sebelum
Akh!
Eren meringis mendapati sakit pada bagian bawah. Ah, ya ia tahu. Semalam ia melakukan
hubungan sex bersama si muka kudaJean Kirstein. Ini semua ia lakukan demi melindungi sang
kekasih. Tubuhnya langsung jatuh ke atas kasur. Entah kenapa, ia tak memiliki tenaga untuk
bangun.
Kristal bening meluncur membasahi pipi pemuda brunette.
Eren menangis dalam diam.

Eren menangis dalam diam.


Perlahan, ia memejamkan mataberharap mimpi buruk ini segera berakhir. Pikirannya pun
berputar pada kejadian lima bulan yang lalu.
.
.
.
Saturday, 24 December 2015. Winter in Osaka.
Malam itu adalah malam yang dingin. Suhu mencapai minus lima derajat celcius. Masyarakat
lebih memilih untuk berdiam diri di rumahmemanjakan diri dengan kehangatan kotatsu. Tetapi,
hal tersebut tidak berpengaruh pada pemuda brunette.
Eren Jaeger tengah duduk di balkon sembari memandang bintang di langit. Meski salju sudah
turun menyelimuti tenangnya Osaka tetapi langit terlihat cerah. Beberapa kali ia bergumam
sembari menghitung bintang di langit.
Kira-kira kapan ia pulang ya? gumam Eren.
Merasa hawa dingin menusuk kulit, akhirnya Eren pun masuk ke dalamtak lupa ia menutup
pintu balkon agar hawa dingin tak masuk ke dalam. Saat ini, Eren sudah berada di dalam ruangan
atau lebih tepatnya kamar sang kekasih.
Ruangan berukuran empat kali empat meter itu bernuansa Jepang klasik. Dinding yang dilapisi cat
berwarna cokelat tua dengan corak naga berwarna hitam. Beberapa rak berisikan katana mulai
dari yang terpendek hingga panjang tertata rapi dan tergantung manis pada dinding. Sudut
ruangan dihias oleh sebuah baju zirah Jepang zaman dulu lengkap dengan senjatanya.
Di tengah ruangan terdapat sebuah meja kecil yang dilapisi oleh kotatsu. Sebuah futon ukuran
besar tergelar manis menghadap pintu menuju balkon. Eren duduk di atas futon sembari menatap
jam dinding.
Sebentar lagi tengah malam. Apakah dia akan pulang? Eren bergumam sendiri. Ruangan itu
hanya disinari oleh cahaya yang berasal dari lampu tidur.
Disaat tengah bergelut dengan pikiran, tanpa disadari seseorang memeluknya dari belakang.
Grep.
Sontak Eren menoleh dan mendapati paras tampan sang kekasih. Levi tengah memeluknya dari
belakang. Sorotan mata menyiratkan kelelahan yang amat sangat. Bau keringat yang tercampur
oleh parfum memberikan kesan maskulin pria ini.
Eren tersenyum,Kau selalu mengagetkanku.
Lalu? tanya Levi enteng.
Kau ingat hari ini? tanya Eren sembari memegang lembut kedua tangan Levi yang melingkar di
pinggangnya.
Levi menautkan sebelah alis,Memangnya hari ini ada apa?
Kau sama sekali tidak ingat? tanya Eren dan dijawab oleh gelengan si empu. Eren menghela
napas sembari memutar bola matanya malas. Pemuda brunette sedikit menggeserkan pinggul lalu

satu kecupan singkat namun hangat mendarat mulus di pipi porselen Levi.
Pria eboni melempar tatapan bingung yang dijawab oleh senyuman tulus Eren.
Otanjoubi Omedetou Levi. Sebagai hadiahnya, aku siap menjadi milikmu seutuhnya. Eren
berucap jujurterlihat iris zamrud yang menyiratkan ketulusan amat terdalam. Levi menangkap
sorotan mata sang kekasih.
Kau yakin? tanya Levi memastikan dan dijawab oleh anggukan mantap dari si empu.
Eren mengusap lembut pipi porselen kekasih eboni. Aku siap dengan sepenuh hati untuk
melayanimu seumur hidupku.
Eren mencium lembut bibir sang kekasih. Levi membalas ciuman itutidak dengan napsu namun
dengan segenap hati. Perlahan, Levi membaringkan tubuh Eren di atas futon. Eren melingkarkan
kedua tangan pada leher jenjang sang kekasih untuk memperdalam ciuman di antara mereka.
Levi menjilat bibir bawah Erenmemberi isyarat untuk masuk. Dengan senang hati, Eren
membuka mulutnya dan lidah pria eboni itu masuk ke dalam rongga basah nan hangat. Pertama, ia
mengabsen tiap rentetan gigi putih si emputangannya tidak menganggur begitu saja, perlahan ia
membuka pelan kimono yang dipakai Eren dengan gerakan seduktif.
Eren sedikit terangsang dengan sentuhan Levi. Tak kalah, Eren mengajak dansa lidah pria eboni.
Tanpa disadari, saliva meluncur mulus membasahi dagu serta leher jenjang Eren. Setelah terbuka,
barulah tangan Levi masuk memainkan nipple sang kekasih.
Angh! desahan keluar dari mulut Eren begitu Levi menyentuh bagian sensitif. Levi melepas
ciuman merekaterlihat saliva yang menghubungkan kedua belah bibir mereka.
Pria eboni memberikan kissmark di leher kekasih brunette. Eren mendesah sembari mencengkram
bantal. Rasanya tubuh Eren seperti terkena sengatan. Levi menjilat leher lalu dada dan berakhir di
nipple sang kekasih. Menggigit pelan lalu memainkan dengan lidahnya.
Ahn! Le-levi
Tubuh Eren menggelinjang, entah kenapa sentuhan yang diberikan Levi padanya terasa nikmat
sekali. Pikiran Eren memutih, entah ia sudah gila atau apa yang jelas ia ingin sentuhan yang lebih
banyak lagi.
Tak puas hanya bermain pada nipple, tangan Levi turun mengusap perut serta selangkangan dan
berakhir pada kejantanan Eren yang sudah mengeras.
Levi menyeringai,Sudah terangsang lagi, bocah?
Oh tidak!
Muka Eren sudah merah layaknya kepiting rebus. Cepat-cepat Eren menutup mukanya dengan
sebelah tangania berharap Levi tidak melihat wajahnya sekarang. Perlahan, Levi naik lalu
membuka tangan kekasih hingga terlihat wajah merah padamnya. Pria eboni itu tersenyum tipis.
Tidak apa-apa, aku akan memperlakukan selembut mungkin, ujarnya sembari mengecup lembut
kening Eren. Mendengar itu, ada sedikit kelegaan di hati Eren.
Levi turun lalu membuka kedua kaki Erenmemperlihatkan kejantanan yang terbungkus oleh Gstring. Pria eboni mengecup lembut satu persatu paha Erensi empu sedikit mendesah dengan
muka merahnya. Levi meremas pelan kejantanan Eren.

Angh! erangan kecil lolos dari bibir cherry pink Eren.


Pria eboni semakin meremas dan mengelus kejantanan sang kekasih. Bisa dilihat tampang Eren
sungguh menggoda sekali. Wajah yang merah padam. Saliva yang mengalir dari kedua sudut bibir
dan tatapan sayu yang menggoda libido.
Ahn! Ahn! Le
Belum selesai berbicara, Levi membungkam lembut bibir sang kekasih. Eren melingkarkan kedua
tangan di leher jenjang Levi sebagai isyarat untuk memperdalam ciuman di antara mereka. Dalam
bungkaman bibir, tangan Levi menyusup masuk ke dalam G-string. Membukanya lalu mengocok
pelan kejantanan Eren.
Ngh! Eren mendesah dalam ciuman panas mereka. Levi membuat pikirannya semakin gila.
Mengocok lalu meremas. Eren serasa dibawa ke langit ketujuh. Pandangan mata berkunangkunang, Eren sedikit mendorong dada bidang Levi hingga ciuman mereka terlepas. Levi menatap
sang kekasih dengan pandangan bingung.
Le-leviahn! Aku serasa ingin piahn!
Levi tahu arah pembicaraan ini. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya pada telinga Eren dan
berbisik,Tidak apa, keluarkan saja.
Pria eboni menjilat cuping telinga Eren. Pemuda itu semakin mendesah disela-sela sentuhan
kekasih eboni. Levi semakin mempercepat tempo mengocoknya.
Ahh ahh Levi!
Keluarkan saja, jangan ditahan, ujar Levi sembari mengcup kedua mata sayu Eren.
Kedua kaki bergerak tak menentu, Eren mencengkram kedua pundak Levi. Rasanya ia akan
mencapai klimaks.
Ahhh! Tubuhnya menggelinjang nikmat begitu cairan sperma keluar membasahi tangan Levi.
Eren merasa tubuhnya lemas begitu klimaks. Napasnya tak beraturan. Sayup-sayup ia menangkap
paras tampan Levi.
Levi berbisik di telinga Eren,Tak buruk bagi seorang pemula.
Eren tersenyum tipis.
Kau siap untuk selanjutnya? tanya Levi sembari mengecup lembut cuping hidung Eren.
Eren melingkarkan kedua tangan di leher Levi. Aku siap jika itu kau.
Baiklah. Levi mendekatkan wajah pada lubang sempit Eren. Menjilatnya dengan gerakan pelan,
Eren semakin dibuat mendesah. Suara desahan sang kekasih bagaikan melodi indah yang
menggema di indra pendengar Levi.
Lalu, barulah Levi memasukkan satu jari ke dalam lubang sempit sang kekasih.
Akh! Le-levi! Sakithiks erang Eren kesakitan sembari menyakar keras punggung Levi.
Kedua sudut mata mengeluarkan kristal bening yang membasahi pipi. Rasanya seperti dirobek
dari bawah.

Levi membungkam kembali bibir cherry pink Erenberusaha untuk menghilangkan rasa sakit
yang dirasakan oleh pemuda brunette. Setelah Eren sudah terbiasa, barulah Levi melepas ciuman
di antara mereka.
Kau siap? tanyanya dan dijawab oleh anggukan pelan si empu. Levi menjilat bekas air mata
yang tadi sempat membasahi pipi Eren. Perlahan, Levi menggerakkan jarinya. Terdengar suara
desahan yang lolos dari bibir ranum Eren.
Tak puas hanya dengan satu jari, Levi menambahkan jari tengah. Eren semakin mengerang. Levi
melakukan gerakan zig-zag lalu menggunting. Oh pandangan Eren makin mengabur dengan
sentuhan yang diberikan Levi untuknya.
Le-leviahn! Eren membuka lebar kakinya, mempersilakan Levi untuk bergerak bebas akan
aktivitasnya.
Apa? tanya Levi sembari memberikan kissmark dibagian leher.
Sesentuh
Aku tidak mendengar.
Eren memejamkan mata. Sentuh aku lagiahn!
Mendengar itu, seringai Levi melebar. Di dekatkan wajah pada telinga sang kekasih hingga Eren
bisa merasakan sapuan hangat dari napas pria eboni. With pleasure, my dear.
Levi mengeluarkan kedua jarinya. Membuka satu persatu kancing yang sedari tadi mengait pada
kemeja putih. Membuka lalu melempar kemeja ke sembarang arahmemperlihat tubuh atletis
yang kekar hasil dari latihan fisik setiap hari. Menurunkan resleting celana lalu mengeluarkan
kejantanan yang sedari tadi sudah menegak.
Iris zamrud membulat sempurna melihat kejantanan Levi yang bisa dikategorikan berukuran besar.
Tubuh Eren mendadak gemetar, entah kenapa ia agak takut bila kejantanan Levi masuk ke dalam
lubangnya. Belum apa-apa, Eren sudah bisa merasakan sakit yang akan dirasakannya nanti.
Eren mengigit bibir bawahnya. Ketika Levi hendak memasukkan, ia menangkap raut ketakutan
sang kekasih. Padahal kejantananya sudah berada di depan lubangtinggal menerobos masuk
dan voila!
Levi paham apa yang dirasakan Eren. Ia memasukkan kembali kejantanannya dan menaikkan
resleting. Eren menatap heran sang kekasih.
Kenap
Kupikir belum saatnya kau siap untuk melakukan ini, ujar Levi sembari mengecup lembut
kening Eren.
Eren tersentak kaget. Darimana Levi tahu bahwa ia belum siap?
Ta-tapi
Tidak apa-apa, aku akan menunggu hingga kau siap, ujar Levi sembari berbaring di sebelah
Eren. Pria eboni memeluk pinggang ramping sang kekasih hingga wajah mereka berdekatan.
Eren menatap iris kelabu sang kekasih. Bagaimana bila Erwin-sama tahu bahwa kita tak
melakukan?

Aku akan berbohong padanya, bilang bahwa aku sudah melakukannya, jawab Levi sembari
menarik selimut.
Kenapa kau melakukan ini? tanya Eren dengan tatapan sendu.
Levi menghela napas,Aku tidak ingin melihatmu kesakitan. Akan lebih parah bila kau belum
siap.
Astaga apakah ini seorang Levi Ackerman? Tentu saja. Levi mencintai Eren meskipun ia tak
menunjukkannya terang-terangan. Karena bagi Levi, akan sangat sakit bila melihat Eren menangis
sembari mengerang kesakitan olehnya. Untuk itu, ia akan bersabar menunggu hingga Eren siap.
Kristal bening turun dari kedua sudut mata. Ia tak menyangka Levi akan melakukan hal ini demi
dia.
Eren menangis dalam pelukan Levi. Levi terima kasih.
Sudah jangan menangis, jelek tahu, ujar Levi sembari mengelus kepala kekasih brunette.
Hari itu adalah hari dimana Levi menyentuhnyameski belum seratus persen. Untuk itu, Eren
tidak ingin mengecewakan Levi. Karena ia sudah banyak berkorban untuknya. Sang kekasih
brunette yang paling Levi cintai.
.
.
.
Kristal bening mengalir semakin deras. Eren merasa dirinya kotor dan tak pantas lagi berada di
samping Levi. Ia tak menyangka bahwa Jean lah orang pertama yang menyetubuhinya. Apa yang
akan ia katakan bila Levi mengetahui hal ini?
Eren tak sanggup membayangkan.
Disaat tengah bergelut dengan pikiran, tiba-tiba saja pinggang Eren dipeluk mesra oleh Jean. Eren
menoleh dan mendapati Jean tengah menatapnya lembut.
Ohayou, Eren, ujarnya sembari mengecup lembut bibir pemuda brunette. Eren menjawab
dengan sorotan mata.
Jean tersenyum. Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?
Umm bisa dibilang, jawab Eren pelan.
Jean terkekeh geli. Pemuda cappuccino itu mengambil posisi duduk sembari menduduki pelan
Eren di pangkuannya. Iris zamrud dan cappuccino saling bertemu satu sama lain. Eren
memalingkan wajahtidak ingin menatap Jean.
Hei, tatap aku Eren.
Tidak.
Jean menghela napas pasrah. Eren memang keras kepala. Perlahan, Jean mengecup lembut pipi
Eren seraya berbisik,Bagaimana kalau kita mandi dulu? Akan lebih segar bukan?
Dengan sigap, Jean menggendong Eren dengan ala bridal style. Sontak, Eren memeluk leher Jean

karena gerakannya yang tiba-tiba itu. Jean tersenyum, kaki atletis itu melangkah membawanya
menuju ke dalam kamar mandi.
Eren sempat memejamkan matamembayangkan Levi datang untuk menyelamatkannya dari
mimpi buruk. Tanpa disadari, kristal bening meluncur turun.
Levi tolong aku
.
.
.
-To Be Continued-

Chapter End Notes

Terima kasih sudah mampir dan membaca kelanjutan cerita ini. Jujur aja, otak mesum
saya udah tingkat kuadrat makanya saya ngebut ngelanjutin chapter ini hahaha~
Saya mohon maaf sebesar-besarnya bila ada kekurangan dalam chapter ini. Kritik,
saran, dan komentar sangat dibutuhkan untuk kelancaran cerita ini.
Salam manis,
Kazu Kirana

End Notes

Terima kasih sudah mau mampir dan membaca cerita saya. Selamat berjumpa di chapter
selanjutnya~

Please drop by the archive and comment to let the author know if you enjoyed their work!

Anda mungkin juga menyukai