Aplikasi Ga
Aplikasi Ga
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jagung merupakan
manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Jagung
menempati posisi penting dalam perekonomian nasional, khususnya untuk
mendukung perekonomian, karena merupakan sumber karbohidrat sebagai bahan
baku industri pangan, pakan ternak unggas dan ikan. Disamping bijinya, biomassa
hijauan jagung juga diperlukan dalam pengembangan ternak sapi.
Rendahnya produksi jagung di tingkat petani dapat mempengaruhi
produksi secara Nasional. Ini terkait dengan pengolahan tanah dan kepadatan
tanaman persatuan luas yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung dan
keragaman
produktivitas
tersebut
diduga
disebabkan
adanya
perbedaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkecambahan Tanaman Jagung ( Zea mays L. )
Menurut Purwono dan Hartono (2004), jagung diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Graminae
Famili
: Graminaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L.
sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini
diidentifikasi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu
fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis. Perkecambahan benih
jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan
berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30%
(McWilliams et al. 1999).
Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air
melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan
aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah
katabolisme pati, lemak dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat
yang mobil, gula, asam-asam lemak dan asam amino yang dapat diangkut ke
bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza
memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah
radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu
yang sama atau sesaat kemudian plumula tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil
terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke
permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke
atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan
mesokotil terhenti dan plumula muncul dari koleoptil dan menembus permukaan
tanah (McWilliams et al. 1999).
Pada biji yang dikecambahkan belum mempunyai kemampuan untuk
sintesa senyawa karbohidrat sehingga kebutuhan senyawa karbohidrat diperoleh
dari cadangan makanan yang telah ada dan terbentuk selama pembentukan biji.
Karbohidrat, lemak dan protein yang dirombak oleh enzim digunakan sebagai
bahan bakar respirasi. Kegiatan enzim di dalam biji distimulir oleh adanya GA
(Asam Giberelit) yaitu hormon tumbuh yang dihasilkan embrio setelah menyerap
air (Abidin, 1984).
2.2 Pengujian Aktivitas Enzim Amilase
Enzim amilase termasuk dalam golongan enzim hidrolase yang berperan
dalam merombak pati menjadi gula seperti glukosa, sukrosa atau fruktosa. Enzim
amilase terdiri dari dua macam yaitu - amilase dan -amilase (Dwidjoseputro,
1978).
Kamil (1982) menyatakan bahwa enzim -amilase tidak atau belum
terdapat pada biji kering, namun baru tersedia setelah memasuki fase
perkecambahan yang distimulir oleh asam giberelin (GA). Sedangkan enzim amilase sudah ada sejak semula di dalam skutelum dan lapisan aleuron pada biji
yang masih kering. Selanjutnya dijelaskan pula kerja kedua enzim ini berbeda.
Enzim -amilase akan merombak amilose dan amilopektin menjadi maltosa dan
glukosa, di samping itu juga akan merombak dekstrin menjadi maltosa dan
glukosa. Dengan adanya enzim maltase, maltosa dapat diubah menjadi glukosa.
Sedangkan enzim -amilase pada saat perkecambahan dimulai akan masuk ke
dalam endosperm untuk merombak amilosa menjadi glukosa yang bersifat larut
dan bisa diangkut. Enzim -amilase akan merombak amilopektin menjadi dekstrin
yang
Hormon
tumbuh
ini
dihasilkan
oleh
embrio
kemudian
Berbeda halnya dengan enzim -amilase yang sudah ada dari semulanya di
dalam scutellum dan aleurone pada biji kering angin, enzim -amilase ini
belum atau tidak terdapat pada biji kering angin, tetapi enzim ini baru dibuat
(synthesized) kemudian pada waktu permulaan perkecambahan biji (early stage of
germination) oleh giberelin acid (GA3), atau asam giberelin. Jadi asam giberelin
(GA3) adalah suatu senyawa organik yang sangat penting dalam proses
perkecambahan suatu biji karena ia bersifat pengontrol perkecambahan tersebut.
Kalau GA3 tidak ada atau kurang aktif maka -amilase tidak akan terbentuk yang
dapat menyebabkan terhalangnya proses perombakan pati (amylose dan
amylopectin), sehingga dapat mengakibatkan terhalangnya perkecambahan
(Kamil, 1982).
Selama terjadinya perkembangan dari zigot sampai ke perkecambahan biji,
tumbuh vegetatif dan reproduktif, zat tumbuh memainkan peranan yang penting
melalui pengaruhnya pada pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel.
Pembentukan zigot dan perkembangan embrio adalah periode saat terjadi aktivitas
metabolisme yang tinggi disertai dengan sintesa protein; pembentukan lipid;
polisakarida dan komponen-komponen dinding sel serta pembentukan organelorganel subselular. Giberelin menginisiasi sintesa amilase, enzim pencerna, dalam
sel - sel aleuron, lapisan sel-sel paling luar dari endosperm. Giberelin juga terlibat
dalam pengaktifan sintesa protease dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Senyawasenyawa gula dan asam-asam amino, zat- zat dapat larut yang dihasilkan oleh
aktivitas amilase dan protease, ditranspor ke embrio dan disini zat - zat ini
mendukung perkembangan embrio dan munculnya kecambah (Heddy, 1989).
10
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratotium Ilmu dan Teknologi Benih
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor pada bulan Maret 2012.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Blender, sentrifuge, neraca analitik, pH meter, kain penyaring, pemanas,
batang magnet striter, selofan, cawan, seperangkat gelas kimia, germinator,
spektrofotometer.
3.2.1 Bahan
Bibit jagung varietas Bisi 816, GA (Giberalit acid), kertas merang, amilum 1
%, buffer fosfat, ammonium sulfat, barium klorida, DNS (Dinitrosalisilat), larutan
glukosa standar, larutan Lowry A, larutan Lowry B, larutan BSA (Bovin Serum
Albumin) standar, aquades.
3.3 Metode Praktikum
Praktikum ini menggunakan Rancangan faktorial dalam Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dimana faktor pertama adalah jenis konsentrasi GA (G) yang
terdiri dari 3 jenis yaitu 0 ppm (G0), 200 ppm (G1) dan 400 ppm (G2). Faktor
kedua adalah tingkat viabilitas jagung (V) yang terdiri dari 3 tingkat viabilitas
yakni 70 % (V1), 80 % (V2) dan 90 % (V3).
12
G1V1
G2V1
G0V2
G1V2
G2V2
G0V3
G1V3
G2V3
Yi jk i
ij
ij k
Setiap
i = 1,2,3,4
j = 1,2,3
k = 1,2,3
Dimana:
Yijk
= Nilai pengamatan pada aplikasi GA (G) pada taraf ke-i dan tingkat
viabilitas jagung pada taraf ke-j dan ulangan ke k.
= Nilai tengah
ij
ijk
dari sidik ragam diperoleh efek aplikasi GA atau tingkat viabilitas jagung yang
berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf signifikan 5 %.
13
ini
dimulai
dengan
menyiapkan
bibit
jagung
dan
14
15
d. Proses Dialisis
Kantong selofan direbus dengan aquades sampai mendidih selama 30
menit lalu dicuci dengan aquades. Salah satu ujung selofan diikat dengan
benang lalu dimasukkan ke dalam beker gelas yang sudah berisi larutan buffer
0,002 M dengan pH 6,1. Buffer diaduk dengan magnetic stirer dan diganti tiap
2 jam sekali. Buffer yang diganti diuji kandungan ammonium sulfat dengan
BaCl2. Proses dialisis dihentikan jika cairan diluar membran selofan tidak
terbentuk endapan lagi jika dengan penambahan BaCl2 (Scopes, 1982).
e. Penentuan Aktivitas Enzim Amilase
1. Metode DNS (Chaplin and Kennedy,1994).
Larutan enzim 0,5 ml direaksikan dengan 0,5 ml substrat amilum 1 % dan
ditambah dengan 5 ml DNS (Dinitrosalisilat) diinkubasi pada suhu 65 0C
selama 10 menit. Reaksi enzimatis dihentikan dengan memasukkan tabung
sampel ke dalam air yang telah mendidih selama 5 menit. Sampel
ditambah dengan 8 ml aquades. Absorbansi diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu. Blangko dibuat
dengan campuran yang sama tanpa diinkubasi tetapi langsung dipanaskan
pada air yang telah mendidih. Gula reduksi yang dihasilkan diukur dengan
menggunakan metode DNS (Dinitrosalisilat) selisih gula reduksi yang
diinkubasi merupakan gula reduksi sampel. Kandungan gula reduksi
ditentukan berdasarkan kurva standar glukosa. Aktivitas enzim diukur
16
P ( x y )
BM Glukosa X 10 menit
Keterangan : P = Pengenceran
X = absorbansi sampel
Y = absorbansi blanko
17
d. Berat basah kecambah (g). Dihitung berat kecambah pada saat masih segar
e. Berat kering kecambah (g) . Dihitung berat kecambah dengan cara
dikeringkan pada suhu 700C selama 24 jam atau sampai mencapai berat
konstan.
f. Persentase perkecambahan (%).
Persentase
perkecambahan
18
Daftar Pustaka
Abidin Z., 1984, Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman, Penerbit Angkasa,
Bandung.
Annisah, 2009, Pengaruh Induksi Giberalin terhadap Pembentukan Buah
Partenokarpi pada Beberapa Varietas Tanaman Semangka, Dep.
Budidaya Pertanian Fak. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bey, Y., W. Syafii, dan Sutrisna. 2006. Pengaruh pemberian giberelin (GA3)
dan air kelapa terhadap perkecambahan bahan biji anggrek bulan
(Phalaenopsis amabilis BL) secara in vitro. Jurnal Biogenesis 2(2): 41 46.
Cetinbas and F. Koyuncu. 2006. Improving germination of Prunus avium L.
Seeds by gibberellic acid, potassium nitrate, and thiorea. Hort. Sci.
33(3): 119 123.
Chaplin M. F., dan J. F. Kennedy., 1994, Carbohydrate Analysis 2nd .Ed. Oxford
University Press, New York, pp.3-5.
Devi R., Faiza C. S., Ireng D., 2011, Pengaruh Pemberian GA3 pada Berbagai
Konsentrasi dan Lama Imbibisi Terhadap Peningkatan Viabilitas
Benih Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.), Jurnal Littri 17 (3),
September 2011. Hlm. 89 94.
Dwidjoseputro, D., 1978, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.
Heddy S., 1986, Hormon Tumbuhan, CV. Rajawali, Jakarta.
Kamil J., 1982, Teknologi Benih I, Penerbit Angkasa Bandung, Hal : 95-150.
Kucera, B., M.A. Cohn, and G.H. Metzger. 2005. Plant hormone interactions
during seed dormancy release and germination. Seed Science Research.
15:281307.
Lucia Dwi A. S., 2004, Hubungan Aktivitas Enzim Amilase dengan
Perkecambahan pada Tiga VarietasKedelai yang Berbeda, Jurusan
19
20
21