I.
Pendahuluan
Dalam era millenium ini, teknologi memegang peranan yang besar dalam
kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ini akan
mempengaruhi dan memberikan dampak dalam berbagai perubahan dalam kinerja
manusia.
Padahal hal ini merupakan salah satu unsur penting di dalam hubungan
perdagangan/bisnis. 1
Dengan latar belakang demikian, penulis melalui makalah ini akan mencoba
membahas mengenai perjanjian-perjanjian yang dilakukan melalui internet,
dikarenakan belum terdapatnya regulasi yang mengatur mengenai hal tersebut, maka
apakah transaksi yang terjadi melalui internet tersebut telah memenuhi syarat sahnya
suatu perjanjianyang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata, kapankah saat lahirnya
perjanjian dalam transaksi tersebut, dan siapakah pihak yang terlibat dalam ecommerce selain penjual dan pembeli.
Untuk dapat mengetahui hal-hal yang dipertanyakan di atas maka kita perlu
melihat terlebih dahulu dasar hukum dari perjanjian-perjanjian yang ada di Indonesia.
Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1313 disebutkan bahwa
perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih. Seorang atau lebih berjanji kepada seorang lain
atau lebih atau saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal. Ini merupakan suatu
peristiwa yang menimbulkan satu hubungan hukum antara orang-orang yang
membuatnya, yang disebut perikatan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perikatan terkandung hal-hal
sebagai berikut:2
adanya prestasi
Prof Subekti menulis bahwa perikatan adalah suatu hubungan hukum (mengenai
kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak kepada yang satu untuk
menuntut barang sesuatu dari yang lainnya sedangkan orang yang lainnya ini
diwajibkan memenuhi tuntutan itu.3
1) Subjek Perjanjian
Rai Widjaya, I.G. Merancang Suatu Kontrak, hal 21, Jakarta:Megapoin, 2003.
Ibid, hal 22
2) Objek Perjanjian
Hak dan kewajiban untuk memenuhi sesuatu yang disebut prestasi, yang menurut
undang-undang bisa berupa:4
Melakukan sesuatu
3)
Meskipun hukum menjamin hak seseorang sebagai pihak yang beritikad baik
untuk memperoleh perlindungan atas hak-haknya yang dilanggar, dengan
adanya asas tidak boleh main hakim sendiri pihak yang merasa dirugikan
dapat menegakkan haknya menurut prosedur dan ketentuan hukum yang
4
5
Ibid.
Ibid, hal 31.
berlaku. Artinya pihak yang dirugikan tidak bisa sekehendak hatinya meminta
kepada pihak lain supaya perjanjian itu segera dipenuhi, atau dengan caracaranya sendiri memaksa pihak lain untuk memenuhi perjanjian. Tetapi tidak
berarti bahwa hak yang dimiliki oleh yang bersangkutan untuk menegakkan
kepentingannya akan hilang atau tidak ada, melainkan dapat ditegakkan
melalui prosedur yang berlaku, yaitu melalui pengadilan atau meminta
bantuan hakim.
b. Kebebasan berkontrak
Dalam Hukum Perjanjian dianut sistem terbuka yang artinya bahwa hukum
perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar
ketertiban umum dan kesusilaan. Pasal-pasal dari Hukum Perjanjian
merupakan apa yang dinamakan hukum pelengkap, yang berarti bahwa pasalpasal itu boleh diabaikan manakala dikehendaki oleh yang membuat suatu
perjanjian. Mereka diperbolehkan untuk mengatur sendiri kepentingan mereka
dalam perjanjian-perjanjian yang mereka adakan itu. Kalau mereka tidak
mengatur sendiri sesuatu hal, berarti mereka akan tunduk kepada undangundang mengenai hal itu.6
Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan XVI, hal 17, Jakarta: Intermasa, 1987
c. Konsensualisme
Jadi menurut asas konsensual, perjanjian itu sudah ada dan sah mengikat
apabila sudah dicapai kesepakatan mengenai hal-hal dalam perjanjian, tanpa
diperlukan lagi adanya suatu formalitas, kecuali ditetapkan berdasarkan
Kesepakatan para pihak yang terlibat dalam perjanjian merupakan hal penting.
Dengan sepakat, kedua subjek yang mengadakan perjanjian setuju mengenai halhal pokok dari perjanjian yang diadakan. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang
satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain.
Ibid, hal. 17
Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada
dasarnya, setiap orang yang sudah dewasa atau akilbalig dan sehat pikirannya
adalah cakap menurut hukum. Dalam pasal 1330 KUHPerdata disebutkan
mengenai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian:
1.
2.
3.
melarang membuat
perjanjian-perjanjian tertentu.
Untuk orang yang belum dewasa diwakili oleh walinya, sedangkan untuk orang
yang
tidak
sehat
pikirannya
diwakili
oleh
pengampunya
karena
Ibid, hal 19
Syarat yang ketiga bahwa suatu perjanjian harus mengenai suatu hal tertentu,
artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika
timbul suatu perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling
tidak harus sudah ditentukan jenisnya.
Syarat keempat untuk suatu perjanjian yang sah adalah suatu sebab yang halal.
Dengan sebab ini dimaksudkan bahwa pada isi perjanjian. Sebab yang halal bukan
pada sesuatu yang menyebabkan seseorang membuat perjanjian termaksud.
Hukum pada asanya tidak menghiraukan apa yang berada dalam gagasan seorang
atau pada apa yang dicita-citakan seorang. Yang diperhatikan oleh hukum atau
undang-undang hanyalah tindakan orang-orang dalam masyarakat.9
Jadi yang dimaksud dengan sebab atau causa dari suatu perjanjian adalah isi
perjanjian itu sendiri. Jika seorang membeli pisau di toko dan dengan maksud
untuk membunuh orang, jual beli pisau itu mempunyai suatu sebab yang halal
seperti jual beli barang-barang lainnya. Lain halnya apabila soal membunuh itu
dimasukkan dalam perjanjian misalnya, si penjual hanya bersedia menjual
pisaunya, kalau si pembeli membunuh orang. Isi perjanjian ini menjadi sesuatu
yang terlarang.
Ibid,
Jika syarat-syarat sah tersebut di atas atau salah satu syarat tidak terpenuhi maka
hal ini harus dilihat terlebih dahulu antara syarat subjektif dengan syarat objektif.
Dalam hal syarat objektif, kalau syarat itu tidak terpenuhi, perjanjian itu batal
demi hukum. Artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan
tidak pernah ada suatu perikatan.
Sedangkan untuk syarat subjektif, jika syarat itu tidak terpenuhi, perjanjiannya
bukan batal demi hukum tetapi salah satunya pihak mempunyai hak untuk
meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan
itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya
(perizinannya) secara bebas.
Yang dapat meminta pembatalan dalam hal seorang anak yang belum dewasa
adalah anak itu sendiri apabila ia sudah dewasa atau orang tua/walinya. Dalam hal
seorang yang berada di bawah pengampuan, maka pengampunya. Dalam hal
seorang yang telah memberikan sepakat atau perizinannya secara tidak bebas,
orang itu sendiri.
10
Transaksi sat ini tidak hanya dilakukan secara konvensional tetapi juga melalui
media internet. Di Indonesia jual beli melalui internet ini sudah ada dan dikenal sejak
tahun 1996 dengan munculnya situs http://www.sanur.com sebagai toko buku online
pertama. Namun pengaturan mengenai jual beli melalui internet ini belum terdapat
peraturan khususnya. Saat ini terdapat Rancangan Undang-Undang mengenai
Telematika, yang di dalamnya mengatur mengenai aspek-aspek dalam dunia
komunikasi melalui komputer beserta dampak-dampaknya. Namun sampai saat
inibelum disahkan, maka perjanjian yang terjadi pengaturannya berdasarkan hukum
perjanjian non elektronik yang berlaku.
11
adalah timbulnya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak yang
terlibat.
Jual beli merupakan salah satu jenis perjanjian yang diatur dalam KHUPerdata,
sedangkan e-commerce merupakan model perjanjian jual beli yang mempergunakan
sarana modern berupa internet sebagai media transaksi. Karena belum terdapatnya
pengaturan yang khusus, dengan demikian selama tidak diperjanjikan lain, maka
ketentuan umum tentang perikatan dan perjanjian jual beli yang diatur dalam Buku III
KUHPerdata berlaku sebagai dasar hukum aktifitas transaksi e-commerce di
Indonesia. Penyelesaian sengketa pun mengacu kepada aturan di dalam KUHPerdata
tersebut.10
10
11
12
Perjanjian jual beli memiliki sifat konsensuil, artinya Jual beli dianggap telah
terjadi antara kedua belah pihak sewaktu mereka telah mencapai sepakat tentang
barang dan harga meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum
dibayar.(pasal 1458 KUHPerdata)
13
Saat terjadinya transaksi dalam perjanjian e-commerce ini, terdapat beberapa teori
diantaranya:13
a. Teori Kehendak
Dikaitkan dengan teori ini maka terjadinya kontrak adalah ketika pihak
penerima menyatakan penerimaannya dengan menulis e-mail.
b. Teori Pengiriman,
Menurut teori ini terjadinya kontrak adalah pada saat penerima mengirim email.
c. Teori Pengetahuan
Menurut teori ini terjadinya kontrak adalah sejak diketahuinya e-mail dari
penerima oleh penawar.
d. Teori Kepercayaan
Menurut teori ini kontrak terjadi pada saat pernyataan penerimaan tersebut
selayaknya telah diterima oleh penawar.
Dalam transaksi jual beli dikenal proses pembayaran dan penyerahan barang.
Konsep dari jual beli tersebut tetap ada dimana dengan adanya internet atau ecommerce hanya membuat transaksi jual beli atau hubungan hukum yang terjadi
12
Ramli, Ahmad M, Prinsip-prinsip Cyber Law dan Kendala Hukum Positif Dalam Menanggulangi Cyber
Crime, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, 2004.
13
http://202.183.1.26:2121/pls/PORTAL30/indoreg.irp_analysis, Supancana, B.R. DRI, Kekuatan Akta
Elektronis Sebagai Alat Bukti Pada Transaksi E-commerce Dalam Sistem Hukum Indonesia, , 2003.
14
menjadi lebih singkat, mudah dan sederhana. Kapankan suatu perjanjian dalam
transaksi e-commerce tersebut berlangsung, akan berhubungan dengan para pihak
yang melakukan transaksi tersebut. Dalam transaksi jual beli biasa, perjanjian
berakhir pada saat masing-masing pihak melakukan kewajibannya masingmasing, pembeli menyerahkan uang dan penjual menyerahkan barang.
Tidak berbeda dengan transaksi yang berlangsung secara online, walaupun tidak
seperti transaksi biasa. Dalam transaksi online, tanggung jawab (kewajiban) atau
perjanjian dibagi kepada para pihak yang terlibat dalam jual beli tersebut.
Sedikitnya ada empat pihak yang terlibat di dalam transaksi online. Pihak tersebut
antara lain perusahaan penyedia barang (penjual), pembeli, perusahaan penyedia
jasa pengiriman, dan jasa pembayaran.14
14
http//:www.hukumonline.com, Seto, Sulung Anggoro, Transaksi Melalui Internet dan aspek Hukumnya.
15
Dapat dikatakan bahwa transaksi antara penjual dan pembeli dalam tahapan
persetujuan barang telah selesai sebagian sambil menunggu barang yang telah
dipesan tadi tiba atau diantar ke alamat pembeli. Dalam transaksi yang melibatkan
pihak bank, maka bank baru akan mengabulkan permohonan dari pembeli setelah
penjual menerima konfirmasi dari Bank yang ditunjuk penjual dalam transaksi ecommerce tersebut. Setelah penjual menerima konfirmasi bahwa pembeli telah
membayar harga barang yang dipesan, selanjutnya penjual akan melanjutkan atau
mengirimkan konfirmasi kepada perusahaan jasa pengiriman untuk mengirimkan
barang yang dipesan ke alamat pembeli.
Pihak yang terkait langsung dalam transaksi paling tidak ada empat pihak yang
terlibat, diatas telah disebutkan antara lain; penjual, pembeli, penyedia jasa
pembayaran, penyedia jasa pengiriman.
16
15
16
Opcit, Supancana.
Ibid.
17
IV. Kesimpulan
Dalam dunia yang serba cepat dan modern saat ini perkembangan teknologi
merupakan salah satu hal yang tidak bisa kita elakkan, globalisasi merupakan syarat
dalam mengikuti perkembangan dunia. Perkembangan teknologi memberikan
kemudahan tersendiri dalam melakukan aktifitas-aktifitas termasuk dalam melakukan
transaksi jual beli. Jual beli secara konvensional telah didampingi dengan transaksi
jual beli yang dilakukan secara elektronik melalui media komputer. Dalam kaitannya
dengan syarat-syarat sahnya perjanjian, dikarenakan belum terdapatnya aturan khusus
mengenai hal ini maka pengaturan didasarkan pada Buku III KUHPerdata, dan unsurunsur dalam pasal tersebut telah terpenuhi dalam transaksi e-commerce denagn
18
penjelasan
yang
telah
dikemukakan.
Penulis
berharap
dengan
semakin
19