PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni lukis merupakan karya seni rupa berwujud dua dimensi yang dalam
penciptaannya mengolah unsur titik, garis, bidang, tekstur, warna, gelap-terang,
dan lain-lain melalui pertimbangan estetik. Pada karya seni rupa purbakala, objek
yang dipilih kebanyakan berupa bentuk manusia, flora, dan fauna. Karya seni
lukis tradisional yang terdapat di Nusantara, antara lain lukisan kaca, lukisan di
atas kain, lukisan batik, lukisan wayang beber, dan lukisan pada wayang kulit
(sungging). Di Sumbawa, tradisi lukisan dari nenek moyang terdapat pada nisan
berukir, lukisan pada tiang, dinding rumah, dan sebagainya.
Dengan kata lain Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi
atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium
lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di
dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga
bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada
media yang digunakan.
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalanpeninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu,
nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua
untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau
gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti
arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal lukisan prasejarah
yang dilakukan oleh orang-orangnya adalah menempelkan tangan di dinding gua,
lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna.
Lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai,
kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini
disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Objek yang sering
muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek
alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang
digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat
dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar
seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan
dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis
yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng.
Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung
dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
BAB II
URAIAN BAHASAN
bahwa keindahan merupakan satu cermin dari unity, harmony, symmetry, balance
dan contrast dari garis, warna, bentuk.
B. Makna Seni dan Seni Lukis Secara Umum Dan Khusus
Berbicara makna seni tidak akan pernah bisa selesai karna seni maknanya
sangat luas, disamping itu banyak pendapat para ahli bahasa yang menyatakan
bahwa seni adalah karya manusia yang berasal dari akal fikiran dan perasaan.
Seni menurut Ki Hajar Dewantara adalah perbuatan manusia yang timbul
dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan perasaan
manusia.
Seni lukis secara umum adalah salah satu cabang dari seni rupa dan seni
lukis secara khusus adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari
menggambar dan lebih mengutamakan warna.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan
dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa
berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas,papan, dan bahkan film di dalam
fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa
bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media
yang digunakan
C. Aliran Romantisme
Romantisme
merupakan
corak
dalam
seni
rupa
yang
berusaha
menampilkan hal-hal yang fantastic, irrasional, indah dan absurd. Aliran ini
melukiskan cerita-cerita romantis tentang tragedy yang dahsyat, kejadian dramatis
yang biasa ditampilkan dalam cerita romah. Penggambaran obyeknya lebih sedikit
dari kenyataan, warna yang lebih meriah, gerakan yang lebih lincah, pria yang
lebih gagah, wanita yang lebih cantik.
Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar
pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh
dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan
dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa
berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam
fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa
bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media
yang digunakan.
Zaman prasejarah
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalanpeninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu,
nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua
untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau
gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti
arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah
yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding
gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna.
Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang
masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan
selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain
seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti
dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di
Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia,
binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan
laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini
disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap
objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang
luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini
dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian
paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam
objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di
daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat
prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada
mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan
bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan
nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan
semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu
sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang
pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis
mulai condong menjadi kegiatan seni.
Seni lukis zaman klasik
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),
Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentukbentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan
dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik
daripada kata-kata dalam banyak hal.
Seni lukis zaman pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni
lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap
sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan.
Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan
realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan
"bagus".
Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi.
Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong
perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).
Seni lukis zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali
ilmuwan dan budayawan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium
menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga deMedici
yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni
membuat
sinergi
keduanya
menghasilkan
banyak
sumbangan
terhadap
kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran
kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun
sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki.
Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga
Eropa Timur.
o Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:
Tomassi
Donatello
Leonardo da Vinci
Michaelangelo
Raphael
Art nouveau
Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam
aliran
romantisme
membuat
banyak
pelukis
Indonesia
ikut
alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan
Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga
melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan
pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih
memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu,
sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai
penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia sejak
perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombangambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran
keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang
membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni
konsep (conceptual art): Installation Art, dan Performance Art, yang
pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996.
Kemudian muncul berbagai alternatif semacam kolaborasi sebagai mode
1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya
menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap
masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.
o Aliran seni lukis
-
Surrealisme
Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk
Kubisme
Romantisme
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern
aliran
seni
lukis
kontemporer, dimana
lukisan
tersebut
10
o Aliran lain :
-
Ekspresionisme
Dadaisme
Fauvisme
Neo-Impresionisme
Realisme
Naturalisme
De Stijl
11
bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Fungsi dari lukisan Bali
Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah
hidup zaman Hindu.
Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur
terdesak oleh kebudayaan Islam. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat
diuraikan dalam 3 bagian, seni lukis Kamasan, Pita Maha, Seniman Muda.
12
13
- Basuki Abdullah
- Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)
- Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee
Mayer
(Jerman) dan W.G. Hofker.
Ciri-ciri lukisan :
- Pengambilan obyek alam yang indah
- Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
- Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai
spiritual
- Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia.
3. Masa Cita Nasional
Bangkitanya kesadaran nasionalyang dipelopori oleh Boedi Oetomo
pada Th.1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita
medirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia).Perkumpulan
pertama di Jakarta ini, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing
Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern.
PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan
kepribadian Indonesia yang sebenarnya.
Hasil karya mereka mencerminkan :
- Mementingkan nilai-nilai psikologis,
- Tema perjuangan rakyat ,
- Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata,
15
16
17
18
S. Primka,
19
20
kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin
ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada
saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi
kegiatan seni.
I. WUJUD & SEJARAH SENI LUKIS ZAMAN SEJARAH
Yang dimaksud dengan masa sejarah adalah masa dimana manusia
sudah mengenal tulisan atau zaman ketika sudah ditemukan bukti tertulis yang
sezaman.
Perkembangan sejarah masyarakat Indonesia sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan dari India. Mengapa bisa demikian? (Coba uraikan jawabannya)
Alasan utamanya bahwa semuanya berawal dari pelayaran dan perdagangan.
Dimana dengan intensitas hubungan antara kebudayaan Indonesia dan India
mau tidak mau karena kebudayaan India lebih maju saat itu maka memberikan
pengaruh
yang
sangat
besar
bagi
kebudayaan
di
Indonesia.
21
22
23
sedangkan untuk warna kuning diambil dari minyak Kemiri, yang kemudian
dicampur dengan perekat sehingga menempel pada kanvas. Lukisan Gaya Klasik
Kamasan hanya memakai dua dimensi saja, panjang dan lebar, tidak ada
perspektif sehingga jauh dekat tidak terlihat, sedangkan obyek yang dilukis
terlihat seperti wayang, datar tanpa sudut pandang (perspektif) ataupun
kedalaman.
Lukisan Gaya Batuan, Lukisan yang sangat mirip dengan Gaya Klasik
Kamasan adalah Gaya Klasik Batuan, bedanya adalah media dan pewarna
lukisannya yaitu Gaya Klasik Batuan biasanya memakai kertas untuk media
menggambar, dan sebagai pewarna mereka biasanya memakai tinta cina karena
yang sangat ditonjolkan adalah efek berlawanan antara terang-gelap. Sekarang
selain tinta cina juga banyak dipakai warna lain selain hitam putih. Ciri lainnya
adalah lukisan ini sangat mengutamakan detail-detail sampai yang sekecilkecilnya sehingga terkesan sangat rumit membuatnya. Lukisan Gaya Klasik
Batuan biasanya melukiskan ceritra-ceritra rakyat Bali, dongeng-dongeng rakyat
dan semacamnya sehingga membutuhkan pemahaman tentang kepercayaan rakyat
Bali untuk memahami tema lukisannya. Walaupun demikian, para pelukis muda
seperti I Made Budi, banyak menggambar di luar pakem tradisional, bahkan tematema yang sangat up-to date dilukisnya seperti turis main surfing di laut,
kedatangan Presiden Ronald Reagan di Bali, dan yang lainnya.
Setelah Bali dikuasai oleh Belanda pada tahun 1908, para ilmuwan dan
para seniman Barat berdatangan ke Bali atas undangan Raja Ubud, Cokorda
Sukawati, yang sangat menyukai kesenian, di antaranya para pemusik, para
perancang tari, para penulis dan para pelukis. Raja Ubud ini mengundang
seniman-seniman barat yang dikenalnya untuk datang dan menetap di Ubud.
Beberapa di antaranya diberinya hadiah tanah untuk membangun studio dan
rumah, misalnya Walter Spies, seniman lukis-musik asal Jerman yang datang pada
tahun 1920, membangun rumahnya di Hotel Campuhan saat ini, bertingkat dua
dengan kolam renang dengan pemandangan indah ke Sungai Campuhan. Miguel
dan Rosa Covarrubias dari Meksiko, datang dan menetap di Bali sejak 1930.
Mereka menulis buku The Island of Bali yang hingga kini masih menjadi acuan
24
semua buku tentang Pulau Bali. Rudolf Bonnet dan Adrian Le Mayeur dari Belgia
datang bergabung kemudian. Pada tahun 1936 mereka mendirikan organisasi para
seniman Pita Maha bersama I Gusti Nyoman Lempad, I Sobrat dan I Tegalan.
Tujuan organisasi ini adalah untuk meningkatkan mutu karya para seniman Bali
(ada 100 anggota saat itu) dan membantu menjualkan karya-karya mereka kepada
pencinta-pencinta seni di barat. Lebih banyak seniman barat datang ke Bali: Theo
Meier dari Swiss, anthropolog Jane Belo dari Amerika Serikat, pemusik Colin
McPhee yang bekerjasama dengan Anak Agung Gede Mandra dari Peliatan dalam
melakukan eksperimen-eksperimen baru dalam musik. Hans Snell meninggalkan
ketentaraan Belanda, menikahi Siti, dan menetap di Ubud. Begitu pula Antonio
Blanco, pelukis asal Catalunya, Spanyol-lahir di Filipina, yang menikahi
modelnya, Ni Ronji, dan kemudian menetap di Ubud.
Kedatangan para seniman Barat tersebut banyak mempengaruhi gaya
lukisan yang muncul sejak tahun 1930 di Bali, yang kemudian kita kenal sebagai
Gaya Tradisional Ubud dan Gaya Tradisional Pengosekan. Tema yang diusung
sudah menyentuh rakyat biasa ataupun peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari,
misalnya suasana di sebuah pasar desa, upacara keagamaan di pura, pekerjaan
petani di sawah, dan yang semacamnya. Warna-warna yang dipakai adalah warnawarna modern buatan pabrik dengan berbagai macam warna. Lukisan yang
dihasilkan merupakan lukisan tiga dimensi yang sudah memperhitungkan
perspektif. Para pelukis terkenal Gaya Tradisional Ubud di antaranya adalah Anak
Agung Made Sobrat dan I Dewa Nyoman Batuan.
Pada tahun 1950-an, seorang pelukis Belanda, Arie Smith, mulai mengajak
anak-anak petani asal Desa Penestanan untuk melukis setelah mereka kembali dari
bekerja di sawah. Mereka dibebaskan untuk melukis menurut ide mereka masingmasing memakai warna-warna yang mereka sukai. Hasil karya mereka kemudian
dikenal sebagai Gaya Lukisan Young Artists atau Naive, dengan ciri khas
imajinasi anak-anak yang masih lugu, memenuhi bidang gambar tanpa banyak
mementingkan kedalaman ataupun perspektif, dengan warna-warna yang kontras
dan berani. Tokoh-tokohnya di antaranya I Cakra dan I Ketut Soki.
25
Sekarang ini juga terdapat Institut Seni Indonesia (ISI) di Jogjakarta dan di
Denpasar sehingga banyak meluluskan pelukis-pelukis intelek yang banyak
menghasilkan gaya-gaya lukisan baru, yaitu Gaya Modern atau Kontemporer, baik
itu aliran Realis, Surrealis, Impresionis, dan yang lain-lainnya. Banyak yang tetap
mengusung tema tradisional namun dilukis dengan gaya modern, misalnya pelukis
I Nyoman Gunarsa dari Klungkung.
K. Wujud Seni Lukis Pada masa G/30 SPKI
o Tentang Lambang PKI
Lambang "sakral" (sebenarnya kurang tepat jika dikatakan lambang
PKI, tapi harusnya lambang komunis, karna negara komunis lainya juga
menggunakan lambang ini, bukan hanya PKI ) ini membuat sebagian orang
yang melihat merinding melihatnya maupun mendengarnya, teringat
"sejarah" masa lalu yang kelam PKI dipelajaran sekolah waktu duduk di
bangku SD. Puncak-puncaknya pada masa pemerintahan Soeharto.
Dulu ada yang bilang :
"huss.. jangan bawa gambar nanti ditangkap/diculik/dibunuh loh?"
dan apabila ada gambar tokoh yang dibenci terutama tokoh politik dicoret
logo tersebut diatasnya yang menandakan penghinaan sebesar-besarnya
(maksud yang mencoret), bahkan ada yang mengidentikkan lambang palu
arit ini ibarat senjata tajam yang mencerminkan kekejaman, kekerasan dan
merah ibarat kekuasaan dan pertumpahan darah???
Tapi selama ini apakah anda tahu maksud sebenarnya dari lambang
di atas Lambang palu dan sabit yang menjadi simbol dari komunis memiliki
sejarah yang tidak ada hubungannya dengan komunisme. Simbol palu
mewakili para buruh dan sabit mewakiti para petani. Setelah revolusi
industri di Eropa, kaum buruh dan petani semakin terpinggirkan dan
tertindas. Simbol palu dan sabit yang menyilang muncul sebagai bentuk
pengkomunikasian bersatunya kaum buruh dan petani dalam revolusi
26
mereka dalam revolusi melalui simbol palu dan sabit. Simbol ini
kemudian menjadi identitas para pekerja kasar sebagai solidaritas,
pemersatu dan penguat hubungan antar masyarakat. Apabila revolusi
yang dilakukan tidak memunculkan simbol, maka akan sulit untuk
menunjukkan keberadaan kaum buruh dan petani di mata dunia, serta
sulit untuk menggerakkan kaum pekerja yang lain. Dengan demikian
27
simbol palu dan sabit memiliki arti penting dalam penyampaian pesan
revolusi.
Besarnya pengaruh revolusi palu dan sabit mengakibatkan orang
mengidentikkan lambang palu dan sabit sebagai simbol pemberontakan.
Dalam perkembangannya, simbol palu dan sabit tidak hanya digunakan
oleh kaum pekerja tapi juga kaum borjuis (pelajar) saat menolak
kebijakan pemerintah. Simbol ini juga digunakan oleh kaum sosialis
yang menjunjung tinggi kesetaraan status.
Tahun 1922, tentara merah meresmikan simbol palu dan arit yang
menyilang dimasukkan ke dalam lambang bendera partai politiknya.
Lambang ini memiliki makna bahwa partai komunis menjunjung tinggi
para pekerja kasar. Dari sini diharapkan pendukung partai dapat
dihimpun dari para buruh dan petani yang cenderung memiliki massa
lebih banyak.
Simbol palu dan sabit berubah fungsi dan makna sesuai dengan
perkembangan jaman. Makna yang semula dikomunikasikan melalui
simbol palu dan sabit berubah interpretasinya sesuai dengan kondisi
jaman dan pengalaman sejarah.
Di Indonesia, sejak peristiwa G 30 S PKI, simbol palu dan sabit
menjadi tabu karena diinterpretasikan dengan komunis yang ingin
menghancurkan Indonesia dari dalam. Namun setelah lengsernya
pemerintahan orde baru, simbol palu dan sabit mulai bermunculan lagi
dalam berbagai bentuk dan lambang. Interpretasi orang saat ini bisa
beraneka macam terhadap simbol tersebut. Ada yang mengartikan
sebagai penganut komunis, penganut sosialis, lambang revolusi, bentuk
protes terhadap pemerintahan, dan lainnya. Semua makna tidak salah,
kembali ke pengertian simbol yang memiliki banyak arti, dan hanya
dipahami oleh manusia, sehingga yang bersangkutan dituntun untuk
memahami objek untuk mengetahui makna yang terkandung dalam
simbol tersebut.
28
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
29
pesan verbal itu perlu sarana pendukung dalam bentuk visual, maka dapat
dihadirkan dalam bentuk gambar, lukisan, ilustrasi, ataupun poster. Seni
visual mungkin lebih efektif dalam penyampaian gagasan, idea tau cerita,
dengan ditunjang olah verbal. Dengan demikian jelaslah seni dapat sebagai
penunjang dalam dunia pendidikan.
itu
dengan
melukis
efek
pencerapan
dari
realitas.
Dia
sudut
pandang
maupun
keraguan
apa
yang
kita
lihat
30
anti-
31
Bruxelles dan Amsterdam yang merupakan nama ibu kota dari negara-negara
senimannya berasal. Gerakan ini didirikan karena kecewa atas kejadian selama
Perang Dunia Kedua yang merusak segala sesuatu. Perusakan-perusakan ini
justru disebabkan oleh peradaban dunia Barat sendiri. Karena itu mereka ingin
kembali ke peradaban yang belum tersentuh oleh aturan-aturan peradaban
Barat. Maka dicarilah sumber-sumber inspirasi dari dunia primitif, naif, anakanak, dan bahkan orang gila.
Seni lukis modern mengalami krisis pada awal tahun 1970. Penyebab
terjadi krisis ini antara lain adalah penciptaan karya seni lukis menjadi terlalu
mudah, setiap gaya dari sebuah karya yang baru diciptakan seolah-olah telah
ada sebelumnya. Karena penciptaan karya yang terlalu mudah dan jenis karya
seni lukis pun tidak terbatas jumlahnya, maka timbul kekaburan batas-batas
estetika. Sampai akhirnya ada seruan bahwa segala sesuatu telah sampai pada
akhir.
BAB III
KESlMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak.
Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan
32
33
DAFTAR PUSTAKA
34
35