Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni lukis merupakan karya seni rupa berwujud dua dimensi yang dalam
penciptaannya mengolah unsur titik, garis, bidang, tekstur, warna, gelap-terang,
dan lain-lain melalui pertimbangan estetik. Pada karya seni rupa purbakala, objek
yang dipilih kebanyakan berupa bentuk manusia, flora, dan fauna. Karya seni
lukis tradisional yang terdapat di Nusantara, antara lain lukisan kaca, lukisan di
atas kain, lukisan batik, lukisan wayang beber, dan lukisan pada wayang kulit
(sungging). Di Sumbawa, tradisi lukisan dari nenek moyang terdapat pada nisan
berukir, lukisan pada tiang, dinding rumah, dan sebagainya.
Dengan kata lain Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi
atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium
lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di
dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga
bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada
media yang digunakan.
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalanpeninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu,
nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua
untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau
gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti
arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal lukisan prasejarah
yang dilakukan oleh orang-orangnya adalah menempelkan tangan di dinding gua,
lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna.
Lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai,
kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini
disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Objek yang sering
muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek

alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang
digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat
dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar
seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan
dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis
yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng.
Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung
dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.

BAB II
URAIAN BAHASAN

A. Arti Kata Estetika


Sekitar 500 300 SM, pemikir dari zaman yunani, seperti Socrates, Plato,
Aristoteles, Plotinus, dan St. Agustinus ( di Zaman kemudian ). Mereka
membicarakan seni dalam kaitannya tentang dengan filsasat mereka tentang apa
yang disebut keindahan . Pembahasan tentang seni masih dihubungkan dengan
pembahasan tentang keindahan. Inilah sebabnya pengetahuan ini disebut filsafat
keindahan, termasuk di dalamnya keindahan alam dan keindahan karya seni.Pada
tahun 1750 istilah estetika diperkenalkan oleh filsuf bernama A.G. Baumgarten
( 1714-1762 ). Istilah estetika ini diambil dari bahasa Yunani kuno, aistheton, yang
berarti kemampuan melihat melalui penginderaan . Baumgarten menamakan
seni itu sebagai pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika yang
dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan Estetika adalah keindahan, sedang
tujuan logika adalah kebenaran.
Keindahan merupakan pengertian yang didalamnya tercakup sebagai
aktivitas kebaikan. Plato misalnya menyebutkan tentang watak yang indah dan
hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu
yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah
dan kebajikan yang indah. Berbicara mengenai buah pikiran yang indah dan adat
kebiasaan yang indah. Bangsa yunani membedakan pengertian keindahan dalam
arti estetis yang disebutnya symmetria khusus untuk keindahan berdasarkan
penglihatan (seni rupa) dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran
(musik). Sehingga pengertian keindahan dapat saja meliputi : keindahan seni,
keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual.
Ciri-ciri umum yang ada pada semua benda dianggap indah dan kemudian
menyamakan ciri-ciri atau kwalitas hakiki itu dengan pengertian keindahan. Ciri
umum tersebut adalah sejumlah kwalita yang secara umum disebut unity,
harmony, symmetry, balance dancontrast. Ciri-ciri tersebut dapat dinyatakan
3

bahwa keindahan merupakan satu cermin dari unity, harmony, symmetry, balance
dan contrast dari garis, warna, bentuk.
B. Makna Seni dan Seni Lukis Secara Umum Dan Khusus
Berbicara makna seni tidak akan pernah bisa selesai karna seni maknanya
sangat luas, disamping itu banyak pendapat para ahli bahasa yang menyatakan
bahwa seni adalah karya manusia yang berasal dari akal fikiran dan perasaan.
Seni menurut Ki Hajar Dewantara adalah perbuatan manusia yang timbul
dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan perasaan
manusia.
Seni lukis secara umum adalah salah satu cabang dari seni rupa dan seni
lukis secara khusus adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari
menggambar dan lebih mengutamakan warna.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan
dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa
berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas,papan, dan bahkan film di dalam
fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa
bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media
yang digunakan
C. Aliran Romantisme
Romantisme

merupakan

corak

dalam

seni

rupa

yang

berusaha

menampilkan hal-hal yang fantastic, irrasional, indah dan absurd. Aliran ini
melukiskan cerita-cerita romantis tentang tragedy yang dahsyat, kejadian dramatis
yang biasa ditampilkan dalam cerita romah. Penggambaran obyeknya lebih sedikit
dari kenyataan, warna yang lebih meriah, gerakan yang lebih lincah, pria yang
lebih gagah, wanita yang lebih cantik.

Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar
pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh
dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan
dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa
berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam
fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa
bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media
yang digunakan.
Zaman prasejarah
Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalanpeninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu,
nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua
untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau
gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti
arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah
yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding
gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna.
Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang
masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan
selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain
seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti
dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di
Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia,
binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan
laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini
disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap

objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang
luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini
dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian
paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam
objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di
daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat
prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada
mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan
bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan
nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan
semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu
sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang
pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis
mulai condong menjadi kegiatan seni.
Seni lukis zaman klasik
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),
Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentukbentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan
dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik
daripada kata-kata dalam banyak hal.
Seni lukis zaman pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni
lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap

sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan.
Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan
realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan
"bagus".
Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi.
Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong
perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).
Seni lukis zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali
ilmuwan dan budayawan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium
menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga deMedici
yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni
membuat

sinergi

keduanya

menghasilkan

banyak

sumbangan

terhadap

kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran
kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun
sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki.
Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga
Eropa Timur.
o Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:

Tomassi

Donatello

Leonardo da Vinci

Michaelangelo

Raphael

Art nouveau
Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam

banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan


ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi
begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin. Sebagai
jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh
produksi massal (atau jika bisa, akan biaya pembuatannya menjadi sangat mahal).
Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus
yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.
o Sejarah seni lukis di Indonesia
Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan
Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu
ke

aliran

romantisme

membuat

banyak

pelukis

Indonesia

ikut

mengembangkan aliran ini.


Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup
beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis
Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda,
sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan
menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia
tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa,
sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era
revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tematema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang
berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang
mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang
menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu,

alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan
Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga
melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan
pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih
memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu,
sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai
penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia sejak
perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombangambing oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran
keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang
membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni
konsep (conceptual art): Installation Art, dan Performance Art, yang
pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996.
Kemudian muncul berbagai alternatif semacam kolaborasi sebagai mode
1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya
menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap
masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.
o Aliran seni lukis
-

Surrealisme
Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk

yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan


bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari
objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia
tanpa harus mengerti bentuk aslinya.
-

Kubisme

Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap


objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi
tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.

Romantisme
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern

Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan


romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah
objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan
Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan
galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah
Raden Saleh.
o Plural painting
Adalah sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam meditasi atau
pengembaraan intuisi untuk menangkap dan menterjemahkan gerak hidup dari
naluri kehidupan ke dalam bahasa visual. Bahasa visual yang digunakan berpijak
pada konsep PLURAL PAINTING. Artinya, untuk menampilkan idiom-idiom
agar relatif bisa mencapai ketepatan dengan apa yang telah tertangkap oleh intuisi
mempergunakan idiom-idiom yang bersifat: multi-etnis, multi-teknik, atau multistyle.
o Seni lukis daun
Adalah

aliran

seni

lukis

kontemporer, dimana

lukisan

tersebut

menggunakan daun tumbuh-tumbuhan, yang diberi warna atau tanpa pewarna.


Seni lukis ini memanfaatkan sampah daun tumbuh-tumbuhan, dimana daun
memiliki warna khas dan tidak busuk jika ditangani dengan benar.

10

o Aliran lain :
-

Ekspresionisme

Dadaisme

Fauvisme

Neo-Impresionisme

Realisme

Naturalisme

De Stijl

D. SENI LUKIS PRASEJARAH INDONESIA


Pada zaman prasejarah, seni lukis memegang peranan penting karena
setiap lukisan mempunyai makna dan maksud tertentu. Saat zaman itu, lukisan
dibuat pada dinding-dinding gua dan karang. Salah satu teknik yang digunakan
oleh orang-orang gua untuk melukis di dinding gua adalah menempelkan tengan
di dinding gua, lalu disemprot dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral
berwarna. Teknik ini dikenal dengan aeorograph.
Contoh, karya seni lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat
dilihat di Gua Leang Pattakere di Maros, Sulawesi Selatan (menggabarkan adegan
perburuan). Di dinding gua di pantai selatan Irian Jaya (menggambarkan nenek
moyang).
E. SENI LUKIS HINDU KLASIK INDONESIA
Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa ini antara
lain ; tema agama, mitologi, legenda, dan cerita sejarah. Contohnya lukisan Bali
Klasik yang berisi cerita Ramayana dan Mahabharata. Gaya yang dipakai pada
pahatan dindingcandi zaman Majapahit adalah gaya wayang dengan komposisi

11

bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Fungsi dari lukisan Bali
Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah
hidup zaman Hindu.
Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur
terdesak oleh kebudayaan Islam. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat
diuraikan dalam 3 bagian, seni lukis Kamasan, Pita Maha, Seniman Muda.

F. SENI LUKIS ISLAM INDONESIA


Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif
makhluk hidupnya dalam bentuk realistis. Dalam hal ini toleransi Islam
mendukung proses kesinambungan tradisi seni rupa sebelumnya, tetapi dengan
model baru, seperti hiasan dengan motif stilasi binatang dan manusia dipadukan
dengan huruf Arab, baik dalam penerapan elemen estetis pada mesjid,
penggarapan seni kriya, lukisan atau kaligrafi.
Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita
tokoh dalam pewayangan atau lukisan binatang candra sangkala dan tentang
riwayat nabi.
G. SENI LUKIS INDONESIA BARU
a. Latar Belakang
Karya seni lahir dari jiwa seorang seniman melalui pengolahan media
dengan bahan, alat, dan teknik tertentu. Seni lukis Indonesia baru berkembang
di Indonesia seperti juga kesenian pada umumnya tidak dapat sepenuhnya
dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka masyarakat
dan kebudayaan Indonesia.

12

Latar belakang lahirnya seni lukis Indonesia baru adalah sebagai


berikut
1) Warisan budaya, merupakan bagian dalam pembentukan watak seorang
manusia yang berdasar pada hubungan manusia itu dengan keadaan di
sekelilingnya.
2) Kekuatan sejarah, yang berupa kejadian-kejadian dan gejala-gejala social
yang sdang berlangsung di sekeliling seniman.
3) Pengaruh Barat, adalah kenyataan yang juga merupakan kekuatan sejarah.
Masa penjajahan, misalnya, mengakibatkan persentuhan antara seni lukis
Indonesia pada awal pembentukannya dengan seni lukis Barat.
b. Perkembangan Seni Lukis Indonesia Baru :
1) Masa Raden Saleh (Perintisan)
2) Masa Indonesia Jelita (Mooi Indie)
3) Masa Cita Nasional
4) Masa Pendudukan Jepang
5) Masa Sesudah Kemerdekaan
6) Masa Pendidikan Formaol
7) Masa Seni Lukis Baru di Indoneisa
1. Masa Raden Saleh Syarif Bustaman (1807-1880)
Raden Saleh Syarif Bustaman ( Terbaya, 1814 -1880 ), putra keluarga
bangsawan pribumi mampu melukis gaya/cara barat(alat, media dan teknik)
yang natural dan romantis. Mendapat bimbingan dari pelukis Belgia Antonio
Payen, pelukis Belanda A. Schelfhouf dan C. Kruseman di Den Haag.
Berkeliling dan pernah tinggal di Negara-Negara Eropa.

13

Ciri-ciri karya lukisan Raden Saleh :


- Bergaya natural dan romantisme
- Kuat dalam melukis potret dan binatang
- Pengaruh romantisme Eropa terutama dari Delacroix.
- Pengamatan yang sangat baik pada alam maupun binatang
Karya Raden Saleh:
- Hutan terbkar
- Perkelahian antara hidup dan mati
- Pangeran Diponegoro
- Berburu Banteng di Jawa
- Potret para Bangsawan

2. Masa Indonesia Jelita (Mooi Indie)


Selanjutnya muncul pelukis-pelukis muda yang memiliki konsep
berbeda dengan masa perintisan, yaitu melukis keindahan dan keelokan alam
Indonesia.Keadaan ini ditandai pula dengan datangnya para pelukis luar/barat
atau sebagian ada yang menetap dan melukis keindahan alam Indonesia.
Pelukis Indonesia Molek :
- Abdullah Suriosubroto (1878-1941)
- Mas Pirngadi (1875-1936)
- Wakidi
14

- Basuki Abdullah
- Henk Ngantung, Lee Man Fong (dll)
- Rudolf Bonnet (Bld), Walter Spies (Bel), Romuldo Locatelli, Lee
Mayer
(Jerman) dan W.G. Hofker.
Ciri-ciri lukisan :
- Pengambilan obyek alam yang indah
- Tidak mencerminkan nilai-nilai jiwa merdeka
- Kemahiran teknik melukis tidak dibarengi dengan penonjolan nilai
spiritual
- Menonjolkan nada erotis dalam melukiskan manusia.
3. Masa Cita Nasional
Bangkitanya kesadaran nasionalyang dipelopori oleh Boedi Oetomo
pada Th.1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita
medirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia).Perkumpulan
pertama di Jakarta ini, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing
Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern.
PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan
kepribadian Indonesia yang sebenarnya.
Hasil karya mereka mencerminkan :
- Mementingkan nilai-nilai psikologis,
- Tema perjuangan rakyat ,
- Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata,

15

- Memiliki kepribadian Indonesia ,


- Didasari oleh semangat dan keberanian.
Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :
- Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam
Taman Nirwana
- S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap
Go meh.
- Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian

4. Masa Pendudukan Jepang


a) Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari
pentingnya seni lukis untuk kepentingan revolusi.
b) Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga
Kesenian Indonesia Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada
kegiatan propaganda Jepang.
c) Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno,
Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya
memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus
dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi, selanjutnya
bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya.
Hasil karya mereka mencerminkan :

16

- Melanjutkan cerminan dari masa cita Nasional


Tokoh utama pada masa ini antara lain:
- S. Sudjojono
- Basuki Abdullah, Emiria Surnasa
- Agus Djajasumita, Barli
- Affandi, Hendra dan lain-lain
5. Masa Setelah Kemerdekaan
Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis
mendapatkan angin segar. Masa kemerdekaan benar-benar mendapatkan
kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai
kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain :
a) Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang
sebelumnya bernama Seniman masyarakat. Dipimpin oleh S.
Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam,
Trubus dan sebagainya.
b)

Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin


oleh Affandi dan Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota
dari pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi dan
sebagainya.

c) Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus


menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis
rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni
Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono,
Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lainlain.

17

d) Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru


Gambaryang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar
Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-lain.
e) Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah
menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung.
6. Masa Pendidikan Formal
Pada masa ini ditandai dengan lebih mantap berdirinya pendidikan
formal :
a) Berdirinya ASRI( Akademi Seni Rupa Indonesia ) Tanggal 18 Januari
1948 di Yogyakarta dengan direktur R.J. Katams.
b) Perguruan Tinggi Guru Gambar(sekarang jurusan seni rupa ITB) yang
dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja di Bandung.
c) Guru gambar pada tingkat sekolah-sekolah menengah menuntut
terbentuknya jurusan seni rupa pada perguruan tinggi Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikanyang terbesar di Indonesia.

Pelukis-pelukis akademis, seperti:


Widayat, Bagong Kusudiharjo, Edhi Sunarso, Saptoto, G. Sidharta,
Abas Alibasyah, Hardi, Sunarto, Siti Rulyati, Mulyadi, Irsam, Arief
Sudarsono, Agus Dermawan, Aming Prayitno, dan lainnya (Yogyakarta).
Popo Iskandar, Achmad Sadali, But Muchtar, Srihadi, A.D. Pirous,
Hariadi, Kabul Suadi, Sunaryo, Jim Supangat, Pandu Sadewa, T. Sutanto.
(Bandung)
7. Masa Seni Lukis Baru di Indonesia

18

Pada sekitar tahun 1974, perkembangan seni rupa Indonesia


disemarakkan oleh munculnya seniman-seniman muda yang berlatar belakang
berbeda, yaitu seniman yang mendapatkan pendidikan formal dan otodidak
sama-sama mencetuskan aliran yang tidak dapat dikelompokkan pada
aliran/corak yang sudah ada dan merupakan corak baru dalam kancah seni
rupa Indonesia.
Kesenian yang diciptakan berlandaskan pada konsep :
- Tidak membeda-bedakan disiplin seni
- Mengutamakan ekspresi
- Menghilangkan sikap mengkhususkan cipta seni tertentu
- Mengedepankan kreatifitas dan serta ide baru
- Besifat eksprimental
Pelopor Masa Indonesia Baru :
- Jim Supangkat,
- Nyoman Nuarta,
-

S. Primka,

Dede Eri Supria,

Redha Sorana dan sebagainya.

H. WUJUD & SEJARAH SENI LUKIS ZAMAN PRA-SEJARAH


Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalanpeninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu,

19

nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding


gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan
atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana
seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar
prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan
tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau
batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di
dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini
memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih
cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti
dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di
Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi
datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah
manusia, binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung,
sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan
aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis
terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi
tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli.
Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap
tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu,
citra mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung dari
pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok
masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat
gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila
diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada
biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam

20

kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin
ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada
saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi
kegiatan seni.
I. WUJUD & SEJARAH SENI LUKIS ZAMAN SEJARAH
Yang dimaksud dengan masa sejarah adalah masa dimana manusia
sudah mengenal tulisan atau zaman ketika sudah ditemukan bukti tertulis yang
sezaman.
Perkembangan sejarah masyarakat Indonesia sangat dipengaruhi oleh
kebudayaan dari India. Mengapa bisa demikian? (Coba uraikan jawabannya)
Alasan utamanya bahwa semuanya berawal dari pelayaran dan perdagangan.
Dimana dengan intensitas hubungan antara kebudayaan Indonesia dan India
mau tidak mau karena kebudayaan India lebih maju saat itu maka memberikan
pengaruh

yang

sangat

besar

bagi

kebudayaan

di

Indonesia.

1. Pengaruh kebudayaan India tersebut antara lain dalam bidang:


a) Pemerintahan Sebelum berhubungan dengan India, kepemimpinan di
Indonesia adalah suku-suku yang dipegang oleh seorang kepala suku
kemudian berkembang menjadi kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja.
Selanjutnya raja menurunkan kekuasaannya kepada keturunannya.
b) Bidang Sosial Di Indonesia berkembang sistem kehidupan sosial
berdasarkan kasta. Yaitu pembagian masyaraka dalam kelas-kelas tertentu.
Ada kasta Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.
c) Bidang budaya
- Berkembangnya tulisan yaitu sansekerta dengan huruf Pallawa
- Berkembangnya seni bangunan, yaitu dengan dibangunnya candi, kuil,
dll.

21

- Berkembangnya seni hias, yaitu gambar-gambar, atau relief di dindingdinding candi.


- Berkembangnya kesusasteraan, yaitu kebudayaan Indonesia menyadur
kebudayaan India. Contoh Cerita Ramayana dan Mahabarata
2. Rekaman tertulis dalam tradisi sejarah Indonesia berwujud:
a) Prasasti, yaitu tulisan yang terdapat pada sebuah batu yang dibuat atas
perintah raja yang tujuannya untuk memperingati bahwa telah terjadi
peristiwa besar pada masa itu.
b) Kitab, yaitu hasil tulisan para pujangga kerajaan pada masa lalu yang
menceritakan kondisi masyarakat dan kerajaan pada masa itu.
c) Dokumen, yaitu surat berharga yang dapat dijadikan sebagai bukti atau
keterangan yang diinginkan dari dokumen tersebut.
Jadi pada zaman sejarah, kita dapat menemukan gambar-gambar,
atau relief di dinding-dinding candi. Hal ini membuktikan, bahwa sejak zaman
dahulu lukisan memang sudah digunakan. Karena, lukisan (gambar) memiliki
nilai keindahan tersendiri.
J. WUJUD & SEJARAH SENI LUKIS DI BALI
Sebagai daerah tujuan wisata terkenal , di Bali terdapat banyak sekali
tempat untuk membeli lukisan-lukisan cantik untuk menghias dinding rumah
anda. Di sepanjang jalan di Pantai Kuta, Legian dan Seminyak, di Sanur, di Nusa
Dua, di Pasar Seni Sukawati, di Pasar Seni Guwang, di toko oleh-oleh khas Bali
seperti Kampung Bali atau Krisna, ataupun di obyek-obyek wisata seperti di
Tanah Lot terdapat banyak toko yang menjual lukisan-lukisan khas Bali ataupun
lukisan modern.
Namun bila anda bukan orang yang hanya sekedar memburu lukisan
dengan harga murah, namun ingin mengoleksi lukisan-lukisan yang memiliki nilai
artistik yang lebih tinggi dengan kualitas yang bagus, maka anda harus

22

meluangkan waktu berburu lukisan di berbagai galeri-galeri lukisan yang ada di


desa Batuan, Lod Tunduh, Pengosekan, Peliatan dan Ubud. Di galeri-galeri
lukisan tersebut anda dapat melihat karya-karya pelukis Bali yang paling berbakat
dari berbagai aliran seni yang ada di Bali, baik itu Gaya Klasik Kamasan, Gaya
Klasik Batuan, Gaya Tradisional Ubud, Gaya Tradisional Pengosekan, Gaya
Naive atau Young Artist, Gaya Modern, dan karya-karya pelukis Barat atau
pelukis Indonesia lainnya yang banyak mengambil tema dari kehidupan
masyarakat Bali.
Mula-mula di Bali tidak dikenal lukisan komersial. Yang ada hanyalah
lukisan sebagai kesenian sakral, karena semata-mata dipergunakan sebagai hiasan
di tempat-tempat pertunjukan, di istana-sitana bangsawan dan di pura-pura, baik
itu sebagai umbul-umbul, kober ataupun sebagai langse dan ider-ider. Para
seniman tidak menjual lukisan hasil karyanya kepada masyarakat umum, namun
hidupnya dijamin oleh keluarga raja dan para bangsawan yang memberinya
pekerjaan tetap untuk menghias berbagai istana dan tempat ibadah yang mereka
bangun. Bahkan ada satu desa, misalnya Desa Kamasan di sebelah selatan Kota
Semarapura atau Klungkung yang hampir seluruh penduduknya berprofesi
sebagai pelukis sejak jaman kerajaan dulu hingga sekarang karena mereka dulu
memang pelukis-pelukis yang bekerja pada raja Klungkung sehingga ditempatkan
secara bersama-sama di desa Kamasan dan selalu dipekerjakan raja untuk
menghias istana (puri) dan tempat ibadah (pura) yang dibangun keluarga raja
ataupun para bangsawan lainnya. Lukisan Gaya Kamasan.
Lukisan gaya Kamasan disebut juga Lukisan Gaya Klasik Kamasan karena
lukisan gaya ini berasal dari jaman keemasan kerajaan Bali kuno yang belum
mendapat pengaruh Eropa ataupun pengaruh luar lainnya. Temanya biasanya
berasal dari dongeng tentang kehidupan para dewa, kehidupan kalangan
bangsawan dan dongeng-dongeng binatang atau Tantri. Jarang terdapat lukisan
klasik tentang kehidupan masyarakat umum. Warna-warnanya biasanya diambil
dari warna alam, misalnya untuk warna putih dipergunakan tulang yang
dihancurkan, untuk warna hitam dipergunakan arang, untuk warna biru
dipergunakan rumput taum, untuk warna merah digunakan babakan kayu Sunti,

23

sedangkan untuk warna kuning diambil dari minyak Kemiri, yang kemudian
dicampur dengan perekat sehingga menempel pada kanvas. Lukisan Gaya Klasik
Kamasan hanya memakai dua dimensi saja, panjang dan lebar, tidak ada
perspektif sehingga jauh dekat tidak terlihat, sedangkan obyek yang dilukis
terlihat seperti wayang, datar tanpa sudut pandang (perspektif) ataupun
kedalaman.
Lukisan Gaya Batuan, Lukisan yang sangat mirip dengan Gaya Klasik
Kamasan adalah Gaya Klasik Batuan, bedanya adalah media dan pewarna
lukisannya yaitu Gaya Klasik Batuan biasanya memakai kertas untuk media
menggambar, dan sebagai pewarna mereka biasanya memakai tinta cina karena
yang sangat ditonjolkan adalah efek berlawanan antara terang-gelap. Sekarang
selain tinta cina juga banyak dipakai warna lain selain hitam putih. Ciri lainnya
adalah lukisan ini sangat mengutamakan detail-detail sampai yang sekecilkecilnya sehingga terkesan sangat rumit membuatnya. Lukisan Gaya Klasik
Batuan biasanya melukiskan ceritra-ceritra rakyat Bali, dongeng-dongeng rakyat
dan semacamnya sehingga membutuhkan pemahaman tentang kepercayaan rakyat
Bali untuk memahami tema lukisannya. Walaupun demikian, para pelukis muda
seperti I Made Budi, banyak menggambar di luar pakem tradisional, bahkan tematema yang sangat up-to date dilukisnya seperti turis main surfing di laut,
kedatangan Presiden Ronald Reagan di Bali, dan yang lainnya.
Setelah Bali dikuasai oleh Belanda pada tahun 1908, para ilmuwan dan
para seniman Barat berdatangan ke Bali atas undangan Raja Ubud, Cokorda
Sukawati, yang sangat menyukai kesenian, di antaranya para pemusik, para
perancang tari, para penulis dan para pelukis. Raja Ubud ini mengundang
seniman-seniman barat yang dikenalnya untuk datang dan menetap di Ubud.
Beberapa di antaranya diberinya hadiah tanah untuk membangun studio dan
rumah, misalnya Walter Spies, seniman lukis-musik asal Jerman yang datang pada
tahun 1920, membangun rumahnya di Hotel Campuhan saat ini, bertingkat dua
dengan kolam renang dengan pemandangan indah ke Sungai Campuhan. Miguel
dan Rosa Covarrubias dari Meksiko, datang dan menetap di Bali sejak 1930.
Mereka menulis buku The Island of Bali yang hingga kini masih menjadi acuan

24

semua buku tentang Pulau Bali. Rudolf Bonnet dan Adrian Le Mayeur dari Belgia
datang bergabung kemudian. Pada tahun 1936 mereka mendirikan organisasi para
seniman Pita Maha bersama I Gusti Nyoman Lempad, I Sobrat dan I Tegalan.
Tujuan organisasi ini adalah untuk meningkatkan mutu karya para seniman Bali
(ada 100 anggota saat itu) dan membantu menjualkan karya-karya mereka kepada
pencinta-pencinta seni di barat. Lebih banyak seniman barat datang ke Bali: Theo
Meier dari Swiss, anthropolog Jane Belo dari Amerika Serikat, pemusik Colin
McPhee yang bekerjasama dengan Anak Agung Gede Mandra dari Peliatan dalam
melakukan eksperimen-eksperimen baru dalam musik. Hans Snell meninggalkan
ketentaraan Belanda, menikahi Siti, dan menetap di Ubud. Begitu pula Antonio
Blanco, pelukis asal Catalunya, Spanyol-lahir di Filipina, yang menikahi
modelnya, Ni Ronji, dan kemudian menetap di Ubud.
Kedatangan para seniman Barat tersebut banyak mempengaruhi gaya
lukisan yang muncul sejak tahun 1930 di Bali, yang kemudian kita kenal sebagai
Gaya Tradisional Ubud dan Gaya Tradisional Pengosekan. Tema yang diusung
sudah menyentuh rakyat biasa ataupun peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari,
misalnya suasana di sebuah pasar desa, upacara keagamaan di pura, pekerjaan
petani di sawah, dan yang semacamnya. Warna-warna yang dipakai adalah warnawarna modern buatan pabrik dengan berbagai macam warna. Lukisan yang
dihasilkan merupakan lukisan tiga dimensi yang sudah memperhitungkan
perspektif. Para pelukis terkenal Gaya Tradisional Ubud di antaranya adalah Anak
Agung Made Sobrat dan I Dewa Nyoman Batuan.
Pada tahun 1950-an, seorang pelukis Belanda, Arie Smith, mulai mengajak
anak-anak petani asal Desa Penestanan untuk melukis setelah mereka kembali dari
bekerja di sawah. Mereka dibebaskan untuk melukis menurut ide mereka masingmasing memakai warna-warna yang mereka sukai. Hasil karya mereka kemudian
dikenal sebagai Gaya Lukisan Young Artists atau Naive, dengan ciri khas
imajinasi anak-anak yang masih lugu, memenuhi bidang gambar tanpa banyak
mementingkan kedalaman ataupun perspektif, dengan warna-warna yang kontras
dan berani. Tokoh-tokohnya di antaranya I Cakra dan I Ketut Soki.

25

Sekarang ini juga terdapat Institut Seni Indonesia (ISI) di Jogjakarta dan di
Denpasar sehingga banyak meluluskan pelukis-pelukis intelek yang banyak
menghasilkan gaya-gaya lukisan baru, yaitu Gaya Modern atau Kontemporer, baik
itu aliran Realis, Surrealis, Impresionis, dan yang lain-lainnya. Banyak yang tetap
mengusung tema tradisional namun dilukis dengan gaya modern, misalnya pelukis
I Nyoman Gunarsa dari Klungkung.
K. Wujud Seni Lukis Pada masa G/30 SPKI
o Tentang Lambang PKI
Lambang "sakral" (sebenarnya kurang tepat jika dikatakan lambang
PKI, tapi harusnya lambang komunis, karna negara komunis lainya juga
menggunakan lambang ini, bukan hanya PKI ) ini membuat sebagian orang
yang melihat merinding melihatnya maupun mendengarnya, teringat
"sejarah" masa lalu yang kelam PKI dipelajaran sekolah waktu duduk di
bangku SD. Puncak-puncaknya pada masa pemerintahan Soeharto.
Dulu ada yang bilang :
"huss.. jangan bawa gambar nanti ditangkap/diculik/dibunuh loh?"
dan apabila ada gambar tokoh yang dibenci terutama tokoh politik dicoret
logo tersebut diatasnya yang menandakan penghinaan sebesar-besarnya
(maksud yang mencoret), bahkan ada yang mengidentikkan lambang palu
arit ini ibarat senjata tajam yang mencerminkan kekejaman, kekerasan dan
merah ibarat kekuasaan dan pertumpahan darah???
Tapi selama ini apakah anda tahu maksud sebenarnya dari lambang
di atas Lambang palu dan sabit yang menjadi simbol dari komunis memiliki
sejarah yang tidak ada hubungannya dengan komunisme. Simbol palu
mewakili para buruh dan sabit mewakiti para petani. Setelah revolusi
industri di Eropa, kaum buruh dan petani semakin terpinggirkan dan
tertindas. Simbol palu dan sabit yang menyilang muncul sebagai bentuk
pengkomunikasian bersatunya kaum buruh dan petani dalam revolusi

26

Bolshevik tahun 1917 di Rusia. Di tahun-tahun berikutnya, lambang palu


dan sabit menjadi simbol pemberontakan, bahkan sampai sekarang.
Revolusi para pekerja yang tergolong kalangan bawah tersebut
mengundang perhatian dunia. Mereka yang menyepelekan kaum pekerja
tidak mengira akan kekuatan yang dimiliki oleh persatuan kaum buruh dan
petani. Pihak komunis-sosialis, yang sebelumnya menggunakan bendera
merah atau sering dikenal dengan tentara merah, memanfaatkan simbol
pekerja tersebut sebagai lambang bendera partai komunis. Tahun 1922
penggunaan lambang palu dan sabit menyilang dengan latar belakang merah
diresmikan menjadi bendera komunis di seluruh dunia.
Simbol merupakan kode untuk berkomunikasi atau pertukaran
informasi dalam interaksi sosial. Dari uraian diatas, simbol muncul dalam
bentuk lambang palu dan sabit, berupa artefak bendera, atribut, dan lainnya.
Peran Artefak dalam Pertukaran Informasi yaitu :
-

Sebagai simbol wilayah kekuasaan & social

Sebagai simbol penguat kesatuan etnik

Sebagai simbol pemeliharaan dan penguatan jaringan pencarian


pasangan hidup

Sebagai simbol penguatan hubungan antar masyarakat

Sebagai simbol kedudukan structural


Pada awalnya, para buruh dan petani menyampaikan eksistensi

mereka dalam revolusi melalui simbol palu dan sabit. Simbol ini
kemudian menjadi identitas para pekerja kasar sebagai solidaritas,
pemersatu dan penguat hubungan antar masyarakat. Apabila revolusi
yang dilakukan tidak memunculkan simbol, maka akan sulit untuk
menunjukkan keberadaan kaum buruh dan petani di mata dunia, serta
sulit untuk menggerakkan kaum pekerja yang lain. Dengan demikian

27

simbol palu dan sabit memiliki arti penting dalam penyampaian pesan
revolusi.
Besarnya pengaruh revolusi palu dan sabit mengakibatkan orang
mengidentikkan lambang palu dan sabit sebagai simbol pemberontakan.
Dalam perkembangannya, simbol palu dan sabit tidak hanya digunakan
oleh kaum pekerja tapi juga kaum borjuis (pelajar) saat menolak
kebijakan pemerintah. Simbol ini juga digunakan oleh kaum sosialis
yang menjunjung tinggi kesetaraan status.
Tahun 1922, tentara merah meresmikan simbol palu dan arit yang
menyilang dimasukkan ke dalam lambang bendera partai politiknya.
Lambang ini memiliki makna bahwa partai komunis menjunjung tinggi
para pekerja kasar. Dari sini diharapkan pendukung partai dapat
dihimpun dari para buruh dan petani yang cenderung memiliki massa
lebih banyak.
Simbol palu dan sabit berubah fungsi dan makna sesuai dengan
perkembangan jaman. Makna yang semula dikomunikasikan melalui
simbol palu dan sabit berubah interpretasinya sesuai dengan kondisi
jaman dan pengalaman sejarah.
Di Indonesia, sejak peristiwa G 30 S PKI, simbol palu dan sabit
menjadi tabu karena diinterpretasikan dengan komunis yang ingin
menghancurkan Indonesia dari dalam. Namun setelah lengsernya
pemerintahan orde baru, simbol palu dan sabit mulai bermunculan lagi
dalam berbagai bentuk dan lambang. Interpretasi orang saat ini bisa
beraneka macam terhadap simbol tersebut. Ada yang mengartikan
sebagai penganut komunis, penganut sosialis, lambang revolusi, bentuk
protes terhadap pemerintahan, dan lainnya. Semua makna tidak salah,
kembali ke pengertian simbol yang memiliki banyak arti, dan hanya
dipahami oleh manusia, sehingga yang bersangkutan dituntun untuk
memahami objek untuk mengetahui makna yang terkandung dalam
simbol tersebut.
28

Karena adanya lambang tersebut, maka artinya gambar (lukisan)


dapat dilihat dalam bentuk lambang yang menunjukkan jati diri,
ancaman, kekuasaan, dll. Atau lukisan (gambar) memiliki makna & arti
tertentu pada zaman G/30 SPKI

L. WUJUD SENI DALAM DUNIA PENDIDIKAN


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan

potensi

dirinya

untuk

memiliki

kekuatan

spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta


keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Fungsi Sosial Seni di bidang Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas dimengerti sebagai suatu kondisi tertentu
yang memungkinkan terjadinya transformasi dan kegiatan sehingga
mengakibatkan seseorang mengalami suatu kondisi tertentu yang lebih maju.
Dalam sebuah pertunjukan seni orang sering mendapatkan pendidikan secara
tidak langsung karena di dalam setiap karya seni pasti ada pesan/ makna
yang sampaikan. Disadari atau tidak rangsangan-rangsangan yang
ditimbulkan oleh seni merupakan alat pendidikan bagi seseorang. Seni
bermanfaat untuk membimbing dan mendidik mental dan tingkah laku
seseorang supaya berubah kepada kondisi yang lebih baik-maju dari
sebelumnya. Disinilah seni harus disadari menumbukan pengalaman estetika
dan etika.
Fungsi seni dalam dunia pendidikan memang berperan dalam
menunjang lancarnya proses belajar mengajar. Dalam konteks ini karya seni
sebagai mediator penyampaian pesan dalam proses belajar. Berbagai metode
dalam proses belajar mengajar dari mulai metode verbal maupun non verbal.
Seni visual atau seni rupa dapat pula diterpakan dalam pendidikan. Ketika

29

pesan verbal itu perlu sarana pendukung dalam bentuk visual, maka dapat
dihadirkan dalam bentuk gambar, lukisan, ilustrasi, ataupun poster. Seni
visual mungkin lebih efektif dalam penyampaian gagasan, idea tau cerita,
dengan ditunjang olah verbal. Dengan demikian jelaslah seni dapat sebagai
penunjang dalam dunia pendidikan.

M. WUJUD SENI LUKIS DI ERA MODERN


Beberapa ahli sejarah seni berpendapat bahwa penemuan fotografi
telah mengakhiri otoritas seni lukis dalam hal meniru alam. Konsep art
imitating nature dengan sendirinya akan mejadi konsep usang. Tidak ada
seniman yang mampu bersaing dengan fotografi dalam hal: kecepatan,
ketepatan, keakuratan, dan kemiripan. Masa itu disebut sebagai masa krisis
representasi realitas atau awal kelahiran seni lukis modern.
Sejak itu seni lukis mengambil langkah baru mencoba memapankan
kembali otoritasnya, yaitu menggambar realitas dengan cara yang tidak bisa
dilakukan fotografi. Paul Cezanne termasuk yang pertama menerapkan
langkah

itu

dengan

melukis

efek

pencerapan

dari

realitas.

Dia

menggambarkan pandangan subyektif dari realitas dengan memasuk unsur


ketidakpastian di dalamnya. Artinya persepsi kita terhadap suatu objek, baik
keragaman

sudut

pandang

maupun

keraguan

apa

yang

kita

lihat

diakumulasikan ke dalam kanvas sebagai konsep menggambar.


Hal ini kemudian mempengaruhi Claude Monet untuk melukis
perubahan penglihatan terhadap objek dalam lukisan impresionisnya. Bagi
Monet penampakan sebuah objek akan berubah seiring berubahnya posisi
matahari atau disebabkan perubahan alam lainnya seperti angin yang
menggerakan daun. Oleh karena itu perlu melukis secara cepat supaya tidak
ketinggalan momen. Karena tidak mau ketinggalan momen inilah sehingga
yang tergambar hanya kesannya saja.

30

Yang benar-benar berbeda adalah gaya melukis Pablo Picasso. Salah


karyanya yang dibuat tahun 1907, Les Demoiselles dAvignon, dianggap
sebagai lukisan modernis sejati pertama. Lukisan ini pula yang memicu
lahirnya Kubisme sekitar tahun 1907 yang kemudian dikembangkan oleh
Cezanne, Georges Braque, dan lainnya. Keunikan dari lukisan Kubis ala
Piccasso adalah menyederhanakan bentuk objek menjadi bentuk geometri dan
memunculkan berbagai sudut pandang secara bersamaan yang tumpah tindih
dalam satu kanvas. Cara ini dianggap sebagai satu model

anti-

representansional dari deformasi yang mampu memapankan kembali otoritas


seni dengan menggambar realitas dalam cara yang berbeda.
Abstraksionis lahir untuk memperpanjang definisi seni lukis modern.
Abstraksionis menawarkan gagasan untuk menyajikankan sesuatu yang tak
terlihat tetapi bisa dibayangkan kebesarannya atau biasa disebut realitas
sublim. Pelukis Rusia, Kasimir Malevich pada tahun 1915 menyajikan
Keagungan yang tak tergambarkan dengan melukis bujur sangkar putih pada
latar putih. Sementara pelukis abtrak Piet Mondrian mencoba menghapus
semua bentuk realitas dan menggantikannya dengan garis, warna dan
dikomposisikan secara berbeda dari apa yang terlihat pada alam nyata.
Lukisan Mondrian memperlihatkan secara jelas evolusi dari naturalis ke
abstrak murni yang secara perlahan mencoba menghapus semua jejak
realitas dalam karya-karyanya.
Penggunaan mesin pembunuh pada Perang Dunia Pertama telah
mendorong lahirnya Dadaisme (1916-1924). Sebenarnya Dadaisme adalah
sebuah gerakan seni yang melibatkan seniman-seniman sastra, seni rupa, seni
pertunjukan, dan musik untuk memprotes pembunuhan manusia dengan
penggunaan mesin perang secara luas dalam Perang Dunia Pertama. Namun
dari kemunculan Dadaisme belakangan menginspirasi lahirnya surealisme dan
pop-art.
Hampir sama dengan Dadaisme, gerakan COBRA muncul tidak lama
setelah Perang Dunia Kedua. COBRA adalah akronim dari Copenhague,

31

Bruxelles dan Amsterdam yang merupakan nama ibu kota dari negara-negara
senimannya berasal. Gerakan ini didirikan karena kecewa atas kejadian selama
Perang Dunia Kedua yang merusak segala sesuatu. Perusakan-perusakan ini
justru disebabkan oleh peradaban dunia Barat sendiri. Karena itu mereka ingin
kembali ke peradaban yang belum tersentuh oleh aturan-aturan peradaban
Barat. Maka dicarilah sumber-sumber inspirasi dari dunia primitif, naif, anakanak, dan bahkan orang gila.
Seni lukis modern mengalami krisis pada awal tahun 1970. Penyebab
terjadi krisis ini antara lain adalah penciptaan karya seni lukis menjadi terlalu
mudah, setiap gaya dari sebuah karya yang baru diciptakan seolah-olah telah
ada sebelumnya. Karena penciptaan karya yang terlalu mudah dan jenis karya
seni lukis pun tidak terbatas jumlahnya, maka timbul kekaburan batas-batas
estetika. Sampai akhirnya ada seruan bahwa segala sesuatu telah sampai pada
akhir.

BAB III
KESlMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak.
Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan

32

seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk


mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui
permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasny sedini mungkin.
Saran
Demikian makalah yang dapat kami sajikan tentang Seni Rupa dan
Keterampilan yang cukup singkat, namun jika ingin lebih mengetahui tentang
Seni Rupa dan Keterampilan dapat mendalaminya dengan berbagai buku ataupun
sumber yang berhubungan dengan Seni Rupa dan Keterampilan.
Pendidikan seni rupa amatlah penting dalam suatu pembelajaran untuk
mengembangkan bakat dan kreativitas anak. Oleh karena itu pendidikan seni rupa
perlu ditananmkan pada anak sejak usia dini.

33

DAFTAR PUSTAKA

A.W, Sukimin, 2007.Terampil Berkarya Seni Rupa 1. Solo : Tiga Serangkai


Pustaka Mandiri.
http://www.reenie92.wordpress.com/2011/01/11/penilaian-karya-seni-rupa/
http://www.scribd.com/doc/36612533/makalah-seni-rupa
http://www.scribd.com/doc/80867662/Makalah-Seni-rupa
http://frankmeaning.blogspot.com/2012/12/pengertian-seni.html
http://blog-senirupa.blogspot.com/2012/12/seni-lukis.html
http://wajahseni.wordpress.com/tag/sifat-dasar-seni/
http://guruseni.wordpress.com/2010/10/18/sifat-dasar-seni/
http://elivas02.wordpress.com/2013/01/18/materi-seni-budaya-jilid-2/
http://www.femina.co.id/liputan/detail/57/raden.saleh.dan.awal.seni.lukis.modern.
indonesia
http://theshadow14.blogspot.com/2013/01/perkembangan-seni-lukis-indonesiabaru.html
http://wartakota.tribunnews.com/detil/berita/103737/Raden-Saleh-Perintis-SeniLukis-Modern-di-Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_lukis

34

LAMPIRAN GAMBAR SENI LUKIS

35

Anda mungkin juga menyukai