Anda di halaman 1dari 21

BAB I

LAPORAN KASUS
1.1. Identifikasi
Nama

: Ny. M

Umur

: 36 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Kebangsaan

: Indonesia

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Status

: Menikah

Alamat

: Perum Sako Alam Permai

MRS

: 16 Maret 2012

1.2. Anamnesis ( Autoanamnesis tanggal 18 Maret 2012)


Keluhan Utama :
Nyeri perut kanan atas
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Kurang lebih 5 bulan sebelum masuk rumah sakit penderita
mengeluh nyeri perut di sebelah kanan atas yang menyebar ke
punggung sebelah kanan, nyeri perut hilang timbul dan nyeri perut
bertambah setelah penderita makan makanan terutama saat makan
makanan bersantan dan berlemak. Penderita juga menderita mualmuntah, muntah apa yang dimakan, dan penurunan nafsu makan
serta sering merasa mudah lelah. Riwayat buang air kecil
normal,warna seperti biasa. Riwayat buang air besar normal, warna
seperti biasa. Penderita kemudian berobat ke dokter umum dan
diberi obat sakit maag namun gejala tidak berkurang.
Kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit penderita
mengeluh nyeri perut kanan atas semakin sering, penderita masih
1

merasa demam, mual dan muntah. Buang air kecil warna seperti
biasa, buang air besar warna seperti biasa. Penderita kemudian
dibawa berobat ke poli RSMH dan dianjurkan untuk dirawat di
rumah sakit.
Riwayat penyakit dalam keluarga :
Riwayat sakit yang sama di dalam keluarga disangkal
Riwayat penyakit dahulu :
Penderita pernah sakit maag disangkal
Riwayat sakit hepatitis disangkal
Riwayat pernah mengalami trauma pada perut kanan atas disangkal
Riwayat pernah mengalami disentri disangkal
1.3.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Nadi

: 76 x/menit

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 37,3 C

Kepala

: Tidak ada kelainan

Mata

: Konjungtiva palpebra pucat -/-, Sklera ikterik -/-

Kuping

: Tidak ada kelainan

Hidung

: Tidak ada kelainan

Mulut

: Tidak ada kelainan

Leher

: Tidak ada kelainan

Dada

: Tidak ada kelainan

Jantung

: HR: 76x/menit, murmur (-), gallop (-)

Paru-paru

: vesikuler +/+ normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen

: Lihat status lokalis

Ekstremitas superior : tidak ada kelainan


Ektremitas inferior

: tidak ada kelainan

Status lokalis
Abdomen

Inspeksi

: Simetris, datar, tidak ada benjolan.

Palpasi

: lemas, nyeri tekan di perut kanan atas, Murphy


sign (+), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: Bising usus (+) 3-5 x/m.

Gambar 1. Abdomen
1.4.

Diagnosis Banding
1. Kolelitiasis
2. Kolesistitis
3. Koledokolitiasis
4. Pankreatitis

1.5. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
Hematologi (16 Maret 2012)
Hemoglobin
: 11,6 g/dl
Hematokrit
: 2,7 vol%
Leukosit
: 7.700 /mm3
Trombosit
: 297.000/mm3
Diff Count
:
Basofil
:0
Eosinofil : 4
Batang
:8
Segmen
: 58
Limfosit
: 31
Monosit
:7
Kimia Klinik (16 Maret 2012)
BSS
:116 mg/dl
Ureum
: 14 mg/dl
Creatinin
: 0,7 mg/dl
Protein total
: 7,0 g/dl
Albumin
: 5,39 g/dl
Globulin
: 1,79 g/dl
Bilirubin total : 0,6 mg/dl
Bilirubin direk : 0,32 mg.dl
Bilirubin indirek : 0,28 mg/dl
Natrium
: 146 mmol/l
Kalium
: 3,2 mmol/l

USG Abdomen (02 Maret 2012)


Kesan :
Hepar : bentuk dan ukuran normal, intensitas ekoparenkim homogen,
tak tampak nodul, tepi tajam.
Kandung Empedu : dinding rata, tak tampak pelebaran saluran
empedu, tampak batu dua buah dengan ukuran 7,8 mm dan 8,1 mm.
Pankreas : bentuk dan ukuran normal, intensitas ekoparenkim rata, tak
tampak nodul
Lien : Bentuk dan ukuran normal, intensitas ekoparenkim homogen rata

Ginjal Kanan : bentuk dan ukuran normal, batas sinus parenkim tegas,
pelvikaseal tidak melebar, tak tampak batu.
Ginjal Kiri : bentuk dan ukuran normal, batas sinus parenkim tegas,
pelvikaseal tidak melebar.
Buli-Buli : bentuk dan ukuran normal, dinding rata tidak menebal,
mukosa reguler, tak tampak masa/ batu
Uterus : bentuk dan ukuran normal, intensitas ekoparenkim homogen,
tak tampak massa/ kalifikasi.
Kesimpulan :
Cholelithiasis

Gambar 2. Foto USG Abdomen


1.6.

Diagnosis Kerja
Kolelitiasis

1.7.

Penatalaksanaan
1. Medikamentosa :
a. IVFD RL
b. Diet rendah lemak
c. Analgetik
d. Antibiotik
2. Operatif :
Kolesistektomi

1.8.

Prognosis
Qua ad vitam
Qua ad fungtionam

: bonam
: bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi
Empedu disekresikan oleh sel-sel hepar, disimpan dan dipekatkan
di dalam vesika biliaris,kemudian dikeluarkan ke dalam duodenum.
Ductus biliaris hepatis terdiri atas ductus hepatis destra dan sinistra, ductus
hepatis comunis, ductus choledochus, vesica biliaris dan ductus cysticus.1
2.1.1. Ductus hepaticus
Ductus hepaticus dextra dan sinistra keluar dari lobus
hepatis dextra dan sinistra pada port hepatis. Keduanya bersatu
membentuk ductus hepatis comunis. Panjang ductus hepatis
comunis sekitar 1,5 inchi (4 cm) dan berjalan turun di pinggir
bebas omentum

minus. Ductus ini bergabung dengan ductus

cysticus dari vesica billiaris yang ada di sisi kanannya membentuk


ductus choledochus.
2.1.2. Ductus Choledochus1
Panjang ductus choledochus sekitar 3 inchi (8 cm). Pada
bagian perjalanannya, ductus ini terletak pada pinggir bebas kanan
6

omentum minus, di depan foramen epiploicum. Di sini ductus


choledochus terletak di depan pinggir kanan venae portae bawah
hepatis dan pada sisi kanan arteri hepatica. Pada bagian kedua
perjalanannya, ductus terletak di belakang pars duodenum di
sebelah kanan arteri gastroduodenalis. Pada bagian ketiga
perjalanannya, ductus terletak di dalam sulcus yang terdapat pada
facies posterior caput pancreatis. Di sini ductus choleddochus
bersatu dengan ductus pankreaticus.
Ductus chodedochus berakhir di bawah dengan menembus
dinding

medial

pars

descendens

duodenum

kira-kira

di

pertengahan panjangnya. Biasanya ductus choledochus bergabung


dengan ductus pankreatikus, dan bersama-sama bermuara ke dalam
ampula kecil di dinding duodenum, yang disebut ampula
hepatopankreatica (ampula vater). Ampula ini bermuara pada
lumen duodenum melalui sebuah papila kecil, yaitu papila duodeni
major. Bagian terminal kedua ductus beserta ampula dikelilingi
oleh serabut otot sirkular yang disebut musculus sphinter ampullae
(sphincter oddi).

2.1.3. Vesica Biliaris (Kandung Empedu)1


Vesica biliaris adalah sebuah kantong bebentuk buah pir
yang terletak pada permukaan bawah hepar. Vesica biliaris
mempunyai kemampuan empedu sebanyak 30-50 ml dan
menyimpannya,

serta

memekatkan

empedu

dengan

cara

mengabsorpsi air. Vesica biliaris terdiri atas fundus, corpus, dan


collum. Fundus vesica biliaris berbentuk bulat dan biasanya
menonjol di bawah margo inferior hepar, penonjolan ini
merupakan tempat fundus bersentuhan dengan dinding anterior
abdomen setinggi ujung cartilago costalis IX dextra. Corpus vesica
biliaris terletak dan berhubungan dengan fascies vesceralis hepar
dan arahnya ke atas, belakang dan kiri. Colum vesica biliaris

melanjutkan diri sebagai ductus cysticus, yang berbelok ke dalam


omentum minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus
komunis untuk membentuk ductus choledochus.
Vesica biliaris berfungsi sebagai tempat penyimpanan
empedu vesica biliaris mempunyai kemampuan untuk memekatkan
empedu dan untuk membantu proses ini, mukosa vesica biliaris
mempuyai lipatan-lipatan permanen yang saling berhubungan
sehingga permukaan tampak seperti sarang tawon Sel-sel toraks
yang terletak pada permukaan mukosa mempunyai banyak vili.
Empedu dialirkan ke duodenum sebagai akibat kontraksi dan
pengosongan parsial vesica biliaris. Mekanisme ini diawali dengan
masuknya makanan berlemak ke dalam duodenum.

Lemak

menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari tunica


mucosa duodenum. Lalu hormon masuk ke dalam darah dan
menimbulkan kontraksi vesica biliaris. Pada saat yang bersamaan
otot polos yang terletak pada ujung distal ductus choledochus dan
ampula relaksasi, sehingga memungkinkan mauknya empedu yang
pekat ke dalam duodenum. Garam-garam empedu di dalam cairan
empedu penting untuk mengemulsikan lemak di dalam usus serta
membantu pencernaan dan absorbsi lemak.1
Secara fisiologi, empedu dihasilkan oleh hepatosit dan selsel duktus sebanyak 500-1500 mL/ hari. Sekresi aktif garam
empedu ke dalam canaliculus bilier dipengaruhi oleh volume
empedu. Na+ dan air mengalir secara pasif untuk meningkatkan
isoosmolaritas. Lechitin dan kolesterol memasuki canaliculus pada
laju tertentu yang berhubungan dengan output garam empedu.
Bilirubin dan sejumlah anion organik lainnya (esterogen,
sulfobromopthalen, dll) secara aktif disekresikan oleh hepatosit
melalui sistem transport yang berbeda dengan garam empedu.
Diantara makan, empedu disimpan di vesica biliaris, dimana
8

empedu terkonsentrasi pada hingga 20%/ jam. Na+ dan HCO3- atau
Cl- secara aktif ditransport dari lumennya selama absorpsi.3
Ada tiga faktor yang meregulasi aliran empedu yaitu :
sekresi hepatik, kontraksi vesica biliaris, dan tahanan spincter
choledochal. Dalam keadaan puasa, tekanan di ductus choledocus
adalah 5-10 cm H2O dan empedu yang dihasilkan di hati disimpan
di

dalam

vesica

biliaris.

Setelah

makan,

vesica

biliaris

berkontraksi, spincter relaksasi dan empedu di alirkan ke dalam


duodenum dengan adanya tekanan di dalam duktus yang terjadi
secara

intermiten

yang

melebihi

tahanan

spincter.

Saat

berkontraksi, tekanan di dalam vesica biliaris mencapai 25 cm H 2O


dan di dalam ductus choledocus mencapai 15-20 cm H2O.
Cholecystokonin

(CCK)

adalah

stimulus

utama

untuk

berkontraksinya vesica biliaris dan relaksasi spincter. CCK


dilepaskan ke dalam aliran darah dari mukosa usus halus.3

Gambar 3. Fisiologi Pengeluaran Empedu3


9

2.1.4. Ductus Cysticus


Panjang ductus cysticus sekitar 1,5 inchi (4 cm) dan
menghubungkan colum vesica biliaris dengan ductus hepatis
comunis untuk membentuk ductus choledochus.. Biasanya ductus
cysticus berbentuk huruf S dan berjalan turun dengan jarak yang
bervariasi pada pinggir bebas kanan omentum minus. Tunica
mukosa ductus cysticus menonjol untuk membentuk plica spiralis
yang melanjutkan diri dengan plica yang sama pada colum vesica
biliaris. Plica ini umumnya dikenal sebagi valvula spiralis.
Fungsi valvula spiralis adalah untuk mempertahankan lumen
terbuka secara konstan.1
2.1.5. Komposisi Empedu6
Komponen
Air
Garam Empedu
Bilirubin
Kolesterol
Asam Lemak
Lecithin
Elektrolit

Dari Hati
97,5 gm %
1,1
gm %
0,04 gm %
0,1
gm %
0,12 gm %
0,04 gm %
-

Dari Kandung Empedu


95
gm %
6
gm %
0,3
gm %
0,3 0,9
gm %
0,3 1,2
gm %
0,3
gm %
-

1. Garam Empedu6
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari
hati ada dua macam yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam
Cholat.
Fungsi garam empedu adalah :
a.

Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang


terdapat dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar
dapat dipecah menjadi partikel-partikel kecil untuk dapat

b.

dicerna lebih lanjut.


Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol
dan vitamin yang larut dalam lemak.4
10

Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh


kerja kuman-kuman usus dirubah menjadi deoxycholat dan
lithocholat. Sebagian besar (90 %) garam empedu dalam lumen
usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan
sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk
lithocholat. Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen
distal dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah
tersebut misalnya oleh karena radang atau reseksi maka absorbsi
garam empedu akan terganggu.4
2. Bilirubin6
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah
menjadi heme dan globin. Heme bersatu membentuk rantai
dengan empat inti pyrole menjadi bilverdin yang segera berubah
menjadi bilirubin bebas. Zat ini di dalam plasma terikat erat oleh
albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat oleh zat lain
(konjugasi) yaitu 80 % oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan
sel darah merah berlebihan misalnya pada malaria maka
bilirubin yang terbentuk sangat banyak.4
2.2.

Kolelitiasis
Kolelitiasis disebut juga Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones,
biliary calculus. Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu
di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan
beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk
di dalam kandung empedu.
2.2.1. Epidemiologi
Kolelitiasis di Negara barat adalah 20% pada orang dewasa tua
dan lanjut usia. Kebanyakan kolelitiasis tidak bergejala dan bertanda.
Angka kejadian penyakit batu empedu dan penyakit saluran empedu
11

lainnya di Indonesia diduga tidak berbeda jauh dengan angka di


Negara lain di Asia Tenggara. Dikenal tiga jenis batu empedu yaitu
batu kolesterol, batu pigmen atau batu bilirubin, yang terdiri dari
kalsium bilirubinat, dan batu campuran. Di Asia Timur, lebih banyak
batu pigmen dibanding dengan batu kolesterol, tetapi angka kejadian
batu kolesterol sejak 1965 makin meningkat. Tidak jelas apakah
perubahan angka ini betul-betul oleh karena prevalensi yang berubah.
2.2.2. Jenis Batu Empedu
1. Batu Kolesterol4
Batu kolesterol mengandung paling sedikit 70% Kristal
kolesterol dan sisanya adalah kalsium karbonat, kalsium
palmitit, dan kalsium bilirubinat. Bentuknya lebih bervariasi
dibandingkan dengan batu pigmen. Terbentuknya hampir selalu
di dalam kandung empedu dapat berupa batu soliter atau batu
multiple. Permukaannya mungkin licin atau multifaset, bulat,
berduri, dan ada yang seperti buah murbei. Proses pembentukan
batu kolesterol meliputi empat tahap yaitu penjenuhan empedu
oleh

kolesterol,

pembentukkan

nidus,

kristalisasi

dan

pertumbuhan batu. Derajat penjenuhan empedu oleh kolesterol


dapat dihitung melewati kapasitas daya larut. Keadaan ini
disebabkan

oleh

bertambahnya

sekresi

kolesterol

atau

penurunan relative asam empedu atau fosfolipid. Peningkatan


eksresi kolesterol empedu antara lain dapat terjadi pada keadaan
obesitas, diit tinggi kalori dan kolesterol, dan pemakaian obat
yang mengandung esterogen atau klofibrat. Sekresi asam
empedu akan menurun pada penderita dengan gangguan daya
pengosongan primer kandung empedu.
Penjenuhan kolesterol yang berlebihan tidak dapat
membentuk batu, kecuali bila ada nidus dan ada proses lain
yang menimbulkan kristalisasi. Nidus dapat berasal dari pigmen
empedu, mukoprotein, lender, protein lain,bacteria, atau benda
12

asing lain. Setelah kristalisasi meliputi suatu nidus, akan terjadi


pembentukan

batu.

Pertumbuhan

batu

terjadi

karena

pengendapan Kristal kolesterol di atas matriks inorganic dan


kecepatannya ditentukan oleh kecepatan relatif pelarutan dan
pengendapan. Struktur matriks agaknya berupa endapan mineral
yang mengandung garam kalsium.
Stasis

kandung

empedu

juga

berperan

dalam

pembentukan batu. Puasa yang lama akan menimbulkan empedu


yang litogenik akibat stasis. Batu pigmen hitam terbentuk di
dalam kandung empedu terutama terbentuk pada gangguan
keseimbangan metabolic seperti anemia hemolitik dan sirosis
hati tanpa di dahulu infeksi.
3.

Batu Kalsium Bilirubinat4


Penampilan Batu kalsium bilirubinat yang disebut juga
batu lumpur atau batu pigmen, tidak banyak bervariasi. Sering
ditemukan tidak teratur, kecil-kecil, dapat berjumlah banyak,
warnanya bervariasi antara coklat, kemerahan, sampai hitamdan
berbentuk seperti lumpur atau tanah yang rapuh.4 Ukuran batu
ini adalah sekitar 2-5 cm. Batu ini terdiri atas campuran kalsium
bilirubinat, polimer kompleks bilirubin, asan empedu, dan bahan
lainnya yang belum teridentifikasi. Sekitar 50% batu ini
radioopak dan di US merupakan 2/3 dari semua batu yang
radioopak. Batu ini sering ditemukan dalam ukuran besat oleh
karena batu kecil ini bersatu. Dapat ditemukan kombinasi batu
kolesterol dengan batu kalsium bilirubinat. Scanning mikroskop
electron menunjukkan bahwa sekitar 90% batu pigmen terdiri
atas campuran bakteri dan glicocaliks bakteri. Hal ini
menunjukkan

bahwa

bakteri

berperan

penting

dalam

pembentukkan batu empedu. Selain itu hal ini juga menjelaskan


mengapa penderita batu pigmen lebih sering mengalami sepsis

13

sibandingkan penderita batu kolesterol. Glukoronidasi bakteri


tersebut mampu menguraikan bilirubin diglukoronida terlarut
menjadi bilirubin tidak terkonjugasi yang tidak terlarut yang
akhirnya dapat terkumpul di glikokaliks dan menjadi batu
empedu.3 Bebebarapa faktor lainnya yang disangka berperan
dalam pembentukan batu ini adalah faktor geografi, hemolisis,
dan sirosis hepatic. Sebaliknya jenis kelamin, obesitas dan
gangguan penyerapan di dalam ileum tidak mempertinggi risiko
batu pigmen.
4.

Batu campuran
Batu campuran terdiri atas batu kolesterol dan batu pigmen.

2.2.3. Patogenesis
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1)
pembentukan

empedu

yang

supersaturasi,

(2)

nukleasi

atau

pembentukan inti batu, dan (3) berkembang karena bertambahnya


pengendapan.

Kelarutan kolesterol merupakan masalah yang

terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen.


Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan
asam empedu dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun
di bawah harga tertentu. Secara normal kolesterol tidak larut dalam
media yang mengandung air. Empedu dipertahankan dalam bentuk cair
oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti sentral kolesterol,
dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan lesitin.
Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu
rendah, atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal
kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk
suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin
bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang
lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan.
14

2.2.4. Manifestasi Klinis


Keluhan utama batu kolelitiasis adalah nyeri. Nyeri terlokasi di
epigastrium atau kuadran kanan atas dan sering menyebar ke punggung
kanan atas atau diantara scapula. Nyeri semakin parah, terutama di waktu
malam

atau

setelah

makan

makanan

berlemak.

Nyeri

seringkali

menyebabkan mual dan terkadang muntah. Nyeri bersifat episodic. Pada


pemeriksaan fisik pasien merasa sakit pada kuadran kanan atas selama
episode nyeri. Jika pasien sedang tidak merasa nyeri biasanya pemeriksaan
fisik tidak khas. Pemeriksaan laboratorium seperti leukosit dan fungsi tes
hati biasanya normal pada pasien batu empedu tanpa komplikasi.
2.2.5. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala utama kolelitiasis adalah nyeri perut yang terletak di
epigastrium atau kuadran kanan Kanan atas dan sering menyebar ke
punggung kanan atau di antara scapula. Nyeri semakin bertambah
ketika pasien makan makanan berlemak, Selain itu pasien juga
mengeluhkan mual dan muntah,
2. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan nyeri di epigastrium atau region kuadran kanan atas yang
menjalar ke punggung.
3. Pemeriksaan laboratorium
Batu empedu yang asimptomatik biasanya tidak menunjukkan
kelainan laboratorik.Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi
leukositosis.
4. Foto Polos Abdomen
Kurang lebih 10 % dari batu kandung empedu bersifat radio opak
sehingga terlihat pada foto polos abdomen.
5. Pemeriksaan Ultrasonografi.
Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensifisitas yang
tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran
empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik. Juga dapat dilihat

15

kandung empedu yang menebal karena fibrosis atau edema akibat


peradangan.

Gambar 5. USG pada kandung empedu. Tanda panah menunjukkan


acoustic shadow dari batu kandung empedu.2
2.2.6. Pentalaksanaan Kolelitiasis
1. Tindakan Non Operatif
a.
b.
c.

Menghindari makanan padat dan berlemak


Analgetik6
Terapi Disolusi
Batu empedu kolesterol di vesika biliaris dapat terlarut
dalam beberapa kasus dengan pengobatan menggunakan ursodiol
yang dapat mengurangi saturasi kolesterol empedu dengan cara
menghambat sekresi kolesterol. Berkurangnya saturasi empedu
perlahan-lahan dapat melarutkan kolesterol yang padat di pada
batu

empedu.

Selain

itu

digunakan

juga

asam

Chenodeodeoxycholat (CDCA) yang mampu melarutkan batu


kolesterol invitro, secara invivo telah dimulai sejak 1973 di
klinik Mayo, Amerika Serikat juga dapat berhasil, hanya tidak
dijelaskan terjadinya kekambuhan.5
Pengobatan dengan asam empedu ini dengan sukses
melarutkan sempurna batu pada sekitar 60 % penderita yang
diobati dengan CDCA oral dalam dosis 10 15 mg/kg berat
badan per hari selama 6 sampai 24 bulan. Penghentian

16

pengobatan CDCA setelah batu larut sering timbul rekurensi


kolelitiasis.
Pemberian CDCA dibutuhkan syarat tertentu yaitu :

Wanita hamil
Penyakit hati yang kronis
Kolik empedu berat atau berulang-ulang
Kandung empedu yang tidak berfungsi. 5
Efek samping pengobatan CDCA yang terlalu lama

menimbulkan kerusakan jaringan hati, terjadi peningkatan


transaminase serum, nausea dan diare. Asam Ursodioxycholat
(UDCA) merupakan alternatif lain yang dapat diterima dan tidak
mengakibatkan diare atau gangguan fungsi hati namun harganya
lebih mahal. Pada saat ini pemakaiannya adalah kombinasi antara
CDCA dan UDCA, masing-masing dengan dosis 7,5 mg/kg berat
badan/hari. Dianjurkan dosis terbesar pada sore hari karena
kejenuhan cairan empedu akan kolesterol mencapai puncaknya
pada malam hari. 5
Mekanime kerja dari CDCA adalah menghambat kerja dari
enzim HMG Ko-a reduktase sehingga mengurangi sintesis dan
ekskresi kolesterol ke dalam empedu. Kekurangan lain dari terapi
disolusi ini selain harganya mahal juga memerlukan waktu yang
lama serta tidak selalu berhasil. 5
Sayangnya, terapi garam empedu ini mempunyai beberapa
kelemahan, yatu empedu harus kecil (<5 mm) dan tidak
mengandung kalsium (misalnya tidak opak pada CT Scan) dan
vesica biliaris harus opak pada oral cholecistography.
d.

Lithotripsy
Extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL). ESWL
menggunakan gelombang kejut yang terfokus. Gelombang ini
dapat melalui jaringan dan cairan hingga batu empedu. Batu

17

empedu akan terfragmentasi oleh ledakan gelembung-gelembung


udara kecil di dalam celah materi padat.
Litotripsi bernilai terapeutik yang sedikit karena fragmenfragmen tetap ada di dalam vesica biliaris kecuali fragmenfragmen tersebut dapat terlarut. Eliminasi sempurna batu empedu
dicapai dalam waktu 9 bulan pada sekitar 25% pasien.
2. Tindakan Operatif
a.

Kolesistektomi
Kolesistektomi diindikasikan pada sebagian besar pasien
batu empedu. Sebagian besar tindakan kolesistektomi dilakukan
secara laparoskopi. Tindakan ini memiliki beberapa keuntungan
yaitu tindakan bedah dengan minimal invasive, dan resiko
komplikasi akibat operasi lebih rendah bila dibandingkan
operasi secara terbuka (laparotomi).7 Namun, ketika laparoscopi
merupakan kontraindikasi (misalnya pada keadaan banyak adesi
atau tidak berhasil, kolesistektomi dilakukan secara laparotomi.

Gambar 6. Kolesistektomi laparoskopi2


Indikasi kolesistektomi sebagai berikut :
18

Adanya keluhan bilier apabila mengganggu atau semakin

sering atau berat.


Adanya komplikasi atau pernah ada komplikasi batu

kandung empedu.
Adanya penyakit lain yang mempermudah timbulnya
komplikasi misalnya Diabetes Mellitus, kandung empedu
yang tidak tampak pada foto kontras dan sebagainya.

2.2.6. Komplikasi
Komplikasi dari kolelitiasis antara lain kolesistitis akut, kolesistitis
kronis, koledokolitiasis, pankreatitis, kolangitis, sirosis bilier sekunder,
ileus batu empedu, abses hepatik dan peritonitis karena perforasi
kandung

empedu.

Komplikasi

tersebut

akan

mempersulit

penanganannya dan dapat berakibat fatal.

BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang wanita berusia 36 tahun dating ke RSMH dengan
keluhan nyeri perut kanan atas. Dari anamnesis didapatkan bahwa
pasien Kurang lebih 5 bulan sebelum masuk rumah sakit penderita
mengeluh nyeri perut di sebelah kanan atas yang menyebar ke
punggung sebelah kanan, nyeri perut hilang timbul dan nyeri perut
bertambah setelah penderita makan makanan terutama saat makan
makanan bersantan dan berlemak. Penderita juga menderita mualmuntah, muntah apa yang dimakan, dan penurunan nafsu makan
serta sering merasa mudah lelah. Riwayat buang air kecil
normal,warna seperti biasa. Riwayat buang air besar normal, warna
seperti biasa. Penderita kemudian berobat ke dokter umum dan
diberi obat sakit maag namun gejala tidak berkurang.

19

Kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit penderita


mengeluh nyeri perut kanan atas semakin sering, penderita masih
merasa demam, mual dan muntah. Buang air kecil warna seperti
biasa, buang air besar warna seperti biasa. Penderita kemudian
dibawa berobat ke poli RSMH dan dianjurkan untuk dirawat di
rumah sakit. Dari anamnesis ini diperoleh diagnosis bandingnya
yaitu kolelitiasis, kolesistitis, koledokolitiasis, ulkus peptikum,
ulkus duodenum, pancreatitis, batu ginjal dan batu ureter, hepatitis,
abses hati dan amubiasis hati. Namun dengan informasi yang
diperoleh yaitu nyeri bersifat hilang timbul dan dipengaruhi oleh
makanan berlemak, maka diagnosis batu ginjal dan batu ureter dapat
disingkirkan. Pada batu ginjal dan batu ureter nyerinya memang
hilang timbul namun tidak dipengaruhi oleh makanan berlemak.
Selain itu, diagnosis banding pancreatitis juga dapat disingkikan
karena pada pancreatitis sifat nyerinya tidak hilang timbul dan nyeri
berkurang jika pasien membungkuk ke depan atau duduk.
Dari pemeriksaan fisik diperoleh status generalis dalam batas
normal. Pada status lokalis didapatkan palpasi abdomen lemas, nyeri
tekan di perut kanan atas, Murphy sign (+), hepar dan lien tidak teraba.
Tidak terabanya hepar menyingkirkan diagnosis hepatitis, karena pada
hepatitis terjadi hepatomegali bahkan splenomegali. Adanya Murphy
sign (+) ini mengarahkan kepada diagnosis kolesistitis. Namun, belum
menyingkirkan kolelitiasis dan koledokolitiasis.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, diperoleh nilai leukosit 7.900
/mm3. Ini menunjukkan bahwa belum terjadi peradangan di dalam
organ di region kuadran kanan atas. Pada pemeriksaan kimia klinik,
nilai bilirubin sedikit meningkat yaitu Bilirubin total

0,6 mg/dl ,

bilirubin direk 0,32 mg.dl, bilirubin indirek 0,28 mg/dl Namun


peningkataan ini belum sampai menyebabkan ikterus. Peningkatan
kadar bilirubin ini disebabkan oleh adanya obstruksi yang disebabkan
batu di intra hepatic bile duct ataupun di dalam duktus koledokus.
20

Dari hasil USG diperoleh data bahwa Kandung Empedu dinding rata,
tak tampak pelebaran saluran empedu, tampak batu dua buah dengan
ukuran 7,8 mm dan 8,1 mm yang menunjukkan adanya kolelitiasis.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan USG
ditegakkan diagnosis pada pasien ini yaitu kolelitiasis. Terapi definitif
pada pasien ini adalah kolesistektomi Prognosis pasien ini qua ad vitam
bonam dan qua ad fungtionam bonam. Pasien tidak akan mengeluh
sakit lagi setelah dilakukan pengambilan batu di saluran empedunya .

21

Anda mungkin juga menyukai