Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Tim Penyusun
BAB I
Pendahuluan
BAB II
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bekerja di dalam ruang terbatas (confined spaces) mempunyai resiko terhadap
keselamatan dan kesehatan pekerja di dalamnya. Untuk itu diperlukan aturan dalam
rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap pekerja dan aset lainnya, baik melalui
peraturan perundang-undangan, program memasuki ruang terbatas dan persyaratan
perlatan dan prosedur untuk bekerja di dalam ruang terbatas.
Ruang terbatas (confined spaces) secara alamiah maupun disebabkan oleh
pekerjaan yang dilakukan di dalamnya dapat menimbulkan bahan-bahan berbahaya yang
terlepas dalam bentuk gas, uap, asap, dan debu beracun atau mudah terbakar serta
bahaya lainnya. Bahan berbahaya tersebut dapat mengakibatkan terjadinya oksigen
defisiensi atau sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan yang memicu terjadinya
kebakaran dan peledakan. Disamping itu masih terdapat potensi bahaya lain berupa suhu
yang ekstrem, terjebak atau terbenam (engulfment) oleh padatan atau cairan juga karena
struktur atau konfigurasi ruangan yang bersekat dan bertingkat, maupun resiko fisik
lainnya yang timbul seperti kebisingan, permukaan yang basah/licin dan kejatuhan benda
keras yang terdapat di dalam ruang terbatas (confined spaces) tersebut yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja sampai dengan kematian tenaga kerja yang bekerja di
dalamnya.
Oleh karenanya persiapan bagi semua orang yang terlibat dalam pekerjaan di ruang
terbatas mutlak diperlukan, termasuk pengetahuan akan risiko yang terkandung di
dalamnya serta teknik untuk bekerja aman di dalam ruang terbatas.
Materi Pokok modul ini adalah mengenai pembinaan Petugas Ruang Terbatas;
Sub Materi Pokok terdiri dari:
a. Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang
Terbatas;
b. Dasar K3 Bekerja di Ruang Terbatas;
c. Karakteristik Gas Atmosfer berbahaya di ruang terbatas;
d. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko di ruang terbatas;
e. Prosedur Ijin Masuk Ruang Terbatas;
f. Teknik Isolasi Energi;
g. Teknik Ventilasi;
h. Teknik Pengukuran Gas Atmosfer Berbahaya di Ruang Terbatas;
i. Teknik Penyelamatan dan P3K di Ruang Terbatas;
j. Pengenalan Alat Pelindung Diri di Ruang Terbatas.
1.4 Referensi
a. Undang Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
c. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
d. Peraturan Khusus L tanggal 6 Agustus 1936 tentang Keselamatan Kerja di Tangki
Apung
e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja;
Modul Petugas Ruang Terbatas
f. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Kimia di udara Lingkungan Kerja;
g. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE.117/Men/PPKPKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat-Tempat Publik
Lainnya;
h. Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman
dan Pembinaan Teknis Petugas K3 Ruang Terbatas.
i. Surat Edaran Dirjen Binwasnaker No. SE.01/DJPPK/I/2011 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Ahli, Teknisi dan Petugas Lingkungan Kerja dan
Bahan Berbahaya;
j. SNI -0229 1987 E tentang Keselamatan Kerja di dalam Ruang Tertutup
k. OSHA Confined Space Standard 29 CFR.1910.146
l. Australian Standard 2865 1995 Safe Working in a confined space
1.5 Pengertian
a. Ruang terbatas (confined spaces), adalah ruangan yang:
cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat
masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya, dan
mempunyai akses keluar masuk yang terbatas. Seperti pada tank, kapal, silo,
tempat penyimpanan, lemari besi atau ruang lain yang mungkin mempunyai akses
yang terbatas, dan
tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-menerus di
dalamnya.
b. Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk adalah ruang terbatas yang mempunyai satu
atau lebih ciri-ciri berikut ini, antara lain:
mengandung gas atmosfer berbahaya;
mengandung bahan berupa cairan maupun padatan
yang berpotensi
memerangkap pekerja di dalamnya;
mempunyai bentuk atau struktur ruangan sedemikian rupa yang menyebabkan
pekerja terperangkap;
mengandung bahaya lainnya yang mengakibatkan cidera serius dan kematian
c. Gas atmosfer berbahaya adalah gas yang terdapat dalam ruang terbatas yang dapat
menyebabkan kematian atau ketidakmampuan pekerja untuk menyelamatkan diri,
antara lain;
oksigen, apabila kurang dari 19,5% dan melebihi 23,5% volume udara;
bahan mudah terbakar atau mudah meledak, apabila melebihi konsentrasi Batas
Bawah Dapat Meledak (BBDM) dan kurang dari Batas Atas Dapat Meledak (BADM)
nya;
bahan beracun, apabila melebihi konsentrasi Nilai Ambang Batas (NAB) nya
Pengujian gas atmosfer berbahaya, berarti proses identifikasi dan evaluasi kandungan
gas atmosfer berbahaya dengan menggunakan alat uji yang terkalibrasi dan metode
uji yang sesuai;
Ijin masuk, adalah dokumen tertulis yang diberikan oleh pengurus untuk
memperbolehkan dan mengawasi kegiatan dalam ruang terbatas;
Udara kurang oksigen, adalah kondisi dimana konsentrasi oksigen berada di bawah
19,5 % volume udara yang dapat menyebabkan sesak napas dan kematian;
Udara kaya oksigen, adalah kondisi dimana konsentrasi oksigen berada di atas 23,5%
volume udara yang dapat memicu terjadinya kebakaran dan peledakan;
Bahan beracun, adalah bahan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan
tenaga kerja apabila melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan
Isolasi energi, adalah
d.
e.
f.
g.
h.
i.
BAB II
Peraturan Perundang-Undangan K3,
Pedoman dan Standar K3
Bidang Ruang Terbatas
II.1.
Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun perusahaan tidak ada yang menghendaki
terjadinya kecelakaan. Hal tersebut merupakan naluri yang wajar dan bersifat universal bagi
setiap makhluk hidup di dunia. Namun karena adanya perbedaan status sosial antara tenaga
kerja kerja dengan pengusaha sebagai pemberi kerja dalam melakukan hubungan kerja,
terutama pada saat melakukan kontrak perikatan dan hal-hal lain selama berlangsungnya
hubungan kerja, maka diperlukan intervensi pemerintah untuk memberikan batas minimal yang
harus dipenuhi dalam persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. Batas minimal atau
persyaratan minimal tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 1
Tahun 1970.
HUKUM
PERDATA
HUKUM
KETENAGAKERJAAN
HUKUM
PIDANA
Lex Specialist
Lex Generalis
UU KK No. 1/1970
Peraturan Pelaksanaan
Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktifitas nasional. Sebagaimana yang tertuang dalam pokok-pokok pertimbangan
dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, maka upaya K3 bertujuan :
a.
Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat.
b.
Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c.
Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
Untuk tujuan tersebut diatas maka perlu diadakan segala daya upaya untuk membina
norma perlindungan kerja khususnya pada keselamatan dan kesehatan kerja secara nasional.
Asas nationalisme yang digunakan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 memberlakukan
Undang-Undang Keselamatan Kerja kepada setiap waga negara yang berada di wilayah hukum
Indonesia. Asas teritorial memberlakukan Undang-Undang sebagaimana hukum pidana lainnya
kepada setiap orang yang berada di wilayah/teritorial Indonesia, termasuk warga negara asing
yang tinggal di Indonesia (kecuali yang mendapatkan kekebalan hukum).
Ruang lingkup pemberlakuan Undang-Undang Keselamatan Kerja dibatasi dengan
adanya tiga unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja yaitu tempat
kerja dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha, adanya tenaga kerja yang bekerja disana
dan terdapat bahaya kerja di tempat tersebut.
o
Pasal 2
Ketentuan dalam UU ini berlaku dalam tempat kerja, dimana :
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang
Pasal 3
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarata keselamatan dan kesehatan
kerja untuk :
a.
b.
c.
d.
e.
Mencegah & mengendalikan timbulnya PAK baik physik maupun psikis, peracunan,
infeksi dan penularan
II.2.
f.
g.
h.
i.
j.
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara & proses kerjanya
Pasal 9
(1) Pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
(2)
(3)
(4)
Peraturan Terkait
II.2.1. Peraturan Khusus L Tahun 1936 Mengenai Usaha-Usaha Keselamatan Kerja
Untuk Pekerjaan Pekerjaan di Dalam Tangki Tangki Apung
Tangki Apung adalah tangki yang tertutup dan diisi denganudara yang
dipergunakan untuk mengapungkan muatan di atas maupun di dalam air
atau untuk mengangkat.
Semua tangki apung jika tidak mempunyai alat pengganti udara, harus paling
sedikit mempunyai 2 (dua) lubang orang pada bagian atas tangki dengan
jarak yang berjauhan antara satu sama lain;
o tali-tali yang kuat dan cukup panjang, untuk diikatkan pada bagian
pinggang pekerja, yang mana apabila dalam keadaan bahaya, pekerjapekerja tadi dapat diangkat keluar;
sebuah lampu untuk penerangan;
Pekerja hrs dilindungi dari bahan, proses, teknik yang berbahaya, tidak sehat
atau beracun jika perlu dengan APD (pasal 17).
II.2.2. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
Pencegahan kebakaran
Housekeeping
Penerangan
Suhu
Kadar udara
Bangunan
Sampah
Kakus
Dapur
Air,
Botol baja
2.
Bejana stasioner
3.
Bejana transport
4.
Pesawat pendingin
5.
Tangki penimbun
6.
Tangki apung
7.
8.
Bejana proses
10
9.
b.
j.
Konstruksi
11
l.
m. Ergonomi
n. Sanitasi dan Hygiene
o. Kantin dan ruangan
p. Pesawat uap dan bejana tekan
q. Pelayanan kesehatan kerja (klinik)
r. Alat Pelindung diri
Menginstruksikan kepada semua pengurus/pengusaha di pusat perbelanjaan,
gedung bertingkat tinggi dan tempat publik lainnya untuk :
a. Melaksanakan prinsip-prinsip Sistem Manajemen K3 (SMK3)
b. Melatih personil di bidang K3 sesuai dengan tugas dan kewenangannya
c. Melengkapi rekomendasi teknis dan perijinan di bidang K3 bagi semua objek
tersebut diatas
d. Membentuk tim tanggap darurat (emergency response team)
e. Memberikan informasi K3 yg memadai bagi tamu/ pengunjung
f. Tidak menugaskan petugas yg tidak memiliki sertifikat pelatihan K3
confined space dalam melakukan pekerjaan instalasi ruang tertutup.
2.
12
3.
Sistem Perijinan
4.
Ijin Kerja
5.
Pelatihan
6.
Tanggungjawab
a. Kontraktor
b. Petugas Utama (Entrant)
c. Petugas Madya (Attendant)
d. Ahli K3 (Safety Supervisor)
7.
II.3.
13
14
15
BAB III
Dasar-Dasar K3 Ruang Terbatas
3.1.
16
Untuk itu sangatlah penting untuk memahami pengertian ruang terbatas sebagai
langkah awal persiapan pekerjaan. Ruang terbatas (confined spaces) dapat didefinisikan
sebagai ruangan yang :
a. cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat masuk
dan melakukan pekerjaan di dalamnya, dan
b. mempunyai akses keluar masuk, pergerakan dan aliran udara yang terbatas, dan
c. tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-menerus di
dalamnya.
Jenis ruang terbatas sangatlah beragam, karena ruang terbatas tidaklah harus tertutup
bahkan ada ruang terbatas yang sangat terbuka seperti lubang galian ataupun kolam
limbah, sehingga untuk memastikannya perlu dilakukan penilaian untuk mencocokkan
dengan 3 (tiga) definisi ruang terbatas diatas.
Namun untuk memudahkan ada beberapa contoh ruang terbatas yang umum terdapat
di tempat kerja antara lain:
a. tangki/bejana penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo dan jenis
tangki/bejana lainnya yang mempunyai lubang lalu orang;
b. sumur yang memiliki bukaan di bagian atasnya, baik alamiah ataupun buatan yang
melebihi kedalaman 1,5 meter. Seperti lubang lalu orang yang tidak mendapat aliran
udara yang cukup;
c. jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah, bunker dan struktur lainnya yang
serupa;
d. ruangan di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang lalu orang seperti tangki
kargo, tangki apung minyak dan sebagainya;
Selain beberapa contoh di atas, sangat memungkinkan untuk dilakukan penetapan
ruang terbatas karena adanya pengetahuan dan pengalaman kasus kecelakaan
sebelumnya ataupun dari tempat kerja lainnya yang dapat dilakukan oleh pimpinan
perusahaan atas pertimbangan dari Ahli K3 maupun Pengawas Ketenagakerjaan.
Tanki
Modul Petugas Ruang Terbatas
Perpipaan
Bejana
Silo
Sumur
17
3.2.
18
Berdasarkan diagram alir tersebut, maka untuk menentukan apakah suatu ruang
terbatas termasuk wajib dengan ijin masuk adalah dengan melakukan 2 (dua) tahap
penilaian terhadap setiap tempat kerja. Apabila suatu tempat kerja memiliki 3 (tiga)
kriteria ruang terbatas, maka tempat kerja tersebut dikategorikan sebagai ruang
terbatas. Penilaian selanjutnya adalah apabila terdapat 1 (satu) saja dari 4 (empat)
kriteria potensi bahaya di ruang terbatas, maka ruang terbatas tersebut merupakan
wajib dengan ijin masuk.
Klasifikasi ruang terbatas ini juga dimaksudkan sebagai acuan dalam menyusun program
pengendalian bahaya di ruang terbatas yang akan dibahas kemudian.
3.3.
Gas, uap atau kabut uap yang mudah terbakar dengan konsentrasi melebihi
10% dari BBDM nya.
(b)
5% BBDM
15% BADM
10% BBDM
Seperti terlihat pada gambar di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
Batas Bawah Dapat Meledak (BBDM) adalah prosentase terendah konsentrasi
pencampuan uap bahan dengan udara yang dapat terbakar atau meledak,
Modul Petugas Ruang Terbatas
19
Sebagaimana gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa udara bersih yang kita
gunakan untuk bernapas dan beraktifitas mengandung hanya sekitar 20,9% oksigen,
dan kandungan tertinggi justru adalah gas Nitrogen (gas lemas) sekitar 78,0%.
Dengan demikian, memperhatikan dampak keselamatan dan kesehatan terhadap
manusia dan lingkungan untuk pekerjaan di ruang terbatas konsentrasi oksigen
yang diperkenankan adalah tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Karena
apabila konsentrasi oksigen berada di bawah 19,5 % volume udara akan
menyebabkan gangguan pada susunan saraf pusat dan sistem koordinasi, yang
kemudian dapat mengakibatkan koma dan berujung pada kematian. Kondisi ini
umum dikenal sebagai aspiksia. Aspiksia dalam pekerjaan di ruang terbatas dapat
terjadi antara lain karena adanya pekerjaan yang turut menggunakan oksigen
seperti halnya reaksi pembakaran, proses fermentasi karena adanya bakteri aerob
serta reaksi pembentukan karat.
20
Namun demikian, pada konsentrasi di atas 23,5% volume udara juga menimbulkan
bahaya yang berbeda, dikarenakan udara yang kaya oksigen dapat dengan mudah
memicu terjadinya kebakaran dan peledakan.
(d)
(e)
kondisi atmosfer lain yang langsung berbahaya bagi kesehatan atau dapat
mengakibatkan kematian, seperti temperatur yang ekstrem.
Lama Pajanan
30C
3 Jam
32C
2 Jam
35C
1 Jam
37C
30 Menit
41C
20 Menit
44C
15 Menit
(2) adanya potensi substansi cair ataupun padat yang memungkinkan petugas yang
bekerja tenggelam atau terbenam di dalamnya (substancial hazard). Dalam hal ini
penting dilakukan penilaian mengenai kandungan apa saja yang pernah tersimpan
dalam ruang terbatas.
Sebelum pekerjaan di ruang terbatas dilakukan haruslah dipastikan bahwa ruang
terbatas telah kosong dari cairan ataupun padatan substansial. Untuk kemudian
dilakukan kegiatan purging atau pencucian atau pembilasan / inerting, yaitu dengan
mengisi gas atau cairan inert seperti Nitrogen, karbondioksida atau air untuk
membuang kontaminan yang mungkin terdapat atau tersisa di dalam ruang
Modul Petugas Ruang Terbatas
21
terbatas. Produk hasil purging ini sebaiknya tidak langsung dibuang karena akan
dapat membahayakan pihak lain dan juga lingkungan. Dalam kasus udara yang
mengandung bahan mudah terbakar disarankan untuk mempertimbangkan teknik
purging dan ventilasi apa yang digunakan sehingga tidak menimbulkan sumber api
yang akan dijelaskan pada Bab selanjutnya.
Dalam melakukan purging, sangat penting diupayakan sesuai prinsip bekerja di
ruang terbatas, yaitu PURGING DILAKUKAN TANPA MEMASUKI RUANG TERBATAS
dengan menggunakan alat bantu mekanis untuk mencapai bagian tertentu.
(3) adanya struktur atau konfigurasi yang berbeda ketinggian atau bersekat-sekat
sehingga menjadi hambatan dalam mengakses pintu masuk atau keluar dan mobilitas
pekerjaan (configuration hazard); dan
Kondisi dan bentuk ruang dapat berupa penggunaan tangga dan perancah yang dapat
mempersempit ruang gerak, permukaan yang basah dan licin, dasar yang tidak jelas,
area sempit dan curam yang dapat mengakibatkan tenaga kerja terjebak dan jatuh ke
dalamnya dan hal ini diperburuk lagi dengan faktor pencahayaan yang kurang memadai.
(4) adanya potensi pelepasan energi karena penggunaan peralatan listrik, mekanik,
pneumatic dan lainnya (energy hazard).
Termasuk dalam hal ini adalah temperatur ekstrim, vibrasi, kebisingan yang mungkin
timbul karena peralatan yang digunakan. Oleh karenanya, sangat penting dalam
pekerjaan di ruang terbatas untuk memastikan setiap peralatan kerja yang dapat
berputar dan bergerak telah dipasang penutup/guarding dengan baik, memastikan
peralatan kerja yang masuk ke ruang terbatas telah explotion proofed serta harus
dipastikan telah ditanahkan dengan baik untuk mencegah terjadinya listrik statis.
Prinsip isolasi energi atau dikenal dengan Lock Off Tag Out (LOTO) juga sangat penting
untuk diperhatikan antara lain dengan melakukan:
a. penutupan setiap keran (valve), saluran dan pipa yang mengalirkan bahan proses
atau bahan jadi dengan pemasangan sorokan buta (blind flange), sehingga
mencegah masuknya cairan atau gas ke dalam ruang terbatas dimana pekerjaan
dilakukan;
b. penguncian dan penandaan, pengurangan energi peralatan yang berpotensi
bergerak. seperti peralatan mekanik, pengaduk, agitator, mixer atau sejenisnya
harus dipastikan tidak tersambung dengan sumber energi;
c. Isolasi semua sumber energi termasuk power, pemanas atau pendingin sebelum
masuk ke dalamnya;
22
d. pastikan bahan produksi tidak dapat jatuh dari dinding ataupun atap ruang terbatas
dengan memindahkan semua bahan dari lokasi potensi kejatuhan atau memasang
barikade atau pengaman sementara.
Selain potensi bahaya tersebut di atas, ruang terbatas dapat menjadi tempat kerja yang
sangat berbahaya bagi tenaga kerja yang memiliki keterbatasan kesehatan baik fisik
maupun psikis. Oleh karenanya penting dipastikan bahwa setiap tenaga kerja atau
petugas utama tidak memiliki riwayat penyakit sebagai berikut:
a. Sakit sawan atau epilepsi
b. Penyakit jantung atau gangguan jantung
c. Asma, bronchitis atau sesak napas
d. Gangguan pendengaran
e. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat menyebabkan disorientasi
f. Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya
g. Gangguan atau sakit tulang belakang
h. Kecacatan penglihatan permanen
i. Penyakit lainnya
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan di ruang terbatas adalah kemungkinan
adanya gangguan dari mikroorganisme, hewan pengerat, serangga maupun binatang
buas lainnya yang merupakan satwa alamiah di sekitar ruang terbatas.
3.4.
23
berkala jika diketahui terjadi perubahan pada ruang terbatas tersebut yang
memungkinkan munculnya sumber bahaya baru. Sehingga ada kemungkinan suatu
ruang terbatas yang sebelumnya telah diklasifikasikan sebagai Ruang Terbatas Tidak
Wajib dengan Ijin Masuk kemudian berdasarkan penilaian berkala baik yang
dilakukan oleh Ahli K3 ataupun Pengawas Ketenagakerjaan direklasifikasikan kembali
menjadi Ruang Terbatas Wajib dengan Ijin Masuk melalui penetapan pimpinan
perusahaan.
2. Ventilasi, yaitu dengan melakukan pemantauan terhadap ketersediaan udara bersih
di ruang terbatas. Hal ini dilakukan apabila potensi bahaya tidak dapat dieliminasi
namun harus dapat dikendalikan melalui pemasangan sistim ventilasi udara
bertekanan secara terus menerus untuk mensuplai kebutuhan udara bersih selama
periode pekerjaan di ruang terbatas berlangsung. Sistim ventilasi ini tidak boleh
dihentikan, meski petugas utama istirahat dan harus selalu dipantau. Ventilasi dapat
berasal dari tenaga alam ataupun tenaga mesin, tetapi BUKAN OKSIGEN MURNI
YANG DISEMPROTKAN.
3. Sistim ijin masuk, yaitu dengan melaksanakan prosedur ijin masuk ruang terbatas.
Mulai dari tahapan permohonan ijin sampai dengan penyelesaian pekerjaan dan
juga memungkinkan adanya pembatalan ijin. Yang penting diingat bahwa SISTIM IJIN
MASUK TIDAK DAPAT MEMASTIKAN BAHWA PEKERJAAN DI RUANG TERBATAS PASTI
AMAN, TETAPI HANYA MEMASTIKAN BAHWA PROSEDUR UNTUK KERJA AMAN
TELAH DILAKUKAN.
3.5.
24
Sebagai persyaratan pekerjaan, seorang petugas utama harus didampingi oleh minimal
seorang petugas madya. Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab setiap personil:
Petugas Utama:
1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait
dengan pekerjaan di ruang terbatas;
2. Menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja sesuai prosedur;
3. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas madya;
4. Memberitahu petugas madya bila mengetahui adanya perubahan kondisi yang
berbahaya;
5. Melakukan tindakan antisipatif untuk menyelamatkan diri;
Petugas Pendamping/Madya:
1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait
dengan pekerjaan di ruang terbatas;
2. Memantau setiap potensi bahaya dan pekerjaan di dalam dan di luar ruang terbatas;
3. Memastikan dan mengawasi jumlah petugas utama yang berada di ruang terbatas;
4. Memastikan tetap berada di luar ruang terbatas selama petugas dan pekerjaan di
ruang terbatas berlangsung;
5. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas utama;
6. Memanggil tim penyelamat dalam kondisi darurat;
7. Melakukan tindakan penyelamatan yang dimungkinkan tanpa memasuki ruang
terbatas;
8. Tidak melakukan tugas lain yang mungkin akan menggangu tugas utamanya untuk
memantau dan melindungi petugas utama
Petugas Penyelamat:
1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait
dengan pekerjaan di ruang terbatas;
2. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas madya, dan Ahli
K3;
3. Melakukan tindakan penyelamatan sesuai prosedur;
4. Meningkatkan kemampuan diri untuk tugas-tugas penyelamatan;
25
BAB IV
Prosedur Ijin Masuk Ruang Terbatas
Prosedur ijin Masuk di ruang terbatas diperlukan karena pekerjaan tersebut bukan merupakan
pekerjaan rutin dan memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja bagi
tenaga kerja, sehingga diperlukan pengawasan yang lebih ketat. Disisi lain, pengendalian yang
dilakukan tidak dapat menghilangkan potensi bahaya di ruang terbatas tersebut, namun hanya
dapat dikendalikan ke tingkat yang dapat diterima.
Dalam rangka pelaksanaan prosedur ijin kerja tersebut dibutuhkan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Pemeriksaan;
Perbaikan;
2.
26
b.
c.
d.
e.
f.
pencegahan yang telah dilakukan untuk pekerjaan tersebut. Berdasarkan Surat Perintah
Kerja (SPK), kemudian formulir ijin kerja diisi dengan lengkap dan diserahkan kepada
pengawas lapangan / supervisor.
Pemeriksaan Ijin Masuk, Pengawas lapangan kemudian meminta dilakukan pengukuran
gas atmosfer berbahaya yang dilakukan oleh Teknisi Deteksi Gas yang dibuktikan dengan
sertifikat bebas gas berbahaya. Selain itu ijin masuk akan diberikan setelah ijin untuk
pekerjaan terkait seperti pekerjaan panas, kerja dingin atau kelistrikan telah
dikeluarkan.
Beberapa hal penting yang harus diperiksa dalam peninjauan ijin masuk adalah antara
lain:
memastikan apakah ruang terbatas yang akan dimasuki telah terisolasi dari bahaya
sambungan pipa yang terbuka dan telah dipasangi dengan sorokan buta (blind
flange)
memastikan ruang terbatas tersebut telah bebas dari gas mudah terbakar, dengan
batas yang dijinkan adalah maksimum 10% LEL
memastikan kadar prosentase oksigen berada antara 19,5% - 23,5% dan tanda
tangan teknisi deteksi gas di sertifikat bebas gas berbahaya telah sesuai dan terisi
lengkap
ventilator telah bekerja dengan baik
memastikan setiap petugas utama yang akan masuk ke ruang terbatas telah
memakai alat pelindung diri yang sesuai dan terhubung dengan life line serta tripod
telah terpasang, pastikan barikade dan peralatan bantu pernapasan cukup
memastikan listrik yang digunakan di dalam ruang terbatas harus kedap gas dan
menggunakan arus DC
memastikan paling sedikit ada 1 (satu) orang petugas madya di setiap akses masuk
dan teknik komunikasi yang digunakan
Pengesahan Ijin Masuk, diberikan oleh manajer area setelah dilakukan evaluasi aspek
keselamatan pekerjaan oleh Ahli K3 sesuai dengan formulir ijin yang diberikan oleh
pengawas lapangan / supervisor.
Pendistribusian Ijin Masuk, kepada pihak-pihak terkait dan dipasang pada lokasi
pekerjaan, di ruang kendali dan pada bagian K3
Pemantauan Ijin Masuk, dilakukan terkait dengan perubahan gas atmosfer berbahaya,
kondisi petugas utama, durasi pekerjaan, dan kemungkinan penyimpangan lainnya dari
ijin yang diberikan.
Pembatalan Ijin Masuk, apabila pekerjaan dapat diselesaikan sesuai rencana kerja yang
tertuang dalam formulir ijin masuk maka formulir tersebut segera dikembalikan kepada
pengawas lapangan sekaligus sebagai laporan pekerjaan yang harus diteruskan kepada
manajer area. Namun apabila terjadi perubahan ataupun penyimpangan dari formulir
27
ijin masuk yang diberikan maka Ahli K3 harus menghentikan pekerjaan dan
membatalkan ijin yang telah diberikan untuk kemudian segera melakukan evaluasi dan
investigasi menyeluruh.
Secara umum prosedur ijin masuk ruang terbatas dilaksanakan sesuai dengan diagram
alir di bawah ini:
Dari diagram alir diatas terlihat jelas bahwa ijin masuk ruang terbatas merupakan salah
satu bagian penting dari program pengendalian ruang terbatas secara keseluruhan
setelah upaya eliminasi potensi bahaya dan ventilasi dilaksanakan dengan maksimal.
Untuk mempermudah pemahaman mengenai formulir ijin kerja, berikut disampaikan
contoh formulir yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tempat kerja.
Modul Petugas Ruang Terbatas
28
Lokasi pekerjaan
Supervisor
Jenis Pekerjaan
1
- Waktu
%
- Deteksi Gas
PPM
N/A
Ada
Tidak
Peralatan
N/A
Ya
Tidak
Keran/Valve
Sorokan Buta/Blind
Flange
Ventilasi
Pelindung pernapasan
dilengkapi dengan
oksigen dan alat bantu
pernapasan
Mekanis
Alat komunikasi
Hanya Alami
Peralatan listrik
Tidak
- Madya
% BRDM
- Gas beracun
Tanda tangan Teknisi
Deteksi Gas
Ya
- Utama
- Oksigen
29
>19.5%
% BRDM
< 10%
PPM
< 10 PPM
- Gas beracun
- Waktu
Prosedur komunikasi
11
Pengesahan
10
19.5%-23.5%
BRDM
< 10%
CO
Ppm
ppm
ppm
35ppm+
HC
Ppm
ppm
ppm
1ppm*; 5ppm+
HCN
ppm
ppm
ppm
4ppm*
H2S
ppm
ppm
ppm
10ppm*;
15ppm+
SO2
ppm
ppm
Ppm
2ppm*; 5ppm+
NH3
ppm
ppm
ppm
35ppm+
Setelah melakukan pemeriksaan dan pengujian di lokasi pekerjaan kemudian memahami isi dari ijin ini dan
telah adanya instruksi ataupun prosedur penyelamatan darurat maka diberikan ijin untuk memulai pekerjaan
di ruang terbatas.
dipersiapkan oleh
Nama
Ttd
Nama
Ttd
Nama
TTd
(Petugas RT)
disetujui oleh
(Manajer Unit/Area)
diawasi oleh
(Ahli K3)
30
Formulir ijin masuk di atas tentunya dapat disesuaikan dengan kondisi ruang terbatas
dan potensi bahaya yang mungkin lebih spesifik lagi di tiap-tiap tempat kerja, namun
sekurang-kurangnya haruslah memuat informasi wajib sebagai berikut:
a. Identitas jenis dan lokasi Ruang terbatas yang akan dimasuki
b. Pekerjaan / Kegiatan yang dilangsungkan di dalamnya
c. Tanggal dan durasi kegiatan yang akan dilakukan
d. Nama Petugas-petugas Utama yang bekerja dalam ruangan
e. Nama Petugas Madya
f. Nama dan tanda tangan ahli K3 /pengawas yang bertugas
g. Nama supervisor / manajer area yang mensahkan kegiatan
h. Potensi Bahaya dari ruang terbatas yang akan dimasuki
i. Langkah-langkah yang diambil untuk mengisolasi ruangan dan untuk menghilangkan
atau mengendalikan bahaya dari ruang terbatas
j. Kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
k. Hasil pengujian awal dan berkala gas atmosfer berbahaya
l. Nama dan tanda tangan Teknisi Deteksi Gas dan Waktu pengujian dilaksanakan
m. Nama dan Nomor Kontak Tim penyelamat dan tim tanggap darurat yang bertugas
n. Prosedur komunikasi yang digunakan oleh petugas utama dan petugas madya,
petugas penyelamat
31
BAB V
Karakteristik Gas Atmosfer Berbahaya
5.1. Potensi bahaya .
Gas-gas berbahaya dalam udara dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja. Gangguan gas berbahaya terhadap keselamatan, dapat berupa efek akut seperti
keracunan, berupa ketidak sadaran atau kematian. Juga apabila gas berbahaya berupa gas
mudah terbakar, maka kebakaran atau peledakan dapat membawa korban dan cidera
serta kerugian harta benda. Kecelakaan-kecelakaan seperti diatas dapat dicegah apabila
dapat dilakukan deteksi gas sebelum pekerjaan ruang terbatas dapat dilakukan.
32
5.3. Pengertian
a) Aspiksian ;
Tempat kerja aspiksian berarti kekurangan oksigen, Kadar oksigen normal adalah 21 %.
Apakah kadar Oksigen O2 turun menjadi kurang dari 19 % maka akan menyebabkan
sesak nafas, kekurangan oksigen dalam udara pernafasan akan menyebabkan otak
manusia kekurangan oksigen dan pula kondisi demikian akan menyebabkan gangguan
syaraf otak dapat terjadi baik yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) atau
bahkan kematian.
Kondisi aspiksian dapat terjadi oleh adanya gas atau uap berberat jenis lebih besar dari
pada udara. Kondisi demikian dapat terjadi baik di tempat kerja biasa (terbakar) maupun
tempat kerja yang terbatas atau tertutup, kondisi aspiksian dapat terjadi karena adanya
gas-gas yang lebih ringan dari udara yang menyebabkan kadar O2 < 19%.
b) Gas-gas Beracun
Gas-gas beracun adalah gas-gas yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan
akibat gas terbakar atau korosif, gangguan kesehatan dapat terjadi penghirupan kadar
kecil yang terus menerus, sedang efek akut berupa pingsan atau kematian dapat terjadi
akibat penghirupan jumlah besar dan waktu pendek. Baik bahaya kesehatan atau kronis
maupun bahaya akut dapat diketahui dari kadar gas diudara. Ambang batas kadar gas
keracunan dapat dinyatakan sebagai NAB atau nilai ambang batas. Jadi kadar gas yang
diperkenankan untuk seseorang yang bekerja selama 8 (delapan) jam perhari selama 5
(lima) hari perminggu tanpa menimbulkan gangguan yang berarti. Ada pula yang disebut
IDLH yakni konsentrasi gas yang dapat mengancam keselamatan jiwa ataupun gangguan
kesehatan yang serius (Immediately Dangerous to Life and Health). Nilai IDLH amat
bervariasi tergantung pada jenis-jenis gas, tetapi umunya antara 5 10 kalidosis nilai
NAB. Jadi apabila kondisi kerja dapat dijaga dibawah NAB, maka berarti kondisi tersebut
cukup aman untuk kesehatan dan aman terhadap keselamatan jiwa.
33
34
2) Efek akut, yakni akibat penghirupan gas dalam jumlah besar dalam jangka pendek dan
berdampak pada saat itu juga.
Untuk menjaga agar gas-gas tersebut di atas tidak berdampak buruk pada pekerja, maka
diperlukan standar baku mutu. Untuk baku mutu standar kesehatan kerja digunakan NAB
(Nilai Ambang Batas) sedang untuk efek akut digunakan IDLH (immediately dangerous to
life and health).
Namun untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keselamatan dan kesehatan
dibandingkan dengan ambang batas, diperlukan metoda analisa atau deteksi. Metoda
dapat berupa teknik analisa konvensional tetapi juga dapat berupa teknik insrumental
seperti detektor elektrokimia atau spektroskopi,
Cemaran Kimia
Diantara cemaran-cemaran di atas, cemaran kimia merupakan cemaran berdampak
kompleks mengingat jenis dan bahayanya yang berbeda-beda. Bentuk cemaran tersebut
diantaranya adalah :
1). Debu : partikel halus akibat diintegrasi zat padat
35
36
Gas H2S berbau seperti telur busuk, tetapi apabila kadar melebihi 150 ppm, maka
syaraf hidung akan dimatikan. Gas tidak tercium tetapi mematikan. Amat fatal apabila
kadar > 300 ppm, dapat mematikan orang hanya dalam beberapa menit. Untuk
menghindari bahaya di atas maka :
a. Deteksi kadar H2S dengan detektor elektrokimia atau cara sederhana test
tube detector. Analisis lebih teliti dapat dilakukan dengan impinger.
b. Bekerja dengan masker pelindung pernafasan, yakni dengan alir udara atau
oksigen (SCBA).
Di tempat dimana terdapat gas H2S, hindari tempat tertutup (terbatas) atau tempattempat yang rendah dimana gas H2S dapat berakumulasi.
Kondisi aspiksian dapat terjadi pula dalam :
a) Tangki katalist, dimana N2 digunakan sebagai gas penginert agar katalis tidak
teroksidasi dalam udara.
b) Tangki-tangki bekas pelarut organik atau bahan bakar, karena uap pelarut bekas
lebih berat dari udara.
c) Ruang bekas pemadaman kebakaran dengan gas CO2, halon dan bubuk kimia.
d) Tangki atau bak limbah cair terutama dari pabrik kertas dan pabrik makanan. Juga
gorong-gorong tempat pembuangan limbah rumah tangga.
Mengingat dampak akut yang begitu cepat seperti pingsan dan kematian maka deteksi
kadar O2 dengan oksigenmeter amat penting. Selain itu memakai masker dengan
aliran udara atau SCBA adalah cara penggamanan yang harus dilakukan.
5.7.2. Gas Beracun
a) Karbon Monoksida
Gas karbon monoksida (CO) adalah gas hasil pembakaran karbon yang tidak sempurna.
Termasuk gas pembunuh dalam industri karena mempunyai daya ikat yang kuat dengan
haemoglobin, lebih kuat (240-300x) dari pada O2-haemoglobin. Akibatnya sedikit
menghirup gas CO, kita akan kehilangan oksigen dalam darah yang menyebabkan
pingsan, hilang kesadaran dan kematian bila tidak segera ditolong. Batas keterpaan
Modul Petugas Ruang Terbatas
37
(NAB) : 50 ppm. Amat berbahaya apabila kadar >2000 ppm atau 0,2 %. Mengingat
dampak fatal begitu cepat maka di tempat-tempat yang diduga terdapat gas CO harus
diberi detektor dengan alarm bahaya bila kadar melebihi batas tertentu. Juga bekerja
dengan masker dengan aliran udara atau SCBA adalah cara pengamanan dari bahaya
gas CO. Bahaya gas CO dapat pula ditemukan pada basement shopping centre tempat
parkir mobil, tempat/ruang instrumen gas, pabrik besi yang menggunakan gas CO
sebagai bahan bakar dan pabrik pupuk.
b) Hidrogen sianida (HCN)
Gas hidrogen sianida banyak dihasilkan dalam proses elektroplating, proses ekstraksi
emas dan pabrik tapioka. Gas HCN amat beracun karena menimbulkan gangguan fungsi
darah. Sedikit berbau, spesifik dan harus dihindari sebelum bau menyengat. Pada
kosentrasi yang tak terlalu tinggi dengan cepat dapat menimbulkan efek akut berupa
hilang kesadaran (pingsan) atau meninggal.
Batas keterpaan di tempat kerja : NAB : 4,7 ppm
Batas IDLH : 50 ppm.
Amat berbahaya apabila konsentrasi di atas 150 ppm karena akan menyebabkan hilang
kesadaran (pingsan). Pada konsentrasi > 300 ppm dapat menimbulkan kematian dalam
waktu beberapa menit. Untuk menghindari bahaya tersebut diperlukan deteksi dengan
alarm bahaya, terutama untuk tempat tercemar berat atau tempat-temat tertutup atau
terbatas. Selain itu harus memakai APD : SCBA atau masker penyerap HCN. Gas HCN
juga dapat terbakar dengan LEL-UFL : 5,6-40,0 %. Ini berarti apabila ruangan aman
terhadap bahaya kesehatan, maka berarti aman terhadap bahaya kebakaran.
38
gangguan paru-paru seperti pembengkakan atau edema. Bahaya gas-gas korosif amat
bergantung pada kelarutan dalam air, karena air pada saluran pernafasan yang
menangkap gas-gas korosif. Oleh karena itu terdapat beberapa kelompok :
a) Gas yang amat larut dalam air, seperti NH3, HF, HCl. Dapat menimbulkan infeksi atau
iritasi pada saluran pernafasan bagian atas (SPA).
b) Gas dengan kelarutan sedang seperti SO2, NO2. Dapat menimbulkan kerusakan SPA
maupun paru-paru.
c) Gas dengan sedikit kelarutan dalam air seperti fosgen, O3. Gas demikian tidak tertahan
pada SPA. Merusak paru-paru dan dapat menimbulkan efek sistemik. Beberapa gas
korosif dalam industri sebagai berikut :
a. Amonia (NH3)
Gas amonia banyak mencemari lingkungan kerja pabrik pupuk atau pabrik
pengguna amonia seperti pabrik pendingin. NH3 amat larut dalam air, korosif
terhadap saluran pernafasan dan amata. Mudah dihindari, karena bau yang
merangsang.
Batas keterpaan : NAB : 25 ppm
Berbahaya apabila konsentrasi > 5000 ppm (0,5 %) dapat menimbulkan kematian
atau kerusakan paru-paru yang akan mengganggu kesehatan. Untuk menghindari
keterpaan harus memakai masker penyerap NH3, juga gloves dan kacamata. Amat
fatal bila cairan NH3 terkena pada mata, dapat menimbulkan kebutaan. Penyelamat
dari pada kecelakaan emisi gas NH3 dapat dilakukan dengan menutup hidung
dengan kain atau handuk yang basah. Demikia pula emisi gas
NH3 dapat
39
Detektor harus dipasang di tempat kerja atau gudang Cl2 untuk mengetahui tingkat
pencemaran atau adanya kebocoran. Karena berat jenis Cl2 > udara, maka detektor
harus diletakan pada bagian bawah.
Batas keterpaan : NAB : 0,55 ppm
Berbahaya : IDLH : 30 ppm
Amat berbahaya : > 1000 ppm (0,1%) karena dapat menimbulkan kematian atau
cedera paru-paru berat atau pencemaran. Kebocoran gas Cl2 dapat diserap dalam
larutan NaOH/Na2SO3.
c. Nitrogen Dioksida (NO2)
Gas NO2 dapat terjadi akibat reduksi HNO3 dalam reaksi dengan logam atau oksida
gas NO
NO3- + 2 H+ + e-
2NO + O2
NO2 + H2O
NO2
Warna coklat, berbau spesifik. Amat iritan pada SPA dan paru-paru. Bahaya
kesehatan terletak pada efeknya yang tertunda, sehingga tidak disadari oleh para
pekerja. Uap pekat dapat mengiritasi kulit dan mata.
Batas keterpaan NAB : 3 ppm
Bahaya IDHL : 50 ppm
Amat berbahaya : 200 700 ppm : fatal
Mengingat efek kerusakan yang permanen, penghirupan NO2 harus dihindari
dengan bekerja dalam almari asam dan memakai APD : masker penyerap NO 2,
gloves dan kacamata. Deteksi dapat dilakukan dengan detektor elektrokimia.
40
d. Ozon (O3)
Gas ozon sekarang ini banyak digunakan untuk sterilisasi air murni. Juga untuk
oksidasi fenol dalam air limbah. Dapat terbentuk apabila udara kena sinar
ultraviolet baik UV alami maupun dari lampu UV spektrofotometer. Adanya O3
dapat dideteksi dari bau spesifik. Ozon tidak atau sukar larut dalam air sehingga
dapat merusak paru-paru dan sistemik.
Batas keterpaan : 0,1 ppm
Bahaya IDLH : 10 ppm
Perlindungan terhadap bahaya O3 dapat dilakukan dengan detektor O3
(spektrofotometer) dan bekerja dengan memakai APD : master penyerap O3 atau
SCBA.
Hidrogen sebagai bahan hidrogenasi dalam industri minyak goreng atau dalam
industri pupuk.
41
Baik gas maupun uap mudah terbakar akan mudah meledak apabila gas atau uap
tersebut berada dalam ruangan tertutup dan kontak dengan nyala atau loncatan
api. Sifat bahaya dapat diketahui dari sifat kemudahan terbakar.
Sifat Kemudahan Terbakar
a) Daerah Konsentrasi Mudah Terbakar
Daerah konsentrasi mudah terbakar adalah range konsentrasi gas/uap dalam udara
yang dapat dibakar.
Dibatasi oleh :
Batas Bawah Dapat Meledak/Terbakar (BBDM) atau lebih dikenal dengan LEL (Low
Flammable Limit) atau LEL (Low Explosive Limit) dan Batas Atas Dapat
Meledak/Terbakar (BADM) atau dikenal dengan UFL (Upper Flammable Limit) atau
UEL (Upper Explosive Limit)
Di bawah LFL dan diatas UFL, campuran gas/uap tak dapat dinyalakan. Semakin lebar
daerah LFL-UFL, berarti semakin berbahaya.
Contoh LFL-UFL :
Metana 5-15 %
Etana 3-12,5 %
Hidrogen 4,0- 76 %
42
terbakar bila ada nyala. Dari nilai titik nyala, dapat dihindarkan 2 (daua) jenis
pelarut, yakni :
1) Flammable, titik nyala < 100 oF (37,8 oC). Contoh : aseton, eter, hexana, benzena.
2) Combustible, titik nyala > 100 oF (37,8 oC). Contoh : DMF, furfural, etanolamin
Titik nyala dapat ditentukan dengan alat ukur titik nyala dengan metoda open cup
maupun close cup. Titik nyala selain sebagai tolok ukur bahaya kebakaran dapat
pula digunakan untuk uji adanya campuran dalam bahan bakar.
c) Titik Bakar (Ignition Point)
Adalah suhu dimana zat padat dapat terbakar dengan sendirinya. Semakin rendah
titik bakar berarti semakin berbahaya. Contoh titik bakar beberapa senyawa :
Aseton : 538 oC
Benzena : 562 oC
Eter : 180 oC
Eter dan karbon disufida (CS2) adalah pelarut yang sering menjadi penyebab
kebakaran di laboratorium dan industri.
d) Sifat Fisika :
Sifat fisika di bawah ini menentukan pula kemudahan terbakar, yakni :
1). Titik didih dan tekanan uap
2). Berat jenis cairan dan uap/gas
3). Kelarutan dalam air
43
44
45
BAB VI
Teknik Deteksi Gas Atmosfer Berbahaya
6.1. Jenis alat deteksi gas
Saat ini di dunia terdapat dua jenis alat deteksi gas, yaitu single gas detection dan multi gas
detection.
a. Single Gas Detection, yaitu unit alat ukur yang hanya punya kemampuan pengukuran
suatu jenis gas tertentu baik dipasang tetap atau dapat dipindah.
b. Multi Gas Detection, satu unit alat ukur Gas Detektor yang mempunyai kemampuan
pengukuran beberapa jenis gas yang berbeda gas tertentu, baik dipasang tetap atau
dapat dipindah
Pengukuran gas atmosfir berbahaya sangat tergantung dari kemungkinan keberadaan gas
tersebut. Setiap gas memiliki karakteristik tersendiri sehingga dibutuhkan metoda deteksi
yang khusus. Secara umum metoda deteksi gas atmosfir berbahaya dapat dibagi menjadi 3
deteksi, yaitu:
1.
2.
3.
Sensor elektrokimia
46
a. Sensor Elektrokimia:
Sensor elektrokimia tranduser bekerja dengan prinsip sel galvanis (baterai). Molekul
oksigen yang terdapat dalam gas yang akan diukur melewati membran plastic kedalam
cairan elektrolit yang ada dalam sensor yang dipisahkan untuk mengukur elektroda
kedua atom Oksigen. Pada saat yang sama, elektroda mengoksidasi atom oksigen
menjadi timbal oksida. Reaksi ini akan menghasilkan arus listrik yang akan diukur
sebagai bagian proporsional dari tekanan parsial dari oksida.
b. Sensor Katalitik
Gas yang akan dimonitor akan melalui piringan logam ke sensor dimana gas atau uap
yang mudah terbakar akan dibakar secara katalitik pada detektor elemen. Udara
Modul Petugas Ruang Terbatas
47
yang dibutuhkan untuk membakar diambil dari udara. Panas yang dihasilkan dari
pembakaran akan memanaskan elemen detektor dimana reaksi panas ini akan
merubah hambatan pada elemen detektor sebanding dengan tekanan parsial dari
gas atau uap. Selain elemen detektor, sensor juga memiliki elemen kompensator.
Kedua elemen adalah bagian dari Wheatstone bridge Konsentrasi gas diukur dari
voltasi pada Wheatstone bridge dalam ukuruan % LEL atau % by Volume.
48
pemilah cahaya (beam splitter). Sebagian sinar akan dikenakan kepada contoh dan
signal rujukan dikeluarkan dan direfleksikan kembali kepada detektor pengukuran.
Adanya gas yang mudah terbakar akan mengurangi intensitas sinar untuk contoh,
tidak untuk sinar rujukan, perbedaan dari dua signal ini akan secara proporsional
menunjukkan konsentrasi gas yang diukur.
Deteksi keberadaan gas atmosfir berbahaya dapat juga dilakukan dengan sistim
Colorimetri Tabung Detektor (Detector Tube System)
Prinsip dari tabung gas detektor adalah metoda analisa kering yang menerapkan
reaksi kimia dan absorpsi fisika. Gas yang diserap kedalam tabung menghasilkan
lapisan warna yang dihasilkan dari reaksi antara reagen dengan gas dalam tabung.
Konsentrasi gas secara proposional akan menghasilkan lapisan warna yang dapat
dibaca pada skala yang tertera ditabung.
49
50
Setelah mengenal berbagai jenis dan alat deteksi, maka seorang teknisi deteksi gas juga
harus mengetahui bagaimana pengoperasian alat. Semua alat deteksi gas pertama kali
harus melalui tahapan kalibrasi sebelum di operasikan.
51
Kalibrasi alat ukur gas merupakan hal sangat penting untuk memastikan bahwa alat deteksi
gas tersebut layak digunakan. Kalibrasi peralatan dibutuhkan agar ketepatan dan akurasi
alat dapat dipertanggung jawabkan. Kalibrasi merujuk kepada proses penetapan hubungan
antara output atau respon dari peralatan pengukuran dengan nilai atau ukuran kwantitas
input atau atribut dari pengukuran yang standar.
Proses kalibrasi untuk penggunaan yang tidak spesifik biasanya disebut sebagai
penyesuaian output atau indikasi bahwa pengukuran peralatan sesuai dengan nilai standar
yang diaplikasikan dalam range akurasi yang diperlukan. Respon dari sensor eletrokimia
sangat tergantung terhadap kondisi lingkungan. Oleh karena itu proses kalibrasi sebaik
mungkin kalibrasi dilakukan setara dengan kondisi yang sebenarnya. Kebanyakan peralatan
dilengkapi dengan dua jenis alarm, peringatan dan bahaya. Kedua alaram ini akan
mendeteksi konsentrasi gas melebihi batas bahaya yang diprogramkan. Ketepatan respon
mendeteksi dan kemampuannya untuk menganalisa menunjukkan akurasi dari
pembacaan. Apabila titik rujukan sudah berubah, maka pembacaanpun akan berubah
sehingga menjadi tidak dapat dipercaya. Hal ini disebut sebagai calibration drift dan
sering terjadi pada semua detektor. Kalibrasi dengan menggunakan gas standar yang
konsentrasinya disertifikasi dapat memperbaiki titik rujukan ini.
Beberapa masalah yang timbul gas detektor menyimpang dari seting kalibrasi:
Pemaparan yang berlebih, kondisi yang ekstrim seperti suhu dan kelembaban yang
rendah atau tinggi dan tingginya kadar partikulat di udara
Pemaparan yang tinggi terhadap sensor katalitik LEL terhadap racun dan inhibitor,
termasuk silicon, gas hidrida, hidrokarbon terhalogenasi, gas sulfide
52
Penanganan peralatan yang kurang baik, seperti terjatuh, penyimpanan yang kruang
baik, goncangan, getaran dll
Kalibrasi dapat di bagi 2 tahapan yaitu kalibrasi internal dan kalibrasi eksternal.
a. Kalibrasi internal yaitu kalibrasi yang dilakukan oleh internal teknisi gas.
Kalibrasi yang dilakukan
Standar gas yang dipakai untuk kalibrasi tidak boleh kadaluarsa. Gas
harus ada sertifikasinya dan dapat dilacak certificate of analysis.
53
Contoh:
Pengukuran standar gas oksigen,
Pertama kali disiapkan gas standar oksigen dengan gas standar berkadar
19.5% -23% volume.
Selanjutnya alat yang akan di kalibrasikan digunakan untuk mengukur gas
standar tersebut. Jika hasil pembacaan sesuai atau dalam batas toleransi /
deviasi yang tercantum dalam label alat, maka alat tersebut dinyatakan layak
pakai. Namun jika diluar batas deviasi, misalkan ternyata terbaca 16 % maka
alat tersebut dinyatakan tidak layak pakai dan harus dilakukan adjustment (
penyesuaian) melalui kalibrasi eksternal.
Gas
Gas
Kal/ Satuan
TWA
STEL
Rendah
Tinggi
Keseimban
gan
CO
50/Udara
Ppm
35
100
35
200
H2S
25/N2
Ppm
10
15
10
20
SO2
5/N2
Ppm
10
54
NO
25/N2
Ppm
25
25
25
50
NO2
5/Udara
Ppm
10
Cl2
10/N2
Ppm
0,5
0,5
O2
20,9/N2
% Vol
19,5
23,5
CH4
50/Udara
%LEL
10
20
HCN
10/N2
Ppm
50
NH3
50/N2
Ppm
25
35
25
50
PH3
5/N2
Ppm
0,3
VOC*
100/Udara
Ppm
10,0
25,0
50,0
100
a. Kalibrasi eksternal atau sering pula di sebut full calibration adalah melakukan
kalibrasi
eksternal
dilakukan
secara
berkala
umumnya
supplier
6.4.
55
1. Isi (charge) baterai atau peralatan sampai petunjuk display isi baterai penuh
atau semalaman
2. Tekan tombol ON beberapa saat sampai alat melakukan self check
3. Apabila peralatan normal, maka display akan menunjukkan OK dan peralatan
siap untuk dipakai
4. Apabila ditemukan alarm atau display yang menunjukkan kondisi peralatan
yang tidak normal, tekan tombol OFF beberapa saat dan lanjutkan dengan
proses ON kembali
5. Apabila ditemukan display untuk melakukan kalibrasi, maka lakukan BumpTest calibration atau kirimkan ke pemasok.
6. Apabila tetap ditemukan kondisi tidak normal, perlu diperhatikan informasi
display. Segera hubungi pihak pemasok untuk memberitahukan informasi yang
diperlukan
7. Apabila peralatan normal, peralatan dapat segera dipakai dan catat nilai
penunjukaanya
8. Untuk multi-gas, dapat dipilih jenis gas yang diinginkan dan akan ditunjukkan
pembacaan ukuran yang diinginkan, apakah ppm, % Vol
9. Untuk pembacaan konsentrasi gas oksigen, akan ditunjukkan % Vol. Apabila
konsentrasi dari masing-masing gas, atau konsentrasi oksigen diluar range,
maka akan didengar alarm atau signal
10. Pada beberapa peralatan tertentu, nilai pembacaannya dapat disimpan sesuai
dengan kapasitas memori yang ada di peralatan
11. Pada beberapa peralatan tertentu, data nilai pembacaannya dapat ditransfer
ke komputer dan dapat diolah untuk menjadi informasi
12. Apabila selesai penggunaannya, sebaiknya baterai atau alatnya di charge agar
dapat dipakai setiap saat.
56
Contoh penggunaan
Pengukuran kwantitatif gas dan uap dapat dilakukan dengan detector gas tube.
Alat ini terdiri dari suatu pompa penghisap dengan volume 50 ml atau 100 ml dan pipa
detector (detector tube) yang bekerja dan digunakan untuk gas atau uap tertentu.
a. Prinsip kerja;
Pompa penghisap digunakan untuk menghisap udara lingkungan kerja dengan
volume tertentu misalnya sebanyak 100 ml. Dengan demikian jumlah udara yang
mengalir melalui pipa detector juga sebanyak 100 ml.
Gas dan uap yang akan diselidiki yang berada dalam udara ini akan diabsorbsi oleh
absorben dan bereaksi dengan reagen yang ada dalam pipa detector.
Reaksi ini akan menyebabkan terjadinya perubahan warna. Panjang kolom
perubahan warna dalam pipa detector akan menunjukkan konsentrasi gas atau uap
yang diselidiki dalam udara.
b. Cara penggunaan ;
1) Pilih detector yang sesuai dengan gas atau uap yang akan diselidiki
2) Patahkan kedua ujung pipa detector. Pasang pipa detector tersebut pada ujung
pompa hisap
Modul Petugas Ruang Terbatas
57
Gambar alat ;
3) Tarik pompa penghisap sampai maksimal dan dikunci. Sebanyak 100 ml udara
akan mengalir melalui pipa detector
Bahan kimia yang akan diselidiki akan diabsorbsi dan bereaksi dengan reagen,
sehingga terjadi perubahan warna, biarkan selama 3 menit.
c. Pembacaan :
Pada pipa yang sudah mempunyai skala, konsentrasi zat yang diukur sudah dapat
dibaca pada skala yang ada pada pipa detector
Cara pembacaan pada pipa yang tidak mempunyai skala adalah dengan chart, yaitu;
dengan meletakkan pipa detector diatas chart yang sesuai (ada pada kotak setiap
pipa detector), sedemikian rupa sehingga kedua ujung kolom absorben tepat pada
masing-masing garis atau bawah pada chart tersebut. Kemudian batas perubahan
warna diproyeksikan pada chart yang akan jatuh pada garis-garis diantara kedua
garis paling atas dan paling bawah tadi yang akan menunjukkan konsentrasi gas/uap
yang diselidiki dalam udara ruang kerja.
d. Kalibrasi
58
Tarik pompa semaksimal mungkin (100 ml) dan lepaskan, apabila pompa kembali
penuh (0 ml) berarti pompa masih baik dan alat masih dapat dipergunakan.
6.5.
Perawatan Alat
Setiap alat deteksi harus memiliki log book dan alat tersebut di simpan dalam
tempat yang khusus sesuai dengan petunjuk penyimpanan yang terdapat pada
manual book. Secara umum persyaratan penyimpanan dan perawatan adalah
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
59
BAB VII
Teknik Isolasi Energi
7.1. LATARBELAKANG
Telah banyak terjadi kecelakaan kerja di dalam suatu ruang terbatas, diakibatkan oleh
bergeraknya suatu alat secara tiba-tiba. Hal ini dimungkinkan karena adanya suatu
peralatan yang belum diamankan sebelum melakukan pekerjaan dalam suatu ruang
terbatas. Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja didalam ruang terbatas, perlu
dilakukan dengan sungguh-sungguh karena hal ini bisa menimbulkan kecelakaan yang
berakibat fatal terhadap tenaga kerja yang bekerja dalam ruang terbatas.
Beberapa risiko kecelakaan bersumber dari lepasnya energi yang berasal dari:
-
Peralatan Mekanik
Terkena aliran listrik
Semburan bahan kimia yang bertekanan
Terkena bahan B3
Khususnya di ruang terbatas terdapat resiko kerja yang disebabkan oleh adanya sumber
energi yang belum di non aktifkan, sehingga bisa menimbulkan kecelakaan kerja maupun
penyakit akibat kerja. Umumnya di dalam ruang terbatas itu biasanya ada beberapa
komponen antara lain:
-
Untuk mengamankan peralatan atau komponen tersebut diatas, perlu diamankan dengan
cara mengisolasi / memutuskan hubungan dengan ruang terbatas baik berupa aliran /
flowing maupun energi listrik sehingga betul-betul aman.
60
Tangki Penyimpanan,
Bejana transportasi
Boiler,
Tanur/dapur
Silo dan jenis tanki lainnya yg memiliki lobang masuk orang
Ruang terbuka bagian atasnya memiliki kedalaman > 1.5 m seperti parit,
sumur, galian dalam tanah.
Jaringan perpipaan
Terowongan bawah tanah serta struktur lainnya yang serupa
Ruangan lainnya seperti diatas kapal yang termasuk tangki kapal, kargo,
tangki minyak dsbnya.
61
Pencucian / cleaning
Perawatan
Inspeksi / pemeriksaan & pengujian
Perbaikan
Modipikasi
Pelapisan / coating
Tindakan penyelamatan
Serta jenis pekerjaan lainnya sehingga harus dilakukan Lock Off dan Tag out.
7.3. Pengertian
7.3.1. Lock Off Tag Out :
adalah suatu cara untuk menjaga dan mengamankan atau menonaktifkan sumber
energi dengan cara:
a. penutupan setiap keran (valve), saluran dan pipa yang mengalirkan bahan
proses atau bahan jadi dengan pemasangan sorokan buta (blind flange),
sehingga mencegah masuknya cairan atau gas ke dalam ruang terbatas
dimana pekerjaan dilakukan;
b. penguncian dan penandaan, pengurangan energi peralatan yang berpotensi
bergerak. seperti peralatan mekanik, pengaduk, agitator, mixer atau
sejenisnya harus dipastikan tidak tersambung dengan sumber energi;
c. Isolasi semua sumber energi termasuk power, pemanas atau pendingin
sebelum masuk ke dalamnya;
d. pastikan bahan produksi tidak dapat jatuh dari dinding ataupun atap ruang
terbatas dengan memindahkan semua bahan dari lokasi potensi kejatuhan
atau memasang barikade atau pengaman sementara.
7.3.2. Pad Lock, adalah berupa gembok / kunci beserta anak kunci untuk penguncian
sehingga saklar yg di offkan posisinya tidak boleh diganggu selama ada kegiatan.
7.3.3. Blind adalah berupa slorokan yang dipakai untuk mengisolasi suatu aliran yang
dipasang pada perpipaan sehingga berfungsi menutup aliran.
7.3.4. Tag adalah sejenis label yg terbuat dari kertas / plastik / plat yang ditulisi dan
digantung pada alat yang di-isolasi, sebagai tanda alat yang dipasangi tag tersebut
tidak bisa dioperasikan selama ada kegiatan, yang berhubungan dg peralatan
tersebut. Dalam tag ini diisi tulisan :
a. Nama Pemasang tag,
b. Tgl dipasang
c. Topik / uraian kegiatan dengan singkat.
62
7.5. Teknik Isolasi energi pada peralatan yang bergerak dan berputar:
7.5.1. Lakukan penyetopan (matikan arus listrik) pada peralatan yang akan di lock off dan
tag out,
7.5.2. Pindahkan swicth NFB pada posisi off
7.5.3. Pasang Pad Lock oleh outorisasi personel, dan orang yang paling beresiko akan
terkena dampak energy yang di isolasi. Yakinkan Energy sudah terisolasi dan test
tombol start.
7.5.4. Amankan anak kunci oleh personel yang akan masuk ruang terbatas. Usahakan
satu orang satu kunci. Gunakan multiple pad lock
7.5.5. Pasang tag pada NFB yang sudah di gembok, sebagai tanda equipment tidak boleh
dioperasikan selama kegiatan belum selesai. Pasangkan tag dan usahakan mudah
dilihat, lengkapi dengan keterangan yang singkat dan jelas
63
7.6. Teknik isolasi energi untuk jaringan perpipaan yang berisi kontaminan cair/padat :
7.6.1. Tutup valve
7.6.2. Kosongkan pipe line yang akan dipasang blind
7.6.3. Kendorkan flangges pada up stream
7.6.4. Pasang blind pada up stream
7.6.5. Pasang tag pada lokasi pemasangan blind sebagai tanda bahwa valve tsb sudah
diisolasi / telah terpasang blind.
7.7. Teknik melepas isolasi energi saat pekerjaan dinyatakan selesai
7.7.1. Buka Tag
7.7.2. Buka Pad Lock
7.7.3. Posisikan kembali NFB pada posisi operasi
7.7.4. Buka Blind pada flangges, bila perlu ganti gasket
7.7.5. Kencangkan kembali flangges yg blindnya sudah dicopot
7.7.6. Posisikan valve pada kondisi siap beroperasi, sesuai dengan SOP.
7.7.7. Informasikan kegiatan Lock off tag out sudah selesai.
64
BAB VIII
Teknik Ventilasi, Pencucian dan
Pembilasan di Ruang Terbatas
8.1. Latar Belakang
Telah banyak terjadi kecelakaan kerja didalam suatu ruang terbatas, diakibatkan oleh
tidak memadainya kandungan Oksigen diruang terbatas, serta masih adanya gas-gas yang
lainnya sehingga bisa menyebabkan kecelakaan fatal bahkan kematian ataupun bisa
menimbulkan penyakit akibat kerja. Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja didalam
ruangan terbatas, perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh agar hal yg disebutkan diatas
bisa teratasi dengan baik sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja Diantaranya :
-
Resiko kerja khususnya di dalam ruangan terbatas yang disebabkan oleh tidak
sempurnanya dalam clearing and purging pada awal pengosongan tangki sehingga Gasgas beracun, mudah terbakar, Oxygen deviciensi masih ada yang tertinggal dalam suatu
ruangan terbatas.
Untuk mengamankan hal tersebut diatas maka sangat perlu dilakukan clearing and
purging dengan baik serta mengikuti prosedur cleaning dan purging untuk meyakinkan
bahwa aktifitas kerja dalam ruang terbatas betul betul aman dan terkendali.
8.2. Teknik cleaning / pencucian
8.2.1. Persiapan pengosongan
Yakinkan kegiatan ini sudah terlepas dari kegiatan program ( disable program ) sehingga
pengoperasian alat alat yang akan dipakai dilakukan dengan secaar manual. Dan
dicontrolpun secara manual, artinya penuh pengawasan exstra, karena tidak melakukan
secara otomatis, namun indikasi berkaitan dengan tangki yang akan dikosongkan masih
tetap berjalan ( Level, Pressure, Temperatur )
Modul Petugas Ruang Terbatas
65
66
Untuk pemilihan blower yang dipasang, harus disesuaikan dengan klasifikasi kandungan
flammable gas yang ada dlm bejana tersebut, meskipun pada saat gas test diawal sudah
dibawah explosive range, perhatikan juga perubahan temperatur akan memicu
penguapan dalam suatu tangki atau bejana, pilihlah air mover yang tidak memakai power
listrik dan jangan lupa di pasang grounding untuk menghindari terakumulasinya muatan
listrik sehingg bisa menyebabkan munculnya loncatan api.
Catatan :
Lajur udara (Air Line) tidak boleh disambungkan pada jalur jalur yang dapat terisi uap
alkhylene oksida ataupun cairannya. Bila pemakaian udara hanya untuk sementara,
dalam kaitan perbaikan hal ini harus meminta persetujuan owner area.
67
Catatan : pada saat pengukuran petugas tester harus jaga jarak jangan sampai
menghirup venting line karena sudah terjadi N2 yang dominan sehingga Tester
bisa lemas.
Untuk lebih teliti O2 freenya biasanya diambil sample tertentu dan di test di
laboratorium ( CG ) gan crematografi.
8.3.5.
68
BAB IX
Teknik Penyelamatan dan P3K di Ruang
Terbatas
Selama terdapat risiko terhadap keselamatan dan kesehatan dalam suatu pekerjaan di ruang
terbatas, maka saat itu dibutuhkan ketersediaan fasilitas penyelamatan baik personil, peralatan
dan prosedur penyelamatan itu sendiri. Pelatihan dalam penyelamatan ini sangat penting
dilakukan sebelum kecelakaan itu terjadi, karena salah satu hal yang menyebabkan tingginya
kasus kematian lebih dari satu orang di ruang terbatas adalah karena respon yang tidak tepat
yang diberikan oleh orang yang ingin melakukan penyelamatan terhadap petugas utama yang
berada di dalam ruang terbatas. Seperti beberapa kasus yang terjadi di areal gorong-gorong
sebuah pertokoan di Jakarta dan yang juga terjadi di tangki air minum di sebuah kontraktor
migas di Kutai Timur menunjukkan bahwa tindakan yang tidak tepat oleh orang yang
bermaksud menyelamatkan atau menolong justru dapat menambah deretan panjang korban di
ruang terbatas
Pemilihan peralatan penyelamatan sangat bergantung pada kondisi ruang terbatas itu sendiri.
Beberapa akses mungkin mengijinkan mengalokasi peralatan pengangkut untuk mengangkat
pekerja. Akses horizontal menjadikan beberapa penolong harus memasuki ruang terbatas
tersebut dan mengangkat petugas utama yang cedera keluar. Kesulitan dalam melakukan hal
tersebut tidak dapat dianggap remeh. Aturan umum mengatakan harus ada tiga orang
tambahan untuk mengeluarkan satu korban. Tambahan kesulitan juga dapat terjadi pada saat
memindahkan orang yang tidak sadar yang menggunakan alat pelindung diri lengkap melalui
pintu yang sangat kecil.
Beberapa alat penyelamatan yang sering digunakan adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dikarenakan tingginya risiko yang akan diterima oleh penyelamat, maka tidak sembarang orang
dapat menjadi penyelamat. Bahkan seorang petugas madya hanya dapat menjadi anggota tim
penyelamat yang bertugas dari luar ruang terbatas (Non Entry Rescuer). Namun demikian
Modul Petugas Ruang Terbatas
69
kemampuan untuk memberikan tindakan pertolongan pertama adalah suatu yang vital dimiliki
oleh seorang petugas madya, seperti teknik menilai korban, respons, pengenalan anatomi dan
sampai melakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP), mobilisasi korban luka dan keracunan
dan sebagainya.
Beberapa teknik pertolongan pertama yang penting dikuasai adalah:
A. Penilaian Keadaan :
Menilai keadaan dapat menggunakan tiga kriteria seperti dibawah ini :
Bagaimana kondisi saat itu
Apakah kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi
Bagaimana mengatasinya
PENILAIAN DINI
Definisi : Suatu proses untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat mengancam nyawa
korban
Langkah langkah penilaian dini :
1.
Kesan umum
Tentukan kasus trauma atau medis
Leher : Periksa bagian depan dan belakang, pasang cervical collar bila perlu
2.
Periksa respon
Ada 4 tingkatan yang umum dipakai untuk menentukan tingkat respon seseorang yaitu
Alert (sadar), Verbal, Pain (nyeri), Unresponsive (tidak ada respon)
70
4.
Nilai pernapasannya
Pernapasan diperiksa dengan cara lihat, dengar dan rasakan.
ditentukan dalam 5 10 detik pertama.
5.
6.
PEMERIKSAAN FISIK.
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu kita dalam
mengidentifikasi keadan keadaan yang mengancam nyawa korban, meliputi seluruh
tubuh penderita.
Bertujuan untuk mengetahui adanya tanda tanda sakit atau cidera pada korban
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan, dilakukan dari ujung
kepala sampai ujung kaki namun dapat berubah sesuai dengan kondisi korban.
71
Penglihatan / Inspeksi
Pendengaran / Auskultasi
Perabaan / Palpasi
D (Deformity)
O (Open wounds)
T (Tenderness)
> Pembengkakan
S (Swelling)
Beberapa tanda mungkin sangat nyata, sedang yang lainnya mungkin tidak tampak, biasanya
pada cedera organ dalam dan cenderung serius.
72
2. Leher
-
Periksa trakea
3. Dada
- Periksa tulang rusuk hingga ke bagian belakang, tapi jangan sampai mengangkat korban
- Periksa tulang sternum
4.
-
Perut
Periksa ketegangan dinding perut
Luka yang ada
Periksa kuadran perut bagian yang nyeri terakhir
5.
-
Punggung
Bagian dada belakang
Tulang belakang
Periksa luka tembus, luka tusuk, luka robek
Bila ada akumulasi darah di panggul, pertanda cedera perut
6.
-
Panggul
Terdiri dari ileum kanan dan kiri, ischium dan tulang pubic
Patah tulang panggul akan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 2 liter
Pada daerah kemaluan : Priapismus pada laki laki
73
Denyut nadi
Pernapasan
Suhu tubuh
Takanan darah
Pupil
RIWAYAT KORBAN
> S igns and symptoms
> A llergies
(Alergi)
> M edications
(Pengobatan)
> E vent
(Peristiwa)
74
Pemeriksaan diteruskan secara berkala. Setiap 5 menit untuk korban yang tidak stabil, dan
setiap 15 menit untuk korban yang stabil keadaannya.
Periksa kembali :
-
kesadaran
jalan nafas
nadi
tenangkan korban
PELAPORAN
Data korban
Semua pemeriksaan dan tindakan yang telah diberikan :
-
keluhan utama
kesadaran
status ABC
riwayat korban
75
Lebam mayat
Kaku mayat / rigor mortis
Pembusukan / dekomposisi
Tanda lainnya (cedera mematikan)
Salah satu cara yang paling dikenal untuk mengatasi mati klinis adalah dengan Resusitasi
Jantung Paru atau RJP. Tindakan ini telah mengalami perubahan yang mendasar dalam kurun
waktu sepuluh tahun terakhir sampai cara yang kita kenal kini.
Modul Petugas Ruang Terbatas
76
Jangan lupa untuk memeriksa mulut penderita apakah ada suatu benda yang dapat menyumbat
saluran napas (sisa makanan, gigi palsu, dll) Pembersihannya dapat dilakukan dengan cara
sapuan jari Tetapi cara ini tidak boleh dilakukan pada bayi dan anak kecil.
SUMBATAN JALAN NAFAS
Penyebab sumbatan jalan napas :
Lidah : lidah jatuh ke belakang, umumnya terjadi pada orang yang tidak sadar
Epiglotis : muncul bila ada alergi, dan kejang
77
Benda asing : makanan, es, mainan, gigi, muntahan dan cairan yang menutup bagian atas
saluran nafas
Luka : disebabkan karena luka tusuk pada leher, remuk pada wajah, menghirup udara panas
( kebakaran ), menelan bahan kimia.
Sakit : infeksi saluran nafas, asma dll.
BREATHING SUPPORT (PERNAPASAN BUATAN)
Oksigen yang dikandung udara disekitar kita kurang lebih 21 %. Sedangkan proses bernapas
manusia hanya memanfaatkan sekitar 5 % saja, yang berarti udara yang kita keluarkan masih
mengandung sebanyak 16 % oksigen.
Udara ini dapat diberikan kepada korban yang
mengalami henti napas sampai ada sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya.
Ada beberapa tehnik yang dikenal untuk memberikan pernapasan buatan diantaranya :
1
2.
3.
4.
Mulut ke masker
Mulut ke mulut
Mulut ke mulut dan hidung
Dengan peralatan dikenal Bag Valve Mask (BVM)
Frekuensi pernapasan
Dewasa
Anak
78
situasi seperti ini maka kita harus kembali ke tindakan A seperti telah dijelaskan diatas.
(membuka jalan napas)
Dada dan perut bergerak naik dan turun seirama dengan pernapasan
Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut / hidung
Penderita nampak nyaman
Frekwensinya cukup
Tidak bernapas
Tidak ada gerakan dada / perut
Tidak terdengar aliran udara dari mulut / hidung
CIRCULATORY SUPPORT
Tindakan paling penting pada C ini adalah Pijatan Jantung Luar
Ingat : menghentikan perdarahan besar merupakan tindakan yang sangat penting dan harus
segera dilakukan bila seorang korban ditemukan dalam keadaan perdarahan besar.
Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar dari jantung terletak diantara
tulang dada dan tulang punggung, sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya
efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal pada
keadaan mati klinis.
Modul Petugas Ruang Terbatas
79
Posisi Penekanan :
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada
kurang lebih 2 jari dari pertemuan tulang rusuk paling
bawah kiri dan kanan
Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti berdenyut maka pernapasan akan
berhenti juga, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya.
Seseorang mungkin hanya
mengalami kegagalan pernapasan dengan jantung yang masih berdenyut, walau kalau
kelamaan akan berakhir terjadinya henti jantung juga karena kekurangan oksigen.
Pada orang dewasa rasio untuk RJP untuk satu atau dua orang penolong adalah :
15 kompresi dada : 2 ventilasi
Pada bayi dan anak hanya dikenal satu rasio yaitu 5 : 1
80
Tentukan titik kompresi. Letakan 2 jari diatas pertemuan tulang iga paling bawah dan
letakan salah satu tumit tangan dan tangan yang lain ditempatkan diatasnya (saling
mengunci)
81
Bila korban menunjukan tanda-tanda pulih, maka tindakan RJP dihentikan atau hanya diarahkan
ke sistem yang belum pulih saja. Biasanya yang paling lambat pulih adalah pernapasan
spontan.
82
Hasil
Kompresi tidak efektip
83