Anda di halaman 1dari 86

Modul Diklat

Pengawas K3
Bidang
Lingkungan
Kerja

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI RUANG TERBATAS

DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DIREKTORAT JENDERAL PPK DAN K3
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat keselamatan dan kesehatan yang
dicurahkan kepada Penulis, hingga akhirnya modul dengan judul Pemeriksaan dan
Pengujian Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas ini dapat
diselesaikan pada waktunya. Modul ini disusun untuk memenuhi kurikulum dalam
Pendidikan dan Pelatihan Pengawas Ketenagakerjaan Bidang K3 Lingkungan Kerja
yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Kementerian
Ketenagakerjaan RI.

Sebagaimana kita ketahui telah banyak kasus kematian dan cedera serius
diakibatkan keracunan, defisiensi oksigen, terbenam atau terjepit dalam substansi
padat maupun cairan, energi yang tidak terkendali serta mesin yang beroperasi
secara tiba-tiba pada pekerjaan di ruang terbatas. Oleh karenanya modul ini
diharapkan mampu menjadi bahan bacaan dan sumber rujukan bagi para peserta
Diklat terkait dengan prosedur bekerja aman di ruang terbatas. Modul ini menjadi
penting untuk dipelajari, karena menyajikan pengetahuan dan panduan
keterampilan teknis mengenai beberapa peraturan perundang-undangan dan
standar serta memuat prosedur praktis bekerja aman di ruang terbatas - tentunya
untuk tingkat dasar.

Dalam kesempatan ini juga Penulis mengucapkan terimakasih kepada para pihak
yang telah membantu hingga terselesaikannya modul ini. Penulis menyadari bahwa
modul ini penuh dengan keterbatasan-sesuai dengan judulnya. Oleh karenanya
kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat muncul referensi yang lebih
lengkap untuk menjawab kebutuhan pada jenjang yang lebih tinggi demi
tercapainya nihil kecelakaan di ruang terbatas untuk mendukung visi Kemandirian
Masyarakat Indonesia berbudaya K3 Tahun 2020.

Jakarta, September 2015

pei_jenggot_2015 1
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pengertian
C. Dasar Hukum
D. Ruang Lingkup
E. Tujuan Instruksional Umum
F. Tujuan Instruksional Khusus
G. Metode Pembelajaran
H. Komponen Jam Pelajaran

BAB II : KEGIATAN PEMBELAJARAN-1 :


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN STANDAR TEKNIS
PEKERJAAN DI RUANG TERBATAS
A. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
B. Uraian dan Contoh
1. Undang - Undang No. 3 Tahun 1969
2. Undang Undang No. 1 Tahun 1970
3. Peraturan Khusus L Tahun 1936
4. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/Men/1982
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 08/Men/2010
7. Surat Edaran Menakertrans No. SE. 117/Men/2005
8. Surat Edaran Menakertrans No. SE. 01/Men/PPK/2012
9. Surat Keputusan Dirjen PPK No. KEP. 113/DJPPK/2006
10. Standar Nasional Indonesia No. 0229 2987 E
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Test Formatif
F. Balikan dan Tindak Lanjut

BAB III : KEGIATAN PEMBELAJARAN-2 :


DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RUANG
TERBATAS
A. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
B. Uraian dan Contoh
1. Identifikasi Ruang Terbatas
2. Klasifikasi Ruang Terbatas
2

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

3. Potensi Bahaya di Ruang Terbatas


4. Pengendalian Bahaya di Ruang Terbatas
5. Prosedur Ijin Masuk di Ruang Terbatas
6. Personil di Ruang Terbatas
C. Latihan-2
D. Rangkuman
E. Test Formatif-2
F. Balikan dan Tindak Lanjut

BAB IV : KEGIATAN PEMBELAJARAN-3 :


TEKNIK VENTILASI, PEMBILASAN, ISOLASI ENERGI DAN PENGUJIAN
ATMOSFER DI RUANG TERBATAS
A. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
B. Uraian dan Contoh
1. Teknik Ventilasi dan Pembilasan di Ruang Terbatas
2. Teknik Isolasi Engeri di Ruang Terbatas
3. Teknik Pengujian Gas Atmosfer di Ruang Terbatas
C. Latihan-3
D. Rangkuman
E. Test Formatif-3
F. Balikan dan Tindak Lanjut

BAB V : KEGIATAN PEMBELAJARAN-4 :


ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG TERBATAS
A. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
B. Uraian dan Contoh
1. Prinsip Dasar APD
2. Jenis-Jenis APD di Ruang Terbatas
C. Latihan-4
D. Rangkuman
E. Test Formatif-4
F. Balikan dan Tindak Lanjut

BAB VI : KEGIATAN PEMBELAJARAN-5 :


TEKNIK PENYELAMATAN DAN P3K DI RUANG TERBATAS
A. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
B. Uraian dan Contoh
1. Teknik Pemindahan Korban
2. Teknik Penilaian Korban
C. Latihan-5
D. Rangkuman
E. Test Formatif-5
F. Balikan dan Tindak Lanjut
pei_jenggot_2015 3
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa kasus kematian dan cedera serius banyak terjadi pada pekerjaan di
tangki penyimpanan, bejana proses, silo, saluran pembuangan limbah serta
sumur atau lubang. Risiko tersebut mengintai siapapun, baik sebagai petugas
utama yang harus masuk dan melakukan pekerjaan didalamnya, petugas yang
berjaga di luar ruang terbatas, petugas yang melakukan persiapan pekerjaan
mulai dari pengujian gas atmosfer, pemasangan sistem isolasi energi,
pemasangan ventilasi maupun petugas penyelamat yang bersiaga di luar ruang
terbatas.

Ruang terbatas (confined spaces) secara alamiah maupun disebabkan oleh


pekerjaan yang dilakukan di dalamnya dapat menimbulkan bahan-bahan
berbahaya yang terlepas dalam bentuk gas, uap, asap, dan debu beracun atau
mudah terbakar serta bahaya lainnya. Bahan berbahaya tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya oksigen defisiensi atau sebaliknya kadar oksigen yang
berlebihan yang memicu terjadinya kebakaran dan peledakan. Disamping itu
masih terdapat potensi bahaya lain berupa suhu yang ekstrem, terjebak atau
terbenam (engulfment) oleh padatan atau cairan juga karena struktur atau
konfigurasi ruangan yang bersekat dan bertingkat, maupun resiko fisik lainnya
yang timbul seperti kebisingan, permukaan yang basah/licin dan kejatuhan
benda keras yang terdapat di dalam ruang terbatas (confined spaces) tersebut
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja sampai dengan kematian tenaga
kerja yang bekerja di dalamnya.

Oleh karenanya persiapan bagi semua orang yang terlibat dalam pekerjaan di
ruang terbatas mutlak diperlukan, termasuk pengetahuan akan risiko yang
terkandung di dalamnya serta teknik untuk bekerja aman di dalam ruang
terbatas.

B. Pengertian

Terdapat beberapa istilah yang harus dipahami dan sering digunakan dalam
pekerjaan di ruang terbatas, antara lain:

1. Ruang terbatas (confined spaces), adalah ruangan yang:


cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja
dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya, dan

pei_jenggot_2015 5
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

mempunyai akses keluar masuk dan pergerakan yang terbatas. Seperti


pada tank, kapal, silo, tempat penyimpanan, lemari besi atau ruang lain
yang mungkin mempunyai akses yang terbatas, dan
tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-
menerus di dalamnya.
2. Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk adalah ruang terbatas yang
mempunyai satu atau lebih ciri-ciri berikut ini, antara lain:
mengandung gas atmosfer berbahaya;
mengandung bahan berupa cairan maupun padatan yang berpotensi
memerangkap pekerja di dalamnya;
mempunyai bentuk atau struktur ruangan sedemikian rupa yang
menyebabkan pekerja terperangkap;
mengandung bahaya lainnya yang mengakibatkan cidera serius dan
kematian
3. Gas atmosfer berbahaya adalah gas yang terdapat dalam ruang terbatas
yang dapat menyebabkan kematian atau ketidakmampuan pekerja untuk
menyelamatkan diri, antara lain;
oksigen, apabila kurang dari 19,5% dan melebihi 23,5% volume udara;
bahan mudah terbakar atau mudah meledak, apabila melebihi
konsentrasi Batas Bawah Dapat Meledak (BBDM) dan kurang dari Batas
Atas Dapat Meledak (BADM) nya;
bahan beracun, apabila melebihi konsentrasi Nilai Ambang Batas (NAB)
nya
4. Pengujian gas atmosfer berbahaya, berarti proses identifikasi dan evaluasi
kandungan gas atmosfer berbahaya dengan menggunakan alat uji yang
terkalibrasi dan metode uji yang sesuai;
5. Ijin masuk, adalah dokumen tertulis yang diberikan oleh pengurus untuk
memperbolehkan dan mengawasi kegiatan dalam ruang terbatas;
6. Udara kurang oksigen, adalah kondisi dimana konsentrasi oksigen berada di
bawah 19,5 % volume udara yang dapat menyebabkan sesak napas dan
kematian;
7. Udara kaya oksigen, adalah kondisi dimana konsentrasi oksigen berada di
atas 23,5% volume udara yang dapat memicu terjadinya kebakaran dan
peledakan;
8. Isolasi adalah proses untuk deaktifasi atau membuat suatu jaringan menjadi
tidak aktif atau tidak berfungsi untuk sementara waktu dari kemungkinan
pelepasan energi maupun material menuju dan dari ruang terbatas dengan
beberapa cara seperti: pemasangan sorokan buta (blind flange),
pemindahan, penguncian, penutupan, pemutusan sebagian ataupun seluruh
jaringan.

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

9. Petugas Utama, adalah orang atau petugas yang telah diberikan wewenang
oleh pengurus untuk memasuki dan melakukan pekerjaan di dalam ruang
terbatas;
10. Petugas Madya, adalah orang atau petugas yang telah diberikan wewenang
oleh pengurus untuk berjaga, mengawasi dan berkomunikasi dengan petugas
utama di luar ruang terbatas serta tidak melakukan tugas lain yang dapat
mengganggu kewajibannya;
11. Petugas Penyelamat, adalah orang atau petugas yang telah diberikan
wewenang oleh pengurus untuk masuk dan melakukan tindakan
penyelamatan di ruang terbatas;
12. Ahli K3, adalah orang yang telah diberikan wewenang oleh pengurus untuk
melakukan verifikasi terhadap setiap potensi bahaya, mengesahkan dan
mengawasi serta membatalkan ijin masuk ruang terbatas;
13. Manajer Area, adalah pengurus yang memberikan persetujuan ijin masuk
dan bertanggungjawab penuh terhadap pekerjaan di ruang terbatas.

C. Dasar Hukum
1. Undang Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Peraturan Khusus L tanggal 6 Agustus 1936 tentang Keselamatan Kerja di
Tangki Apung;
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.13/Men/2011
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja;
6. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE.117/Men/PPK-
PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat-
Tempat Publik Lainnya;
7. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
SE.01/MEN/PPK/2012 tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-Syarat K3 di
Ruang Terbatas;
8. Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006 tentang
Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 Ruang Terbatas;
9. Surat Edaran Dirjen Binwasnaker No. SE.01/DJPPK/I/2011 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Ahli, Teknisi dan Petugas
Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya.
10. SNI -0229 1987 E tentang Keselamatan Kerja di dalam Ruang Tertutup
11. OSHA Confined Space Standard 29 CFR.1910.146

D. Ruang Lingkup
Dalam modul ini akan dibahas mengenai:

pei_jenggot_2015 7
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

1. Peraturan Perundang-undangan dan standar teknis terkait pekerjaan di


ruang terbatas;
2. Dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja bekerja di ruang terbatas
3. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko di ruang terbatas;
4. Karakteristik Gas Atmosfer berbahaya di ruang terbatas;
5. Prosedur Ijin Masuk Ruang Terbatas;
6. Teknik Ventilasi dan Teknik Isolasi Energi;
7. Teknik Pengukuran Gas Atmosfer Berbahaya di Ruang Terbatas;
8. Teknik Penyelamatan dan P3K di Ruang Terbatas;
9. Alat Pelindung Diri di Ruang Terbatas.

E. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat pengawas


ketenagakerjaan spesialis lingkungan kerja mampu melakukan pemeriksaan
terhadap fasilitas atau instalasi ruang terbatas dan memeriksa persyaratan
bekerja di ruang terbatas sesuai prosedur.

F. Tujuan Instruksional Khusus Para


peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan peraturan perundang-undangan bidang ruang terbatas
2. mengidentifikasi ruang terbatas / confined spaces;
3. mengklasifikasikan ruang terbatas dengan ijin masuk dan ruang terbatas
tanpa ijin masuk;
4. menjelaskan potensi bahaya bekerja di ruang terbatas;
5. menjelaskan hirarki pengendalian untuk bekerja di ruang terbatas;
6. menjelaskan prosedur ijin masuk dan membuat laporan ijin masuk di ruang
terbatas;
7. menjelaskan teknik ventilasi di ruang terbatas;
8. menjelaskan dan membuat laporan hasil isolasi energi di ruang terbatas;
9. melakukan pengukuran, menginterpretasikan dan membuat laporan hasil
pengujian gas atmosfer di ruang terbatas;
10. menjelaskan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di ruang terbatas;
11. menjelaskan tindakan penyelamatan dan P3K di ruang terbatas.

G. Metode Pembelajaran

Adapun metode pembelajaran yang digunakan adalah:


1. Pre Test dan Post Test
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Studi kasus dan latihan
5. Diskusi dan Penugasan
8

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

6. Simulasi bekerja di ruang terbatas

H. Komponen Jam Pelajaran

Waktu yang tersedia untuk pembelajaran ini berjumlah 30 jam pelajaran (JP),
per jam pelajaran = 45 menit, dengan alokasi waktu sbb ;
1. Pre Test = 1 JP
2. Ceramah = 15 JP
3. Tanya jawab = 2 JP
4. Studi kasus dan latihan = 4 JP
5. Diskusi dan Penugasan= 2 JP
6. Simulasi bekerja di ruang terbatas = 6 JP

pei_jenggot_2015 9
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

BAB II
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN STANDAR TEKNIS
PEKERJAAN DI RUANG TERBATAS

A. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mempelajari BAB ini, peserta diharapkan mampu:


1. Memahami hak dan kewajiban tenaga kerja dan pengurus tempat kerja pada
pekerjaan di ruang terbatas yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan;
2. Memahami persyaratan teknis pada pekerjaan di ruang terbatas yang diatur
dalam standar teknis

B. Uraian dan Contoh

1. Undang-Undang No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor
Bab II Azas azas
a. Bangunan bawah tanah / tidak berjendela harus memenuhi standar
hygiene yang baik ( pasal 16 )
b. Pekerja hrs dilindungi dari bahan, proses, teknik yang berbahaya, tidak
sehat atau beracun jika perlu dengan APD (pasal 17).

2. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun pengurus tempat kerja tidak ada
yang menghendaki terjadinya kecelakaan. Hal tersebut merupakan naluri
yang wajar dan bersifat universal bagi setiap makhluk hidup di dunia.
Namun karena adanya perbedaan status sosial antara tenaga kerja kerja
dengan pengusaha sebagai pemberi kerja dalam melakukan hubungan kerja,
terutama pada saat melakukan kontrak perikatan dan hal-hal lain selama
berlangsungnya hubungan kerja, maka diperlukan intervensi pemerintah
untuk memberikan batas minimal yang harus dipenuhi dalam persyaratan
keselamatan dan kesehatan kerja. Batas minimal atau persyaratan minimal
tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun
1970.

Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dan


kesehatan kerja dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktifitas nasional. Sebagaimana yang
tertuang dalam pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya UU No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, maka upaya K3 bertujuan :
10

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

a. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan selamat dan sehat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.

KEDUDUKAN HUKUM UU NO. 1 TAHUN 1970

HUKUM
HUKUM HUKUM
KETENAGAKERJAAN PIDANA
PERDATA

Lex Specialist Lex Generalis


UU Uap 1930 (Stbl. No. 225 Th. 1930) UU KK No. 1/1970
UU Petasan (Stbl. No. 143 Th. 1932)
UU rel Industri (Stbl. No. 593 Th. 1938)
UU Timah Putih Kering (Stbl. No. 509 Th. 1932)
MPR 1930
Peraturan Pelaksanaan

Untuk tujuan tersebut diatas maka perlu diadakan segala daya upaya untuk
membina norma perlindungan kerja khususnya pada keselamatan dan
kesehatan kerja secara nasional. Asas nasionalisme yang digunakan dalam
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 memberlakukan Undang-Undang
Keselamatan Kerja kepada setiap waga negara yang berada di wilayah
hukum Indonesia. Asas teritorial memberlakukan Undang-Undang
sebagaimana hukum pidana lainnya kepada setiap orang yang berada di
wilayah/teritorial Indonesia, termasuk warga negara asing yang tinggal di
Indonesia (kecuali yang mendapatkan kekebalan hukum).

Ruang lingkup pemberlakuan Undang-Undang Keselamatan Kerja dibatasi


dengan adanya tiga unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap
tempat kerja yaitu tempat kerja dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu
usaha, adanya tenaga kerja yang bekerja disana dan terdapat bahaya kerja
di tempat tersebut.

Pasal 2
Ketentuan dalam UU ini berlaku dalam tempat kerja, dimana :
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang
pei_jenggot_2015 11
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Pasal 3
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja untuk :
a. Mencegah & mengurangi kecelakaan
b. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan
c. Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
d. Mencegah & mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, hembusan
e. Mencegah & mengendalikan timbulnya PAK baik physik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan
f. Memperoleh penerangan yg cukup & sesuai
g. Menyelenggarakan suhu & lembab udara yg baik
h. Menyelenggarakan penyegaran udara yg cukup
i. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
j. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya

Pasal 8
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental
dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun
akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
padanya.

Pasal 9 Pembinaan
(1) Pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang :
Kondisi dan bahaya yg dpt timbul di tempat kerja
Semua pengamanan dan alat perlindungan yang diharuskan
Alat Pelindung Diri
Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan,
setelah ia yakin TK tersebut telah memahami syarat-syarat K3
(3) Pengurus wajib menyelenggarakan pembinaan K3
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat yang
berlaku.

Pasal 12 Kewajiban dan Hak Tenaga kerja


(1) Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas atau
ahli keselamatan kerja
(2) Memakai alat-alat pelindung diri
(3) Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan

12

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

(4) Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang


diwajibkan
(5) Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3
dan alat-alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya.

3. Peraturan Khusus L Tahun 1936 mengenai Usaha-Usaha Keselamatan Kerja


Untuk Pekerjaan Pekerjaan di Dalam Tangki Tangki Apung
a. Tangki Apung adalah tangki yang tertutup dan diisi dengan udara yang
dipergunakan untuk mengapungkan muatan di atas maupun di dalam
air atau untuk mengangkat.
b. Jenis pekerjaan di dalam tangki apung adalah semua pekerjaan yang
membutuhkan pengawasan penglihatan, pembersihan dan reparasi
c. Akhli adalah yang mengawasi pekerjaan di tangki apung
d. Semua tangki apung jika tidak mempunyai alat pengganti udara, harus
paling sedikit mempunyai 2 (dua) lubang orang pada bagian atas tangki
dengan jarak yang berjauhan antara satu sama lain;
e. untuk pekerjaan harus tersedia:
- setidak-tidaknya sebuah topeng gas zat asam yang baik;
- tali-tali yang kuat dan cukup panjang, untuk diikatkan pada bagian
pinggang pekerja, yang mana apabila dalam keadaan bahaya,
pekerja-pekerja tadi dapat diangkat keluar;
- sebuah lampu untuk penerangan;
- sebuah penghembus (blower) udara yang mempunyai kapasitas cukup
untuk tiap-tiap orang paling sedikit membutuhkan 40 liter dalam 1
menit;
- topeng-topeng gas yang cukup dan telah diperhitungkan untuk
menahan gas-gas racun;
- ditunjuk seorang akhli yang bertanggung jawab terhadap pengawasan
pekerjaan;
- untuk penerangan listrik di dalam tangki tidak boleh dipergunakan
tekanan aliran listrik yang melebihi 50 volt

4. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,


Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
a. Pencegahan kebakaran
b. Pencegahan keracunan, penularan penyakit dan PAK
c. Housekeeping
d. Penerangan
e. Suhu
f. Kadar udara
g. Bangunan
h. Sampah
i. Ruang udara dan ruang kerja
pei_jenggot_2015 13
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

j. Kakus
k. Dapur
l. Air,
m. Penyelenggaraan makanan bagi TK
n. Ergonomi dan lain-lain

5. Permenakertrans No. Per.01/Men/1982 tentang Bejana


Tekan Dalam ruang Lingkup :

a. Botol baja
b. Bejana stasioner
c. Bejana transport
d. Pesawat pendingin
e. Tangki penimbun
f. Tangki apung
g. Pesawat pembangkit gas karbit
h. Bejana proses
i. Instalasi jaringan pipa

Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pengangkutan,


peredaran, perdagangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bejana tekan.Terhadap pemasangan, perbaikan, dan
perubahan teknis, maka:
a. Setiap pemasangan permanen, perbaikan atau perubahan teknis
terhadap bejana tekan harus mendapat ijin dari direktur atau pejabat
yang ditunjuknya.
b. Direktur atau pejabat yang ditunjuknya berwenang untuk mengadakan
pemeriksaan dan pengujian terhadap bejana tekan.

6. Permenakertrans No. 08/Men/2010 tentang Alat Pelindung Diri


Pasal 4 dinyatakan bahwa Alat Pelindung Diri wajib digunakan di tempat
kerja:
(k) dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
atau terpelanting;
(l) dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur ataupun lubang

7. Surat Edaran Menakertrans No. SE.117/Men/ PPK-PKK/III/2005 tentang


Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat dan tempat-tempat publik lainnya

14

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Bahwa pemeriksaan menyeluruh pelaksanaan keselamatan dan kesehatan


kerja di pusat perbelanjaan, gedung bertingkat dan tempat-tempat publik
lainnya meliputi:
a. Sistem informasi K3 bagi tamu dan pengunjung
b. Sistem tanggap darurat
c. Instalasi listrik
d. Instalasi pemadam kebakaran
e. Instalasi penangkal petir
f. Instalasi pengolah limbah
g. Instalasi ruang tertutup/ confined space
h. Penanganan dan penyimpanan bahan kimia berbahaya dan beracun
i. Instalasi pemipaan dan plumbing
j. Konstruksi
k. Pesawat angkat angkut
l. Instalasi ventilasi dan pendingin udara
m. Ergonomi
n. Sanitasi dan Hygiene
o. Kantin dan ruangan
p. Pesawat uap dan bejana tekan
q. Pelayanan kesehatan kerja (klinik)
r. Alat Pelindung diri

Menginstruksikan kepada semua pengurus/pengusaha di pusat perbelanjaan,


gedung bertingkat tinggi dan tempat publik lainnya untuk :
a. Melaksanakan prinsip-prinsip Sistem Manajemen K3 (SMK3)
b. Melatih personil di bidang K3 sesuai dengan tugas dan kewenangannya
c. Melengkapi rekomendasi teknis dan perijinan di bidang K3 bagi semua
objek tersebut diatas
d. Membentuk tim tanggap darurat (emergency response team)
e. Memberikan informasi K3 yg memadai bagi tamu/ pengunjung
f. Tidak menugaskan petugas yg tidak memiliki sertifikat pelatihan
K3 confined space dalam melakukan pekerjaan instalasi ruang
tertutup.

8. Surat Edaran Menakertrans No. 01/MEN/PPK/2012 tentang Pemenuhan


Kewajiban Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang
Terbatas

Menginstruksikan pimpinan perusahan untuk:


a. Mengidentifikasi ulang ruang terbatas di tempat kerjanya, sekurang-
kurangnya meliputi:
- Nomor register;
- Jenis dan peruntukkan;
pei_jenggot_2015 15
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

- Lokasi;
- Potensi bahaya;
- Klasifikasi
b. Melaksanakan prosedur bekerja di ruang terbatas, sekurang-kurangnya
meliputi:
- Pengujian gas atmosfer;
- Sistem ijin masuk;
- Penyediaan sistem isolasi energi dan ventilasi udara;
- Penyediaan alat pelindung diri;
- Penyediaan sistem penyelamatan darurat;
- Penyediaan sistem komunikasi;
- Penunjukkan petugas yang kompeten
c. Mewajibkan kepada kontraktor maupun subkontraktor untuk
melaksanakan prosedur bekerja di ruang terbatas sesuai poin (b);
d. Melaporkan daftar register ruang terbatas kepada Disnaker setempat

9. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep.


113/DJPPK/2006 Tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 di
Ruang Terbatas
a. Persyaratan K3 di Ruang Terbatas
e. Persyaratan Umum
f. Persyaratan untuk Ruang Terbatas yang Memerlukan Ijin Khusus
g. Persyaratan Kesehatan Orang yang Bekerja di ruang Terbatas
b. Program Memasuki Ruang Terbatas
c. Sistem Perijinan
d. Ijin Kerja
e. Pelatihan
f. Tanggungjawab
h. Kontraktor
i. Petugas Utama (Entrant)
j. Petugas Madya (Attendant)
k. Ahli K3 (Safety Supervisor)
g. Tim Penyelamat dan Tanggap Darurat

10.SNI 0229 1987 E, Keselamatan Kerja di Dalam Ruangan


Tertutup Ruang Lingkup :
a. Garis besar & persyaratan
b. Pemeliharaan, perawatan, pembersihan meliputi :
bejana penyimpanan bbm, gas, bahan kimia ; ruangan ;
Tempat tertutup, saluran atau terowongan bawah tanah atau
sumur.
Jalan masuk keruangan yang dapat menimbulkan gas-gas berbahaya

16

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Pengawasan, pemeliharaan, pembersihan dan perbaikan tangki


apung
c. Pekerjaan pendahuluan :
Persiapan : Temperatur, pembuangan cairan dan gas, kalibrasi
peralatan, mengunci bagian yg bergerak.
Pembersihan gas-gas
Perlengkapan APD :Respirator, masker, sepatu, helm, sabuk
pengaman, kacamata pelindung, sarung tangan, Tabung O2, pakaian
kerja, pelindung telinga.
d. Syarat-syarat pemakaian peralatan kerja
Pentanahan peralatan listrik, pemeriksaan kabel, sambungan,
pedoman tekanan, kabel, peralatan kerja siap pakai.
Penerangan: Hanya boleh penerangan listrik 50 Volt
e. Kewajiban Pengusaha, pengurus dan pelaksana pekerjaan
menunjuk supervisor untuk mengawasi; melaporkan kepada
disnaker; Gas Free Certificate; Menyediakan alat perlengkapan
kerja; menyusun petunjuk pelaksanaan yang jelas; memahami
peraturan K3.
f. Larangan
Merokok, membawa api terbuka/pemantik, menggunakan cat
semprot saat sedang dilakukan pengelasan, memakai pakaian yang
berminyak, menggunakan perkakas yang kotor dan rusak.
g. Pemeliharaan/Perawatan Kesehatan dan P3K

C. Latihan

1. Jelaskan hak dan kewajiban tenaga kerja dan pengurus berdasarkan


peraturan perundang-undangan dan standar teknis pada pekerjaan di ruang
terbatas?
2. Jelaskan standar peralatan kerja minimal yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan di ruang terbatas sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan standar teknis?

D. Rangkuman

1. Pekerjaan di ruang terbatas memiliki resiko tinggi terhadap keselamatan


dan kesehatan tenaga kerja yang terlibat, oleh karenanya telah diterbitkan
beberapa aturan baik dalam Undang-Undang, Peraturan Pelaksanaannya
serta Standar teknis lainnya.
2. Pada prinsipnya peraturan perundang-undangan dan standar teknis tersebut
mengatur mengenai persyaratan administratif dan teknis meliputi:
a. Pengujian gas atmosfer;

pei_jenggot_2015 17
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

b. Sistem ijin masuk;


c. Penyediaan sistem isolasi energi dan ventilasi udara;
d. Penyediaan alat pelindung diri;
e. Penyediaan sistem penyelamatan darurat;
f. Penyediaan sistem komunikasi;
g. Penunjukkan petugas yang kompeten.
3. Dikarenakan pekerjaan di ruang terbatas seringkali diberikan atau dialihkan
kepada pihak lain, oleh karenanya persyaratan administratif dan teknis
tersebut berlaku untuk semua pihak yang terlibat dalam pekerjaan di ruang
terbatas. Baik pengurus sebagai pemilik tempat kerja dimana fasilitas ruang
terbatas tersebut berada maupun pihak-pihak lain seperti kontraktor dan
sub kontraktornya yang melakukan pekerjaan.

E. Test Formatif

Jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas:


1. Jelaskan persyaratan teknis untuk melakukan pekerjaan di ruang terbatas
sesuai dengan SK Dirjen PPK No. 113/DJPPK/2006?
2. Jelaskan personil yang terlibat dalam pekerjaan di ruang terbatas?
3. Jelaskan alat pelindung diri yang wajib digunakan dalam pekerjaan di ruang
terbatas?
4. Sebutkan beberapa jenis ruang terbatas yang termasuk dalam ruang lingkup
bejana tekan sesuai dengan Permenaker No. 01/Men/1982?
5. Jelaskan yang dimaksud dengan gas free certificate sesuai dengan SNI 0229-
1987 E?

F. Balikan dan Tindak lanjut

Sebagai bahan umpan balik dan tindak lanjut dari pembelajaran pada BAB I ini,
Saudara diminta untuk membuat daftar register ruang terbatas di lokasi kerja
Saudara sesuai Surat Edaran Menakertrans No.01/Men/PPK/2012 yang terdapat
dalam Lampiran I modul ini.

18

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

BAB III
DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI RUANG TERBATAS

A. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah pembelajaran pada BAB ini, peserta diharapkan mampu:


1. Mengidentifikasi setiap fasilitas ruang terbatas di tempat kerja;
2. Melakukan klasifikasi terhadap fasilitas ruang terbatas dengan ijin masuk
dan ruang terbatas tanpa ijin masuk;
3. Memahami setiap potensi bahaya dan risiko bekerja di ruang terbatas;
4. Memahami pengendalian risiko di ruang terbatas;
5. Memahami prosedur ijin masuk ruang terbatas.

B. Uraian dan Contoh

1. Identifikasi Ruang Terbatas

Berbeda dengan masalah yang timbul untuk pekerjaan yang dilakukan di


ruang terbuka dengan akses dan desain ruang yang baik, maka masalah yang
timbul untuk pekerjaan yang dilakukan di ruang terbatas sangatlah serius.
Oleh karenanya, untuk bekerja aman harus didasarkan pada suatu prinsip
penilaian untuk mengutamakan bekerja di ruang terbuka dibandingkan
dengan di ruang terbatas. Namun demikian, apabila pekerjaan di ruang
terbatas tidak dapat dihindarkan, maka perlu diprioritaskan untuk
melakukan pekerjaan tersebut dari luar ruang terbatas. Tetapi apabila
ternyata kita harus masuk untuk bekerja di dalam ruang terbatas, maka
persyaratan tertentu harus dilaksanakan secara ketat mulai dari tahapan
persiapan, pelaksanaan sampai dengan penyelesaian pekerjaan.

Beberapa pertimbangan mengapa bekerja di ruang terbatas jauh lebih


berbahaya di bandingkan di ruang terbuka, karena:
a. adanya potensi tidak tercukupi dan berkurangnya oksigen di udara sekitar
ruang terbatas;
b. adanya pekerjaan yang dilakukan turut mengkonsumsi oksigen dalam
udara yang digunakan untuk bernapas;
c. adanya gas beracun atau gas mudah terbakar karena kurangnya ventilasi;
d. adanya sifat gas beracun yang memiliki berat jenis tertentu dan
cenderung untuk berada di bagian bawah atau di sekitar pintu masuk dan
keluar;
e. adanya struktur dan konstruksi ruangan membuat mobilitas gerak
menjadi lebih sulit, kondisi yang tidak rutin/biasa, suhu yang ekstrim,
kurangnya penerangan, kebisingan yang tinggi, lantai permukaan yang
pei_jenggot_2015 19
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

licin dan berundak, residu bahan kimia yang mengendap, kesulitan dalam
menempatkan peralatan kerja atau perkakas, penggunaan alat pelindung
diri yang besar dan berat serta faktor psikologi seperti ketakutan berada
di ruang gelap dan sempit;
f. adanya sumber energi listrik, mesin mekanis atau aktifitas pekerjaan
yang mungkin berjalan secara tiba-tiba.

Untuk itu sangatlah penting untuk memahami pengertian ruang terbatas


sebagai langkah awal persiapan pekerjaan. Ruang terbatas (confined spaces)
dapat didefinisikan sebagai ruangan yang :
a. cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja
dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya, dan
b. mempunyai akses keluar masuk, pergerakan dan aliran udara yang
terbatas, dan

c. tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-


menerus di dalamnya.

Jenis ruang terbatas sangatlah beragam, karena ruang terbatas tidaklah


harus tertutup bahkan ada ruang terbatas yang sangat terbuka seperti
lubang galian ataupun kolam limbah, sehingga untuk memastikannya perlu
dilakukan penilaian untuk mencocokkan dengan 3 (tiga) definisi ruang
terbatas diatas.
Namun untuk memudahkan ada beberapa contoh ruang terbatas yang umum
terdapat di tempat kerja antara lain:
a. tangki/bejana penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo
dan jenis tangki/bejana lainnya yang mempunyai lubang lalu orang;
b. sumur yang memiliki bukaan di bagian atasnya, baik alamiah ataupun
buatan yang melebihi kedalaman 1,5 meter. Seperti lubang lalu orang
yang tidak mendapat aliran udara yang cukup;
c. jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah, bunker dan struktur
lainnya yang serupa;
d. ruangan di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang lalu orang
seperti tangki kargo, tangki apung minyak dan sebagainya;

Beberapa contoh ruang terbatas, dapat terlihat pada gambar dibawah ini:

Tanki Perpipaan Bejana Silo Sumur

20 pei_jenggot_2
015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Selain beberapa contoh di atas, sangat memungkinkan dilakukan penetapan


ruang terbatas karena pengalaman kasus kecelakaan sebelumnya ataupun
dari tempat kerja lainnya yang dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan
atas pertimbangan dari Ahli K3 maupun Pengawas Ketenagakerjaan.

2. Klasifikasi Ruang Terbatas

Ruang terbatas diklasifikasikan dalam 2 (dua) kelompok:


1. Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk;
2. Ruang terbatas tidak wajib dengan ijin masuk.

Ruang terbatas dengan ijin masuk adalah ruang terbatas yang memiliki
potensi bahaya seperti terdapat (1) potensi gas atmosfer berbahaya (gas
atmospheric hazard) antara lain uap, gas dan debu beracun ataupun mudah
terbakar/meledak; (2) adanya potensi substansi cairan ataupun padatan
yang memungkinkan petugas yang bekerja tenggelam atau terbenam di
dalamnya (substancial hazard); (3) adanya struktur atau konfigurasi yang
berbeda ketinggian atau bersekat-sekat sehingga menjadi hambatan dalam
mengakses pintu masuk atau keluar (configuration hazard); dan (4) adanya
potensi pelepasan energi karena penggunaan peralatan listrik, mekanik,
pneumatic dan lainnya (energy hazard).
Sedangkan yang dimaksud dengan ruang terbatas tidak wajib dengan ijin
masuk adalah apabila keempat potensi bahaya yang disebutkan di atas tidak
terdapat di ruang terbatas tersebut.

Diagram Alir Klasifikasi Ruang Terbatas

pei_jenggot_2015 21
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Berdasarkan diagram alir tersebut, maka untuk menentukan apakah suatu


ruang terbatas termasuk wajib dengan ijin masuk adalah dengan melakukan
2 (dua) tahap penilaian terhadap setiap tempat kerja. Apabila suatu tempat
kerja memiliki 3 (tiga) kriteria ruang terbatas, maka tempat kerja tersebut
dikategorikan sebagai ruang terbatas. Penilaian selanjutnya adalah apabila
terdapat 1 (satu) saja dari 4 (empat) kriteria potensi bahaya di ruang
terbatas, maka ruang terbatas tersebut merupakan wajib dengan ijin masuk.
Klasifikasi ruang terbatas ini juga dimaksudkan sebagai acuan dalam
menyusun program pengendalian bahaya di ruang terbatas yang akan
dibahas kemudian.

3. Potensi bahaya di ruang terbatas

Pada pembahasan sebelumnya, potensi bahaya di ruang terbatas secara


umum terbagi dalam beberapa kelompok yaitu:
(1) potensi gas atmosfer berbahaya (gas atmospheric hazard) antara lain
uap, gas dan debu beracun ataupun mudah terbakar/meledak;
(a) Gas, uap atau kabut uap yang mudah terbakar dengan konsentrasi
melebihi 10% dari BBDM nya.
(b) Debu yang mudah terbakar/meledak dengan konsentrasi setara
atau melebihi BBDM;

5% BBDM 15% BADM

10% BBDM

Seperti terlihat pada gambar di atas, dapat dikatakan bahwa yang


dimaksud dengan Batas Bawah Dapat Meledak (BBDM) adalah prosentase
terendah konsentrasi pencampuan uap bahan dengan udara yang dapat
terbakar atau meledak, sedangkan Batas Atas Dapat Meledak (BBDM)
adalah prosentase tertinggi konsentrasi pencampuran uap bahan dan
udara yang dapat terbakar atau meledak.

22

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Sebagai contoh adalah untuk Methana (CH4) memiliki BBDM = 5% dan


BADM = 15%, artinya bahwa Methana (CH 4) dapat terbakar atau meledak
pada konsentrasi antara 5%-15%, dengan demikian di bawah dan diatas
konsentrasi tersebut Methana (CH4) tidak dapat terbakar atau meledak.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah semakin luas rentang mudah
terbakar suatu bahan maka semakin berbahaya karena hampir dapat
dipastikan bahwa bahan tersebut dapat terbakar di setiap kondisi
bahkan dengan hanya sedikit udara saja.
(c) Konsentrasi oksigen di udara dibawah 19,5 % atau melebihi 23,5 %
volume udara

Sebagaimana gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa udara


bersih yang kita gunakan untuk bernapas dan beraktifitas mengandung
hanya sekitar 20,9% oksigen, dan kandungan tertinggi justru adalah gas
Nitrogen (gas lemas) sekitar 78,0%. Dengan demikian, memperhatikan
dampak keselamatan dan kesehatan terhadap manusia dan lingkungan
untuk pekerjaan di ruang terbatas konsentrasi oksigen yang
diperkenankan adalah tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.
Karena apabila konsentrasi oksigen berada di bawah 19,5 % volume
udara akan menyebabkan gangguan pada susunan saraf pusat dan sistem
koordinasi, yang kemudian dapat mengakibatkan koma dan berujung
pada kematian. Kondisi ini umum dikenal sebagai aspiksia. Aspiksia
dalam pekerjaan di ruang terbatas dapat terjadi antara lain karena
adanya pekerjaan yang turut menggunakan oksigen seperti halnya reaksi
pembakaran, proses fermentasi karena adanya bakteri aerob serta
reaksi pembentukan karat.
Namun demikian, pada konsentrasi di atas 23,5% volume udara juga
menimbulkan bahaya yang berbeda, dikarenakan udara yang kaya
oksigen dapat dengan mudah memicu terjadinya kebakaran dan
peledakan.

pei_jenggot_2015 23
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

(d) Konsentrasi bahan beracun yang konsentrasinya berada diatas Nilai


Ambang Batas (NAB) yang termuat dalam Peraturan Menaker No.
PER. 13/Men/2011;
Nilai Ambang Batas (NAB) yang banyak dipergunakan sebagai acuan
dalam penilaian gas berbahaya di ruang terbatas adalah NAB Rata-
rata dan NAB Pajanan Singkat Diperkenankan (PSD)

(e) Kondisi atmosfer lain yang langsung berbahaya bagi kesehatan atau
dapat mengakibatkan kematian, seperti temperatur yang ekstrem.

Sebagai acuan dapat digunakan standar temperatur sebagaimana di


bawah ini:
Suhu dalam Ruang Lama Pajanan
Terbatas

30C 3 Jam

32C 2 Jam
35C 1 Jam
37C 30 Menit
41C 20 Menit
44C 15 Menit

(2) adanya potensi substansi cair ataupun padat yang memungkinkan


petugas yang bekerja tenggelam atau terbenam di dalamnya
(substancial hazard). Dalam hal ini penting dilakukan penilaian
mengenai kandungan apa saja yang pernah tersimpan dalam ruang
terbatas.
Sebelum pekerjaan di ruang terbatas dilakukan haruslah dipastikan
bahwa ruang terbatas telah kosong dari cairan ataupun padatan
substansial. Untuk kemudian dilakukan kegiatan purging atau pencucian
atau pembilasan / inerting, yaitu dengan mengisi gas atau cairan inert
seperti Nitrogen, karbondioksida atau air untuk membuang kontaminan
yang mungkin terdapat atau tersisa di dalam ruang terbatas. Produk
hasil purging ini sebaiknya tidak langsung dibuang karena akan dapat
membahayakan pihak lain dan juga lingkungan. Dalam kasus udara yang
mengandung bahan mudah terbakar disarankan untuk
mempertimbangkan teknik purging dan ventilasi apa yang digunakan
sehingga tidak menimbulkan sumber api yang akan dijelaskan pada Bab
selanjutnya.
Dalam melakukan purging, sangat penting diupayakan sesuai prinsip
bekerja di ruang terbatas, yaitu PURGING DILAKUKAN TANPA
24

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

MEMASUKI RUANG TERBATAS dengan menggunakan alat bantu mekanis


untuk mencapai bagian tertentu.

(3) adanya struktur atau konfigurasi yang berbeda ketinggian atau bersekat-
sekat sehingga menjadi hambatan dalam mengakses pintu masuk atau
keluar dan mobilitas pekerjaan (configuration hazard); dan
Kondisi dan bentuk ruang dapat berupa penggunaan tangga dan
perancah yang dapat mempersempit ruang gerak, permukaan yang basah
dan licin, dasar yang tidak jelas, area sempit dan curam yang dapat
mengakibatkan tenaga kerja terjebak dan jatuh ke dalamnya dan hal ini
diperburuk lagi dengan faktor pencahayaan yang kurang memadai.

(4) adanya potensi pelepasan energi karena penggunaan peralatan listrik,


mekanik, pneumatic dan lainnya (energy hazard).
Termasuk dalam hal ini adalah temperatur ekstrim, vibrasi, kebisingan
yang mungkin timbul karena peralatan yang digunakan. Oleh karenanya,
sangat penting dalam pekerjaan di ruang terbatas untuk memastikan
setiap peralatan kerja yang dapat berputar dan bergerak telah dipasang
penutup/guarding dengan baik, memastikan peralatan kerja yang masuk
ke ruang terbatas telah explotion proofed serta harus dipastikan telah
ditanahkan dengan baik untuk mencegah terjadinya listrik statis.

Prinsip isolasi energi atau dikenal dengan Lock Off Tag Out (LOTO) juga
sangat penting untuk diperhatikan antara lain dengan melakukan:
a. penutupan setiap keran (valve), saluran dan pipa yang mengalirkan
bahan proses atau bahan jadi dengan pemasangan sorokan buta (blind
flange), sehingga mencegah masuknya cairan atau gas ke dalam ruang
terbatas dimana pekerjaan dilakukan;
b. penguncian dan penandaan, pengurangan energi peralatan yang
berpotensi bergerak. seperti peralatan mekanik, pengaduk, agitator,
mixer atau sejenisnya harus dipastikan tidak tersambung dengan
sumber energi;
c. Isolasi semua sumber energi termasuk power, pemanas atau
pendingin sebelum masuk ke dalamnya;
d. pastikan bahan produksi tidak dapat jatuh dari dinding ataupun atap
ruang terbatas dengan memindahkan semua bahan dari lokasi potensi
kejatuhan atau memasang barikade atau pengaman sementara.

Selain potensi bahaya tersebut di atas, ruang terbatas dapat menjadi


tempat kerja yang sangat berbahaya bagi tenaga kerja yang memiliki
keterbatasan kesehatan baik fisik maupun psikis. Oleh karenanya penting
dipastikan bahwa setiap tenaga kerja atau petugas utama tidak memiliki
riwayat penyakit sebagai berikut:
pei_jenggot_2015 25
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

a. Sakit sawan atau epilepsi


b. Penyakit jantung atau gangguan jantung
c. Asma, bronchitis atau sesak napas
d. Gangguan pendengaran
e. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat menyebabkan
disorientasi
f. Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya
g. Gangguan atau sakit tulang belakang
h. Kecacatan penglihatan permanen
i. Penyakit lainnya

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan di ruang terbatas adalah
kemungkinan adanya gangguan dari mikroorganisme, hewan pengerat,
serangga maupun binatang buas lainnya yang merupakan satwa alamiah di
sekitar ruang terbatas.

4. Pengendalian risiko di ruang terbatas

Setelah memahami potensi bahaya di ruang terbatas, menjadi sangat


penting bagi kita untuk menyusun program pengendalian risiko di ruang
terbatas. Program pengendalian ditujukan untuk menilai apakah risiko suatu
pekerjaan di ruang terbatas telah ditekan ke kondisi minimal atau dengan
dengan istilah lain risiko dapat diterima.
Dalam pengendalian risiko ruang terbatas dikenal hirarki pengendalian
sebagai berikut:
a. Reklasifikasi, yaitu dengan melakukan perubahan klasifikasi dari
sebelumnya sebagai Ruang Terbatas Wajib dengan Ijin Masuk menjadi
Ruang Terbatas Tidak Wajib dengan Ijin Masuk. Hal ini hanya dapat
dilakukan dengan cara melakukan eliminasi terhadap setiap potensi
bahaya utama di ruang terbatas. Reklasifikasi adalah hirarki tertinggi
dalam pengendalian risiko ruang terbatas, karena dengan reklasifikasi
dengan sendirinya kita telah memastikan bahwa ruang terbatas telah
aman untuk dimasuki. Namun menjadi penting dalam hal ini adalah untuk
memastikan bahwa REKLASIFIKASI HANYA DAPAT DILAKUKAN ATAS DASAR
SUATU PENILAIAN / ASSESSMENT yang sesuai untuk kemudian selalu
dilakukan penilaian ulang secara berkala jika diketahui terjadi perubahan
pada ruang terbatas tersebut yang memungkinkan munculnya sumber
bahaya baru. Sehingga ada kemungkinan suatu ruang terbatas yang
sebelumnya telah diklasifikasikan sebagai Ruang Terbatas Tidak Wajib
dengan Ijin Masuk kemudian berdasarkan penilaian berkala baik yang
dilakukan oleh Ahli K3 ataupun Pengawas Ketenagakerjaan
direklasifikasikan kembali menjadi Ruang Terbatas Wajib dengan Ijin
Masuk melalui penetapan pimpinan perusahaan.
26

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

b. Ventilasi, yaitu dengan melakukan pemantauan terhadap ketersediaan


udara bersih di ruang terbatas. Hal ini dilakukan apabila potensi bahaya
tidak dapat dieliminasi namun harus dapat dikendalikan melalui
pemasangan sistim ventilasi udara bertekanan secara terus menerus
untuk mensuplai kebutuhan udara bersih selama periode pekerjaan di
ruang terbatas berlangsung. Sistim ventilasi ini tidak boleh dihentikan,
meski petugas utama istirahat dan harus selalu dipantau. Ventilasi dapat
berasal dari tenaga alam ataupun tenaga mesin, tetapi BUKAN OKSIGEN
MURNI YANG DISEMPROTKAN.
c. Sistim ijin masuk, yaitu dengan melaksanakan prosedur ijin masuk ruang
terbatas. Mulai dari tahapan permohonan ijin sampai dengan
penyelesaian pekerjaan dan juga memungkinkan adanya pembatalan ijin.
Yang penting diingat bahwa SISTIM IJIN MASUK TIDAK DAPAT MEMASTIKAN
BAHWA PEKERJAAN DI RUANG TERBATAS PASTI AMAN, TETAPI HANYA
MEMASTIKAN BAHWA PROSEDUR UNTUK KERJA AMAN TELAH DILAKUKAN.

Secara keseluruhan tahapan kegiatan yang harus dilakukan sebagai bagian


dari prosedur kerja aman di ruang terbatas adalah sebagai berikut:

5. Prosedur Ijin Masuk di ruang terbatas


a. Permohonan Ijin Masuk, diajukan oleh Petugas Utama atau Petugas
Madya setelah mendapatkan Surat Perintah Kerja (Job Order).
Selanjutnya disusunlah Analisa Keselamatan Pekerjaan (AKP) / Job Safety
Analysis (JSA) bersama dengan pengawas lapangan/supervisor dan pihak
terkait lainnya mengenai risiko kerja serta tindakan pencegahan yang
telah dilakukan untuk pekerjaan tersebut. Berdasarkan Surat Perintah
pei_jenggot_2015 27
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Kerja (SPK), kemudian formulir ijin kerja diisi dengan lengkap dan
diserahkan kepada pengawas lapangan / supervisor.
b. Pemeriksaan Ijin Masuk, Pengawas lapangan kemudian meminta
dilakukan pengukuran gas atmosfer berbahaya yang dilakukan oleh
Teknisi Deteksi Gas yang dibuktikan dengan sertifikat bebas gas
berbahaya. Selain itu ijin masuk akan diberikan setelah ijin untuk
pekerjaan terkait seperti pekerjaan panas, kerja dingin atau kelistrikan
telah dikeluarkan.
Beberapa hal penting yang harus diperiksa dalam peninjauan ijin masuk
adalah antara lain:
memastikan apakah ruang terbatas yang akan dimasuki telah
terisolasi dari bahaya sambungan pipa yang terbuka dan telah
dipasangi dengan sorokan buta (blind flange)
memastikan ruang terbatas tersebut telah bebas dari gas mudah
terbakar, dengan batas yang dijinkan adalah maksimum 10% LEL
memastikan kadar prosentase oksigen berada antara 19,5% - 23,5%
dan tanda tangan teknisi deteksi gas di sertifikat bebas gas berbahaya
telah sesuai dan terisi lengkap
ventilator telah bekerja dengan baik
memastikan setiap petugas utama yang akan masuk ke ruang terbatas
telah memakai alat pelindung diri yang sesuai dan terhubung dengan
life line serta tripod telah terpasang, pastikan barikade dan peralatan
bantu pernapasan cukup
memastikan listrik yang digunakan di dalam ruang terbatas harus
kedap gas dan menggunakan arus DC tidak lebih dari 50 volt
memastikan paling sedikit ada 1 (satu) orang petugas madya di setiap
akses masuk dan teknik komunikasi yang digunakan
c. Pengesahan Ijin Masuk, diberikan oleh manajer area setelah dilakukan
evaluasi aspek keselamatan pekerjaan oleh Ahli K3 sesuai dengan
formulir ijin yang diberikan oleh pengawas lapangan / supervisor.
d. Pendistribusian Ijin Masuk, kepada pihak-pihak terkait dan dipasang pada
lokasi pekerjaan, di ruang kendali dan pada bagian K3
e. Pemantauan Ijin Masuk, dilakukan terkait dengan perubahan gas
atmosfer berbahaya, kondisi petugas utama, durasi pekerjaan, dan
kemungkinan penyimpangan lainnya dari ijin yang diberikan.
f. Pembatalan Ijin Masuk, apabila pekerjaan dapat diselesaikan sesuai
rencana kerja yang tertuang dalam formulir ijin masuk maka formulir
tersebut segera dikembalikan kepada pengawas lapangan sekaligus
sebagai laporan pekerjaan yang harus diteruskan kepada manajer area.
Namun apabila terjadi perubahan ataupun penyimpangan dari formulir
ijin masuk yang diberikan maka Ahli K3 harus menghentikan pekerjaan
dan membatalkan ijin yang telah diberikan untuk kemudian segera
melakukan evaluasi dan investigasi menyeluruh.
28

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Tahapan kegiatan dalam pembuatan ijin masuk dapat terlihat sebagaimana


alur dibawah ini:

6. Personil Ruang Terbatas

Sesuai bahasan sebelumnya, maka untuk melakukan pekerjaan di ruang


terbatas sangat erat hubungannya dengan kompetensi personil atau petugas
yang akan bekerja. Umumnya pekerjaan di ruang terbatas dilakukan oleh
sekelompok orang, yang terdiri dari:
a. Petugas Utama, yaitu orang yang akan masuk melakukan pekerjaan di
dalam ruang terbatas, dan
b. Petugas madya, yaitu orang yang bertugas berjaga dan memantau setiap
akitifitas petugas utama dari luar ruang terbatas.
c. Supervisor / Kepala Regu yang bertugas sebagai pengawas pekerjaan
yang dilakukan oleh petugas utama dan madya. Disamping itu pula
sebelum pekerjaan di ruang terbatas harus dilakukan pengujian atas
kondisi gas atosfer berbahaya oleh seorang
d. Teknisi Deteksi Gas yang bersertifikat,
e. Petugas Penyelamat, yaitu orang yang akan bersiaga di luar ruang
terbatas untuk memberikan pertolongan dalam keadaan darurat.
Sebagai persyaratan pekerjaan, seorang petugas utama harus didampingi
oleh minimal seorang petugas madya. Berikut ini adalah tugas dan tanggung
jawab setiap personil:

Petugas Utama:
a. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi
terkait dengan pekerjaan di ruang terbatas;
b. Menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja sesuai prosedur;
c. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas madya;
d. Memberitahu petugas madya bila mengetahui adanya perubahan kondisi
yang berbahaya;
e. Melakukan tindakan antisipatif untuk menyelamatkan diri;
pei_jenggot_2015 29
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Petugas Pendamping/Madya:
a. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi
terkait dengan pekerjaan di ruang terbatas;
b. Memantau setiap potensi bahaya dan pekerjaan di dalam dan di luar
ruang terbatas;
c. Memastikan dan mengawasi jumlah petugas utama yang berada di ruang
terbatas;
d. Memastikan tetap berada di luar ruang terbatas selama petugas dan
pekerjaan di ruang terbatas berlangsung;
e. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas utama;
f. Memanggil tim penyelamat dalam kondisi darurat;
g. Melakukan tindakan penyelamatan yang dimungkinkan tanpa memasuki
ruang terbatas;
h. Tidak melakukan tugas lain yang mungkin akan menggangu tugas
utamanya untuk memantau dan melindungi petugas utama

Petugas Penyelamat:
a. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi
terkait dengan pekerjaan di ruang terbatas;
b. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas madya,
dan Ahli K3;
c. Melakukan tindakan penyelamatan sesuai prosedur;
d. Meningkatkan kemampuan diri untuk tugas-tugas penyelamatan

C. Latihan

1. Buatlah alur kegiatan prosedur kerja aman di ruang terbatas?


2. Isilah formulir ijin masuk ruang terbatas yang terdapat dalam lampiran
modul ini dengan pembagian pekerjaan dalam kelompok yang terdiri dari 5-
6 orang.

D. Rangkuman

1. Ruang terbatas (confined spaces) dapat didefinisikan sebagai ruangan yang :


a. cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja
dapat masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya, dan
b. mempunyai akses keluar masuk, pergerakan dan aliran udara yang
terbatas, dan
c. tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-
menerus di dalamnya.
2. Ruang terbatas dengan ijin masuk adalah ruang terbatas yang memiliki salah
satu dari potensi bahaya sebagai berikut:
30

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

a. potensi gas atmosfer berbahaya (gas atmospheric hazard) antara lain


uap, gas dan debu beracun ataupun mudah terbakar/meledak;
b. substansi cairan ataupun padatan yang memungkinkan petugas yang
bekerja tenggelam atau terbenam di dalamnya (substancial hazard);
c. struktur atau konfigurasi yang berbeda ketinggian atau bersekat-sekat
sehingga menjadi hambatan dalam mengakses pintu masuk atau keluar
(configuration hazard); dan
d. pelepasan energi karena penggunaan peralatan listrik, mekanik,
pneumatic dan lainnya (energy hazard).
3. Dalam pengendalian risiko ruang terbatas dikenal hirarki pengendalian
sebagai berikut:
a. Reklasifikasi, yaitu dengan melakukan perubahan klasifikasi dari
sebelumnya sebagai Ruang Terbatas Wajib dengan Ijin Masuk menjadi
Ruang Terbatas Tidak Wajib dengan Ijin Masuk.
b. Ventilasi, yaitu dengan melakukan pemantauan terhadap ketersediaan
udara bersih di ruang terbatas.
c. Sistim ijin masuk, yaitu dengan melaksanakan prosedur ijin masuk ruang
terbatas.
4. Prosedur Ijin Masuk di ruang terbatas, meliputi beberapa hal antara lain:
a. Permohonan Ijin Masuk;
b. Pemeriksaan Ijin Masuk;
c. Pengesahan Ijin Masuk;
d. Pendistribusian Ijin Masuk;
e. Pemantauan Ijin Masuk;
f. Pembatalan Ijin Masuk.

E. Test Formatif

Jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas:


1. Jelaskan definisi ruang terbatas?
1. Jelaskan kriteria ruang terbatas dengan ijin masuk?
2. Jelaskan kelompok gas atmosfer berbahaya di ruang terbatas?
3. Jelaskan prosedur ijin masuk di ruang terbatas?
4. Jelaskan hirarki pengendalian bahaya di ruang terbatas?

F. Balikan dan Tindak lanjut

Sebagai bentuk umpan balik para peserta diminta untuk mengisi dan
menjelaskan apakah dan nama dan fungsi no. 1 s.d 5 pada gambar di bawah ini?

pei_jenggot_2015 31
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Pekerjaan Pengelasan di dalam tanki

3
1

No Nama Fungsi
1
2
3
4
5

32

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

BAB IV
TEKNIK VENTILASI, PEMBILASAN, ISOLASI ENERGI
DAN PENGUJIAN ATMOSFER DI RUANG TERBATAS

A. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah pembelajaran pada BAB ini, peserta diharapkan mampu:


1. menjelaskan teknik ventilasi dan pembilasan di ruang terbatas;
2. menjelaskan dan membuat laporan hasil isolasi energi di ruang terbatas;
3. melakukan pengukuran, menginterpretasikan dan membuat laporan hasil
pengujian gas atmosfer di ruang terbatas;

B. Uraian dan Contoh

1. Teknik Ventilasi dan pembilasan di ruang terbatas

Ventilasi diperlukan untuk memelihara kondisi udara dalam ruang terbatas


pada level yang aman. Ventilasi harus selalu dijaga selama pekerjaan
berlangsung. Pemilihan cara bagaimana mengalirkan udara dengan peralatan
ventilasi tergantung dari beberapa faktor seperti luas bukaan, gas yang
hendak dibuang (apakah mudah terbakar atau tidak) dan sumber udara
bersih yang digunakan

Banyak terjadi kecelakaan kerja didalam suatu ruang terbatas, diakibatkan


oleh tidak memadainya kandungan Oksigen diruang terbatas, serta masih
adanya gas-gas yang lainnya sehingga bisa menyebabkan kecelakaan fatal
bahkan kematian ataupun bisa menimbulkan penyakit akibat kerja. Usaha
Keselamatan dan Kesehatan Kerja didalam ruangan terbatas, perlu
dilakukan dengan sungguh-sungguh agar hal yang disebutkan diatas bisa
teratasi dengan baik sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja maupun
penyakit akibat kerja Diantaranya :

- Oxygen Devisiensi ( kurangnya kandungan Oxygen pernafasan )


- Menghirup Gas gas yg beracun yg masih tersisa dlm ruang terbatas
- Terkena bahan bahan berbahaya
- Terjadi ledakan / kebakaran karena gas mudah terbakar masih dalam
ambang batas terjadinya api maupun ledakan,

Resiko kerja khususnya di dalam ruangan terbatas yang disebabkan oleh


tidak sempurnanya dalam pencucian atau pembilasan pada awal
pengosongan tangki sehingga gas - gas beracun, mudah terbakar, Oxygen
deviciensi masih ada yang tertinggal dalam suatu ruangan terbatas.
pei_jenggot_2015 33
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Untuk mengamankan hal tersebut diatas maka sangat perlu dilakukan


pencucian dan pembilasan dengan baik serta mengikuti prosedur untuk
meyakinkan bahwa aktifitas kerja dalam ruang terbatas betul betul aman
dan terkendali. Ketentuan Sirkulasi udara (ventilasi) yang memadai dapat
mengikuti persyaratan yang dijabarkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No 261 tahun 1998 dengan judul II. B. 3. Pergerakan Udara: 0,283 m3/
menit/ orang dengan pergerakan Sirkulasi udara: 0,15 0, 25 m/ detik.

Apabila ruang terbatas memiliki bukaan yang cukup, maka ventilasi natural
mungkin telah memadai. Namun, biasanya diperlukan ventilasi mekanis
untuk membantu mensuplai udara bersih atau menarik gas-gas toksik yang
ada. Contoh ventilasi mekanis adalah blower fan atau exhaust fan.
Pertimbangan perlu diambil mengenai udara bersih sebagai sumber dan
kemana pembuangannya. Peralatan ventilasi mekanis (fan) harus dipantau
(bila dipergunakan) secara terus menerus selama Petugas Utama berada di
dalam ruang terbatas. Proses harus diterapkan untuk meyakinkan pasokan
energi penggerak peralatan ventilasi tetap terjaga tidak terputus. Petugas
Madya harus meyakinkan bahwa sumber gas eksternal atau bahan
kontaminan lainnya yang berasal dari kendaraan atau peralatan stasioner
tidak masuk ke dalam ruang terbatas melalui sistem ventilasi, lubang masuk
orang (man hole) yang terbuka atau melewati titik-titik jalan masuk.

Apabila dipergunakan peralatan stasioner yang digerakkan oleh motor bakar


yang terletak di luar ruang terbatas, dimana ada kemungkinan gas buangnya
tersedot masuk ke dalam ruang terbatas, maka pemantauan gas secara terus
menerus (kontinyu) harus diterapkan. Peralatan stasioner atau bergerak
yang dengan tenaga motor bakar dilarang dipergunakan di dalam ruang
terbatas. Bilamana peralatan semacam ini dibutuhkan untuk dipergunakan di
dalam ruang terbatas, maka penilaian resiko yang sesuai harus dilakukan dan
proteksi pernafasan yang tepat dengan pasokan udara dikenakan oleh semua
orang yang bekerja di dalam ruang terbatas. Petugas Madya harus
menghentikan semua pekerjaan dan mengevakuasi semua orang dari ruang
terbatas bilamana fungsi dari sistem ventilasi (sirkulasi udara) terhenti atau
terganggu.

Teknik Purging dan Ventilasi

a. Persiapan pengosongan

Yakinkan kegiatan ini sudah terlepas dari kegiatan program (disable


program) sehingga pengoperasian alat alat yang akan dipakai dilakukan
dengan secara manual. Dan dicontrolpun secara manual, artinya penuh
34

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

pengawasan exstra, karena tidak melakukan secara otomatis, namun


indikasi berkaitan dengan tangki yang akan dikosongkan masih tetap
berjalan ( Level, Pressure, Temperatur )

b. Drain atau pengosongan


Alirkan semua cairan Hydro carbon atau cairan B3 yang lainnya ke
container yang lainnya kalau cairan itu merupakan Flamable, atau B3
cairan penampung harus sudah disediakan dan disetujui sebagai cairan
penampung oleh Manajer Area.

c. Venting tekanan atmosfer


Bila ruangan / tangki vessel itu masih bertekanan, maka lakukan venting
pembuangan gas ke atmosfer jika merupakan gas biasa (tidak berbahaya)
dan lakukan N2 purging dan venting melalui Flare kalau gasnya berbahaya
flammable (B3). Sampai dengan kandungan Hydrocarbonnya lebih kecil
dari 0.5% consentrasi ini bisa ditest melewati low point drain. Owner area
harus memiliki fasilitas sesuai dengan kebutuhan material yang dikelola.

d. Venting Untuk Hydrocarbon yang tidak mudah menguap.


Misalnya Solar, Polyol, Glyserine dsb, venting keluar tangki dengan cara
membuka venting sehingga mencapai atmosfherric presser/ tekanan
didalam tangki sama dengan tekanan atmosfheeric, dengan catatan harus
diawasi jangan sampai ada pemanasan (temperature normal).

e. N2 (Nitrogen) Purging
Mensupply N2 Sangat effective untuk mendorong sisa sisa Hydrocarbon
yang masih ada didalam suatu continer / vessel dalam ruang terbatas /
tertutup.

f. Drain Condensat pengeluaran condensat melalui low poin draint


Kondensat dikeluarkan dan ditampung lanjutkan penguapan, lakukan
flushing dan drain sehingga betul betul bebas dari Hydrocarbon atau
flamable gas.

g. Buka Man Hole


Buka jalur utama, diikuti dengan pembukaan pipa yang lainnya untuk
mempermudahkan penguapan berlangsung dari dalam tangki / vessel
tersebut s/d kandungan flammable gas dibawah batas explosive range

h. Pasang Air Mover atau blower.


Untuk pemilihan blower yang dipasang, harus disesuaikan dengan
klasifikasi kandungan flammable gas yang ada dlm bejana tersebut,
meskipun pada saat gas test diawal sudah dibawah explosive range,
pei_jenggot_2015 35
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

perhatikan juga perubahan temperatur akan memicu penguapan dalam


suatu tangki atau bejana, pilihlah air mover yang tidak memakai power
listrik dan jangan lupa di pasang grounding untuk menghindari
terakumulasinya muatan listrik sehingg bisa menyebabkan munculnya
loncatan api.

Catatan :
Lajur udara (Air Line) tidak boleh disambungkan pada jalur jalur yang
dapat terisi uap alkhylene oksida ataupun cairannya. Bila pemakaian
udara hanya untuk sementara, dalam kaitan perbaikan hal ini harus
meminta persetujuan pemilik area.

Teknik Innerting

Tahapan berikutnya yg harus diikuti adalah tahapan menghilangkan oksigen


udara atmosfer dari dalam tangki, tangki proses ataupun perpipaan sebelum
diisikan hydrocarbon, sehingga tidak terjadi peledakan ataupun kebakaran
dalam tangki dan fasilitasnya karena kandungan Oxygennya telah diamankan
terlebih dahulu.

a. Posisi normal.
Kembalikan tangki pada posisi normal beroperasi, namun programable
logic control masih pada posisi disable. Hal ini dilakukan setelah kegiatan
masuk ruang terbatas sudah betul-betul selesai dan aman.

b. N2 (Nitrogen) Innerting
Alirkan N2 dari low point (bawah) dan lakukan venting lewat Highs point
atas ke atmosfheere. Termasuk pipa pipa yang berhubungan dengan
tangki tersebut yang akan dialiri dengan Hydrocarbon.

c. Lanjutkan Innerting process


Lanjutkan Innerting N2 hingga oxygen < 0.5% dari volume udara.

d. Pengukuran N2 pada venting line.


Ukur Kandungan oxygen pada venting line sehingga yakin mencapai O2
Free, sesuai dengan kehendaki oleh bagian prosess,
Catatan : pada saat pengukuran petugas tester harus jaga jarak jangan
sampai menghirup venting line karena sudah terjadi N2 yang dominan
sehingga Tester bisa lemas. Untuk lebih teliti O2 freenya biasanya diambil
sample tertentu dan di test di laboratorium (GC) gas cromatografi.

e. Penyerahan tugas kepada Pemilik area.

36

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Setelah kandungan O2 freenya tercapai hentikan Innerting gas N2 tutup


valve low point drain yang dipakai untuk innerting N2 dan juga tutup
venting line yang dipakai venting, dan serah terima tugas kepada pemilik
area bahwa Clearing, Purging dan Innerting actipitas sudah selesai
dilakukan.

Untuk memastikan kecukupan kapasitas fan agar udara pembilasan


digunakan persamaan berikut :

T=V/Q
Dimana V = volume ruang terbatas, ft3
Q = kapasitas effectif fan, ft3/min
T = waktu yang di butuhkan dalam pembilasan udara, min

Sedangkan untuk rate aliran duct digunakan persamaan sebagai berikut :

v=Q/A

Dimana v = kecepatan udara yang mengalir ke ruang terbatas melalui


fan, ft/min
A = luas permukaan duct, ft2
Q = kapasitas effectif fan, ft3/min

Sebagai rujukan dapat menggunakan tabel di bawah ini:

Tabel 1. Kecepatan material yang harus di sesuaikan dengan kapasitas fan


Jenis Material Kecepatan Material, ft/min
Solvent vapor 50 100
Asap aktifitas pengelasan atau 100 200
partikel aktifitas pengecatan
Debu aktifitas Penggerindaan atau 500 2000
Blasting
Sumber : ACGIH 1995
Tabel 2. Kecepatan Fan yang harus disesuaikan untuk membuang partikel di
Ruang terbatas
Jenis Material Kapasitas Kecepatan Fan, ft/min
Uap, Gas, Asap 1000 1200
Asap aktifitas Pengelasan 1400 2000
Debu aktifitas Penggerindaan 3500 4000
Debu aktifitas Blasting 4000 4500
Sumber : ACGIH 1995-

pei_jenggot_2015 37
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

2. Teknik Isolasi Energi di ruang terbatas

Keselamatan pekerja pada saat menangani bagian berbahaya pada mesin,


kelistrikan atau peralatan berbahaya lainnya pada ruang terbatas tidaklah
terjamin hanya dengan mematikan peralatan tersebut. Kecelakaan sering
terjadi pada saat orang menangani berbahaya pada peralatan tersebut di
ruang terbatas, sementara mereka menganggap keadaanya sudah aman
karena peralatan atau sumber energy tersebut sudah dimatikan.

Telah banyak terjadi kecelakaan kerja di dalam ruang terbatas, diakibatkan


oleh bergeraknya suatu alat secara tiba-tiba. Hal ini dikarenakan adanya
suatu peralatan yang belum diamankan sebelum melakukan pekerjaan
dalam suatu ruang terbatas. Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja
didalam ruang terbatas, perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh karena hal
ini bisa menimbulkan kecelakaan yang berakibat fatal terhadap tenaga kerja
yang bekerja dalam ruang terbatas.

Semua sumber energi berbahaya harus diidentifikasi ketika merencanakan


penguncian dan Pelabelan. Sumber Energi Berbahaya yang harus
dipertimbangkan metode pengunciannya yang tepat harus dipilih untuk
menahan, mengontrol atau menghilangkan potensi pengeluaran energi yang
tidak terkontrol, untuk melindungi semua orang yang bekerja di ruang
terbatas, sumber sumber energi tersebut adalah :

Mekanik : Energi mekanik dianggap berbahaya ketika terdapat cukup energi


untuk menyebabkan cedera pada orang. Energi mekanik dapat digolongkan
sebagai: Gravitasi (berdasarkan posisi), Tersimpan (misalnya pegas),
Hidrolik, Pneumatik.

Listrik : Energi listrik bisa dalam bentuk sirkuit hidup atau sebagai arus sisa.
Energi listrik dianggap berbahaya jika arus listrik dapat menyebabkan
cedera saat melewati tubuh.

Termal : Energi panas bisa dalam bentuk suhu panas atau dingin. Hal ini
menjadi berbahaya ketika energi termal melebihi kemampuan tubuh untuk
mengatasi suhu tersebut.

Kimia : Energi kimia dianggap berbahaya ketika mengandung sifat yang


dapat menyebabkan cedera atau penyakit melalui kontak dengan cara
pernafasan, penyerapan atau pencernaan.
Bahan kimia biasanya digolongkan sebagai: Korosif, Oksidasi, Beracun,
Mudah Terbakar, Mudah Meledak.

38

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Radiasi : Sumber radiasi atau radioaktif dianggap berbahaya ketika secara


spontan memancarkan energi yang cukup untuk menyebabkan perubahan
pada organ yang rusak di struktur molekul tubuh.
Radiasi bisa digolongkan sebagai: Ionisasi, Non-Ionisasi,

Gravitasi : Sumber energi yang dikarenakan karena adanya gaya tarik bumi.
Contoh benda jatuh dari atas karena adanya gaya tarik bumi.

Ruang terbatas terdapat resiko kerja yang disebabkan oleh adanya sumber
energi yang belum di non aktifkan, sehingga bisa menimbulkan kecelakaan
kerja maupun penyakit akibat kerja. Umumnya di dalam ruang terbatas itu
biasanya ada beberapa komponen antara lain :
- Agitator : alat pengaduk
- Roler : alat penggulung, pemutar
- Bending : alat pembengkok
- Humering : alat pemukul
- Alat : alat penggerak lainnya.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan seperti tresebut diatas, maka


Penguncian dan Pelabelan (LOTO) ini dibuat untuk melindungi karyawan dan
peralatan dari bahaya pengoperasian yang tidak diharapkan.

LOTO adalah singkatan dari Lock Out and Tag Out (Penguncian dan
Pelabelan). LOTO didefinisikan sebagai suatu metode yang disetujui
mengisolasi potensi sumber sumber energy berbahaya dan diperlukan saat
melakukan perbaikan, pemeliharaan, modifikasi, atau kegaiatan instalasi
akan dilakukan pada peralatan atau permesinan yang diputuskan hubungan
energinya atau permesinan dimana pemuatan energi yang tidak disangka,
hidupnya alat atau lepasnya energi tersimpan berpotensi menyebabkan
kecederaan pada orang atau kerusakan pada peralatan. Sedangkan Label
Individu (Personal Tag) adalah label LOTO dengan informasi yang terdiri :
Nama Pemasang tag, Tgl dipasang, Topik / uraian kegiatan dengan singkat

Peralatan LOTO

Alat pengisolasi energy merupakan suatu alat mekanis yang secara fisik
mencegah perpindahan atau pembebasan energy, termasuk tetapi tidak
terbatas pada : pemutus arus, sklar pemutus, katub saluran (line valve),
penghalang dan setiap alat yang sejenis yang dipakai untuk pengisolasi
energy.

pei_jenggot_2015 39
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

No Nama dan Kegunaan Gambar Perlatan Penguncian dan


Pelabelan
1 Label Individu
Label individu berisi
informasi : Nama karyawan,
departemen pemilik, tanggal
masa berlaku

2 Gembok
untuk mengunci peralatan di
tempatnya dan mencegah
kemungkinan terjadinya
pelepasan penguncian yang
salah

3 Label untuk alat rusak


Catatan :
Label untuk alat rusak (Out
of Services Tag) berisi
informasi : Nama peralatan,
nama karyawan pemasang,
Departemen pemasang,
tanggal pemasangan, alas an
pemasangan label
4 Alat pengunci katup (valve
Lock)/ mengisolasi saluran
pipa yang berisi gas
bertekanan atau cairan
silinder gas, atau system
hidrolik

40

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

5 Alat pengunci (circuit


breaker) / mengisolasi outlet
listrik yang terhubungkan ke
circuit tunggal

6 Alat pengisolasi
pheneumatic / mengisolasi
downstrign gas atau cairan
dari valve.

7 Alat pengisolasi sklar dinding


(wall switches lock) /
mengisolasi supplay listrik ke
lampu dari satu saklar lampu
tunggal

8 Alat pengisolasi plug /


mengisolasi supplay listrik ke
peralatan listrik

9 Alat pemasangan gembok


(lock out klik) untuk lebih
dari satu orang

Lock out Station di gunakan


untuk menyimpan peralatan
Penguncian dan Pelabelan

pei_jenggot_2015 41
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

10 Kotak kunci (untuk LOTO


grup

11 Alat pemasangan gembok


kabel (untuk lebih dari satu
alat)

Tahapan LOTO

Berikut adalah tahapan melakukan Penguncian dan Pelabelan


1. Mengidentifikasi sumber energi berbahaya dan titik penguncian
2. Dapatkan prosedur kerja yang disetujui. Jika prosedur kerja yang
disetujui tidak tersedia maka pekerja dapat membuat dan konsultasi
sama atasan
3. Memberitahu Orang yang terpengaruhi terhadap sumber energy yang
dimatikan, Beritahu supervisor yang bertanggung jawab (atau wakilnya),
operator (jika ada) dan operator dari peralatan lain yang mungkin
terpengaruh dengan sumber energy

42

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

4. De-energise Titik Penguncian, Ikuti prosedur kerja yang disetujui untuk


melakukan de-energise pada semua titik penguncian, mungkin perlu
seorang Authorised Energiser untuk melakukan de-energise beberapa
atau semua titik penguncian
5. Penguncian dan amankan titik penguncian. Ikuti prosedur kerja yang
disetujui untuk mengunci dan mengamankan semua titik penguncian
6. Periksa dan uji penguncian Ikuti langkah yang digariskan dalam prosedur
kerja yang disetujui untuk menguji dan membuktikan bahwa tiap
penguncian telah berhasil mengendalikan sumber energi berbahaya
7. Pekerja malakukan dan menyelesaikan pekerjaan, Pekerja megikuti
prosedur kerja yang disetujui untuk melakukan dan menyelesaikan
tugas/pekerjaan

Tahapan Pembukaan Penguncian dan Pelabelan

1. Bersihkan dan periksa area kerja, pastikan area telah aman untuk
dilakukan pembukaan, periksa apakah area kerja telah siap untuk
kembali dioperasikan
2. Memberitahu Orang yang terpengaruhi, beritahu supervisor yang
bertanggung jawab (atau wakilnya), operator ( jika ada ) dan operator
dari peralatan lain yang mungkin terpengaruh
3. Pembukaan penguncian, lepas semua peralatan penguncian, Label
Individu dan Gembok sehingga peralatan siap untuk dilakukan re-energise
sesuai dengan prosedur kerja yang disetujui
4. Re-Energise Titik penguncian, Ikuti langkah yang digariskan dalam
prosedur kerja yang disetujui untuk re-energise semua titik penguncian
hingga siap untuk dioperasikan kembali.
5. Periksa Operasional peralatan , Periksa dan uji fungsi dari peralatan
untuk memastikan pekerjaan telah berhasil dan peralatan telah siap
untuk dikembalikan untuk beroperasi apabila bisa
6. Akhiri Pekerjaan

3. Teknik Pengujian Gas Atmosfer Berbahaya Di Ruang Terbatas

Jenis Alat Deteksi Gas

Secara sederhana terdapat dua jenis alat deteksi gas, yaitu:


1. Single Gas Detection, yaitu unit alat ukur yang hanya punya kemampuan
pengukuran suatu jenis gas tertentu baik dipasang tetap atau dapat
dipindah.
2. Multi Gas Detection, satu unit alat ukur Gas Detektor yang mempunyai
kemampuan pengukuran beberapa jenis gas yang berbeda gas tertentu,
baik dipasang tetap atau dapat dipindah
pei_jenggot_2015 43
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Pengukuran gas atmosfir berbahaya sangat tergantung dari kemungkinan


keberadaan gas tersebut. Setiap gas memiliki karakteristik tersendiri
sehingga dibutuhkan metoda deteksi yang khusus. Secara umum metoda
deteksi gas atmosfir berbahaya dapat dibagi menjadi 3 deteksi, yaitu:
1. Deteksi gas dapat terbakar dan mudah terbakar
2. Deteksi gas beracun
3. Deteksi kekurangan oksigen

Prinsip Kerja Alat Deteksi Gas

Prinsip kerja alat deteksi gas adalah mengukur gas melalui sensor.
Pengukuran gas menggunakan sensor dibagi menjadi 3 jenis sensor, yaitu:
1. Sensor elektrokimia
Sensor elektrokimia tranduser bekerja dengan prinsip sel galvanis
(baterai). Molekul oksigen yang terdapat dalam gas yang akan diukur
melewati membran plastic kedalam cairan elektrolit yang ada dalam
sensor yang dipisahkan untuk mengukur elektroda kedua atom Oksigen.
Pada saat yang sama, elektroda mengoksidasi atom oksigen menjadi
timbal oksida. Reaksi ini akan menghasilkan arus listrik yang akan diukur
sebagai bagian proporsional dari tekanan parsial dari oksida.
1. Gas yang akan
diukur
2. Saringan debu
3. Membran
4. Elektroda
pengukur
5. Elektrolit
6. Elektroda rujukan
7. Elektroda
penghitung

2. Sensor butiran katalitik (Catalytic bead sensor)


Gas yang akan dimonitor akan melalui piringan logam ke sensor dimana
gas atau uap yang mudah terbakar akan dibakar secara katalitik pada
detektor elemen. Udara yang dibutuhkan untuk membakar diambil dari
udara. Panas yang dihasilkan dari pembakaran akan memanaskan elemen
detektor dimana reaksi panas ini akan merubah hambatan pada elemen
detektor sebanding dengan tekanan parsial dari gas atau uap. Selain
44

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

elemen detektor, sensor juga memiliki elemen kompensator. Kedua


elemen adalah bagian dari Wheatstone bridge Konsentrasi gas diukur
dari voltasi pada Wheatstone bridge dalam ukuruan % LEL atau % by
Volume.

3. Sensor sinar infra-red


Sumber radiasi cahaya infrared ganda dan penerima ganda digunakan
untuk kompensasi perubahan dalam penyelarasan, intensitas sumber
cahaya dan efisiensi komponennya. Sinar yang dikeluarkan oleh sumber
ganda dikeluarkan melalui pemilah cahaya (beam splitter). Sebagian
sinar akan dikenakan kepada contoh dan signal rujukan dikeluarkan dan
direfleksikan kembali kepada detektor pengukuran. Adanya gas yang
mudah terbakar akan mengurangi intensitas sinar untuk contoh, tidak
untuk sinar rujukan, perbedaan dari dua signal ini akan secara
proporsional menunjukkan konsentrasi gas yang diukur.

Deteksi keberadaan gas atmosfir berbahaya dapat juga dilakukan dengan


sistim Colorimetri Tabung Detektor (Detector Tube System)

pei_jenggot_2015 45
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Prinsip dari tabung gas detektor adalah metoda analisa kering yang
menerapkan reaksi kimia dan absorpsi fisika. Gas yang diserap kedalam
tabung menghasilkan lapisan warna yang dihasilkan dari reaksi antara
reagen dengan gas dalam tabung. Konsentrasi gas secara proposional
akan menghasilkan lapisan warna yang dapat dibaca pada skala yang
tertera ditabung.

Kalibrasi alat deteksi gas

Setelah mengenal berbagai jenis dan alat deteksi, maka seorang teknisi
deteksi gas juga harus mengetahui bagaimana pengoperasian alat. Semua
alat deteksi gas pertama kali harus melalui tahapan kalibrasi sebelum di
operasikan. Kalibrasi alat ukur gas merupakan hal sangat penting untuk
memastikan bahwa alat deteksi gas tersebut layak digunakan. Kalibrasi
peralatan dibutuhkan agar ketepatan dan akurasi alat dapat dipertanggung
jawabkan. Kalibrasi merujuk kepada proses penetapan hubungan antara
output atau respon dari peralatan pengukuran dengan nilai atau ukuran
kwantitas input atau atribut dari pengukuran yang standar.

Proses kalibrasi untuk penggunaan yang tidak spesifik biasanya disebut


sebagai penyesuaian output atau indikasi bahwa pengukuran peralatan
sesuai dengan nilai standar yang diaplikasikan dalam range akurasi yang
diperlukan. Respon dari sensor eletrokimia sangat tergantung terhadap
kondisi lingkungan. Oleh karena itu proses kalibrasi sebaik mungkin kalibrasi
dilakukan setara dengan kondisi yang sebenarnya. Kebanyakan peralatan
dilengkapi dengan dua jenis alarm, peringatan dan bahaya. Kedua alaram ini
akan mendeteksi konsentrasi gas melebihi batas bahaya yang diprogramkan.
Ketepatan respon mendeteksi dan kemampuannya untuk menganalisa
menunjukkan akurasi dari pembacaan. Apabila titik rujukan sudah berubah,
maka pembacaanpun akan berubah sehingga menjadi tidak dapat dipercaya.
Hal ini disebut sebagai calibration drift dan sering terjadi pada semua
detektor. Kalibrasi dengan menggunakan gas standar yang konsentrasinya
disertifikasi dapat memperbaiki titik rujukan ini.

Kalibrasi dapat di bagi 2 tahapan yaitu kalibrasi internal dan kalibrasi


eksternal.
a. Kalibrasi internal yaitu kalibrasi yang dilakukan oleh internal teknisi gas.
Kalibrasi yang dilakukan adalah dengan pengukuran/ pembacaan alat
deteksi gas dan membandingkan hasil pembacaan / pengukuran terhadap
konsentrasi gas standar. Peraturan kalibrasi untuk meyakinkan agar gas
detektor dapat bekerja dengan baik adalah sebagai berikut:

46

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Ikuti petunjuk dari pemasok untuk kalibrasi yang benar. Pergunakan


peralatan yang benar, termasuk gas standar yang sudah dikalibrasi,
tabung contoh, flow regulator, adapter dll.
Standar gas yang dipakai untuk kalibrasi tidak boleh kadaluarsa. Gas
harus ada sertifikasinya dan dapat dilacak certificate of analysis.
Personil yang melakukan kalibrasi harus terlatih dan menggunakan
metode kalibrasi yang benar sesuai dengan petunjuk dari pemasok.

Ada dua jenis kalibrasi yang dilakukan yaitu :

1) Fresh Air Calibration (Self Check)


Proses internal kalibrasi ini dilakukan sebagai internal kalibrasi
dengan menggunakan udara bebas dan bersih sebagai referensi dan
selanjutnya digunakan sebelum dan setiap menggunakan peralatan
detektor gas. Apabila semua sensor memberikan penunjukkan OK
berarti peralatan siap dipergunakan.

2) Bump Test Calibration.


Proses kalibrasi ini dilakukan dengan menggunakan standar gas
yang telah diketahui komposisi dan konsentrasinya untuk
menentukan akurasi pembacaan sensor. Kalibrasi ini dilakukan
untuk peralatan yang penggunaannya tertentu dan ketepatannya
diharapkan, sebagai contoh di industri petrokimia yang perlu
melakukan pengukuran suatu gas tertentu.
Peralatan harus diNol kan sebelum dilakukan bump-test.
Konsentrasi gas standar harus cukup tinggi untuk bisa memicu
terjadinya alarm. Apabila hasil bump test tidak menunjukkan
alarm atau dalam range yang dapat diterima, maka kalibrasi
penuh harus dilakukan.
Contoh:
Pengukuran standar gas oksigen
Pertama kali disiapkan gas standar oksigen dengan gas standar
berkadar 19.5% -23% volume.
Selanjutnya alat yang akan di kalibrasikan digunakan untuk mengukur
gas standar tersebut. Jika hasil pembacaan sesuai atau dalam batas
toleransi / deviasi yang tercantum dalam label alat, maka alat
tersebut dinyatakan layak pakai. Namun jika diluar batas deviasi,
misalkan ternyata terbaca 16 % maka alat tersebut dinyatakan tidak
layak pakai dan harus dilakukan adjustment (penyesuaian) melalui
kalibrasi eksternal.

pei_jenggot_2015 47
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Alat deteksi yang telah dikalibrasi dari pabriknya dengan gas kalibrasi
standar dan diprogram dengan batas alarm asal (default)
sebagaimana tercantum:

Gas Gas Kal/ Satuan TWA STEL Rendah Tinggi


Keseimbangan
CO 50/Udara Ppm 35 100 35 200
H2 S 25/N2 Ppm 10 15 10 20
SO2 5/N2 Ppm 2 5 2 10
NO 25/N2 Ppm 25 25 25 50
NO2 5/Udara Ppm 1 1 1 10
Cl2 10/N2 Ppm 0,5 1 0,5 5
O2 20,9/N2 % Vol - - 19,5 23,5
CH4 50/Udara %LEL - - 10 20
HCN 10/N2 Ppm 5 5 5 50
NH3 50/N2 Ppm 25 35 25 50
PH3 5/N2 Ppm 0,3 1 1 2
VOC* 100/Udara Ppm 10,0 25,0 50,0 100

b. Kalibrasi eksternal atau sering pula di sebut full calibration adalah


melakukan kalibrasi peralatan secara menyeluruh terhadap peralatan,
termasuk kemampuan sensor dan peralatan lainnya yang dilakukan oleh
lembaga independen, atau jasa kalibrasi atau laboratorium yang telah
terakreditasi. Kalibrasi eksternal dilakukan secara berkala (umumnya
supplier mensyaratkan 6 bulan sekali) atau jika saat dilakukan kalibrasi
internal dinyatakan tidak layak. Semua alat yang telah dilakukan
kalibrasi eksternal mendapat sertifikat/ bukti telah dikalibrasi yang
dikeluarkan oleh institusi yang melakukan kalibrasi.

Petunjuk Penggunaan Alat Deteksi Gas

Cara pengoperasian alat deteksi ada dalam setiap manual alat deteksi.
Sehingga wajib bagi setiap teknisi untuk membaca dan memahami manual
setiap alat deteksi yang di gunakan. Pengoperasian alat ada yang bersifat
analog dan ada pula yang digital.
Metoda penggunaan gas detektor tergantung dari jenis dan tipe dari masing-
masing pemasok. Sebagai gambaran umum penggunaan gas detektor sesuai
dengan peruntukannya adalah sebagai berikut:
1. Isi (charge) baterai atau peralatan sampai petunjuk display isi baterai
penuh atau semalaman
2. Tekan tombol ON beberapa saat sampai alat melakukan self check
3. Apabila peralatan normal, maka display akan menunjukkan OK dan
peralatan siap untuk dipakai

48

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

4. Apabila ditemukan alarm atau display yang menunjukkan kondisi


peralatan yang tidak normal, tekan tombol OFF beberapa saat dan
lanjutkan dengan proses ON kembali
5. Apabila ditemukan display untuk melakukan kalibrasi, maka lakukan
Bump-Test calibration atau kirimkan ke pemasok.
6. Apabila tetap ditemukan kondisi tidak normal, perlu diperhatikan
informasi display. Segera hubungi pihak pemasok untuk memberitahukan
informasi yang diperlukan
7. Apabila peralatan normal, peralatan dapat segera dipakai dan catat nilai
penunjukaanya
8. Untuk multi-gas, dapat dipilih jenis gas yang diinginkan dan akan
ditunjukkan pembacaan ukuran yang diinginkan, apakah ppm, % Vol
9. Untuk pembacaan konsentrasi gas oksigen, akan ditunjukkan % Vol.
Apabila konsentrasi dari masing-masing gas, atau konsentrasi oksigen
diluar range, maka akan didengar alarm atau signal
10. Pada beberapa peralatan tertentu, nilai pembacaannya dapat disimpan
sesuai dengan kapasitas memori yang ada di peralatan
11. Pada beberapa peralatan tertentu, data nilai pembacaannya dapat
ditransfer ke komputer dan dapat diolah untuk menjadi informasi
12. Apabila selesai penggunaannya, sebaiknya baterai atau alatnya di charge
agar dapat dipakai setiap saat.

Strategi Sampling

Untuk dapat menilai apakah kondisi ruang terbatas dapat memenuhi


persyaratan atau tidak mengganggu kesehatan, perlu dilakukan pengambilan
contoh dan analisa yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu atau terus
menerus disebut monitoring. Monitoring ini penting, mengingat
kemungkinan adanya perubahan proses dalam pabrik atau terjadi kebocoran
sehingga amat penting untuk evaluasi dan perbaikan proses.

Pengambilan contoh memegang peranan penting dalam menentukan hasil


analisa. Dan dalam hal sampling udara lingkungan kerja, banyak ditemui
kesulitan karena adanya perbedaan konsentrasi antara daerah pernafasan
dan ruang secara umum, atau tempat-tempat khusus. Oleh karena itu
sampling diadakan pada salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan, yakni :
a. atmosfer ruangan terbatas secara umum
b. area dimana para petugas utama akan melakukan pekerjaan
c. tempat dekat dengan sumber energi

Secara umum penentuan jumlah titik sampling dapat disesuaikan dengan


konfigurasi ruang terbatas dan berat jenis gas atmosfer, sehingga agar dapat
mewakili titik sampling minimal dilakukan pada area sepertiga bagian atas,
pei_jenggot_2015 49
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

kemudian sepertiga bagian tengah dan sepertiga bagian bawah dari ruang
terbatas. Untuk masing-masing area dapat dilakukan pengukuran sekitar 1-2
menit atau sampai tercapai nilai yang cenderung stabil.
Monitoring secara umum dilakukan untuk membandingkan keadaan ruang
kerja dengan standar. Sedang monitoring dekat sumber emisi dipakai untuk
menentukan tempat kebocoran secara tepat. Monitoring kondisi atmosfer
ruang terbatas harus dilakukan minimal 3 (tiga) kali dalam durasi 8 jam
kerja setelah ijin masuk diterbitkan. Selain lokasi sampling, maka waktu,
jumlah sampling dan lamanya pengambilan sample juga dipertimbangkan.
Sedang banyaknya contoh yang diambil amat bergantung pada jenis analisa
yang akan dipakai serta konsentrasi polutan. Jumlah contoh udara dapat
hanya beberapa mililiter udara saja atau sampai ratusan liter. Juga tak ada
aturan replikasi. Biasanya kalau hasil analisa lebih rendah dari standar,
jumlah replikatnya rendah. Tapi bila konsentrasi ternyata dekat atau
melampaui standar, lebih banyak replikat dilakukan. Tetapi analisa gas
hanya dengan sekali analisa, kurang begitu dapat diterima untuk interpretasi
atau mengambil keputusan.

TOLOK UKUR PENCEMARAN DIUDARA

Konsentrasi gas dalam udara dinyatakan dalam mg/m3 atau ug/m3 atau
ppm (satu bagian persejuta volume). Ketiga satuan tersebut sering dapat
kita temukan dalam beberapa buku. Konversi dari ketiga satuan tersebut
adalah sebagai berikut :
3 3
satuan ppm didefinisikan sebagai : 1 mg/m = 1000 ug/m

1 volume gas polution


1 ppm = ----------------------------------------
6
10 volume (polutan + udara)

Atau : 1 ppm = 0.0001 % volume


Apabila satuan ppm itu akan dikonversikan kedalam satuan mg/m 3, maka :
ppm x BM
3 ----------------
mg/m =
24.5
atau
ppm x BM
3
ug/m = ---------------- x 1000
24.5

0
konversi diatas berlaku pada suhu 25 c dan tekanan 1 atm. Suatu contoh
konsentrasi SO2 (BM = 64) sebesar 415 ug/m3 atau 0.415 mg/m3 mempunyai
konsentrasi ekivalen dengan :
50

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

0.415 x 24.5
---------------- = 0.159 ppm
64
Perawatan Alat

Penggunaan peralatan gas detektor didesain untuk melindungi personil dari


bahaya gas tidak tampak yang mungkin ada di lingkungan kerja, termasuk
ruang terbatas. Dengan demikian, kehandalan alat menjadi sangat penting.
Adalah sangat vital bahwa peralatan ini harus dirawat dan dikalibrasi secara
benar. Ketidak-akuratan peralatan karena tidak adanya perawatan dan
penyimpanan yang tidak sesuai serta kalibrasi yang tidak benar atau tidak
rutin dapat mengakibatkan kecelakaan yang fatal. Seorang teknisi deteksi
gas memiliki kewajiban pula untuk merawat alat deteksi yang menjadi
tanggungjawabnya.

Setiap alat deteksi harus memiliki log book dan alat tersebut di simpan
dalam tempat yang khusus sesuai dengan petunjuk penyimpanan yang
terdapat pada manual book. Secara umum persyaratan penyimpanan dan
perawatan adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan kebersihan alat sebelum, saat dipakai dan setelah
pemakaian.
b. Pengemasan alat detector agar terlindung dari kontaminasi gas gas dan
pencahayaan serta temperature ruang yang normal yang dapat
berpengaruh terhadap peralatan khususnya sensor..
c. Tempat penyimpanan alat detector terhindar dari getaran dan
goncangan.
d. Untuk gas detector tube perlu diperhatikan fungsi pompanya.
e. Pastikan log book digunakan pencatatan setiap selesai melakukan
pengukuran termasuknya hasil kalibrasinya.

C. Latihan

pei_jenggot_2015 51
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

D. Rangkuman

1. Ventilasi diperlukan untuk memelihara kondisi udara dalam ruang terbatas


pada level yang aman. Ventilasi harus selalu dijaga selama pekerjaan
berlangsung. Pemilihan cara bagaimana mengalirkan udara dengan peralatan
ventilasi tergantung dari beberapa faktor seperti luas bukaan, gas yang
52

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

hendak dibuang (apakah mudah terbakar atau tidak) dan sumber udara
bersih yang digunakan.
2. Sumber Energi Berbahaya harus dipertimbangkan metode pengunciannya
yang tepat untuk menahan, mengendalikan atau menghilangkan potensi
pengeluaran energi yang tidak terkontrol, untuk melindungi semua orang
yang bekerja di ruang terbatas.
3. Pengujian gas atmosfer berbahaya wajib dilakukan saat sebelum pekerjaan
dilakukan maupun secara berkala saat pekerjaan di dalam ruang terbatas
sedang berlangsung.

E. Tes Formatif
1. Jelaskan teknik pemasangan ventilasi untuk pekerjaan pengelasan dalam
ruang terbatas?
2. Jelaskan macam-macam energi yang perlu dikendalikan di ruang terbatas?
3. Jelaskan jenis kalibrasi gas detector?

F. Balikan dan Tindak Lanjut


Diskusikan dan lengkapi formulir bebas gas berbahaya dan formulir isolasi
energi terlampir dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-6 orang.

pei_jenggot_2015 53
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

BAB V
ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG TERBATAS

A. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari BAB ini peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pentingnya Alat Pelindung Diri dalam bekerja di ruang terbatas
2. Menjelaskan jenis-jenis Alat Pelindung Diri yang dibutuhkan untuk bekerja di
ruang terbatas

B. Uraian dan Contoh

1. Prinsip Dasar Alat Pelindung Diri

Bila bahaya timbul dalam pekerjaan di ruang terbatas, maka akan dilakukan
berbagai usaha untuk menghilangkannya ataupun mengendalikannya dengan
engineering control. Jika ternyata tidak memungkinkan untuk mengisolasi
proses atau membuat pelindung bahaya secara keseluruhan, karena lokasi dan
tempat kerja yang sulit serta membutuhkan biaya yang sangat tinggi, maka
perlu mempertimbangkan penggunaan alat pelindung diri sebagai solusi
terakhir, tetapi bukan sebagai pengganti dari pengendalian engineering. Orang
yang mengerjakan pekerjaan dimana bahaya tak dapat dihilangkan atau
dikendalikan dan dimana pakaian kerja biasa tidak memberikan perlindungan
yang cukup, maka harus menggunakan alat pelindung diri, yang jika perlu,
dapat memberikan perlindungan kepada seseorang dari kepala sampai kaki.

Persyaratan Alat Pelindung Diri


Harus dapat memberikan perlindungan yang memadai dari bahaya kepada
tenaga kerja;
Beratnya harus seringan mungkin dan nyaman dipakai;
Harus dapat dipakai secara fleksibel;
Bentuknya cukup menarik;
Tidak mudah rusak;
Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi sipemakai;
Harus memenuhi ketentuan standar yang telah ada;
Tidak mengganggu gerak pemakai;

Keterbatasan Alat Pelindung Diri


Tidak mengurangi atau menghilangkan bahaya;
Jika APD rusak atau tidak efektif selama dipakai, pemakai bisa terpapar
pada bahaya tersebut;
APD hanya melindungi si pemakai saja, potensi terpapar pada orang-orang
yang tidak dilindungi harus dipertimbangkan;
54

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Menggunakan APD bisa menambah bahaya pada sipemakai, jika alat


tersebut mengganggu satu atau lebih indera pemakai;
APD bisa mentransfer bahaya ke tempat lain. Bahan kimia beracun mungkin
diserap dalam sepatu atau pakaian dan ditransfer kekantor, tempat makan
dan sebagainya;
APD, khususnya perlindungan pernapasan, tidak dapat digunakan secara
terus menerus.

Untuk mengembangkan program yang efektif berkenaan dengan APD, maka


harus melakukan hal - hal dibawah ini :
Harus mengenal betul peraturan perundangan dan persyaratan standar;
Dapat mengenali bahaya bahaya;
Kenal betul dengan peralatan keselamatan terbaik yang tersedia untuk
melindungi terhadap bahaya bahaya;
Mengetahui prosedur pemasokan peralatan;
Mengetahui bagaimana memelihara dan membersihkan peralatan;
Membuat metode yang efektif guna meyakinkan seluruh tenaga kerja untuk
menggunakan APD yang tepat jika mereka diharuskan memakainya.

Masalah Timbul Dalam Penggunaan APD


Tidak adanya program tentang APD;
Kurang pengertian manfaatnya penggunaan APD;
Harganya mahal;
Kurang nyaman dipakai;
Kurang adanya penyuluhan dan pelatihan;
Pengawasan yang tidak memadai.

2. Jenis-Jenis Alat Pelindung

Diri Pelindung Kepala

Cidera di kepala dapat mengganggu kondisi kesehatan pekerja, bahkan dapat


berakibat fatal. Salah satu cara termudah untuk melindungi kepala adalah
dengan mengenakan helm atau pelindung kepala. Pelindung kepala atau
umumnya helm, dapat melindungi pekerja dari bahaya benturan dengan benda
keras atau tajam yang dapat menyebabkan luka memar, tersayat maupun luka
tusuk. Untuk bekerja di ruang tertutup dan terbatas, dengan akses keluar
masuk yang terbatas, sebaiknya mengenakan helm tanpa pinggiran agar tidak
mengganggu pemakai ketika memasuki atau keluar dari ruang terbatas.
Pekerja harus mengenakan pelindung kepala apabila pekerjaannya terdapat
potensi bahaya:
Benda jatuh dari ketinggian atau melayang.
Terbentur benda atau struktur seperti pipa, beam dan sebagainya
pei_jenggot_2015 55
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Kemungkinan tersengat arus listrik, radiasi panas, percikan bahan


kimia dan sebagainya
Secara umum helm harus tahan terhadap penetrasi suatu bahan, mampu
meredam benturan, tahan air dan tidak mudah terbakar, serta terdapat
instruksi yang jelas cara penyesuaian (penyetelan) dan penggantian suspensi
maupun headband. Tempurung helm harus kuat dan terdapat rongga
didalamnya yang disangga oleh strap, dengan jarak rongga sekitar 2.54 cm
sampai 3.18 cm (1
sampai 1,25 inchi).
Rongga ini berfungsi
sebagai peredam
kejut pada saat
terjadi benturan dan
sebagai ventilasi
selama pemakaian
normal.
Ada beberapa model,
merk maupun jenis
helm di pasaran, yang
paling penting
pada saat memilih helm harus sesuai dengan potensi bahaya yang ada, karena
itu sebelum menyediakan dan memilih helm harus dilakukan identifikasi
bahaya terlebih dahulu. Apabila helm yang digunakan tidak sesuai dengan
potensi bahaya yang ada, maka pekerja tetap berpeluang terpapar bahaya
tersebut.
OSHA 3151 tentang Alat Pelindung Diri mengklasifikasikan helm kedalam tiga
jenis, yaitu:
Klas A : tahan terhadap benturan dan penetrasi dengan proteksi
terhadap aliran listrik (diuji sampai 2.200 volt.)
Klas B : memiliki proteksi paling tinggi terhadap bahaya aliran listrik,
dilengkapi proteksi sengatan tegangan tinggi maupun bahaya terbakar
(diuji sampai 20.000 volt). Helm ini juga mampu melindungi dari
bahaya benda-benda jatuh.
Klas C : melindungi dari benturan maupun benda jatuh, tetapi tidak
dilengkapi proteksi terhadap bahaya aliran listrik.

Tidak jauh berbeda, ANZI Z.89.1 juga menggolongkan helm sebagai berikut:
Tipe I : Untuk perlindungan dari benturan secara vertikal
Tipe II : Untuk perlindungan benturan dari depan, belakang, samping dan juga
dari atas

Dengan klasifikasi sebagai berikut:

56

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Klas C (Conductive) : melindungi dari benturan maupun benda jatuh,


tetapi tidak dilengkapi proteksi terhadap bahaya aliran
listrik
Klas E (Electrical) : memiliki proteksi paling tinggi terhadap bahaya aliran
listrik, dilengkapi proteksi sengatan tegangan tinggi
maupun kebakaran (diuji sampai 20.000 volt). Helm ini juga
mampu melindungi dari bahaya benda-benda jatuh.
Klas G (General) : tahan terhadap benturan dan penetrasi dengan proteksi
terhadap aliran listrik (diuji sampai 2.200 volt).
Catatan : uji aliran listrik untuk klas E dan G (Kla A dan B untuk OSHA)

tidak mengindikasikan bahwa helm ini mampu melindungi pemakai


apabila terdapat aliran listrik sebesar diatas, melainkan hanya level
aliran pada saat pengujian.

Pembersihan dan perawatan yang rutin akan memperpanjang masa pakai helm,
karena itu penting sekali untuk menjadwalkan pemeriksaaan harian terhadap
tempurung, sistem susppensi maupun asesori lainnya, periksa apakah terdapat
lubang, retakan, sobek atau kerusakan lain yang mengurangi fungsi
perlindungan helm. Cat, tinner dan bahan pembersih lain dapat merusak
tempurung helm dan kemungkinan mengurangi proteksi terhadap aliran listrik.

Pelindung Mata dan Muka

Pada saat melakukan pekerjaan di ruang terbatas, pekerja dapat saja terpapar
percikan benda yang korosif, kemasukan debu atau partikel kecil yang
melayang di udara, pemaparan gas / uap yang dapat menyebabkan iritasi pada
mata, radiasi gelombang elektromagnetik baik yang mengion atau tidak dan
benturan / pukulan benda keras. Karena itu orang yang sedang bekerja dan
terpapar dengan penyebab tersebut diatas perlu menggunakan pelindung mata,
bahkan bukan hanya yang sedang bekerja tetapi setiap orang yang mungkin
terpapar juga harus menggunakan pelindung mata.
Banyak cidera mata terjadi karena pekerja tidak mengenakan pelindung mata,
atau mengenakan pelindung yang kurang memadai, karena itu perusahaan
harus memastikan pekerjanya mengenakan pelindung mata dan muka yang
sesuai dengan potensi bahaya pekerjaan mereka.
Bagi pekerja yang setiap harinya harus mengenakan kacamata karena minus
atau plus, tetap harus mengenakan pelindung mata yang sesuai, boleh dengan
menyediakan pelindung mata dengan lensa/kaca sekaligus sesuai saran dokter,
atau dengan cara menambah mengenakan pelindung setelah mengenakan
kacamata, tetapi untuk pilihan kedua ini yang harus diperhatikan adalah
pelindung mata jangan sampai menggangu posisi kacamata minus/plus agar
penglihatan mereka tidak terhalang.
pei_jenggot_2015 57
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Dalam memilih pelindung mata, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:


Mampu melindungi dari bahaya-bahaya khusus di tempat kerja
Harus memadai dan nyaman dipakai
Tidak boleh menghalangi pandangan dan gerakan
Harus awet dan mudah dibersihkan
Tidak menghambat fungsi APD lain yang dipersyaratkan

Standar OSHA tentang pelindung mata OSHA 29 CFR 1910.133 mensyaratkan


seseorang mengenakan pelindung mata apabila terpapar:
Benda melayang
Cairan logam
Bahan kimia cair
Bahan asam dan caustic
Uap maupun gas bahan kimia
Potensi radiasi

Pada pelindung mata harus terdapat pelindung sisi, hal ini terutama apabila
terdapat benda-benda atau partikel yang melayang. Secara umum ANSI Z87.1
mengklasifikasikan pelindung mata seperti spectacle, goggle, face shields,
welding shield.

Spectacles (kacamata)
Melindungi langsung area sekitar mata, model pelindung mata jenis ini
belakangan berkembang lebih modis seperti halnya sunglasses biasa, karena itu
tidak bisa melindungi pengguna dari bahaya gas dan uap. Untuk bekerja di
ruang terbatas dengan potensi bahaya adanya gas maupun uap berbahaya,
tidak disarankan mengenakan pelindung mata jenis ini.

Goggle
Pelindung mata jenis ini ketat menempel ke wajah
dengan satu lensa atau dua lensa, berbentuk seperti
teropong menutupi seluruh permukaan wajah di sekitar
mata, dapat digunakan bersamaan dengan kacamata
resep. Jenis ini mampu melindungi pemakai dari debu
maupun percikan dari depan.
Goggle berventilasi memungkinkan terdapat sirkulasi
udara sehingga mengurangi pengembunan, sedangkan untuk jenis yang tidak
berventilasi dapat melindungi dari gas dan uap meskipun terbatas.

Faceshield

58

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Seperti tameng di wajah atau penghalang transparan


dibagian depan maupun sekitar muka pengguna,
tameng ini bisa terpasang secara tersendiri atau
menempel pada pinggiran helm. Bentuk tameng bisa
bermacam-macam untuk mengakomodir perlengkapan
lain yang dikenakan. Pelindung dagu dan leher dapat
juga ditambahkan. Pelindung muka ini bukanlah
pelindung utama, selama mengenakan faceshield
pengguna tetap harus mengenakan pelindung mata
lain yang sesuai dengan pekerjaannya di dalam ruang
terbatas.

Welding Shield
Pelindung ini khusus untuk melindungi pengguna dari dampak energi radiasi
selama pekerjaan pengelasan, dapat dikenakan dengan menempelkan pada
helm atau dipegangi. Berdasar standar pengelasan OSHA, helm yang dikenakan
harus mampu melindungi kepala, leher dan telinga dari radiasi langsung.

Setelah mengenakan pelindung, cucilah dengan air sabun atau detergent,


bersihkan dengan hati-hati, kemudian celup dalam larutan antiseptik lalu
gantung dan jemur sampai kering, atau bersihkan sesuai instruksi dari pabrik
pembuat. Simpan di tempat yang bersih dan tertutup. Periksa kondisi
peralatan setiap sebelum dan setelah dikenakan. Ganti jika terkena benturan
atau terpapar bahan kimia, meskipun kerusakan fisiknya tidak tampak.

Pelindung Telinga

Kebisingan di dalam ruang tertutup dan terbatas umumnya bersifat sementara,


selama melakukan pekerjaan dan tidak secara konstan sepanjang waktu,
sehingga membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan sulit dilaksanakan ketika
harus mengendalikan kebisingan dengan cara rekayasa engineering. Sebagai
langkah pencegahan, umumnya petugas diwajibkan mengenakan pelidung
telinga apabila ada kemungkinan terpapar bising didalam
ruang tertutup dan terbatas. Secara umum ada dua jenis
pelindung telinga yaitu ear plug dan ear muff.
Ear plug atau disebut juga sumbat telinga dimasukkan ke
dalam liang telinga dan menempel ketat pada dinding
telinga. Bahan yang dibuat untuk ear plug bisa kapas, wax
(Lilin/malam), plastik ataupun karet. Ear plug yang terbuat
dari kapas atau wax umumnya sekali pakai, sedangkan yang
terbuat dari karet atau plastik dapat dipakai berkali-kali
dengan mencucinya setelah dipakai. Untuk jenis ear plug ada pula yang disebut
semi-insert ear plug, biasanya terdapat semacam bando sebagai pengikat ear
pei_jenggot_2015 59
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

plug. Namun jenis ini kurang sesuai untuk pekerjaa dengan kebisingan cukup
tinggi.
Ear muff terdiri dari dua buah tutup telinga (cup) dan
sebuah head band. Cup menutup telinga bagian luar
untuk memberikan perlindungan penghalang akustik
(acoustic barrier). Isi dari tutup telinga bisa berupa busa
(foam) atau cairan yang berfungsi menyerap suara yang
frekuensinya tinggi. Pengguna kedua jenis pelindung
telinga ini dapat dikombinasi, mengenakan ear plus
sekaligus ear muff, biasanya untuk pekerjaan dengan
tingkat kebisingan tinggi. Dalam memilih pelindung telinga, perhatikan tingkat
perlindungan atau noise reduction rating, biasanya tertulis di kemasan atau di
peralatannya.
Pemakaian dan perawatan yang tepat akan mempertahankan kinerja pelindung
telinga, secara periodik bersihkan earmuff sesuai anjuran pabrik dan perhatikan
headbandnya, apakah sudah kendor atau ada retakan dibagian atas. Apabila
terdapat retakan pada headband, sebaiknya segera diganti.

Pelindung Tangan

Dalam memilih pelindung tangan atau sarung tangan harus dipertimbangkan


hal-hal dibawah ini :
Bahaya yang harus dilindungi; apakah berbentuk bahan kimia korosif,
benda-benda panas, dingin, tajam atau kasar, dan sebagainya.
Daya tahan terhadap bahan atau zat; misalnya sarung tangan dari karet
alami tidak tepat bila digunakan pada pemaparan pelarut organik karena
karet akan larut.
Kepekaan yang diperlukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan; untuk
mengerjakan pekerjaan halus dimana diperlukan untuk membedakan yang
halus, pemakaian sarung tangan yang tipis akan memberikan kepekaan
yang lebih besar dari pada sarung tangan yang tebal.
Bagian tangan yang dilindungi; apakah bagian tangan dan jari-jarinya saja
yang dilindungi ataukah bagian tangan dan lengan bawahnya juga.
Ada beberapa jenis pelindung tangan, pilih sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilakukan, jika memasuki ruang terbatas untuk melakukan tindakan
penyelamatan (rescue) maka harus dipilih sarung tangan rescue.
Pelindung tangan dari bahan kimia. Pilih dan gunakan sarung tangan sesuai
dengan jenis bahan kimia yang digunakan, termasuk perhatikan persyaratan
APD yang sudah ditetapkan. Apabila terdapat beberapa jenis bahan kimia yang
teridentifikasi, maka petugas dapat menggunakan sarung tangan berlapis yang
terbuat dari bahan berbeda.
Pelindung tangan dari bahaya listrik. Sarung tangan jenis ini biasanya terdapat
penghalang untuk mencegah aliran litrik dari konduktor, dikategorikan dalam
60

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

dua jenis yaitu melindungi dari voltase rendah dan tinggi. Perlindungan pada
voltase rendah terdapat dua klasifikasi, klas 00 untuk perlindungan sampai 500
volt AC dan klas 0 untuk perlindungan sampai 1000 volt AC. Apabila terdapat
aliran lebuh dari 250 volt AC , maka sudah harus di lapisi dengan sarung tangan
kulit dibagian luarnya, sebagai penghalang utama dari aliran listrik melalui
tangan.
Pelindung tangan dari bahaya teriris. Sarung tangan ini dapat melidungi
pengguna dari bahaya tergores benda tajam, terbuat dari bahan logam atau
stainless steel.
Pelindung tangan dari bahaya temperatur. Dapat melindungi tangan dari benda
yang sangat panas maupun sangat dingin, untuk pelindung yang terbuat dari
silica sangat bagus untuk melindungi dari panas.
Pelindung tangan kulit. Bagus untuk melindungi dari abrasi dan goresan ringan
pada kulit tangan. Sarung tangan kulit menjaga tangan tetap hangat di
lingkungan yang dingin.
Pelindung tangan untuk rescue. Dirancang dengan bentuk tipis dan ketat pada
tangan, terdapat bantalan di bagian telapak untuk melindungi dari
kemungkinan panas atau luka bakar akibat gesekan dengan tali pada saat
operasi penyelamatan.

Pelindung Kaki

Bagi petugas ruang terbatas bisa saja terdapat kemungkinan mengalami cidera
kaki karena benda jatuh, tergencet benda berat maupun tertimpa peralatan
kerja, untuk itu pilih sepatu yang sesuai dengan risiko yang ada. Secara umum
beberapa jenis sepatu disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan potensi
bahayanya, misalnya:
Legging, melindungi kaki bagian bawah dari panas seperti logam cair
atau percikan pengelasan.
Metetarsal guard, melindungi area kaki bawah dari benturan dan
gencetan, terbuat dari aluminium, baja, fiber atau plastik, pelindung ini
dipasang diluar sepatu.
Pelindung jari kaki, dipasang pas di bagian jari-jari kaki pada safety
shoes biasa untuk melindungi dari bahaya benturan dan gencetan. Ada
yang terbuat dari baja, aluminium maupun plastik.
Menurut OSHA 29 CFR 1910, setiap pekerjaan yang berpotensi bahaya cidera
kaki karena benda jatuh maupun menggelinding, benda menancap di sol sepatu
atau terdapat bahaya listrik harus mengenakan pelindung kaki.

Pelindung Badan

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh


bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan
pei_jenggot_2015 61
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam
panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan,
tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia, binatang,
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur. Jenis pakaian
pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan
pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.
Baju pelindung untuk ruang tebatas sebaiknya lebih tebal daripada baju
pelindung yang dikenakan di ruang terbuka atau pilih bahan yang lebih tahan
gores dan awet, hal ini karena didalam ruang terbatas potensi terjadi kerusakan
pada baju lebih tinggi akibat beberapa benda logam yang ada didalam ruang
terbatas (bagian dari struktur, benda kerja, peralatan dan sebagainya) yang
dapat menyebabkan goresan/sobek, berlubang dan sebagainya.
Dalam memilih pelindung badan, hal-hal berikut dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan :
Jenis bahan kimia yang memungkinkan mengkontaminasi bahan, karena
tidak ada satu jenis bahan baju pelindung yang
dapat digunakan untuk melindungi dari segala
jenis bahan kimia.
Bentuk kontaminan, apakah padat, cair atau gas.
Daya tahan baju terhadap paparan bahan kimia
maupun kerusakan fisik
Durasi memasuki ruang terbatas dan durasi
paparan terhadap baju/pelindung badan
Potensi terjadinya paparan langsung misalnya
percikan atau tersembur.
Tingkat tekanan (terutama tekanan panas) yang
diterima pengguna dari pelindung badan yang
dikenakan.
Keleluasaan gerak pengguna selama mengenakan
pelindung badan

Pelindung Jatuh Perorangan

Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak
masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja berada
pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun tergantung dan
menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai
dasar. Jenis pelindung jatuh perorangan saat ini yang lebih dianjurkan dipakai
adalah full body harness, sedangkan safety belt disarankan untuk tidak
digunakan lagi karena kurang maksimal melindungi tubuh ketika terjatuh.

62

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Full body harness dirancang untuk menahan tekanan jatuh dengan baik, karena
beban pertama akan diterima oleh kedua pangkal paha selanjutnya ke bagian
pinggang, sedangkan webbing pada bagian dada akan menjaga pekerja tetap
dalam kondisi tegak ketika terjatuh. Jenis alat pelindung jatuh perorangan
terdiri dari sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard),
tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun
(decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
Standar yang umumnya digunakan sebagai rujukan untuk memilih harness
adalah ANSI Z359.1, OSHA 1910. 146 ada pula CSA Z259.10 dan sebagainya.
Berdasarkan peraturan perundangan tentang Alat Pelindung Diri, pertimbangan
awal memilih harness adalah yang berstandar SNI.
Sebelum mengenakan harness, periksa terlebih dahulu kondisi harness,
meliputi:
1. Bagian webbing (contoh, periksa apakah ada kerusakan atau cacat; abrasi,
cut, burn, terpapar panas/ chemical, over load, life time, stitching dll);
2. Bagian D rings (contoh, periksa kemungkinan
kerusakan, aus dan longgar, periksa pergerakan
vertical.
3. Pada buckles dan adjuster, periksa apakah terdapat
kerusakan,
4. Automatic Locking Hooks, periksa apakah trigger dalam kondisi baik, apakah
terdapat kerusakan, retakan dan sebagainya.
5. Pastikan tidak ada pemakaian berlebihan, juga tidak terkontaminasi bahan
kimia atau terkena minyak, oli dan sebagainya. Apabila terdapat karat pada
perlengkapan body harness, harus segera diganti meskipun durasi
pemakaiannya tidak terlalu sering.

C. Latihan

Pada bagian ini peserta dipersilakan mencoba dan menyebutkan jenis dan
kegunaan masing-masing Alat Pelindung Diri

D. Rangkuman
1. Alat Pelindung Diri dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir apabila
langkah-langkah pengendalian lainnya telah dilakukan namun masih
memberikan risiko sisa yang tidak dapat diterima;
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri harus disesuaikan dengan risiko bekerja di
ruang terbatas.

E. Tes Formatif
1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan penggunaan Alat Pelindung Diri?
2. Jelaskan jenis-jenis Alat Pelindung Diri dan kegunaannya?

pei_jenggot_2015 63
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

F. Balikan dan Tindak Lanjut


Buatlah daftar kebutuhan Alat Pelindung Diri yang harus digunakan dan
kegunaannya untuk suatu pekerjaan inspeksi dan pengelasan suatu tanki bahan
bakar (dikerjakan dalam kelompok yang terdiri atas 5-6 orang)

64

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

BAB VI
TEKNIK PENYELAMATAN DAN P3K DI RUANG TERBATAS

A. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mempelajari BAB ini peserta diharapkan mampu:


1. Menjelaskan tindakan pertolongan pertama pada pekerjaan di ruang
terbatas
2. Menjelaskan teknik evakuasi korban di ruang terbatas

B. Uraian dan Contoh

1. Teknik Penyelamatan di Ruang Terbatas

Seorang penolong diharuskan untuk mampu melakukan pengangkatan korban


atau bahkan membawa berbagai macam peralatan yang berat dalam
kegiatannya melakukan pertolongan, sehingga pengangkatan dilakukan
dengan benar dan sesuai, bilamana pengangkatan dilakukan dengan cara
yang tidak benar dan sesuai maka penolong akan mendapatkan resiko luka
atau rasa nyeri dalam waktu yang panjang, namun dengan perencanaan
pengangkatan, kondisi tubuh yang sehat serta kemampuan yang dimiliki
maka pengangkatan dan pemindahan korban dapat dilakukan dengan benar
dan sesuai tanpa menimbulkan resiko yang dapat mencederai penolong
tersebut.

Dengan terus mempraktekkan pengangkatan dan pemindahan yang benar


dan sesuai maka akan membentuk kebiasaan yang otomatis untuk
melakukan kegiatan pengangkatan yang tepat, bahkan dalam kondisi bahaya
sekalipun pemindahan korban dapat dilakukan dengan baik karena
mempraktekkan pengangkatan yang tepat dalam setiap waktu.

Mekanika tubuh merupakan pergerakan tubuh dalam mengangkat beban


dengan seaman mungkin dan seefisien mungkin untuk mendapatkan
keuntungan mekanis, seperti :
1. Dalam mengangkat beban kita menggunakan kaki tidak menggunakan
punggung sebagai tumpuan, gunakan otot kaki, pangkal paha (pinggul),
pantat, ditambah dengan pergerakan kontaksi otot perut, dan jangan
sekali-kali menggunakan punggung dalam mengangkat beban;
2. Dekatkan beban objek dengan tubuh sedekat mungkin;Lakukan gerakan
secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang;
3. Luruskan Posisi Bahu, Pangkal paha (Pinggul), dan kaki sehingga seluruh
tubuh saling memopang satu sama lain dalam mengangkat beban;
pei_jenggot_2015 65
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

4. Kurangi jarak dan ketinggian dari objek yang akan diangkat.

Lakukan seluruh gerakan dalam pengangkatan dengan prinsip mekanika


tubuh, baik dalam mengangkat, memindahkan, menjangkau, mendorong dan
menarik, hal yang menjadi perhatian dalam meminimalisir akibat dari
kesalahan pengangkatan adalah dengan mengkat menggunakan topangan
kaki, otot paha, dan otot perut, dan tidak menggunakan tulang punggung
sebagai acuan beban.

Dalam kondisi darurat bahwa kerjasama tim merupakan kunci utama,


seluruh anggota sebaiknya adalah yang terlatih dan memiliki kekuatan dan
tinggi yang sama, karena kesalahan dari satu anggota akan mengakibatkan
cidera bagi anggota lainnya. Hal lain yang diperhatikan dalam kerjasama tim
adalah komunikasi yang jelas dalam pelaksanaan pengangkatan, sehingga
tunjuk koordinator yang memiliki kapasitas komunikasi yang baik dan juga
arahan yang jelas dari awal hingga akhir.

PEMINDAHAN DARURAT

Hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap pekerja. Contoh situasi
yang menuntut dilakukannya pemindahan darurat :

Kebakaran atau bahaya kebakaran

Ledakan atau bahaya ledakan

Sukar untuk mengamankan penderita dari bahaya lingkungannya :
Bangunan yang tidak stabil
Mobil terbalik
Kerumunan masa yang resah
Material berbahaya
Tumpahan minyak

Cuaca ekstrim
Memperoleh akses menuju penderita lainnya

Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi
penderita, misalnya melakukan RJP.
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera
spinal. Ini dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu
panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin.

66

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

CONTOH PEMINDAHAN DARURAT


1. Shirt drag (tarikan baju)

2. Blanket drag(tarikan selimut)

3. Shoulder / forearm drag


(Tarikan bahu / lengan)

4. webbing drag(tarikan
webbing)

5. Piggyback carry
(menggendong)

pei_jenggot_2015 67
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

6. One rescuer crutch (Menyokong)

7. Cradle carry (membopong)

8. Firefighter drag

PEMINDAHAN BIASA
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap pekerja, maka hanya dipindahkan
bila semuanya telah siap dan pekerja selesai ditangani.

CONTOH PEMINDAHAN BIASA :


Angkatan langsung

68

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Angkatan ekstremitas (alat gerak)

POSISI PENDERITA
Bagaimana

meletakkan penderita tergantung dari keadaannya
Penderita dengan syok ---- elevasi 20 30 cm

Penderita dengan gangguan pernapasan ---- duduk

Penderita dengan nyeri perut ---- terbaring miring dengan kedua lutut
ditekuk

Penderita yang tidak sadar, muntah-muntah ---- posisi nyaman

Penderita trauma, terutama dengan kecurigaan cedera spinal ----
imobilisasikan di spinal board

bagi korban yang tidak sadar dan tidak ada kontraindikasi ---- Posisi
pemulihan

Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan


keadaan penderita akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang
terbaik.

PERALATAN EVAKUASI
1. Stretcher beroda
2. Stretcher portable
3. Scoop stretcher
4. Vest type extricationdevice (KED)
5. Stair chair
6. Basket stretcher
7. Flexible stretcher
8. Draw sheet
9. Backboard (panjang dan setengan badan)
10. Sked strecher (Confined Space)

pei_jenggot_2015 69
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Sked strecher adalah peralatan evakuasi yang sering digunakan dalam


pemindahan korban di dalam ruang terbatas, sked strecher dapat difiksasi
mengikuti lebar bahu dari korban sehingga bila mana korban dapat masuk
kedalam ruang terbatas dengan sedemikian rupa maka dengan menggunakan
sked strescher, korban pasti dapat dikeluarkan,

Dalam menggunakan sked strecher umumnya penolong menggunakan


metode slide, berikut instruksi slide methode

Dalam proses pemindahan korban didalam ruang terbatas maka dapat


dilakukan beberapa metode pemindahan, adapun metode pemindahan

70 pei_jenggot_2
015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

tersebut berkaiatan dengan confined space retrieval, adapun cara dari


confined space retrieval diantaranya :

Confined Space Retrieval System I

Confined Space Retrieval System II

Confined Space Retrieval System III

Confined Space Retrieval System IV

Confined Space Retrieval System V

pei_jenggot_2015 71
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

2. PENILAIAN KORBAN

Penilaian Keadaan :
Menilai keadaan dapat menggunakan tiga kriteria seperti dibawah ini :
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Apakah kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya

Lokasi
Pada saat tiba dilokasi kejadian seorang MFR harus :
1. Memastikan keselamatannya (termasuk pemakaian APD dan
memastikan keadaan aman )
2. Memastikan keselamatan penderita
3. Menentukan kesan umum kejadian (mekanisme cidera) dan mulai
melakukan penilaian dini dari penderita (bila sadar perkenalkan
diri)
4. Mengenali dan mengatasi cedera / gangguan yang mengancam nyawa
5. Stabilkan dan teruskan pemantauan korban.

Memperkenalkan diri
1. Nama dan organisasi
2. Kemampuan penolong
3. Izin untuk menolong

Sumber informasi langsung


1. Kejadian itu sendiri
2. Si korban (bila sadar)
3. Keluarga atau saksi
4. Mekanisme kecelakaan
5. Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas
6. Gejala dan tanda spesifik suatu cedera atau penyakit

PENILAIAN DINI
Definisi : Suatu proses untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat
mengancam nyawa korban

Langkah langkah penilaian dini :

1. Kesan umum

Tentukan kasus trauma atau medis


Leher : Periksa bagian depan dan belakang, pasang cervical collar bila
perlu

72 pei_jenggot_2
015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

Gambar 5 - II

2. Periksa respon
Ada 4 tingkatan yang umum dipakai untuk menentukan tingkat respon
seseorang yaitu Alert (sadar), Verbal, Pain (nyeri), Unresponsive (tidak
ada respon)
A = Alert
korban sadar sepenuhnya mengenali keberadaannya dan lingkungan
V = Verbal
korban bereaksi bila dipanggil / dapat mengikuti perintah sederhana
P = Painful = Nyeri
korban hanya bereaksi pada rangsangan nyeri
U = Unresponsive
korban tidak bereaksi pada rangsangan apapun, tidak membuka
mata, tidak bereaksi terhadap suara maupun terhadap rasa nyeri.
Seseorang dalam keadaan tidak sadar yang berat tentunya
memerlukan jalan napas baik dan pertolongan pendukung lainnya.

3. Pastikan jalan napas terbuka dengan baik


4. Nilai pernapasannya
5. Pernapasan diperiksa dengan cara lihat, dengar dan rasakan. Ada
tidaknya napas ditentukan dalam 3 5 detik pertama
6. Nilai sirkulasi dan hentikan perdarahan berat
7. Untuk memeriksa ada tidaknya nadi pada penderita diperiksa selama 5
10 detik
8. Hubungi bantuan, informasikan status keadaan terakhir korban

Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa
sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan dengan pemeriksaan fisik.

pei_jenggot_2015 73
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

PEMERIKSAAN FISIK.


Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu
kita dalam mengidentifikasi keadan keadaan yang mengancam nyawa
korban, meliputi seluruh tubuh penderita.


Bertujuan untuk mengetahui adanya tanda tanda sakit atau cidera pada
korban


Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan, dilakukan dari
ujung kepala sampai ujung kaki namun dapat berubah sesuai dengan kondisi
korban.

Prinsip Pemeriksaan Korban

Pemeriksaan korban merupakan ketrampilan yang harus dilatih. Tindakan ini


melibatkan panca indera kita berupa :
- Penglihatan / Inspeksi
- Pendengaran / Auskultasi
- Perabaan / Palpasi

Kasus Cidera vs. Kasus Medis


Cara pemeriksaan korban kecelakaan dengan penderita penyakit berbeda.
Tanda- tanda dari suatu cedera dapat jelas terlihat dan teraba. Masalah medis
lebih berupa gejala yang dirasakan hanya oleh penderita. Untuk mendapatkan
data yang lengkap kita harus dapat membuat korban menjelaskan gejalanya
dengan baik dan jelas.

Trauma Medis
Wawancara 20 % 80 %
Pemeriksaan 80 % 20 %
Pada cedera beberapa hal yang harus dicari adalah :

> Perubahan bentuk (deformitas) D (Deformity)


> Luka terbuka O (Open wounds)
> Nyeri tekan T (Tenderness)
> Pembengkakan S (Swelling)

Beberapa tanda mungkin sangat nyata, sedang yang lainnya mungkin


tidak tampak, biasanya pada cedera organ dalam dan cenderung serius.

74

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

PEMERIKSAAN FISIK UJUNG KEPALA UJUNG KAKI


1. Kepala
- Kulit kepala dan tulang tengkorak
- Telinga dan hidung
- Anak mata / pupil
- Mulut
- Wajah dan tulang - tulangnya.

2. Leher
- Lakukan dari bagian depan ke belakang
- Periksa trakea

3. Dada
- Periksa tulang rusuk hingga ke bagian
belakang, tapi jangan sampai mengangkat
korban
- Periksa tulang sternum

4. Perut
- Periksa ketegangan dinding perut
- Luka yang ada
- Periksa kuadran perut bagian yang
nyeri terakhir

5. Punggung
- Bagian dada belakang
- Tulang belakang
- Periksa luka tembus, luka tusuk, luka robek
- Bila ada akumulasi darah di panggul, pertanda
cedera perut

6. Panggul
- Terdiri dari ileum kanan dan kiri, ischium dan tulang
pubic
- Patah tulang panggul akan mengakibatkan
hilangnya darah sebanyak 2 liter
- Pada daerah kemaluan : Priapismus pada laki laki

pei_jenggot_2015 75
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

7. Alat gerak bawah


- Cek PMS

8. Alat gerak
atas - Cek PMS

MEMERIKSA TANDA VITAL


Parameter

yang dikelompokan dalam tanda vital adalah :


Denyut nadi

pernapasan

Suhu tubuh

Takanan darah

RIWAYAT KORBAN
SAMPLE
>S igns and symptoms (Gejala dan tanda)
>A llergies (Alergi)
>M edications (Pengobatan)
>P ertinentHistory (Riwayatpenyakitsekarang)
>L ast oral intake (Makan dan minum terakhir)
>E vent (Peristiwa)

MFR TIDAK MEMBUAT DIAGNOSA BERDASARKAN


HASIL TEMUANNYA

PEMERIKSAAN BERKELANJUTAN (ON GOING ASSESSMENT)


Pemeriksaan diteruskan secara berkala. Setiap 5 menit untuk korban yang tidak
stabil, dan setiap 15 menit untuk korban yang stabil keadaannya. Periksa
kembali :
- kesadaran
- jalan nafas
- nafas, beri nafas buatan bila perlu
- nadi
76

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

- lakukan lagi pemeriksaan korban bila perlu


- perawatan yang telah anda berikan
- tenangkan korban

Jangan tinggalkan korban sendiri

PELAPORAN
Data korban
Semua pemeriksaan dan tindakan yang telah diberikan :
- keluhan utama
- kesadaran
- status ABC
- riwayat korban
- perawatan yang diberikan

Pertolongan dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya.

C. Latihan

Pada bagian ini peserta dipersilakan mencoba melakukan beberapa teknik


pemindahan korban dan penilaian korban.

D. Rangkuman
1. Mekanika tubuh merupakan pergerakan tubuh dalam mengangkat beban
dengan seaman mungkin dan seefisien mungkin untuk mendapatkan
keuntungan mekanis;
2. Perlunya melakukan penilaian dini sebelum melakukan pertolongan
berikutnya.

E. Tes Formatif
1. Jelaskan jenis-jenis teknik pemindahan korban?
2. Jelaskan tahapan pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai dengan ujung
kaki?

F. Balikan dan Tindak Lanjut


Buatlah rencana darurat untuk suatu pekerjaan inspeksi suatu tanki bahan
bakar (dikerjakan dalam kelompok yang terdiri atas 5-6 orang)

pei_jenggot_2015 77
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

DAFTAR PUSTAKA

D Alan Veasey, Lisa Craft McCormich, Barbara M Hilyer, Henneth W Oldfield, Sam
Hansen, 2002, Confined Space Entry and Emergency Response, McGraw Hill
Birmigham, Alabama

Muhammad Fertiaz, 2011, Dasar-dasar K3 Ruang Terbatas, Direktorat Pengawasan


Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja Direktorat Jenderal Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI,
Jakarta

_______________, 1995, AS 2865 -1995 Safe Working in a Confined Space,


Standards Association of Australia, NSW

_______________, 1990, 29 CFR 1910.146 Confined Space Entry, Occupational


Safety Health Administration, USA

_______________, 2012, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan


dan Kesehatan Kerja, Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta

78

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

LAMPIRAN I FORMULIR REGISTER RUANG TERBATAS

pei_jenggot_2015 79
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

LAMPIRAN 2 FORMULIR IJIN MASUK

80

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

pei_jenggot_2015 81
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

LAMPIRAN 3 FORMULIR ISOLASI ENERGI

82

pei_jenggot_2015
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

pei_jenggot_2015 83
Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas

LAMPIRAN 4 FORMULIR BEBAS GAS BERBAHAYA

84

pei_jenggot_2015

Anda mungkin juga menyukai