Anda di halaman 1dari 21

MODUL

K3 PESAWAT TENAGA KERJA DAN PRODUKSI

Dosen Pembimbing:

Haris Setyawan, S.K.M., M.Kes.

Di Susun Oleh :
1. Ahmad Baktiar Kris Aziz R0217004
2. Della Nugraheni P R0217032
3. Firdaus Ferdiansyah R0217044
4. Luthfida Ni’mal Abibah R0217062
5. Niken Parvelian Pangastuti B R0217068
6. Rachael Saraswaty Dewi R0217082
7. Unfari’ah R0217102
8. Wildan Fuady R0217106

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................... 1
C. Manfaat ...................................................................................... 1
BAB II. MATERI .......................................................................................... 2
A. Dasar Hukum ............................................................................. 2
B. Pengertian ................................................................................... 2
C. Jenis Pesawat Tenaga Dan Produksi................................ ........... 3
D. Sumber Potensi Bahaya Dan Pencegahan Kecelakaan ............... 6
E. Operator K3 Bidang Pesawat Tenaga dan Produksi .................. 7
F. Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi ................................... 11
G. Alat Pelindung Pada Pesawat Tenaga dan Produksi ................... 15
H. Pemeriksaan dan Pengujian Pada Pesawat Tenaga Dan Produksi 17
BAB III. PENUTUP ........................................................................................ 18
A. Kesimpulan ................................................................................ 18
B. Saran ........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Seiring perkembangan industri maka penggunaan peralatan mekanik
semakin meningkat, disatu sisi akibat penggunaan peralatan mekanik, maka
potensi bahaya juga akan lebih meningkat terutama didasarkan pada kenyataan
dilapangan bahwa banyak peralatan yang tidak layak dioperasikan. Guna
mencegah dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
yang disebabkan karena penggunaan peralatan mekanik, maka diperlukan
pengendalian, pembinaan, dan pengawasan K3 mekanik terutama di bagian
pesawat tenaga kerja dan produksi.
1. 2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Dasar Hukum Pesawat Tenaga Dan Produksi
2. Untuk mengetahui Pengertian Pesawat Tenaga Dan Produksi
3. Untuk mengetahui Jenis Pesawat Tenaga Dan Produksi
4. Untuk mengetahui Sumber Potensi Bahaya Dan Pencegahan
Kecelakaan
5. Untuk mengetahui Operator K3 Bidang Pesawat Tenaga dan Produksi
6. Untuk mengetahui Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi
7. Untuk mengetahui Alat Pelindung Pada Pesawat Tenaga dan Produksi
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan dan Pengujian Pada Pesawat Tenaga
Dan Produksi
1. 3 Ruang Lingkup
1. Perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan, penggunaan atau
pengoperasian, dan pemeliharaan pesawat tenaga dan produksi
2. Operator yang mengoperasikan peralatan tersebut pada pesawat tenaga dan
produksi
3. Pesawat Tenaga dan Produksi dimaksud adalah
a) Penggerak Mula c.) Transmisi tenaga Mekanik
b) Mesin Perkakas dan Produksi d.) Tanur

1
BAB II

MATERI

2. 1 Dasar Hukum
1. UU.No.13 Tahun 2003 tentang KETENAGAKERJAAN
2. UU.No.1 tahun 1970 tentang KESELAMATAN KERJA
3. Permenaker No.Per.04/Men/1985 tentang PESAWAT TENAGA DAN
PRODUKSI
4. Permenaker No.Per.38/Men/2016 tentang KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI
2. 2 Pengertian Menurut Permenaker No.Per.38/Men/2016 tentang
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PESAWAT TENAGA
DAN PRODUKSI
a. Pesawat Tenaga
Pesawat Tenaga ialah Pesawat atau alat yang bergerak berpindah-
pindah atau tetap yang dipakai atau dipasang untuk membangkitkan atau
memindahkan daya atau tenaga termasuk perlengkapan transmisinya.
b. Pesawat Produksi
Pesawat Produksi ialah pesawat atau alat yang bergerak berpindah-
pindah atau tetap yang dipakai dalam proses produksi atau dipasang
untuk mengolah, membuat: bahan, barang, produk teknis dan aparat
produksi.
c. Pesawat Tenaga dan Produksi
Pesawat Tenaga dan Produksi ialah Pesawat atau alat yang bergerak
berpindah-pindah atau tetap yang dipakai atau dipasang untuk
membangkitkan atau memindahkan daya atau tenaga, mengolah,
membuat: bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

2
2. 3 Jenis pesawat tenaga dan produksi
1. Penggerak mula
Penggerak mula adalah suatu pesawat yang mengubah suatu bentuk
energi menjadi tenaga mekanik dan digunakan untuk menggerakan
pesawat atau mesin. Pengggerak Mula meliputi
a. motor bakar
b. turbin
c. kincir angin, atau motor penggerak lainnya.
Syarat Penggerak Mula :
 Penggerak Mula harus dipasang dengan fondasi yang terpisah dari
bangunan Tempat Kerja.
 Daya yang dihasilkan Penggerak Mula tidak boleh melebihi
kapasitas.
 Penggerak Mula jenis motor bakar yang cara pengoperasian awal
dengan tenaga kempa atau angin yang ditampung di dalam bejana
tekanan, bejana tekanan harus dalam kondisi aman sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Bejana tekanan dilarang diisi dengan oksigen murni atau
penggunaan oksigen murni untuk menggerakkan secara langsung
Penggerak Mula.
 Roda gaya dan bagian-bagian yang bergerak dari Penggerak Mula
harus dilengkapi dengan Alat Perlindungan.
 Semua Penggerak Mula harus dilengkapi dengan alat pengatur atau
regulator.
 Alat pengatur atau regulator harus dilengkapi dengan alat penghenti
otomatis untuk menghentikan penggeraknya apabila regulator tidak
dapat berfungsi.
 Alat pembatas kecepatan dan penghenti darurat harus dilengkapi
dengan sakelar jarak jauh sehingga dalam keadaan darurat dapat
dihentikan dari tempat yang aman.

3
 Untuk Penggerak Mula yang memiliki cerobong, cerobong harus
dapat menjamin pembuangan gas buang secara sempurna, aman, dan
tidak menyebabkan pencemaran.
 Untuk Penggerak Mula yang menggunakan sistem pengendali,
sistem pengendali harus dapat memberikan informasi pengoperasian
dari Penggerak Mula secara langsung dan akurat.

2. Mesin Perkakas dan Produksi


Mesin perkakas dan produksi merupakan pesawat atau alat untuk
membuat, menyiapkan, membentuk, memotong, mengepres, menarik,
menempa, menghancur, menggiling, menumbuk, merakit, dan/atau
memproduksi barang, bahan, dan produk teknis.

Mesin perkakas dan produksi meliputi mesin-mesin


konvensional dan berbasis komputer kontrol numerik (CNC) antara lain

a. mesin asah k. mesin


b. mesin poles dan gunting/potong
pelicin plat
c. mesin tuang dan l. mesin rol dan
cetak tekuk plat
d. mesin tempa dan m. mesin potong dan
pres belah kayu
e. mesin pon n. mesin ayak dan
f. mesin penghancur mesin pemisah
g. penggiling dan o. mesin penyaring
penumbuk pasir
(crusher machine) p. mesin pintal dan
h. mesin bor mesin tenun
i. mesin frais q. mesin jahit
j. mesin bubut r. mesin pengisi
s. mesin pengungkit

4
t. mesin perapat mesin lain yang
tutup sejenis
u. mesinpengampuh
kaleng
v. mesin penutup
botol
w. mesin pak dan
pembungkus, serta
3. Transmisi Tenaga Mekanik

Transmisi tenaga mekanik merupakan bagian peralatan mesin


yang berfungsi untuk memindahkan daya atau gerakan mekanik dan
penggerak mula ke pesawat atau mesin lainnya

Transmisi tenaga mekanik meliputi


a. transmisi sabuk
b. transmisi rantai
c. transmisi roda gigi

Transmisi sabuk, rantai, dan roda gigi yang dikonstruksi menyatu


dengan Pesawat Tenaga dan Produksi dan merupakan komponen dari
Pesawat Tenaga dan Produksi harus memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) Permenaker No 38 Tahun 2016.

Bagian-bagian transmisi yang harus diberi Alat Perlindungan meliputi:

1) ujung poros transmisi;


2) kopeling poros yang letaknya 2,6 m (dua koma enam meter) atau
kurang di atas permukaan lantai;
3) transmisi roda gigi dan rantai;dan
4) transmisi sabuk serta bagian-bagiannya.

5
4. Tanur
Tanur (furnace) merupakan pesawat yang bekerja dengan cara
pemanasan dan digunakan untuk mengolah, memperbaiki, atau
mengubah sifat logam, barang atau produk teknis.
Tanur (furnace) meliputi
a. blast furnace
b. basic oxygen furnace
c. electric arc furnace
d. refractory furnace
e. tanur pemanas (reheating furnace)
f. kiln
g. oven dan furnace lain yang sejenis.

Tanur (furnace) harus dilengkapi:


1. sistem pendinginan yang efektif;
2. sistem proteksi terhadap pencemaran lingkungan;
3. pelataran Tempat Kerja atau jembatan yang sesuai pada semua
titik ketinggian untuk dilintasi Tenaga Kerja atau melakukan
tugas sehari-hari;
4. perlengkapan berupa tangga permanen dengan bahan tahan api
yang kuat dan aman atau alat bantu angkat lainnya.

2. 4 Sumber Potensi bahaya dan pencegahan kecelakaan


a. Potensi penyebab kecelakaan
1. Penggunaan bahan yang salah
2. Design tidak memenuhi standar
3. Peralatan/perlengkapan tidak memenuhi syarat
4. Pemeriksaan yang tidak lengkap.
5. Pemeliharaan yang tidak optimal
6. Kelalaian operator
b. Adapun penceahan kecelakaan mekanik antaralain :
Pesawat tenana dan produksi meliputi :
1) Aturan umum keselamatan kerja :

6
a) Tangan operator senantiasa harus sejauh mungkin dari
titikoperasi suatu mesin
b) Peralatan harus memenuhi standar keselamatan
c) Bagi berbagai mesin dan operasi dapat diadakan asas-
asaskeselamatan kerja umum dan dikontrol.
2) Penanggulangan Lingkungan dan Bahan
a) Tata letak mesin
b) Lantai harus dirawat baik.
c) Lorong-lorong terusan harus ditandai
d) Ruang kerja disekitar mesin harus cukup
e) Penempatan mesin-mesin harus sesuai terkait
denganpencahayaan
f) Harus dibuat ketentuan-ketentuan untuk membuang limbah.
3) Pemeliharaan dan Pengawasan
Harus diadakan suatu sistem pemeliharaan dan
pengawasan secaraberkala, melarang perbaikan pada mesin yang
sedang beroperasi dansetiap pergantian shift, operator harus
terlebih dahulu memeriksakondisi mesin.

2. 5 Operator K3 bidang pesawat tenaga dan produksi


Operator Pesawat Tenaga dan Produksi berkewajiban untuk:
a) melakukan pengecekan terhadap kondisi atau kemampuan kerja Pesawat
Tenaga dan Produksi, Alat Pengaman, dan alat-alat perlengkapan lainnya
sebelum pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi;
b) bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian Pesawat Tenaga dan
Produksi dalam keadaan aman;
c) tidak meninggalkan tempat pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi,
selama mesin dihidupkan;
d) menghentikan Pesawat Tenaga dan Produksi dan segera melaporkan
kepada atasan, apabila Alat Pengaman atau perlengkapan Pesawat
Tenaga dan Produksi tidak berfungsi dengan baik atau rusak;
e) operator kelas I mengawasi dan berkoordinasi dengan operator kelas II;
dan

7
f) mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah
ditetapkan dalam pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi.

Operator K3 bidang Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 110 ayat (2) Permenaker no 38 tahun 2016 meliputi:

a. Operator penggerak mula


Operator penggerak mula sebagaimana dimaksud meliputi
operator motor bakar, turbin uap, turbin air, turbin gas, dan kincir angin.
Operator penggerak mula pada pesawat tenaga dan produksi dibedakan
atas operator kelas 1, dan operator kelas 2, kecuali pada kincir angin
1. Operator Penggerak Mula Kelas 1
Operator penggerak mula kelas I sebagaimana dimaksud
harus memenuhi persyaratan:
a) berpendidikan minimal SLTA/sederajat dan/atau memiliki
pengalaman paling sedikit 5 (lima) tahun membantu
pengoperasian di bidangnya;
b) berbadan sehat menurut keterangan dokter;
c) berumur paling rendah 23 (dua puluh tiga) tahun
d) memiliki lisensi K3.
2. Operator Penggerak Mula Kelas 2
Operator penggerak mula kelas II sebagaimana dimaksud
harus memenuhi persyaratan:
a) berpendidikan minimal SLTP/sederajat dan/atau memiliki
pengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun membantu
pengoperasian di bidangnya;
b) berbadan sehat menurut keterangan dokter;
c) berumur paling rendah 21 (dua puluh satu) tahun; dan
d) memiliki lisensi K3.

Operator penggerak mula kelas II dapat ditunjuk menjadi


operator penggerak mula kelas I apabila memenuhi persyaratan:

a) memiliki pengalaman sebagai operator sesuai dengan kelasnya


paling sedikit 2 (dua) tahun terus menerus; dan
b) lulus uji operator pengggerak mula sesuai dengan kualifikasinya.

8
3. Operator kincir angin
Operator kincir angin sebagaimana dimaksud harus
memenuhi persyaratan:
a) berpendidikan minimal SLTP/sederajat dan/atau memiliki
pengalaman paling sedikit 1 (satu) tahun membantu
pengoperasian di bidangnya.
b) berbadan sehat menurut keterangan dokter;
c) berumur paling rendah 19 (sembilan belas) tahun; dan
d) memiliki lisensi K3.
b. Operator mesin perkakas dan produksi
Operator mesin perkakas dan produksi sebagaimana dimaksud
meliputi operator mesin mesin asah, mesin poles dan pelicin, mesin tuang
dan cetak, mesin tempa dan pres, mesin pon, mesin penghancur, mesin
penggiling dan penumbuk (crusher machine), mesin bor, mesin frais,
mesin bubut, mesin gunting/potong plat, mesin rol dan tekuk plat, mesin
potong dan belah kayu, mesin ayak dan mesin pemisah, mesin penyaring
pasir, mesin pintal dan mesin tenun, mesin jahit, mesin pengisi,
pengungkit, perapat tutup, pengampuh kaleng, penutup botol, mesin pak
dan pembungkus, serta mesin lain yang sejenis.

Operator mesin perkakas dan produksi sebagaimana dimaksud


diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Operator kelas 1

Operator mesin perkakas dan produksi kelas I harus


memenuhi persyaratan:

a) berpendidikan minimal SLTA/sederajat dan/atau memiliki


pengalaman paling sedikit 5 (lima) tahun membantu
pengoperasian di bidangnya.

b) berbadan sehat menurut keterangan dokter;

c) berumur paling rendah 23 (dua puluh tiga) tahun; dan

d) memiliki lisensi K3.

9
2. Operator kelas 2.

Operator mesin perkakas dan produksi kelas II harus


memenuhi persyaratan

a) berpendidikan minimal SLTP/sederajat dan/atau memiliki


pengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun membantu
pengoperasian di bidangnya.

b) berbadan sehat menurut keterangan dokter;

c) berumur paling rendah 21 (dua puluh satu) tahun;

d) memiliki lisensi K3.

Operator mesin perkakas dan produksi kelas II dapat


ditingkatkan menjadi operator mesin perkakas produksi kelas I
dengan persyaratan:

a) memiliki pengalaman sebagai operator sesuai dengan kelasnya


paling sedikit 2 (dua) tahun terus menerus; dan

b) lulus uji operator mesin perkakas sesuai dengan kualifikasinya.

c. Operator tanur (furnace).


Operator tanur (furnace) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111
huruf c meliputi operator dapur tinggi (blast furnace), dapur oksigen
(basic oxigen furnace), dapur busur listrik (elektric arc furnace),
refactory furnace, dapur pemanas (reheating furnace), kiln dan oven.
Operator Tanur sebagaimana dimaksud diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Operator kelas 1

Operator Tanur kelas I harus memenuhi persyaratan:

a) berpendidikan minimal SLTA/sederajat dan/atau memiliki


pengalaman paling sedikit 5 (lima) tahun di bidangnya.

b) berbadan sehat menurut keterangan dokter;

c) berumur paling rendah 23 (dua puluh tiga) tahun; dan

d) memiliki lisensi K3.


10
e) Operator kelas 2.

Operator Tanur kelas II harus memenuhi persyaratan

a) berpendidikan minimal SLTP/sederajat dan/atau memiliki


pengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun di bidangnya.

b) berbadan sehat menurut keterangan dokter;

c) berumur paling rendah 21 (dua puluh satu) tahun; dan

d) memiliki lisensi K3.

e) memiliki lisensi K3.

Operator tanur (furnace) kelas II dapat ditingkatkan menjadi


operator tanur (furnace) kelas I dengan persyaratan:

a) memiliki pengalaman sebagai operator sesuai dengan kelasnya


paling sedikit 2 (dua) tahun terus menerus; dan

b) lulus uji operator tanur (furnace) sesuai dengan kualifikasinya.

2. 6 Syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi

Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga Kerja dan


Produksi sebagaimana diatur dalam PERMENAKER NOMOR 38 Tahun
2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga Dan
Produksi, dapat disimpulkan bahwa:

A. Syarat-syarat K3 perencanaan dan pembuatan Pesawat Tenaga dan


Produksi

a) Setiap Pesawat Tenaga dan Produksi harus diberi pelat nama yang
memuat data Pesawat Tenaga dan Produksi.
b) Pembuatan Pesawat Tenaga dan Produksi harus menggunakan bagian,
komponen, atau bahan yang mempunyai sertifikat bahan yang
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang.
c) Alat pengendali Pesawat Tenaga dan Produksi dibuat dan dipasang
sehingga mudah dicapai dan aman.

11
Perencanaan dan pembuatan Pesawat Tenaga dan Produksi meliputi:
a. Pembuatan gambar konstruksi/instalasi dan cara kerjanya;
b. Perhitungan kekuatan konstruksi;
c. Pemilihan dan penentuan bahan pada bagian utama harus
memiliki tanda hasil pengujian dan/atau sertifikat bahan yang
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang; dan
d. Pembuatan gambar konstruksi Alat Perlindungan dan cara
kerjanya.
B. Syarat-syarat K3 pemasangan atau perakitan dan pemakaian Pesawat
Tenaga dan Produksi juga harus memenuhi:
a. Pembuatan gambar konstruksi fondasi;
b. Perhitungan kekuatan konstruksi fondasi.
Pemasangan Pesawat Tenaga dan Produksi harus dipasang di atas
fondasi dan konstruksi yang kuat.dan harus cukup lebar dan bebas
sehingga tidak membahayakan lalu lintas barang dan orang.

C. Syarat-syarat K3 perbaikan, perubahan atau modifikasi Pesawat


Tenaga dan Produksi meliputi:
a. Pembuatan gambar rencana pebaikan, perubahan atau modifikasi;
b. Perhitungan kekuatan konstruksi;
c. Pemilihan dan penentuan bahan pada bagian utama harus memiliki
tanda hasil pengujian dan/atau sertifikat bahan yang yang diterbitkan
oleh lembaga yang berwenang;
d. Pembuatan gambar konstruksi Alat Perlindungan dan cara kerjanya;
e. Pembuatan gambar rencana perubahan konstruksi fondasi; dan
f. Perhitungan kekuatan konstruksi fondasi.
D. Pemakaian atau pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi harus
dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum digunakan serta
dilakukan pemeliharaan secara berkala.
a. Sebelum mesin dioperasikan, harus dilakukan
pemeriksaan oleh operator untuk menjamin keselamatan.
b. Mesin yang sedang beroperasi harus selalu dalam
pengawasan operator.
c. Operator dilarang meninggalkan Tempat Kerja pada waktu Pesawat

12
Tenaga dan Produksi sedang beroperasi.
d. Tempat operator mesin harus cukup luas, aman, dan mudah dicapai.
E. Perbaikan Mesin Tenaga dan Produksi
a. Pada Pesawat Tenaga dan Produksi yang sedang diperbaiki, tenaga
penggerak harus dimatikan dan alat pengontrol harus segera dikunci
serta diberi tanda larangan pengoperasian.
b. Kunci dan tanda larangan pengoperasian tidak boleh dilepas sampai
kegiatan perbaikan selesai dan dinyatakan aman untuk beroperasi.

F. Alat perlengkapan Pesawat Tenaga dan Produksi

a. Tombol penggerak dan penghenti


Penandaan tombol penggerak dan penghenti untuk mesin di Tempat
Kerja harus seragam.
b. Alat Pengaman
Alat Pengaman atau Alat Perlindungan dari pesawat atau mesin yang
sedang beroperasi, dilarang dipindahkan, diubah, atau digunakan
untuk tujuan lain.
c. Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari Pesawat Tenaga dan
Produksi harus dilengkapi Alat Perlindungan yang sesuai dengan
jenis, tipe/model, dan kapasitas Pesawat Tenaga dan Produksi.
a) Alat Perlindungan harus dapat:
1. Melindungi dari tindakan pengoperasian yang salah;
2. Mencegah pendekatan terhadap bagian atau daerah yang
berbahaya selama beroperasi;
3. Memperlancar proses produksi; dan
4. Berfungsi secara otomatis dan sesuai dengan
pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi.
b) Alat Perlindungan Roda Gigi
Roda gigi yang terbuka pada pesawat atau mesin
yang bergerak harus diberi Alat Perlindungan:
a. untuk putaran cepat dengan menutup keseluruhan; atau
b. untuk putaran lambat pada titik pertemuan roda gigi.
c) Alat Perlindungan Titik Operasi

13
Apabila titik operasi harus dapat dilihat, maka digunakan Alat
Perlindungan yang tembus cahaya atau transparan yang memenuhi
syarat.

d) Semua sekrup, penyetel, kunci, nipel pada bagian yang bergerak


ditempatkan terbenam atau diberi Alat Perlindungan.

e) Pekerjaan yang menimbulkan serbuk, serpih, debu, gas, dan bunga api
harus dipasang Alat Pengaman dan Alat Perlindungan
G. Ketentuan lain :
a. Mesin yang digerakkan dengan tenaga manusia tidak boleh
digerakan dengan motor penggerak.

b. Mesin yang tetap berputar atau bergerak setelah sumber tenaganya


diputus harus diberi perlengkapan pengunci atau rem yang efektif
dan dapat bekerja secara otomatis.

c. Pada mesin yang dioperasikan oleh kaki dengan menggunakan pedal


harus dilengkapi dengan alat pengunci otomatis dan alat pelindung.

d. Pada mesin yang berbahaya cara pengisiannya harus dilakukan


dengan cara pengisian mekanis atau disediakan alat pengisi yang
aman.

e. Pekerjaan menggiling dan menumbuk bahan yang mengeluarkan


debu dan dapat meledak harus dilakukan dengan peralatan
penangkap debu untuk mencegah terjadi peledakan.

f. Pelumasan dan pembersihan Pesawat Tenaga dan Produksi harus


dilaksanakan dalam keadaan tidak beroperasi.

g. Pesawat Tenaga dan Produksi dilarang dicuci atau dibersihkan


dengan cairan yang mudah terbakar atau bahan beracun.

2. 7 Alat Pelindung pada Pesawat Tenaga dan Produksi

Menurut PERMENAKER Nomor 38 Tahun 2016 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi, Alat
perlindungan adalah alat perlengkapan yang dipasang pada Pesawat Tenaga

14
dan Produksi yang berfungsi untuk melindungi tenaga kerja terhadap
kecelakaan kerja yang ditimbulkan. Sebagaimana dijelaskan dalam
PERMENAKER Nomor 04 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan
Produksi, sebagai berikut:

A. Semua alat perlindungan harus direncanakan, dibuat, dipasang dan


digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

B. Bahan Alat Perlindungan atau penutup harus dibuat:


a. dari metal atau pelat yang berlubang-lubang atau kawat teranyam
dengan bingkai besi siku, pipa besi atau batang besi penjual;
b. dari kayu, plastik atau bahan lainnya yang sesuai dengan
penggunaannya.
C. Bingkai Perlindungan
a. Bingkai alat-alat perlindungan dari besi yang tingginya kurang dari

75 cm dan luas permukaan tidak lebih dari 1 m2 harus mempunyai


ukuran diameter minimum 1 cm untuk batangan besi pejal atau 20 x
20 x 3 mm untuk besi siku.
b. Bingkai alat perlindungan dengan penahan dari besi yang tingginya

lebih dari 75 cm dan luas permukaan tidak lebih dari 1 m2 harus


mempunyai ukuran diameter dalam 20 mm untuk pipa besi atau 25
x 25 x 3 mm untuk besi siku.
c. Bingkai alat perlindungan tanpa penahan dan tidak dipasang secara
kuat pada lantai kerja harus mempunyai ukuran tidak kurang dari 38
x 38 x 3 mm untuk besi siku atau diameter dalam minimum 38 mm
untuk pipa besi.
d. Bingkai alat perlindungan yang terbuat dari besi siku untuk sabuk,
tali atau rantai yang letaknya kurang dari 2,6 diatas lantai kerja harus
mempunyai ukuran:

a) 25 x 25 x 5 mm untuk sabuk dengan lebar 25 cm.

b) 38 x 38 x 6 mm untuk sabuk dengan lebar 25 – 35 cm.

c) 50 x 50 x 8 mm untuk sabuk dengan lebar 35 – 60 cm.

d) 80 x 80 x 10 mm untuk sabuk yang lebar lebih dari 60 cm.

15
e. Bila terbuat dari besi pelat harus mempunyai ukuran:

a) 38 x 6 mm untuk sabuk dengan lebar sampai 25 cm.

b) 50 x 8 mm untuk sabuk dengan lebar 25 – 35 cm.

c) 50 x 10 mm untuk sabuk dengan lebar 35 - 60 cm.

d) 65 x 10 mm untuk sabuk dengan lebar lebih dari 60 cm.


D. Pengisi Bingkai
a. Pengisi bingkai harus dibuat dari :

a) besi pelat dengan tebal tidak kurang dari 0,8 mm, atau

b) pelat berlubang dengan tebal tidak kurang 1 mm, atau

c) kaca logam dengan tebal tidak kurang dari 1,25 mm dan atau

d) kawat teranyam dengan diameter kawat tidak kurang dari 1,5 mm.

b. Setiap titik silang kawat teranyam harus dilekatkan dengan las,


solder atau galbani kecuali jala kawat yang berbentuk belah ketupat
atau persegi yang dibuat dari kawat dengan diameter 2 mm dan mata
jala 20 x 20 mm.

c. Pengisi bingkai harus dipasang pada bingkai besi dengan cara


dikeling, dibaut, dilas atau dianyam pada bingkainya.

d. Jala kawat yang terbuat dari kawat dengan diameter 2 mm dan mata
jala 20 x 20 mm dapat ditekuk seluruhnya sekeliling batang bingkai.
E. Pagar Perlindungan
a. Kecuali untuk instalasi khusus, tinggi minimum untuk pagar
per1indungan harus 1,8 m dari permukaan lantai kerja.
b. Pemasangan pagar perlindungan harus membebaskan lantai kurang
lebih 15 cm, tanpa membiarkan bagian-bagian mesin yang
bergerak.
F. Semua alat perlindungan harus dilengkapi dengan beberapa buah
penyangga dan penahan untuk menjamin keketatan dan daya tahan.
G. Alat perlindungan yang berbentuk bujur sangkar harus mempunyai paling
sedikit empat bagian yang tegak dan tiap bagian harus dipasang dengan
aman pada lantai kerja. Sedangkan, alat perlindungan yang berbentuk
silindris harus mempunyai paling sedikit tiga bagian tegak dan tiap bagian

16
harus dipasang dengan aman pada lantai kerja.
H. Alat perlindungan pada mesin yang digerakan dengan tenaga mekanik
harus dihubungkan pada mesinnya kecuali alat perlindungan tersebut
berada pada kedudukan yang seharusnya atau diatur sedemikian rupa
sehingga mesin tidak dapat hidup bila alat perlindungannya diangkat

2. 8 Pemeriksaan dan pengujian Pesawat Tenaga dan Produksi


a. Jenis pemeriksan dan pengujian berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang di dalamnya membahas tentang :
- Pemeriksaan dan pengujian dalam pembuatan
- Pemeriksaan dan pengujian pertama
- Pemeriksaan dan pengujian berkala
b. Tahapan pemeriksaan dan pengujian pesawat tenaga produksi :
- Pemeriksaan data
- Pemeriksaan visual dengan menggunakan checklist terhadap seluruh
komponen dan pengecekan dimensi
- Pemeriksaan Non Destructive Testing (NDT) pada tahanan selebaran dan
tahanan isolasi.
- Pengujian pada kondisi dinamis dan lingkungan kerja
- Laporan hasil pemeriksaan dan pengujian dengan menggunakan formulir.

17
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Pesawat Tenaga dan Produksi adalah pesawat atau alat yang bergerak
berpindah-pindah atau tetap yang dipakai atau dipasang untuk membangkitkan atau
memindahkan daya atau tenaga, mengolah, membuat: bahan, barang, produk teknis
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Jenis pesawat tenaga dan produksi yaitu penggerak mula, mesin perkakas dan
produksi, transmisi tenaga mekanik dan tanur.
Sumber potensi bahaya pada pesawat tenaga dan produksi yaitu Penggunaan
bahan yang salah, design tidak memenuhi standar , peralatan/perlengkapan tidak
memenuhi syarat, pemeriksaan yang tidak lengkap, pemeliharaan yang tidak optimal
dan kelalaian operator. Dan sumber potensi tersebut dapat dicegah dengan berbagai
cara, salah satunya dengan diadakan suatu sistem pemeliharaan dan pengawasan
secara berkala, melarang perbaikan pada mesin yang sedang beroperasi dansetiap
pergantian shift, operator harus terlebih dahulu memeriksa kondisi mesin.
Setiap operator pesawat tenaga dan produksi mempunyai kewajiban yang
harus dilakukan agar dalam pengoperasian pesawat tenaga dan produksi berjalan
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

3. 2 Saran
Dengan adanya modul ini penulis berharap pembaca dapat memahami dasar-
dasar kesehatan dan keselamatan kerja tentang pesawat tenaga dan produksi untuk
diterapkannya dalam pekerjaan. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang modul di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Permenaker No.Per.04/Men/1985 tentang PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI

Permenaker No.Per.38/Men/2016 tentang KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI

http://yudysi.lecture.ub.ac.id/files/2012/12/StandarK3Yudy01stPart2.pdf diunduh pada 21


Mei 2018

19

Anda mungkin juga menyukai