Anda di halaman 1dari 77

Daftar Modul HSE

01. Isolasi Energi Berbahaya


02. Memasuki Ruang Tertutup
03. Klasifikasi Area Berbahaya
04. Penanganan Bahan Berbahaya
05. Identifikasi Bahaya
06. Keselamatan Kerja Radiasi
07. Keselamatan Kerja H2S
08. Pengujian & Deteksi Gas
09. Pengendalian Pekerjaan Berbahaya
Dengan Dokumentasi
010. Tabung Gas Bertekanan
011. Aspek Kebakaran
012. Scaffolding
013. Alat Pelindung Diri
014. Surat Ijin Kerja
015. Keselamatan Penggalian
016. Operasi Pengangkatan
017. Accident Incident Investigation
018. Bahaya Terhadap Kesehatan Kerja
019. Tanggap Darurat
020. Keselamatan Operasi Gas Purging
021. Pengamatan Keselamatan Kerja
022. Bekerja di Ketinggian
023. Lingkungan Kerja Aman

Modul Sertifikasi SI, GSI & AT


PT. PERTAMINA PERSERO
HSE Corporate

Identifikasi Bahaya
Tujuan Modul

1. Bahaya, Kejadian, dan Akibat

2. Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap


Perencanaan
21
3. Pelaksanaan Identifikasi Bahaya Ketika
Pekerjaan Berlangsung

35

4. Penilaian Resiko

45

5. Upaya Penurunan Resiko

51

Daftar Pustaka

59

Lampiran 1. Daftar Bahaya dan Sumbernya


(ISO 17776)

60

Lampiran 2. Daftar Bahaya berdasarkan


Kategori

71

Lampiran 3. Contoh Identifikasi Bahaya


Metoda Deduksi

74

Lampiran 4. Matriks Kompetensi SIKA

75

2 Tujuan Modul

Tujuan Modul

Membangun kesadaran pentingnya pelaksanaan


identifikasi bahaya pada tahap perencanaan maupun
pada tahap pelaksanaan.

Dapat melakukan identifikasi bahaya dengan tepat.

Dapat menentukan dan melakukan usaha pencegahan


kecelakaan.

Melalui modul ini diharapkan kecelakaan kerja dan


kerusakan lingkungan hidup karena aktifitas kerja
di tempat kerja dapat dihindari. Bahaya selalu ada
bersamaan dengan adanya aktifitas pekerjaan.
Namun dengan kemampuan mengidentifikasi bahaya
dan kemampuan menentukan usaha pencegahan
kecelakaan, bahaya karena aktifitas pekerjaan dapat
diatasi dan potensi kecelakaan kerja karenanya
dapat dihindari.
Pemahaman ini dimulai dari kemampuan setiap
pekerja dalam mengidentifikasi bahaya yang terkait
dengan aktifitas atau pekerjaannya di tempat kerja.
Dengan mengetahui bahaya dan dasar ilmu dari modul
identifikasi bahaya ini, pekerja dapat menganalisa

Tujuan Modul 3

potensi kejadian (yang tidak diharapkan), serta


akibatnya.
Setelah itu, pekerja diharapkan untuk dapat
menentukan
upaya pencegahan kejadian yang
tidak diinginkan dan dapat mempersiapkan atau
melakukan upaya meminimalkan (mitigasi) akibat
kejadian tersebut (jika usaha pencegahan menemui
kegagalan). Upaya mitigasi ini dipersiapkan /
dilaksanakan sebelum memulai pekerjaan. Dengan
demikian zero accident dapat tercapai melalui
pemahama-pemahaman di atas.
Sasaran dari modul identifikasi ini adalah keselamatan
kerja akibat aktifitas fisik di lapangan dan tidak
mencakup keselamatan fasilitas dan proses (Process
Safety and Safety Engineering).

4 Tujuan Modul

Bahaya,
Kejadian dan
Akibat

6 Bahaya, Kejadian dan Akibat

ahaya atau Hazard adalah suatu situasi


atau keadaan yang dapat menyebabkan
terjadinya kejadian yang tidak diharapkan yang
dapat menghasilkan akibat kerugian berupa cedera
manusia, kerusakan aset atau peralatan, atau
kerusakan / penurunan daya lingkungan hidup.
Bahaya seharusnya (idealnya) dihilangkan sehingga
tidak akan terjadi kecelakaan yang merugikan.
Namun demikian, penghapusan / eliminasi bahaya
(Hazard Elimination) seringkali tidak dapat dilakukan
semaksimal mungkin, karena bisnis / pekerjaan
industri minyak dan gas bumi yang selalu mengandung
potensi bahaya, misalnya:
1. Gas atau Cairan Hidrokarbon atau Bahan Kimia.
Eliminasi bahaya hanya bisa dilakukan jika
kita menghilangkan adanya gas atau cairan
hidrokarbon atau bahan kimia. Namun eliminasi
bahaya tidak mungkin dilakukan karena
situasi alamiah dari bisnis yang mengharuskan
penanganan materi berbahaya ini Adakalanya
praktek-praktek kerja panas (Hot Work) seperti
pengelasan di daerah klasifikasi berbahaya
memerlukan plant shutdown dan semua gas

Bahaya, Kejadian dan Akibat 7

hidrokarbon di dalamnya di purging dengan gas


inert.
2. Ketinggian.
Selalu terdapat tempat kerja di ketinggian, karena
tidak mungkin suatu proses pengolahan maupun
pendistribusian minyak dan gas bumi tanpa
memerlukan peralatan proses yang menjulang
tinggi. Peniadaan bahaya ketinggian di tempat
kerja menjadi yang tidak mungkin.
3. Listrik.
Telah kita ketahui bahwa listrik merupakan energi
yang berbahaya bagi manusia jika terjadi kontak
fisik. Peniadaan energi listrik sebagai sumber
bahaya yang tidak memungkinkan.
4. Dan lain sebagainya.
Namun demikian yang menjadi tantangan adalah
bagaimana kita bisa mengenali bahaya di tempat
kerja sehingga kita bisa mengelola bahaya tersebut
dan mencegah kecelakaan melalui upaya pencegahan
kejadian yang tidak diinginkan dan mempersiapkan
upaya untuk meminimalisasi akibat dari kejadian
tersebut.

8 Bahaya, Kejadian dan Akibat

Upaya pengenalan bahaya dan pengelolaannya


harus dapat dilakukan oleh setiap orang yang bekerja
dan berinteraksi dengan bahaya.
Prinsip Swiss Cheese menyampaikan pesan bahwa
kecelakaan terjadi bukan karena begitu saja tanpa
alasan atau karena satu kesalahan/kegagalan, tetapi
karena beberapa kegagalan manusia (tim kerja dan
manajemen) dalam mencegah rangkaian kegagalan
tersebut yang diilustrasikan dengan beberapa lubang
yang tepat menuju ke suatu akibat dari suatu kegagalan
ke kegagalan lainnya. Ilustrasi ini ditunjukkan dalam
Gambar 1.1. di bawah ini.

Gambar 1.1 Ilustrasi Model Swiss Cheese

Bahaya, Kejadian dan Akibat 9

Lubanglubang tersebut merupakan ilustrasi dari


kegagalan manusia dalam tahap persiapan maupun
dalam tahap pelaksanaan. Banyaknya lapisan
kartu yang berlubang tersebut tergantung dari
berapa banyak upaya proses pencegahan untuk
terjadinya kejadian yang tak diinginkan atau upaya
meminimalisasi akibat dari kejadian tersebut (jika
upaya pencegahan kejadian yang tak diinginkan
tidak berhasil).
Dari ilustrasi tersebut jelas bahwa kecelakaan tidak
terjadi begitu saja. Manusia diberi kesempatan
untuk dapat melakukan upaya-upaya pencegahan
kejadian yang tak diinginkan dan akibat / kerugian
yang dihasilkannya. .
ISO 17776 mengilustrasikan model tersebut dengan
menunjukan lintasan dari sumber bahaya menuju hasil
akhir berupa kerugian (Loss) melewati serangkaian
kejadian yang tak diinginkan (Series of Events).
Ilustrasi tersebut digambarkan pada gambar 1.2.
yang disebut model Sebab Akibat (Causation and
Consequence Model).

10 Bahaya, Kejadian dan Akibat

Dari kedua ilustrasi tersebut dapat disimpulan bahwa:


1. Kecelakaan dapat dicegah.
2. Pencapaian zero accident sangat memungkinkan.
Pencegahan

Hidrokarbon

Kekerapan (Likelihood)

Keparahan (Severity)

Rangkaian
Kejadian

Ketinggian

People

Consequence

Hazard

Tekanan

Pertahanan

Equip

Env
Kimia
Resiko

Gambar 1.2 Model ISO 17776 Sebab dan Akibat (Causation and
Consequence Model)

Dalam gambar 1.2 ini terlihat bahwa upaya-upaya


pencegahan dimaksudkan untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya situasi yang tidak diinginkan
yang berarti memperkecil kekerapan (Likelihood)
sedangkan upaya-upaya minimalisasi atau mitigasi
ditujukan untuk mengurangi akibat (Consequence).
Suatu kecelakaan bisa disebabkan oleh tidak hanya
satu kegagalan melainkan dari rentetan kegagalan
dari mulai kegagalan perencanaan, praktek kerja
aman, hingga kegagalan sistem manajemen. Hal ini

Bahaya, Kejadian dan Akibat 11

terbukti dari semua kejadian kecelakan yang selalu


disebabkan oleh rangkaian kegagalan seperti yang
diterangkan di bawah ini (contoh di bawah ini adalah
hal yang nyata dari hasil penyelidikan kecelakan
kerja):
1. Kecelakaan seseorang yang tertimpa benda
(kantong berisi lumpur minyak) jatuh ketika
membersihkan tangki minyak. Kecelakaan bisa
terjadi dari serangkaian kegagalan:
a. Kegagalan identifikasi bahaya dan identifikasi
upaya pencegahannya di tahap perencanaan
dan persiapan kerja.
b. Tidak seorangpun yang melihat keadaan
bahaya, ketika seseorang berada di bawah
lintasan benda yang di angkat.
c. Pencantolan dan pengikatan yang tidak
benar dari alat angkat terhadap benda yang
diangkat.
d. Menggunakan alat angkat atau ukuran karung
plastik yang tidak sesuai dengan kapasitas
berat.
e. Telah terjadi beberapa kali kejadian hampir

12 Bahaya, Kejadian dan Akibat

celaka/near miss namun diabaikan, tidak


dicatat dan dijadikan bahan pelajaran.
f. Lintasan pengangkatan lumpur minyak tidak
diberi pembatas barikade (barricade).
g. Tidak ada komunikasi / pemberitahuan akan
dilakukan pengangkatan kantong lumpur /
minyak di area sekitar.
h. Pekerja yang bekerja tidak menghiraukan atau
menyadari apa yang terjadi di sekitarnya
termasuk di atasnya.
i. Tidak seorangpun yang membuat pengamatan
K3 (Safety Observation) dan melaporkan
ketika pekerjaan berlangsung.
j. Pre-job Safety Meeting / Tool Box Meeting
tidak membahas potensi bahaya ini dan
pencegahannya.
2. Kecelakaan dahsyat akibat dari pekerjaan isolasi
perpipaan sehubungan dengan dilepasnya PSV
(Pressure Safety Valve) untuk testing dan perawatan.
(Kecelakaan Piper Alpha). Kecelakaan ini
mengakibatkan 165 orang tewas dan hilangnya
satu platform hanya karena penyebab awal yang

Bahaya, Kejadian dan Akibat 13

kecil yang diikuti oleh serangkaian kegagalan.


Rangkaian kegagalan tersebut adalah:
a. Pekerjaan pelepasan PSV dicatat dalam surat
ijin kerja tetapi surat ijin kerja tidak disimpan/
ditaruh ditempat khusus (diduga pada saat itu
pembuat surat ijin kerja melihat pemberi ijin
kerja sedang sibuk sehingga ia menaruhnya
di suatu meja tanpa mengkomunikasikannya
dengan pemberi ijin kerja).
b. Pekerjaan pelepasan PSV dilakukan sebelum
surat ijin kerja disetujui oleh pemberi ijin kerja.
c. Pemasangan pelat isolasi (blind) dilakukan
tidak dengan kekuatan yang seharusnya
(laporan penyelidikan menunjukan dugaan
kebocoran dari isolasi ini).
d. Ketika ada masalah dengan salah satu pompa,
pemindahan pengoperasian dilakukan tanpa
mengetahui bahwa salah satu aliran telah
dicabut PSVnya. Dengan pemasangan blind
yang tidak benar, pengalihan aliran ke jalur
ini menyebabkan kebocoran dari titik isolasi
ini.

14 Bahaya, Kejadian dan Akibat

e. Kebocoran di deteksi, tapi perintah pemutusan


(shutdown) proses tidak dilakukan karena
menunggu perintah dari pusat (kegagalan
tindakan darurat).
f. Kebocoran gas terakumulasi dalam satu tempat
karena

rancang

bangun

memungkinkan

terjadinya akumulasi gas ini.


g. Ledakan terjadi karena adanya sumber nyala
yang diduga dari komponen listrik, sumber
kerja api (ketika itu sedang ada pekerjaan
panas), dan lain sebagainya.
h. Proses

evakuasi

tidak

dilakukan

karena

menunggu perintah dari pusat (kegagalan


tindakan darurat ke dua).
i. Platform-platform lain tetap memasok gas ke
Piper Alpha sehingga menambah jumlah gas
yang terlepas dan membakar platform.
3. Kecelakan besar Bhopal, India, 1988, karena
kegagalan isolasi.
a. Bahaya dari bahan kimia bila terjadi
kontak dengan udara yang kemungkinan

Bahaya, Kejadian dan Akibat 15

tidak diketahui pekerja (Program Hazard


Communication tidak berjalan).
b. Isolasi gagal.
c. Kegagalan atau tidak tersedianya sistim ijin
kerja.
d. Kegagalan tanggap darurat.
e. Kegagalan atau tidak dilakukannya identifikasi
bahaya dan upaya pencegahannya.
4. Kecelakaan seorang pekerja jatuh dari ketinggian
yang disebabkan oleh serangkaian kegagalan:
a. Tidak menggunakan PPE.
b. Identifikasi bahaya tidak dilakukan.
c. Komunikasi tidak dilakukan.
d. Tidak ada pengamanan jatuh (Fall Protection)
seperti handrail atau jarring pengaman di
bawahnya.
e. Orang lain tidak melakukan pengamatan K3.
f. Tidak ada pertemuan sebelum memulai
pekerjaan (Pre Job Safety Meeting atau Tool
Box Meeting).

16 Bahaya, Kejadian dan Akibat

Telah jelas dari beberapa contoh kecelakaan tersebut


adalah bahwa:
a. Kecelakaan tidak terjadi begitu saja atau hanya
dari satu sebab tetapi terjadi akibat lebih dari satu
(bahkan sampai lebih dari 5 atau 6) kegagalan.
b. Kecelakaan terjadi karena ketidakmampuan
pekerja mengenali bahaya dan akibat yang
timbul.
c. Ketidaktahuan
atau
keengganan
pekerja
melakukan upaya-upaya pencegahan karena
merasa tidak akan terjadi kecelakaan mengingat
ia telah berpengalaman.
d. Budaya dan Manajemen Perusahaan yang belum
mencapai kultur K3 yang baik.
Berapa banyak lapisan proteksi yang ingin diciptakan
tergantung kemampuan untuk:
1. Mengidentifikasi bahaya yang selalu
berkenaan aktifitas yang akan dilakukan.

ada

2. Memperkirakan / menganalisa rangkaian


kejadian-kejadian yang mungkin terjadi sebagai
akibat bahaya tersebut.

Bahaya, Kejadian dan Akibat 17

3. Memperkirakan
akibat
yang
ditimbulkan
sehubungan dengan rangkaian kejadian yang tak
diinginkan tersebut.
4. Menganalisa upaya pencegahan agar bahaya
yang ada tidak berubah menjadi serangkaian
kejadian yang tak diinginkan.
5. Menganalisa upaya / persiapan untuk mitigasi,
meminimalisasi, atau mencegah eskalasi kejadian
tersebut agar tidak menghasilkan akibat atau
kerugian yang lebih parah.
6. Memonitor pelaksanaan pekerjaan agar tidak
terjadi penyimpangan pelaksanaan di lapangan
terhadap apa yang telah direncanakan dan
disepakati (yang mencakup upaya pencegahan
kecelakaan).
Pelaksanaan upaya-upaya pencegahan kecelakaan
sesuai hasil identifikasi bahaya memerlukan kemauan
dan komitmen (tekad) setiap individu dari tim kerja
untuk mentaati dan mematuhi apa yang telah
disepakati dalam tahap perencanaan.
Ilustrasi gambar 1.2. di atas memperlihatkan
kemungkinan berubahnya potensi bahaya menjadi

18 Bahaya, Kejadian dan Akibat

kejadian yang tak diinginkan hingga menghasilkan


suatu kerugian atau akibat (severity) dari suatu
aktifitas kerja di lapangan disebut Risiko Aktifitas
Pekerjaan. Ke-enam langkah tersebut di atas
ditambah upaya tinjau ulang setelah menyelesaikan
pekerjaan untuk perbaikan di masa yang akan
datang disebut Manajemen Resiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL).
Dengan demikian, upaya-upaya yang dilakukan
dalam pencegahan dan meminimalkan akibat suatu
kejadian yang tak diinginkan adalah bagian dari
upaya penurunan risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta Lindungan Lingkungan.
Salah satu indikasi kompetensi dan keahlian pekerja
dalam melakukan pekerjaannya adalah kemampuan
pekerja untuk secara rinci mengidentifikasi bahaya
dari pekerjaan yang akan dilakukannya.
ISO 17776 mengeluarkan daftar kategori bahaya
dan sumbernya yang ditunjukan pada Lampiran 1.
Beberapa sumber juga mengelompokan bahaya atas
beberapa kategori sebagai berikut:

Bahaya, Kejadian dan Akibat 19

1. Bahaya
2. Bahaya
3. Bahaya
4. Bahaya
5. Bahaya

Fisik
Lingkungan
Kimia
Radiasi
Biologi

Contoh pengelompokan
Lampiran 2.

ini

ditunjukan

pada

Siklus sistim manajemen K3 terdiri atas tahaptahap perencanaan (plan), pelaksanaan (work
in progress), periksa / audit (review), perbaikan
(adjust). Pelaksanaan identifikasi bahaya dilakukan
pada tahap perencanaan dan ketika pekerjaan
berlangsung.
Tidak ada satupun orang yang mau celaka atau
cedera dalam pekerjaannya namun kecelakaan masih
terjadi karena masih ada orang yang enggan atau
malas untuk melakukan upaya-upaya pencegahan
kecelakaan (walaupun ia mengetahuinya).
mengapa hal ini bisa terjadi?
Alasan terbesar mereka adalah enggan untuk
melakukan upaya-upaya pencegahan kecelakaan
karena kebanyakan dari mereka mempunyai

20 Bahaya, Kejadian dan Akibat

kepercaan diri yang berlebihan sehingga percaya


bahwa (walaupun tanpa melakukan upaya
pencegahan tersebut) hal-hal yang tidak diinginkan
tersebut tidak akan terjadi pada diri mereka.
Ada orang yang percaya tanpa menggunakan safety
harness ia tidak akan jatuh. Tetapi mereka lupa
bahwa setiap kejadian yang tak diinginkan selalu
terkait dengan probabilitas terjadinya hal-hal yang tak
diinginkan. Probabilitas selalu terkait dengan upaya
pencegahan kecelakaan. Upaya pencegahan yang
berlapis memperkecil probabilitas terjadinya hal-hal
yang tak diinginkan.

21

Pelaksanaan
Identifikasi Bahaya
pada Tahap
Perencanaan

22 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan

elaksanaan identifikasi bahaya di tahap


perencanaan dilakukan sebelum pekerjaan
dimulai. Perencanaan pekerjaan ini bisa dilakukan
satu hari sebelum pekerjaan berlangsung atau
berbulan-bulan sebelum pekerjaan dilakukan.
Lamanya persiapan pekerjaan tergantung dari besar
dan rumitnya suatu pekerjaan.
Untuk dapat melakukan identifikasi bahaya, analisa
kejadian dan akibat, serta analisa upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan secara
terstruktur dan mudah, terdapat dua metoda yang
mempunyai kelebihan masing-masing yakni:
1. Metoda Induksi
2. Metoda Deduksi.
3. Metoda Kombinasi.

2.1. Metoda Induksi


Metoda Induksi adalah teknik identifikasi bahaya
dimulai dari mengidentifikasi bahaya yang terkait
dengan pekerjaan. Identifikasi bahaya ini dipilih
dari daftar-daftar bahaya yang telah dipersiapkan
sebelumnya.

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan 23

Dari bahaya yang diidentifikasi berkaitan dengan


pekerjaan, kemudian ditentukan sumber bahaya
di tempat kerja dan potensi kejadian yang tak
diharapkan dari setiap bahaya tersebut. Dari
kejadian yang diperkirakan sehubungan dengan
suatu bahaya, kemudian diperkirakan akibat dari
kejadian tersebut. Metoda ini seperti yang ditunjukan
atau diberikan oleh ISO 17776 (lihat Lampiran 1).
Dengan mengetahui Bahaya, Kejadian, dan
Akibatnya, maka pekerja diharapkan mampu
menganalisa upaya-upaya yang harus / dapat
dilakukan untuk memperkecil resiko terjadinya kejadian
yang tak diharapkan dan memperkecil akibatnya.
Misalnya, bahaya hidrokarbon diketahui berkaitan
dengan pekerjaan dimana kejadian kebakaran dapat
terjadi, maka upaya pencegahannya berupa:
1. Isolasi sumber energi (isolasi sumber hidrokarbon
dari tempat kerja).
2. Menggunakan peralatan yang tidak menyebabkan
timbulnya percikan api atau spark.
3. Melakukan pengukuran
pekerjaan panas).

gas

(jika

dilakukan

24 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan

Seperti dapat dilihat dan dimengerti bahwa upayaupaya tersebut di atas adalah upaya untuk memperkecil
kemungkinan (likelihood) terjadinya kecelakaan.
Sedangkan upaya-upaya mitigasi akibat kecelakan
yang disebut defense atau mitigation, di
antaranya:
a. Menggunakan alat pelindung diri (APD/Personal
Protective Equipment) yang sesuai untuk pekerjaan
panas.
b. Memahami tindak darurat (Emergency Respond)
termasuk memahami jalur pembebasan diri
(Escaping) dan evakuasi (Evacuation).
c. Memahami tanggap darurat untuk menggunakan
sistim air pemadam api (Fire Water System).
d. Memahami tanggap darurat untuk komunikasi
agar ruang kendali dapat menutup /mengisolasi
sumber bahan bakar.

2.2. Metoda Deduksi


Metoda Deduksi adalah kebalikan dari metoda
induksi yakni teknik identifikasi bahaya yang dimulai
dari memperkirakan dampak atau kejadian yang tak

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan 25

diinginkan dari suatu aktifitas. Teknik ini bisa lebih


mudah ketika aktifitas yang dilakukan telah jelas
memberikan gambaran perkiraan kejadian-kejadian
yang tidak diinginkan, misalnya:
1. Aktifitas berkaitan dengan pengangkatan dan
pemindahan beban.
Kemungkinan-kemungkinan kejadiannya adalah:
benda jatuh, benda bertabrakan dengan instalasi
atau benda lain, benda mengayun (swing), benda
terlempar, hook crane menabrak, crane jatuh dan
lain sebagainya.
Dari kejadian - kejadian tersebut, pekerja dapat
memperkirakan penyebab kejadian tersebut
seperti: penggunaan alat bantu angkat yang tidak
sesuai (sling, shackle, hook, connection, etc), pad
eye (cantolan hook crane pada beban) yang tidak
memenuhi syarat, outrigger (kaki crane), operator
crane yang tidak kompeten, kondisi alam, dan
lain sebagainya.
2. Aktifitas berkaitan dengan pekerjaan scaffolding.
Kemungkinan-kemungkinan kejadiannya dan
akibatnya adalah: scaffolding runtuh, orang

26 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan

jatuh, salah satu bagian scaffolding jatuh, benda


jatuh menimpa orang, tangan terjepit, dan lain
sebagainya.
Akibat dari kejadian tersebut adalah kematian,
cedera orang, kerusakan peralatan proses, dan
lain sebagainya. Penyebab kejadian tersebut bisa
berupa, tidak memakai alat pelindung diri (PPE),
posisi tangan, posisi orang, pipa scaffolding
tidak terikat (oleh clamp) dengan baik dan
benar, pemasangan scaffolding (perancah) tidak
sesuai dengan aturan baku scaffolding, pembuat
perancah tidak kompeten atau tidak bersertifikat
sebagai pembuat scaffolding (disebut erector),
tidak dilakukannya inspeksi oleh inspector
perancah, dan lain sebagainya. Dari penyebabpenyebab ini dapat diidentifikasikan upaya-upaya
yang harus dilakukan.
Contoh Metoda Deduksi ada pada lampiran 3.
Analisa Fault Tree juga termasuk dalam metoda
deduksi ini.

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan 27

2.3. Metoda Kombinasi


Metoda Kombinasi menggunakan gabungan
keduanya di atas yakni mencampurkan antara bahaya
dan kejadian menjadi satu. Namun agar bisa lebih
fokus, maka identifikasi bahaya dan kejadiannya
tersebut dilakukan kepada setiap langkah pekerjaan.
Salah satu ciri dari metoda ini yang paling dikenal
luas adalah Job Safety Analysis (JSA) - Analisa
Keselamatan Kerja atau Job Hazard Analysis
(JHA) - Analisa Bahaya Kerja.
JSA atau JHA adalah suatu kajian sistematis dan
bertahap terhadap semua potensi kejadian berbahaya
yang terdapat di setiap langkah kerja, untuk dapat
menentukan berbagai tindakan pengendalian yang
dibutuhkan untuk mencegah atau mengurangi dampak
dari kejadian berbahaya tersebut, selama proses
persiapan dan pelaksanaan dari suatu pekerjaan
JSA atau JHA ini dipakai luas dalam industri karena:
Metode yang sederhana dan mudah dimengerti
tetapi berguna sebagai alat identifikasi bahaya
yang efektif untuk mencegah kecelakaan.
Memungkinkan setiap orang secara sitematis
mengelola dan mengendalikan resiko ke tingkat

28 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan

yang sekecil mungkin yang dapat diterima dan


dilaksanakan.
Sebagai sarana pelatihan dan konseling terhadap
pekerja.
Dapat sebagai saran pengembangan yang
berkelanjutan.
Dapat digunakan sebagai pengganti Prosedur
Operasi Baku (Standard Operating Procedure)
sementara hingga SOP tersedia.
Dapat sebagai sarana audit dan verifikasi.
JSA atau JHA diperlukan untuk pekerjaan yang
memerlukan sistim ijin kerja atau jika:
Pekerjaan dimana setiap langkah pekerjaan
mengandung resiko tinggi dan kompleks yang
bisa mencakup persyaratan sistim ijin kerja yang
lain: isolasi energi dan lock-out tag-out, bekerja
di ruang terbatas, dan lain sebagainya.
Pekerjaan baru yang belum mempunyai prosedur
baku.
Pekerja baru yang akan melakukan tugasnya (JSA
sebagai sarana pelatihan untuk pekerja baru ini).
Adanya

perubahan

yang

cukup

signifikan

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan 29

sehingga perlu diadakan JSA.


Pekerjaan yang sangat jarang dilakukan (lebih
dari satu tahun sekali).
Jenis pekerjaan yang telah menimbulkan
kecelakaan
berdasarkan
catatan/laporan
kecelakaan kerja yang terjadi termasuk catatan/
laporan hampir kecelakaan (nearmiss report).
Klaim dari pekerja atas cederanya.
Intinya: Gunakan format JSA untuk semua pekerjaan
yang melibatkan
langkah-langkah kerja yang
mengandung resiko terjadinya
kecelakaan dari
setiap langkah tsb.
Format Inti JSA ditunjukan pada gambar 2.1.:

Gambar 2.1 Format Umum JSA

30 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan

Bagaimana melakukan JSA?


Mengikutsertakan pekerja yang terlibat dalam
pekerjaan dan Pimpinan kerja dalam pembuatan
JSA. Dengan melibatkan mereka yang terkait
dapat membantu menghasilkan JSA yang akurat
dan berkaitan. Dengan melibatkan mereka juga
dapat, menanamkan rasa memiliki, siap menerima
dan menjalankan upaya-upaya pencegahan dan
meminimalkan akibat.
Identifikasikan langkah inti yang tercakup dalam
suatu pekerjaan (tidak terlalu detail dan tidak
terlalu umum).
Identifikasikan peralatan yang digunakan dari
setiap langkah tersebut. Kadangkala terdapat
bahaya tersembunyi yang ada pada peralatan
tersebut misalnya benda tajam, sumber pemantik
(ignition source), benda berputar, dan lain
sebagainya.
Identifikasikan potensi kecelakaan dan akibatnya
dari setiap langkah inti tersebut.
Menentukan usaha yang dapat dilakukan
untuk mencegah atau mengurangi potensi

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan 31

kecelakaan dan/atau mengurangi akibat yang


ditimbulkannya?
Mempertimbangkan apakah sudah mencapai
tingkat yang dapat diterima / ditoleransikan
Memastikan semua orang yang terlibat dalam
pekerjaan memahami tugas dan tanggung
jawabnya dan prosedur kerja aman yang
diperlukannya.
Bagaimana menentukan langkah-langkah inti ke
dalam JSA?
Pertama pikirkan setiap langkah (tahapan dari
setiap aktifitas penting) dari yang akan kita
kerjakan kemudian tentukan suatu kelompok dari
pergerakan tersebut menjadi satu langkah inti.
Setiap tahapan yang berkaitan yang merupakan
satu kelompok logis adalah satu bagian langkah
inti dari suatu pekerjaan.
Pastikan mendata seluruh langkah inti dalam
pekerjaan tersebut. Beberapa langkah mungkin
tidak dilakukan setiap saat.
Penentuan langkah inti tidak terlalu detail, juga tidak
terlalu umum atau hanya sekilas. Jika terlalu detail,

32 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan

membuat JSA menjadi terlalu besar namun tidak


fokus pada permasalahan inti. Jika terlalu umum atau
kurang detail menyebabkan kemungkinan terlewatnya
suatu bahaya yang ada dalam suatu langkah.
Contohnya berikut ini penentuan langkah inti pada
pembuatan JSA pada pekerjaan penggantian ban
mobil:
Tabel 2.1 Contoh langkah inti pekerjaan penggantian ban mobil
Terlalu Detail

Cukup

Kurang Detail

1. Parkir kendaraan
2. Matikan mesin
3. Angkat Rem
tangan
4. Keluar dari mobil
5. Jalan ke samping
belakang mobil
6. Ambil dongkrak.
7. Taruh donkrak di
bagian tulang
penyanggah
rodah.

1. Berhentikan Mobil
dan Matikan Mesin
2. Persiapan
3. Angkat Mobil
dengan Dongkrak
4. Lepas Ban
5. Ganti/pasang ban
baru
6. Turunkan mobil

1. Matikan mesin
mobil
2. Lepas ban
3. Ganti Ban

8. Ambil kunci roda


9. Kendorkan sedikit
baut kiri atas
10.Dan seterusnya.

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan 33

Jumlah langkah-langkah penting dalam suatu


pekerjaan biasanya kurang dari 10. Dari setiap
langkah utama tersebut, ilustrasikan kejadian apa
yang bisa terjadi dari setiap langkah. Satu langkah
bisa mempunyai lebih dari satu kemungkinan kejadian.
Oleh sebab itu pikirkanlah baik-baik dan seksama
setiap langkah tersebut dan bayangkan setiap
titik lemah. Disinilah pengalaman dan kompetensi
seseorang terhadap pekerjaannya bisa terlihat.

34 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya pada Tahap Perencanaan

35

Pelaksanaan
Identifikasi Bahaya
Ketika Pekerjaan
Berlangsung

36 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya Ketika Pekerjaan Berlangsung

dentifikasi bahaya juga harus dilakukan ketika


pekerjaan berlangsung. Pelaksanaan dilakukan
melalui:
Observasi / inspeksi keselamatan kerja
Inspeksi / audit (pelaksanaan) surat ijin kerja
Pelaksanaan identifikasi bahaya ketika pekerjaan
berlangsung dapat direncanakan sebelumnya, yakni
dengan memilih pekerjaan yang mempunyai resiko
tinggi dengan memeriksa terlebih dahulu daftar
pekerjaan yang berlangsung atau akan berlangsung
hari itu di tempat pengumpulan / display surat ijin
kerja.
Setelah itu pelaksana identifikasi bahaya bisa
mempelajari terlebih dahulu apa yang akan / sedang
dikerjakan termasuk bertanya kepada orang yang
lebih mengetahui tentang spesifik pekerjaan tersebut.
Bila terjadi perubahan tahapan/ metodologi proses
kerja maka perubahan tersebut harus diidentifikasi
bahayanya dan dikomunikasikan ke pihak-pihak yang
terlibat.

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya Ketika Pekerjaan Berlangsung 37

3.1. Observasi / Inspeksi


Keselamatan Kerja
Amati pekerja yang sedang melakukan pekerjaannya
dan identifikasi bahaya yang bisa berujung pada
kecelakaan, perhatikan lamanya si pekerja terpapar
oleh bahaya tertentu.
Dalam situasi ini, pertimbangkan untuk menghentikan
sebelum terjadi kecelakaan setelah anda melihat
situasi memungkinkan (tidak menimbulkan bahaya
yang lebih besar ketika dihentikan) atau setidaknya
meminta yang lainnya membantu agar si pekerja
tersebut tidak terpapar dari bahaya. Misalnya: ketika
hanya dua orang mengangkat pipa besar sambil
menaiki tangga. Dalam situasi ini pekerja di bawah
memungkinkan terkena bahaya tertimpa pipa lebih
besar, oleh sebab itu segera meminta bantuan orang
lain dan bicara dengannya segera setelah pekerja
sampai di atas.
Dalam mengamati orang yang sedang bekerja,
perhatikan beberapa kemungkinan adanya tindakan
atau keadaan yang tidak aman atau janggal seperti:
Tidak menggunakan alat pelindung diri dengan
benar atau sesuai dengan bahaya pekerjaannya.

38 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya Ketika Pekerjaan Berlangsung

Tidak berpikir tentang atau tidak memusatkan


perhatian pada pekerjaan, misalnya: tidak fokus
pada situasi bahaya yang mengancam melainkan
lebih fokus kepada penyelesaian pekerjaan
sehingga ingin menyelesaikan pekerjaan secepat
mungkin atau berbicara atau berolok-olok dengan
temannya di tengah pekerjaan yang berbahaya.
Tidak
mengkomunikasikan
bahaya-bahaya
tersebut ke orang lain yang terlibat dan berada
disekitarnya, seperti berlaku tidak peduli terhadap
apa yang dilakukan teman kerjanya.
Tidak menjaga
(Housekeeping).

area

kerja

tetap

bersih

Tidak merencanakan pekerjaan, misalnya


selalu mengubah cara kerja, atau terlihat masih
mencoba-coba pekerjaan yang akan/sedang
dilakukannya.
Tidak mengantisipasi kemungkinan bahaya
mengintai dari atas, bawah, depan, belakang,
atau samping.
Tidak bekerja dalam posisi yang aman karena
terlalu menaruh perhatian pada hal-hal lain yang
tidak ada hubungan dengan pekerjaannya.

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya Ketika Pekerjaan Berlangsung 39

Tidak mengikuti standard, proses dan prosedur


Tidak menggunakan peralatan dan perlengkapan
dengan benar
Tidak

mengenali

perubahan

yang

terjadi

disekitar tempat kerja, seperti: tidak menyadari


bahwa keadaan cuaca sedang berubah dan
tetap

meneruskan

pekerjaan

pengangkatan

ketika angin semakin kencang, tanpa melakukan


tinjauan ulang.
Mengamati jika ada orang yang terlalu percaya
diri berlebihan karena pengalamannya. Orang
semacam ini perlu diperhatikan dengan baik
dan diajak komunikasi bahwa sesuatu kompetensi
bisa tidak berarti jika dengan kepercayaan
dirinya yang begitu tinggi dan bisa menjadi
serangan balik kepada kecelakaan dirinya atau
rekan kerjanya.
Berkomunikasi
dengan
orang-orang
yang
sedang melakukan tindakan tidak aman menjadi
kekuatan untuk mengetahui apa yang ada dalam
benaknya ketika melakukan pekerjaan tersebut dan
mempengaruhinya.

40 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya Ketika Pekerjaan Berlangsung

Teknik-teknik mempengaruhi ini memang tidak dapat


hanya dipelajari tanpa mempraktekannya. Pada
awalnya, komunikasi mungkin timbul keengganan dari
pelaksana pengamatan K3. Namun apabila dilakukan
terus maka keengganan bisa hilang. Selain itu, juga
diperlukan dukungan dari program perusahaan
untuk melakukan komunikasi K3 ketika melakukan
pengamatan K3. Lebih jauh tentang pengamatan K3
dapat dibaca pada modul Pengamatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
Pemeriksaan fisik di tempat pekerjaan memerlukan
suatu pemikiran, nalar dan kemampuan dari segala
sisi untuk dapat berfikir secara jernih. Pemeriksaan
fisik ini diperlukan untuk mengidentifikasi bahaya di
suatu area tertentu, tidak secara sekilas tetapi dengan
seksama diperhatikan setiap titik potensi sumber
permasalahan, dalam menetapkan area bebas
bahaya. Pemeriksaan lapangan termasuk pengamatan
atas kecukupan pengamanan berdasarkan kaidah
aturan yang berlaku (aturan praktek kerja aman)
Berikut ini daftar sumber bahaya yang bisa diamati
ketika orang sedang bekerja:

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya Ketika Pekerjaan Berlangsung 41

Tabel 2.2 Daftar Sumber Bahaya


Jenis Bahaya

Pengamatan Bahaya

Bahaya Api:

Apakah ada penggunaan bahan mudah


terbakar?

Ruang tertutup:

Apakah pekerja memasuki ruang tertutup?

Penggalian atau
pembukaan lubang:

Apakah ada kemungkinan pekerja jatuh ke


dalam galian?
Apakah pekerja dilakukan tanpa memastikan/menguji apakah ada kabel/perpipaan
di dalam tanah yang akan digali tersebut?

Peralatan bergerak:

Pinch points:

Bahaya kimia:

Bahaya terhimpit:

Debu:

Listrik:
Pencahayaan:

Apakah ada mesin yang bergerak berputar


di sekitar tempat kerja dan perhatikan pergerakan pekerja relative terhadap gerakan
peralatan tersebut?
Apakah posisi tangannya terekspose oleh
bahaya dari objek mesin yang bergerak?
Apakah pekerja bagian tubuhnya bisa terperangkap oleh dua objek yang sedang
bergerak: tali, putaran dari alat pengangkat
(crane), rantai, dan lain sebagainya?
Apakah pekerja menggunakan bahan kimia
tanpa dilengkapi oleh alat pelindung diri yang
sesuai?
Dapatkah posisi pekerja terhimpit oleh dua
objek proses pengangkatan atau apakah dia
berada pada lintasan pengangkatan?
Apakah pekerjaannya menghasilkan atau
mengekspose pekerja terhadap debu misalnya
debu dari pekerjaan grinda atau penyerutan
kayu?
Apakah semua kondisi kabel, gulungan,
kontak listrik memenuhi syarat?
Apakah cukup penerangan pada tempat
kerja?

42 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya Ketika Pekerjaan Berlangsung

Energi tersimpan
(listrik, mekanik, dan
tekanan):
Kejatuhan benda:

Apakah energy sisa yang tersimpan dalam


sistim mekanik, listrik atau proses telah
dibuang? (lihat modul Isolasi Energi)
Apakah ada sesuatu yang bergerak atau
berada pada posisi meregang beban di atas
kepala seseorang?

Pergerakan
transportasi darat
(mobil, truk, dlsb):

Apakah ada pekerja terekspose oleh pergerakan alat transportasi?

Benda tajam:

Terpeleset, Jatuh,
tersandung:
Tata letak fisik ruang
/ tempat kerja:

Penggunaan tangga
atau Perancah
(Scaffolding):

Apakah pengemudi mempunyai ijin mengemudi?


Apakah pengemudi menjalankan kendaraannya dengan aman?
Apakah ada kemungkinan pekerja terekspose oleh benda tajam termasuk kemungkinan
adanya suatu benda tajam dalam suatu
bagian yang tertutup/tersembunyi?
Apakah ada kondisi tempat kerja yang bisa
menyebabkan kecelakaan ini?
Apakah tata letak tempat kerja menciptakan
sesuatu keadaan bahaya bagi pekerja,
missalnya
pergerakan
pekerja
dapat
berbenturan dengan pergerakan objek lain
sehubungan tata letak peralatan kerja.
Apakah ada tangga atau scaffolding yang
digunakan di tempat kerja?
Apakah ada bagian-bagian dari tangga atau
perancah tersebut yang bisa menyebabkan
jatuhnya tangga atau bagian dari scaffolding
tersebut?

3.2. Pemeriksaan / Audit Surat Ijin


Kerja
Pengamatan bahaya ketika pekerjaan berlangsung
juga dapat dilakukan melalui pemeriksaan/audit

Pelaksanaan Identifikasi Bahaya Ketika Pekerjaan Berlangsung 43

surat ijin kerja di tempat kerja.


Yang pertama diteliti dan dipelajari adalah paket
Surat Ijin Kerja (SIKA) berikut seluruh paket dokumen
kerja untuk memastikan / mempelajari apa yang
seharusnya terjadi di tempat kerja.
Setelah itu, bandingkan dengan yang terjadi
sesungguhnya dengan pelaksanaan pekerjaan di
tempat kerja. Analisa perbedaannya dan pastikan
bagaimana yang seharusnya, diskusikan dengan
pimpinan pekerja.
Jika ragu terhadap apa yang sedang terjadi, hentikan
dahulu pekerjaan lalu diskusi dengan Pimpinan
pekerja untuk memahami lebih dalam apa yang
sebenarnya sedang terjadi.
Jika terjadi penyimpangan minta lakukan perbaikan
segera. Jika ada kekurangan atau ketidak sesuaian
dalam isi surat ijin kerja terhadap aturan praktek kerja
aman, hentikan dahulu pekerjaan dan bicarakan
dengan penerbit surat ijin kerja untuk perbaikan surat
ijin kerja sebelum pekerjaan dilangsungkan kembali.
Pemeriksaan / audit surat ijin kerja ini dapat
menguntungkan ke dua pihak. Pihak pekerja

44 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya Ketika Pekerjaan Berlangsung

dapat diingatkan apabila ada hal-hal yang


tidak terpikirkan / terlewatkan ketika melakukan
identifikasi bahaya dalam tahap perencanaan kerja.
Pihak pemeriksa juga dapat ikut berkontribusi dalam
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan juga
dapat menambah pengalaman atas apa yang tertera
(tertulis) dalam paket surat ijin kerja mengenai spesifik
pekerjaan tersebut.

45

Penilaian
Resiko

46 Penilaian Resiko

etika bahaya atau kejadian (kecelakaan) telah


diidentifikasikan, maka resiko adalah terjadinya
kecelakaan tersebut serta akibatnya.
Resiko adalah kombinasi dari suatu akibat dengan
kemungkinan / kekerapannya (likelihood/probability)
dari akibat tersebut. Dalam perhitungannya
merupakan perkalian dari nilai akibat dengan nilai
kemungkinan terjadi yang disebut dengan penilaian
resiko secara kualitatif dan digambarkan dalam
bentuk Risk Matrix yang ditunjukan pada gambar
4.1.
Risk Matrix
L
I
K
E
L
I
H
O
O
D

5 II
4 I
3 I
2 I
1 I

Risk:
(Likelihood X
Consequence)

III
II
II
I
I

III
10

III
II
II
I

IV
15

12

III
III
II
I

IV
20

16

12

IV

III
III
II

CONSEQUENCE SEVERITY

Gambar 4.1 Contoh Risk Matrix 5x5

25
20

15

10

Penilaian Resiko 47

Penilaian dalam risk matrix diatas mewakili hal-hal


sebagai berikut:
1. Nilai akibat (impact atau consequence) perkiraan
hasil akhir dari suatu kejadian yang tak diinginkan.
Penilaian akibat ini diwakili oleh sumbu X
dalam matrik di atas. Penilaian akibat bisa
dikategorikan dalam beberapa kategori akibat
(jika menggunakan matrix 5x5), yakni:
a. Nilai Cedera Manusia, misalnya:
i. Nilai 1 untuk akibat kecil yakni hanya cedera
ringan (dapat disembuhkan dengan P3K).
ii. Nilai 2 untuk akibat seperti cedera sedang
yakni diperlukan pengobatan lebih dari
sekali.
iii. Nilai 3 untuk akibat cedera menengah, yakni
korban tidak bisa masuk kerja keesokan
harinya disebut Lost time Accident.
iv. Nilai

untuk

akibat

yang

dapat

menyebabkan lumpuh,cacat seumur hidup.


v. Nilai 5, keadaan bencana dimana dapat
menyebabkan korban jiwa sehubungan
dengan kecelakaan kerja.

48 Penilaian Resiko

b. Nilai Kerusakan Lingkungan Hidup, pembagian


besar nilainya ditentukan dari kebijaksanaan
perusahan dalam menilai jumlah kerugian
finansial untuk mengembalikan lingkungan
hidup seperti keadaan awal.
c. Nilai Finansial dari kerusakan aset/mesin/
fasilitas, contohnya adalah kehilangan nilai
produksi hingga terputusnya keberlangsungan
usaha perusahaan.
d. Nilai Imej (Pandangan Publik). Kerugian karena
pandangan publik akibat terjadinya kecelakaan
bisa dijadikan indikator kerugian karena
kecelakaan. Kerugian ini kadang-kadang sulit
ditentukan karena pandangan publik seringkali
lebih dipengaruhi oleh pemberitaan media
dan dapat menyebabkan turunnya nilai saham
perusahaan.
2. Nilai kemungkinan kejadian atau kekerapan
(Likelihood / Probability) hingga menyebabkan
suatu akibat yang telah ditentukan sebelumnya.
Penilaian kemungkinan kejadian ini diwakili oleh
sumbu Y dalam matrik di atas. Sesuai matriknya,
untuk matrix 5x5 seperti contoh di atas, nilai

Penilaian Resiko 49

kemungkinannya
misalnya:

terbagi

atas

kolompok

a. Nilai 1 adalah tidak ada kemungkinan untuk


terjadi, misalnya terjadi kebakaran tanpa
adanya sumber api atau pemantik.
b. Nilai 2 adalah tidak pernah terjadi di dunia
industri manapun tetapi bisa terjadi, misalnya
pesawat jatuh menimpa pabrik.
c. Nilai 3 adalah kemungkinan sedang yakni
jarang terjadi, misalnya crane terguling.
d. Nilai 4 adalah sangat mungkin terjadi seperti
orang jatuh dari ketinggian ketika tidak ada
pengaman (handrail).
e. Nilai 5 adalah sering terjadi seperti terpeleset
ketika permukaan jalan licin atau tersandung
ketika permukaan tidak rata.
Sebelum resiko dinilai, perusahaan atau tim penilai
resiko menyepakati terlebih dahulu nilai-nilai kualitatif
dalam risk matrix di atas.
Berikut ini contoh penilaian resiko dari suatu bahaya,
kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan
hingga mencapai akibat tertentu.

50 Penilaian Resiko

Penilaian Akibat / Hasil


Yang pertama ditentukan dalam penilaian resiko
adalah menetapkan akibat dari suatu kejadian.
Akibat dari satu kejadian bisa bermacam-macam dan
juga perkiraan kekerapannya bisa berlainan untuk
masing-masing akibat, misalnya:
Jatuh dari ketinggian 5 meter, dapat mengakibatkan
cedera:
1. Luka ringan, karena orang tersebut masih
beruntung jatuh dalam posisi yang tepat. Berapa
kekerapan likelihood seorang yang jatuh dari 5
meter hanya mendapatkan cedera luka ringan,
mungkin jawabannya adalah rendah atau jarang
terjadi seperti ini (nilai = 3 dari matrix resiko pada
gambar 4 di atas).
2. Patah Tulang
Kekerapan
(likelihood)
atau
besarnya
kemungkinan patah tulang karena jatuh dari
ketinggian 5 m adalah sangat mungkin terjadi
(nilai = 4).

51

Upaya
Penurunan
Resiko

52 Upaya Penurunan Resiko

enentuan upaya penurunan resiko di tahap


perencanaan adalah penting dalam upaya
pencegahan kecelakaan.
Setelah memahami cara penilaian resiko seperti
dijelaskan sebelumnya, upaya penurunan resiko
seharusnya mencakup usaha menurunkan baik itu nilai
kemungkinannya ataupun akibatnya. Perlu diketahui,
ada upaya-upaya penurunan resiko kecelakaan yang
hanya menurunkan akibat, namun tidak menurunkan
kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
misalnya alat pelindung diri kaca mata.
Penggunaan alat pelindung diri kaca mata tidak
mengurangi kemungkinan terjadinya partikel terbang
tetapi ia menahan partikel tersebut mengenai mata.
Dengan demikian fungsi kacamata pelindung ini
hanya menurunkan akibat dari kejadian. Begitu
juga ada upaya yang hanya dapat menurunkan
nilai kemungkinan terjadinya kecelakaan misalnya,
melakukan pekerjaan dengan peralatan yang benar
menurunkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Upaya-upaya penurunan resiko dari kecelakaan harus
dilakukan penurunan nilai keparahan akibat dari
suatu kecelakan dan penurunan nilai kemungkinan

Upaya Penurunan Resiko 53

terjadinya kecelakaan. Upaya-upaya penurunan resiko


ini disebut Counter Measures atau Mitigation
atau Risk Reduction Measures.

Resiko Awal
Keparahan
akibat
Resiko Akhir
(Kemungkinan
Kejadian)

Resiko
Tengah

Resiko awal adalah dimana belum dilakukan upaya


apapun terhadap bahaya yang ada sehubungan
dengan aktifitas pekerjaan di tempat kerja. Berikut
ini beberapa contoh upaya-upaya penurunan resiko
baik itu untuk menurunkan keparahan dari akibat
atau menurunkan kekerapan (likelihood) terjadinya
hal-hal yang tak diinginkan.

54 Upaya Penurunan Resiko


Tabel 5.1 Contoh Upaya-Upaya Penurunan Resiko dan Identifikasi
Bahaya dengan Metoda Induksi.
Bahaya

Potensi Kejadian

Upaya (Counter Measure)


Isolasi Proses (L)
Integritas Wadah Proses (Process
Containment Integrity) (L)

Gas
Hidrokarbon

Proteksi Anoda (L)


Alarm Proses (Tekanan) (L)
Gas Bocor

Jarak pabrik ke tempat Pekerjaan


Panas (S)
Pemakaian Shelter/Habitat tahan
api (Fire Shelter) pada pekerjaan
panas (S)
Deteksi Gas (S)
Pegangan Tangan (Handrail)
- (L)

Ketinggian

Jatuh

Energi Mekanik
(Pergerakan
Mesin)

Tangan Terjepit /
Terpotong

Safety Harness (S)


Barikade (Baricade) (L)
Scaffolding- (L)
Net (Jaring) (S)
Safeguarding (Penutup) (L)
Safety Sign (L)
Posisi Tangan (L)
Posisi Orang (S)
Kondisi Tali (L)

Objek dalam
kondisi
meregang (Tali
Pengangkat)

Benda Jatuh

Kondisi Alat Bantu Angkat (Mata


Angkat Pad Eye, Sakel, Link,
dan lain sebagainya) (L)
Kompetensi Operator (L)
Lintasan Pengangkatan serendah
mungkin (S)

Upaya Penurunan Resiko 55

Bahaya

Potensi Kejadian

Upaya (Counter Measure)


Tanda Basah (L)

Permukaan
basah air

Dibersihkan/Dikeringkan (L)
Terpeleset
Permukaan dibuat kasar (L)
Tidak ada benda tajam
disekitar perlintasan (S)
Tabung memenuhi syarat
inspeksi dan kondisi (L)
Pengecekan kondisi (L)

Tekanan Gas

Meledak

Meminimalkan jumlah gas


dan tekanan (S)
Penggunaan Flame Arrester
(L)
Jarak ke Tabung (S)
Pengamanan detonator (L)
Jarak tempat ledakan dengan

Bahan Peledak

Ledakan tak
terkendali

tempat umum (C)


Meminimalkan jumlah bahan
ledakan (C)
Dijauhkan dari sumber nyala
api (L)

56 Upaya Penurunan Resiko

Bahaya

Permukaan
Panas

Potensi Kejadian

Upaya (Counter Measure)


Insulasi permukaan dengan
material isolator (C/L)

Luka bakar
Tanda bahaya (L)
Alat pelindung diri (C)
Penahan Timbal (C)

Bahan
radioaktif

Luka bakar

Jaga jarak (C)


Bahan terbungkus (L)

Sumber api
terbuka (hot
work)

Kebakaran

Menjauhkan sumber bahan


bakar atau bahan mudah
terbakar (L)
Pengukuran gas (L)
Purging inert gas (C)
Mengurangi waktu paparan
(C)

Kebisingan
(noise)

Kurang /
kehilangan
pendengaran
(Hearing loss)

Engineering Control dengan


disain menggunakan
peredaman kebisingan (C)

Engineering Control dengan


mengurangi faktor vibrasi (L)

Upaya Penurunan Resiko 57

Bahaya

Potensi Kejadian

Upaya (Counter Measure)


Ventilasi (L)
Alat bantu pernafasan (C)

Asphyxiates
(Kekurangan
O2)

Pengukuran kadar oksigen


(L)
Pingsan / Kematian

Mengurangi waktu paparan


(C)
Pengawas lapangan (L)
Ventilasi (L)
Alat bantu pernafasan (C)
Pengukuran kadar Gas (L)

Gas Beracun

Pingsan / Kematian

Mengurangi waktu paparan


(C)
Pengawas lapangan (L)
Posisi Badan (L)
Pelatihan Ergonomic (L)

Bahaya
Ergonomic

Cedera Tulang

Mengurangi Beban angkat


(C)
Mengurangi waktu atau
frekuensi paparan (C)
Pengawas lapangan (L)

58 Upaya Penurunan Resiko

Bahaya

Potensi Kejadian

Upaya (Counter Measure)


Isolator (L)

Bahaya Listrik

Kebisingan
(noise)

Luka bakar, pingsan,


kematian
Kurang / kehilangan
pendengaran
(Hearing loss)

Periksa kondisi kabel (L)

Menggunakan tegangan
rendah (C)

Tanda bahaya listrik (L)

Penyediaan alternative
jalan masuk / keluar (L)

Bahaya Terkurung
(trapped)

Kebisingan
(noise)

Luka bakar, pingsan,


kematian
Kurang / kehilangan
pendengaran
(Hearing loss)

Tanda petunjuk jalan masuk


keluar (L)
Pelatihan (L)
Regu tim penolong (C)
Pastikan tidak ada
penghalang jalan masuk/
keluar (L)

(L): Upaya untuk penurunan kekerapan (Likelihood).


(S): Upaya untuk penurunan keparahan (Consequence
atau Severity).

Daftar Pustaka 59

Daftar Pustaka
1. Myn politie Relement atau MPR STLB 1930 no 341
tentang Keselamatan Kerja Bidang Pertambangan.
2. UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. PP No. 19 tahun 1973 tentang Pengaturan Dan
Pengawasan Keselamatan Kerja Di Bidang
Pertambangan.
4. OSHA Job Hazard Analysis (29CFR 1910.1200):
Aturan tentang Hak Dan Kewajiban Pekerja Untuk
Mengetahui Bahaya Dari Bahan Kimia Di Tempat
Kerja Mereka.
5. ISO 17776. Guidelines On Tools And Techniques
For Hazard Identification And Risk Assessment.
6. NFPA (National Fire and Protection Assosiation)
NFPA (ANSI/NFPA 704) mengklasifikasikan
Bahaya Dengan Pelabelan.
7. Accident Prevention Manual, National Safety
Council, 2001.
8. HSE (Health Safety Executive) UK, Five Steps to
Risk Assessment, June 2006.

60 Lampiran

Lampiran 1.
Daftar Bahaya dan Sumbernya
(ISO 17776)
1. Hidrokarbon (Alami / Natural)
2. Hidrokarbon (Buatan / Refined)
3. Materi Mudah Terbakar Lainnya
4. Bahan Peledak
5. Tekanan
6. Ketinggian
7. Benda berada pada kondisi Meregang (Tegang)
8. Bahaya Dinamis
9. Bahaya Alam
10. Permukaan Panas
11. Panas
12. Permukaan Dingin
13. Dingin
14. Api terbuka (Open Flame)

Lampiran 61

15. Listrik (Electricity)


16. Radiasi Elektromagnet
17. Radiasi Ionisasi sumber terbuka
18. Radiasi Ionisasi Sumber Tertutup
19. Asphyxiates (Kekurangan O2)
20. Toxic Gas(Gas Beracun)
21. Toxic fluid (Cairan Beracun)
22. Racun Padat (Toxic solid)
23. Bahan Korosif
24. Bahaya Biologis
25. Bahaya Ergonomi
26. Bahaya Psikologis
27. Bahaya Keamanan
28. Penggunaan Sumber Daya Alam
29. Medis
30. Kebisingan (Noise)
31. Perangkap (Trapped, Escape Evacuation).

62 Lampiran

No.

Deskirpsi Bahaya

01

Asal /Sumber

Kelompok Hidrokarbon

01.01

Oli Bertekanan

Flowlines, pipelines, pressure vessels and piping

01.02

Hidrokarbon dalam Formasi Sumur

Sumur Minyak ketika pengeboran


atau operasi work over

01.03

LPGs (Propana)

Peralatan Fraksinasi, Tank Penampungan

01.04

LNGs

Pabrik Cryogenic, Kapal Tanker

01.05

Kondensat, NGL

Sumur Gas, Pipa Gas, Separator


Gas

01.06

Gas Hidrokarbon

Separator Minyak/Gas, Pabrik


Pemrosesan Gas, Kompresor, Pipa
Gas

01.07

Oli/Minyak bertekanan
rendah

Tangki Minyak

01.08

Wax

Separator Penyaring, pipa sumur


perpipaan

01.09

Batu Bara

Bahan Bakar, Aktifitas Pertambangan

02

Bahan Hidrokarbon yang telah diproses (Refined


Hydrocarbon)

02.01

Minyak Diesel

Mesin, Tangki Penyimpanan

02.02

Bensin (Gasoline)

Penyimpanan

03

Bahan Flammable Lainnya

03.01

Materi Berserat (Cellulous


Material)

Bahan Pengepakan, Kayu, dan sampah


kertas

03.02

Materi Pyrophoric (Materi padatan yang mengandung H2S yang dapat


terbakar jika terkena sinar
matahari, dalam keadaan
kering dapat terbakar)

Kerak Metal dari dalam bejana dalam


proses asam (H2S) atau pada saringan yang
dilalui proses asam atau yang mengandung
H2S)

Lampiran 63

No.
04

Deskirpsi Bahaya

Asal /Sumber

Bahan Peledak

04.01

Detonator (untuk bahan


peledak)

Operasi Seismic, Konstruksi Perpipaan di


daratan

04.02

Bahan Peledak Konvensional

Operasi Seismic, Konstruksi Perpipaan di


daratan

04.03

Pengisian Perforating
gun

Aktifitas Well completion dengan rig


pengeboran dan operasi workover

05

Bahaya Tekanan

05.01

Gas dalam Tabung


bertekanan

Pekerjaan Pengelasan, pemotongan dengan


api, sumber gas dilaboratorium

05.02

Air bertekanan dalam


perpipaan

Pembuangan Air, Operasi injeksi air (water


flood), hidrotest pipa, perengkahan sumur
dan perawatannya.

05.03

Operasi Hiperbarik
Penyelaman (Hyperbaric
operations - diving)

Operasi di dalam air (Penyelaman)

05.04

Decompression (Penyelaman) penurunan kompresi yang mendadak.

Operasi di dalam air (Penyelaman)

05.05

Tekanan dari Minyak dan


Hidrokarbon

Flowlines, pipelines, pressure vessels and piping

06

Bahaya Ketinggian

06.01

Ketinggian >2 m

Pekerjaan yang menggunakan


scaffolding, pesawat gantung
(gondola), tangga, di tower, dan
lain sebagainya

06.02

Ketinggian <2 m

Permukaan tidak rata atau licin,


tangga menanjak, grating yang
hilang (berlubang), grating yang
kendor.

06.03

Peralatan di atas kepala

Kejatuhan benda ketika sedang


diangkat atau kerja di atas orang,
peralatan atau mesin proses.

06.04

Orang berada di dalam


air

Objek yang dapat menimpa orang


di dalam air.

07

Objek yang berada pada kondisi peregangan

07.01

Objek dalam tarikan

Tali angkat, rantai angkur, per


(spring) yang ditahan.

07.02

Objek berada pada kondisi ditekan (compression)

Actuator katup, peralatan yang


digerakkan oleh tenaga hidrolik.

64 Lampiran

No.
08

Deskirpsi Bahaya

Asal /Sumber

Bahaya Dinamis

08.01

Transportasi air

Transportasi kapal, pengantaran


materi di atas air. Dan segala
pergerakan di atas air.

08.02

Transportasi Udara

Helikopter, Pesawat Terbang, transport material melalui udara.

08.03

Tabrakan kapal

Jalur lintas laut, kapal yang hanyut.

08.04

Peralatan yang berputar

Motor, kompresor, pompa, dlsb.

08.05

Peralatan tangan (grinda,


gergaji, dlsb)

Bengkel kerja, tempat kerja di


lapangan

08.06

Penggunaan benda tajam,


seperti pisau, Pemotong,
dlsb.

Camp, Office, Tempat Kerja

08.07

Pemindahan orang dari


kapal ke platform

Transfer dengan basket atau dengan tali.

09

Bahaya Lingkungan

09.01

Cuaca

Angin, Suhu ekstrim, hujan, dlsb.

09.02

Laut

Ombak, gelombang, arus, kedalaman.

09.03

Tektonik

Gempa atau pergesaran permukaan bumi.

10

Permukaan Panas

10.01

Perpipaan dan Peralatan


minyak sumur, sistim fraksiProses dengan suhu antara Pipa
nasi, regenerasi glycol
60 C hingga 150 C

10.02

Perpipaan dan peralatan


proses di atas 150 C

Pipa medium oli pemanas, pipa terhubung dengan Sistim Ketel, dlsb.

10.03

Sistim Exhaust (pelepasan


gas buang) dari Mesin
dan Turbin

Pembangkit Tenaga, Kompresi


Gas, Kompresi sistim pendingin,
peralatan dengan mesin disel
seperti forklift.

Pipa Uap

Pabrik Sulfur, Ketel Tenaga Uap


(Power Boilers), Sistim Pemanfaatan
Panas Buangan (Waste Heat Recovery System), Heat Tracing dan
Pembungkus.

10.04

Lampiran 65

No.
11

Deskirpsi Bahaya

Asal /Sumber

Cairan Panas

11.01

Temperatures diantara 100 C


and 150 C

Glycol regeneration, low quality steam


systems, oli pendingin, galley

11.02

Temperatures lebih besar dari


150 C

Boiler, steam generators, pabrik sulfur,


waste heat recovery units, sistem oli
pemanas, regeneration gases used
with catalysts and desiccants

11.03

Pipa Proses kurang dari 80 C

Pabrik kriogenik, LNG plants, LNG


storage vessels including tankers, vapour lines off liquid nitrogen storage

12

Permukaan Dingin

12.01

Pipa Proses antara 25 C dan


80 C

Cuaca Dingin, Ekspansi Joule


Thomson (proses dan bocoran), Sistim
Refrigerasi Propana. Plat LPG

12.02

Pipa Proses dibawah 80 C

Pabrik kriogenik, Pabrik LNG,Bejana


Penyimpan LNG, Bejana Penyimpan
dan Tanker, Penyimpan Nitrogen Cair

13
13.01
14

Cairan Dingin
Cairan Dingin
Api Terbuka (Open Flame)

14.01

Pemanas dengan tungku api

Penguapan Kembali Glycol (Glycol


reboilers), Penguapan kembali amine,
pemanas air, pekerjaan pelasan di
pabrik Hidrokarbon

14.02

Tungku Pemanasan Langsung


(Directt-fired furnaces)

Hot oil furnace, Claus plant reaction furnace, catalyst and desiccant
regeneration gas heaters, incinerators,
power boilers

14.03

Flares

Sistim Pembuangan Tekanan (Pressurerelief and blowdown systems)

15

Kelistrikan

15.01

Voltage > 50 V to 440 V


dalam kabel

Kabel power, Jalur kelistrikan pada


area konstruksi

15.02

Voltage > 50 V to 440 V


dalam peralatan

Motor Listrik, elektrik switchgear, pembangkit tenaga, mesin las, Trafo

15.03

Voltage > 440 V

Kabel power, Pembangkit tenaga,


Trafo utama, motor listrik besar

15.04

Pembumian Petir

Area Pembumian Penangkal Petir

Energi Elektrostatik

Bejana penyimpan Non-metallic,


selang transfer produksi, Peralatan
yang belum dibumikan, pembuangan
gas dengan kecepatan tinggi.

15.05

66 Lampiran

No.
16

Deskirpsi Bahaya

Asal /Sumber

Radiasi Elektromagnetik

16.01

Radiasi Ultraviolet

Arc welding, cahaya matahari

16.02

Radiasi Infrared

Flares

16.03

Microwaves

Dapur

16.04

Lasers

Instrumentasi

16.05

Radiasi E/M: Kabel Tegangan


TInggi AC

Transformers, Kabel Energi Listrik.

17

Radiasi Pengion Sumber Terbuka

17.01

Alpha, beta

Log Sumur (Well logging), radiography, densitometers, Instrimentasi Perantara (interface instruments)

17.02

Gamma rays

Well logging, radiography

17.03

Neutron

Well logging

17.04

Naturally occurring ionizing


radiation

Kerak dalam pipa, bejana dan fluida


proses

18

Radiasi Pengion Sumber Tertutup

18.01

Alpha, beta

Log Sumur (Well logging), radiography, densitometers, Instrumentasi


Perantara (interface instruments)

18.02

Sinar Gamma

Well logging, radiography

18.03

Neutron

Well logging

19

Asphyxiates

19.01

Kekurangan atmosfir udara


(O2)

Ruang Tertutup, Tanki

19.02

CO2 yang berlebihan

Area dengan sistim pemadam CO2


seperti turbine enclosures

19.03

Tenggelam

Bekerja di sisi Luar platform, Bekerja


di Tanki Air, Transportasi air

19.04

N2 Berlebihan

Bejana yang sedang di purge


dengan N2

19.05

Halon

Area dengan sistim pemadam api


halon seperti ruang turbin dan ruang
baterai

19.06

Asap

Operasi las/pembakaran, api

Lampiran 67

No.
20

Deskirpsi Bahaya

Asal /Sumber

Gas Beracun

20.01

H2S (hydrogen sulfide, sour gas)

Sumber sumber gas mengandung H2S

20.02

Fume dari gas buang

Ruang tertutup

20.03

SO2

Komponen H2S dari flare and gas buangan dari incinerator

20.04

Benzene

Komponen dari minyak bumi, emisi dari


venting glycol dan unit Wemco

20.05

Chlorine

Fasilitas pengolahan air

20.06

Fume Las

Pekerjaan pelasan (galvanized steel,


cadmium-coated steel), pemotongan
metal, grinda

20.07

Asap rokok

20.08

CFCs

21

Air conditioning, refrigeration, aerosol

Cairan Beracun

21.01

Mercury

Switch Listrik, saringan gas

21.02

PCBs

Trafo

21.03

Biocide (gluteraldehyde)

Sistim Pengolahan Air

21.04

Methanol

Gas drying and hydrate control

21.05

Brines

Produksi Hidrokarbon,cairan penutup


sumur (well kill fluid), packer fluids

21.06

Glycols

Pengeringan gas dan pengendalian Hidrat

21.07

Degreasers (terpenes)

Bengkel Perawatan

21.08

Isocyanates

Cat

21.09

Sulfanol

Gas sweetening

21.10

Amines

Gas sweetening

21.11

Corrosion inhibitors

Additive ke perpipaan dan sumur minyak/


gas, chromates, phosphates

21.12

Scale inhibitors

Aditif Air Pendingin dan Air Injeksi

21.13

Liquid mud additives

Drilling fluid additive

21.14

Odorant additives (mercaptans)

Custody transfer facilities for gas, LPG and


LNG

21.15

Alcohol-containing beverages

21.16

Non-prescribed drugs

21.17

Used engine oils (polycyclic ,


aromatic hydrocarbons)

Used engine oils

21.18

Carbon tetrachloride

Laboratorium

21.19

Grey and/or black water

Sistim Septik Tank, pemukiman, detergents

68 Lampiran

No.
22

Deskirpsi Bahaya

Asal /Sumber

Padatan beracun

22.01

Asbestos

Insulasi Panas dan material konstruksi.

22.02

Man-made mineral fibre

Insulasi Panas dan material konstruksi.

22.03

Cement dust

Konstruksi sipil.

22.04

Sodium hypochlorite

Drilling fluid additive

22.05

Powdered mud additives

Drilling fluid additive

22.06

Debu Sulfur

Sulfur recovery plants

22.07

Pig trash

Operasi pembersihan perpipaan

22.08

Oil-based muds

Pengeboran sumur minyak dan gas


bumi

22.09

Pseudo-oil-based muds

Pengeboran sumur minyak dan gas


bumi

22.10

Water-based muds

Pengeboran sumur minyak dan gas


bumi

22.11

Cement slurries

Pengeboran sumur minyak dan gas


bumi, Konstruksi

22.12

Debu

Grit blasting, sand blasting, catalyst

22.13

Cadmium compounds dan


logam berat lainnya

Fume dari las, penanganan bahan


pelapis

22.14

Oil-based sludges

Pembersihan Tanki Minyak

23

Bahan Korosif

23.01

Asam hidroflorik

Stimulasi sumur

23.02

Asam Sulfur

Baterai, Pengolahan air bersih reverse


osmosis

23.03

Caustic soda (sodium hydroxide)

Drilling fluid additive

24

Bahaya Biologi

24.01

Bakteri makanan (e.g E. coli)

Makanan terkontaminasi

24.02

Bakteri air - Water-borne bacteria (e.g Legionella)

Cooling systems, sistim air domestik

24.03

Parasitic insects (pin worms,


bed bugs, lice, fleas)

Makanan yang tidak bersih, tangan,


pakaian. Dlsb.

24.04

Virus Dingin dan Flu

Manusia

24.05

Human Immune deficiency


Virus (HIV)

Manusia

24.06

Penyakit Lainnya

Manusia

Lampiran 69

No.

Deskirpsi Bahaya

25

Bahaya Ergonomik

Asal /Sumber

25.01

Penanganan Materi dengan


manual

Penanganan material/logistic.

25.02

Kebisingan yang merusak

Pressure control valves

25.03

Kebisingan tetap (Loud steady


noise) > 85 dBA

Ruang mesin, ruang kompressor, drilling brake, air tools

25.04

Heat stress (high ambient


temperatures)

Area dekat flare, dekat sumber panas


atau sinar matahari

25.05

Cold stress (low ambient temperatures)

25.06

Kelembaman Tinggi

Pakaian Pelindung, Ruang Terbatas,

25.07

Vibration

Vibrasi dari alat kerja yang menggunakan tenaga listrik besar (penghancur)

25.08

Pencahayaan

Area kerja, ruang administrasi.

25.09

Lokasi mesin atau tempat kerja


yang janggal

Posisi Katup yang terlalu tinggi.

25.10

Ketidak sesuaian fisik dengan


pekerjaan

Pekerja tua (berumur) untuk bekerja


berat

25.11

Ketidaksesuaian kemampuan
dengan pekerjaan

Seseorang yang mengawasi proses


yang monoton.

25.12

Jam kerja yang terlalu panjang

overtime

25.13

Perencanaan Kerja yang buruk

Persyaratan kerja, overload., trget


yang tidak sesuai

25.14

Suhu dalam ruangan

Terlalu panas/terlalu dingin.

26

Bahaya Psikologis

26.01

Jauh dari Keluarga untuk waktu


yang sangat lama

Homesickness, rindu

26.02

Kerja dan tinggal di pabrik

kebosanan

26.03

Post traumatic stress

Setelah kejadian kecelakaan

26.04

Fatigue

Tekanan pekerjaan dari atasan, pekerjaan yang melelahkan dan terlalu


lama.

26.05

Tekanan dari rekan kerja

70 Lampiran

No.
27

Deskirpsi Bahaya

27.01

Pembajakan

27.02

Penyerangan

27.03

Sabotasi

27.04

Krisis (Aksi militer, gangguan


keamanan, teroris)

27.05

Pencurian

No.

Deskirpsi Bahaya

28

Asal /Sumber

Bahaya Keamanan

Asal /Sumber

Bahan Alam

28.01

Air

Air Pendingin

28.02

Udara

Turbin, Mesin Pembakaran (mesin


penggerak pompa dan compressor)

29

Medis

29.01

Ketidaksesuaian Medis

Kesehatan yang tidak fit untuk bekerja

29.02

Mabok Laut/Udara

Transportasi Udara/Laut

30

Suara

30.01

Suara tingkat desibel tinggi

Area Pabrik, contoh turbin, kompressor, pompa,dll.

30.02

Suara mengganggu

Ruang istirahat, ruang rekreasi, ruang


kantor

31

Perangkap

31.01

Api/Ledakan

Hambatan ke tempat berkumpul

31.02

Kerusakan Mekanik

Hambatan ke tempat berkumpul

31.03

Diving

Umbilicals yang menyangkut.

Lampiran 71

Lampiran 2.
Daftar Bahaya berdasarkan Kategori














Bahaya Fisik

Ruang tertutup
Lokasi jauh
Bahaya Jatuh (Ketinggian)
Kekurangan oksigen
Kebisingan >85 dBA
Suhu Ekstrim
Manual handling
Peralatan PenangananMaterial (e.g.,
forklifts, trolleys)
Peralatan transmisi Mekanik (e.g.,
gears, rollers)
Peralatan Bertenaga (e.g., gergaji,
punchers, presses, wood-working or
metal-working machinery)
Listrik (baterai, konduktor, etc)
Bahaya Energi Potensial
Benda Tajam
Dan Lainnya

Tekanan atau Vacuum


Gas Kompresi (cylinders, gas lines etc)
Boilers
Autoclaves
Pressurised vessels or systems
Vacuum chambers atau sistim dengan
>1000 J energy tersimpan
lainnya
Api
Api terbuka
Las
Aktifitas yang menghasilkan percikan api
Cairan Mudah terbakar
Gas mudah terbakar
Bahan Peledak
Pengoksidasi kuat.
Pyrophorics
Padatan mudah terbakar
Bahan mudah bereaksi
dll

72 Lampiran

Bahaya Lingkungan

Bahaya Kimia

Vibrasi
Kebisingan
Polusi Air
Suhu
Debu
Licin
Tersandung
Gas
Uap
dll

Asbestos
Explosives
Herbicides
PCBs
Poisons
Carcinogens
Cairan Mudah Terbakar
Pesticides
Peroxides formers
Toxics
Corrosives
Minyak
Pyrophorics
Reproductive toxins
Metal Beracun (arsenic, barium,
beryllium, cadmium, chromium, lead,
selenium, silver)
dll

Lampiran 73

Radiasi Pengionan
Non-fissionable radioactive materials
Fissionable radio nucleotides
Ionizing radiation-generating devices
(X-ray sources, accelerators, or sealed
radioactive sources)

Bahaya Radiasi

Bahaya Biologi

Radiasi Bukan Pengion


Lasers of any kind
Static magnetic fields > 1G at 60Hz
Medan Listrik Dinamis>1kV/m at
60Hz
Frekuensi Radio (RF) or Microwave
sources exceeding 10mW radiated
output
Sumber Infrared >10W
Sumber UV >1W
Frekuensi Rendah (ELF) radio sources

Pathogen
Viral and Rickettsial
Bakteri
Jamur
Parasit
Mutasi DNA
Mikro organisme
Darah Manusia atau binatang
Produk dari darah hewan
Sel binatang
Cairan Tubuh
Cell lines
Mikroba
Proteins
dll

74 Lampiran

Lampiran 3.
Contoh Identifikasi Bahaya - Metode Deduksi
Kejadian

Kemungkinan
Kejadian

Konsekuensi

Rekomendasi

Kebocoran
Gas Mudah
Terbakar

Mungkin

Flash Fire /
Jet Fire (5)

1. Gunakan Positive Pressure Habitat/Air Curtain


System
2. Lakukan gas survey periodic melalui testing gas
pada semua flanges /
joint, valve stem )
3. Gas Detector terpasang
secara kontinyu di tempat
kerja
4. Firewatch

Kejadian

Kemungkinan
Kejadian

Konsekuensi

Rekomendasi

Flash Fire /
Ledakan

1. Gunakan Positive Pressure


Habitat/Air Curtain System
2. Tutup instrument &
peralatan listrik ditempat,
flanges, open drain dengan
terpal atau kain basah
3. Fire watch
4. Bersihkan tempat kerja
secara periodic dari kotoran
yang mudah terbakar
5. Untuk saluran pembuangan
cairan, jaga terpal / kain
tetap basah.
6. Jauhkan dari Materi-materi
mudah terbakar.

Percikan api
yang tidak
terkendali

Sangat
Mungkin

Catatan: Contoh metoda Induksi dapat dilihat pada Tabel 5.1,


Halaman 54 dan contoh metoda kombinasi (JSA)
pada Gambar 2.1.

Lampiran 75

AHLI TEKNIK

GAS TESTER

SAFETY INSPECTOR

PENGAWAS JAGA

PEKERJA

CONTRACTOR

Alat Pelindung Diri

Pengendalian Pekerjaan Berbahaya


dengan Dokumentasi

Surat Ijin Kerja

Pengamatan Keselamatan Kerja

Aspek Kebakaran

AR

AR

II

Manajemen K3 Praktis

Accident Incident Investigation

AR

AR

Isolasi Energi Berbahaya

AR

Lingkungan Kerja Aman

AR

AR

AR

Tanggap Darurat

III

Keselamatan Khusus

Penanganan Bahan Berbahaya

AR

AR

AR

AR

AR

Keselamatan Kerja Radiasi

AR

AR

AR

AR

AR

Keselamatan Kerja H2S

AR

AR

AR

Memasuki Ruang Tertutup

AR

AR

AR

Keselamatan Penggalian

AR

AR

AR

Bekerja di Ketinggian

AR

AR

AR

Scaffolding

AR

AR

AR

AR

AR

Pengujian dan Deteksi Gas

AR

AR

AR

Operasi Pengangkatan

AR

AR

AR

10

Keselamatan Operasi Gas Purging

AR

AR

AR

11

Bahaya terhadap Kesehatan Kerja

AR

AR

AR

12

Tabung Gas Bertekanan

AR

AR

AR

13

Klasifikasi Area Berbahaya

AR

: Modul Wajib

Standard

Identifikasi Bahaya

Duration

Pengetahuan Dasar

SUBJECT OF
TRAINING

Provider

No

Frequency

GAS SAFETY INSPECTOR

Lampiran 4. Matriks Kompetensi SIKA

TRAINING MATRIX

AR

: As Required
(Sesuai kebutuhan)
: Modul Tidak Wajib

Anda mungkin juga menyukai