Anda di halaman 1dari 40

BAdiuzzaman Said Nursi

Dari Koleksi Risalah Nur

AL-MATSNAWI
AN -N URI
Menyibak Misteri Keesaan Ilahi

Penerbit

Badiuzzaman Said Nursi

|i

Dari Koleksi Risalah Nur

AL-MATSNAWI AN-NURI
Menyibak Misteri Keesaan Ilahi

Oleh
Bediuzzaman Said Nursi
Penerjemah:
Fauzi Bahreisy
Editor:
Zaprukhan, M.Si
Hasbi Sen, M.Hum
Tahqiq:
Ihsan Qasim ash-Shalihi
Penerbit :
Anatolia

ii |

Al-Matsnawi An-Nuri

Pengantar

EDISI BAHASA ARAB


Bismillahirrahmanirrahim

egala puji milik Allah. Salawat dan salam semoga senantiasa


tercurah kepada rasul kita Muhammad dan para pengikutnya. Amma badu:
Yang mendorongku untuk menyunting buku ini dalam
bentuk tahqiq sederhana semacam ini adalah:
Pertama, karena aku sangat membutuhkan orang yang bisa
membimbing dalam memahami berbagai bentuk nafsu ammarah
biss; yang bisa menerangkan berbagai jalan masuknya yang
halus dan sejumlah intriknya yang samar; yang bisa memberikan
obat bagi penyakitnya; serta selanjutnya bisa menuntun menuju
sumber-sumber iman dalam taman alam yang luas ini sehingga
aku bisa mereguk sesuatu yang dapat menyegarkan kalbu, memuaskan akal, dan melapangkan jiwa. Dengan kata lain, sengaja
aku melakukan penelitian terhadapnya untuk diriku sendiri;
sebelum untuk yang lain.
Kedua, karena banyak peneliti dan pemikir yang ingin
memahami pokok-pokok pemikiran Ustadz Nursi. Mereka ingin
ikut larut dalam relung-relung pengalaman jiwanya, menyertai
perjalanan rohaninya ke dalam sejumlah entitas, serta mempergunakan akal pikir mereka dalam berbagai neraca ilmiah, standar
logika, dan pendekatan alamiah yang ia berikan. Oleh sebab itu,
aku ingin mengetengahkan untuk mereka tulisan berharga ini
Badiuzzaman Said Nursi

| iii

dari sekian karya Ustadz Nursi di mana ia dianggap sebagai ikhtisar dari Risalah Nur karena memuat rangkuman pemikirannya.
Bahkan, sebagian besar benih pemikiran yang terdapat dalam
Risalah Nur terdapat dalam buku ini.
Mengarungi ombak yang penuh dengan ide, pemikiran,
dan persoalan sekaligus mengeluarkan permata berharganya
berada di luar kemampuanku. Karena itu, cukuplah bagiku
melakukan tahqiq terhadap buku ini agar para pembaca budiman
bisa membaca naskahnya secara lengkap sehingga mereka dapat
mencurahkan potensi di dalamnya. Semoga Allah Yang Mahakuasa menghadirkan di antara mereka orang yang bisa melaksanakan tugas tersebut guna mengisi kekosongan rohani dan
pemikiran yang dialami banyak orang. Dengan kata lain, tahqiq
ini kukerjakan untuk mereka.
Ketiga, karena setiap muslim, bahkan setiap manusia, dalam
lubuk sanubarinya merasa membutuhkan pembinaan rohani,
penyucian jiwa, pengembangan akal, dan perluasan cakrawala
imajinasi. Oleh sebab itu, ia mencari semua itu dari sejumlah
buku. Dalam hal ini aku mempersembahkan buku berharga ini
kepada setiap muslim, bahkan kepada setiap manusia, agar bisa
menemukan corak baru dan istimewa dalam melakukan
penyucian jiwa yang jarang ditemukan di buku lain. Pasalnya,
Said Nursi memasukkan pendekatan rasional dan logika lewat
sentuhan kalbu dan letupan rohani yang cemerlang dalam bentuk
contoh-contoh konkret yang bisa dijangkau setiap orang. Ia
menuntun pembaca secara halus menuju celah-celah jiwa seraya
menjelaskan sesuatu yang mengantarkan kepada sejumlah
kesimpulan yang tidak mengandung keraguan setelah melewati
berbagai pengalaman hakiki di bawah petunjuk Alquran. Jadi,
lewat tahqiq ini aku ingin menjelaskan sebuah pendekatan
Alquran yang istimewa kepada setiap muslim, bahkan kepada
setiap manusia.
Namun, sebelum itu semua perlu disadari bahwa amal
sekecil apapun yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah jauh
lebih mulia daripada amal yang tidak ikhlas meski seluas lautan.
Karena itu, aku berharap upaya sederhana ini diterima oleh Allah

iv |

Al-Matsnawi An-Nuri

sebagai sebuah amal yang tulus karena-Nya. Aku juga berharap


kepada-Nya bahwa di masa mendatang ada yang dapat menerangkan dan menjelaskan buku ini sehingga manfaatnya
bertambah luas dan pahalanya bertambah banyak.
Barangkali ada pertanyaan yang terlintas dalam benak
pembaca. Yaitu mengapa Ustadz Nursi menulis risalah ini dengan
bahasa Arab padahal mitra bicara beliau tidak pandai berbahasa
Arab, apalagi buku-buku Risalah Nur yang lain ditulis dalam
bahasa Turki?
Jawabannya, barangkali karena bahasa Arab pada waktu
itu (pertengahan tahun 1920-an) dan sebelum alfabet Arab diganti,
merupakan bahasa ilmu pengetahuan, meski percakapan yang
berlangsung antar anggota masyarakat mempergunakan bahasa
Turki.
Di samping itu, risalah yang berbahasa Arab ini pada
dasarnya merupakan pokok, kaidah, pedoman, dan neraca yang
terambil dari cahaya Alquran. Dengannya, Ustadz Nursi pertamatama berbicara kepada diri sendiri. Beliau selalu mempergunakan
dalil dan argumen sehingga bisa diterima. Beliau lebih mengetahui bahasa dan tutur katanya. Hal inilah yang menguatkan
pandangan kami bahwa Ustadz Nursi telah menuangkan
kandungan maknanya serta memperluas dan menyingkap
berbagai persoalan tersembunyi di dalamnya pada sejumlah
Risalah Nur yang ditulis dalam bahasa Turki sesudah tahun 1927
M. Ia merupakan risalah yang bermanfaat baik bagi alim ulama,
pelajar, orang tua maupun anak muda. Karena itu, ia telah
melaksanakan peran yang diharapkan dalam memelihara iman
menghadapi gelombang kekufuran dan tiran.
Adapun pertanyaan di seputar pemberian judul buku;
yakni mengapa Ustadz Nursi, penulis buku ini memberinya judul
al-Matsnawi yang dalam syair berupa bait-bait rangkap dua,
sementara di sisi lain buku ini bukan kumpulan syair?
Sebagai jawaban bahwa sebenarnya Ustadz Nursi telah
memberi judul risalah ini dengan ar-Risalah al-Arabiyyah atau alMajmuah Arabiyyah. Cetakan edisi pertama diberi nama Qathart
min Fuydht al-Furqn al-Hakm (tetesan dari curahan Alquran
Badiuzzaman Said Nursi

|v

yang penuh hikmah). Namun, karena pengaruh dari risalah ini


terhadap kalbu, akal, ruh, dan jiwa sama seperti pengaruh yang
diberikan oleh al-Matsnawi karya Jalaluddin ar-Rumi yang
terkenal dan tersebar luas di tengah-tengah manusia; terutama
di Turki, serta karena pengaruh risalah ini dalam memperbaharui
iman, mengokohkan kalbu, dan membangkitkan ruh dalam jiwa
menyerupai al-Matsnawi karya ar-Rumi, maka Ustadz Nursi
memberinya judul al-Matsnawi. Lalu, untuk membedakannya
dengan al-Matsnawi karya ar-Rumi yang ditulis dengan bahasa
Persia, Ustadz menamakannya dengan al-Matsnawi al-Arabiyy.
Selanjutnya, karena risalah ini adalah landasan bagi berbagai
Risalah Nur dan menjadi benih pemikirannya, judulnya ditambah
dengan kata an-Nuri. Itulah sebabnya mengapa buku ini berjudul
al-Matsnawi al-Arabiy an-Nuri.
Perlu dijelaskan pula bahwa meski buku ini menghimpun
berbagai bentuk gaya bahasa, kiasan, perumpamaan, dan ragam
retorika lainnya, setiap pembacasehebat apapun rasa bahasa
yang dimilikiakan tertarik dengan kedalaman makna dan
keindahan substansinya, melebihi ketertarikannya dengan
keindahan struktur dan redaksi yang ada. Pasalnya, kedalaman
makna, luasnya pemikiran, serta ketelitian pembahasan yang
beliau ungkap membuat pembaca berucap, Benar. Perkataan
yang fasih dan mendalam akan berpengaruh kepada akal dan
jiwa secara bersamaan.
Demikianlah, sebenarnya kita tidak lagi memerlukan
pengantar terkait dengan sebab dan masa penulisan buku ini.
Pasalnya, Ustadz Nursi telah menuliskan semuanya dalam
pendahuluannya yang indah serta di awal setiap risalah. Semoga
Allah memberikan taufik kepada kita menuju tujuan yang baik,
pemahaman yang tepat, ucapan yang benar, serta amal yang
lurus. Salawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabat beliau.
Ihsan Kasim as-Salihi

vi |

Al-Matsnawi An-Nuri

Sekapur Sirih

MUHAMMAD FETHULLAH GULEN

aya sangat bahagia diberi kesempatan untuk menulis catatan


tentang al-Matsnawi al-Arabi an-Nuri karya Bediuzzaman Said
Nursi. Mempelajari pribadi mulia ini secara komprehensif
sekaligus memperkenalkan dan mempersembahkannya kepada
seluruh manusia merupakan sebuah keharusan. Pasalnya,
Bediuzzaman Said Nursi adalah nomor satu di antara pemikir
abad ini yang telah mempersembahkan keyakinan yang diyakini
dunia Islam berikut kehidupan spiritual dan standar moralnya
yang luas dalam bentuk yang sangat berpengaruh, bersih, tanpa
bercampur noda. Mendekatinya atau mendekati pemikirannya
lewat sentuhan rasa bukanlah termasuk mengingat beliau dan
karyanya. Cara seperti ini tidak akan banyak membantu dalam
memahami berbagai persoalan yang ia kemukakan yang telah
diperjuangkan sepanjang hayatnya seperti perjuangan para
pahlawan. Sepanjang hayat ia adalah sosok yang hidup di bawah
naungan kitab suci dan sunnah dan terbang dengan sayap logika
dan pengalaman, disertai kedalaman dunia perasaannya dan
kalbunya yang bercampur dengan kerinduan kepada Ilahi. Ia
senantiasa menjadi sosok yang mempergunakan nalar dan logika.
Banyak komentar dan tulisan sampai saat ini yang menerangkan tentang ketinggian pemikirannya, tentang pemahamannya terhadap kondisi masanya, tentang kesederhanaan dan spirit
kemanusiannya yang luas, tentang kesetiaan dan keterikatannya
dengan para temannya, tentang sikap menjaga kehormatan,
Badiuzzaman Said Nursi

| vii

tawadhu, zuhud, dan qanaahnya. Kita bisa mengatakan bahwa


setiap sifat dari semua sifat yang disebutkan di atas bisa menjadi
satu judul buku tersendiri. Ia merupakan sifat-sifat yang menjadi
perhatiannya dalam sejumlah bukunya. Kemudian terdapat
sejumlah saksi hidup berupa para muridnya yang sempat hidup
bersamanya dan mengenali kedalaman dunia spiritualnya.
Meskipun secara lahiriah ia demikian rendah hati dan
sangat sederhana, namun ia memiliki pemikiran yang mendalam
dan semangat juang yang kuat; satu sosok yang sukar dicari padanannya. Ia menampung seluruh problem umat manusia dengan
membahas berbagai persoalan yang berkembang, menantang
kekufuran dan kesesatan, memproklamirkan perang atas tirani
dan kediktatoran, serta rela mengorbankan jiwa demi untuk
membelanya dengan sikap yang berani. Kesiapannya menyambut
kematian dengan wajah ceria dan senyuman merupakan karakter
yang melekat pada dirinya.
Di samping ia merupakan manusia yang memiliki perasaan
mulia, dakwahnya senantiasa berpegang kepada kitab suci dan
sunnah seraya menyertakan akal dan logika. Karena itu, ada dua
sisi yang tampak pada tampilan dan sikapnya:
Di satu sisi ia merupakan pahlawan hati nurani, memiliki
cinta mendalam dan semangat serta manusia yang terus-terang.
Kemudian sisi kedua merupakan pemikir sebagai pemilik rasionalitas yang istimewa yang mendahului para tokoh semasanya
lewat sejumlah pandangannya yang tajam dan proyek-proyeknya
yang besar. Memahami Said Nursi dan memahami dakwahnya
sebagai kelanjutan tokoh-tokoh Islam dari sudut pandang ini
mengantarkan kita untuk memahami makna era yang kita jalani.
Meskipun sebagian orang mengabaikan hal ini, pada
hakikatnya Said Nursi terhitung sebagai pemikir dan penulis
masanya yang paling utama. Ia mampu menjadi pemimpin
publik sekaligus berbicara atas nama mereka. Namun demikian,
ia tidak memiliki sikap ujub dan tidak perhatian dengan tampilan
lahiriah. Ia mengerahkan semua upaya untuk tidak terkenal.
Karena itu, ucapannya yang berbunyi, Popularitas adalah
sumber sikap riya dan madu beracun yang mematikan kalbu,

viii |

Al-Matsnawi An-Nuri

merupakan salah satu mutiara hikmah di antara sekian hikmahnya yang terkait dengan hal tersebut. Said Nursi mampu berada
di baris terdepan di antara para penulis dan pemikir dalam dunia
Islam di abad kedua puluh dan sekarang di seluruh dunia. Bukubuku karyanya dibaca dengan penuh cinta dan kerinduan oleh
berbagai kalangan. Selain itu, ia termasuk pribadi bersejarah yang
lenyap bersama zaman namun tak bisa dilupakan.
Semua buku dan karya Badiuzzaman Said Nursi adalah
hasil upaya pemikiran yang sangat besar dalam menafsirkan dan
menelaah berbagai urusan yang perlu ditafsirkan dari sudut
pandang era ia dilahirkan. Anda bisa membaca dan mendengarkan dalam buku-bukunya sejumlah rintihan penderitaan
Anatolia dan dunia Islam berikut suara kabar gembira dan
harapan Anatolia dan dunia Islam. Benar bahwa ia dilahirkan di
salah satu kampung terpencil di bagian Timur Turki. Hanya saja,
ia senantiasa merasa dirinya sebagai orang Anatolia. Ia bisa
merasakan apa yang kita rasakan seolah-olah ia merupakan salat
satu putra Istambul. Akan tetapi, dalam keseluruhan kondisinya
ia memeluk semua negeri yang ada dengan penuh kasih sayang
dan ketulusan murni.
Bediuzzaman hidup di satu masa yang filsafat materialisme
berkembang luas dan komunisme tersebar ke mana-mana. Itulah
masa di mana kayu bakar demikian legam dan kegelapan sangatlah pekat. Pada masa sulit ini, Badiuzzaman menulis sejumlah
buku dan karyanya dengan menghembuskan spirit harapan dan
iman kepada manusia generasi kita yang sedang goyah seraya
membimbingnya menuju jalan iman dan asa. Ia menghembuskan
ke tengah-tengah masyarakat yang ia kunjungi spirit kebangkitan
sesudah mati dan semangat bergerak sesudah jumud.
Dengan ketajaman penglihatannya ia melihat bahwa
persoalan terpenting yang harus dipecahkan adalah persoalan
anarki yang bersumber dari kekufuran dan atheisme. Karena itu,
ia menghabiskan seluruh hidupnya untuk menegaskan pentingnya mengobati penyakit ini kepada manusia yang hidup saat ini.
Ia mengarahkan upaya yang luar biasa dalam hal ini. Ia sangat
sadar dengan tanggung jawab yang berada di pundaknya di
Badiuzzaman Said Nursi

| ix

dunia yang ia temukan sedang tersiksa oleh sejumlah penderitaan


akibat krisis dan persoalan kronis. Ketika ia berusaha memikul
beban yang enggan dipikul oleh gunung, ia menghadapi semuanya dengan penuh tawadhu dan malu. Namun ia sangat yakin
dan percaya terhadap qudrat Allah yang bersifat mutlak dan
kekayaan-Nya yang tidak terbatas.
Ya. Ia telah hidup di masa ketika ilmu dan filsafat menjadi
sarana yang mengarahkan manusia kepada sikap atheis; di mana
ketika otak manusia dicuci dengan pemikiran komunis. Ketika
itu orang yang menyuarakan penentangan terhadapnya akan
dibuang dan diasingkan dari satu kota ke kota yang lain dan dari
satu negeri ke negeri yang lain. Yang lebih aneh, semua ini dilakukan atas nama peradaban dan kemajuan. Bahkan pemahaman
nihilisme dijadikan alat penyihir dan menarik perhatian, pada
saat itulah Badiuzzaman hadir di hadapan kita untuk memberikan cahaya ke dalam jiwa kita laksana dokter yang cerdas. Ia
memperlihatkan penjara diri kita, rantai ruh kita, kejahatan dan
kesalahan kita, serta sikap menawan diri oleh diri sendiri. Ia
menebarkan cahaya ke sejumlah sisi manusia yang telah rusak
di dalam relung-relung jiwa dan di hati kita. Ia munculkan dalam
kalbu ini rasa rindu untuk menggapai kemuliaan. Ia hembuskan
di dalamnya denyut kehidupan dan secercah harapan. Sangat
jelas di hadapan semua mata bahwa di dalam hati kita terdapat
hubungan dan relasi dengan berbagai alam lainnya. Ia berikan
kepada kita buah dari madrasah, majelis zikir, dan halaqah ilmu.
Ya, pada masa ketika umat menderita akibat kemerosotan
dan infiltrasi pemikiran di mana penderitaan sosial menjadi
ikatan yang sulit dibuka dan setiap hari terdapat ratusan peristiwa
memcemaskan di seluruh pelosok negeri, lalu sejumlah standar
dan pemahaman Islam mengalami keruntuhan, dalam kondisi
yang gelap dan berat semacam itu, Bediuzzaman Said Nursi
berpikir, mencari solusi, dan mendiagnosa penyakit yang ada.
Lalu, ia menuliskan resepnya ibarat dokter ahli. Ia melihat generasi yang kelam yang sedang merintih akibat beban cobaan besar
yang dilalui semenjak lama. Ia juga melihat bagaimana mereka
terjebak dalam lembah kesesatan dan jalan kekufuran. Ketika

x|

Al-Matsnawi An-Nuri

ingin keluar dan mencari selamat, mereka justru terjerumus ke


dalam krisis yang lebih buruk dan tenggelam dalam sejumlah
persoalan yang lebih rumit. Ia melihat hal tersebut dan merasakan
derita generasi di atas. Karena itu ia hidup dengan gejolak jiwa
yang terus memikirkan dan mencari sesuatu untuk dipersembahkan sebagai solusi alternatif bagi negara dan masyarakat. Ia
berupaya mendengarkan kejayaan dan kekayaan lamanya kepada
bangsa yang jaya, namun kurang beruntung serta kepada negara
yang cemerlang.
Sejak masa Utsmani, Badiuzzaman sudah melakukan
perjalanan ke sebagian besar pelosok negeri, mulai dari kota-kita
besar hingga ke desa-desa kecil, mulai dari wilayah padat penduduk hingga ke daerah-daerah terpencil. Ia melihat kebodohan
telah demikian merata di semua tempat dan masyarakat sedang
merasakan derita kemiskinan. Mereka berpecah belah di mana
yang satu memakan yang lain. Ia betul-betul sedih dengan apa
yang dilihatnya. Dan sebagai orang yang memiliki pandangan
dan pemikiran tajam ia mulai menangkap tabiat masanya dan
memahaminya secara mendalam. Karena itu, ia berusaha
menghembuskan spirit ilmu ke tengah-tengah masyarakat ketika
itu. Ia memberikan perhatian kepada sejumlah sebab persoalan
ekonomi dan faktor yang menyebabkan kemiskinan. Ia mencari
sejumlah solusi untuk berbagai hal yang menyebabkan umat
terpecah berikut cara mengobati perbedaan di antara mereka. Ia
selalu menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan. Ia
senantiasa bersama umat. Ia tidak pernah meninggalkan mereka
sedikitpun. Pada setiap tempat yang ia pijak ia selalu berkata,
Jika berbagai persoalan yang saling bertautan ini tidak diselesaikan sekarang, jika luka ini tidak dibalut oleh tangan yang ahli
dan mahir, maka penyakit yang kita derita akan menjadi kronis
dan sulit disembuhkan. Karena itu, harus ada upaya untuk
mendiagnosa berbagai persoalan ilmiah, sosial, dan manajerial
ini sekaligus upaya untuk menganalisa seluruh penyakit fisik dan
kejiwaan kita untuk mendapatkan resep bagi kesembuhannya.
Pasalnya, berbagai persoalan ini harus segera dihentikan, serta
sejumlah penyakit yang telah meruntuhkan bangunan, mengBadiuzzaman Said Nursi

| xi

ancam eksistensi, menggoyahkan pilar dan pondasi wujud kita


harus diakhiri.
Badiuzzaman melihat bahwa sumber segala keburukan dan
penyimpangan ketika itusama seperti sekarangadalah kebodohan, kemiskinan, perpecahan. Ya. Kebodohan adalah faktor
pertama dari munculnya krisis sosial dan sebab pertama yang
menyebabkan keterpurukan umat. Yang kami maksud dengan
kebodohan di sini adalah bodoh terhadap Allah, tidak mengenal
Nabi saw, tidak peduli terhadap agama, tidak bisa melihat
kekuatan materi, moril, dan historis yang kita miliki. Kebodohan
semacam ini menjadi musibah dan bencana terbesar yang
menimpa kepala kita. Karena itu, Badiuzzaman Said Nursi
menghabiskan usianya dalam memerangi virus pembunuh ini.
Ia melihat bahwa selama masyarakat tidak dibekali dengan ilmu
dan pengetahuan, selama masyarakat tidak dilatih berpikir secara
sistematis, serta selama berbagai aliran pemikiran menyimpang
tidak diperangi, maka upaya untuk memerdekakan umat akan
sia-sia.
Ya. Bukankah kebodohan merupakan sebab terpisahnya
alam dari Alquran dan terpisahnya Alquran dari alam?! Keduanya terpisah sehingga yang satu menyendiri dalam penjara jiwa
yang tidak memahami rahasia wujud serta tidak mengetahui
rahasia berbagai kejadian. Sementara yang lain berada dalam
kondisi tidak jelas di tangan orang yang paling bodoh yang
mencari segala sesuatu pada materi tanpa melihat yang lainnya
dan mata mereka buta tak mampu melihat berbagai esensi.
Selanjutnya, bukankah kebodohan itulah yang menjadi sebab
kemunduran umat di bawah himpitan kefakiran dan kepapahan
meskipun buminya sangat subur, sungai-sungainya mengalir
deras, demikian pula dengan daratan rendahnya yang kaya?
Bukankah kebodohan itulah yang menjadikan kita miskin dan
terjerat oleh hutang yang berat padahal kita memiliki berbagai
tambang berharga yang belum dieksploitasi di bawah bumi di
seluruh pelosok negeri? Selain itu kita memiliki sejumlah sumber
kekayaan yang tersimpan di bawah bumi atau yang terdapat di
atasnya.

xii |

Al-Matsnawi An-Nuri

Ya. Sejak bertahun-tahun bencana yang menghinakan umat


ini telah membuat para buruh dan petani kita meski telah
mengerahkan seluruh potensi tak mampu mendapatkan imbalan
yang semestinya atas upaya mereka. Mereka terus hidup dalam
kesusahan dan kesempitan tanpa pernah mengenal kebahagiaan.
Di antara akibat dari kebodohan ini dan kemiskinan yang
juga bersumber dari kebodohan adalah dalam berbagai sisi kita
dihadapkan pada sejumlah tindak kezaliman, kehinaan, dan
penyakit. Darah mengalir dan kehormatan direnggut. Namun,
di dunia yang tatanan perimbangannya sudah mulai berubah ini,
kita gagal membebaskan diri dari cengkeraman perpecahan dan
konflik guna menghentikan berbagai dilema dan bencana. Kita
tidak bisa memberikan pertolongan kepada dunia Islam. Kita
tidak bisa naik ke tingkatan modern untuk memecahkan berbagai
problematikanya yang terus berkembang yang bisa menariknya
menuju kebinasaan dan kehancuran. Di saat umat berada dalam
sejumlah penyakit yang bisa membinasakan, sebagian orang yang
jiwanya sedang mabuk dan matanya tercengang oleh kemajuan
fisik dan lahiriah bangsa Barat, alih-alih mengisi otak dengan ilmu
dan mengisi hati dengan berbagai hakikat agama guna menggapai kekayaan materi dan spritual, mereka malah memilih mencampakkan nilai-nilai agama yang merupakan sumber kekuatan
kita. Mereka mengekor secara membabi buta sehingga membuat
umat ini kehilangan tabiat agama dan ajarannya, kehilangan
kesadaran terhadap sejarahnya, serta kehilangan semua kemuliaan dan keistimewaan akhlaknya. Dalam pandangan saya, jalan
ini yang ditujukan untuk menyelamatkan umat merupakan jalan
yang keliru sekaligus berbahaya. Ia justru membuka sejumlah
luka di dada dan jiwa umat.
Pada kondisi pertama, bertahun-tahun kita hidup di bawah
bayangan hantu menakutkan. Sementara, pada kondisi kedua kita
telah kehilangan berbagai kemuliaan agama kita, orisinalitas
spritual kita, dan sumber kekuatan kita.
Sejak awal hidupnya hingga meninggal dunia di kota Urfa,
Badiuzzaman Said Nursi menghadapi dua kelompok tersebut,
berikut jalan yang mereka tempuh dan terapi yang mereka
Badiuzzaman Said Nursi

| xiii

lakukan. Ia juga melihat akibat buruk yang dihasilkan oleh terapi


yang salah tadi. Dengan pisau dokter bedah, ia membuka nanah
yang ada, lalu mendiagnosa bencana yang dihasilkan olehnya.
Setelah itu ia menunjukkan obat ampuh dan mujarab untuk menyelamatkan manusia umat ini dari kemerosotan dan kejatuhan.
Badiuzzaman selalu percaya dengan prinsip-prinsip tersebut
yang terus ia ulang dengan penuh ketulusan dan kesetiaan.
Memasukkan sejumlah pemikiran baru dan menanamkannya dalam ingatan dan pandangan masyarakat merupakan
persoalan yang berat dan tugas yang sulit. Sama halnya dengan
mencabut pemikiran, prinsip, dan nilai yang diwarisi secara
turun-temurun entah salah ataupun benar dari masa lalu yang
tertancap kuat dalam masyarakat sehingga mengalir dalam urat
darah mereka. Sudah pasti masyarakat akan tetap berada di
bawah pengaruh berbagai pemikiran yang diwarisinya dari masa
lalu, entah pemikiran tersebut baik atau buruk. Pemikiran dan
pandangan itu memainkan peran penting dalam membentuk dan
mengarahkan kehidupan sosial dan pribadi mereka. Masyarakat
juga akan membenci dan menjauhi semua pemikiran yang
bertentangan dengan tradisi ini atau yang tidak sejalan dengan
kebiasaan umum. Perasaan dan sikap semacam itu kadangkala
keliru. Pasalnya, ketika masyarakat mengadopsi pemikiran yang
salah, kebiasaan yang buruk, dan tradisi yang berbahaya lalu
pemikiran, kebiasaan, dan tradisi tersebut begitu mengakar dan
menyebar ke berbagai sisi kehidupannya, maka seharusnya
pemikiran menyimpang ini harus dilawan, diperangi, dibersihkan, dan disingkirkan dari hati untuk diganti dengan berbagai
perilaku yang terpuji agar umat bisa berjalan dengan aman dan
penuh percaya diri menghadapi masa depan.
Badiuzzaman Said Nursi telah berada dalam pemikiran ini
sejak masih muda. Ia menganggap sikap menyembunyikan
hakikat apapun dalam masalah ini betapapun kecilnya merupakan bentuk pengkhianatan bagi umat dan generasi penerusnya.
Karena itu ia melawan semua pemikiran dan semua pernyataan
keliru seraya mengangkat tangan dengan memberi isyarat untuk
berhati-hati. Ia berkata, Berhati-hatilah. Ini merupakan jalan

xiv |

Al-Matsnawi An-Nuri

buntu!
Fitrahnya sangat sensitif dalam melawan sesuatu yang
bertentangan dengan nilai-nilai agama disertai pandangan yang
jauh dan tekad yang tinggi yang hanya dimiliki oleh para ulil
azmi. Pemilik hati yang berani sepertinya menjadi diam bertentangan dengan tabiatnya ketika menyaksikan keruntuhan
umat yang mulia. Karena itu, ia terus mengarahkan pandangan
kepada berbagai aib yang kita miliki sebagai umat serta kepada
berbagai sebab kehancuran agar umat mau melakukan
introspeksi dan mengevaluasi diri. Ia senantiasa mengingatkan
sejumlah faktor keruntuhan dan kehancuran sekaligus memberikan resep untuk sukses dan selamat tanpa menyembunyikan
hakikat yang paling pahit dan tanpa ragu-ragu sedikitpun. Oleh
sebab itu, ia melawan berbagai keyakinan keliru dan pemikiran
menyimpang serta berjuang sepanjang hidup melawan berbagai
rintangan yang menghalangi penyebaran cahaya hakikat.
Pada masa-masa yang pekat itu di mana tidak ada yang
berani menyuarakan hakikat agama, ia bangkit membangunkan
masyarakat yang ingin dibius dan dibuat tidur. Ia memproklamirkan perang atas kebodohan, kemiskinan, dan perpecahan.
Ia menghentak berbagai asumsi dan ilusi yang membayangi
masyarakat. Di samping memproklamirkan perang terhadap
atheisme dan pengingkaran terhadap Tuhan, ia juga menenggelamkan berbagai kebatilan dan khurafat serta menutup pintu
darinya. Dengan keberanian yang sulit dicari tandingannya, ia
mendiagnosa sejumlah problem dan penyakit kronis yang kita
rasakan sejak berapa waktu yang lalu seraya memberikan cara
penyembuhan darinya.
Orang Arab bilang bahwa Obat terakhir adalah dengan
pembakaran. Maka ia memberangus dan membakar sikap riya
dan berbagai penampilan menipu yang tampak di tengah-tengah
kita sejak sekitar dua ratus tahun. Ia menyebutkan hal-hal baru
yang bergema dalam jiwa mulai dari para tokoh istana hingga
para kerabat di wilayah Timur. Dari mulai mereka yang berposisi
sebagai syeikh Islam hingga para pemimpin perang angkatan
bersenjata. Ia bisa menarik perhatian semua lapisan masyarakat.
Badiuzzaman Said Nursi

| xv

Sebagaimana tidak ingin tampil dan terkenal, hanya saja sejumlah


kondisi mengantarkannya kepada hasil tersebut.
Badiuzzaman Said Nursi mengingatkan semua lapisan
masyarakat bahwa pertama-tama mereka harus menghancurkan
belenggu jiwa dan pemikirannya sebelum mengeluarkan pedang
dari sarungnya untuk berjihad. Ia memberikan kabar gembira
kepada para pemuda untuk bangkit. Ia menunjukkan mereka
kepada jalan-jalan yang mengantarkan kepada pemikiran Islam.
Sudah tidak disangsikan lagi, ia sangat khawatir tanah air ini
pecah dari segi geografis. Namun, ia lebih khawatir terhadap
faktor-faktor yang bisa menimbulkan berbagai akibat menyakitkan dari kemunduran pemikiran, kemerosotan jiwa, dan sikap
mengekor ke Barat.
Badiuzzaman mengajak untuk membaca, menelaah,
berpikir, berusaha, dan bergerak guna menyelamatkan umat dari
sulitnya sikap individual sesama serta guna membentuk masyarakat yang bersih dan sehat dan umat yang kokoh. Ia menekankan
sisi pendidikan dan pengajaran yang dipandang sangat penting
untuk meningkatkan derajat tanah air menuju puncak yang ia
isyaratkan. Maka, ia mengajak untuk mencetak sejumlah buku
dan menyebarluaskannya. Mengajak menyebarkan sejumlah
pengetahuan dengan segala bentuknya pada setiap tempat.
Mengajak untuk menyebarkan pengajaran dan pendidikan.
Menurutnya, keterlibatan masjid dan sekolah agama, kamp
tentara, penjara, dan seluruh institusi dalam menyokong pengajaran dapat mewujudkan kesatuan konsep dan pemikiran.
Melalui pendidikan akan tercapai persatuan yang rasional dan
logis. Mereka yang tidak bersatu otaknya tidak akan lama
persamaannya dalam sebuah perjalanan. Pertama-tama, nurani
dan perasaan harus menyatu agar hati dan tangan selanjutnya
juga dapat bersatu. Jalan menuju persatuan ini hanya terwujud
jika kehidupan sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai agama, sesuai
dengan kitab dan sunnah, serta sesuai dengan jalan dan ijtihad
generasi saleh terdahulu. Sementara berbagai persoalan baru
harus ditafsirkan sesuai dengan jangkauan masa kini dan
kepentingannya.

xvi |

Al-Matsnawi An-Nuri

Ya. Manusia harus mengetahui berbagai substansi dan


penafsiran yang dihasilkan pada masa kini seraya membangun
kedamaian bersamanya. Jika kita berjalan sendiri di saat dunia
meniti jalannya ini berarti kematian bagi kita. Siapa yang ingin
hidup pada masa kini ia harus menemukan cara yang dengannya
ia bisa membangun keselarasan antara arus kehidupan yang ada
dan kehendaknya sendiri. Jika tidak, maka upaya untuk melawan
arus umum hanya akan mendatangkan kebinasaan.
Andaikan ada ratusan cendekiawan memahami Nursi dan
mendukungnya ketika ia sendiri menyebarkan berbagai pesannya
di seluruh negeri dengan mereka sebagai pilar penopang
pemikirannya, barangkali kita akan menjadi bangsa paling kaya,
paling berperadaban, dan paling mampu memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi. Selain itu, tentu kita tidak akan menghadapi berbagai problem yang ada sekarang. Namun demikian,
kita masih memiliki harapan besar. Sebab kita melihat bahwa
mereka yang menatap umat yang seolah-olah telah kehilangan
jati dirinya sungguh sangat keliru. Benar bahwa kita tertinggal
dan lemah seperti bangsa yang lain. Tidak ada yang mengingkari
kondisi tersebut. Namun tidak seorangpun pula yang menafikan
kemampuan kita untuk bangkit dan kembali maju. Cahaya
kebangkitan dan kesadaran telah mulai menyeruak dalam jiwa
kita sebagai ganti dari kemalasan. Denyut kehidupan dan vitalitas
mulai merasuk ke dalam jiwa yang sebelumnya lemah sebagai
akibat dari sikap malas dan cinta dunia. Karena itu, musim semi
yang bersinar dan hijau sudah berada di hadapan. Hanya saja,
kita membutuhkan tokoh-tokoh semacam Khidir untuk menghamparkan sajadah shalat di atas bukit serta semacam Ilyas untuk
membentangkan layarnya menuju tempat-tempat yang jauh
tanpa rasa takut dan gentar. Badiuzzaman merupakan simbol
dalam urusan tersebut.
Ada pepatah berbunyi, Tidak ada pilihan bagi orang
jenius. Maksudnya, orang jenius tidak bisa berkata, Saya tidak
akan melakukan hal ini. Orang jenius juga tidak mengeluarkan
satu putusan yang berbunyi, Kita melakukan ini karena bermanfaat dan tidak melakukan itu karena berbahaya. Pasalnya,
Badiuzzaman Said Nursi

| xvii

orang jenius memiliki anugerah ilahi dan kekuatan tersendiri


yang bersifat ladunni berikut rasa rindu yang dengannya ia bisa
mengenali semua kebutuhan lahiri dan batini, entah yang bersifat
spiritual ataupun sosial. Dengan kekuatan dan potensi yang
beragam yang tersimpan dalam jiwanya ia siap memikul beban
dan berbagai tugas yang ada. Orang-orang yang mencermati
kepribadian Badiuzzaman berikut buku-buku peninggalannya
dapat melihat berkumpulnya semua unsur kejeniusan pada
dirinya. Dengan melihat dari semenjak masa mudanya ketika ia
telah mempersembahkan kepada orang-orang sekitarnya
beberapa bukunya yang pertama yang dipandang sebagai tanda
kejeniusannya hingga kepada beberapa buku yang ditulis pada
usia matang yang ia lalui di pengadilan, penjara, dan tempat
pembuangan, pada semua bukunya tersebut kita melihat bagaimana senantiasa berada di posisi puncak. Ia selalu berbicara
sebagai sosok jenius yang memiliki potensi luar biasa.
Kitab al-Matsnawi termasuk buku pertamanya. Karena itu
kita menemukan akar-akar pemikirannya di sini. Setiap pemikiran yang terdapat dalam buku iniyang laksana janin, tunas,
atau salah satu tetesan pemikirannya yang bersinarpada masa
sesudahnya menjadi sungai yang mengalir, air terjun, kebun yang
seluruh sisinya dihiasi bunga mawar, atau seperti hutan yang
dipenuhi pepohonan tinggi dengan dahan dan daunnya yang
rindang. Ia menggerakkan semua sisi keimanan, pemikiran, dan
perasaan yang halus kepada para teman dan koleganya, serta
menanamkan rasa takut dan kecemasan kepada para musuh.
Dari tarikan nafas pertamanya yang ia hembuskan ke dalam
jiwa kita hingga menggugahnya serta ke dalam kalbu di mana di
dalamnya ia menggambarkan sejumlah pengertian baru yang
bersinar seraya menggali sejumlah goresan yang terang, kami
persembahkan beberapa contoh sebagai satu tetes dari lautan,
satu kilau mentari, atau satu jejak dari alam wujud yang memantul dalam perasaan kita yang di sana terdengar gemanya:
Hakikat terbesar di dunia dalam pandangan Badiuzzaman
dan dalam pandangan setiap pemikir muslim adalah hakikat
iman dan hakikat tauhid. Seluruh wujud dalam sistem pemikiran

xviii |

Al-Matsnawi An-Nuri

Badiuzzaman ibarat alat tenun yang merangkai hakikat tauhid,


mengukir berbagai pengertian ilahi sedikit demi sedikit, serta
menyusun satu gambar yang indah. Merasakan hakikat yang
memiliki substansi komprehensif ini di mana ia menyerap tujuan
ilahi dan masuk ke dalam cabang yang paling kecil berikut
intepretasinya sesuai makrifat ilahiah merupakan bentuk hakikat
tauhid. Ia adalah pemahaman tauhid yang dimiliki masyarakat
secara umum sebelum masuk ke dalam detil-detilnya yang
mengantarkan kepada keyakinan.
Ya. Tauhid ada dua:
Pertama, tauhid yang bersifat umum yang berbunyi, Tiada
sekutu bagi-Nya. Alam ini merupakan milik-Nya. Dalam hal
ini kelalaian bahkan kesesatan bisa masuk ke dalam pikiran
pemiliknya.
Kedua, tauhid hakiki yang berbunyi, Allah adalah maha
esa. Seluruh kerajaan, seluruh alam, dan segala sesuatu merupakan milik-Nya. Pemilik iman semacam ini memiliki akidah yang
kokoh yang tidak goyah. Pasalnya ia melihat segel Allah Swt di
atas segala sesuatu serta membaca stempelnya di atas dahi segala
sesuatu.
Bediuzzaman selanjutnya membahas persoalan ini secara
rinci pada kedudukan kedua dari kata kedua puluh. Ia mempersembahkannya dalam cetakan dan dalam bentuk pelajaran tauhid
yang sempurna sehingga memuaskan kebutuhan semua manusia
apapun tingkat wawasan dan rasionalitasnya.
Di antara tema terpenting yang menjadi perhatian
Badiuzzaman Said Nursi adalah penjelasannya tentang
bagaimana iman diposisikan sebagai pamflet yang tersebar dan
menjangkau berbagai dimensi hakikat wujud dan manusia.
Dengan tatapan iman Ia melihat alam seperti sebuah buku yang
bisa dibaca dan pameran yang bisa disaksikan. Sementara
manusia merupakan inti dan permata alam ini di mana gerakan
entitas berikut keragaman dan perubahannya beralih dari kondisi
sia-sia dan mainan kebetulan menjadi tulisan rabbani, lembaran
ayat penciptaan, dan cermin nama ilahi. Dengan demikian alam
naik dan menjadi buku hikmah Tuhan.
Badiuzzaman Said Nursi

| xix

Lihatlah bagaimana manusia naik dari tingkatan hewani


yang lemah, miskin, dan hina menuju puncak khilafah dengan
kekuatan kelemahannya, kemampuan kepapahannya, dorongan
kefakirannya, kerinduan ketidakberdayaannya, potensi
ubudiyahnya, nyala kalbunya, serta simbol keimanan akalnya.
Kemudian perhatikan bagaimana sebab-sebab kejatuhan yang
berupa kelemahan, kefakiran, dan akal menjadi sebab peningkatan derajatnya.
Masalah ini diterangkan dan diuraikan dalam bagian pertama dan kedua Kalimat Kedua Puluh Tiga dari Risalah Nur agar
sejalan dengan pemahaman dan daya tangkap setiap manusia di
berbagai tingkatan.
Badiuzzaman juga melihat bahwa sejumlah persoalan yang
terkait dengan hakikat iman meskipun yang satu dan yang lain
tampak berbedajika dilihat dari beragam sisinamun ia saling
terkait dengan sangat kuat. Ia ibarat beragam sisi dari sebuah
hakikat. Ketahuilah bahwa antara iman kepada Allah, iman
kepada Nabi, iman kepada akhirat, pembenaran wujud alam
saling terpaut dengan sangat kuat karena adanya keterkaitan di
dalamnya antara keberadaan uluhiyah, ketetapan risalah, eksistensi akhirat, dan penyaksian entitas tanpa pernah lalai. Dalam
periode berbagai Risalah Nur yang demikian kaya kita melihat
pada persoalan kesembilan dari kilau kesebelas merupakan
bahasan ontentik dan penting di seputar keterkaitan antar rukun
iman.
Di antara catatan terpenting yang diberikan oleh
Badiuzzaman adalah bahwa siapa yang beraktivitas di bidang
filsafat dan sain tanpa membuka jendela diri untuk mengetahui
dunia ruh dan kalbu ia hanya akan menjadi virus yang membawa
berbagai penyakit. Sementara ia sendiri hanya akan menjadi salah
satu tanda penyakit. Bediuzzaman berkata Saudaraku! Bertambahnya penyakit kalbu dan rauh, bertambah pula kecenderungan
terhadap ilmu filsafat, sehingga penyakit itu pun tergantung pada
kesibukan dalam ilmu rasional. Penyakit maknawi mengantarkan kepada ilmu-ilmu rasional, sementara ilmu-ilmu rasional
melahirkan penyakit kalbu. Kalimat ke tiga puluh dan al-lawami

xx |

Al-Matsnawi An-Nuri

mengetengahkan masalah ini dengan gaya yang unik.


Berikut ini adalah analisa dan catatan orisinal dan bernilai
lainnya yang dikemukakan oleh Bediuzzaman. Ia berkata bahwa
perhatian terhadap sebab termasuk bagian dari tanggung jawab
manusia. Hanya saja merupakan sebuah kesesatan yang nyata
dan penyimpangan yang sangat jelas jika menganggapnya
sebagai pemberi pengaruh hakiki. Setelah memperhatikan sebab
maka harus diketahui bahwa hasil yang ada berasal dari sisi Allah
Swt.
Saudaruku! Jika manusia memeluk sebab-sebab dan
berpegang padanya, maka terjeremus dalam kehinaan. Engkau
bisa melihat anjing yang dikenal memiliki beberapa sifat baik
sehingga persahabatan dan kesetiannya menjadi bahan peribahasa. Karena itu semestinya ia dianggap hewan yang penuh
berkah di tengah-tengah manusia. Alih-alih mendapat berkah,
binatang malang tersebut justru dihinakan oleh manusia dengan
dikatakan sebagai hewan najis. Padahal, ayam, sapi bahkan
kucing, yang tidak pandai berterima kasih dan bersahabat sebagai
balasan atas kebaikan manusia, justru dianggap hewan yang
mulia dan penuh berkah di antara mereka. karena penyakit tamak
anjing demikian perhatian kepada sebab lahiri. Hal itu membuatnya lupa kepada pemberi nikmat yang sebenarnya. Ia sangka
perantara memiliki pengaruh utama. Sebagai akibat dari kelalaiannya ia diposisikan sebagai hewan najis. Pukulan penghinaan
menjadi penebus kelalaian tersebut.
Sementara, hewan-hewan penuh berkah lainnya tidak
mengenal adanya perantara dan tidak begitu memperhatikannya.
Kalaupun diperhatikan ia sangat tidak signifikan. Misalnya
kucing memelas untuk mendapatkan kebaikan. Jika sudah dapat,
ia seolah-olah tidak mengenalmu dan engkaupun tidak mengenalnya. Ia merasa tidak perlu berterima kasih kepadamu. Namun,
ia bersyukur kepada Pemberi nikmat hakiki dengan mengucap,
Wahai Yang Maha Penyayang, wahai Yang Maha Penyayang,
wahai Yang Maha Penyayang, saja. Pasalnya, fitrah ini mengenal
Penciptanya sekaligus menyembahnya baik disadari maupun
tidak disadari.
Badiuzzaman Said Nursi

| xxi

Kemudian kita melihatnya membahas masalah ini dari sisi


berbeda pada dahan pertama dari kalimat kedua puluh empat.
Suatu bahasan yang indah yang mengetengahkan berbagai
catatan penting terhadap pemikiran dan perasaan kita.
Di antara topik yang dibahas oleh Ustadz Said Nursi
dengan terus-menerus dan penuh perhatian adalah tentang sikap
mengikuti sunnah Nabi yang luhur pada seluruh aspek kehidupan. Dalam hal ini ia seperti seluruh ulama ahli sunnah wal
jamaah. Ia memandang pada pribadi Rasul saw terdapat sosok
pembimbing yang tidak tertipu dan tidak menipu. Sementara
pada Sunnah Nabi ia melihat satu-satunya jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena itu, ia mengajak kita untuk terus
berpegang kepadanya serta menggigitnya dengan geraham.
Ya, setiap perjalanan hidup yang tidak berada di bawah
bimbingan Sunnah Nabi sama seperti jatuh ke dalam sungai.
Meskipun orang yang jatuh ke dalamnya tampak berenang dan
menempuh jarak tertentu, namun sebenarnya ia terus berada
dalam tempat yang bisa membinasakan. Ketahuilah! Dalam
perjalananku di kegelapan was-was, aku menyaksikan sunnahsunnah mulia itu laksana bintang dan lentera. Setiap sunnah dan
setiap prinsip syariah bersinar seperti matahari di jalan-jalan
gelap yang sesat. Dengan menyimpang dari Sunnah, manusia
menjadi mainan setan, kendaraan ilusi, dan tunggangan pembawa beban seperti gunung.
Aku melihat sunnah-sunnah tersebut laksana tali yang
menjulur dari langit. Siapa yang berpegang padanya maka ia akan
bisa naik dan bahagia. Sebaliknya, siapa yang menentangnya dan
bersandar pada akal seperti orang yang ingin mencapai langit
lewat sejumlah menara seperti Firaun. Masalah ini sering dibahas
dalam Risalah Nur, terutama catatan ketiga dari Cahaya Kesebelas
dikhusukan masalah ini dan ditekankan bahwa jalan sunnah
merupakan jalan menuju Allah Swt.
Di antara pandangannya dalam hal yang terkait dengan
hubungan kita dengan dunia serta sudut pandang kita kepadanya
adalah tidak adanya sesuatu yang mengajak untuk membencinya. Bahkan menurutnya ia wajib dicintai lantaran menghadirkan

xxii |

Al-Matsnawi An-Nuri

sejumlah pondasi bagi tegaknya bangunan cinta tersebut. Yaitu


bahwa dunia memiliki tiga sisi: sisi yang menatap kepada namanama Allah; sisi yang dunia diposisikan sebagai ladang akhirat.
Dua sisi ini cukup baik. Sementara sisi yang ketiga adalah dunia
itu sendiri sebagai wilayah beredarnya kecenderungan manusia
dan tuntutan hidup yang fana. Memandang kedua aspek pertma
dunia merupakan bagaikan sorga maknawi. Sementara aspek
ketiga, yaitu wajah kefanaannya, tidak ada nilai pentingnya.
Setelah beberapa halaman ia membahas topik di atas dari
sisi yang lain serta menjelaskannya dengan ungkapan berikut:
Manfaat dari dunia yang fana ini sangat banyak. Buah dan
tujuan kehidupan kembali kepada makhluk hidup sesuai dengan
tingkat kepemilikannya terhadap kehidupan dan kekuasaan
hakiki di dalamnya. Kemudian semua buah dan tujuan kembali
kepada Zat Yang Maha Menghidupkan lewat wujud manifestasi
nama-nama-Nya serta dengan memperlihatkan berbagai macam
rahmat-Nya di dalam sorganya di kehidupan ukhrawi yang
merupakan buah dari benih kehidupan dunia.
Sebagaimana manusia yang ditugaskan memegang dan
meletakkan jari-jemarinya di atas perangkat yang menggerakkan
kapal besar milik raja tidak mendapatkan manfaat kapal kecuali
sebatas hubungan dan pengabdiannya. Bahkan di sana ia berhak
mendapatkan satu dari ribuan, sementara sisanya milik Raja.
Pandangannya yang lain adalah ia berkata bahwa tidak
boleh melihat manusia lewat teropong pembesar. Dengan kata
lain tidak boleh memberikan kepada siapapun bentuk yang lebih
besar daripada hakikat aslinya. Pertama-tama ini merupakan
bentuk kezaliman, di samping menjadi langkah pertama bagi
paganisme. Seseorang yang meniti langkah pertama ini bisa jadi
sesudah itu tidak bisa mundur lagi. Di antara kezaliman manusia
yang paling besar adalah memberikan buah dari upaya bersama
kepada seseorang dengan mengira bahwa ia berasal darinya. Dari
kezaliman ini lahir syirik yang samar. Sebab, menganggap hasil
dari upaya bersama dan jejak dari kehendak mereka hanya
bersumber dari satu orang hanya mungkin terwujud dengan
asumsi bahwa orang tersebut memiliki kekuatan luar biasa
Badiuzzaman Said Nursi

| xxiii

hingga sampai pada tingkatan bisa mencipta. Dewa-dewa Yunani


dan kaum paganis lahir dari adanya persepsi semacam ini.
Analisa lain yang ia kemukakan adalah ketika ia berkata
bahwa permusuhan kaum kafir terhadap umat Islam berdasarkan
pada kekufuran mereka dan berasal sejak fase prasejarah. Karena
itu, tidak mungkin bisa membuat rida kaum kafir. Sementara
mengambil manfaat dari mereka termasuk kemustahilan.
permusuhan kaum kafir terhadap umat Islam dan ahlul quran
sesuai dengan kekufuran mereka. Oleh karena itu Alquran telah
menetapkan hukuman mati kepada kaum kafir serta kepada
nenek moyang mereka. Kecintaan terhadap kaum kafir yang tidak
mungkin mencintai umat Islam merupakan tindakan yang siasia. Kecintaan terhadap mereka tanpa ada hasilnya dan tidak
mengahrapkan bantuan dari mereka.
Selanjutnya Badiuzzaman mengungkapkan pandangan ini
dalam berbagai tempat dengan berkata bahwa iman merupakan
sumber potensi dan kekuatan rahasia. Siapa yang menggenggam
sumber tersebut ia mampu mengendalikan alam dan mampu
menundukkan segala sesuatu. Ya Siapa yang menjadi hamba
dan pelayan Allah, maka segala sesuatu tunduk padanya. Hal
itu direalisasikan dengan kesadaran bahwa segala sesuatu milikNya. Dialah yang telah menciptamu dalam bentuk di mana engkau diliputi oleh berbagai lingkaran kebutuhan. Dia menyiapkan
untukmu dalam lingkaran terkecilnya yang setengah wilayahnya
berupa bentangan tanganmu. Dia juga menyiapkan untukmu
pada sisanya yang sebagiannya demikian luas seperti jarak antara
alam azali dan abadi serta antara bumi dan arasy hanya dengan
doa. Dalam Alquran disebutkan, Katakanlah, Tuhanku tidak
mengindahkan kamu andaikan engkau tidak berdoa (beribadah). Anak
kecil menyeru kedua orang tuanya dalam hal yang tidak bisa
dijangkau oleh tangannya. Hamba juga berdoa kepada Tuhan
dalam hal yang tak kuasa ia lakukan.
Kebanggaan alam dan penutup para rasul, Muhammad
saw, merupakan landasan wujud dan intisarinya. Tidak ada satu
tempatpun di alam ini yang kosong dari hakikat cahayanya.
Beliau seperti benih biji pohon yang rindang yang berisi sejumlah

xxiv |

Al-Matsnawi An-Nuri

karakteristik pohon tersebut. Cahayanya merupakan pondasi


alam wujud dan cermin manifestasi Zat Yang Maha Pertama dan
Terakhir. Ketika engkau melihat alam ini sebagai buku besar
engkau melihat cahaya Muhammad saw sebagai tinta dari pena
Penulisnya. Ketika engkau melihat alam ini berbentuk pohon,
engkau melihat cahaya Muhammad sebagai benih dan kemudian
sebagai buahnya. Ketika engkau melihat berbentuk makhluk
hidup, engkau melihat cahayanya sebagai ruhnya. Ketika melihat
alam sebagai manusia besar, engkau melihat cahayanya sebagai
akalnya. Ketika melihat alam sebagai taman yang rimbun engkau
melihat cahayanya sebagai burung bul-bulnya. Ketika melihat
alam sebagai istana yang indah dan megah yang memiliki
sejumlah paviliun di mana tampak padanya kilau kekuasaan
Raja Abadi, kerapian manifestasi keindahan-Nya, ukiran kerasiNya yang luar biasa, maka engkau melihat cahayanya sebagai
pengawas, penyampai dan ahli dekorasi bagi istana megah
tersebut. Landasan ketiga dari kalimat kedua puluh satu serta
lanjutan kedua dari kalimat kesepuluh menjelaskan persoalan
penting ini secara mendalam dan luas. Ia menjelaskan hal tersebut
di hadapan penglihatan dan mata hati kita.
Ustadz Badiuzzaman melihat bahwa esensi tabiat dan
manusia memiliki dua sisi: sisi berhala yang menipu dan sisi yang
berisi berbagai rahasia yang memantulkan hakikat tak terhingga
sekaligus sebagai jejak Penciptanya. Ya, manusia yang memiliki
kesiapan maknawi dan potensi ruhani di mana ia mampu berpegang pada sudut pandang yang benar menyadari bahwa manusia
yang merupakan tenunan dan kreasi indah adalah kitab yang
dapat dipahami oleh pembacanya sekaligus merupakan orator
yang fasih dan sumber cahaya yang menerangi dan menyingkap
apa yang berada di balik tabir. Ia mengemukakan persoalan ini
dengan pernyataan berikut yang tampak seperti untaian puisi
yang indah:
Tiga puluh tahun aku berdebat dengan dua toghut: ego
yang terdapat dalam diri manusia dan materi yang terdapat di
alam. Yang pertama kulihat sebagai cermin bayangan secara tidak
sengaja. Namun manusia melihatnya sebagai hakikat dan tujuan
Badiuzzaman Said Nursi

| xxv

sehingga menjadi sosok Firaun dan Namrud.


Yang kedua kulihat merupakan kreasi ilahi dan celupan
kasih sayang-Nya. Namun, manusia melihatnya dengan pandangan kelalaian sehingga materi berubah menjadi Tuhan. Hal
itu melahirkan sikap mengingkari nikmat yang mengantarkan
kepada kekufuran. Maka, puji syukur kepada Allah, dengan
taufik Allah Yang Mahaesa dan dengan limpahan Alquran,
perdebatan tersebut berakhir dengan terbunuhnya dua toghut
dan kehancuran dua berhala.
Pada masa penyempurnaan Risalah Nur kami melihat persoalan yang mengandung banyak rahasia tersebut diterangkan
secara rinci dan luas pada tujuan pertama dari kalimat ketiga
puluh. Demikian pula pada cahaya kedua puluh tiga. Di sana ia
menghancurkan pilar pemikiran naturalis sekaligus mencabut
dari akar-akarnya.
Dalam untaian pemikiran Badiuzzaman kita mengetahui
bahwa dosa dan maksiat menurutnya merupakan pembimbing
dan penunjuk jalan kekufuran. Pada keadaan di mana dosa dan
maksiat banyak dilakukan layar pemikiran menuju kepada
kefasikan dan bahaya mengitari iman. Ya di dalam substansi
maksiatterutama ketika terus berlangsungterdapat benih
kekufuran. Pasalnya maksiat melahirkan kondisi bersahabat
dengannya. Bahkan ia menjadi penyakit yang obatnya berupa
maksiat itu sendiri. Sehingga ia sulit ditinggalkan. Pelakunya
berharap tidak adanya hukuman atas dosanya dan secara tidak
disadari mencari sesuatu yang bisa menjadi dalil ketiadaan siksa.
Kondisi ini terus berlangsung hingga mengarah kepada sikap
mengingkari siksa dan menyanggah adanya neraka.
Pada masa ketika karya-karyanya meluar dan berkembang
kita menemukan persoalan di atas pada bagian pertama dari
cahaya kedua di mana ia berkata bahwa maksiat membentuk
perangkap dan jendela menuju kekufuran. Ia merupakan
pandangan yang benar-benar orisinal.
Menggeluti Alquran dan mendalami maknanya merupakan
kesibukan yang mengisi pemikiran sisik cemerlang ini. Mulai dari
Isyarat al-Ijaz, al-Matsnawi, serta berbagai kalimat dalam al-

xxvi |

Al-Matsnawi An-Nuri

Kalimt, terutama kalimat kedua puluh lima, kita melihat ia


menghirup Alquran pada setiap kata lalu memberikan penafsiran
baru, orisinal, dan mendalam terhadapnya. Setelah itu, ia
memaparkan berbagai pengertian ilahi yang turun ke tingkatan
manusia ini kepada para peneliti dan kalbu yang sedang haus
akan hakikat. Ia menggugah nurani kita dengan berbagai pemikiran emasnya yang memantulkan ketinggian makna tersebut
ke puncak tingkatan manusia. Alquran Ia menggabungkan
antara kehalusan yang tinggi, keselamatan yang unggul,
solidaritas di antara ayat-ayat bagaikan bangunan yang kokoh,
keselarasan yang mantap, kerjasama antar kalimat dan bentuknya, serta kesesuaian antar ayat dan tujuannya dengan kesaksian
ilmu bayan dan semantik. Padahal, ia turun dalam kurun waktu
dua puluh tahun secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
dengan sedikit demi sedikit namun selaras seolah-olah turun
dalam waktu sekaligus. Selain itu, ia turun dengan sebab yang
berbeda-beda namun tetap saling menguatkan seolah-olah
sebabnya hanya satu. Ia datang sebagai jawaban atas berbagai
persoalan yang berulang dan beragam namun tetap padu dan
menyatu seolah-olah pertanyaannya satu. Ia menjadi penjelasan
bagi berbagai peristiwa hukum yang bermacam-macam, namun
demikian teratur seolah-olah peristiwanya satu. Ia turun berisi
berbagai karunia ilahi dalam sejumlah gaya bahasa yang sesuai
dengan pemahaman mitra bicara. Terutama, ia turun kepada Nabi
saw dengan beragam kondisi namun tetap sangat mirip dan indah
seolah-olah kondisinya sama. Ia datang dengan berbicara kepada
berbagai lapisan manusia, namun penjelasannya tetap mudah,
fasih, dan jelas seolah-olah mitra bicaranya satu sehingga setiap
lapisan mengira dirinyalah yang sebenarnya dituju. Ia datang
untuk memberikan hidayah dan untuk mengantarkan kepada
berbagai tujuan petunjuk secara bertahap, namun tetap sangat
lurus, rapi, dan seimbang seolah-olah tujuannya satu. Tujuan yang
ada berkutat pada empat hal berikut:
Yaitu tauhid, kenabian, kebangkitan di mahsyar, dan
keadilan. Dengan dipenuhi oleh kandungan tauhid, ia menjadi
selaras, padu, teratur, dan menyatu. Siapa yang memiliki mata
Badiuzzaman Said Nursi

| xxvii

hati ia akan menemukan di dalam Alquran sebuah mata untuk


melihat semua alam laksana lembaran yang terlihat jelas. Ia
datang secara berulang-ulang untuk menegaskan dan mengaktualisasikan sejumlah kisah dan hukum. Namun demikian,
pengulangannya tidak membuat bosan serta tidak menghilangkan cita rasanya. Setiap kali diulang, ia semakin tegas dan nyata.
Bahkan, apa yang diulang membuat indah dan menyenangkan.
Kesturi yang disebarkan berulang-ulang menjadikan harumnya
menyebar ke mana-mana. Setiap kali dihadirkan ia semakin
nikmat selama engkau memiliki cita rasa yang sehat, dengan
kalbu yang tidak sakit. Rahasianya adalah karena ia merupakan
makanan dan nutrisi kalbu, serta kekuatan dan obat bagi ruh.
Makanan tersebut tidak membosankan meski berulang-ulang.
Orang yang sudah terbiasa akan merasa nyaman dan nikmat.
Hal ini berbeda dengan canda yang menyenangkan ketika baru
muncul, namun akan membosankan kalau diulang berkali-kali.
Analisa tentang topik ini pada kata kedua puluh lima
demikian menarik dan menyihir. Apabila di sini ia merupakan
tetesan, maka di sana ia menjadi lautan yang luas. Apa yang di
sini berupa tumbuhan kecil di sana ia menjadi hutan yang lebat.
Setelah peringatan singkat ini dalam al-Matsnawi pada
beberapa halaman selanjutnya kita melihatnya mengupas sebuah
topik Alquran dengan sangat menarik secara ringkas.
Ketahuilah bahwa apabila engkau memperhatikan
Alquran bungkuslah setiap suaranya yang beragam dalam
memberikan petunjuk serta yang tercelup oleh perantara dari
mulai Jibril hingga kepada orang yang kau dengar dengan sesuatu
yang sesuai.
Lewat mendengar dari seorang qari (pembaca) yang berada
dalam majlismu, engkau bisa meneruskan untuk mendengar dari
Nabi saw yang membacakannya saat berada dalam puncak
kenabian di majlis bumi kepada penduduknya; manusia dan
makhluk yang lain.
Engkau juga bisa mendengar dari Jibril ketika sedang
berbicara dengan Nabi di ufuk yang paling tinggi.
Engkau bisa mendengar dari balik tujuh puluh ribu hijab

xxviii |

Al-Matsnawi An-Nuri

dari Sang Pembicara azali, ketika Dia berbicara dengan Nabi saw
sejarak dua busur atau lebih dekat lagi. Jika mampu, pakai dan
bungkuslah sesuatu lewat yang sesuai dengannya.
Buku al-Matsnawi pada hakikatnya dianggap sebagai galeri
bagi berbagai topik persoalan yang luas dan agung sekaligus
merupakan indeks baginya. Dari satu persoalan bisa disusun
sebuah buku tersendiri. Berbagai persoalan yang ia bahas pada
tahap selanjutnya ia jelaskan dan ia rinci dalam berbagai Risalah
Nur pada berbagai bagiannya.
Betapa penting dan agung berbagai hakikat yang ia bahas
secara singkat dengan judul bunga. Kemudian ia masukkan
hakikat tersebut dalam Risalah Nur.
Risalah partikel laksana tunas kecil untuk bertakwa dan
beramal saleh. Di sana terdapat jawaban atas berbagai keinginan
dan perasaan duniawi kita. Pemikiran tauhid juga dihembuskan
ke dalam otak kita serta iman yang komprehensif dihamparkan
ke hadapan seluruh mata.
Sementara risalah semerbak menggugah hati seperti
sentuhan halus. Dijelaskan di dalamnya bahwa kekayaan ayatayat Allah dan kedalaman maknanya tidak bisa dikomparasikan
dengan syair. Ia membahas sejumlah tujuan penciptaan organ
manusia dengan menyingkap sejumlah tabir dan melenyapkan
perasaan biasa yang mengeruhkan dan melemahkan mata hati.
Pada risalah yang kesepuluh Badiuzzaman manuntun kita
menuju kaki makna qada, qadar, dan anugerah ilahi agar kalbu
kita dapat merasakan berbagai pengertian dan rahasia ayat
Alquran. Dari sana ia menemukan pengantar untuk mengetengahkan kepada pencari kebenaran saat ini sebuah jalan
berbeda guna mengantarnya menuju Tuhan. Di samping
menerangkan hal tersebut ia juga mengarahkan perhatian kita
kepada cakrawala kefakiran dan ketidakberdayaan kita. Dua
langkah berikutnya dan dengan judul yang lain ia menggugah
kesadaran kita bahwa manusia dalam proses penciptaannya
berbeda dengan seluruh makhluk hidup lainnya. Ia menegaskan
dan mengingatkan manusia merupakan indeks seluruh alam
wujud. Karena itu, kita melihatnya kembali kepada sejumlah doa
Badiuzzaman Said Nursi

| xxix

yang pada masa selanjutnya ia kaji dalam Koleksi Risalah Nur


selama berkali-kali. Ia membuka celah pintu-pintu rahasia untuk
menerima berbagai doa sehingga menggugah hati dan rasa
rindu kita untuk bermunajat. Pada tempat lain kita melihat
Badiuzzaman menegakkan keseimbangan antara mengungkap
nikmat dan sombong.
Dengan judul obor kita berkelana bersamanya dalam
berbagai pengertian lafal Allah yang demikian luas di mana ia
merupakan nama-Nya. Ia menghentak kalbu kita untuk mengenali cita rasa lain yang belum pernah kita cicipi sebelumnya.
Lalu dengan cepat ia membuka alinea di seputar doa. Ia
mengingatkan para pembaca bahwa memenuhi berbagai tugas
agama dengan tekad yang tinggi terhitung sebagai doa. Setelah
itu ia kembali mengarahkan perhatian kepada urgensi tanah serta
bagaimana dunia diposisikan sebagai jantung alam. Ia mengakhiri
uraiannya setelah itu dengan menjelaskan hadist yang berbunyi,
Jarak terdekat hamba dengan Tuhan adalah ketika ia bersujud.
Dengan judul titik Ustadz Badiuzzaman menambahkan
petunjuk nurani manusiayang ia pandang sebagai titik temu
antara alam gaib dan alam nyatakepada tiga petunjuk utama
di seputar zat ilahi yang banyak dibahas dalam Risalah Nur.
Dengan itu ia membuka celah pada satu bab yang diulas oleh
banyak pemikir serta ahli tasawwuf ketika sedang meniti jalan
suluk.
Ia menegaskan kemustahilan adanya perkembangan (teori
evolusi). Dari awal ia sudah menjelaskan bahwa adanya sejumlah
lompatan tidak bisa menjelaskan sesuatu dan tidak cukup bagi
adanya evolusi. Hal itu telah disampaikan sejak awal sebelum
banyak orang menyadari hakikat ini. Ia menjelaskan bahwa
makhluk hidup mustahil berpindah dari satu spesies ke spesies
lain. Karena itu, secara umum dan mutlak ia menyatakan
tidak kepada teori evolusi dengan bersandar kepada landasan
pemikiran yang benar.
Berbagai upaya Ustadz Ihsan Qasim ash-Shalihi yang patut
diapresiasi dalam menyiapkan cetakan al-Matsnawi yang berbahasa Arab di samping menerjemahkan sejumlah Koleksi

xxx |

Al-Matsnawi An-Nuri

Risalah Nur sungguh sangat mulia. Tentu saja hal tersebut jauh
lebih baik daripada pendahuluan semacam ini yang telah kami
edit dan masih tidak terlepas dari aib dan kekurangan.
Sebenarnya upaya Ustadz Ihsan yang penuh berkah tidak
terbatas pada satu bagian dari Koleksi Risalah Nur. Namun juga
meliputi seluruh Risalah Nur. Seyogyanya setiap persoalan yang
dibahas oleh berbagai risalah ini menjadi topik disertasi yang
memperhatikan seluruh landasan ilmiah yang terdapat dalam
berbagai tingkatan akademik Barat. Hal ini penting dari sisi
kemunculan nilai yang sebenarnya dari Risalah Nur pada tataran
akademis. Demikian pula dari sisi keberadaannya sebagai upaya
pada level usaha yang dikeluarkan Ustadz Ihsan Qasim.
Benar bahwa sejumlah kolega kami yang masih muda telah
mempersembahkan sejumlah studi, proposal magister dan
doktoral di seputar Risalah Nur. Namun, semuanya masih belum
cukup untuk memberikan nilai yang sebenarnya terhadap tokoh
besar itu lewat pemunculan tingkat pemikirannya yang tinggi.
Yang kami harapkan adalah pendirian sebuah lembaga yang
dapat melaksanakan tugas penting ini dalam waktu dekat.

Badiuzzaman Said Nursi

| xxxi

xxxii |

Al-Matsnawi An-Nuri

Pengantar

EDISI BAHASA INDONESIA


Prof. Dr. Andi Faisal Bakti

aid Nursi adalah salah seorang intelektual Muslim modern


dan orisinil yang pernah muncul di abad 20. Namun
demikian, dia tidak begitu dikenal di Asia Tenggara, di mana
penganut Islam terbesar di dunia, paling tidak hingga awal abad
21 ini. Berbeda dari Zia Gokalp dan Mustafa Kemal yang lebih
familiar di telinga orang Melayu, Said Nursi hanya dikenal oleh
segelintir sarjana di belahan dunia bagian selatan yang berpenduduk mayoritas Muslim, seperti Indonesia. Ketidakpopuleran
itu, mungkin disebabkan karena buku dan karya Said Nursi
hanya dibaca di kalangan terbatas dan tertentu oleh mahasiswa
dan masyarakat Islam sekitar Turki.
Atau mungkin juga karena pelajar dan mahasiswa Asia
Tenggara lebih terobsesi dengan karya-karya pembaharu seperti
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid
Ridha, Ahmad Khan, Muhamad Iqbal, Muhammad Ali Jinnah,
Abu Kalam Azad, dan juga seperti Kemal Attaturk. Boleh jadi
karena para penulis ini memang lebih merupakan aktivis politik
praktis, selain sebagai ulama, sementara untuk Said Nursi yang
lebih menonjol pada dirinya adalah keulamaannya. Nursi sekalipun juga dijebloskan ke dalam penjara, tetapi bukan karena dia
melakukan gerakan aktivisme politik besar-besaran. Namun lebih
kepada seorang tawanan perang. Ataukah, pada perkembangan
Badiuzzaman Said Nursi

| xxxiii

berikutnya, lebih kepada kemampuannya menarik massa, yang


dikuatirkan dapat disulut dengan mudah bila ada unsur-unsur
tertentu yang dapat dipolitisir, sehingga dia harus diasingkan
dari massanya.
Mungkin juga ketidak populeran Said Nursi di Dunia
Melayu karena memang tulisan dan karya Said Nursi belum diekspose ke luar negeri Turki, yang memang sepanjang hidupnya
lebih banyak berada dalam penjara, paling tidak di paruh pertama
abad ke 20, sehingga pemikirannya hanya dibaca di kalangan
murid dan pengikut dekatnya. Jadi pada periode ini, karyanya
masih konsumsi domestik. Itu pun hanya di kalangan pencinta
bacaan keagamaan, karena Turki di bawah kekuasaan Kemal
Attaturk sudah menjadi sekuler, sehingga buku-buku agama
hanya berputar di sekitar kaum agamis saja yang membacanya
secara diam-diam dalam perpustakaan pribadi mereka.
Menyebarkannya kepada dunia luar masih merupakan upaya
sekunder. Upaya seperti ini dapat saja dianggap berbahaya bagi
keselamatan jiwa Said Nursi yang masih dalam tahanan.
Tentu saja pengasingan dan penjara ini, selama lebih dari
dua dekade, kemudian menjadi semacam blessing in disguise
(mempunyai hikmah dan manfaat yang tak terduga) bagi umat
Islam, karena dia kemudian mempunyai waktu banyak dan luang
untuk menuliskan pikiran-pikirannya, tentang berbagai hal.
Terutama sekali mengenai dekadensi moral manusia ketika
bersentuhan dengan modernisme. Nursi kemudian sangat kritis
bukan hanya kepada umat Islam, tetapi juga kepada Barat, yang
dinilainya sangat sekuler, materialistis, individualistis, hedonis,
yang menafikan soal spiritualitas. Umat Islam juga menurutnya
sudah mulai terjangkiti penyakit ini.
Said Nursi menganggap bahwa aspek materi, sains dan
teknologi itu jelas sangat diperlukan oleh umat manusia. Bahkan
aspek itu harus dikembangkan terus. Namun dia menekankan
bahwa aspek bendawi semata bukanlah satu-satunya tujuan
hidup. Bahkan benda itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan
hidup sesungguhnya, yaitu pengabdian kepada Sang Khaliq,
Pencipta alam kebendaan ini. Dengan demikian spiritualitas dan

xxxiv |

Al-Matsnawi An-Nuri

materialitas saling membutuhkan, demi keselamatan manusia di


dunia dan akhirat.
Dalam konteks ini, Said Nursi telah menumpahkan buah
pikirannya ke dalam lembaran-lembaran masterpiecenya (Risalah
Nur) yang jumlahnya lebih dari 6000 halaman. Nursi yang telah
berhasil menguasai ilmu bantu seperti Bahasa Arab, dan Persia,
dengan mudah mendalami ilmu agama Islam yang memang
sudah cukup kaya dalam kahazanah intelektualitas umat Islam.
Dia juga belajar ilmu-ilmu umum dan eksakta, sehingga dia
sangat fasih dalam Ilmu Fisika, Biologi, dan Matematika. Sayang,
karyanya yang berkaitan dengan ilmu-ilmu yang terakhir ini
tidak sempat dia tuliskan hingga akhir hayatnya. Tetapi karyanya
mengenai pentingnya peningkatan dan pengembangan
peradaban Islam boleh dikata cukup komprehensif. Bahkan, oleh
karena ilmu eksakta yang pernah dia geluti itu, cukup membantunya dalam membuat analisis yang sangat tajam, serta argumentasi
yang rasional dan mudah dicerna.
Kecuali soal Fiqh/Hukum Islam, yang menurutnya telah
diselesaikan dengan apik dan lengkap oleh para pendiri
madzhab, baik Sunni maupun Syia, dan baginya tak ada lagi yang
tak tersentuh, Nursi memusatkan perhatiannya pada aspek
Teologi, Filsafat, Kalam, Tasawuf, Politik, Sosial, dan Ekonomi.
Terutama sekali mengenai peningkatan akhlak dan peradaban
manusia. Dia juga amat kritis terhadap pendapat kaum filosof
dan ahli kalam Muslim sebelumnya, yang baginya perlu pelurusan sehingga tidak membuat umat Islam tersesat. Nursi juga
menantang teori evolusi, yang baginya sebuah teori yang berdasar
pada kausalitas, yang sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena berarti telah melawan konsep kreativitas Tuhan atas
segala sesuatunya, satu per satu. Baginya kausalitas itu hanyalah
yang tampak saja, tetapi pada hakikatnya benda itu masingmasing tercipta dan berdiri sendiri mengabdi kepada Tuhan.
Karya Said Nursi adalah dalam bentuk excegesis atau tafsir
Quran, namun dia tidak lakukan secara runtut ayat per ayat.
Dia konstruksi sendiri elaborasi dan ulasannya berdasarkan alur
berfikir yang dibangunnya sendiri. Dia juga tidak mengulas
Badiuzzaman Said Nursi

| xxxv

semua ayat dalam al-Quran, tetapi hanya mengutipnya sebagai


supporting ideas (pendukung ide) atas argumentasi yang dikemukakannya. Hanya kurang lebih 1500 ayat yang dia gunakan
sebagai alat argumentasi dalam meyakinkan pembacanya
menerima ide-idenya. Risalah Nur menjadikan Al-Quran sebagai
sumber utamanya, di samping hadits dan sunnah Nabi SAW.
Salah satu tujuannya adalah mempertahankan kebenaran Islam
dan menjaga ajarannya agar tidak terkontaminasi dengan unsur
kemusyrikan. Terutama sekali agar umat Islam tidak terpengaruh
dengan kilau dan gemerlap materi tanpa nafas tauhid. Karena
itu, kitab tafsir ini meletakkan fondasi dan menegakkan bangunan
komunitas Islam (ummatul Islam).
Demikianlah, maka buku yang ada di tangan Anda ini: AlMatsnawi merupakan rangkuman/summary/ikhtisar dari
beberapa karya besar Nursi. Inti sari dari buku ini meliputi rukun
iman: Keesaan Allah (tauhid), malaikat, rasul-rasulnya, kitabkitabnya, hari akhirat, dan takdir baik dan buruk. Selain itu, buku
ini juga menjelaskan tentang penyakit kalbu (jiwa), seperti ujub,
putus asa, angkuh, dan buruk sangka (suuzzan). Lebih jauh lagi,
buku ini juga menguraikan dengan penuh analogi rasional
mengenai manusia dan hakikatnya, yang dilihatnya bahwa alam
ini sebagai pohon, dan manusialah sebagai buahnya.
Selain membahas tentang kitab-kitab dan wahyu Allah
sebelumnya, Nursi juga lebih khusus, bahkan beberapa bab, yang
membahas tentang keluarbiasaan Al-Quran. Dia mengemukakan
bahwa betapa Al-Quran itu merupakan mukjizat tertinggi Nabi
Muhammad SAW, terutama bila ditilik dari segi balaghah, maani,
kefasihan, badi, susunanuslub, dan munasabahnya. Buku
terjemahan yang ada di tangan pembaca ini juga mengelaborasi
soal hikmah dan makna di balik banyaknya pengulangan kata,
kalimat, dan ide dalam al-Quran. Dia katakan, bahwa selain
sebagai pelajaran, al-Quran juga sebagai alat zikir. Semakin
banyak membaca ayat yang sama (diulang) itu, semakin tinggi
nilai zikirnya di mata Allah SWT. Tasbih dan zikir dalam konteks
ini menurut Said Nursi mempunyai makna yang sangat kokoh
sekali bagi penguatan aqidah manusia. Wirid Subhanallah,

xxxvi |

Al-Matsnawi An-Nuri

Alhamdulillah dan Allah Akbar, adalah pengakuan atas kebesaran Allah SWT dan perhambaan manusia kepadaNya, yang
pada gilirannya itu semua merupakan ibadah kepada Allah SWT.
Dalam penjelasannya mengenai tauhid, Said Nursi mengaitkannya dengan empat bukti kekuasaan dan keesaan Allah
SWT, yaitu: 1. Alam semesta yang sangat teratur ini, tiap ciptaan
sebesar atom pun dan sebesar galaksi pun semuanya berjalan
dengan penuh ketaatan, dan tentu berdasarkan kadar dan upaya
berencana Sang Pencipta satu demi satu; 2. Diutusnya Rasulullah
SAW juga merupakan indikasi luar biasa atas keesaan dan
kekuasaan Allah SWT, betapa kasih sayang Allah SWT tercurah
kepada manusia, sehingga Rasulullah SAW, yang berasal dari
jenis manusia juga, diutus menjadi rahmat bagi sekalian alam,
sekaligus sebagai penyampai risalah yang mudah dipahami oleh
manusia; 3. Selain itu, Al-Quran juga adalah suatu bukti yang
tak terbantahkan mengenai eksistensi Tuhan yang maha Pencipta
dan Maha Mengetahui, karena Al-Quran mencakup informasi
yang tak mungkin diberikan oleh manusia biasa. Akhirnya, dia
tutup dengan aspek asbtrak dan mendalam, namun tak dapat
dinafikan bukti kebesaran Allah SWT atas diri manusia, yaitu
hati nurani manusia.
Said Nursi juga menjelaskan secara panjang lebar soal
kesesatan dan kebahagiaan, baik dalam hidup ini maupun nanti
di akhirat. Orang yang tersesat berarti telah gagal dalam memahami ayat-ayat Allah SWT yang terpampang di depan mata, baik
yang sifatnya qawliyah (terucap dan tertulis), maupun yang
kawniyah (yang terdampar dalam wujud alam ini). Namun, ada
juga orang yang tercerahkan (enlighted) dan mendapat petunjuk
menuju kepada jalan lurus (the straight path/al-sirat al-mustaqim)
dan mendapatkan kebahagiaan. Mereka inilah yang berhasil
membaca ke dua kitab Allah SWT itu, dengan akalnya dan hati
nuraninya, yang melahirkan iman dan taqwa.
Buku al-Matsnawi ini juga sangat kritis terhadap praktik
kehidupan orang Barat, yang dinilainya sesat dan jauh dari jalan
lurus. Barat terlalu banyak bertumpu pada soal keduniaan, dan
meninggalkan soal keakhiratan. Padahal, akhirat itu merupakan
Badiuzzaman Said Nursi

| xxxvii

kelanjutan dari dunia ini. Di sanalah manusia mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dilakukan selama hidup di dunia
ini. Barat yang tadinya dibangun atas nilai-nilai spiritualitas
wahyu, namun pada perkembangannya meninggalkan ajaran itu,
dan membangun di atas fondasi yang rapuh dan centang
perenang, karena sepi dari dimensi spiritualitas. Bagi Nursi, Barat
itu ada dua macam: 1. Barat yang rajin, tekun, kreatif, inovatif,
kerja keras demi mencapai dunia ini. 2. Barat yang acuh tak acuh,
tidak peduli, lalai, dari soal ketuhanan. Namun Nursi, sengaja
tidak mengelaborasi lebih jauh soal Barat yang pertama ini, karena
baginya hal itu sudah mafhum bagi kebanyakan manusia. Alihalih, dia berkali-kali mengeritiknya habis-habisan, agar tradisi
Barat model ke dua ini tidak menjadi kecenderungan manusia
seluruhnya, termasuk Timur dan Dunia Islam. Dia menantang
Barat agar mau membaca risalahnya, agar dapat terhindar dari
kesesatan (misleading) yang sudah sangat terstruktur mengitari
hidup mereka.
Akhirnya, sebagai penutup, kita perlu menyambut baik
terjemahan versi Indonesia buku al-Matsnawi ini. Buku ini dapat
menjadi langkah awal bagi para pembaca yang ingin mengetahui pemikiran Said Nursi. Dan pada giliranya pemikikiran Said
Nursi juga dapat berkembang di tengah-tengah masyarakat
Dunia Melayu. Namun, buku ini, karena memang masih bersifat
rangkuman, belumlah cukup untuk memahami Said Nursi secara
utuh. Oleh karena itu, terjemahan Indonesia atas semua seri Risaah
Nur, tentunya sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Indonesia,
yang sudah mulai gandrung dengan kitab-kitab yang mengandung aspek baru, makna dan interpretasi baru atas ilmu
keislaman, namun tetap mempertahankan khazanah dan tradisi
Islam yang utuh. Kombinasi unsur tradisional dan modern,
tasawuf dan filsafat, kalam dan teologi, membuat karya Said
Nursi ini selalu segar untuk dibaca dan ditelaah.
Selamat membaca!

xxxviii |

Al-Matsnawi An-Nuri

DAFTAR ISI
Pengantar Editor Bahasa Arab .......... iii
Sekapur Sirih: Muhammad Fethullah Gulen .......... vii
Pengantar Edisi Bahasa Indonesia .......... xxxiii
Daftar Isi .......... xxxix
Pendahuluan Penulis .......... 1
Risalah Pertama: Cahaya Mentari Tauhid .......... 9
Risalah Kedua: Percikan Lautan Makrifat Nabi Saw. .......... 27
Risalah Ketiga: Lasiyyama .......... 61
Risalah Keempat: Setetes Lautan Tauhid .......... 85
Bab Pertama: L ilha illallh .......... 91
Bab Kedua: Subhnallh (Mahasuci Allah) .......... 123
Bab Ketiga: Alhamdulillh (Segala Puji Milik Allah) .......... 125
Bab Keempat: Allhu Akbar (Allah Maha Besar) .......... 129
Lanjutan Setetes Lautan Tauhid .......... 159
Risalah Kelima: Butir Lautan Alquran Yang Penuh
Hikmah .......... 171
Surat Untuk Dewan Perwakilan Rakyat .......... 201
Risalah Keenam: Benih Biji Buah Taman Alquran .......... 221
Lanjutan Benih .......... 247
Lanjutan dari Lanjutan .......... 263
Risalah Ketujuh: Bunga Taman Alquran Yang Penuh
Hikmah .......... 275
Lanjutan Bunga .......... 307
Risalah Kedelapan: Benih Kilau Petunjuk Alquran .......... 323
Risalah Kesembilan: Semerbak Hembusan Petunjuk
Alquran .......... 353
Badiuzzaman Said Nursi

| xxxix

Risalah Kesepuluh: Bagian Ketiga Semerbak Hembusan Petunjuk


Alquran .......... 375
Risalah Kesebelas: Obor Cahaya Mentari Alquran .......... 451
Lanjutan Obor .......... 489
Risalah Kedua Belas: Titik Cahaya Makrifatullah .......... 493
Petunjuk Pertama: Hakikat Muhammad saw. .......... 495
Petunjuk kedua: Kitab Alam .......... 495
Petunjuk Ketiga: Alquran yang Penuh Hikmah .......... 502
Petunjuk Keempat: Nurani Manusia .......... 506
Risalah Ketiga Belas: Cahaya Bintang Alquran .......... 513

xl |

Al-Matsnawi An-Nuri

Anda mungkin juga menyukai