Otitis Media Akut
Otitis Media Akut
KELOMPOK 9
Putri Maulia
030.10.224
Putri Sarah
030.10.225
030.10.226
Rachel S Aritonang
030.10.227
030.10.228
Radian Savani
030.10.229
Ramayani Batjun
030.10.231
030.10.232
Raysa Angraini
030.10.233
Reynatta Audralia
030.10.234
Riana Rahmadhany
030.10.235
Ricky Julianto
030.10.236
Riza Ernaldy
030.10.237
Riza Tafson
030.10.238
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarnya cairan dari liang telinga atau otorrhea merupakan gejala klinis yang sering
ditemukan pada kasus penyakit telinga.Bisa ditemukan pada orang dewasa maupun
anak kecil.
Cairan yang keluar dari telinga harus diperhatikan sifat-sifatnya karena dapat
mendukung diagnosis, misal jernih atau purulen, mengandung darah atau tidak,
berbaukah, pulasatil atau non-pulsasi. Gejala penyerta yang lain juga harus di
perhatikan, seperti adanya ganguan pendengaran, tinitus dan otalgia (nyeri telinga).
Sekret yang keluar dapat purulen, mukoid atau mukopurulen, sekres seperti ini
menandai adanya infeksi pada telinga.sekret dapat pula jernih yang bisa disebabkan
oleh berbagai jenis dermatosis meatus akustikus externa atau mungkin sekret yang
jernih itu berasal dari cairan otak (serebrospinalis). semua tipe otore ini dapat
mengandung darah, bisa masif karena trauma dan berbagai neoplasma. sekret dapat
tidak berbau dan berbau sangat busuk (biasanya pada kolesteatoma). Biasanya sekret
ini non-pulsatil, tetapi bila berada di bawah tekanan hebat di celah ruang telinga
tengah, maka ia akan berpulsasi.
BAB II
LAPORAN KASUS
Kasus :
Lembar 1
Seorang anak perempuan umur 10 tahun diantar orangtuanya dengan
keluhan keluar cairan kental dari telinga kirinya.
Lembar 2
Lima hari sebelum masuk RS, anak tersebut menderita batuk pilek disertai
demam tinggi yang diikuti dengan keluar cairan kental dari telinga kirinya. Pada usia
6 tahun, ia pernah beberapa kali keluar cairan dari telinga kiri terutama jika batuk
pilek atau sehabis berenang.
Oleh orangtua pasien selama ini diberikan obat tetes telinga yang dibeli
bebas, namun tidak terdapat perubahan.
Menurut orangtuanya, akhir-akhir ini jika dipanggil atau diajak bicara sering kurang
dengar dan minta diulang perkataanya.
Lembar 3
Pada saat pemeriksaan didapatkan pasien demam 380C.pada pemeriksaanTHT telinga
kanan didapatkan liang telinga lapang dan membran timpani hiperemis. Pada liang
telinga kiri berisi lender mukourulen. Membran timpani belum dapat dinilai. Setelah
secret dibersihkan tampak perforasi subtotal membrane timpani. Retroaurikuler kanan
tenang dan retroaurikuler kiri didapatkan nyeri pada penekanan.
Pemeriksaan hidung cavum nasi sempit terisi lender mukopurulen konka inferior
edema dan hiperemis dan tidak terdapat deviasi septum.
Pemeriksaan rongga mulut tidak terdapat trismus.Arkus faring simetris tepi
hiperemis.Uvula terletak ditengah.Tonsil T3-T3 hiperemis, terdapat detritus dan kripta
melebar.Dinding posterior faring hiperemis namun tidak menonjol.Kelenjar getah
bening leher tidak membesar.
Lembar 4
Pemeriksaan radiologi mastoid
Kesan : mastoid kanan diploik
mastoid kiri sklerotik
Pemeriksaan Audiometri
BAB III
PEMBAHASAN
MASALAH DAN HIPOTESIS
Masalah
1.
Keluar
Dasar Masalah
Hipotesis
cairan Keluarnya cairan kental dari telinga Otitis
kiri (otore)
liang
cairan
supuratif
kronis
Otitis media non
supuratif
telingabisaakibat Otitis
media
media
dengan
membrane
yang
mengalirkan
sebagian
harusnya
cairan
stadium
perforasi
Ruptur
membrane
timpani
ke Kolesteatom
Lima
sebelum
rumah
pasien
mengalami
ditelinga
dalam
yang
demam
telinga kiri.
Pada
usia
tahun,
beberapa
pernah
supuratif
kali
kronis
telinga
kiri
terutama
jika
supuratif
membrane
habis berenang.
timpani
Berenang
resiko
infeksi
4.
media
juga
merupakan
untuk
kembali
akibat
air
telingaanya.
Oleh orang tua Obat
tetes
diberikan
tetes
factor
terjadinya
masuk
telinga
ke
dipasaran
merupakan
antibiotika
untuk
bagian
luar.
aminoglikosida
Antibiotika
terutama
Tuli
akibat
ototoksik
pseudomonas
aeroginosa
yang
Menurut
tuanya,
akhir
ini
jika pada
dipanggil
membrane
atau pendengaran,
timpani,
maupun
tulang
media
stadium
perforasi
saraf-syaraf Rupture
diajak
sering
membrane
timpani
Anamnesis :
Riwayat penyakit sekarang :
1. Keluhan dirasakan sejak kapan?
2. Apakah ada keluhan lain seperi nyeri?
3. Nyeri yang dirasakan hebat ataukah ada pencetus baru merasakan nyeri?
4. Bagaimana sifat serta konsistensinya sekretnya?
5. Apakah secret keluar terusa menerus atau intermiten?
6. Selain nyeri apakah ada gejala lain seperti demam, gelisah,gangguan tidur,
sakit tenggorokan?
7. Apakah ada gangguan pendengaran?
8. Apakah ada kebiasaan sering mengkorek telinga?
Riwayat penyakit dahulu :
1. Apakah pernah mengalami infeksi saluran nafas atas?
2. Apakah pernah mengalami trauma?
3. Apakah ada riwayat alergi?
4. Bagaimana riwayat pengobatannya?
PEMERIKSAAN FISIK
Pada saat pemeriksaan didapatkan:
Keadaan Umum
Suhu = 380C menandakan pasien febris (n=36,5-37,2 0C)
Status Lokalis
Telinga
Liang telinga
Telinga kanan
lapang
Telinga kiri
berisi lender
Keterangan
Lendir yang
mukopurulen
mukopurulen berasal
dari cairan telinga
tengah yang
mengalami efusi atau
keluar akibat rupture
Retroaurikuler
tenang
nyeri pada
membrane timpani
Nyeri menunjukan
penekanan
adanya peradangan
yaitu mastoiditis
Setelah secret
Membrane timpani
hiperemis
dibersihkan
Hiperemis
tampak
menandakan adanya
perforasi
pelebaran pembuluh
subtotal
membrane
reaksi inflamasi.
timpani
Hidung dan Paranasal
Cavum nasi
Konka inferior
Deviasi septum
Cavum nasi sempit dikarena reaksi radang yang menyebabkan udem.Secret hidung
yang bilateral dan bersifat mukopurulen biasanya disebabkan oleh infeksi
hidung.Konka inferior yang edema dan hiperemis juga disebabkan oleh radang yang
bisa disebabkan oleh alergi maupun bakteri.
Tengorokan
Rongga mulut
Arkus faring
Uvula
Tonsil
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran diploik pada telinga kanan bila pneumatisasi mastoid terganggu oleh
proses infeksi, maka hanya beberapa kelompok sel-sel yang besar. sedangkan
gambaran sklerotik pada telinga kiri diduga akibat aktivitas osteoblas yang dirangsang
oleh infeksi kronik atau berulang. Derajat perkembangan mastoid dijelaskan secara
radiologik sebagai pneumatik, diploik, sklerotik dan tidak berkembang. Bila
pneumatisasi mastoid normal terjadi tanpa adanya hambatan akibat infeksi berulang di
masa kanak-kanak ataupun anomali perkembangan lainnya, maka rongga-rongga
udara mastoid yang terbentuk sempurna tersebut dikenal sebagai tipe pneumatik.(4)
10
Telinga kiri
: BC lebih dari 25 dB
AC lebih besar dari BC
(Tuli campuran berat)
Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.
Derajat ketulian
Nilai ambang pendengaran
Normal
: -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan
: 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang
: 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat
: 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat
: 71 dB sampai 90 dB
Tuli total
: lebih dari 90 dB.
11
DIAGNOSIS
Otitis Media Supuratif Kronik sinistra dan Otitis Media Akut dekstra
stadium hiperemis dengan Tonsillitis Kronis.
Otitis media adalah salah satu infeksi tersering pada anak-anak.Suatu peneliatian oleh
Howie menunjukkan bahwa suatu episode infeksi S. pneumoniae dalam tahun
pertama kehidupan telah dihubungkan dengan berlanjutnya insidens episode otitis
akut berulang.Keadaan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki.
DIAGNOSIS BANDING
OTITIS MEDIA SEROSA / NON-SUPURATIF
Otitis media serosa disebabkan oleh transudasi plasma dari pembuluh darah ke dalam
rongga telinga tengah yang terutama disebabkan perbedaan tekanan hidrostatisk,
sementara otitis media mukoid merupakan akibat sekresi aktif kelenjar dan kista pada
lapisan epitel celah telinga tengah.
12
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Meningkatkan kebersihan daerah telinga dan mulut agar tidak terjadi infeksi
berulang
Tidak boleh berenang sampai kondisi membrane timpani sembuh total.
Medikamentosa
topical.
Meringoplasti jika dalam waktu 2 bulan tidak terjadi penutupan dari
KOMPLIKASI
Sinusitis
Abses parafaring
Bronchitis
Obstruksi saluran nafas
PROGNOSIS
1. Ad Vitam
: ad Bonam
2. Ad Functionam
: Dubia ad Bonam.
3. Ad Sanationam
: Dubia ad malam
13
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani
dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibuli
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang mendorong endolimfa,
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsan mekanik yang menyebabkan terjadinya
14
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel
rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.(2)
D
a
l
a
m
t
e
l
i
n
g
a
15
ANATOMI TELINGA
1. Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis
auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti
cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga).Telinga terletak
pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.Aurikulus melekat ke sisi
kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan
jaringan bawah kulit pada lobus telinga.Aurikulus membantu pengumpulan
gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.
Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular.
Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut.Kanalis auditorius
eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai
kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial
16
17
18
19
telinga tengah dapat juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik
sehingga sedikit sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis
media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi
kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.
Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau
mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan
vertigo .1
Epidemiologi
20
: saluran pernafasan
Faktor pencetus
Anak-anak: Tuba eustachius pendek dan
lebar, higience, posisi supine, dikelilingi
banyak adenoid dan limfoid.
Riwayat ISPA
berulang
Sistem imun
gagal
21
22
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan
kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak ( perforasi )
dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Sekret mungkin encer atau
kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan.
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius
.Organisme-organisme
dari
meatus
auditoris
eksternal
termasuk
pada perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
23
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) yang sudah terjadi lebih dari
2 bulan dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang
terus menerus .
Letak perforasi
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan
tipe/jenisOMSK. Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah
sentral, marginalatau atik .
1.Perforasi sentral
Perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi
masihada sisa membrane timpani
2. P e r f o r a s i m a r g i n a l
Pada
perforasi
marginal
ini
maka
sebagian
tepi
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja
danb i a s a n y a
terletak
di
tidak
mengenai
tulang
dan
perforasinya
Table perbedaan Otitis media supuratif kronis tipe benigna dan maligna :
OMSK Benigna
Proses peradangan berbatas pada mukosa
OMSK Maligna
Proses peradangan tidak terbatas pada
mukosa
Proses peradangan mengenai tulang
Perforasi timpani paling sering tipe
marginal dan atik .kadang tipe subtotal
(sentral) dengan kolesteatoma.
25
Gejala klinis :
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan.Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai
reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi.Keluarnya sekret biasanya hilang timbul.Pada OMSK stadium inaktif tidak
dijumpai adannya sekret telinga.Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara
luas.Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.Suatu
sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.Pada OMSK tipe maligna
biasanya didapat tuli konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.Nyeri
26
27
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto
ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan
tegmen.
2. Proyeksi Mayer atau Owen,
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah.Akan tampak gambaran tulangtulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah
mengenai struktur-struktur.
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibat
4. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.2
Bakteriologi
1. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari
1% menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru
yang lanjut.Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa
28
dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak
dipateurisasi3.
2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa,
stafilokokus aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas
aeruginosa adalah ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin,
sefalosporin dan makrolid. Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik
kecuali makrolid.Stafilokokus aureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim
dan sensitif untuk sefalosforin generasi I dan gentamisin.
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas :
1. Konservatif
2. Operasi
OMSK Benigna tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas.Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk
mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
OMSK Benigna aktif
29
30
31
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
BAB V
KESIMPULAN
Pada pasien ini telah terjadi kompikasi perforasi membrane timpani dari otitis
media akut yang di deritanya saat berumur 6 tahun. Diduga otitis media pada psaien
diawali oleh rhinitis dan tonsillitis. Dengan pengobatan dan terapi yang adekuat
diharapkan kondisi pasien dapat kembali baik dan tidak terulang lagi.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
35