491 766 1 SM PDF
491 766 1 SM PDF
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk formulasi gel sari buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
dengan variasi basis gel dengan tujuan untuk memperoleh formula gel sari buah belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) yang stabil secara fisik. Dua formula gel dibuat dengan basis gel carbopol (formula I)
dan hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) (Formula II). Kemudian dilakukan evaluasi kestabilan fisik dengan
parameter pemeriksaan organoleptik, pengukuran viskositas, dan penentuan yield value sebelum dan
setelah penyimpanan dipercepat. Pada pemeriksaan organoleptik kedua formula gel tidak mengalami
perubahan warna, bau dan konsistensi sebelum maupun setelah penyimpanan dipercepat. Pada
pengukuran viskositas diperoleh hasil bahwa formula I dan II tidak berbeda nyata sebelum dan setelah
penyimpanan dipercepat. Analisis statistik dari yield value menunjukkan bahwa formula I dan II tidak
berbeda nyata sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat. Pada rheogram terlihat bahwa formula I
memiliki kurva yang tidak terlalu berhimpit dan formula II memiliki kurva yang berhimpit sebelum dan
setelah penyimpanan dipercepat, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua sediaan stabil, tetapi yang
memiliki kestabilan paling optimal yaitu formula II dengan dasar gel hidroksipropilmetilselulosa (HPMC).
Kata kunci : gel, sari buah belimbing wuluh, karbopol, hidroksipropilmetilselulosa, kestabilan fisik.
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain alat pengering beku (freeze drier), gelas erlenmeyer 25
ml, 250 ml, dan 500 ml (Pyrex), gelas piala 50 ml
dan 100 ml (Iwaki, Pyrex), gelas ukur 25 ml
(Pyrex), lemari pendingin (Sharp), lumpang dan
alu, pH meter, timbangan analitik (Chyo), dan
Viscometer Brookfield.
Bahan yang digunakan antara lain air
suling, etanol, hidroksipropilmetilselulosa (HPMC),
carbopol 934, trietanolamin (TEA), metil paraben,
propilenglikol, dan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 1 Maret 2011, hlm. 5 9
Sebanyak 6 buah belimbing wuluh berukuran sedang, yang setara dengan 29 g dibersihkan, kemudian diambil sarinya dengan juicer,
dan diperoleh jus sebanyak 8,2 ml dengan berat
10,1 gram. Jus yang diperoleh dikeringbekukan
dengan freeze drier, dan diperoleh ekstrak kering
sebanyak 425 g.
Rancangan Formula dan Pembuatan Sediaan
Gel sari buah belimbing wuluh dibuat dengan variasi bahan pembentuk gel yaitu karbopol
dan HPMC. Sebagai pelarut digunakan air suling,
metil paraben sebagai pengawet, propilenglikol sebagai humektan. Komposisi selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rancangan Formula Gel Sari Buah Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan basis karbopol dan
HPMC
Konsentrasi (% b/v)
Nama bahan
Formula I
Sari belimbing wuluh
HPMC
Carbopol
TEA
Propilenglikol
Metil Paraben
Air suling
Formula II
0,425%
-
0,425%
8%
0,35%
2%
10%
1,2%
Ad 100%
10%
1,2%
Ad 100%
Evaluasi Kestabilan
Evaluasi kestabilan dari sediaan gel sari
buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) biasanya dilakukan dalam kondisi dipaksakan (stressed
condition) untuk mempercepat peruraian dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk pengujian.
Penyimpanan kondisi dipercepat dilakukan pada
o
suhu antara 5 dan 35 C masing-masing 12 jam
selama 10 siklus (4,5).
Pemeriksaan organoleptik sediaan gel
Pemeriksaan organoleptik meliputi pemeriksaan perubahan warna, konsistensi dan bau dari
formula sebelum dan sesudah penyimpanan kondisi dipercepat.
Pengukuran viskositas sediaan gel
Sebanyak 100 ml gel dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml kemudian viskositasnya diukur dengan Viscometer Brookfield yang dilengkapi dengan spindle no. 64 dengan kecepatan 50
rpm (putaran per menit) kemudian data yang diperoleh dicatat dan dianalisis secara statistik.
Penentuan yield value sediaan gel
Sebanyak 100 ml gel dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml kemudian yield valuenya
diukur menggunakan Viscometer Brookfield yang
dilengkapi dengan spindle nomor 64 dengan berbagai kecepatan yakni 5, 10, 20, 30, dan 50 rpm
(putaran per menit). Data yang diperoleh dicatat
dan dianalisis secara statistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dibuat gel antijerawat
dengan menggunakan bahan aktif ekstrak sari
belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) karena secara empiris belimbing wuluh dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan jerawat dengan
cara dihaluskan dan digosokkan pada wajah yang
berjerawat. Sediaan gel dibuat dengan basis gel
yang berbeda, yaitu karbopol dan hidroksipropilmetilselulosa (HPMC).
Karbopol dipilih sebagai salah satu bahan
dasar gel berdasarkan bentuk dan penampakan
gel yang ingin diperoleh yakni gel satu fase dan
bening atau transparan, karena berdasarkan literatur bahan dasar gel tersebut dari golongan bahan sintetik bila diformulasi akan membentuk gel
satu fase yang jernih. Sedangkan hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) merupakan dasar gel semisintetik turunan selulosa.
Trietanolamin ditambahkan sebagai bahan
penetral untuk karbopol yang bersifat asam karena
Nursiah Hasyim, Formulasi Gel Sari Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
mengandung 56 86% asam karboksilat. Mekanisme kerjanya dengan mengionisasi gugus karboksil dari karbopol ketika terpapar oleh cahaya
dan menyebabkan oksidasi yang diperlihatkan dengan penurunan viskositas dispersi karbopol (6).
Trietanolamin juga berfungsi sebagai bahan penstabil dan pengembang dari karbopol dan mencegah rusaknya dispersi dari karbopol ketika terpapar
oleh cahaya yang dapat menyebabkan gel menjadi
keruh.
Penambahan metil paraben dimaksudkan
sebagai pengawet (7). Hal ini disebabkan karena
penggunaan medium pendispersi air yang sangat
rentan terhadap pertumbuhan mikroba. Sedangkan propilenglikol pada formula ini digunakan sebagai humektan (6).
Evaluasi kestabilan sediaan gel sebelum
dan setelah penyimpanan dipercepat dilakukan
untuk menentukan kestabilan secara fisik karena
evaluasi tersebut merupakan salah satu parameter
untuk mendeteksi ketidakstabilan dari sediaan gel.
Evaluasi dilakukan dengan pada kondisi dipaksakan (stressed condition) untuk mempercepat peruraian dan mengurangi waktu yang diperlukan
untuk pengujian. Sediaan gel diuji kestabilannya
pada suhu 5 35 C selama 10 siklus dengan tiap
siklus selama 12 jam. Evaluasi kestabilan meliputi
pemeriksaan organoleptis, pengukuran viskositas
dan yield value.
Hasil pemeriksaan organoleptis menunjukkan bahwa kedua sediaan gel stabil secara fisik
karena tidak mengalami perubahan warna, bau
dan konsistensi, baik itu sebelum maupun setelah
penyimpanan dipercepat. Salah satu indikator perubahan yang mengarah pada ketidakstabilan suatu sediaan adalah terjadinya perubahan warna dan
bau sediaan. Pengamatan organoleptis dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya perubahan warna,
bau dan konsistensi yang terjadi selama penyimpanan (8).
Dari pengukuran viskositas diperoleh data sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat
menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata yang
dapat dijadikan parameter bahwa kedua sediaan
gel stabil secara fisik. Pengukuran viskositas dengan Viscometer Brookfield dengan spindle 64
dan kecepatan 50 rpm sebanyak tiga kali replikasi sebelum penyimpanan dipercepat menghasilkan nilai pada formula I 86,733 poise dan pada
formula II 115,400 poise. Sedangkan setelah penyimpanan dipercepat diperoleh hasil pada formula I adalah 82,133 poise dan pada formula II
adalah 115,233 poise. Hasil analisis statistik terhadap nilai viskositas menunjukkan bahwa kedua
formula berbeda sangat signifikan yang ditunjukkan oleh F hitung lebih besar dari Ftabel.
Yield value adalah besarnya gaya atau
tekanan geser yang harus dilampaui agar dapat
mengalir. Yield value dan viskositas saling berhubungan karena semakin tinggi viskositas maka
yield value semakin besar. Yield value pada formula I sebelum penyimpanan dipercepat adalah
53,064 dyne/cm 2 dan setelah penyimpanan
dipercepat adalah 48,286 dyne/cm 2. Sedangkan
pada formula II sebelum penyimpanan dipercepat
adalah 4,693 dyne/cm 2 dan setelah penyimpanan
2
dipercepat adalah 9,400 dyne/cm . Analisis statistik menunjukkan bahwa kedua formula berbeda
sangat signifikan yang ditunjukkan oleh F hitung
lebih besar dari Ftabel.
Kedua sediaan gel menunjukkan tipe aliran non-Newton yaitu aliran plastis karena tidak
melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing
stress pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai yield value. Pada rheogram terlihat
bahwa formula I memiliki kurva yang tidak terlalu
berhimpit sebelum dan setelah penyimpanan
dipercepat sedangkan pada formula II memiliki
kurva yang berhimpit sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Organoleptis Gel Sari Buah Belimbing (Averrhoa bilimbi L.)
Penyimpanan Dipercepat
Jenis Sediaan
Formula I (Basis
karbopol)
Formula II (Basis
HPMC)
Warna
Jenis Pemeriksaan
Bau
Konsistensi
Sebelum
Kuning
Khas
Halus, lunak
Sesudah
Kuning
Khas
Halus, lunak
Sebelum
Kuning
Khas
Halus, lunak
Sesudah
Kuning
Khas
Halus, lunak
Kondisi
Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 1 Maret 2011, hlm. 5 9
Formula
Formula I (Basis
karbopol)
Formula II (Basis
HPMC)
Sebelum
Sesudah
86,733
82,133
115,400
Jenis Sediaan
Formula I (Basis
karbopol)
115,233
Ulangan
Kondisi
Formula II (Basis
HPMC)
Sebelum
53,343
52,786
Sesudah
48,157
48,414
Sebelum
4,657
9,757
Sesudah
4,729
9,043
Formula I
80,000
Tekanan Geser
70,000
60,000
50,000
40,000
Sebelum
30,000
Sesudah
20,000
10,000
0,000
0
0,2
0,4
0,6
0,8
Kecepatan Geser
Gambar 1. Rheogram Hubungan antara Kecepatan Geser dengan Tekanan Geser Gel Sari
Buah Belimbing (Averrhoa bilimbi L.) pada Formula I (Basis Karbopol)
Formula II
120,000
Tekanan Geser
100,000
80,000
60,000
Sebelum
Sesudah
40,000
20,000
0,000
0
0,2
0,4
0,6
0,8
Kecepatan Geser
Gambar 1. Rheogram Hubungan antara Kecepatan Geser dengan Tekanan Gel Sari Buah
Belimbing (Averrhoa bilimbi L.) pada Formula II (Basis HPMC)
Nursiah Hasyim, Formulasi Gel Sari Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
stabil, tapi formula II dengan dasar gel hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) adalah yang paling
stabil secara optimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, gel dari sari
buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan
basis gel HPMC (hidroksi-propilmetilselulosa) memiliki kestabilan fisik paling optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asean countries, 1993, Standard of Asean
Herbal Medicine, vol 2, Jakarta, 24-30.
2. Soedibyo, M., 1998, Alam sumber kesehatan,
manfaat dan kegunaan, Balai Pustaka, Jakarta, 81.
3. Thomas, A.N.S, 1989, Tanaman Obat Tradisional, Yogyakarta. Kanisius.
4. Aulton, M.E, 1988, Pharmaceutics; The
Science of Dosage Form Design, Chur-chill
Livingstone, New York.
5. Banker, G.S., Rhodes, C.T., editor , 1990,
Modern Pharmaceutics, 2nd ed, USA, Marcel
Dekker.