Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS DATA KATEGORIK

7.1 Uji Independensi Khi Kuadrat


Adakalanya kita menjumpai data yang bersifat kategorikal. Yang
dimaksud dengan kategorikal di sini adalah data terkelompokkan
berdasarkan kategori unit-unit eksperimen tertentu dan dihitung
jumlahnya berdasarkan pengkategorian tersebut. Apabila data
didasarkan menurut dua variabel kategori maka kita dapat
menyusun tabel kontingensi 2 x 2. Misalkan dari data tersebut, kita
ingin mengetahui indepedensi antara dua varibel, maka kita dapat
menganalisisnya menggunakan uji khi kuadrat sebagai alternatif uji
independensi.
Contoh 7.1
Sebuah pabrik konveksi home industri mencatat ada 300 konveksi
yang rusak dalam kurun satu bulan. Kerusakan ini kemudian
dikelompokkan pada 4 jenis berdasarkan tingkat kerusakan (misal
kerusakan I, II, III, dan IV). Si QC pabrik tersebut menduga jenis
kerusakan berhubungan dengan shift karyawan yang terbagi menjadi
3, yaitu shift pagi, siang, dan malam. Untuk menguji dugaan QC,
diperoleh data sesuai dengan Tabel 7.1.
Tabel 7.1. Tabel Data Contoh 7.1.
Kerusakan
Shift

II

III

IV

Pagi

15

21

45

13

Siang

26

31

34

Malam

33

17

49

11

141

Dengan tingkat signifikansi 5%, QC pabrik akan mencoba menguji


dugaannya.
Penyelesaian:
1. Konversi Data
Sebelum input data ke worksheet Minitab, data pada Tabel 7.1 perlu
dikonversi ke dalam bentuk Tabel 7.2 di bawah ini.
Tabel 7.2. Konversi Data Tabel 7.1.

142

K1

K2

K3

K4

K5

K6

K7

K8

K9

No

shift

tipe

No

shift

tipe

No

shift

tipe

101

201

102

202

103

203

104

204

105

205

106

206

107

207

108

208

109

209

10

110

210

11

111

211

12

112

212

13

113

213

14

114

214

15

115

215

16

116

216

17

117

217

18

118

218

19

119

219

20

120

220

21

121

221

22

122

222

23

123

223

24

124

224

25

125

225

K1

K2

K3

K4

K5

K6

K7

K8

K9

No

shift

tipe

No

shift

tipe

No

shift

tipe

26

126

226

27

127

227

28

128

228

29

129

229

30

130

230

31

131

231

32

132

232

33

133

233

34

134

234

35

135

235

36

136

236

37

137

237

38

138

238

39

139

239

40

140

240

41

141

241

42

142

242

43

143

243

44

144

244

45

145

245

46

146

246

47

147

247

48

148

248

49

149

249

50

150

250

51

151

251

52

152

252

53

153

253

54

154

254

55

155

255

56

156

256

57

157

257

58

158

258

59

159

259

143

144

K1

K2

K3

K4

K5

K6

K7

K8

K9

No

shift

tipe

No

shift

tipe

No

shift

tipe

60

160

260

61

161

261

62

162

262

63

163

263

64

164

264

65

165

265

66

166

266

67

167

267

68

168

268

69

169

269

70

170

270

71

171

271

72

172

272

73

173

273

74

174

274

75

175

275

76

176

276

77

177

277

78

178

278

79

179

279

80

180

280

81

181

281

82

182

282

83

183

283

84

184

284

85

185

285

86

186

286

87

187

287

88

188

288

89

189

289

90

190

290

91

191

291

92

192

292

93

193

293

K1

K2

K3

K4

K5

K6

K7

K8

K9

No

shift

tipe

No

shift

tipe

No

shift

tipe

94

194

294

95

195

295

96

196

296

97

197

297

98

198

298

99

199

299

100

200

300

Keterangan:
K2, K5, K8 adalah kolom shift dengan pemberian label 1
menunjukkan nilai untuk shift Pagi. Label 2: shift Siang, dan label 3:
shift Malam.
K3, K6, K9 adalah kolom kerusakan dengan pemberian label 1
menunjukkan nilai untuk Kerusakan jenis I. Label 2: Kerusakan jenis
II. Label 3: Kerusakan jenis III, dan label 4: Kerusakan jenis IV.

2. Input Data
Setelah konversi data, selanjutnya yang kita lakukan adalah input
data dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
Buka Minitab 15.
Arahkan kursor pada Worksheet 1***.
Beri Nama kolom C1: No dan isi sel-sel pada kolom C1 sesuai
data pada kolom K1, K4, K7 pada Tabel 7.2.
Beri Nama kolom C2: Shift dan isi sel-sel pada kolom C2 sesuai
data pada kolom K2, K5, K8 pada Tabel 7.2.
Beri Nama kolom C3: Kerusakan dan isi sel-sel pada kolom C3
sesuai data pada kolom K3, K6, K9 pada Tabel 7.2.
Simpan file dengan nama: Chi1. Data dapat dibuka pada bonus
CD dengan nama Chi1.MPJ. Tampilan worksheet 1*** seperti
Gambar 7.1.

145

Gambar 7.1 Input data Chi1

3. Analisis Data
Pilih menu Stat Tables Cross Tabulation and Chi -Square...,
tampilan seperti Gambar 7.2.

Gambar 7.2 Stat Tables Cross Tabulation and Chi-Square...

146

Isi kotak dialog Cross Tabulation and Chi-Square dengan


mengisikan:
For rows: Shift, dengan cara arahkan kursor pada For rows
kemudian dobel klik pada C2 Shift, sehingga Shift secara
otomatis masuk pada For rows.
For column: Kerusakan, dengan cara arahkan kursor pada For
column kemudian dobel klik pada C3 Kerusakan sehingga
Kerusakan secara otomatis masuk pada For column. Tampilan
kotak dialog Display Descriptive Statistics seperti Gambar 7.3.

Gambar 7.3 Kotak dialog Cross Tabulation and Chi-Square

Klik Chi Square...


Klik Chi-Square analysis.
Klik Expected cell counts.
Klik OK, tampilan seperti Gambar 7.4.

Gambar 7.4 Kotak dialog Cross Tabulation - Chi-Square

147

Klik OK.
4. Output Analisis Data

Tabulated statistics: shift, Kerusakan


Rows: shift

Columns: Kerusakan

All

15
23.19

21
21.62

45
40.11

13
9.09

94
94.00

26
23.68

31
22.08

34
40.96

5
9.28

96
96.00

33
27.13

17
25.30

49
46.93

11
10.63

110
110.00

All

74
74.00

69
69.00

128
128.00

29
29.00

300
300.00

Cell Contents:

Count
Expected count
Pearson Chi-Square = 16.273, DF = 6, P-Value = 0.012
Likelihood Ratio Chi-Square = 16.804, DF = 6, P-Value =
0.010

5. Interpretasi Output Data


5.1. Frekuensi Amatan dan Estimasi Data
Rows: shift
1

Columns: Kerusakan
2

All

15
(23.19)

21
(21.62)

45
(40.11)

13
(9.09)

94
94.00

26
(23.68)

31
(22.08)

34
(40.96)

5
(9.28)

96
96.00

33
(27.13)

17
(25.30)

49
(46.93)

11
(10.63)

110
110.00

All

74
74.00

69
69.00

128
128.00

29
29.00

148

300
300.00

Analisis:
Dari informasi di atas nampak bahwa jumlah (frekuensi) tiap sel yang
teramati sudah sesuai dengan data Tabel 7.1. Apabila dibandingkan
dengan dua shift lainnya, nampak jumlah kerusakan terbanyak
terjadi pada shift malam, yaitu sebanyak 110 kerusakan. Adapun
angka di dalam kurung menunjukkan frekuensi yang diestimasi.
Misal frekuensi estimasi untuk kerusakan jenis I adalah 23.19 dan
seterusnya.

5.2. Uji Khi Kuadrat


Selanjutnya untuk menguji dugaan QC, dapat dilakukan uji Khi
Kuadrat dengan langkah-langkah sebagai berikut.
i.

Susun Hipotesis:
H 0 : Faktor shift dan kerusakan konveksi saling independen
H 1 : Faktor shift dan kerusakan konveksi tidak saling
independen

ii.

Tingkat Signifikansi = 0.05

iii.

Hitungan:

Pearson Chi-Square = 16.273, DF = 6, P-Value = 0.012


Likelihood Ratio Chi-Square = 16.804, DF = 6, P-Value =
0.010

iv.

Kesimpulan:

Dari tabel di atas dapat diperoleh kesimpulan, yaitu:


Karena Pearson Chi- Square= 2 = 16.273 dan tolak H 0 jika 2
> (2r 1)(c 1), = (231)( 4 1),0.05 = 62,0.05 = 12.5916 maka H 0 ditolak.
Karena P-Value =0.012 dan tolak H 0 jika = 0.05 > P Value
maka H 0 ditolak.
Dengan kata lain, faktor shift dan kerusakan saling dependen, QC
bisa mengatakan bahwa kerusakan konveksi yang terjadi berkaitan

149

dengan shift karyawan yang diberlakukan pada pabrik tersebut.


Apabila diperhatikan dengan jumlah kerusakan pada tiap shift-nya,
QC dapat memfokuskan perhatiannya pada shift malam dengan
memberikan perlakuan tertentu pada karyawan, mengingat pada
shift tersebut kerusakan terjadi paling banyak.

7.2 Uji Homogenitas Khi Kuadrat


Khi Kuadrat dapat pula digunakan untuk menguji apakah sampel
yang diambil secara acak oleh eksperimenter sudah homogen sesuai
dengan populasinya.
Contoh 7.2
Data diambil dari Bhisma Murti (1996). Suatu hipotesis menyatakan
bahwa insidensi depresi di antara penderita hipoglikemia, lebih tinggi
yang tidak menderita hipoglikemia. Sebanyak 200 orang diobservasi
dan diperoleh data sesuai Tabel 7.3.
Tabel 7.3. Tabel Data Contoh 7.2.
Sampel

Depresi
Ya

Tidak

Hipoglikemia

30

20

Tidak Hipoglikemia

72

78

Dengan tingkat signifikansi 5%, akan dilakukan uji homogenitas


antara kedua sampel tersebut!
Penyelesaian:
1. Konversi Data
Sebelum input data ke worksheet Minitab, data pada Tabel 7.3 perlu
dikonversi ke dalam bentuk Tabel 7.4 di bawah ini.

150

Tabel 7.4. Konversi Data Tabel 7.3.


K1

K2

K3

K4

K5

K6

No

Sampel

Depresi

No

Sampel

Depresi

101

102

103

104

105

106

107

108

109

10

110

11

111

12

112

13

113

14

114

15

115

16

116

17

117

18

118

19

119

20

120

21

121

22

122

23

123

24

124

25

125

26

126

27

127

28

128

29

129

30

130

31

131

32

132

33

133

151

152

K1

K2

K3

K4

K5

K6

No

Sampel

Depresi

No

Sampel

Depresi

34

134

35

135

36

136

37

137

38

138

39

139

40

140

41

141

42

142

43

143

44

144

45

145

46

146

47

147

48

148

49

149

50

150

51

151

52

152

53

153

54

154

55

155

56

156

57

157

58

158

59

159

60

160

61

161

62

162

63

163

64

164

65

165

66

166

67

167

K1

K2

K3

K4

K5

K6

No

Sampel

Depresi

No

Sampel

Depresi

68

168

69

169

70

170

71

171

72

172

73

173

74

174

75

175

76

176

77

177

78

178

79

179

80

180

81

181

82

182

83

183

84

184

85

185

86

186

87

187

88

188

89

189

90

190

91

191

92

192

93

193

94

194

95

195

96

196

97

197

98

198

99

199

100

200

153

Keterangan:
K2, K5 adalah kolom sampel dengan pemberian label 1
menunjukkan nilai untuk Hipoglikemia. Label 2: Tidak Hipoglikemia
K3, K6 adalah kolom depresi dengan pemberian label 1
menunjukkan nilai untuk depresi, label 2: tidak depresi.
2. Input Data
Setelah konversi data, selanjutnya yang kita lakukan adalah input
data dengan melakukan langkah-langkah berikut.
Buka Minitab 15.
Arahkan kursor pada Worksheet 1***.
Beri Nama kolom C1: No dan isi sel-sel pada kolom C1 sesuai
data pada kolom K1, K4 Tabel 7.4.
Beri Nama kolom C2: Sampel dan isi sel-sel pada kolom C2
sesuai data pada kolom K2, K5 Tabel 7.4.
Beri Nama kolom C3: Depresi dan isi sel-sel pada kolom C3
sesuai data pada kolom K3, K6 Tabel 7.4.
Simpan file dengan nama: Chi2. Data dapat dibuka pada bonus
CD dengan nama Chi1.MPJ.

Gambar 7.5 Input data Contoh Kasus 7.2

154

3. Analisis Data
Pilih menu Stat Tables Cross Tabulation and Chi -Square....

Gambar 7.6 Stat Tables Cross Tabulation and Chi-Square...

Isi kotak dialog Cross Tabulation and Chi-Square dengan:

For rows: Sampel, dengan cara arahkan kursor pada For


rows kemudian dobel klik pada C2 Sampel, sehingga Sampel
secara otomatis masuk pada For rows.

For column: Kerusakan, dengan cara arahkan kursor pada


For column kemudian dobel klik pada C3 Kerusakan
sehingga Kerusakan secara otomatis masuk pada For
column.

Gambar 7.7 Kotak dialog Cross Tabulation and Chi-Square

155

Klik Chi Square...

Klik Chi-Square analysis.

Klik OK, tampilan seperti Gambar 7.8.

Gambar 7.8 Kotak dialog Cross Tabulation - Chi-Square

Klik OK.
4. Output Analisis Data

Tabulated statistics: Sampel, Depresi


Rows: Sampel

1
2
All

Columns: Depresi

All

30
72
102

20
78
98

50
150
200

Cell Contents:

Count

Pearson Chi-Square = 2.161, DF = 1, P-Value = 0.142


Likelihood Ratio Chi-Square = 2.174, DF = 1, P-Value =
0.140

5. Interpretasi Output Data


Rows: Sampel

1
2
All

156

Columns: Depresi

All

30
72
102

20
78
98

50
150
200

Analisis:
Sebanyak 200 pasien diobservasi terdiri atas 50 orang sampel I yang
merupakan penderita hipoglikemia dan 150 bukan penderita
hipoglikemia. Dari 50 orang hipoglikemia tersebut sebanyak
30 orang mengalami depresi, dan dari 150 orang bukan penderita
hipoglikemia sebanyak 72 orang menderita depresi. Selanjutnya uji
homogenitas dapat dilakukan dengan langkah-langkah uji sebagai
berikut.
i.

Susun Hipotesis:
H 0 : Sampel I dan II homogen
H 1 : Sampel I dan II tidak homogen

ii.

Tingkat Signifikansi = 0.05

iii.

Hitungan:

Pearson Chi-Square = 2.161, DF = 1, P-Value = 0.142

iv.

Kesimpulan:

Dari tabel di atas nampak dapat diperoleh kesimpulan, yaitu:


2
Karena Pearson Chi- Square= 2 = 2.161 dan tolak H 0 jika >

(2r 1)(c 1), = (22 1)(2 1),0.05 = 12,0.05 = 3.84146 maka H 0 tidak ditolak
Karena P-Value =0.142 dan tolak H 0 jika = 0.05 > P Value
maka H 0 tidak ditolak.
Dengan kata lain, sampel I dan sampel II homogen, kita dapat
mengatakan pula bahwa insidensi depresi penderita hipoglikemia
belum tentu lebih tinggi daripada yang bukan penderita hipoglikemia.

7.3 Uji Pasti Fisher


Menurut Fisher (1973), uji ini dapat digunakan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara dua variabel yang bersifat kategorikal
157

(dalam Murti B, 1996). Masih diambil dari buku yang sama, akan
diuraikan contoh kasus penggunaan uji pasti Fisher.
Contoh 7.3
Data diambil dari buku Murti B (1996). Suatu eksperimen dilakukan
untuk mengetahui manfaat pemakaian obat indomethacine atau
plasebo pada bayi prematur terhadap penutupan ductus ateriosus.
Data sesuai dengan Tabel 7.5.
Tabel 7.5. Data Contoh Kasus 7.3.
Penutupan Ductus
Arteriosus

Perlakuan
Indomethacine

Plasebo

Ya

Tidak

Dengan tingkat signifikansi 5%, akan dilakukan uji pasti Fisher.


Penyelesaian:
1. Konversi Data
Sebelum input data ke worksheet Minitab, data pada Tabel 7.5 perlu
dikonversi ke dalam bentuk Tabel 7.6 di bawah ini.
Tabel 7.6. Konversi Data Tabel 7.5.

158

No

Penutupan

Perlakuan

10

11

No

Penutupan

Perlakuan

12

13

14

15

Keterangan:
Kolom penutupan dengan pemberian label 1 menunjukkan nilai
untuk penutupan Dusctu s Arteriosus (Ya), dan label 2 menunjukkan
nilai untuk penutupan Dusctu s Arteriosus (Tidak).
Kolom perlakuan dengan pemberian label 1 menunjukkan nilai untuk
Indomethacine dan label 2 menunjukkan nilai untuk plasebo.

2. Input Data
Setelah konversi data, selanjutnya yang kita lakukan adalah input
data dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
Buka Minitab 15.
Arahkan kursor pada Worksheet 1***.
Beri Nama kolom C1: No dan isi sel-sel pada kolom C1 sesuai
data pada kolom 1 Tabel 7.6.
Beri Nama kolom C2: Penutupan dan isi sel-sel pada kolom C2
sesuai data pada kolom 2 Tabel 7.6.
Beri Nama kolom C3: Perlakuan dan isi sel-sel pada kolom C3
sesuai data pada kolom 3 Tabel 7.6.
Simpan file dengan nama: Fisher. Data dapat dibuka pada bonus
CD dengan nama Fisher.MPJ. Tampilan worksheet 1*** seperti
Gambar 7.9.

159

Gambar 7.9 Input data Fisher

3. Analisis Data
Pilih menu Stat Tables Cross Tabulation and Chi -Square...,
tampilan seperti Gambar 7.10.

Gambar 7.10 Stat Tables Cross Tabulation and Chi-Square...

160

Isi kotak dialog Cross Tabulation and Chi-Square dengan


mengisikan:

For rows: Penutupan, dengan cara arahkan kursor pada For


rows kemudian dobel klik pada C2 Penutupan sehingga
Penutupan secara otomatis masuk pada For rows.

For column: Perlakuan, dengan cara arahkan kursor pada For


column kemudian dobel klik pada C3 Perlakuan sehingga
Perlakuan secara otomatis masuk pada For column.

Gambar 7.11 Kotak dialog Cross Tabulation and Chi-Square

Klik Other Stats...

Klik Fishers exact test for 2x2 tables.

Klik OK, tampilan seperti Gambar 7.12.

Gambar 7.12 Kotak dialog Cross Tabulation Other Statistics

161

Klik OK.
4. Output Analisis Data

Tabulated statistics: Penutupan, Perlakuan


Rows: Penutupan

1
2
All

All

5
2
7

1
7
8

6
9
15

Cell Contents:

Columns: Perlakuan

Count

Fisher's exact test: P-Value =

0.0405594

5. Interpretasi Output Data


Rows: Penutupan

1
2
All

All

5
2
7

1
7
8

6
9
15

Columns: Perlakuan

Analisis:
Dari tabel kontingensi di atas menunjukkan bahwa pemberian
indomethacine pada bayi prematur, sebanyak 5 bayi mengalami
penutupan Ductus Arteriosus dan 2 bayi tidak mengalaminya.
Adapun dengan pemberian obat placebo, hanya 1 bayi yang
mengalami penutupan Dustus Arteriosus, sedangkan 7 bayi tidak
mengalaminya. Untuk menguji kemaknaan antara variable
Penutupan dan Perlakuan dilakukan uji Pasti Fisher dengan langkahlangkah sebagai berikut.
i.

Susun Hipotesis:
H 0 : Pemakaian obat Indomethacine dan Plasebo mempengaruhi pada penutupan Dustus Arteriosus bayi prematur.

162

H 1 : Pemakaian obat Indomethacine dan Plasebo tidak mempengaruhi pada penutupan Dustus Arteriosus bayi prematur.

ii.

Dipilih tingkat signifikansi 1%.

iii. Hitungan:
Fisher's exact test: P-Value =

0.0405594

iv. Kesimpulan:
Karena diperoleh Fishers exact test: P-Value=0.0405594 dan H 0
ditolak jika =0.01> P-Value maka diperoleh analisis bahwa H 0
tidak ditolak. Dengan kata lain, pemberian obat Indomethacine dan
Plasebo dapat mempengaruhi penutupan Dustus Arteriosus pada
bayi prematur.

***

163

Anda mungkin juga menyukai