Sistem Pendukung Keputusan Metode Ahp Untuk Pemilihan Siswa Dalam Mengikuti Olimpiade Sains Di Sekolah Menengah Atas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN METODE AHP

UNTUK PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI OLIMPIADE SAINS


DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Sutikno
Program Studi Ilmu Komputer FMIPA UNDIP
soetikno@ymail.com

Abstrak
Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu dengan
menyelenggarakan Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan pengetahuan,
kemampuan kreatifitas, menanamkan sikap disiplin ilmiah serta kerja keras para remaja untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Untuk dapat mengikuti Olimpiade Sains sampai tingkat nasional para peserta harus
lolos pada olimpiade pada tingkat propinsi, kabupaten dan sekolah. Dari pengalaman beberapa tahun yang telah
dilakukan dalam pemilihan siswa pada tingkat sekolah terdapat beberapa permasalahan diantaranya yaitu guru
atau kepala sekolah dalam memilih siswa hanya berdasarkan nilai pelajaran yang didapat, padahal soal-soal
olimpiade sains yang diujikan baik pada tingkat kabupaten, propinsi dan nasional diperlukan faktor-faktor yang
lain diantaranya yaitu tingkat intelegensi dan pengalaman dalam mengikuti olimpiade sains sebelumnya
sehingga hasilnya kurang maksimal.
Oleh karena permasalahan diatas maka perlu dirancang suatu sistem pendukung keputusan dengan
menggunakan metode AHP (Analytical Hierarkhi Process) yang diharapkan dapat membantu pengambil
keputusan dalam mendapatkan informasi untuk menentukan siswa yang tepat dalam mengikuti olimpiade sains
baik pada tingkat kabupaten, propinsi maupun nasional.
Setelah dilakukan pengujian dan analisis dengan melibatkan perhitungan secara manual, dapat diketahui
bahwa hasil yang didapat dari perhitungan sistem sama dengan perhitungan manual. Sehingga sistem ini dapat
digunakan untuk membantu kepala sekolah atau guru untuk melakukan pemilihan siswa dalam mengikuti
olimpiade sains tingkat kabupaten di Sekolah Menengah Atas

Kata Kunci : Olimpiade Sains Nasional, Sistem Pendukung Keputusan, Analytical Hierarkhi Process

I.

PENDAHULUAN

Salah satu program pemerintah dalam


meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
Departemen Pendidikan Nasional adalah dengan
menyelenggarakan Olimpiade Sains Nasional (OSN).
Penyelenggarakan Olimpiade Sains Nasional tersebut
bertujuan
untuk
meningkatkan
wawasan
pengetahuan, kemampuan kreatifitas, menanamkan
sikap disiplin ilmiah serta kerja keras para remaja
untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam Olimpiade Sains Nasional tersebut
mempertandingkan delapan bidang pelajaran yaitu
matematika, fisika, biologi, astronomi, kimia,
komputer, ekonomi, dan sains kebumian, yang
dilakukan secara berkala, satu tahun sekali, dengan
peserta para siswa sekolah menengah. Untuk dapat
mengikuti Olimpiade Sains sampai tingkat nasional

para peserta harus lolos pada olimpiade tingkat


kabupaten dan propinsi.
SMA 1 Kendal merupakan salah satu Sekolah
Menengah Atas yang selalu mengirimkan siswa
setiap tahunnya untuk mengikuti olimpiade pada
tingkat kabupaten. Dari pengalaman beberapa tahun
yang telah dilakukan dalam pemilihan siswa terdapat
beberapa permasalahan diantaranya yaitu guru atau
kepala sekolah dalam memilih siswa hanya
berdasarkan nilai pelajaran yang didapat, padahal
soal-soal olimpiade sains yang diujikan baik pada
tingkat kabupaten, propinsi dan nasional diperlukan
faktor-faktor yang lain diantaranya yaitu tingkat
intelegensi dan pengalaman dalam mengikuti
olimpiade
sains
sebelumnya.
Disamping
permasalahan diatas terkadang guru dalam memilih

siswa tidak memperhatikan semua faktor diatas


sehingga hasilnya kurang maksimal.
Oleh karena permasalahan diatas maka perlu
dirancang suatu sistem pendukung keputusan yang
diharapkan dapat membantu pengambil keputusan
dalam mendapatkan informasi untuk menentukan
siswa yang tepat dalam mengikuti olimpiade sains
baik pada tingkat kabupaten, propinsi maupun
nasional.
Persoalan pengambilan keputusan pada
dasarnya adalah bentuk pemilihan dari berbagai
alternatif keputusan yang mungkin dipilih dimana
prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan
harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang
terbaik. Begitu juga dalam memilih siswa dalam
mengikuti olimpiade sains pada tingkat kabupaten
diperlukan analisa yang tepat sehingga pemilihan
siswa benar-benar tepat sesuai dengan kemampuan
siswa sehingga mampu bersaing dengan siswa dari
Sekolah Menengah Atas yang lain.
II.

ANALYTIC HIRARCHY PROCESS (AHP)

AHP adalah sebuah metode memecah


permasalahan yang komplek/ rumit dalam situasi
yang tidak terstruktur menjadi bagian-bagian
komponen. Mengatur bagian atau variabel ini
menjadi suatu bentuk susunan hierarki, kemudian
memberikan nilai numerik untuk penilaian subjektif
terhadap kepentingan relatif dari setiap variabel dan
mensintesis penilaian untuk variabel mana yang
memiliki prioritas tertinggi yang akan mempengaruhi
penyelesaian
dari
situasi
tersebut.
AHP
menggabungkan pertimbangan dan penilaian pribadi
dengan cara yang logis dan dipengaruhi imajinasi,
pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun
hierarki dari suatu masalah yang berdasarkan logika,
intuisi dan juga pengalaman untuk memberikan
pertimbangan. AHP merupakan suatu proses
mengidentifikasi,
mengerti
dan
memberikan
perkiraan interaksi sistem secara keseluruhan [6].
Prosedur dalam menggunakan metode AHP
terdiri dari beberapa tahap yaitu [8]:
1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang
dihadapi
Penyusunan hirarki yaitu dengan menentukan
tujuan yang merupakan sasaran sistem secara
keseluruhan pada level teratas. Level berikutnya
terdiri dari kriteria-kriteria untuk menilai atau
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada
dan menentukan alternatif-alternatif tersebut.
Setiap kriteria dapat memiliki subkriteria
dibawahnya dan setiap kriteria dapat memiliki
nilai intensitas masing-masing.

2. Menentukan prioritas elemen dengan langkahlangkah sebagai berikut:


a. Membuat perbandingan berpasangan
Langkah pertama dalam menentukan prioritas
elemen
adalah
membuat
perbandingan
berpasangan, yaitu membandingkan elemen
secara berpasangan sesuai kriteria yang di
berikan. Untuk perbandingan berpasangan
digunakan bentuk matriks. Matriks bersifat
sederhana,
berkedudukan
kuat
yang
menawarkan kerangka untuk memeriksa
konsistensi, memperoleh informasi tambahan
dengan membuat semua perbandingan yang
mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas
secara
keseluruhan
untuk
merubah
pertimbangan.
Untuk
memulai
proses
perbandingan berpasangan, dimulai dari level
paling atas hirarki untuk memilih kriteria,
misalnya C, kemudian dari level dibawahnya
diambil
elemen-elemen
yang
akan
dibandingkan, misal A1, A2, A3, A4, A5, maka
susunan elemen-elemen pada sebuah matrik
seperti Tabel 1.
Tabel 1. Matrix perbandingan berpasangan
C

A1

A1

A2
A3
A4
A5

A2

A3

A4

A5

1
1
1
1

b. Mengisi matrik perbandingan berpasangan


Untuk
mengisi
matrik
perbandingan
berpasangan yaitu dengan menggunakan
bilangan untuk merepresentasikan kepentingan
relatif dari satu elemen terhadap elemen lainnya
yang dimaksud dalam bentuk skala dari 1
sampai dengan 9. Skala ini mendefinisikan dan
menjelaskan nilai 1 sampai 9 untuk
pertimbangan dalam perbandingan berpasangan
elemen pada setiap level hirarki terhadap suatu
kreteria di level yang lebih tinggi.
Apabila suatu elemen dalam matrik dan
dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka
diberi nilai 1. Jika i dibanding j mendapatkan
nilai tertentu, maka j dibanding i merupakan
kebalikkannya. Pada tabel 2 memberikan
definisi dan penjelasan skala kuantitatif 1
sampai dengan 9 untuk menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dengan elemen
lainnya.

Tabel 2. Skala kuantitatif


keputusan
Intensitas
Kepentin
Definisi
gan
1
Kedua
elemen sama
pentingnya
3

2, 4, 6,
8

Kebalik
kan

Elemen yang
satu sedikit
lebih penting
dari pada
elemen yang
lainnya
Elemen yang
satu lebih
penting dari
pada elemen
yang lainnya
Satu elemen
jelas lebih
mutlak
penting dari
pada elemen
yang lainnya
Satu elemen
mutlak
penting dari
pada elemen
yang lainnya

dalam sistem pendukung

Penjelasan
Dua elemen
mempunyai pengaruh
yang sama besar
terhadap tujuan
Pengalaman dan
penilaian sedikit
menyokong satu
elemen dibandingkan
elemen yang lainnya
Pengalaman dan
penilaian sangat kuat
menyokong satu
elemen dibandingkan
elemen yang lainnya
Satu elemen yang kuat
di sokong dan dominan
terlihat dalam praktek

Bukti yang mendukung


elemen yang satu
terhadap elemen lain
memiliki tingkat
penegasan tertinggi
yang mungkin
menguatkan
Nilai ini diberikan bila
ada dua kompromi
diantara 2 pilihan

Nilai-nilai
antara 2 nilai
pertimbanga
n yang
berdekatan
Jika aktifitas i mendapat satu angka
dibanding aktifitas j, maka j
mempunyai nilai kebalikkannya
dibanding dengan i

c. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan
terhadap
perbandingan berpasangan di sintesis untuk
memperoleh keseluruhan prioritas dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
- Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom
pada matriks.
- Membagi setiap nilai dari kolom dengan
total kolom yang bersangkutan untuk
memperoleh normalisasi matriks.

- Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap matriks


dan membaginya dengan jumlah elemen
untuk mendapatkan nilai rata-rata.
- Mengukur konsistensi
Dalam pembuat keputusan, penting untuk
mengetahui seberapa baik konsistensi yang
ada, karena kita tidak ingin keputusan
berdasarkan
pertimbangan
dengan
konsistensi yang rendah. Karena dengan
konsistensi yang rendah, pertimbangan akan
tampak sebagai sesuatu yang acak dan tidak
akurat.
Konsistensi
penting
untuk
mendapatkan hasil yang valid dalam dunia
nyata.
AHP
mengukur
konsistensi
pertimbangan dengan rasio konsistensi
(consistency ratio). Nilai Konsistensi rasio
harus kurang dari 5% untuk matriks 3x3, 9%
untuk matriks 4x4 dan 10% untuk matriks
yang lebih besar. Jika lebih dari rasio dari
batas tersebut maka nilai perbandingan
matriks di lakukan kembali. Langkahlangkah menghitung nilai rasio konsistensi
yaitu:
i. Mengkalikan nilai pada kolom pertama
dengan prioritas relatif elemen pertama,
nilai pada kolom kedua dengan prioritas
relatif elemen kedua, dan seterusnya.
ii. Menjumlahkan setiap baris.
iii. Hasil dari penjumlahan baris dibagikan
dengan elemen prioritas relatif yang
bersangkutan.
iv. Membagi hasil diatas dengan banyak
elemen yang ada, hasilnya disebut eigen
value (max).
v. Menghitung
indeks
konsistensi
(consistency index) dengan rumus :
CI = (max-n)/n
Dimana CI
: Consistensi Index
max : Eigen Value
n
: Banyak elemen
vi. Menghitung konsistensi ratio (CR)
dengan rumus:
CR=CI/RC
Dimana : CR
: Consistency Ratio
CI
: Consistency Index
RC
: Random Consistency
Matriks random dengan skala penilaian 1
sampai 9 beserta kebalikkannya sebagai
random consistency (RC).
Berdasarkan perhitungan saaty dengan
menggunakan
500
sampel,
jika
pertimbangan memilih secara acak dari skala
1/9, 1/8, , 1, 2, , 9 akan diperoleh ratarata konsistensi untuk matriks yang berbeda
seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai rata-rata konsistensi


Konsistensi acak
Ukuran
(Random
Matriks
Consistency)
1
0,00
2
0,00
3
0,58
4
0,90
5
1,12
6
1,24
7
1,32
8
1,41
9
1,45
10
1,49
III. PROSEDUR
PEMILIHAN
SISWA
MENGGUNAKAN METODE AHP
Sistem pendukung keputusan pemilihan siswa
dalam mengikuti olimpiade sains tingkat kabupaten
ini digunakan 4 faktor kriteria yaitu kriteria
pengalaman olimpiade, intellegensi, kemampuan
akademik, dan kemampuan olimpiade. Masingmasing kriteria diberikan 5 intensitas yaitu intensitas
sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat
rendah.
Dari keempat faktor kriteria dan 5 intensitas
pada masing-masing kriteria tersebut dilakukan
penilaian pada masing-masing siswa dengan
menggunakan model AHP sehingga didapatkan nilai
total pada masing-masing siswa. Sehingga

berdasarkan faktor kriteria dan intensitas-intensitas


pada masing-masing kriteria tersebut urutan
hirarkinya dapat digambarkan seperti pada gambar 1.
Setelah disusun hirarki dari permasalahan
yang dihadapi langkah selanjutnya yaitu menentukan
prioritas elemen. Pada langkah ini terbagi menjadi
dua langkah yaitu membuat perbandingan
berpasangan dan mengisi matrik perbandingan
berpasangan.
Untuk
membuat
perbandingan
berpasangan di gunakan bentuk matriks, sehingga
dari susunan hirarki diatas maka matriks
perbandingan berpasangan dari kriteria dan masingmasing intensitas kriteria dapat dibentuk seperti pada
Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Matrix perbandingan berpasangan kriteria
PO
IQ
KA
KO
PO
1
2
3
2
IQ
1/2
1
2
1
KA
1/3
1/2
1
1/2
KO
1/2
1
2
1
Tabel 5. Matrix perbandingan berpasangan intensitas
masing-masing kriteria
ST
T
C
R
SR
ST
1
2
3
4
5
3
T
1/2
1
2
4
2
C
1/3
1/2
1
3
1
R
1/4
1/3
1/2
2
SR
1/5
1/4
1/3
1/2
1

Goal

Pengalaman
Olimpiade (PO)

Sangat tinggi
(ST)

Intellegensi
(IQ)

Tinggi
(T)

Kemampuan
Akademik (KA)

Cukup
(C)

Rendah
(R)

Kemampuan
Olimpiade (KO)

Sangat Rendah
(SR)

Gambar 1. Urutan hirarki sistem


Nilai
elemen
matriks
diisi
dengan
menggunakan bilangan untuk mempresentasikan
kepentingan relatif dari elemen terhadap elemen
lainnya dalam bentuk skala dari 1 sampai dengan 9.

Setelah nilai-nilai elemen matrix diketahui


langkah selanjutnya dihitung nilai prioritas tiap
kriteria, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menjumlahkan nilai elemen setiap kolom matiks
Tabel4.

2.

Membagi setiap elemen pada kolom Tabel 4


dengan jumlah perkolom yang sesuai.
3. Menghitung nilai prioritas kriteria dengan cara
menjumlahkan tiap baris dan hasilnya bagi
dengan banyaknya elemen (n=4).
Setelah didapatkan nilai prioritas untuk
masing-masing kriteria, selanjutnya memeriksa
konsistensi perbandingan antar kriteria tersebut
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengalikan elemen pada kolom matriks Tabel 4
dengan nilai prioritas yang bersesuaian.
2. Hasil perkalian tersebut kemudian dijumlahkan
pertiap baris.
3. Jumlah tiap baris tersebut dibagi dengan nilai
prioritas yang bersesuaian.
4. Mencari Eigen Value (max ) dengan cara
menjumlahkan jumlah tiap baris di bagi prioritas
yang bersesuaian (pada langkah 3), kemudian
bagi dengan banyak elemen (n=4).
5. Menghitung indeks konsistensi (consistency
index) dengan rumus :
CI = (max-n)/n
Dimana
CI
: Consistensi Index
max : Eigen Value
n
: Banyak elemen
6. Menghitung rasio konsistensi dengan rumus:
CR=CI/RC
Dimana
CR : Consistency Rasio
CI
: Consistency Index
RC : Random Consistency
Setelah nilai konsistency rasio di peroleh,
maka diperiksa apakah masih memenuhi rasio
konsistensi yang diperbolehkan yaitu sama dengan
atau kurang dari 10%, apabila melebihi batas maka
perbandingan antar elemen tidak konsisten dan
perbandingan antar elemen dapat diulang. Untuk
intensitas-intensitas tiap kriteria dilakukan langkahlangkah yang sama untuk menghitung prioritas dan
NIS
Syarat Nilai
Bobot Nilai
Range intensitas
Perb. Kriteria
Perb. Intensitas
Prioritas Olimpiade
Lihak Hasil
User / Kepala
Sekolah

0.
Pemilihan
Siswa

konsistensi rasio, tetapi setelah didapatkan nilai


prioritas dan konsistensi rasio yang diperbolehkan
maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengalikan nilai prioritas intensitas dan prioritas
kriteria yang bersesuaian untuk mendapatkan
prioritas global.
2. Hasilnya dibagi dengan prioritas terbesar yang
bersesuaian.
Penghitungan nilai siswa dilakukan dengan
mengalikan nilai prioritas berdasarkan data nilai
intensitas siswa dengan nilai kriteria yang
bersesuaian. Kemudian hasilnya dijumlahkan dan
akan diperoleh total nilai hasil perhitungan setiap
siswa.
IV. RANCANGAN PROSES
Pada sistem ini digunakan perancangan proses
menggunakan Data Flow Diagram (DFD). DFD
adalah sebuah teknik grafis yang menggambarkan
aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan
pada saat data berubah dari input menjadi output.
DFD digunakan untuk menyajikan sebuah
sistem atau perangkat lunak pada setiap tingkatan
abstraksi. DFD dapat dipartisi kedalam tingkattingkat yang merepresentasikan aliran informasi yang
bertambah. DFD memberikan mekanisme bagi
pemodelan fungsional dan pemodelan aliran
informasi. Gambar 2 menunjukkan diagram konteks
dari sistem.
Selanjutnya
dari
diagram
konteks
dikembangkan DFD level 1 untuk mendapatkan
diagram yang menggambarkan identifikasi prosesproses utama pada sistem yaitu pengolahan data
siswa, proses AHP, perangkingan semua olimpiade,
dan lihat hasil seperti ditunjukkan pada gambar 3.

Identitas Siswa
Nilai Tingkat Pengalaman
Nilai Mapel
Nilai IQ
Pengalaman Olimpiade
Waka .
Nilai Test Olimpiade
Kurikulum/P
etugas TU

Hasil Analisis

Gambar 2. Diagram Konteks Sistem (DFD level 0)

Syarat Nilai

Bobot nilai
Data bobot nilai

Data Syarat Nilai


Identitas Siswa
Nilai Tingkat Pengalaman
Nilai Mapel
Nilai IQ
Pengalman Olimpiade
Nilai Test Olimpiade

Waka
Kurikulum/
Petugas TU

Data siswa
terpilih

Siswa terpilih
Olimpiade

Data range
intensitas

Hasil bobot
Range intensitas

Data
identitas siswa

Siswa

Data nilai IQ

1.
Pengolahan
data siswa

Data Olimpiade

Intellegensi

Data nilai mapel


Kemam. Akademik
Data pengalaman
olimpiade

Peng. Olimpiade

Data nilai
test olimpiade

Data Mapel

Mapel

Data hasil saring dan bobot

Kemam. Olimpiade

Data hasil
intensitas

Data Nilai Tingkat


Pengalaman
Nil. Tingkat Pengalaman

Hasil intensitas

Data hasil intensitas


NIS,
Syarat Nilai,
Bobot Nilai,
Range intensitas

Data Nilai
Perb. Kriteria
2.
Proses AHP
Data
Kriteria 1

Kriteria

Data Nilai
Perb. intensitas

Matrix Kriteria
Matrix Intensitas

Data hasil
penilaian siswa

Hasil penilaian

Data
Kriteria 2
Kriteria 2

Intensitas

User/ Kepala
Sekolah

Data Intensitas 2
Intensitas 2

Data
Intensitas 1

Data hasil penilaian siswa

Perb. kriteria,
Perb. intenistas

Prioritas olimpiade
Hasil Analisis

Lihat Hasil
Hasil Analisis

3.
Perangkinga
n semua
olimpiade

4.
Lihat
Hasil

Data Prioritas
Data Hasil
perangkingan

Data Hasil Analisis

Gambar 3. DFD Level 1 sistem

Prioritas Olimpiade

Hasil Analisis

V.

PENGUJIAN SISTEM

Pengujian sistem dilakukan dengan tujuan


untuk menguji sistem apakah sistem sudah
melakukan perhitungan dengan benar atau belum.
Untuk melakukan pengujian pada sistem pendukung
keputusan ini memerlukan beberapa input data yaitu,
input data siswa, data syarat nilai mata pelajaran
masing masing olimpiade, bobot nilai masing-masing
mata pelajaran kelas X dan XI, range intensitas
masing-masing kriteria, nilai matrix perbandingan
kriteria dan intensitas, serta prioritas olimpiade.
Masing-masing input data tersebut diinputkan
kedalam masing-masing form yang telah disediakan.
Dengan data-data input tersebut sistem
melakukan beberapa langkah proses sesuai urutan
yang terdapat dalam sistem. Langkah-langkah proses
yang dilakukan sistem ini yaitu melakukan
penyaringan data siswa berdasarkan nilai mata
pelajaran, pembobotan nilai mata pelajaran,
pengubahan nilai kriteria menjadi intensitas, penilaian
siswa dengan metode AHP, dan perangkingan.
Pada pengujian ini pada masing-masing
bidang olimpiade akan di lakukan pemilihan siswa
sebanyak 15 siswa. Proses pengujian dilakukan
perhitungan tahap demi tahap mulai proses
penyaringan siswa berdasarkan nilai mata pelajaran,
pembobotan nilai, pengubahan ke intensitas, proses
penilaian sampai dengan perangkingan semua
olimpiade.
1. Proses Penyaringan
Proses penyaringan data siswa dilakukan
dengan membandingan antara nilai yang dimiliki oleh
siswa dengan syarat nilai pada masing-masing
olimpiade. Apabila nilai yang dimiliki oleh siswa
lebih besar atau sama dengan nilai yang
dipersyaratkan pada olimpiade maka data siswa
tersebut akan diproses pada langkah selanjutnya.
Sebagai contoh data siswa pada olimpiade fisika yaitu
dengan NIS 0812306 yang mempunyai nama Anna
Fitriyana yang mempunyai nilai fisika atau
kemampuan akademik 82 dibandingkan dengan
syarat nilai olimpiade fisika yang mempunyai syarat
nilai minimal 75. Karena data nilai mata pelajaran
yang dimiliki siswa lebih besar dari syarat nilai yang
dipersyaratkan, maka data siswa tersebut akan
diproses pada langkah selanjutnya. Untuk data yang
lain apabila nilai yang dimiliki oleh siswa lebih besar
dari yang dipersyaratkan pada masing-masing
olimpiade, maka data tersebut akan diambil untuk
dilakukan proses selanjutnya.
2. Proses Pembobotan Nilai Pelajaran
Setelah data-data dilakukan penyaringan
sesuai syarat nilai pada masing-masing olimpiade

langkah selanjutnya yaitu melakukan pembobotan


nilai pelajaran pada masing-masing data siswa.
Proses pembobotan nilai dilakukan dengan cara
mengalikan nilai siswa dengan nilai bobot. Misalnya
pada data hasil penyaringan pada olimpiade fisika
yang bernama Anna Fitriyana dengan NIS 0812306
dan kelas X-2 mempunyai nilai fisika (kemampuan
kademik) 82 dikalikan dengan bobot nilai kelas X
dengan bobot nilai 90 %, sehingga hasilnya seperti
pada perhitungan berikut.
Nilai Hasil Bobot
= Nilai Siswa X Bobot Nilai
= 82 X 90 %
= 73,8
3. Pengubahan Intensitas Kriteria
Kriteria-kriteria yang dimiliki pada setiap
siswa belum dalam bentuk intensitas, maka dengan
proses pengubahan intensitas ini data diubah kedalam
bentuk intensitas. Pengubahan tersebut berdasarkan
range-range intensitas yang telah diinputkan oleh
user. Misalnya saja data siswa yang pertama pada
olimpiade fisika yang mempunyai data seperti pada
Tabel 6, dan dengan range intensitas pada kriteria
kemampuan olimpiade, intellegensi, kemampuan
akademik, dan kemampuan maka akan dihasilkan
seperti pada Tabel 7.
Tabel 6. Data siswa pertama untuk olimpiade fisika
NIS

Nama

Kelas

IQ

KA

PO

KO

0812306

Anna Fitriyana

X-2

115

73.8

97

Tabel 7. Hasil pengubahan intensitas data siswa


pertama untuk olimpiade fisika
NIS

Nama

Kelas

IQ

KA

PO

KO

0812306

Anna Fitriyana

X-2

SR

ST

4.

Penilaian Siswa dengan Metode AHP


Setelah pengubahan intensitas kriteria
dilakukan, maka langkah selanjutnya melakukan
penilaian siswa berdasarkan hasil data siswa pada
proses pengubahan intensitas. Penghitungan nilai
siswa dilakukan dengan mengalikan nilai prioritas
global intensitas berdasarkan data nilai intensitas
siswa dengan nilai kriteria yang bersesuaian.
Kemudian hasilnya dijumlahkan dan akan diperoleh
total nilai hasil perhitungan setiap siswa. Misalnya
saja untuk data siswa yang pertama pada olimpiade
fisika, yang mempunyai data-data seperti pada Tabel
7.
Langkah pertama dalam proses penilaian ini
yaitu melakukan penilaian pada masing-masing
kriteria sesuai intensitas yang dimiliki, kemudian
dijumlahkan. Dari data pada Tabel 7 diatas nilai total
yang dimiliki oleh siswa dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut.

Nilai Total = (0,1584 X 0,2272) + (0,3265 X 0,1225)


+ (0,1499 X 0,4231)+ (1 X 0,2272)
= 0,036 + 0,04 + 0,0634 + 0,2272
= 0,3666
5. Perangkingan
Setelah didapatkan nilai total siswa pada
masing-masing olimpiade langkah terakhir yaitu
melakukan perangkingan. Pada proses ini terbagi
menjadi 2 proses yaitu perangkingan masing-masing
olimpiade dan perangkingan semua olimpiade yang
merupakan hasil analisis.
Berdasarkan total nilai yang didapat pada
masing-masing siswa dari proses penilaian, maka
dapat di cari rangking pada masing-masing
olimpiade. Rangking didapatkan nilai yang dimiliki
oleh siswa, mulai dari nilai terbesar diberikan
rangking pertama sampai nilai terendah diberikan
rangking terakhir.

Setelah
perangkingan
masing-masing
olimpiade
didapat,
langkah
terakhir
yaitu
perangkingan semua olimpiade. Perangkingan semua
olimpiade dilakukan untuk mengambil 3 data siswa
yang mempunyai rangking terbaik pada masingmasing olimpiade. Disamping itu karena terdapat
kemungkinan satu siswa terpilih pada lebih dari satu
olimpiade dan setiap siswa hanya diperbolehkan
mengikuti salah satu olimpiade sehingga siswa
tersebut harus dipilih salah satu olimpiade
berdasarkan prioritas olimpiade. Berdasarkan datadata perangkingan pada masing-masing olimpiade
dan prioritas olimpiade, maka hasil dari perangkingan
semua olimpiade (hasil analisis) seperti pada Tabel 8.
Sedangkan hasil analisis yang dihasilkan oleh
sistem pendukung keputusan berdasarkan input data
yang sama dari perhitungan secara manual seperti
pada gambar 4.

Tabel 8. Hasil perangkingan (hasil analisis) semua olimpiade


Olimpiade Rang
NIS
Nama
Astronomi
1
0711906 Anissa Nurlia
Astronomi
2
0711901 Agus Alim
Astronomi
3
0711905 Anandhito Brawiratmojo
Matenatika
1
0711903 Aldilah Alifany
Matenatika
2
0812302 Ana Tsurayya
Matenatika
3
0812310 Burhanudin Dhani
Fisika
1
0711909 Atika Nurul
Fisika
2
0711907 Arfa Bima
Fisika
3
0812308 Aulia Rahmawati
Kimia
1
0812304 Angga Feri
Kimia
2
0812305 Anggit Dwi
Kimia
3
0711904 Alifatul Rahmafitri
Biologi
1
0812306 Anna Fitriyana
Biologi
2
0711910 Aulia Rahman
Biologi
3
0812303 Andrie Surya
Komputer
1
0711933 Adib Java
Komputer
2
0711961 Afra Widyawiratih
Komputer
3
0711934 Agfrieda Tria
Kebumian
1
0812309 Autar Fahmi
Kebumian
2
0812307 Arizka Arfiyani
Kebumian
3
0711902 Ahmad Khairul
Ekonomi
1
0711932 Adhitya Mukti
Ekonomi
2
0711940 Bakhoh Setiya
Ekonomi
3
0711936 Akhmad Fitri

Kelas
XI-IPA-1
XI-IPA-1
XI-IPA-1
XI-IPA-1
X-1
X-2
XI-IPA-1
XI-IPA-1
X-2
X-1
X-1
XI-IPA-1
X-2
XI-IPA-1
X-1
XI-IPS-1
XI-BHS-1
XI-IPS-1
X-2
X-2
XI-IPA-1
XI-IPS-1
XI-IPS-1
XI-IPS-1

Nilai Total
0,6198
0,5953
0,4171
0,5078
0,4171
0,4171
0,4958
0,3955
0,3666
0,3955
0,3709
0,2763
0,6621
0,4542
0,3955
0,3955
0,3882
0,1824
0,4171
0,3562
0,3240
0,4144
0,2466
0,2169

Gambar 4. Tampilan form Hasil Analisis


Berdasarkan percobaan yang dilakukan
dengan masukkan data yang sama yaitu input data
siswa, syarat nilai olimpiade, bobot nilai mata
pelajaran, range intensitas, matrix perbandingan
kriteria, matrix perbandingan intensitas masing-msing
kriteria, dan prioritas olimpiade antara perhitungan
yang dilakukan secara manual dan perhitungan yang
dilakukan oleh sistem, menghasilkan hasil analisis
yang sama seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8
untuk perhitungan secara manual dan gambar 4 untuk
perhitungan yang dilakukan oleh sistem.
VI. PENUTUP
Perancangan dan implementasi sistem
pendukung keputusan ini menghasilkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengujian terhadap sistem yang
dikembangkan menggunakan model AHP dapat
disimpulkan bahawa sistem telah berjalan dengan
benar, sehingga sistem ini dapat digunakan untuk
membantu kepala sekolah atau guru untuk
melakukan pemilihan siswa dalam mengikuti
olimpiade sains tingkat kabupaten di Sekolah
Menengah Atas.
2. Sistem yang telah di kembangkan dengan metode
AHP ini, dapat digunakan apabila user

menggunakan 4 faktor kriteria dalam melakukan


pemilihan siswa yaitu kriteria pengalaman
olimpiade, kemampuan akademik, intellegensi,
dan kemampuan olimpiade sesuai dengan yang
disediakan oleh sistem.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Aditya, W., Sistem Pendukung Keputusan
Dengan Menggunakan Metode AHP Untuk
Pembelian Barang, Yogyakarta, Skripsi Ilkom
FMIPA UGM, 2005.
[2] Denny, H., Frame Work Sistem Pendukung
Keputusan Menggunakan Metode AHP,
Yogyakarta, Skripsi Ilkom FMIPA UGM, 2006.
[3] Kusrini, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung
Keputusan, Yogyakarta, C.V Andi Offset, 2007.
[4] McLeod, R.J. and Schell, G., Management
Information Systems, Eight Edition, Prentice
Hall, 2004.
[5] Nugroho, B., Membuat Aplikasi Penjualan
dengan Visual Basic 6.0 dan MySQL,
Yogyakarta, Ardana Media, 2006.

[6] Saaty, T.L., Fundamental Of Decision Making


and Priority Theory With The Analytic
Hierarchy Process, University of Pittsburgh,
RWS publication, 1994.
[7] Silberschatz, A., Korth, H. F. and Sudarshan,
S., Database System Concepts. New York:
McGraw-Hill, 4 ed., 2002.

[8] Suryadi, K. dan Ramdhani, M.A., Sistem


Pendukung Keputusan, Bandung, PT. Remaja,
Rosda Karya, 1998.
[9] Turban, E. and Aronson, J.E., Decision Support
Systems And Intelligent Systems. 5 th Edition,
Canada, prentice-hall International, Inc., 2005.
[10] Yuswanto, Pemrograman Dasar Microsoft
Visual Basic 6.0, Bandung, Prestasi Pustaka, ,
2003.

Anda mungkin juga menyukai