SKRIPSI
DINA RIANTI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2010
DINA RIANTI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
: Dina Rianti
Nim
: 200638007
Jurusan
: Bilogi
Program Studi
: Biologi
Disetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Pembimbing III
Diketahui,
Ketua Jurusan Biologi
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
rahmat
berkah
dan
karuniaNYA
sehingga
penulis
mampu
Dina Rianti
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Manokwari pada tanggal 10 November 1987 sebagai
putri bungsu dari lima bersaudara dan dari Ayahanda Satimin Sudiminarto dan
Ibunda Dasilah
Pada tahun 1993 penulis memasuki pendidikan dasar pada sekolah dasar
Negeri Masni Manokwari, kemudian pada tahun 1999 melanjutkan sekolah
lanjutan tingkat pertama di SLTP N 16 Masni Manokwari dan lulus pada tahun
2002. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di SMA N 1
Prafi dan lulus pada tahun 2005. Dan pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Papua yang berada di Kota Manokwari Papua Barat
melalui transfer dari mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua. Selama di bangku kuliah
penulis pernah menjabat beberapa organisasi internal lingkungan Himpunan
Mahasiswa Jurusan Biologi, juga pernah menjabat menjadi asisten praktikum
mata kuliah Biologi Umum.
Selain dana dari orang tua penulis juga pernah mendapat bantuan beasiswa
dari lingkungan kampus di antaranya beasiswa PPA mahasiswa berprestasi dan
SUPERSEMAR.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ii
iii
iv
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
2
3
4
4
5
6
7
8
9
10
13
13
13
13
13
14
15
16
16
16
17
18
19
29
20
20
i
21
21
22
23
24
24
25
25
27
28
29
30
30
31
V PENUTUP .................................................................................................
32
32
32
33
LAMPIRAN ....................................................................................................
34
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Skema mekanisme stimulus secara umum ................................................
17
18
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
4.1 Total waktu yang digunakan untuk aktifitas prakawin C.magnificus
selama pengamatan ..................................................................................
22
23
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta lokasi penelitian burung C.magnificus di Kampung Syoubri Distrik
Minyambouw Kabupaten Manokwari ........................................................
34
35
36
37
38
I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sebagai negara Megabiodiversity yang letaknya strategis, Indonesia telah
lama menjadi daerah tujuan wisata, karena banyak tempat di Indonesia yang
masih memiliki alam yang indah dan cukup luas serta memiliki potensi alam yang
memukau. Salah satu daerah yang keasrian alamnya masih terjaga dan banyak
dijadikan obyek ekoturisme yaitu Papua. Keasrian hutan, keindahan lautan dan
jenis-jenis satwa yang beranekaragam sampai saat ini masih terus ditelusuri untuk
dipelajari. Demi menjaga kelestarian flora dan fauna yang ada di Papua
pemerintah propinsi Papua telah menetapkan beberapa daerah yang memiliki
potensi biologi yang cukup tinggi sebagai kawasan hutan dan atau perairan
menjadi kawasan konservasi seperti Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan
Kawasan Suaka Alam (KSA).
Salah satu potensi keanekaragaman hayati Papua yang sangat menonjol
yaitu burung cenderawasih. Menurut Sukmantoro dkk. (2007), persebaraan 39
spesies burung cenderawasih terdapat di Pulau New Guinea dan dua jenis berada
di Kepulauan Maluku. Berdasarkan keindahan bentuk serta warna bulunya yang
khas dan unik, jenis satwa dari famili Paradisaeidae sampai saat ini masih banyak
diminati dan dicari keberadaannya oleh kebanyakan masyarakat, baik masyarakat
lokal maupun masyarakat luar daerah bahkan sampai masyarakat internasional.
Salah satu daerah di Papua yang menjadi wilayah persebaran beberapa
jenis burung cenderawasih yaitu berada di Cagar Alam Pegunungan Arfak
(CAPA). Menurut data Pemerintah Kabupaten Manokwari disitasi Tewu (2008),
Pegunungan Arfak memiliki tidak kurang 14 spesies burung dewata seperti
namdur (Amblyornis sp), cenderawasih parotia (Parotia sefilata), dan spesies
burung cenderawasih belah rotan (C.magnificus).
Dari 14 spesies burung cenderawasih yang ada di Cagar Alam Pegunungan
Arfak terdapat satu spesies burung cenderawasih di kawasan penyangga tepatnya
di Kampung Syoubri yaitu burung cenderawasih belah rotan yang terkenal dengan
keindahan bulu jantan saat memperagakan tariannya pada waktu hendak kawin.
Keunikan dari peragaan tarian pada waktu hendak kawin merupakan perilaku
prakawinnya yang ditunjukan dengan menampakan keindahan tarian guna
menarik perhatian burung C.magniificus. Dalam bahasa inggris C.magnificus
disebut sebagai Magnificent Bird of Paradise (Beehler dkk. 2001) sedangkan
dalam bahasa hatam disebut Knang
1. 2 Masalah
Burung C.magnificus merupakan jenis burung yang hidup pada ekosistem
hutan pegunungan, mulai dari hutan perbukitan sampai hutan hujan dataran
rendah. Menurut Frith dan Beehler (1998), C.magnificus hidup pada ketinggian
hingga kurang lebih 1780 m dpl. Ekosistem tipe hutan pegunungan tinggi
memiliki vegetasi yang cukup heterogen yang menyediakan tempat hidup yang
sesuai bagi jenis-jenis satwa burung yang hidup di dalamnnya, karena merupakan
vegetasi hutan yang berperan penting bagi keberlangsungan hidup burung-burung
yang menggantungkan hidupnya terhadap kawasan hutan tersebut.
Salah satu daerah yang menjadi habitat fauna burung C.magnificus di
Manokwari yaitu berada di Kampung Syoubri yang terletak di Kawasan
Penyangga Cagar Alam Pegunungan Arfak, pada ketinggian 1200-1990 m dpl
(Rahmawati, 2007). Masyarakat di Kampung ini sering mendapat kunjungan dari
wisatawan asing yang datang untuk melakukan pengamatan burung C.magnificus
di habitat alaminya. Selain itu juga terdapat burung lain yang juga dapat diamati
yaitu burung parotia arfak (Parotia sefilata) dan burung namdur polos
(Amblyornis inornatus).
C.magnificus merupakan burung yang cukup unik bila dibandingkan
dengan cenderawasih lainnya karena burung jantan memiliki bulu yang kompleks,
warnanya yang sangat beragam serta ukuran badannya yang sangat kecil yaitu 19
cm. Keindahan warna bulu ditampakan pada saat melakukan tarian percumbuan
guna menarik perhatian C.magnificus betina pada waktu hendak kawin, hal inilah
yang membuat burung ini menarik untuk diamati. Menurut informasi dari
pemandu lapangan bapak Zeth Wonggor (komunikasi pribadi) jumlah burung
C.magnificus saat ini di Syoubri hanya berkisar kurang lebih 20 ekor. Kondisi ini
sangat memprihatinkan mengingat banyaknya ancaman terhadap burung
C.magnificus baik ancaman dari dalam yang berupa ancaman alami seperti
predator maupun ancaman dari luar yaitu perusakan habitat dan perburuan yang
dilakukan manusia.
Dewasa ini kemajuan di bidang pembangunan yang terjadi di Kota
Manokwari sangat pesat, hal ini terjadi sebagai akibat adanya pemekaran daerah
yang terus dilakukan dari tahun-ketahun. Konversi hutan melalui pembukaan
lahan hutan dapat mengakibatkan keterancaman burung C.magnificus. bahkan
yang paling mengkhawatirkan adalah kepunahan dari burung tersebut. Sejalan
dengan ini pertumbuhan jumlah individu C.magnificus sangat tergantung dari
sistem perkawinan. Kesuksesan proses kawin tergantung kepada kesuksesan sang
jantan dalam merayu sang betina melalui proses prakawin karena C.magnificus
jantan harus memamerkan keindahan bulunya lewat peragaan tarian. Dari
kenyataan inilah maka perlu dilakukan penelitian tentang perilaku prakawin
burung C.magnificus.
1. 3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku prakawin burung
cenderawasih belah rotan (C.magnificus) di habitat alaminya yaitu di Kampung
Syoubri yang berada di dalam Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan
Arfak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi data mengenai
burung C.magnificus dalam melakukan prakawin, serta memberikan input data
mengenai burung C.magnificus yang ada di Papua sebagai referensi bagi studi
lanjutan.
II TINJAUAN PUSTAKA
dari
dalam tubuhnya.
Stimulus
yang muncul
dapat
mekanoreseptor,
kemoreseptor,
termoreseptor,
elektroreseptor
dan
photoreseptor. Semua organ sensori ini dipengaruhi oleh adanya stimulus baik
stimulus internal maupun stimulus eksternal (Campbell dkk. 2000).
Berikut ini adalah skema mekanisme stimulus terhadap tingkah laku secara
umum (Alcock (1979).
Stimulus
tingkah laku
burung jantan diatur oleh adanya libido yang dihasilkan oleh kelenjar testoteron
dalam tes tis (Fraser, 1980).
2. 5 Deskripsi Burung Cenderawasih
Menurut Beehler dkk. (2001), cenderawasih adalah burung di Papua yang
sangat dikagumi, bulu-bulunya saat kawin luar biasa indah dan memperagakan
tarian selama percumbuan yang unik. Kebanyakan spesies agak mirip gagak atau
perling/jalak, paruh dan kakinya sangat kuat, dan memiliki pola terbang
bergelombang yang cepat. Bulu bervariasi mulai dari hitam seluruhnya sampai
merah, jingga, dan hijau berkilauan, dan berbagai warna coklat. Kebanyakan
memiliki suara kokokan yang keras. Sebagian besar spesies yang poligami bentuk
warna pada jantan dan betinanya berbeda, jantan memiliki bulu dengan pola
warna yang sangat beragam tetapi betinanya kusam. Jantan setia menghadiri
tempat peragaan atau tenggeran pertunjukan, dimana mereka menarik perhatian
dan memelihara anak sendirian. Pada spesies yang monogami bentuk warna pada
jantan dan betina sama, dan umumnya berbulu kusam. Jantan dan betinanya
tinggal di sarang.
Beehler dkk. (2001) juga menjelaskan burung cenderawasih terbagi
menjadi tujuh
: Animalia
: Chordata
: Aves
: Passeriformes
: Paradisaeidae
: Cicinnurus
: Cicinnurus magnificus
C.magnificus
Betina
C.magnificus
Jantan
berwarna lebih kusam, coklat zaitun bagian punggung, bulu dada coklat bergaris
putih, bagian mata coklat, atau hanya terlihat garis di belakang mata, paruh dan
tungkai biru pucat.
2. Jenis Serupa
Di hutan warna dan bulu jantan sulit dilihat, tetapi polanya unik. Jika di
bandingkan dengan cendrawasih raja betina lebih kecil, paruh kekuningan, dahi
lonjong dan sayap kadru, cendrawasih kerah betina memiliki alis, paruh dan
tungkai hitam dan sayap kadru atau kehitaman.
3. Perilaku
Saat memperagakan diri, terlihat mirip parotia, sayap jantan mengeluarkan
bunyi berkeletak keras seperti dua kerikil beradu cepat, pemakan buah dan
artropoda, berada di hutan pamah yaitu hutan yang berada pada ketinggian 300 m
dpl, yang banyak ditumbuhi dipterokarpa/meranti, terdapat juga di daerah
perbukitan dan hutan pegunungan bawah, tepi hutan dan hutan sekunder
4. Suara
C.magnificus jantan memiliki jenis suara seperti parotia, dikeluarkan tidak
teratur dan tidak dapat diramalkan, mencakup rangkaian getaran mengalir tiap
nada identik bersambung menurun, churn churr, churn churr churn, juga kyreng,
keras tajam agak berirama, ksss-hss ks ks ks-kss.
4. Persebaran
Burung C.magnificus memiliki persebaran di seluruh dataran tinggi
berhutan di pulau New Guinea, pulau Salawati, Pulau Yapen dan Misol.
Habitatnya berada pada ketinggian 600-1500 m dpl, jarang atau tidak ada di hutan
aluvial dataran rendah yang datar (hutan yang tanahnya sering digenangi air
tawar/banjir) (Everet, 1987).
2.7 Status Keterancaman
Menurut IUCN C.magnificus tergolong Least Consern atau kurang adanya
data mengenai spesies ini dan masuk dalam kategori Threatened Spesies atau
spesies yang terancam punah (Wapedia, 2010). Kemudian menurut CITES dalam
Sukmantoro dkk. (2007), C.magnificus masuk dalam catatan Lampiran II dimana
spesies tersebut tergolong belum terancam tetapi akan terancam punah apabila
dieksploitasi secara berlebihan. Selain itu dalam peraturan pemerintah disitasi
Setio & Mariana (2007) juga dijelaskan spesies C.magnificus sudah dilindungi
berdasarkan Undang Undang (UU) No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Hayati dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999
tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, PP NO 8 Tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
2.8 Keadaan Umum
2.8.1 Letak Geografis Kampung Syoubri
Kampung Syoubri merupakan kampung yang berada di Wilayah Mokwam
Distrik Minyambouw yang termasuk dalam kawasan Penyangga Cagar Alam
Pegunungan Arfak (CAPA). Letaknya berada di sebelah selatan Kota Manokwari
berada pada ketinggian 1200 1990 m dpl. Suhu maksimum dapat mencapai 220C
dan suhu minimum sekitar 160C, kelembaban relative rata-rata yaitu 52% sampai
lebih dari 100%. (Rahmawati, 2007).
Menurut Hegemur & Sawaki (2008), Kampung Syoubri secara
administrative mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kampung Minggre dan Kampung Kwau
Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Fam
Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Mokwam Lama dan Sungai
Syou
Sebelah barat berbatasan dengan Kampung Duabei
2.8.2 Tanah dan Topografi
Ullo (2008) menyatakan bahwa jenis tanah yang terdapat di Kampung
Syou terdiri dari jenis alluvial dan sedikit podsolik. Jenis tanah alluvial memiliki
struktur remah dan halus dengan warna tanah hitam hingga coklat tua. Secara
umum kondisi topografi Kampung Syoubri terdiri atas 70% daerahnya berbukit
atau bergunung dan sekitar 30% merupakan daerah datar dari luas wilayah
kampung tersebut.
Kampung Syoubri berada dalam wilayah kawasan Penyanggah Cagar
Alam Pegunungan Arfak (CAPA) yang memiliki tipe hutan hujan tropis dataran
rendah dengan ketinggian 100-300 m dpl, hutan kaki gunung memiliki ketinggian
10
300-1000 m dpl dan hutan pegunungan rendah berada pada ketinggian 1000-2800
m dpl (Hegemur & Sawaki 2008).
2.8.3 Flora dan Fauna
Vegetasi pada kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak (CAPA) terdiri
dari hutan primer dan hutan sekunder dengan berbagai keanekaragaman jenis
flora dan fauna dari tingkat pertumbuhan semai sampai dengan pohon. Jenis-jenis
flora yang terdapat di Kampung Syouri meliputi tumbuhan kehutanan dan
tanaman pertanian. Adapun tumbuhan kehutanan antara lain : kayu bara
(Dodonea viscoseae), kayu cina (Dacrydium sp.), jambu hutan (Syzygium sp.),
jambu hutan (Eugenia sp.), kananga (Kananga odorata), malas (Parastemon sp.),
sampir jangkang (Dillenia spp.), putat (Palanchonia puapuna), resak (Vatica
sp.), kayu cina (Podacarpus amara), beringin (Ficus spp.), rotan (Callamus spp),
dan Akway (Drimys spp) (Hegemur & Sawaki 2008).
Fauna yang ada di Kampung Syoubri adalah landak papua (Zaglossus
brujnii), kuskus pohon (Pseudocheirus schlegeli), bandikut (Perorycetes
longicauda), babi hutan (Sus scrofa.), burung pintar (Amblyornis inornatus),
burung cendrawasih hitam ekor panjang (Astrapia nigra), cenderawasih belah
rotan (Cicinnurus magnificus), burung maleo (Aepypodius arfakianus), burung
nuri (Carmosyna papou), burung kum-kum (Ducula rufigaster), kasuari
(Casuarius benneti), burung cendrawasih antena 12 (Parotia sefilata), rajawali
irian (Harpyopsis novaeguineae), kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera goliath
Samson), kasuari (Casuarius spp), katak (Rana spp) dan katak (Litoria spp)
(Hegemur & Sawaki, 2008).
2.8.4 Obyek Ekowisata
Pada Kampung Syoubri terdapat beberapa obyek ekowisata yang sampai
saat ini banyak diminati oleh masyarakat baik dalam negeri maupun masyarakat
luar negeri. Obyek ekowisata tersebut antara lain pengamatan burung
cenderawasih di habitat alaminya seperti jenis-jenis burung cenderawasih parotia
(Parotia sefilata) karena keindahan tariannya pada saat hendak kawin, Burung
namdur polos (Ambyiornis inornatus) karena kepandaianya membuat dan menata
pondok peragaan kawinnya dan burung cenderawasih belah rotan (Cicinnurus
11
12
13
14
15
4.1 Hasil
4.1.1 Kondisi Habitat Tempat Kawin C.magnificus
Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi habitat mendukung aktivitas
prakawin di antaranya adalah jenis tumbuhan penyusun habitat di sekitar tempat
aktifitas prakawin, ketinggian tempat dan iklim mikro.
1.
2.
Ketinggian Tempat
Lokasi titik pengamatan tempat kawin burung C.magnificus yaitu
berada pada dua titik di mana titik pertama yaitu berada pada 13391769
BT dan 0110298 LS pada ketinggian 1395 m dpl, dengan perkiraan
kemiringan 45 dan pada titik ke dua yaitu 13391518 BT dan 0110329
LS pada ketinggian 1442 m dpl, dengan perkiraan kemiringan 30.
Pengambilan titik koordinat dilakukan tepat di depan pondok pengamatan
yaitu kurang lebih 2 m dari tempat menari.
3.
Iklim mikro
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama 6 hari, data suhu yang
dapat dikumpulkan yaitu berkisar antara 18-19 C dengan kelembaban
berkisar antara 99% hingga 100%. Kondisi cuaca cerah dan berkabut hampir
sering terjadi. Daerah Syoubri merupakan daerah pegunungan tinggi. Dan
selama berada di lokasi penelitian cuaca hujan diketahui hanya 2 kali terjadi
sehingga pada saat cuaca hujan tidak dilakukan pengamatan karena pada
saat itu tidak terjadi aktifitas perkawinan, karena burung C.magnificus
15
16
(a)
(b)
Gambar 4.2 Tempat menari burung C.magnificus (a) Tempat Menari pada titik 1
(b) tempat menari pada titik 2 (Foto : Rianti, 2009)
4.1.3 Kondisi Burung Pada Setiap Titik Pengamatan.
Hasil penelitian menujukan kondisi burung pada setiap titik pengamatan
mengalami perbedaan individu. Pada titik pengamatan 1 ditemukan C.magnificus
jantan yang sudah dewasa yang ditandai dengan keadaan bulu di tubuhnya yang
17
sudah berwarna dan memiliki ekor kawat. Sedangkan pada titik pengamatan ke 2
ditemukan C.magnificus jantan yang masih muda ditandai dengan keadaan warna
bulu yang masih belum lengkap serta belum memiliki ekor kawat. Bulu burung
jantan yang belum lengkap warnanya sama dengan burung C.magnificus betina
yaitu coklat kusam. Gambar burung dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.1.4 Perilaku Prakawin C.magnificus
Perilaku prakawin hampir sering terjadi karena Bulan Juni hingga Bulan
Agustus adalah awal musim hujan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Beehler dkk.
(2001), bahwa burung-burung di Papua umumnya menampakan perilaku prakawin
pada awal musim penghujan. Pengamatan yang dilakukan pada ke dua stasiun
tempat prakawin rata-rata pagi hari pukul 05.30 WIT hingga pukul 09.00 WIT dan
sore hari pukul 14.30 WIT hingga pukul 17.00 WIT. Pengamatan dilakukan
berselang-seling, total pengamatan sebanyak 6 hari, dengan masing-masing titik
pengamatan sebanyak 3 hari di mana pada setiap titik pengamatan dilakukan 2
kali pengamatan dalam sehari. Jadi total pengamatan yaitu sebanyak 12 kali
pengamatan. Rincian perilaku dapat dilihat pada Tabel etogram Lampiran 3.
Perilaku prakawin C.magnificus yang terlihat pada saat penelitian adalah sebagai
berikut:
4.1.4.1 Bertengger
Selama penelitian perilaku bertengger burung C.magnificus ditemui pada
waktu pagi dan sore hari. Perilaku bertengger diperlihatkan selalu berada di
sekitar tempat kawin. Variabel dari perilaku bertengger antara lain:
4.1.4.1.1 Cara Bertengger
Burung C.magnificus jantan dan betina bertengger dengan cara
mencengkramkan cakar-cakarnya pada dahan pohon tenggeran dengan posisi
tubuh tegak vertical dan horizontal. Pada posisi tubuh horisontal burung jantan
melakukan beberapa gerakan-gerakan seperti menelisik, mengibaskan sayapnya,
menggeleng-gelengkan kepala, mengibaskan bulu-bulu badan serta mengeluarkan
kicauan. Hal tersebut adalah perilaku yang ditunjukan pada saat persiapan
18
dan
mengibaskan
seluruh
bulu
tubuhnya
serta
19
4.1.4.4 Berkicau
Dari hasil penelitian selama 6 hari, secara umum dapat diketahui bentukbentuk dari bunyi kicauan C.magnificus misalnya seperti bunyi kwak
kawak.itu menggambarkan bahwa spesies ini sedang melakukan proses
eliminasi, suara panggilan ada dua tipe churrs churrs churrs churrs churrs
panjang bernada berulang dan churn churn churn churn churn bergetar
rangkaiannya berulang, memberikan maksud bahwa burung jantan sedang
memanggil betina untuk datang ke tempat bermain, kicauan ini biasanya
dilakukan di dahan pohon yang tinggi agar suara jantan lebih terdengar nyaring
selain itu juga dengan posisi di ketinggian maka burung jantan akan lebih mudah
mengamati kehadiran betina dari kejauhan. kyeng.. berjeda dan berulang-ulang
menunjukan maksud bahwa sang betina sudah mulai hadir di tempat bermain,
setiap betina yang hadir tidak langsung mendekat ke burung jantan tetapi mereka
akan memantau tempat menari dari jauh terlebih dahulu untuk memastikan
kesiapan dari sang jantan. Kssk.ksskmerupakan suara betina ketika hadir di
tempat bermain kwakkawakrendah seperti mendengkur adalah suara
rayuan jantan ketika betina mulai mendekat dan suara ini dibunyikan ketika sang
jantan menari.
4.1.4.5 Menari
Selama pengamatan diketahui bahwa C. magnificus jantan tidak pernah
melakukan tarian dengan posisi tubuh menempel ke tanah, burung hanya
melakukan tarian di dahan tumbuhan yang ada di tengah tempat menari. Bentuk
dari tarian itu sendiri yaitu dengan posisi kaki mencengkeram erat dengan dahan
tumbuhan muda yang lurus vertikal, posisi tubuh horizontal kemudian bulu ekor
kawatnya direnggangkan, dijuntaikan ke atas kemudian digetarkan. Makna dari
gerakan ini yaitu untuk lebih menunjukan secara jelas keindahan bulu ekornya.
Biasanya peragaan bulu ekor ini dilakukan membelakangi betina, jantan akan
memutar membelakangi betina bergantian dari betina yang satu ke betina yang
lain. Berikutnya peragaan bulu dada posisinya sama seperti pada peragaan bulu
ekor hanya saja bulu di bagian dadanya direnggangkan seperti membentuk
jantung hati, lalu digetarkan berombak-ombak. Posisi peragaan bulu dada
20
dilakukan berhadapan dengan betina. Peragaan bulu ekor adalah peragaan lanjutan
dari peragaan bulu dada. Selanjutnya yaitu
belakang posisinya yaitu dengan tubuh vertikal berdiri tegak leher dan kepala
ditarik memendek ke belakang, bulu mantel atau bulu belakang dan bulu ekor
dikembangkan vertikal ke atas. Posisi ini dilakukan jika sang betina berada dekat
di atas jantan bersama sama dalam satu dahan muda tempat burung jantan menari,
betina hanya memperhatikan dari atas.
4.1.4.6 Makan
Selama pengamatan beberapa kali ditemukan burung terlihat memakan
serangga di atas daun tumbuhan Piper sp, serta tampak juga memakan serangga di
lantai hutan tempat prakawin, selain itu tampaknya burung juga memakan buah
Pandanus sp tetapi tidak diketahui kapan waktu makan karena hanya ditemukan
feses dari buah tersebut tepat berada di bawah pohon tempat burung biasa
bertengger. Perilaku makan yang teramati yaitu burung memakan makanannya
dengan menggunakan paruhnya, dipatuk lalu ditelan.
Berdasarkan Tabel etogram rata-rata keseluruhan waktu yang digunakan
untuk aktifitas prakawin burung C.magnificus diringkas pada Tabel 4.1
Tabel 4.1. Total Waktu yang digunakan Untuk Aktifitas Prakawin C.magnificus
Selama Pengamatan.
Hari
Kegiatan
Titik Pengamatan 1
Titik Pengamatan 2
Pagi
387
4232
776
1919
1115
535
Sore
941
4737
1225
2041
21
Bertengger
Eliminasi
Wktu
Berkicau
Menari
Makan
Membersihka
n Tempat
Prakawin
Wkt
%
Wkt
Wkt
Wkt
Total Waktu
Wkt
Wkt
Pg
4525
16,27
7525
27,06
263
9,46
887
31,89
193
6,94
2333
8,38
27813
100
Sr
3559
31.17
353
30,92
18
15,76
1629
14,27
6,13
1,75
11418
100
22
4. 2 Pembahasan
4.2.1 Kondisi Habitat Tempat Prakawin Burung C.magnificus
Rata-rata lokasi tempat prakawin berada di sebelah barat Kampung
Syoubri letaknya berhadapan dengan arah terbitnya matahari dengan kondisi
hutan yang tajuknya terbuka. Hal ini dikarenakan burung cenderawasih sangat
membutuhkan cahaya matahari sebagai salah satu pendukung aktifitas perilaku
prakawin sebagai aksi dari pengaruh faktor fisiologis yang bereaksi terhadap
lingkungan. Sesuai dengan pernyataan Ananthakrishnan dan Viswanathan (1976)
disitasi Alikodra (1990), pergerakan satwa liar dipengaruhi oleh cahaya sebagai
pedoman untuk bereaksi. Selain itu juga, proses prakawin burung didukung oleh
keadaan lingkungan yang nyaman terutama untuk tipe burung yang menetap yang
tidak menyukai pergerakan untuk migrasi (Alikodra, 1990).
C.magnificus membutuhkan tumbuhan disekitar tempat prakawin sebagai
penunjang kelangsungan aktifitsnya baik sebagai bahan dasar sarang, dan sebagai
makanannya. Salah satu tumbuhan yang ada di sekitar tempat prakawin adalah
tumbuhan Piper sp yang merupakan makanan dari C.magnificus. Hal ini sesuai
dengan pendapat Pratt & Stiles (1983) disitasi Frith & Beehler (1998) bahwa buah
yang dimakan oleh C.magnificus adalah buah dari jenis tumbuhan Psychotaria,
Myristica, Sloanea, Haretia dan Piper spp.
Lokasi penelitian berada pada ketinggian 1395 & 1442 m dpl sesuai
dengan habitat dari burung C.magnificus yang tersebar pada ketinggian 600
hingga 1500 m dpl (Everet, 1987). C.magnificus adalah tipe burung yang hidup
pada pegunungan tinggi sesuai ketinggian pada lokasi penelitian, sehingga
persebarannya merata pada pegunungan di Kampung Syoubri. Kondisi daerah
yang nyaman sehingga memungkinkan burung C.magnificus untuk melakukan
prakawin.
Burung C.magnificus menampakan aktifitasnya yang dapat teramati pada
saat cuaca cerah dengan kondisi suhu ideal 18-190 C. Dan aktif memperagakan
tariannya pada saat setelah hujan, sesuai dengan data Tabel etogram pada
Lampiran 2 pengamatan hari ke-2 pada stasiun dua terlihat burung aktif
menampakan tariannya, karena semalam sebelum pengamatan pagi terjadi hujan.
ini merupakan kondisi suhu yang cukup ideal bagi C.magnificus seperti halnya
23
Fraser (1980), menyatakan tingkah laku hewan sangat dipengaruhi oleh iklim
karena iklim dapat mempengaruhi termoregulasi, aktifitas makan, dan system
perkawinan.
4.2.2 Burung C.magnificus Muda Dan C.magnificus Dewasa.
Pada kedua lokasi pengamatan ditemukan dua burung C.magnificus jantan
berbeda secara morfologi, di mana pada titik ke satu adalah burung C.magnificus
jantan dewasa karena bentuk dan warna bulunya yang berwarna sehingga dapat
dipastikan secara morfologi, sedangkan pada titik kedua ditemukan bentuk dan
warna burung berwarna kecoklatan yaitu burung C.magnificus jantan yang masih
muda yang belum mengalami pergantian bulu burung dewasa. Sesuai dengan
pendapat Beehler dan Frith (1998), burung C.magnificus jantan remaja bulunya
akan berbeda dengan C.magnificus jantan dewasa yaitu seluruh bulu ditubuhnya
berwarna coklat mirip betina. Hal ini dapat dibuktikan pula pada saat pengamatan
burung tampak melakukan kegiatan seperti layaknya burung jantan dewasa
membersihkan tempat prakawin, berkicau serta menari mempertunjukan gerakan
bulu dada setiap kali membersihkan lantai hutan. Ini menunjukan bahwa burung
jantan remaja tersebut sedang melakukan proses belajar yang berhubungan dengan
proses reproduksi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Campbell dkk. (2000),
pembelajaran
seringkali
mempengaruhi
perilaku
bawaan
yang
secara
perkembangan sudah tetap. Berarti tingkah laku belajar prakawin pada burung
adalah tingkah laku yang tetap dihasilkan oleh setiap anak dari induk.
4.2.3 Perilaku Prakawin C.magnificus
Menurut penjelasan warga setempat di Kampung Syoubri C.magnificus
melakukan proses prakawin pada Bulan Juni-Oktober, dan memasuki musim
bertelur dan memelihara anak antara Bulan Desember-Febuari, dan selebihnya
melakukan proses prakawin tapi frekwensi terjadinya kecil karena para burung
mulai memasuki musim bertelur. Coates (1990) disitasi Frith & Beehler (1998)
menyatakan bahwa aktifitas waktu pertunjukan tarian sering terjadi pada Bulan
Juli-Febuari dan efektif terjadi pada waktu pagi hari pada saat matahari terbit
hingga matahari benar-benar bersinar penuh antara pukul 08.20-09.30. Kemudian
burung akan pergi dari tempat prakawin, selebihnya burung hanya terdengar
24
suaranya saja sampai waktu sore hari burung akan kembali. Hal ini berarti pada
Bulan Agustus merupakan bulan yang tepat untuk melakukan pengamatan karena
itu merupakan waktu puncak dari kegiatan prakawin burung C.magnificus. Lama
waktu untuk aktifiitas prakawin pada pagi dan sore hari dipengaruhi oleh kondisi
iklim yaitu panas atau hujan. Karena semakin cerah (panas) keadaan cuaca waktu
yang digunakan semakin banyak di tenggerannya dan cuaca mendung atau hujan
waktu sedikit yang dipakai untuk aktifitas di tenggerannya.
Tahapan-tahapan perilaku prakawin burung C.magnificus secara umum
yang pasti dilakukan mulai dari perilaku bertengger, eleminasi, membersihkan
tempat menari, berkicau, menari dan makan ada tujuh tahap.
1. Burung jantan hadir di tempat prakawin kemudian bertengger tepat di
depan lantai hutan tempat menari.
2. Burung jantan melakukan proses eliminasi seperti membersihkan
kototan di tubuhnya sambil berkicau dengan berbagai macam bunyi
kicauan Kwak & Currn/Churr
3. Burung jantan membersihkan lantai hutan tempat menari. Saat
membersihkan tempat menari burung akan melakukan gerakan tarian
dengan posisi berdiri leher dijulurkan ke atas sambil menggetarkan bulu
dadanya. Jika terdapat serangga yang dijumpai di lantai hutan tempat
menari maka C.magnificus akan memakannya.
4. Burung jantan akan naik ke dahan pohon tinggi untuk berkicau
memanggil betina dengan nada kicauan churn
5. Jika burung betina hadir di tempat prakawin maka burung jantan akan
membunyikan nada kicauan kyerng lalu burung kembali bertengger di
sekitar tempat kawin dan bersiap menyambut betina dengan tariannya.
6. Burung betina akan memperhatikan setiap gerakan-gerakan tarian
burung jantan. Tarian yang ditampilkan oleh burung jantan adalah
peragaan bulu dada, bulu punggung atau mantel, bulu ekor dan peragaan
bulu di bagian belakang dorsal tubuhnya.
7. Burung betina akan setuju untuk melakukan proses kawin jika mendekati
jantan lalu berbalik membelakangi jantan lalu terbang dan jantan
mengikuti untuk melakukan proses kopulasi.
25
26
mengapa kegiatan bertengger memiliki waktu yang cukup lama yaitu 4525 hal
ini karena hampir setiap aktifitas yang dilakukan burung berada di tenggerannya.
4.2.3.1.3 Gerak-gerik Saat Bertengger
Burung C.magnificus pada waktu bertengger banyak sekali melakukan
aktifitas di antaranya seperti mengepakan sayap, mengembang kempiskan bulu
badannya. Proses mengepakan sayap dan mengembangkan bulu badan
dimaksudkan untuk menutup pori-pori di tubuhnya guna mengurangi masuknya
udara dingin ke dalam tubuh agar memberi kehangatan pada tubuh sebagai bagian
dari reaksi fisiologis terhadap lingkungan (Fraser, 1980). Kicauan yang dilakukan
pada saat bertengger adalah suatu kicauan yang dimaksudkan memberi tanda
daerah kekuasaan selain itu proses memotong daun-daun yang masih segar di
dahan tempat bertengger merupakan suatu proses pembuatan tanda peringatan
wilayah kekuasaan kepada jantan yang lain untuk tidak memasuki wilayah
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alcock (1979), bahwa setiap jenis burung
akan menghasilkan cara belajar terbatas yang diperoleh dari kicauan yang sangat
unik untuk menandai daerah kekuasaan, yang kebanyakan dilakukan oleh burung
jantan.
Kegiatan bertengger mencapai puncaknya pada pagi hari yaitu 4525 dan
kegiatan bertengger sore hari lebih sedikit yaitu 3559. Hal ini disebabkan pada
saat pagi hari waktu yang tersedia untuk mendapatkan cahaya matahari cukup
banyak, burung memanfaatkan cahaya matahari untuk mendapatkan energi serta
dapat membantu kelangsungan proses prakawin yaitu memperindah bulu di
badanya.
4.2.3.2 Eliminasi
Keluarnya feses pada saat eliminasi dilakukan sebagai respon dari proses
fisiologis setelah semalaman burung melakukan proses pencernaan dalam tubuh.
Dan feses tersebut adalah sisa dari proses pencernaan. Selain itu, feses yang
dikeluarkan bersama dengan urin di sekitar tempat prakawin juga dimaksudkan
untuk memberikan tanda daerah teritorial tempat kawin C.magnificus agar jantan
C.magnificus yang lain tidak mendekat atau menguasai daerah tersebut. Campbell
27
dkk. (2000) menyatakan bahwa daerah teritorial secara khusus digunakan untuk
pencarian makanan, perkawinan, membesarkan anak atau kombinasi di antara
ketiganya. Contoh feses yang ada merupakan kondisi fisik dan warna yang sama
dengan buah Pandanus sp yaitu berwarna merah dan contoh urin yang ada
memunculkan warna putih.
Lampiran 4. Pemilihan warna feses dan urin dapat diasumsikan bahwa kondisi
warna feses yang berwarna merah dan urine yang berwarna putih kontras dengan
warna lantai hutan yang coklat gelap.
Kegiatan eliminasi lebih banyak dilakukan pada saat pagi yaitu 7525.
Hal ini dikarenakan pada saat pagi hari burung menyediakan tempat di dalam
tubuhnya untuk mendapatkan energi baru yang akan diperoleh pada siang hari.
Dan sedikitnya waktu eleminasi sore hari disebabkan burung melakukan
penyimpanan makanan untuk digunakan sebagai cadangan energi pada saat
malam hari untuk membantu meningkatkan proses metabolisme saat suhu dingin
di malam hari. Tidak menutup kemungkinan kegiatan eleminasi dilakukan di luar
pengamatan.
4.2.3.3 Membersihkan Tempat Prakawin.
Tujuan dari burung saat membersihkan tempat prakawin yaitu untuk
menyajikan tempat prakawin yang bersih agar terlihat indah saat burung
C.magnificus betina yang hadir di tempat prakawin lebih tertarik terhadap
C.magnificus jantan. Selain keindahan bulu C.magnificus jantan kebersihan lantai
hutan juga diperhatikan oleh C.magnificus betina. Apabila lantai hutan sudah
terlihat bersih maka C.magnificus jantan akan naik ke dahan tumbuhan yang
berada tepat di depan tempat menari untuk menanti kehadiran C.magnificus
betina sambil terus berkicau.
Lamanya waktu membersihkan tempat kawin pada pagi hari lebih banyak
yaitu 2603 dan lamanya waktu pada sore hari lebih sedikit yaitu 18.Hal ini
disebabkan pada waktu pagi kesempatan untuk mendapatkan penyinaran cahaya
matahari lebih panjang dibandingkan pada waktu sore hari terutama untuk
mendapatkan bantuan penyinaran cahaya matahari untuk memperindah bulu di
tubuh jantan. Dengan kondisi tersebut C.magnificus betina lebih suka hadir
28
ditempat prakawin pada waktu pagi hari. Dan untuk menanggapi maksud
C.magnificus betina C.magniificus jantan akan mempersiapkan tempat tarian
yang lebih bersih agar terlihat lebih indah.
4.2.3.4 Berkicau
Sesuai dengan pendapat Beehler dkk. (2001) burung C. magnificus
mengeluarkan suara yang tidak teratur dan sulit untuk diramalkan seperti churrs
churrs churrs churrs churrs ,kyerng. Banyaknya jenis kicauan dengan waktu
yang panjang saat pagi hari disebabkan karena kicaun rutin setiap pagi adalah
memberikan kesan bahwa burung sangat gembira menyambut sinar matahari
pagi. Dan itu menjadikan suatu tanda kepada betina bahwa burung siap untuk
mencari pasangan untuk aktifitas reproduksi. Tomaszewska dkk. (1991)
menyatakan bahwa setiap burung jantan menggunakan kicauannya memanggil
burung betina guna melangsungkan proses reproduksi. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Campbell dkk. (2000) bahwa kicauan membuat burung jantan yang
lebih tua dan lebih berpengalaman menjadi lebih menarik bagi burung betina.
Burung jantan akan lebih senang menyanyikan kicauan yang bervariasi daripada
mengicaukan sebuah kicauan yang sama dan membosankan secara terus
menerus.
4.2.3.5 Menari
Peragaan tarian adalah bagian dari percumbuan. Campbell dkk. (2000),
menyatakan bahwa perilaku percumbuan merupakan sumberdaya individu yang
harus dikeluarkan oleh hewan untuk menghasilkan keturunan. Percumbuan yang
dilakukan C.magnificus jantan terhadap C.magnificus betina lewat tarian
menunjukan usaha jantan untuk menarik perhatian betina. Agar C.magnificus
betina bersedia menerima jantan untuk melangsungkan proses kawin. Menurut
Coates (1990) disitasi Frith dan Beehler (1998), burung C.magnifiicus memiliki
lima macam gerakan yang khas dalam tarian yaitu (cape display) tarian bulu
mantel peragaan bulu mantel jika burung betina datang berkunjung dan tampak
menutupi jantan, (back display) adalah tarian peragaan bagian belakang tubuh,
(breast display) peragaan bulu dada dan (dancing display) gerakan berdansa yaitu
ketika burung jantan berada pada ketinggian 30 cm dari tanah, jantan dapat
29
menunjukan secara tiba-tiba yaitu seperti menarik kepala dan leher ke belakang ke
bagian tubuhnya kemudian mengembangkan dan lebih memperluas bulu tubuhnya
termasuk menggetarkan perisai dadanya membuka dan mengesampingkan bulu
ekornya. Model tarian dapat dilihat pada Lampiran 5.
Waktu menari pada pagi hari 1903 lebih banyak dibandingkan pada
waktu sore hari 7 hal ini disebabkan selama pengamatan C.magnificus betina
tidak pernah hadir di tempat prakawin pada saat sore hari, diduga tidak pada
waktu sore hari cahaya matahari di lokasi tempat prakawin sulit terlihat lagi
karena kondisi kabut yang sudah mulai menutupi kawasan hutan. C.magnificus
jantan melakukan tarian pada dua waktu yang berbeda yaitu pada saat
C.magnificus betina hadir ditempat prakawin dan pada waktu setelah
membersihkan tempat prakawin.
4.2.3.6 Makan
Spesies burung C.magnificus adalah spesies pemakan buah dan serangga.
Coates (1990), menyatakan burung C.magnificus memakan 80% buah seperti
buah berbiji berry dan buah-buahan pohon lain dan 20% serangga kecil seperti
semut, kumbang, dan jangkrik. Selama pengamatan burung C.magnificus jarang
melakukan aktifitas makan setiap harinya dibuktikan dengan banyaknya waktu
yang bernilai nol, perlu diketahui bahwa C.magnificus mencari makan pada waktu
siang hari, waktu makan bersama dengan waktu prakawin bukanlah waktu makan
yang sebenarnya. Oleh sebab itu persentase waktu makan pada kegiatan prakawin
lebih sedikit setelah aktifitas menari yaitu 2233. Waktu makan lebih dominan
dilakukan pada waktu siang hari setelah burung melakukan proses reproduksi.
30
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
1. Burung C.magnificus menunjukan perilaku prakawin di sekitar lokasi kawin
berupa bertengger, perilaku eleminasi, membersihkan tempat kawin,
berkicau menari dan makan.
2. Hampir semua aktifitas prakawin C.magnificus lebih banyak dilakukan pada
waktu pagi hari dibandingkan pada waktu sore. Karena pagi hari memiliki
periode siang yang lebih panjang sehingga intensitas cahaya matahari yang
masuk lebih lama dibandingkan sore hari.
3. Perilaku eliminasi C.magnificus hampir sama dengan perilaku eliminasi aves
pada umumnya.
4. Untuk menarik perhatian C.magnificus betina burung jantan harus
melakukan tarian percumbuan dan mengeluarkan kicauan yang nyaring agar
C.magnificus betina lebih tertarik dan setuju untuk melakukan aktifitas
kopulasi.
5. Aktifitas makan C.magnificus pada waktu pagi hari yang bersamaan dengan
aktifitas prakawin bukanlah aktifitas makan yang sesungguhnya. Aktifitas
makan berada pada waktu siang hari setelah burung melakukan aktifitas
prakawin.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian tentang perilaku prakawin C.magnificus di
daerah yang lain, yang mana tidak semua daerah ditemukan jenis ini
untuk digunakan sebagai data perbandingan dan menambah literatur
tentang tingkah laku.
2. Penelitian lanjutan pada burung yang sama di daerah yang sama
namun menggunakan sampel yang lebih banyak dan waktu yang lebih
lama.
3. Masyarakat Kampung Syoubri untuk lebih memperhatikan kondisi
habitat keberadaan burung C.magnificus mengingat keterancaman
burung C.magnificus terhadap persediaan habitat yang makin
mendesak.
31
DAFTAR PUSTAKA
Alcock J. 1979. Animal Behaviour, An Evolutionariy Approach 2nd Edition.
Sinauer Associates, Inc. Massachusetts.
Alikodra H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Pusat Antar Universitas Pendidikan Ilmu Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Beehler B.M., T.K. Pratt. & D.A. Zimmerman. 2001. Burung-Burung di Kawasan
Papua. Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor.
Bima. 2007. Struktur dan Fungsi Hewan-2. http:// Bima. Ipb.Ac.Id. /Tpbipb/
Materi/Biologi/Kuliah%2012%20struktur%20dan%20fungsi%20hayati%20
hewan2.Pdf (20 Mei 2009).
Campbell N.A., J.B. Reece. & L.G. Mitchel. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Manalu W, Alih bahasa; Safitri A, Editor. Erlangga, jakarta. Terjemahan
dari Biology Fifth Edition.
Coates B.J. 1990. Family Corvidae. http://Family//Corvidae/ blications/ZooGoer
/1990/ 2/ birdofparadise. (20 Desember 2009).
Dinas Kehutanan. 2008. Cagar Alam Pegunungan Arfak. Dinas Kehutanan.
Manokwari.
Everet M. 1987. The Bird of Paradise. Chartwell Books Inc a Divition Of Book
Sales Inc. New Jersey.
Fraser A.F. 1980. Farm Animal Behaviour. Bailliere tindal a dission of cassel Ltd
Frith B.C. & B.M. Beehler. 1998. The Bird of Paradise, Bird Familiyes of The
World, Oxford University Press, New York.
Hegemur H. & Sawaki M. 2008. Laporan Kuliah kerja Profesi di Kampung Syou
Distrik minyambouw Kabupaten Manokwari. Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Papua.
Manokwari. (Tidak diterbitkan)
Hidayat F. 2009. Profesorbiologi Fotografer Alam Liar. Http: //www. indoforum.
org/showthread.php?t=60832. (20 April 2009).
Ihalauw S.H. 2007. Perilaku Prakawin Parotia Arfak (Parotia sefilata) di Syobri
dalam Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak. Skripsi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Papua, Manokwari (Tidak diterbitkan)
Matthew 2001. Lektime. http://Translate.Google.Co.Id/Translate? Hl= Id&Sl
=En&U=Http://Nationalzoo.Si.Edu/Publications/ZooGoer/2001/2/birdopara
dise (18 April 2009).
Peta Papua
Ket :
..... = Pemukiman
+++ = Batas Kampung
- - - = Jalan Raya
= Sungai
TP I = Titik Pengamatan I
TP II = Titik Pengamatan II
Sumber : Peta Ihalauw, 2007
Jantan
Muda
Koordinat
Lokasi Pengamatan
:
:
No
Waktu
Aktifitas
Uraian aktifitas
Lamanya
Keterangan
06.30
bertengger
25 s
06.50
Terbang
lalu
bertengger
Bertengger di pohon
4s
9s
4m
1s
10 s
Kelembaban
Suhu
Ketinggian
:
:
:
100%
19 C
1395m
dpl
Berkicau churn
Berkicau kwak 3 x
3
06.53
berkicau
Berkicau 1 x
Berkicau 4 x churn
Berkicau kwak 1 x
Berkicau churn 7 x
Berkicau Churn 4 x
Berkicau kwak 1 x
06.57
06.58
07.07
Berkicau dan
eleminasi
Terbang
ke
pohon
Berpindah ke
pohon bigro
Berkicau
kwak
sambil
membersihkan bulu badannya
Bertengger,
diam,
berkicau
kwak 1 x
Berkicau 2 x
Berkicau 2 x
churn 7 x
kwak 2 x
Tengok ke kiri sambil bersuara
07. 07
Makan
30 s
07. 12
Bertengger
20 s
07.19
2m
10
07.23
3m
11
07. 25
Terbang
ke
dahan bulwek
Berpindah ke
pohon
Sirih
hutan
Betina datang
Ada burung
lain
yang
datang
5s
12
07.40
Berkicau
berkicau 2 x
5m
berkicau 5 x
berkicau 3 x
berkicau 2 x
Dilanjutkan
Lanjutan lampiran 3
berkicau 5 x
mengeluarkan veses
turun ke tempat bermain
naik lagi ke dahan tumbuhan di
depan tempat menari
berkicau "kriyeng"
1m
1m
1m
Diam
13
07. 41
Bertengger
14
07. 42
Berkicau
15
07.47
Bertengger dan
berkicau
16
07.56
2m
17
07. 57
Berkicau 1 x
1s
18
07. 58
Berkicau 1 x
"kwak"
1s
19
07. 59
Terbang
menghilang.
20
08.34
Datang lagi
1s
21
08. 40
Makan
berkicau
dan
22
08.48
Turun ke tanah
23
08.53
Bertengger
24
08. 53
25
09. 00
Naik ke dahan
yang
lebih
tinggi
turun ke tanah
Peneliti
memutuskan
untuk kembali
ke posko
6s
1m
14 m
1s
3s
10 s
2m
:
:
No
Waktu
Aktifitas
15. 00
Tidak
aktifitas
Kelembaban
Suhu
Ketinggian
Uraian Aktifitas
:
:
:
Lamanya
100%
22C
1395 m dpl
1m
Keterangan
burung belum
hadir
di
tempat
prakawin
1m
1m
ada
15. 51
Hadir
15. 52
Berkicau
15. 54
diam
30s
15. 57
Bertengger
berkicau
"churn" 6 x
Berkicau
"kwak"
1s
3s
1s
3s
3m
1m
burung dapat
terlihat
15. 58
16. 01
Membuang
kotoran
16. 04
Terbang
10
16. 05
Makan
1m
11
16. 06
Terbang
Berkicau
"churn"7x
1m
12
16. 00
16. 13
Terbang
3s
Terbang
Pengamatan Pagi
Koordinat
Lokasi Pengamatan
:
:
No
Waktu
1
2
pergi
dari
tempat
perkawinan
tidak kembali
lagi
Kelembaban
Suhu
Ketinggian
:
:
:
100%
18 C
1395 m dpl
Uraian aktifitas
Lamanya
Keterangan
05. 30
Aktifitas
Turun ke lantai
hutan
berkicau,
2s
05.35
Bertengger
5m
Berkicau churn
6s
10 s
Dilanjutkan
Lanjutan lampiran 3
Turun ke lantai
2
06. 40
hutan
3
06. 45
Terbang
06. 50
Betina datang
06. 54
06. 55
Jantan terbang
11 s
2m
2 menit
1m
1m
1m
1m
06. 56
Jantan datang
dan bertengger
07. 05
Jantan terbang
07. 10
Berkicau
berkicau "churn" 9 x
3s
10
07. 13
Jantan datang
2 menit
11
07. 15
2 menit
12
07. 17
1m
13
07. 24
Berkicau
Berpindah
kedahan lain
Jantan turun ke
tanah
1 menit
14
07. 25
Jantan terbang
2 menit
15
07. 27
Berkicau
10 s
16
07. 32
Turun ketanah
1, 30 s
17
07. 50
Jantan terbang
1m
07. 59
Jantan datang
1 menit
19
08. 00
10 s
20
08. 10
Bersuara
Jantan turun ke
Lantai hutan
membersihkan daun-daun
1 menit
21
08. 13
Jantan terbang
10 s
22
08. 14
Jantan terbang
10 m
23
08. 35
Bersuara
3m
24
08. 38
2 menit
25
08. 40
1m
26
09. 00
Betina datang
Jantan
turun
kelantai hutan
Peneliti
memutuskan
kembali ke pos
sambil
Pengamatan sore
Koordinat
Lokasi Pengamatan
:
:
No
Waktu
Aktivitas
14. 30
14. 35
Berkicau
14. 37
Berkicau
14. 39
14. 45
Eleminasi
14. 50
Kelembaban
Suhu
Ketinggian
:
:
:
100%
22 C
1395 m dpl
Uraian aktivitas
bertengger di dahan tumbuhan
tingginya 1 m di atas
permukaan
tanah,
diam
menghadap ke timur
mengebaskan bulu badannya,
bersuara kwak 1 kali
Lamanya
Keterangan
5m
1m
5s
2m
5m
Bertengger
14 m
15. 03
Berkicau
2s
suara
terpantau
melalui
vokalisasi
15. 05
2m
15. 15
Terbang
bertengger
Membuat tanda
5m
10
15. 20
Berkicau
5s
11
15. 25
5s
12
15. 35
Eleminasi berkicau
10 s
13
15. 37
Bertengger
1m
14
15. 45
10 s
dan
Dilanjutkan
Lanjutan lampiran3
15
15.4816.00
Eleminasi
16
16. 02
Menghilang
Pengamatan pagi
Koordinat
Lokasi Pengamatan
:
:
No
Waktu
Aktifitas
06. 20
Bertengger
06. 25
Terbang
06. 32
Berkicau
06. 43
Berkicau
06. 48
Turun ke tanah
06. 55
Berkicau
06. 59
Berkicau
07. 15
07. 30
Bercumbu
10
07. 40
11
07. 50
Bercumbu
12
08. 00
Terbang
12 m
Kelembaban
Suhu
Ketinggian
Uraian aktifitas
bertengger
menghadap
ke
timur,
membersihkan
bulu
badan
sambil
berkicau,
terbang turun ke lantai hutan naik lagi
bertengger ke dahan pohon lalu
membersihkan bulu badanya.
berkicau "chutrn" panjang berulang, terus
membersihkan bulu badannya sambil
bersuara "kwak" 1 x
berkicau "churn" panjang berulang,
membersihkan bulu badannya sambil
bersuaraa, terus memandang ke timur
sambil berkicau.
turun ke tanah, membersihkan lantai hutan,
naik ke dahan, terbang ke dahan yang lebih
tinggi, lalu burung turun lagi ke lantai
hutan dan naik lagi ke atas dahan pohon.
berkicau "churn" panjang lalu burung
tyurun lagi bertengger lagi di dahan
semula.
berkicau churn panjang, lalu kriyeng 5 x
dan di lanjutkan dengan nada "churn" lagi.
"kwak" 1 x.
turun ke lantai hutan, naik ke dahan sambil
mengamati tempat menari, kemudian
berkicau "churn"
satu betina hadir dari sebelah timur,
mendekat lalu menjauh lagi, Jantan hanya
mengamati dari dahan pohon
jantan turun ke lantai hutan, terbang ke
atas pohon tinggi tidak terlihat.
jantan turun ke tempat bermain kemudian
betina ke dua datang, lalu jantan menari,
ke dua betina hanya mengamati.
betina terbang jantan mengikuti, dan
hanya suara yang terdengar.
:
:
:
100%
18 C
1395 m dpl
Lamanya
Keterangan
5m
30 s
2m
6m
4m
6,5 m
22 s
4m
10 m
10 s
3 m
5s
Dilanjutkan
Lanjutan lampiran 3
13
08. 15
Bercumbu
14
08. 30
Bercumbu
14
08. 3108. 42
Proses eliminasi
15
08. 48
16
08. 55
Bercumbu
17
09. 03
Eliminasi
18
09. 15
Eliminasi
19
08. 20
Diam
Pengamatan Pagi
Koordinat
Lokasi Pengamatan
:
:
5m
11 m
hal itu
di
lakukan
berulang
kali.
6m
3m
7m
3m
1m
Kelembaban
Suhu
Ketinggian
:
:
:
99%
18 C
1441 m dpl
No
Waktu
Aktivitas
Uraian aktivitas
Lamanya
Keterangan
06. 25
Hadir
Bertengger
4m
berkicau "kwak"
1s
1s
3m
1m
06. 29
Terbang
06. 32
Dilanjutkan
1m
06. 36
Berkicau
berkicau "churn" 10 x
5s
06. 38
Berkicau
"churn" 6 x
3s
"churn" 10 x
5s
4s
Terbang
10 m
06. 39
07. 49
Pergi
Burung kembali hadir
dari sebelah selatan,
bertengger sebentar di
tumbuhan pakis raksasa,
pergi lagi
:
:
No
Waktu
15. 30
Aktifitas
Datang,
bertengger
kemudian
bersuara
15. 35
Bertengger
15. 37
Berkicau
15. 38
15. 40
15. 49
Berkicau
Berkicau,
turun
ke
lantai hutan
Bertengger
dan berkicau
15. 35
Berkicau
15. 57
15. 59
Berkicau
Turun
ke
lantai hutan,
makan dan
eliminasi
10
16. 02
Bertengger
Kelembaban
Suhu
Ketinggian
:
:
:
100%
22C
1441 m dpl
Uraian aktifitas
Lamanya
Keterangan
10 s
3m
10 s
1s
2m
2m
2m
"churn" berulang
4s
1 menit
2m
"churn" panjang
11
16. 05
Diam
diam
12
17. 00
Tidak
ada
aktifitas
burung terbang
Pengamatan pagi
Koordinat
Lokasi Pengamatan
:
:
No
Waktu
Aktifitas
Uraian aktifitas
05. 30
Tidak ada
Tidak ada
burung sudah
mulai
bersembunyi, berkicau
Kelembaban
Suhu
Ketinggian
Lamanaya
0
:
:
:
100%
19 C
1441 m dpl
Keterangan
belum hadir di
tempat prakawin
hadir,
5s
1m
Eleminasi
Burung masih
belum terlihat
juga, tampaknya
berada di sebelah
timur tempat
prakawin
10 m
Tidak ada
Terbang menghilang
burung
tidak
terlihat lagi,
06. 00
Bertengger
06. 15
Berkicau
06. 40
Bertengger
06. 50
Pengamatan Sore
Koordinat
Lokasi Pengamatan
:
:
No
Waktu
Aktifitas
15. 38
Bertengger
15. 45
Terbang
15. 50
Mendekat bertengger
16. 08
16. 10
Eleminasi
16. 15
Kembali bertengger
10 s
Kelembaban
Suhu
Ketinggian
Uraian aktifitas
burung bertengger di pohon tepat di
belakang pondok pengamatan, berkicau
lalu terbang
burung terbang ke utara, berkicau,
sambil terbang menjauh
burung mendekat bertengger di pohon,
membersihkan badannya, bersuara
"churn" panjang, "kwak" 5 x, churn
panjang
burung
turun
ke
lantai
hutan,membersihkan lantai hutan, naik
ke dahan pohon tingginya kurang lebih
3 cm dari permukaan tanah menghadap
ke atas menari.
turun
ke lantai hutan, lalu
membersihkan lantai hutan lagi, naik ke
dahan pohon, menari lagi lalu terbang
kembali membersihkan lantai hutan lagi
naik ke ranting-ranting pohon, turun ke
lantai hutan lagi membersihkan lantai
hutan lagi, melakukan gerakan yang
sama, lalu terbang bertengger di dahan
pohon
:
:
:
100%
22 C
1441 m dpl
Lamanya
Keterangan
3s
5m
20 s
2m
5m
5m
Dilanjutkan
16. 20
16. 25
Berkicau
turun
lagi
ke
lantai
hutan,
membersihkan lantai hutan, terbang
tidak terlihat.
terdengar suara "kwak" 3 x kemudian
"churn" panjang lalu diam
16. 50
Bertengger
17. 00
kembali ke posko
3m
8s
10 s
Pengamatan pagi
Koordinat
Lokasi Pengamatan
:
:
No
Waktu
Aktifitas
06. 00
06. 15
Bertengger
06. 20
Terbang
bertengger
07. 00
07.
00-09.
00
Uraian aktifitas
lalu
jantan
hadir,
berkicau
lalu
bertengger ke dahan pohon tempat
menari, menari lalu turun ke lantai
hutan membersihkan lantai hutan
burung terbang lalu bertenger di
dahan pohon sambil berkicau
"churn" panjan
Kelembaban
Suhu
Ketinggian
:
:
:
Lamnya
Keterangan
5m
5s
Makan
30 s
Terbang
Tidak ada
100%
18 C
1441
mdpl
Feses yang berwarna merah yang digunakan oleh burung C.magnificus sebagai tanda
daerah kekuasaan.(Foto Rianti,2009)
Urin yang berwarna putih yang digunakan oleh burung C.magnificus sebagai tanda
daerah kekuasaan. (Foto Rianti, 2009)
(a) Breast display, (b-c) Cape display, (d) Dancing display, (e) Back display.
Sumber: Frith & Beehler (1998).