Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGGUNAAN BASE ISOLATOR

PADA JEMBATAN 3 KELOK 9


BERDASARKAN PERILAKU STRUKTUR
TERHADAP TEMPERATUR DAN BEBAN GEMPA
Oleh :
Wanry Vony Oktavia
Jln. Ir H. Juanda No 431 Curup - Bengkulu

ABSTRAK
Pemakaian base isolator sangatlah penting dalam pembangunan sebuah jembatan.
Namun desain base isolator pada jembatan lebih menitik beratkan kepada pengaruh beban
lalulintas dan temperatur, akan tetapi kemungkinan besar belum memperhitungkan akibat
beban gempa. Oleh sebab itu studi ini dilakukan untuk menganalisa respon struktur pada
jembatan dengan dan tanpa base isolator akibat beban gempa dan pengaruh temperatur. Pada
tesis ini akan ditinjau base isolator jenis elastomeric bearing dan lead rubber bearing.. Studi
ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh penggunaan base isolator elastomeric bearing dan
Lead rubber bearing bila dibandingkan dengan bangunan tanpa menggunakan isolator akibat
beban gempa dan temperatur. Dari hasil studi Dapat diketahui bahwa penggunaan base
isolator memperpanjang waktu getar struktur, sehingga mereduksi percepatan gempa yang
bekerja pada struktur jembatan. Base isolator juga mereduksi base shear pada struktur karena
base isolator memiliki redaman. Perpindahan lebih besar akibat penggunakan base isolator
jenis elasatomeric bearing adalah dikarenakan tumpuan elastis (elastomer) merupakan jenis
tumpuan struktur yang bisa berdeformasi terbatas pada suatu nilai tertentu (baik translasi atau
rotasi) dan sangat fleksibel dalam arah horizontal yang memungkinkan terjadinya
perpindahan lebih besar. Sedangkan perpindahan pada lead rubber bearing lebih kecil karena
dipengaruhi oleh batang timah yang terletak di tengah elastomer yang berfungsi sebagai
tempat penyerapan energi sehingga mampu mengurangi gaya gempa dan perpindahan

Kata kunci
respon spectrum, elastomeric bearing, base isolator, base shear, perioda
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan Kelok-9 merupakan salah satu urat nadi pertumbuhan kegiatan perekonomian
Propinsi Sumatera Barat dan Propinsi Riau khususnyas maupun kawasan Timur Sumatra
pada umumnya. Ruas jalan Payakumbuh Batas Riau saat ini rendah sekali tingkat
pelayanannya, sehingga tidak lagi menunjang keamanan, kenyamanan dan kecepatan
pengguna jalan. Untuk mengantisipasi hal ini diperlukan pekerjaan jalan dan jembatan yang
memenuhi kriteria perencanaan.
Disamping itu Sumatera Barat adalah daerah yang memiliki potensi aktivitas seismik
cukup tinggi dan rawan terhadap gempa, maka dalam perencanaan bangunan harus
1

diperhitungkan aspek aspek kegempaan serta tinjauan aspek-aspek pembebanan lainnya.


Salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan akibat gempa bumi, telah dikembangkan
desain struktur dengan sistem isolasi dasar pada bangunan (base isolated structure).
Pemakaian base isolator sangatlah penting dalam pembangunan sebuah jembatan. Namun
desain base isolator pada jembatan lebih menitik beratkan kepada pengaruh beban lalulintas
dan temperatur, akan tetapi berkemungkinan besar belum memperhitungkan akibat beban
gempa. Oleh sebab itu studi ini dilakukan untuk menganalisa respon struktur pada jembatan
dengan dan tanpa base isolator akibat beban gempa dan pengaruh temperatur.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan penulisan ini adalah:
1. Mendesain base isolator jenis elastomeric bearing dan lead rubber bearing pada
jembatan 3 kelok-9 dengan memperhitungkan beban gempa.
2. Membandingkan dimensi base isolator pada jembatan 3 kelok 9 dengan hasil
analisa base isolator dengan jenis yang sama yang memperhitungkan beban
gempa.
3. Menganalisis respons struktur jembatan dengan base isolator HDRB, LRB dan
tanpa base isolator akibat temperatur dan beban gempa.
Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi dan perbandingan dalam
perencanaan base isolator pada jembatan.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Struktur bangunan yang menjadi studi kasus adalah jembatan 3 kelok 9
Data umum yang digunakan dalam merencanakan base isolator pada jembatan dapat
dilihat pada gambar 1.1 dan 1.2.
Data-data jembatan 3 kelok 9 adalah sebagai berikut:

Superstruktur

: Box Girder

Bentang

: 65 m

Mutu Box Girder

: K-350

Mutu Baja

: BJTD 40

Dimensi base isolator

: (400 x 450 x 45) mm

2. Perhitungan beban struktur jembatan menggunakan peraturan Standar Nasional Indonesia


Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005)
3. Base isolator pada jembatan 3 kelok9 dianggap belum memperhitungkan akibat beban
gempa.
4. Desain base isolator yang digunakan yaitu elastomeric rubber bearing dan lead rubber
bearing.

2. Metodologi penelitian
2.1 Pengumpulan data
Data-data yang dibutuhkan adalah:Gambar jembatan 3 Kelok 9 dan Spek base isolator
yang digunakan pada jembatan 3 kelok 9
2.2 Studi pustaka
Studi pustaka : menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan tesis ini yang diambil dari
berbagai sumber literatur yang ada.
2.3 Analisa beban struktur atas jembatan
Analisa beban struktur atas jembatan : perhitungan serta analisa semua beban yang
terjadi pada jembatan yang dipikul oleh base isolator.
2.4 Desain base isolator
Dalam desain struktur terisolasi dasar ini kita perlu mendesain terlebih dahulu
bantalan isolator yang akan digunakan. Base isolator

yang digunakan adalah

elastomeric rubber bearing. Base isolator direncanakan berdasarkan beban vertikal


yang terjadi pada struktur atas jembatan
2.5Respon Struktur
Dari hasil analisa struktur yang dilakukan diperoleh respon struktur berupa base shear,
perioda struktur, dan perpindahan lateral bangunan (displacement). Berdasarkan hasil
tersebut dapat dibandingkan bangunan tanpa base isolator dan bangunan yang
menggunakan base isolator jenis elastomeric bearing dan Lead rubber bearing akibat
beban gempa berupa respon spectrum dan akibat temperatur.

3. PEMABAHASAN
Dalam perhitungan desain base isolator dengan memperhitungkan beban gempa
didapatkan dimensi elastomeric bearing lebih besar dibandingkan dengan elastomeric
bearing yang ada di jembatan 3 kelok 9. Maka, asumsi bahwa desain base isolator
pada jembatan 3 kelok 9 tidak memperhitungkan beban gempa adalah benar.
3

Berdasarkan hasil desain

base isolator pada lampiran B didapatkan 2 dimensi

elastomer yang berbeda di tiap perletakannya. Adapun perbandingan dimensi-dimensi


baseisolator yang didesain berdasarkan beban gempa dan dimensi base isolator yang
sudah ada pada jembatan 3 kelok 9 adalah:

Tabel 3.1 Perbandingan dimensi base isolator jenis elastomeric bearing dengan dan tanpa
perhitungan beban gempa

Data

Unit

HDRB 1

HDRB 2

HDRB 3

Panjang

mm

550

950

400

Lebar

mm

550

950

450

Shear Modulus

N/mm2

mm

15

30

45

Tebal rubber
layer
Jumlah rubber
layer

nr

Catatan : HDRB 1 elastomeric bearing ujung jembatan dan HDRB 2 adalah elastomeric bearing pada
pilar jembatan dengan memperhitungkan beban gempa.
HDRB 3 adalah elastomeric bearing jembatan 3 kelok 9

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat dua dimensi elastomeric bearing yang
berbeda dikarenakan beban yang dipikul oleh elastomeric pada tiap tumpuan berbedabeda dan memperhitungkan beban gempa. Sedangkan elastomeric jembatan 3 kelok 9
dimensinya lebih kecil karena didesain tanpa memperhitungkan beban gempa.
Tabel 3.2 Hasil desain base isolator jenis Lead rubber bearing
Data

Unit

LRB 1

LRB 2

Tinggi

0.2545

0.2545

Dimensi bantalan

0.55

0.95

lead

0.2

0.23

Jumlah rubber layer

layer

27

27

Jumlah shim layer

ns

layer

26

26

Tebal Shims

ts

0.002

0.002

Tebal Shims Rubber

tr

0.0075

0.0075

Diameter lead

3.2 Perbandingan waktu getar struktur jembatan atau perioda struktur tanpa base isolator,
dan dengan menggunakan base isolator akibat beban gempa.
Hasil analisa dengan menggunakan base isolator akan meningkatkan perioda pada
struktur. Perioda struktur jembatan untuk arah x yang menggunakan baseisolator jenis
elastomeric bearing meningkat sebesar 50 %. Sedangkan perioda struktur jembatan untuk
arah y meningkat sebesar 71.4 %. Namun bila dibandingkan dengan penggunaan base
isolator jenis lead rubber bearing Perioda struktur jembatan untuk arah x meningkat
sebesar 75 % dan arah y meningkat 86.3%. Perbandingan Perioda pada tiga model
jembatan tersebut seperti pada grafik dibawah ini.
0.8
0.7

Perioda (sec)

0.6
0.5
0.4

HDRB

0.3

LRB
sendi-roll

0.2
0.1
0

respons spectrum
(arah x)

respons spectrum
(arah y)
Gambar

3.1 Grafik perbandingan perioda struktur jembatan antara keadaan sendi-roll, HDRB dan LRB
berdasarkan respon spectrum

Penggunaan base isolator akan meningkatkan perioda pada struktur. Hal ini sesuai
dengan tujuan dari penggunaan base isolator yaitu untuk memperbesar perioda alami
struktur bangunan. Peningkatan perioda struktur menyebabkan gaya gempa yang bekerja
pada bangunan akan menjadi lebih kecil.

3.3. Perbandingan perpindahan pada jembatan tanpa base isolator, dan dengan menggunakan
base isolator akibat temperatur dan beban gempa.
Hasil analisa struktur perpindahan akibat temperatur dengan menggunakan elastomeric
bearing sebesar 0.023 m . Perpindahan pada struktur akibat gempa dengan menggunakan
elastomeric bearing sebesar 0.089 m. Batasan rollout displacement untuk isolator HDRB
yaitu 0.478 m. Perpindahan akibat temperatur dengan menggunakan lead rubber bearing
lebih kecil yaitu sebesar 0.016 m .Sedangkan perpindahan pada struktur akibat gempa
5

dengan menggunakan lead rubber bearing

sebesar 0.047 m. Batasan rollout

displacement untuk isolator LRB yaitu 0.38 m.


Perbandingan perpindahan pada tiga model jembatan tersebut seperti pada grafik
dibawah ini.
0.09

Perpindahan (m)

0.08
0.07
0.06
0.05

HDRB

0.04

LRB

0.03

Sendi-roll

0.02
0.01
0

Akibat temperatur

Akibat Gempa
Gambar

3.2 Grafik perbandingan perpindahan pada jembatan antara keadaan sendi roll, HDRB dan
LRB akibat beban temperatur dan gempa

Adanya perpindahan lebih besar akibat penggunakan base isolator jenis elasatomeric
bearing adalah dikarenakan tumpuan elastis (elastomer) merupakan jenis tumpuan
struktur yang bisa berdeformasi terbatas pada suatu nilai tertentu (baik translasi atau
rotasi) dan sangat fleksibel dalam arah horizontal yang memungkinkan terjadinya
perpindahan lebih besar. Sedangkan perpindahan pada lead rubber bearing lebih kecil
karena dipengaruhi oleh batang timah yang terletak di tengah elastomer yang berfungsi
sebagai tempat penyerapan energi sehingga mampu mengurangi gaya gempa dan
perpindahan. Lead rubber bearing juga didesain sangat kaku dan kuat diarah vertikal dan
lentur diarah horizontal sehingga beban vertikal dan lateral yang kecil bisa didukung
tanpa menimbulkan perpindahan yang berarti.

3.4. Perbandingan gaya geser dasar pada jembatan tanpa base isolator, dan

dengan

menggunakan base isolator akibat respons spectrum.


Hasil analisa dengan menggunakan base isolator

jenis elastomeric bearing dapat

mereduksi gaya geser dasar untuk arah melintang mencapai 41.43 % dan arah
memanjang sebesar 41.65 %. Sedangkan dengan menggunakan base isolator jenis LRB
6

dapat mereduksi gaya

geser dasar untuk arah melintang mencapai 31.5

% arah

memanjang sebesar 18.5 %.


Perbandingan gaya geser pada dua model jembatan tersebut seperti pada grafik dibawah
ini.
16000

Base shear (KN)

14000
12000
10000
8000

HDRB

6000

LRB

4000

Sendi-Roll

2000
0

respons spectrum
(arah memanjang)

respons spectrum
(arah melintang)
Gambar

3.3 Grafik perbandingan gaya geser dasar pada jembatan antara keadaan Sendi-roll, HDRB dan LRB
akibat beban gempa

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa pengunaan isolator dapat mereduksi gaya geser dasar
besarnya reduksi gaya geser ini disebabkan isolator memiliki redaman 10 20 %.

4. Kesimpulan

Dalam penelitian ini telah didesain base isolator jenis elastomeric dengan
memperhitungkan beban gempa. Hasil desain tersebut didapatkan 2 dimensi elastomer yang
berbeda di tiap perletakannya, yaitu dimensi HDRB 1 (550 x 550 x 82) mm dan HDRB 2
(950 x 950 x 82) mm. Sedangkan base isolator pada jembatan 3 kelok 9 memiliki dimensi
(400 x 450 x 45) mm. Dimensi base isolator yang didesain dengan memperhitungkan beban
gempa lebih besar daripada yang tidak memperhitungkan beban gempa. Hasil perhitungan
desain isolator jenis lead rubber bearing diperoleh dimensi LRB 1 (550 x 550 x 254) mm,
diameter lead 200 mm dan LRB 2 (950 x 950 x 254) mm, diameter lead 230 mm.
Pada penelitian ini dianalisis 3 model struktur sendi-roll, dan isolator HDRB dan LRB
pada jembatan. Hasil study mempertlihatkan pengaruh gaya geser dasar, perpindahan serta
perioda dalam penggunaan dan tanpa base isolator akibat temperatur dan respon spectrum.
maka diperoleh hasil sebagai berikut :
7

1. Penggunaan base isolator

pada jembatan dapat meningkatkan perioda struktur

jembatan. Isolator jenis HDRB dapat meningkatkan perioda jembatan sebesar 71.4 %,
LRB mampu meningkatkan perioda jembatan sebesar 86.3%.
2. Penggunaan base isolator pada jembatan yang menggunakan base isolator memiliki
perpindahan (displacement) yang lebih besar daripada jembatan yang tidak
menggunakan base isolator. Hal ini terjadi karena base isolator sangat fleksibel dalam
arah horizontal yang memungkinkan terjadinya perpindahan.
3. Perpindahan pada dasar struktur yang menggunakan isolator LRB lebih kecil
dibandingkan dengan isolator jenis elastomeric bearing, karena dipengaruhi oleh
batang timah yang terletak di tengah elastomer yang berfungsi sebagai tempat
penyerapan energi sehingga mampu mengurangi gaya gempa dan perpindahan
4. Penggunaan base isolator pada jembatan mampu mereduksi gaya geser dasar pada
jembatan.

3.2

Saran
Penelitian ini hanya menganalisis pengaruh penggunaan base isolator jenis HDRB dan
LRB pada jembatan akibat temperatur dan respon spectrum. Oleh sebab itu disarankan
untuk studi selanjutnya analisis dilakukan dengan membandingkan penggunaan base
isolator dengan tipe yang lebih bervariasi. Sehingga penerapan prinsip isolator pada
jembatan dapat diketahui lebih detail.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.ngiten.co.cc/pengertian-penyebab-dan-tipe-gempa-bumi.html
Buckle, I.G., Fundamental Concepts of Earthquake Engineering Chapter 15.Seismic
Protection with Base Isolation, Page 689-751, 1993
Connor, J.J. and Klink, B.S.A., Introduction to Motion Based Design, Computational
Mechanics Publications Southampton UK and Boston USA, 1996.
Naeim, F. and Kelly, J.M., Design of Seismic Isolated Structures: From Theory to Practice,
John Wiley and Sons, Inc., New York, 1999.
SNI 2833, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan, 2008
Kunde and Jangid.Seismic behavior of isolated bridges: A- State of the - art review,
Mumbai, 2003.
Mayes, R.L. and Naeim, F., Chapter 14. Design of Structures with Seismic Isolation. Page
723-756.
Wai Fah Chen and Lian Duan Bridge Engneering structure Design, Florida, 2000.
Teruna, D.R., Analisis Respon Bangunan dengan Base Isolator Akibat Gaya Gempa, Jurnal
system Teknik Industri Volume 6 No. 4, Oktober 2005.
BMS, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan (lampiran A persyaratan tahan gempa),
1992.
UBC 97
RSNI T-02-2005, Standar Nasional Indonesia Pembebanan untuk Jembatan , 2005
Aiken, I.D.,Chapter 20. Eathquake Dynamics of Base-Isolated Buildings, Page 683-702
Wai Fah Chen and Lian Duan Bridge Engneering structure Design, Florida, 2000.
SNI 3967, Spesifikasi bantalan elastomer tipe polos dan tipe berlapis untuk perletakan
jembatan, 2008.
Daniel Rumbi Teruna dan Hendrik Singarimbun., Analisis Response Bangunan Ict
Universitas Syiah Kuala Yang Memakai Slider Isolator Akibat Gaya Gempa, Seminar
dan Pameran Haki Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia, 2010.
Daniel Rumbi Teruna., Analisis Respon Bangunan Dengan Base Isolator Akibat Gaya
Gempa, Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No 4 Oktober 2005.
Troy A. Morgan., Design and Analysis Issues For Base isolated Structures, 100th
Anniversary Conference Commemorating the 1906 San Francisco Earthquake, 7 April
2006.

BIODATA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

NAMA
: WANRY VONY OKTAVIA
TEMPAT LAHIR
: CURUP
TANGGAL LAHIR
: 29 0KTOBER 1984
PEKERJAAN
: WIRASWASTA
NAMA ORANG TUA
: RIDWAN EFFENDY
ALAMAT RUMAH
: JLN. IR. H. JUANDA NO.431 CURUP - BENGKULU
RIWAYAT PENDIDIKAN : 1. SD N. 2 CURUP 1991 - 1997
1. SMP N. 1 CURUP TAHUN 1997 2000
2. SMA 5 PADANG TAHUN 2000 - 2003
3. UNIVERSITAS ANDALAS 2003 2007
4. PASCA SARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2009 2012

10

Anda mungkin juga menyukai