Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL


GET’S SEMARANG
Dosen Pengampu: Nurhidayah, S.T., M.Ars

Disusun Oleh :
ADIT SAPUTRA
2123201009

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI CIREBON
2023
PENDAHULUAN

Struktur Hotel GET’S Semarang merupakan gedung dengan ketinggian 31 meter dan
memiliki konfigurasi bangunan berbentuk ireguler. Konfigurasi bangunan diharapkan
mempunyai bentuk yang sereguler mungkin agar pusat massa dan pusat kekakuan berhimpit
sehingga kemungkinan terjadinya deformasi menjadi kecil terhadap pengaruh momen puntir
akibat gempa. Dengan deformasi menjadi kecil maka untuk struktur berperilaku daktail, tingkat
daktilitas yang diperlukan lebih rendah dibandingkan dengan bangunan yang berbentuk
ireguler.

Struktur yang berperilaku daktail sendiri bertujuan agar pada saat terjadi gempa, struktur
mampu berdeformasi tanpa kehilangan kekuatanya sehingga tidak mengalami keruntuhan total.
Dengan tidak terjadinya keruntuhan total maka dapat memberikan kesempatan orang untuk
menyelamatkan diri dan menjaga aset yang ada di dalamnyaa.

A. Latar Belakang

Perencanaan struktur Hotel GET’S Semarang pada Makalah ini direncanakan


menggunakan metode Sistem Rangka Gedung berupa Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK) pada zonasi gempa wilayah Kota Semarang. Pemilihan Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus (SRPMK) diharapkan struktur gedung memiliki tingkat daktilitas tinggi.
Struktur daktail yaitu struktur yang mampu mengalami simpangan pasca elastis yang besar
secara berulang kali dan bolak-balik akibat gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan
pertama dan mampu mempertahankan kekuatan struktur sehingga struktur tetap berdiri
walaupun berada diambang keruntuhan.

Sistem ini direncanakan menggunakan konsep desain kapasitas berupa kolom kuat balok
lemah. Sehingga struktur kolom dibuat lebih kuat dari struktur balok, agar pada bagian balok
terjadi sendi plastis terlebih dahulu. Sehingga bangunan ini tidak sampai mengalami
keruntuhan total pada saat terjadi gempa kuat. Join-join pada hubungan balok-kolom juga
didisain agar tidak terjadi keruntuhan terlebih dahulu.

Analisis struktur gedung ini berdasarkan pada SNI 03-1726-2012 dan dibantu
menggunakan program SAP2000 v12 untuk mengetahui periode getar struktur dan gaya-gaya
dalam yang bekerja pada struktur tersebut. Periode getar struktur pada SRPMK harus dibatasi
agar struktur tidak terlalu fleksibel.
B. Rumusan Masalah

1. Apa SNI dan persyaratan struktur bangunan tahan gempa?


2. Apa sistem struktur yang digunakan?
3. Bagaimana pemodelan strukturnya?
4. Pondasi apa yang digunakan?
5. Bagaimana perencanaan pembebanannya?
6. Bagaimana perencanaan struktur plat dan tangganya?
7. Bagaimana perencanaan baloknya?
8. Bagaimana perencanaan kolomnya?
9. Bagaimana struktur sekundernya?

C. Tujuan

Dapat melakukan perencanaan struktur gedung berdasarkan peraturan terbaru dan


perhitungan yang matang.

D. Manfaat

Manfaat dari perencanaan struktur Hotel Get’s Semarang ini agar Hotel ini dapat bertahan
terhadap gempa dengan perhitungan struktur yang matang, dan agar biaya yang dikeluarkan
dalam pembangunan Hotel ini lebih efisien.
PEMBAHASAN

1. SNI bangunan tahan gempa


Ketentuan yang penting, yang mengatur persyaratan Struktur Beton Tahan Gempa,
SNI Struktur Beton mengatur sebagai ditunjukkan secara ringkas dalam tabel dan gambar
berikut.

Gambar 1. Ketentuan SNI pada Join interior


a. Ujung-ujung balok yang menyatu kepada join, dan berpotensi terbentuk sendi
plastis,sepanjang 2xh balok, harus dipasang sengkang penahan geser dengan spasi s 
100 mm.
b. Pada inti join, harus dipasang sejumlah sengkang tertutup, yang berfungsi sebagai
confinement dan penahan gaya geser.
c. Rasio luas tulangan tekan thd tarik, balok dekat join, As’/As  50%.
Gambar 2. Ketentuan SNI pada Join eksterior
a. Ujung balok yang menyatu kepada join, dan berpotensi terbentuk sendi
plastis,sepanjang 2xh balok, harus dipasang sengkang penahan geser dengan spasi s 
100 mm.
b. Pada inti join, harus dipasang sejumlah sengkang tertutup, yang berfungsi sebagai
confinement dan penahan gaya geser.
c. Rasio tulangan balok dekat join, As’/As  50%.

2. Sistem struktur
Sistem Struktur yang digunakan dalam Perencanaan gedung Hotel GET’S Semarang
adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) hal ini dilakukan agar struktur
bangunan mampu bertahan terhadap beban gempa yang terjadi dan struktur menjadi lebih
daktail.

Desain kapasitas (capacity design) yang digunakan pada Hotel GET’S Semarang ini
adalah strong column-weak beam (SCWB). Strong column-weak beam yaitu kapasitas
kolom lebih besar dibandingkan kapasitas balok.

Jika beban maksimum terjadi, maka kolom lantai dasar dan balok terjadi sendi plastis
tetapi struktur masih daktail. Model Struktur yang digunakan dalam perhitungan analisis
dimodelkan dengan SAP 2000 v.12 dimana komponen kolom dan balok merupakan
struktur frame, sedangkan plat lantai dan plat atap dimodelkan dengan struktur shell.
3. Pemodelan struktur
Perancangan konfigurasi struktur bangunan berdasarkan gambar kerja dari konsultan
arsitek merupakan bangunan ireguler berbentuk L, dari pemodelan stuktur dilakukan
dilatasi sehingga konfigurasi bangunan berubah menjadi bangunan reguler. Pemisahan
gedung yang dilakukan seperti yang terlihat pada Gambar 3 sebagai berikut.

Gambar 3. Layout Gedung


Pemisahan dilakukan menjadi tiga bagian gedung, untuk gedung A dan B memiliki 9
lantai sedangkan untuk gedung C memiliki 3 lantai. Dengan dilakukanya dilatasi maka
nantinya perlu dilakukan perhitungan separasi gedung / jarak dilatasi.

4. Perencanaan pondsi
Pondasi pada Hotel GET’S Semarang ini direncanakan menggunakan pondasi tiang
pancang. Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang pancang yang direncanakan adalah
tiang dukung ujung (end bearing pile). Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang
yang dipancang mencapai lapisan tanah keras.
Oleh karena itu, kapasitas dukungnya dominan ditentukan oleh tahanan ujung tiang
dari pada tahanan gesek tiang (friction pile) dan penurunan yang terjadi tidak perlu
diperhitungkan karena penurunan yang terjadi kemungkinan kecil. Tiang pancang yang
digunakan berdiameter 0,6 meter dan jumlah tiang setiap pile group adalah 4, 6 dan 9 tiang
pancang.
5. Perencanan pembebanan
Pembebanan struktur meliputi beban mati (D) dan beban hidup (L) yang mengacu
berdasarkan pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 (PPIUG 1983)
sedangkan beban gempa (E) berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012).

Kombinasi pembebanan (Load combinatian) adalah gabungan kombinasi dari beban-


beban yang mungkin terjadi selama umur rencana bangunan. Hal ini berkaitan dilakukan
untuk menganalisa kekuatan struktur agar bangunan yang dirancang/ didesain dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk kombinasi pembebanan digunakan kombinasi
beban tetap dan beban sementara, kombinasi yang digunakan antara lain.
Kombinasi 1 : 1.4 D
Kombinasi 2 : 1.2 D + 1.6 L
Kombinasi 3 : 1.2 D+0.5 L+1 Ex + 0.3 Ey
Kombinasi 4 : 1.2 D + 0.5 L + 0.3 Ex + 1 Ey.

6. Perencanaan Strukur Plat dan Tangga


Plat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang
yang arahnya horisontal, dan beban yang bekerja adalah tegak lurus pada bidang tersebut.
Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang
panjang maupun lebarnya. Plat beton berfungsi sebagai diafragma atau unsur pengaku
horisontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaraan balok portal.

Pada bangunan gedung bertingkat, umumnya tangga digunakan sebagai sarana


penghubung antara lantai tingkat yang satu dengan lantai tingkat yang lain, khususnya bagi
para pejalan kaki.

7. Perencanaan balok
Pada balok bekerja 2 beban yaitu momen lentur dan gaya geser akibat beban tersebut
diberi tulangan longitudinal untuk menahan momen lentur dan tulangan geser (begel) untuk
menahan gaya geser. Tulangan longitudinal dipasang memanjang searah penampang balok
dan tulangan geser (begel) dipasang horisontal melingkupi tulangan longitudinal.
8. Perencanaan kolom
Pada kolom bekerja 3 beban yaitu gaya aksial, momen lentur dan gaya geser akibat
beban tersebut diberi tulangan longitudinal untuk menahan gaya aksial dan momen lentur
dan tulangan geser (begel) untuk menahan gaya geser. Tulangan longitudinal dipasang
memanjang searah penampang kolom dan tulangan geser (begel) dipasang horisontal
melingkupi tulangan longitudinal.

9. Struktur sekunder
Perencanaan struktur sekunder meliputi pelat lantai, balok anak dan tangga.
Pembebanan meliputi beban mati dan beban hidup dihitung berdasarkan PPIUG 1983.
Besarnya beban hidup untuk pelat lantai dengan fungsi hotel yaitu 250 kg/m2 , untuk ruang
mesin dan ruang pertemuan yaitu 400 kg/m2 , untuk pelat atap yaitu 100 kg/m2 , untuk
fungsi parkir yaitu 800 kg/m2 dan karena di basement berhubungan langsung dengan muka
air tanah pada kedalaman 0,5 meter dan tinggi basement adalah 4 meter maka gaya uplift
dihitung sebesar 3500 kg/m2 .
Tebal dan perencanaan penulangan pelat lantai berdasarkan tipe pelat yaitu one way
slab dan two way slab. Direncanakan tebal pelat basement 25 cm, pelat lantai 12 cm dan
pelat atap 10 cm.

Perencanaan tangga meliputi perencanaan dimensi, pembebanan, dan disain


penulangan pelat tangga. Perencanaan dimensi berupa tebal pelat tangga, panjang optrade
dan panjang antrede. Untuk perencanaan pembebanan, besarnya beban hidup untuk tangga
sebesar 300 kg/m2.

Perencanaan penulangan pelat lantai, balok anak dan tangga berdasarkan gaya dalam
yang dihasilkan dimana tulangan yang dipasang harus mampu menahan gaya tersebut.
KESIMPULAN

Dengan dilakukanya dilatasi pada perencanaan struktur gedung ini, maka kekakuan dan
distribusi masa menjadi dekat sehingga rotasi menjadi kecil dan perilaku struktur lebih
dominan translasi, dan jika terjadi gempa pun tidak seluruh bangunannya runtuh.

Dalam pemodelan pondasi tiang pancang sebaiknya menggunakan sistem pondasi end
bearing yaitu kedalaman tiang pancang direncanakan mencapai lapisan tanah keras sehingga
tidak perlu memperhitungkan kegagalan struktur karena penurunan.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2010. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 03-1726-2012. Bandung: BSN.

Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-2847-2002. Bandung: BSN.

Badan Standardisasi Nasional. 1987. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung,
SNI 1727-1987. Bandung: BSN.

Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung.


Bandung: Yayasan Penyelidikan Masalah Bangunan Gedung.

Hardiyatmo, H.C. 2008. Teknik fondasi 2. Yogyakarta: Beta Offset. Pawirodikromo, Widodo.
2012. Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Satyarno, Iman, dkk. 2012. Belajar SAP 2000 Cepat-Tepat-Mahir Seri 2. Yogyakarta: Zamil
Publishing.

Wang, Chu-Kia, and Charles G. Salmon. 1994. Disain Beton Bertulang. Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai