2 Klasifikasi Proses
Keramik di bagikan kepada dua kumpulan utama yang berdasarkan jenis bahan, metode
pembuatannya dan jenis penggunaannya. Dua kumpulan tersebut adalah:
2.2.1 Keramik Konvensional
Keramik ini biasanya di bagikan kepada empat bagian mengikut fungsinya:
a. Keramik Berstruktur
Keramik jenis ini mempunyai sifat mekanik yang baik. Antara bahan yang termasuk di dalam
golongan ini ialah alumina, silicon karbida, silicon nitrida, komposite dan bahan yang di lapisi
dengan keramik. Bahan ini sangat potensi di gunakan di dalam mesin diesel sebagai piston dan
ruang pra pembakaran, turbo charge dan turbin gas. Ia di gunakan juga sebagai bahan penyekat
ruang pembakaran bersuhu tinggi dan mata pahat potong logam (Cutting tool).
b. Keramik Putih
Yaitu jenis keramik yang biasanya berwarna putih dan mempunyai tekstur jaringan yang halus.
Keramik ini dibuat dari bahan dasar lempung kualitas terpilih dan fluks dalam jumlah bervariasi
yang dipanaskan pada suhu 1200-1500oC di dalam tanur (kiln). Contohnya keraamik tanah,
porselin, keramik china, ubin keramik putih,dsb.
c. Keramik Refraktori
Yakni keramik yang mencakup bahan bahan yang digunakan untuk menahan pengaruh termal,
kimia dan fisik. Refraktori dijual dalaam bentuk bata tahan api, bata silica, magnesit,dsb.
d. Keramik Listrik
Yang termasuk dalam kategori keramik ini mempunyai fungsi electromagnet dan optic dan juga
fungsi kimia yang berkaitan dengan penggunaannya secara langsung. Keramik ini digunakan
sebagai bahan penyekat, magnet, tranducer, dan pensemikonduksi.
2.2.2 Keramik Termaju
Di bagi kepada empat jenis berdasarkan bahan dasarnya.
Keramik kaca: Silika, natrium oksida, kalium oksida, kalsium oksida, kobalt oksida dll.
2.3 Bahan Baku Keramik
Tiga bahan baku utama yang digunakan untuk membuat produk keramik klasik, atau triaksial,
adalah lempung, feldspar dan pasir. Lempung adalah aluminium silikat hidrat yang tidak terlalu
murni yang terbentuk sebagai hasil pelapukan dari batuan beku yang mengandung feldspar sebagai
salah satu mineral asli yang penting. Reaksinya dapat dilukiskan sebagai berikut :
K 2O Al2O3.6SiO2 + CO2 + 2H2O --> K 2CO3 + Al 2 O3.2SiO 2.2H 2O + 4SiO2
Ada sejumlah spesies mineral yang disebut mineral lempung (clay mineral) yang mengandung
terutama campuran kaolinit (Al2O3.SiO2.2H2O), montmorilonit [(Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O], dan
ilit (K2O, MgO, Al2O3, SiO2, H2O ) masing masing dalam berbagai kuantitas. Dari sudut pandang
keramik, lempung berwujud plastik dan bisa dibentuk bila cukup halus dan basah, kaku bila
kering, dan kaca (vitreous) bila dibakar pada suhu yang cukup tinggi. Prosedur pembuatannya
mengandalkan kepada sifat sifat tersebut diatas.
Penyusun keramik yang ketiga yang penting adalah pasir atau flin (flint). Sifat-sifatnya yang
penting dari segi industri keramik dirangkum bersama sifat-sifat lempung dan feldspar pada tabel
2.1. Untuk membuat produk keramik yang berwarna muda, harus dipilih produk keramik yang
kandungan besinya rendah.
Di samping ketiga bahan pokok tersebut di atas, berbagai macam mineral lain, garam, dan oksida
juga digunakan sebagai bahan fluks dan sebagai perawis (ingredient) refraktori.
Diantara bahan Boraks (Na2B4O7.10H2O)
Fluorspar (CaF 2)
Oksida besi
Oksida antimonium
Oksida timbal
Mineral litium
Tulang kalsinasi
Apatit [Ca5(F, Cl, OH)(PO4)3]
Mineral barium
Fluks yang biasa dipakai untuk menurunkan suhu vitrifikasi, suhu lebur, dan suhu reaksi adalah :
Beberapa perawis refraktori khusus adalah
Alumina (Al2O3)
Olivin [(FeO, MgO) 2 SiO2]
Kromit (FeO.C2O3)
Karborundum (SiC)
Magnesit (MgCO3)
Mulit (3 Al2O3.2SiO2)
Dolomit [CaMg(CO3)2]
(CaCO3)
Toria (ThO2)
Zirkonia (ZrO2)
Titania (TiO2)
b. Kalsit adalah sebuah mineral karbonat dan polimorf karbonat kalsium (CaCO3) paling stabil.
Polimorf lain adalah mineral aragonit dan vaterit. Aragonit akan berubah menjadi kalsit pada suhu
380-470 C[5], sementara vaterit justru kurang stabil.
c. Feldspar (KAlSi3O8 NaAlSi3O8 CaAl2Si2O8) adalah kelompok mineral tektosilikat
pembentuk batu yang membentuk 60% kerak Bumi. Feldspar mengkristal dari magma pada batuan
beku intrusif dan ekstrusif dalam bentuk lapisan, dan juga ada dalam berbagai jenis batuan
metamorf. Batu yang hampir seluruhnya terbentuk dari feldspar plagioklas kalsium dikenal sebagai
anortosit. Feldspar juga ditemukan di berbagai jenis batuan sedimen.
d. Lanau adalah tanah atau butiran penyusun tanah/batuan yang berukuran di antara pasir dan
lempung. Beberapa pustaka berbahasa Indonesia menyebut objek ini sebagai debu. Lanau dapat
membentuk endapan yang mengapung dipermukaan air maupun yang tenggelam.
e. Kalsit adalah sebuah mineral karbonat dan polimorf karbonatkalsium (CaCO3) paling stabil.
Polimorf lain adalah mineral aragonit dan vaterit. Aragonit akan berubah menjadi kalsit pada suhu
380-470 C[5], sementara vaterit justru kurang stabil.
f. Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam yang mengandung unsur hara magnesium dan
kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia CaMg(CO3)2.
g. Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625
sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai
tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. Pasir tidak dapat di tumbuhi oleh
tanaman, karena rongga-rongganya yang besar-besar.
2.4 Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku dan Produk
2.4.1 Bahan baku
Ada tiga bahan utama yang digunakan untuk membuat produk keramik klasik, yaitu lempung,
feldspar, dan pasir. Lempung adalah aluminium silikat hidrat yang tidak terlalu murni yang
terbentuk sebagai hasil pelapukan dari bahan beku yang mengandung feldspar sebagai salah satu
mineral asli yang penting. Reaksinya dilukiskan sebagai berikut :
K2CO3 + Al2O3.2SiO2.2H2O + 4 SiO2 --> K2O.Al2O3.6SiO2 + CO2 + 2H2O
Terdapat tiga jenis lempung/tanah liat utama yang di bedakan oleh warna, ukuran partikel, sifat
keliatan dan komposisi kimianya yaitu :
Tanah liat kaolin berwarna putih, berukuran partikel sederhana, kurang keliatannya/sifat
Berikut ini adalah bahan baku dasar pembuatan keramik, beserta sifat-sifat lempung dan feldspar.
Kaolinit Feldspar Pasir/ Flin
- Rumus Al2O3.2SiO2.2H2O K2 O.Al2O3.6SiO2 SiO2
- Plastisitas Plastic Non plastic Non plastic
- Fusibilitas Refraktori Perekat mudah lebur Refraktori
- Titik cair 1785oC 1150oC 1710oC
- Ciut pada pembakaran Sangat ciut Lebur Tidak ciut
Banyak lagi bahan baku lain yang digunakan daalam berbagai susunan, sedikitnya 450 macam yang
sudah diklasifikasi.
2.4.2 Produk
Sifat sifat umum keramik :
Dapat digunakan sebagai bahan insulasi listrik atau semikonduktor denagn variasi sifat
sifat magnetic dan dielektrik.
Ketergantungan rendah
Kekerasan tinggi.
2.5 Konversi Kimia, Termasuk Kimia Keramik Dasar
Semua produk keramik dibuat dengan mencampurkan berbagai kuantitas bahan baku yang tersebut
di atas, membentuknya, lalu memanaskan sampai suhu pembakaran. Suhu ini mungkin hanya 700
oC untuk beberapa jenis glasir luar, tetapi banyak pula vitrifikasi yang dilakukan pada suhu
setinggi 2000 oC. Pada suhu vitrifikasi terjadi sejumlah reaksi, yang merupakan dasar kimia bagi
konversi kimia.
1. Dehidrasi, atau penguapan air kimia pada suhu 150 sampai 650 C
2. Kalsinasi, misalnya CaCO3 pada suhu 600 sampai 900 C
3. Oksidasi besi fero dan bahan organik pada suhu 350 sampai 900 C
4. Pembentukan silika pada suhu 900 C atau lebih
Beberapa di antara perubahan awal tersebut cukup sederhana, misalnya kalsinasi CaCO3 dan
dehidrasi serta dekomposisi kaolinit. Reaksi reaksi lain, misalnya pembentukan silikat, cukup
rumit dan berubah-ubah sesuai dengan suhu dan perbandingan penyusunnya. Mengenai sistem
Al2O3.SiO2 telah menghasilkan pengembangan penting dalam proses pembuatan refraktori mulit.
Diagram tersebut menunjukkan bahwa berapa persen pun likuefaksi bisa didapatkan, bergantung
pada suhu, kecuali pada beberapa titik nonvarian. Jadi, jika peleburan yang berangsur dijaga agar
tidak berlanjut terlalu jauh dengan mengendalikan kenaikan suhu, akan tertinggal massa dan
jumlah yang cukup untuk menjadi kerangka yang memegang massa panas tersebut. Diagram
Al2O3.SiO2 itu menunjukkan bahwa mulit adalah satu satunya senyawa alumina dan silika yang
stabil pada suhu tinggi.
Produk keramik hampir semuanya mempunyai sifat refraktori, artinya tahan terhadap panas, dan
tingkat kerefraktorian dari suatu produk tertentu bergantung pada perbandingan kuantitas oksida
refraktori terhadap oksida fluks di dalamnya. Oksida refraktori yang terpenting adalah SiO2, Al 2
O3, CaO dan MgO disamping ZrO2, TiO2, Cserta BeO yang lebih jarang dipakai. Oksida fluks yang
terpenting adalah Na 2O, K2O , B2O3 dan SnO2, disamping fluorida yang juga digunakan dalam
komposisi beberapa fluks tertentu.
Keseluruhan badan keramik akan mengalami vitrifikasi, atau pembentukan kaca, pada waktu
pemanasan, dan tingkat vitrifikasi ini bergantung pada perbandingan kuantitas oksida refraktori
dan oksida fluks di dalam komposisinya pada suhu dan pada waktu pemanasan. Fase kekaca
memberikan sifat sifat yang dikehendaki pada keramik, misalnya berfungsi sebagai perekat dan
memberikan sifat translusen (tembus cahaya) pada keramik cina (chinaware). Bahkan dalam
refraktori pun vitrifikasi ini dikehendaki sebagai perekat, tetapi vitrifikasi yang terlalu jauh akan
memusnahkan sifat refraktorinya. Jadi, jelaslah bahwa badan keramik terdiri dari matriks kekaca
plus kristal, dimana dua yang terpenting adalah mulit dan kristobalit.
Derajat vitrifikasi, atau berkurangnya porositas secara brangsur merupakn dasra yang berguna
untuk menggolongkan produk keramik sebagai berikut :
Keramik putih. Kuantitas fluks beragam, pemanasan pada suhu tinggi sedang, vitrifikasi
beragam.
Produk lempung berat. Fluks banyak, pemanasan pada suhu rendah, vitrifikasi sedikit.
Email. Sangat banyak fluks, pemanasan pada suhu sedang, vitrifikasi sempurna.
a. Gerabah (Earthenware), dibuat dari semua jenis bahan tanah liat yang plastis dan mudah
dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000C. Keramik jenis ini struktur dan teksturnya
sangat rapuh, kasar dan masih berpori. Agar supaya kedap air, gerabah kasar harus dilapisi glasir,
semen atau bahan pelapis lainnya. Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah apabila
dibandingkan dengan keramik batu (stoneware) atau porselin. Bata, genteng, paso, pot, anglo,
kendi, gentong dan sebagainya termasuk keramik jenis gerabah. Genteng telah banyak dibuat
berglasir dengan warna yang menarik sehingga menambah kekuatannya.
b. Keramik Batu (Stoneware), dibuat dari bahan lempung plastis yang dicampur dengan bahan
tahan api sehingga dapat dibakar pada suhu tinggi (1200-1300C). Keramik jenis ini mempunyai
struktur dan tekstur halus dan kokoh, kuat dan berat seperti batu. Keramik jenis termasuk kualitas
golongan menengah.
c. Porselin (Porcelain), adalah jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari bahan lempung
murni yang tahan api, seperti kaolin, alumina dan silika. Oleh karena badan porselin jenis ini
berwarna putih bahkan bisa tembus cahaya, maka sering disebut keramik putih. Pada umumnya,
porselin dipijar sampai suhu 1350C atau 1400C, bahkan ada yang lebih tinggi lagi hingga
mencapai 1500C. Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh sebenarnya mempunyai kekuatan
karena struktur dan teksturnya rapat serta keras seperti gelas. Oleh karena keramik ini dibakar
pada suhu tinggi maka dalam bodi porselin terjadi penggelasan atau vitrifikasi. Secara teknis
keramik jenis ini mempunyai kualitas tinggi dan bagus, disamping mempunyai daya tarik tersendiri
karena keindahan dan kelembutan khas porselin. Juga bahannya sangat peka dan cemerlang
terhadap warna-warna glasir.
d. Keramik Baru (New Ceramic), adalah keramik yang secara teknis, diproses untuk keperluan
teknologi tinggi seperti peralatan mobil, listrik, konstruksi, komputer, cerobong pesawat, kristal
optik, keramik metal, keramik multi lapis, keramik multi fungsi, komposit keramik, silikon,
bioceramic, dan keramik magnit. Sifat khas dari material keramik jenis ini disesuaikan dengan
keperluan yang bersifat teknis seperti tahan benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan karat,
tahan suhu kejut seperti isolator, bahan pelapis dan komponen teknis lainnya.
Badan keramik adalah bagian utama dalam pembuatan keramik dan bahan utamanya biasa disebut
dengan bahan mentah keramik. Contoh bahan mentah keramik alam seperti kaolin, lempung,
felspar, kuarsa, pyrophillit dan sebagainya.
Sedangkan bahan keramik buatan seperti mullit, SiC, Borida, Nitrida, H3BO3 dan sebagainya.
Bahan mentah keramik digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu :
1) Bahan Pengikat Contoh : kaolin, ball clay, fire clay, red clay,
2) Bahan Pelebur Contoh : felspar, kapur,
3) Bahan Pengisi Contoh : silika, grog (samot),
4) Bahan Tambahan Contoh : water glass, talk, pyrophillit, dan
5) Bahan Mentah Glasir. (Bahan yang membuat lapisan gelas pada permukaan benda keramik
setelah melalui proses pembakaran pada suhu tertentu), diantaranya adalah :
a) Bahan mengandung SiO2 pasir kuarsa lempung feldspar,
b) Bahan mengandung oksida basa potas felspar batu kapur soda abu,
c) Bahan mengandung Al2O3 kaolin feldspar,
d) Bahan tambahan Contoh : bahan pewarna ( senyawa cobalt, senyawa besi,
e) Bahan perekat Contoh : gum,
f) Bahan penutup Contoh : Oksida sirkon, oksida seng,
g) Bahan pelebur Contoh : asam borat, borax, Na2CO3, K2CO3, BaCO3
h) Bahan opacifer : SnO2, ZrO dan sebagainya
2.7 Pembuatan Keramik
Semua produk keramik dibuat dengan mencampurkan berbagai kuantitas bahan baku yang sudah
disebutkan di atas, membentuknya lalu memanaskan sampai suhu pembakaran. Suhu ini mungkin
hanya 7000C untuk beberapa glasir luar, tetapi banyak pula vitrifikasi yang dilakukan pada suhu
2000oC. Pada suhu vitrifikasi terjadi sejumlah reaksi, yang merupakan dasar kimia bagi konversi
kimia:
1. Dehidrasi, atau penguapan air kimia pada suhu 150-650oC
2. Kalsinasi, misal CaCO3 pada suhu 600-900oC
3. Oksidasi besi fero dan bahan organic pada suhu 350-900 oC
4. Pembentukan silica pada suhu 900oC lebih.
5. Tahapan proses dalam membuat keramik saling berkaitan antara satu dengan lainnya.
Proses awal yang dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian
sebaliknya, kesalahan di tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga.
Tahap-tahap membuat keramik :
Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu produk keramik, yaitu:
1. Pengolahan Bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material yang
belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat
dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam
pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan
ukuran butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air.
Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill.
Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran
butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 100 mesh.
Pencampuran
dan
pengadukan
bertujuan
untuk
mendapatkan
campuran
bahan
yang
homogen/seragam. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun masinal dengan
blunger maupun mixer.
Pengurangan kadar air dilakukan pada proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud
lumpur dilakukan proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air yang
terkandung sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan dianginanginkan diatas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress.
Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan massa badan
tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan
keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan
keplastisan yang maksimal.
2. Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi bendabenda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik:
pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).
a. Pembetukan Tangan Langsung
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada beberapa metode
yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), dan teknik lempeng
(slabbing).
b. Pembentukan dengan Teknik Putar
Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar dan merupakan
kekhasan dalam kerajinan keramik. Secara singkat tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar
Peralatan yang dibuat dari alumina dan silikon nitrida dapat digunakan sebagai pemotong,
pembentuk dan penghancur logam.
Keramik tipe zirconias, silikon nitrida maupun karbida dapat digunakan untuk saluran pada
rotorturbocharger diesel temperatur tinggi dan Gas-Turbine Engine.
Keramik sebagai insulator adalah aluminum oksida (AlO3). Keramik sebagai semikonduktor
adalah barium titanate (BaTiO3) dan strontium titanate (SrTiO3). Sebagai superkonduktor adalah
senyawa berbasis tembaga oksida.
Keramik dengan campuran semen dan logam digunakan untuk pelapis pelindung panas pada
pesawat ulang-alik dan satelit.
Keramik Biomedical jenis porous alumina digunakan sebagai implants pada tubuh manusia.
Porous alumina dapat berikatan dengan tulang dan jaringan tubuh.
Butiran uranium termasuk keramik yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Butiran ini dibentuk dari gas uranium hexafluorida (UF6).
Keramik berbasis feldspar dan tanah liat digunakan pada industri bahan bangunan.
Keramik juga digunakan sebagai coating (pelapis) untuk mencagah korosi. Keramik yang
digunakan adalah jenis enamel. Peralatan rumah tangga yang menggunakan pelapisan enamel ini
diantaranya adalah kulkas, kompor gas, mesin cuci, mesin pengering.
2.9 Produk Keramik Khusus
(1). Komposit Keramik
Struktur sarang lebah atau jaringan logam, yang diserap dengan fase keramik, mengandung sifatsifat kekuatan dari logam paduan tinggi dan sifat-sifat termal yang baik dari busa keramik.
Komposit keramik-logam dengan ikatan reaksi dibuat dengan reaksi yang mengikatkan dua bahan
bila dipanaskan pada suhu yang lebih rendah dari titik cair masing-masing. Keramik juga berfungsi
sebagai katalis yang mendorong korosi logam menjadi oksida logam.
(2). Keramik Fereoelektrik dan Feromagnetik
Keramik yang paling umum yang termasuk golongan ini ialah barium titanat (BaTiO3). Titania dan
senyawanya mempunyai sifat istimewa yang sangat berguna dalam penerapan listrik, yang
terpenting diantaranya ialah yang menyangkut kapasitas tinggi pada berbagai frekuensi.
(3). Keramik Alumina Tinggi
Bahan ini kuat dan padat (rapat), tidak seperti refraktori yang biasanya berpori. Kebanyakan
keramik alumina tinggi digunakan untuk memanfaatkan sifat tahan ausnya serta sifat-sifat tahan
korosi, dan stabilitas dimensinya, dan bukan karena ketahanannya menanggung suhu yang tinggi.
2.10 Keramik Putih
Keramik putih (whiteware) adalah nama umum yang diberikan untuk sejenis produk keramik yang
biasanya berwarna putih dan mempunyai tekstur (jaringan) halus. Keramik ini dibuat dari bahan
dasar lempung yang berkualitas terpilih dal fluks dalam jumlah bervariasi yang dipanaskan dalam
suhu yang lebih tinggi (1200 sampai 1500C) di dalam tanur (kiln). Jenis-jenis ini dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Keramik tanah (carthenware) disebut barang pecah belah semi kekaca (semivitreous
dinnerware), adalah keramik berpori dan tidak translusen dengan glasir lunak.
Keramik cina (chinaware) adalah keramik vitrifikasi translusen dengan glasir sedang dan
tahan terhadap abrasi tertentu; digunakan untuk tugas non teknik.
Porselin (porcelain) adalah keramik vitrifikasi translusen dengan glasir keras yang tahan
abrasi pada tingkat maksimum. Dalam kelompok ini termasuk porselin kimia, isolasi, dan dental
(pergigian).
Keramik saniter (sanitary ware), dulu dibuat dari lempung, biasdanya berpori; oleh karena
itu sekarang menggunakan komposisi kekaca. Kadang-kadang bersama komposisi triaksial
ditambahkan juga grog kekaca ukuran tertentu yang telah mengalami pembakaran pendahuluan.
Keramik batu (stone ware), adalah jenis yang tertua di antara barang keramik, yang telah
digunakan jauh sebelum pengembangan porselin; bahkan keramik ini dapat dianggap sebagai
porselin kasar yang pembuatannya tidak dilakukan dengan teliti dan terbuat dari bahan baku
bermutu rendah.
Ubin keramik putih (white ware tile) terdapat dalam berbagai jenis khusu, biasanya
dikelompokkan atas ubin lantai yang tahan terhadap abrasi dan kedap terhadap peresapan noda,
ada yang diglasir ada yang tidak; dan ubin dinding yang juga mempunyai permukaan keras dan
permanen dengan berbagai macam warna dan tekstur.
Pengglasiran itu sangat penting dalam hal keramik putih, terutama untuk barang pecah belah.
Glasir adalah lapisan salut dari kaca yang dilebur diatas permukaan barang keramik yang agak
berpori. Glasir mengandung 2 jenis perawis yang amat berbeda, yang dicampurkan dalam
bermacam macam perbandingan. Bahan refraktori seperti feldspar, silika, lempung cina dan fluks
seperti soda, potas, flourspar dan boraks. Teknik yang digunakan untuk pembakaran glasir ini
adalah pembakaran glast. Pembakaran glasir keramik tanah dilakukan pada suhu 1050C sampai
1100 C ; keramik batu antara 1250 oC sampai 1300 oC
2.11 Porselin
Porselin (Porcelain), adalah jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari bahan lempung
murni yang tahan api, seperti alumina dan silika. Tanah liat dicampur kaolin, felspar dan quarts.
Kemudian campuran ini dipanaskan dalam tungku yang suhunya dapat diatur. Bahan porselin
dibakar sampai keras, halus mengkilat dan bebas dari lubang-lubang. Oleh karena badan porselin
jenis ini berwarna putih bahkan bisa tembus cahaya, maka seringdisebut keramik putih.
Pada umumnya, porselin dipijar sampai suhu 1350C atau 1400C,bahkan ada yang lebih tinggi lagi
hingga mencapai 1500C. Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh sebenarnya mempunyai
kekuatan karena struktur dan teksturnya rapat serta keras seperti gelas. Oleh karena keramik ini
dibakar pada suhu tinggi maka dalam bodi porselin terjadi penggelasan atau vitrifikasi. Secara
teknis keramik jenis ini mempunyai kualitas tinggi dan bagus, disamping mempunyai daya tarik
tersendiri karena keindahan dan kelembutan khas porselin. Juga bahannya sangat peka dan
cemerlang terhadap warna-warna glasir.
Kekuatan, ketahanan, dan translusen cahaya porselen biasanya didapat dari formasi gelas dan
mineral mulit yang muncul dari hasil proses pembakaran, Porselen juga memiliki sifat yang kuat,
keras, solid walaupun belum diberi lapisan. Warnanya bisa putih ataupun berwarna-warni, tembus
cahaya (tergantung dari ketebalannya) dan resonan. Nilai kuat tekan dan kuat tariknya masingmasing 70.000 kg/cm2 dan 500 kg/cm2.
2.11.1 Sifat-sifat Porselin
Sifat-sifat poselin adalah sebagai berikut :
1. Massa jenisnya berkisar antara 2,3 hingga 2,5 g/cm3.
2. Koefisien muai panjang () 3 . 10-6 hingga 4,5 . 10-6 per 0C. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian jika dilem dengan semen atau diikat dengan logam, karena semen = 11 . 10-6 per 0C,
baja = 14 . 10-6 per 0C.
3. Kekuatan tekan porselin adalah 4000 hingga 6000 kg/cm2.
4. Kekuatan tarik 300 hingga 500 kg/cm2 untuk yang menggunakan pelapis, 200 hingga 300 kg/cm2
yang tanpa pelapis.
5. Kekuatan tekuk 80 hingga 100 kg/cm2. Porselin lebih regas daripada kaca.
2.11.2 Pembuatan Porselin
Ada tiga cara produksi : porselin proses basah, digunakan untuk membuat isolator butiran halus
berglasir tebal untuk peralatan listrik tegangan tinggi; porselin proses kering, digunakan untuk
pembuatan alat alat listrik tegangan rendah yang mempunyai tekstur terbuka, secara cepat; dan
porselin cetak, yang diperlukan untuk membuat barang barang yang terlalu besar atau terlalu
rumit untuk kedua cara yang lain. Ketiga proses ini didasarkan atas bahan baku yang sama,
perbedaan pembutannya adalah dalam cara pengeringan dan pembentukan.
Proses basah dapat dipecah menjadi beberapa langkah sebagai berikut :
Bahan baku dengan perbandingan dan sifat sifat sesuai dengan yang diperlukan untuk
menghasulkan porselin dengan kualitas yang dikehendaki, ditimbang dari hoper yang terletak di
atas ke kereta timbang.
Feldspar, lempung dan flin dicampur dengan air di dalam blunger (pencampur lempung-air)
dan dilewatkan melalui separator magnetik, diayak dan disimpan.
Sebagian besar air dibuang di dalam filter pres. Semua udara yang ada di dalam campuran
dikeluarkan di dalam penggiling pug, dibantu dengan vakum dan pisau pengiris. Cara ini akan
menghasilkan porselin yang lebih padat, lebih seragam dan lebih kuat.
Lempung yang sudah dipersiapkan tersebut dibentuk menjadi blanko di dalam pres
hidraulik atau dengan pengempaan panas dalam pencetak pencetak sesuai keperluan.
Untuk
mendapatkan
permukaan
yang
cemerlang
dilakukan
pengglasiran
dengan
secara bertahap dan perlahan-lahan. Karena pada oven jenis terowongan ada bagian yang selalu
begerak (untuk menempatkan benda kerja), maka pemanasan terhadap benda kerja adalah terus
menerus, demikian pula pengambilan bagi benda kerja yang selesai dipanasi tidak perlu
memadamkan oven.
Pengecilan yang terjadi selama proses pembuatan benda porselin dari keadaan basah hingga
pembakaran adalah sebesar 20%. Karena itu untuk pembuatan benda porselin pada waktu mentah
harus lebih besar dari ukuran akhir yang dikehendaki.
Namun, pada prakteknya sulit didapat ukuran yang presisi, karena hal ini dipengaruhi komposisi
bahan dan kondisi pembakarannya. Umumnya produk-produk porselin toleransi yang masih dapat
ditolerir berkisar antara 2 hingga 5%. Benda-benda porselin disarankan tidak disambung dengan
menggunakan sekrup, tetapi untuk menyambungnya menggunakan lem, semen atau diikat dengan
logam.
2.11.4 Kelebihan dan Kekurangan Porselin
Beberapa kelebihan porselin/keramik antara lain:
1. Stabil, adanya ikatan ionik yang kuat antaratom yang menyusun keramik, seperti silikon dan
oksigen dalam silica dan silicates, membuat strukturnya sangat stabil dan biasanya tidak
mengalami degradasi karena pengaruh lingkungan.
2. Mempunyai kekuatan mekanik yang baik, merupakan ciri alami bahwa bahan keramik
mempunyai sifat mekanik yang kuat,
3. Harganya relatif murah, penyusun porselin seperti clay, feldspar dan quartz harganya relatif
murah dan persediaannya berlimpah.
4. Tahan lama, proses pembuatan porselin yang terdiri dari beberapa proses seperti pencetakan
dan pembakaran dalam mengurangi kadar air menyebabkan porselin mempunyai sifat awet.
Namun, ada pula kekurangan porselin/keramik yaitu:
1. Berlubang akibat pembuatan kurang sempurna
2. Mudah terpolusi, permukaan porselin bersifat hidrophilik, yang berarti bahwa permukaan
porselin mudah untuk menangkap air, sehingga pada kondisi lingkungan yang berpolusi mudah
untuk terbentuk lapisan konduktif dipermukaannya.
2.11.5 Kegunaan Porselen
Pembuatan perlengkapan rumah tangga seperti: piring, tatakan, cangkir, mangkok, teko, sendok,
dan asbak, termasuk pembuatan barang pajangan; Pembuatan macam-macam bahan bangunan
seperti: kloset, bidet, wastafel, urinoir, bak cuci, bak mandi, dan ubin;
Pembuatan macam-macam alat laboratorium, Iistrik dan teknik serta perlengkapan dari porselin
seperti: lumpang dan alu, piring penapis, tabung kimia, botol/ guci, cawan, rumah sekering,
insulator, dan isolator tegangan.
Beberapa jenis inovasi keramik dan porselin yang terkenal adalah:
Abarello: ini adalah semacam poci yang didesain untuk menyimpan obat-obatan dari abad
15.
Fritware: ini adalah alat dapur untuk memanggang atau menggoreng dari abad 11. Sebuah
resep cara membuatnya ditulis Abu al-Qassim pada tahun 1300 yang memuat perbandingan bahanbahannya yaitu kuarsa : gelas frit : lempung putih = 10 : 1 : 1.
Hispano-Moresqueware: ini adalah keramik yang dibuat di Spanyol Islam setelah bangsa
Moor (Maroko) mengenalkan teknik pembuatan keramik ke Eropa dengan pelapisan timah dan
gambar warna. Teknik ini sangat berbeda dengan keramik yang dikenal di kalangan Kristen dari
karaketer Islam dalam dekorasinya yang bermotif kaligrafi.
Iznik: ini adalah keramik dari era Turki Utsmani pada awal abad-15 M. Keunggulannya
adalah ramuan bahan-bahannya yang membuat koefisien muainya turun sehingga tahan panas.
Lusterware: lapisan gilap untuk keramik jenis ini semula dipakai di Mesopotamia (Irak)
sejak abad-9 M lalu sangat terkenal di Persia dan Syria, dan berikutnya diproduksi massal di Mesir
selama era Fatimiyah (abad-10 hingga abad-12M). Teknik inilah yang pada abad-16M menyeberang
ke Itali di masa rennaisance lalu menyebar ke Belanda, Perancis dan negeri Eropa lainnya.
2.12 Refraktori
2.12.1 Sifat-sifat Refraktori
(1). Sifat sifat kimia
Biasanya, refraktori diklasifikasikan atas tiga jenis, yaitu jenis asam, basa, dan netral. Bata silika
tentulah bersifat asam, bata magnesit sangat basa, namun bata tahan api biasanya dimasukkan
kedalam kelompok netral walaupun sebenarnya mungkin termasuk salah satu dari dua kelompok
itu bergantung pada perbandingan kandungan silika alumina didalamnya. Aksi kimia mungkin
terjadi karena kontak dengan kerak, atau dengan abu bahan bakar, gas tanur, disamping dengan
produk produk seperti kaca atau baja.
(2). Porositas
Porositas berkaitan langsung dengan berbagai sifat fisika bata lainnya, termasuk ketahanannya
terhadap serangan kimia. Makin tinggi porositas suatu bata, makin mudah bata itu dipentrasi oleh
fluks cair dan gas. Untuk setiap jenis bata tertentu, bata yang porositasnya paling rendah adalah
yang paling keras dan paling tinggi konduktivitasnya termal dan kapasitas kalornya.
(3). Titik Lebur
Titik lebur(fusion point) ditentukan dengan menggunakan kerucut pirometrik yang titik
lunaknya(softening point) diketahui. Kebanyakan refraktori sering komersial melunak secara
berangsur dalam jangkuan suhu yang cukup luas dan tidak mempunyai titik cair yang tajam karena
biasanya terdiri dari berbagai mineral, baik yang amorf maupun yang kristal. Titik lebur kerucut
pirometrik itu bisa didapatkan dari literatur11.titk lebur beberapa contoh umum refraktori,baik
yang berupa zat murni maupun produk teknis.
(4). Penyerpihan
Blok atau bata refraktori sering mengalami letak ataupun terkelupas karena kompresi atau
tegangan
panas
yang
tidak
seragam;peristiwa
itu
dikenal
sebagai
penyerpihan
(spalling)12.refraktori biasanya memuai bila dipanaskan. Bata yang mengalami ekspansi paling
besar dangan laju yang amat tidak seragam paling mudah mengalami ekspansi apabila
mendapatkan pemanasan atau pendinginan cepat.
(5). Kekuatan
Kekuatan pada waktu dingin sedikit sekali hubungannya pada suhu tinggi. Ketahanan terhadap
abrasi atau erosi juga sangat penting bagi berbagai konstruksi tanur, misalnya pada dinding pabrik
kokas hasil samping dan pada pelapis dinding tanur semen putar pada ujung pengeluar.
(6). Ketahanan Terhadap Perubahan Suhu
Bata yang mempunyai ekspansi termal paling rendah, dan yang teksturnya paling kasar, paling
tahan terhadap perubahan termal yang berlangsung mendadak ; dan juga paling sedikit mengalami
regangan. Bata yang sudah lama digunakan biasanya mencair menjadi kerak vitreo pada
permukaan luarnya, dan bahkan kadang kadang juga aus karena korosi.
(7). Konduktivitas termal
Bata yang paling padat dan tidak berpori mempunyai konduktivitas termal paling tinggi. Walaupun
konduktivitas termal dibutuhkan pada berbagai konstruksi tanur, seperti misalnya pada dinding
tanur redup (muffle), sifat ini tidak terlalu dikehendaki seperti sifat sifat refraksi lainnya,
misalnya
ketahanan
membutuhkan isolasi.
(8). Kapasitas Kalor
terhadap
kondisi
pembakaran.
Beberapa
refraktori
khusus
justru
Kapasitas kalor tanur bergantung pada konduktivitas termal kalor spesifik, dan gravitas spesifik
refraktori yang dipakai. Bata ringan lebih sedikit menyerap kalor daripada yang berat, dan ini
merupakan suatu keuntungan apabila tanur dioperasikan secara randik (terputus putus), karena
dengan demikian suhu operasi tanur bisa dicapai dalam waktu yang lebih cepat dan dengan bahan
bakar lebih sedikit. Sebaliknya, bata lempung berat yang padat lebih cocok digunakan sebagai
pengisi regenerator, seperti pada pabrik kokas, tanur kaca dan tungku tanur tinggi.
2.12.2 Pembuatan Refraktori
(1). Penggilingan
Salah satu faktor terpenting tentulah ukuran partikel di dalam tumpukan. Menurut pengetahuan,
campuran yang paling rapat adalah yang terdiri dari partikel kasar dan halus dalam perbandingan
55 : 45, dengan hanya sedikit saja partikel ukuran tengahan. Hal ini dapat diatur dengan
mengendalikan pengayakan, pemisahan dan pendaurulangan secara teliti. Cara ini cukup berhasil
untuk bahan bahan kristal tetapi tidak mudah untuk campuran yang mempunyai plastisitas tinggi.
(2). Pencampuran
Fungsi pokok pencampuran ialah untuk mengatur distribusi bahan plasti sehingga dapat menyalut
secara sempurna bahan yang tidak plastik. Hal ini perlu untuk pelumasan pada waktu operasi
pencetakan sehingga pelekatan massa terjadi tanpa terdapat terlalu banyak rongga rongga
kosong.
(3). Percetakan
Berhubung besarnya kebutuhan akan bata refraktori yang mempunyai densitas yang lebih tinggi,
demikian pula kekuatan, volume, dan keseragamannya, maka berkembanglah metode percetakan
pres kering dengan mesin pres mekanik.
(4). Pengeringan
Pengeringan digunakan untuk mengeluarkan air yang ditambahkan sebelum pencetakan sehingga
memberikan sifat plastisitas. Dengan keluarnya air, terdapat rongga rongga kosong dan terjadi
regangan dalam. Dalam beberapa hal, kadang kadang pengeringan itu tidak dilakukan sama
sekali, dan sedikit pengeringan yang diperlukan dilakukan pada tahap pemanasan dalam siklus
pembakaran.
(5). Pembakaran
Pembakaran dapat dilakukan dalam tanur bundar yang biasa atau dalam tanur terowongan
kontinyu. Ada dua hal penting yang berlangsung pada waktu pembakaran : terbentuknya ikatan
permanen karena terjadi vitrifikasi parsial campuran dan terjadinya bentuk bentuk mineral stabil
yang dapat digunakan kemudian.
2.12.3 Macam-macam Refraktori
(1). Bata Lempung Api
Lempung api (fire clay) adalah bahan yang paling banyak dipakai di antara bahan refraktori yang
ada karena bahan ini cocok untuk bermacam penerapan. Bahan ini juga mempunyai komposisi
yang cukup beragam, mulai dari yang mengandung kelebihan silika bebas dalam jumlah banyak,
sampai yang mempunyai kandungan alumina tinggi. Lempung api ini banyak digunakan pada
industri baja, industri pengecoran, tanur gamping, tanur gerabah, kupola, tanur tembaga dan
kuningan, tanur metalurgi dan keramik kontinu ketel upa, pembangkit gas, dan tanur kaca.
(2). Bata Silika
Bata silika adalah bahan yang mengandung 95 sampai 96% SiO2 dan sekitar 2% yang ditambahkan
pada waktu penggilingan sebagai bahan perekat. Bahan ini dibuat dalam berbagai ukuran dengan
pres mesin. Jenis ini sangat cocok untuk membuat busur pada tanur-tanur besar karena
mempunyai kekuatan fisikayang lebih tinggi dari pada kebanyakan bata yang terbuat dari
lempung.
(3). Refraktori Alumina Tinggi
Refraktori alumina tinggi adalah bahan yang dibuat dari lempung yang mengandung banyak bauksit
dan diaspora dan bahan ini makin banyak digunakan untuk menghadapi kondisi yang hebat dimana
bata lempung api atau bata silika yang biasa tidak memadai lagi. Jenis ini banyak digunakan
sebagai pelapis dinding tanur kaca, tanur pembakar minyak dan pemasak minyak tekanan tinggi,
serta pada atap tanur pelunak timbale, serta dalam ceker (pengisi) regenerator tanur tinggi.
(4). Refraktori Basa
Refraktori basa adalah bata basa yang terbuat dari magnesia, kromit, dan forsterit. Bahan ini
biasanya dibuat dengan pres mesin dan ikatan kimia atau dibakar sampai keras. Bata basa ini
memiliki kelemahan seperti kurangnya ikatan, kerekatan dan stabilitas volume. Namun hal ini
sudah dapat diatasi dengan tiga cara yaitu :
penyusunan butir-butirannya dengan lebih baik, yaitu dengan hanya menggunakan partikel
ukuran terpilih dalam perbandingan yang diperhitungkan untuk meminimumkan pembentukan
rongga-rongga kosong;
Pembuatan kaca email, atau frit, serupa dengan tahap pertama pembuatan kaca biasa. Bahan
baku dicampur dalam perbandingan tertentu dan dimasukkan ke dalam tanur pelebur dan dijaga
pada suhu kira-kira 1370C selama 1 sampai 3 jam. Setelah keseluruhan massa mencair seragam,
campuran tersebut dituang keluar dari tanur ke dalam tangki pendingin kejut (kuens) yang berisi
air dingin, sehingga leburan tersebut hancur menjadi juataan pecahan halus.
2.13.3 Persiapan Bagian Logam
Keberhasilan pemasangan email bergantung pada sifat dan keseragaman logam dasar tempat email
itu dileburkan serta dalam mendapatkan kesejajaran antara koefisien ekspansi logam dan email.
2.13.4 Cara Pemasangan Email
Cara pemasangan email yaitu salut (lapis) email untuk besi lembaran dilakukan dengan cara celup
(dipping) atau genang (slushing), karena biasanya diperlukan pelapisan pada kedua sisinya. Dalam
cara genag, kelebihan email pada lapisan yang terlalu tebal diguncang lepas dari barang itu. Selain
itu dapat juga dipasang dengan cara semprotan.
2.13.5 Pemanggangan
Pemanggangan, dalam hal ini, semua email harus dipanggang di atas barangnya sehingga melebur
menjadi suatu lapisan yang halus, sinambung dan seperti kaca.
Persyaratan untuk pemenggangan yang baik dan berhasil adalah :
Suhu pemanggangnya cocok 750 sampai 800C;waktu, 1 sampai 15 menit; barang ditopang dengan
benar; pemanasan dan pendinginan seragam; atmosfer bebas dari debu. Dewasa ini tebal email
biasanya adalah 0,165 mm, sedang beberapa tahun yang lalu adalah sekitar 0,66 mm, dan makin
banyak produk yang dibuat dengan satu lapisan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Fatria, dkk. 2013. Bahan Konstruksi Kimia : Keramik. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang.
hal 63 -78
Sumber lain :
http://id.wikipedia.org/wiki/Keramik
http://www.scribd.com/doc/51514268/artikel-porselin
http://www.scribd.com/doc/111370202/Bab-X-Keramik
http ://www.scribd.com/doc/46312294/Email
http://www.scribd.com/doc/51514268/artikel-porselin
http://www.scribd.com/doc/100369933/refraktori
http://www.scribd.com/doc/60002509/MAKALAH-REFRAKTORI
http://famhar.multiply.com/journal/item/178
http://yandi-sage.blogspot.com/2009/09/kaca-dan-porselin.html
http://www.kamusilmiah.com/teknologi/teknologi-pembuatan-keramik/
Email T
Keramik (English ceramics, Greek keramos, potter clay), asal katanya berasal dari seni
pembuatan tembikar, peralatan dari tanah liat. Sekarang, definisi keramik secara ilmiah adalah bendabenda yang dibuat dari bahan lunak dari alam yang dijadikan keras dengan cara pemanasan. Material
keramik adalah non logam, senyawa inorganik, biasanya senyawa ikatan oksigen, karbon, nitrogen,
boron dan silikon. Keramik pada industri tidak bisa dibayangkan sebagai benda-benda seni. Beberapa
contoh keramik industri adalah pipa selokan, insulator listrik, bata tahan panas dan lainnya.
Keramik industri dibuat dari bubuk yang telah diberi tekanan sedemikian rupa kemudian
dipanaskan pada temperatur tinggi. Keramik tradisional seperti porcelain, ubin (keramik lantai) dan
tembikar dibuat dari bubuk yang terdiri dari berbagai material seperti tanah liat (lempung), talc, silika
dan faldspar. Akan tetapi, sebagian besar keramik industri dibentuk dari bubuk kimia khusus seperti
silikon karbida, alumina dan barium titanate.
Material yang digunakan untuk membuat keramik ini biasanya digali dari perut bumi dan
dihancurkan hingga menjadi bubuk. Produsen seringkali memurnikan bubuk ini dengan
mencampurkannya dengan suatu larutan hingga terbantuk endapan pengotor. Kemudian endapan tadi
disaring dan bubuk material keramik dipanaskan untuk menghilangkan impuritis dan air. Hasilnya,
bubuk dengan tingkat kemurnian tinggi dan berukuran sekitar 1 m (0.0001 cm).
Keramik dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Keramik tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti kuarsa,
kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah
tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
2.
Sifat Keramik
Keramik memiliki sifat kimia, mekanik, fisika, panas, elektrik, dan magnetik yang membedakan
mereka dari material lain seperti logam dan plastik. Industri keramik merubah sifat keramik dengan
cara mengontrol jenis dan jumlah material yang digunakan untuk pembuatan.
A. Sifat Kimia
Keramik industri sebagian besar adalah oksida (senyawa ikatan oksigen), akan tetapi ada juga
senyawa carbida (senyawa ikatan karbon dan logam berat), nitrida (senyawa ikatan nitrogen), borida
(senyawa ikatan boron) dan silida (senyawa ikatan silikon). Sebagai contoh, pembuatan keramik
alumina menggunakan 85 sampai 99 persen aluminum oksida sebagai bahan utama dan dikombinasikan
dengan berbagai senyawa kompleks secara kimia. Beberapa contoh senyawa kompleks adalah barium
titanate (BaTiO3) dan zinc ferrite (ZnFe2O4). Material lain yang dapat disebut juga sebagai jenis keramik
adalah berlian dan graphite dari karbon.
Keramik lebih resisten terhadap korosi dibanding plastik dan logam. Keramik biasanya tidak
bereaksi dengan sebagian besar cairan, gas, aklali dan asam. Jenis-jenis keramik memiliki titik leleh
yang tinggi dan beberapa diantaranya masih dapat digunakan pada temperatur mendekati titik
lelehnya. Keramik juga stabil dalam waktu yang lama.
B.
Sifat Mekanik
Ikatan keramik dapat dibilang sangat kuat, dapat kita lihat dari kekakuan ikatan dengan
mengukur kemampuan keramik menahan tekanan dan kelengkungan. Bend Strength atau jumlah
tekanan yang diperlukan untuk melengkungkan benda biasanya digunakan untuk menentukan kekuatan
keramik. Salah satu keramik yang keras adalah Zirconium dioxide yang memiliki bend
strength mendekati senyawa besi. Zirconias (ZrO 2) mampu mempertahankan kekuatannya hingga
temperatur 900oC (1652oF), dan bahkan silikon carbida dan silikon nitrida dapat mempertahankan
kekuatannya pada temperatur diatas 1400 oC (2552oF). Material-material silikon ini biasanya digunakan
pada peralatan yang memerlukan panas tinggi seperti bagian dari Gas-Turbine Engine. Walaupun
keramik memiliki ikatan yang kuat dan tahan pada temperatur tinggi, material ini sangat rapuh dan
mudah pecah bila dijatuhkan atau ketika dipanaskan dan didinginkan seketika.
C.
Sifat Fisik
Sebagian besar keramik adalah ikatan dari karbon, oksigen atau nitrogen dengan material lain
seperti logam ringan dan semilogam. Hal ini menyebabkan keramik biasanya memiliki densitas yang
kecil. Sebagian keramik yang ringan mungkin dapat sekeras logam yang berat. Keramik yang keras juga
tahan terhadap gesekan. Senyawa keramik yang paling keras adalah berlian, diikuti boron nitrida pada
urutan kedua dalam bentuk kristal kubusnya. Aluminum oksida dan silikon karbida biasa digunakan
untuk memotong, menggiling, menghaluskan dan menghaluskan material-material keras lain.
D. Sifat Panas
Sebagian besar keramik memiliki titik leleh yang tinggi, artinya walaupun pada temperatur
yang tinggi material ini dapat bertahan dari deformasi dan dapat bertahan dibawah tekanan tinggi.
Akan tetapi perubahan temperatur yang besar dan tiba-tiba dapat melemahkan keramik. Kontraksi dan
ekspansi pada perubahan temperatur tersebutlah yang dapat membuat keramik pecah. Silikon karbida
dan silikon nitrida lebih dapat bertahan dari kontraksi dan ekspansi pada perubahan temperatur tinggi
daripada keramik-keramik lain. Oleh karena itu material ini digunakan pada bagian-bagian mesin
seperti rotor pada turbin dalam mesin jet yang memiliki variasi perubahan temperatur yang ekstrim.
E.
Sifat Elektrik
Beberapa jenis keramik dapat menghantarkan listrik. Contohnya Chromium dioksida yang
mampu menghantarkan listrik sama baiknya dengan sebagian besar logam. Jenis keramik lain seperti
silikon karbida, kurang dapat menghantarkan listrik tapi masih dapat dikatakan sebagai semikonduktor.
Keramik seperti aluminum oksida bahkan tidak menghantarkan listrik sama sekali. Beberapa keramik
seperti porcelain dapat bertindak sebagai insulator (alat untuk memisahkan elemen-elemen pada
sirkuit listrik agar tetap pada jalurnya masing-masing) pada temperatur rendah tapi dapat
menghantarkan listrik pada temperatur tinggi.
F.
Sifat Magnetik
Keramik yang mengandung besi oksida (Fe 2O3) dapat memiliki gaya magnetik mirip dengan
magnet besi, nikel dan cobalt. Keramik berbasis besi oksida ini biasa disebut ferrite. Keramik magnetis
lainnya adalah oksida-oksida nikel, senyawa mangan dan barium. Keramik ber-magnet biasanya
digunakan pada motor elektrik dan sirkuit listrik dan dapat dibuat dengan resistensi tinggi terhadap
demagnetisasi. Ketika elektron-elektron disejajarkan sedemikian rupa, keramik dapat menghasilkan
medan magnet yang sangat kuat dan sukar demagnetisasi (menghilangkan medan magnet) dengan
memecah barisan elektron tersebut.
Keramik industri dibuat dari bubuk yang telah diberi tekanan sedemikian rupa kemudian
dipanaskan pada temperatur tinggi. Keramik tradisional seperti porcelain, ubin (keramik lantai) dan
tembikar dibuat dari bubuk yang terdiri dari berbagai material seperti tanah liat (lempung), talc, silika
dan faldspar. Akan tetapi, sebagian besar keramik industri dibentuk dari bubuk kimia khusus seperti
silikon karbida, alumina dan barium titanate.
Material yang digunakan untuk membuat keramik ini biasanya digali dari perut bumi dan
dihancurkan hingga menjadi bubuk. Produsen seringkali memurnikan bubuk ini dengan
mencampurkannya dengan suatu larutan hingga terbantuk endapan pengotor. Kemudian endapan tadi
disaring dan bubuk material keramik dipanaskan untuk menghilangkan impuritis dan air. Hasilnya,
bubuk dengan tingkat kemurnian tinggi dan berukuran sekitar 1 mikrometer (0.0001 centimeter).
Rumus
Plastisitas
Fusibilitas
(keleburan)
Titik cair
Kaolinit
Feldspar
Pasir (flin)
Al2O3.2SiO2.2H2O
K2O.Al2O3.6SiO2
SiO2
Plastik
Non plastik
Non plastik
Refraktori
Perekat mudah
lebur
Refraktori
1785oC
1710oC
Sangat ciut
1150 C
Tidak ciut
Ciut
pembakaran
pada
Lebur
Konversi Kimia
Semua produk keramik dibuat dengan mencpurkan berbagai kuantitas bahan baku yang tersebut
diatas, membentuknya dan memanaskannya sampai suhu pembakaran. Suhu ini mungkin hanya 700 oC
untuk beberapa jenis glasial luar, tetapi banyak pula vitrifikasi yang dilakukan pada suhu setinggi
2000oC. Pada suhu vitrifikasi terjad sejumlah reaksi, yang merupakan dasar kimia bagi konversi kimia.
1.
Dehidrasi, atau penguapan air kimia pada suhu 150 sampai 650oC.
2.
3.
Oksidasi besi fero dan bahan organik pada suhu 350 sampai 900oC.
4.
1.
Pengolahan bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari berbagai material yang
belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah siap pakai. Pengolahan bahan dapat
dilakukan dengan metode basah maupun kering, dengan cara manual ataupun masinal. Didalam
pengolahan bahan ini ada proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran
butir, penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air. Pengurangan
ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan dengan ballmill. Penyaringan
dimaksudkan untuk memisahkan material dengan ukuran yang tidak seragam. Ukuran butir biasanya
menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 100 mesh.
Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian dimaksudkan untuk menghomogenkan massa badan
tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang mungkin terjebak. Massa badan
keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah tertutup, kemudian diperam agar didapatkan
keplastisan yang maksimal.
2.
Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis menjadi
benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam membentuk benda keramik:
pembentukan tangan langsung (handbuilding), teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).
Secara singkat tahap-tahap pembentukan dalam teknik putar adalah: centering (pemusatan),
coning (pengerucutan), forming (pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the
contour (merapikan).
3.
Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan
utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis yang terikat pada badan keramik. Ketika
badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3 proses penting: (1) Air pada lapisan antarpartikel
lempung mendifusi ke permukaan, menguap, sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan
penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut; dan (3) air yang terserap pada
permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini menerangkan mengapa harus dilakukan proses pengeringan
secara lambat untuk menghindari retak/cracking terlebih pada tahap 1. Proses yang terlalu cepat akan
mengakibatkan keretakkan dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa diimbangi penataan
partikel tanah liat secara sempurna, yang mengakibatkan penyusutan mendadak.
Untuk menghindari pengeringan yang terlalu cepat, pada tahap awal benda keramik dianginanginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi penyusutan, pengeringan dengan sinar matahari
langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.
4.
Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah massa yang
rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku
(furnace) suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran: suhu sintering
(matang), atmosfer tungku dan mineral yang terlibat.
Pada proses pemanasan, partikel-partikel bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan ini
menyebabkan objek keramik menyusut hingga 20 persen dari ukuran aslinya. Tujuan dari proses
pemanasan ini adalah untuk memaksimalkan kekerasan keramik dengan mendapatkan struktur internal
yang tersusun rapih dan sangat padat (Sumahamijaya, 2009).
Pembakaran biskuit
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu
benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan suatu istilah untuk menyebut benda
keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 1000oC. Pembakaran biskuit sudah cukup membuat
suatu benda menjadi kuat, keras, kedap air. Untuk benda-benda keramik berglasir, pembakaran biskuit
merupakan tahap awal agar benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu menyerap glasir secara
optimal.
5.
Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir. Benda
keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk bendabenda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara dicelup dan dituang; untuk benda-benda
yang besar pelapisan dilakukan dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk
menambah keindahan, supaya lebih kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu sesuai keinginan.
Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan menentukan produk yang dihasilkan. Oleh
karena itu kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan sangat diperlukan untuk menghasilkan
produk yang memuaskan.
Pembentukan
Setelah pemurnian, sedikit wax (lilin) biasanya ditambahkan untuk meekatkan bubuk keramik
dan menjadikannya mudah dibentuk. Plastik juga dapat ditambahkan untuk mendapatkan kelenturan
dan kekerasan tertentu. Bubuk tersebut dapat menjadi bentuk yang berbeda-beda dengan beragam
proses pembentukan (molding). Proses pembentukan ini diantaranya adalah slip casting, pressure
casting, injection molding, dan extruction. Setelah dibentuk, keramik kemudian dipanaskan dengan
proses yang dikenal dengan nama densifikasi (densification) agar material yang terbantuk lebih kuat
dan padat.
1.
Slip Casting.
Slip Casting adalah proses untuk membuat keramik yang berlubang. Proses ini menggunakan
cetakan dengan dinding yang berlubang-lunagng kecil dan memanfaatkan daya kapilaritas air.
2.
Pressure Casting.
Pada proses ini, bubuk keramik dituangkan pada cetakan dan diberi tekanan. Tekanan tersebut
membuat bubuk keramik menjadi lapisan solid keramik yang berbentuk seperti cetakan.
3.
Injection Molding.
Proses ini digunakan untuk membuat objek yang kecil dan rumit. Metode ini menggunaan piston
untuk menekan bubuk keramik melalui pipa panas masuk ke cetakan. Pada cetakan tersebut, bubuk
keramik didinginkan dan mengeras sesuai dengan bentuk cetakan. Ketika objek tersebut telah
mengeras, cetakan dibuka dan bagian keramik dipisahkan.
4.
Extrusion.
Extrusion adalah proses kontinu yang mana bubuk keramik dipanaskan didalam sebuah tong yang
panjang. Terdapat baling-baling yang memutar dan mendorong material panas tersebut kedalam
cetakan. Karena prosesnya yang kontinu, setelah terbentuk dan didinginkan, keramik dipotong pada
panjang tertentu. Proses ini digunakan untuk membuat pipa keramik, ubin dan bata modern.
2.
Densifikasi
Proses densifikasi menggunakan panas yang tinggi untuk menjadikan sebuah keramik menjadi
produk yang keras dan padat. Setelah dibentuk, keramik dipanaskan pada tungku (furnace) dengan
temperatur antara 1000 sampai 1700oC. Pada proses pemanasan, partikel-partikel bubuk menyatu dan
memadat. Proses pemadatan ini menyebabkan objek keramik menyusut hingga 20% dari ukuran aslinya.
Tujuan dari proses pemanasan ini adalah untuk memaksimalkan kekerasan keramik dengan
mendapatkan struktur internal yang tersusun rapih dan sangat padat.
Kegunaan Keramik Industri
Keramik dinilai dari propertinya. Kegunaan keramik beragam disesuaikan dengan kemampuan
dan daya tahannya. Keramik dengan properti elektrik dan magnetik dapat digunakan sebagai insulator,
semikoncuktor, konduktor dan magnet. Keramik dengan properti yang berbeda dapat digunakan pada
aerospace, biomedis, konstruksi bangunan, dan industri nuklir.
Peralatan yang dibuat dari alumina dan silikon nitrida dapat digunakan sebagai pemotong, pembentuk
dan penghancur logam.
Keramik tipe zirconias, silikon nitrida maupun karbida dapat digunakan untuk saluran pada
rotorturbocharger diesel temperatur tinggi dan Gas-Turbine Engine.
Keramik sebagai insulator adalah aluminum oksida (AlO 3). Keramik sebagai semikonduktor adalah
barium titanate (BaTiO3) dan strontium titanate (SrTiO3). Sebagai superkonduktor adalah senyawa
berbasis tembaga oksida.
Keramik dengan campuran semen dan logam digunakan untuk pelapis pelindung panas pada pesawat
ulang-alik dan satelit.
Keramik Biomedical jenis porous alumina digunakan sebagai implants pada tubuh manusia. Porous
alumina dapat berikatan dengan tulang dan jaringan tubuh.
Butiran uranium termasuk keramik yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Butiran ini
dibentuk dari gas uranium hexafluorida (UF6).
Keramik berbasis feldspar dan tanah liat digunakan pada industri bahan bangunan.
Keramik juga digunakan sebagai coating (pelapis) untuk mencagah korosi. Keramik yang digunakan
adalah jenis enamel. Peralatan rumah tangga yang menggunakan pelapisan enamel ini diantaranya
adalah kulkas, kompor gas, mesin cuci, mesin pengering.
Video : https://www.youtube.com/watch?v=tP2s8s2wa8Q