Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP

KEMACETAN
(Studi kasus Jalan Karapitan)

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menempuh program
Sarjana (S-1)
Oleh
RIZKY ARIEF RAMADHAN
NPM : 41155020090010

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2013

BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Kemacetan pada jalan perkotaan menjadi masalah yang biasa setiap

harinya. Akan tetapi peningkatan kemacetan pada jalan perkotaan tersebut akan
terus

meningkat

seiring

dengan

bertambahnya

kepemilikan

kendaraan,

terbatasnya sumber daya untuk pembangunan jalan raya dan belum optimalnya
pengoperasian fasilitas lalu lintas.
Jalan Karapitan merupakan salah satu jalan di kota Bandung yang sering
mengalami kemacetan. Banyaknya kendaraan angkutan umum yang sering
berhenti sembarangan padahal terdapat rambu dilarang berhenti, keluarnya
kendaraan dari bangunan dan pejalan kaki menjadi penyebab berkurangnya
kapasitas jalan Karapitan yang dapat menyebabkan kemacetan.
Oleh karena itu penelitian terhadap kapasitas jalan Karapitan dilakukan
untuk mengetahui berapa kapasitas jalan Karapitan dan berapa arus lalu lintas
yang melalui jalan tersebut untuk dicari
1.2.

Rumusan Masalah
Apakah kapasitas jalan Karapitan masih mampu menampung arus lalu
lintas pada jalan Karapitan?

1.3.

Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kapasitas jalan Karapitan.
2. Mengetahui arus lalu lintas yang melalui jalan Karapitan.
3. Menganalisis hubungan antara kapasitas dan arus lalu lintas pada jalan
Karapitan.

1.4.

Batasan Masalah
1. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada satu lokasi studi yakni pada
ruas jalan.
2. Analisis hanya dilakukan pada aspek supply dan demand di jalan pada
lokasi studi.

II STUDI PUSTAKA
2.1.

Jalan Dalam Sistem Transportasi


Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Jalan, jalan

merupakan suatu sarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi
segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
diperuntukkan bagi lalu - lintas.
Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Jalan, klasifikasi jalan
dikelompokkan menjadi :
1. Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciriciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dengan jumlah
jalan masuk dibatasi.

Tabel 2. 1 Jalan menurut Peraturan Pemerintah No : 26 tahun 1985

2.2.

Karakteristik Geometrik Jalan

2.2.1. Jalan dua - lajur dua - arah


Tipe jalan ini meliputi semua jalan perkotaan dua - lajur dua - arah (2/2 UD)
dengan lebar alur lalu - lintas lebih kecil dari dan sama dengan 10,5 meter. Untuk
jalan dua - arah yang lebih lebar dari 11 meter, jalan sesungguhnya selama
beroperasi pada kondisi arus tinggi sebaiknya diamati sebagai dasar pemilihan
prosedur perhitungan jalan perkotaan dua - lajur atau empat - lajur tak- terbagi.
Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut:
Lebar jalur lalu - lintas tujuh meter

Lebar bahu efektif paling sedikit 2 m pada setiap sisi


Tidak ada median
Pemisahan arah lalu - lintas 50 - 50
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
Tipe alinyemen datar

2.2.2. Jalan empat - lajur dua - arah


Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua - arah dengan lebar jalur lalu -lintas lebih
dari 10,5 meter dan kurang dari 16,0 meter.
a) Jalan empat - lajur terbagi (4/2 D)
Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut:
Lebar lajur 3,5 m (Lebar jalur lalu - lintas total 14,0 m)
Kereb (tanpa bahu)
Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar ~ 2 m
Median
Pemisahan arah lalu - lintas 50 - 50
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
Tipe alinyemen datar,
b) Jalan empat - Lajur tak - terbagi (4/2 UD)
Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan sebagai berikut:
Lebar lajur 3,5 m (Lebar jalur lalu lintas total 14,0 m)
Kereb (tanpa bahu)
Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar ~ 2 m
Tidak ada median
Pemisahan arah lalu - lintas 50 - 50
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
Tipe alinyemen datar
2.2.3. Jalan enam - lajur dua - arah terbagi
Tipe jalan ini meliputi semua jalan dua-arah dengan lebar jalur lalu-lintas lebih
dari 18 meter dan kurang dari 24 meter. Kondisi dasar tipe jalan ini didefinisikan
sebagai berikut:

Lebar lajur 3,5 m (lebar jalur lalu-lintas total 21,0 m)


Kereb (tanpa bahu)
Jarak antara kereb dan penghalang terdekat pada trotoar ~ 2 m

Median
Pemisahan arah lalu - lintas 50 50
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
Tipe alinyemen datar.

2.2.4. Jalan satu - arah


Tipe jalan ini meliputi semua jalan satu - arah dengan lebar jalur lalu-lintas dari
5,0 meter sampai dengan 10,5 meter. Kondisi dasar tipe jalan ini dari mana
kecepatan arus bebas dasar dan kapasitas ditentukan didefinisikan sebagai berikut:

2.3.

Lebar jalur lalu-lintas tujuh meter


Lebar bahu efektif paling sedikit 2 m pada setiap sisi
Tidak ada median
Hambatan samping rendah
Ukuran kota 1,0 - 3,0 Juta
Tipe alinyemen datar

Volume
Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada suatu jalur

gerak per satuan waktu. Biasanya digunakan satuan kendaraan per waktu (Morlok,
1978 : 189). Adapun jumlah gerakan yang dihitung meliputi macam moda lalu lintas seperti pejalan kaki, mobil, bus, mobil barang, dan lain-lain. Studi tentang
volume pada dasarnya bertujuan untuk menetapkan (F.D. Hobbs, 1995 : 56) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.4.

Nilai kepentingan relatif suatu rute


Fluktuasi dalam arus
Distribusi lalu - lintas pada sebuah sistem jalan
Kecenderungan pemakai jalan
Survei skala dan pengecekan perhitungan lalu - lintas tersintesiskan
Perencanaan fasilitas transportasi

Arus dan Komposisi Lalu lintas


Arus lalu lintas adalah Jumlah kendaraan bermotor yang melalui titik pada

jalan per satuan waktu, dinyatakan dalam kend/jam (Qkend), smp/jam (Qsmp)
atau LHRT (QLHRT Lalu lintas Harian Rata-rata Tahunan).
Dalam MKJI 1997, nilai arus lalu - lintas (Q) mencerminkan komposisi
lalu - lintas, dengan menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp).

Semua nilai arus lalu - lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil
penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (smp) yang
diturunkan secara empiris untuk tipe kendaraan berikut:
a. Kendaraan ringan (LV) (termasuk mobil penumpang, minibus, pik-up,
truk kecil dan jeep).
b. Kendaraan berat (HV) (termasuk truk dan bus)
c. Sepeda motor (MC).
Pengaruh kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian terpisah
dalam faktor penyesuaian hambatan samping. Ekivalensi mobil penumpang (emp)
untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu
-lintas total yang dinyatakan dalam kend/jam
Tabel 2. 2 Emp untuk jalan perkotaan tak terbagi

Tabel 2. 3 Emp untuk jalan perkotaan terbagi dan satu - arah

2.5.

Hambatan Samping

Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas dari aktivitas
samping segmen jalan, seperti pejalan kaki (bobot = 0.5) kendaraan umum atau

kendaraan lain berhenti (bobot = 1), kendaraan masuk/keluar sisi jalan (bobot =
0.7) dan kendaraan lambat (bobot = 0.5).
Tabel 2. 4 Kelas hambatan samping untuk jalan perkotaan

2.6.

Kecepatan Arus Bebas

Kecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol,
yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan
bermotor tanpa dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan.
FV = (FVo + FVw) x FFVSF x FFVcs
dimana:

FV

= Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam)

FVo

= Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam)

FVw

= Penyesuaian lebar jalur lalu-Iintas efektif (km/jam) (penjumlahan)

FFVsF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping (perkali.m)


FFVcs = Faktor penyesuaian ukuran kota (perkalian)

Tabel 2. 5 Kecepatan arus bebas dasar FVo untuk jalan perkotaan

Kecepatan arus bebas untuk jalan delapan jalur dapat dianggap sama
seperti jalan enam lajur dalam Tabel 2.4. diatas.

Tabel 2. 6 Penyesuaian untuk pengaruh lebar jalur lau - lintas (FVw) pada
kecepatan arus bebas kendaraan ringan, jalan perkotaan

Untuk jalan lebih dari empat lajur (banyak jalur), nilai penyesuaian pada Tabel
2.6 untuk jalan empat lajur terbagi dapat digunakan.

Tabel 2. 7 Faktor penyesuaian untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu
(FFVsf) pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan untuk jalan perkotaan
dengan bahu

Tabel 2. 8 Faktor penyesuaian untuk pengaruh hambatan samping dan jarak kereb
- penghalang (FFVsf) pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan untuk jalan
perkotaan dengan kereb.

10

2.7.

Kapasitas
Menurut MKJI 1997 Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum

melalui suatu titik di jalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi
tertentu. Untuk jalan dua-lajur dua-arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah
(kombinasi dua arah), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per
arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
Nilai kapasitas telah diamati melalui pengumpulan data lapangan selama
memungkinkan. Karena lokasi yang mempunyai arus mendekati kapasitas segmen
jalan sedikit (sebagaimana terlihat dari kapasitas simpang sepanjang jalan),
kapasitas juga telah diperkirakan dari analisa kondisi iringan lalu lintas, dan
secara teoritis dengan mengasumsikan hubungan matematik antara kerapatan,
kecepatan dan arus. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp).
Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut :
C = Co x FCw x FCsp X FCSF X FCes
dimana:
C

= Kapasitas (smp/jam)

Co

= Kapasitas dasar (smp/jam)

FCw

= Faktor penyesuaian lebar jalan

FCsp

= Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)

FCSF

= Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb

FCes

= Faktor penyesuaian ukuran kota

Jika kondisi sesungguhnya sama dengan kondisi dasar (ideal) yang ditentukan
sebelumnya, maka semua faktor penyesuaian menjadi 1,0 dan kapasitas menjadi sama
dengan kapasitas dasar.

Tabel 2. 9 Kapasitas dasar jalan perkotaan (MKJI, 1999)

11

Kapasitas dasar jalan lebih dari empat lajur (banyak lajur) dapat ditentukan
dengan menggunakan kapasitas per

jalur yang diberikan dalam Tabel 2.7,

walaupun mempunyai lebar yang tidak standar.


Tabel 2. 10 Penyesuaian kapasitas untuk pengaruh lebar jalur lalu - lintas untuk
jalan perkotaan FCw

Tabel 2. 11 Faktor penyesuaian untuk pemisahan arah (FCsp)

Untuk jalan terbagi dan jalan satu-arah. faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan
arah tidak dapat diterapkan dan nilai 1,0.

12

Tabel 2. 12 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambata samping (FCsf)


pada jalan perkotaan dengan bahu

Tabel 2. 13 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan samping dan


jarak kereb penghalang (FCsf) jalan perkotaan dengan kereb

13

Tabel 2. 14 Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukutan kota (FCcs) pada jalan
perkotaan)

2.8.

Derajat Kejenuhan
Untuk mengetahui apakah sebuah ruas jalan mengalami masalah kapasitas

atau tidak maka harus dilakukan perhitungan terhadap derajat kejenuhan. Derajat
kejenuhan didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai
faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan
(MKll,1997). Rumus untuk menghitung derajat kejenuhan adalah :
DS = Q/C
Dimana :
DS = Derajat kejenuhan (smp/jam)

Q = V = Arus lalu lintas (smp/jam)


C = Kapasitas jalan (smp/jam)

14

Tabel 2. 15 Tingkat Pelayan Jalan

15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1.

Tahapan Studi

Permasalahan

Studi Pustaka

Tujuan dan Manfaat

Identifikasi Permasalahan:
Survei Pendahuluan
Pengumpulan Data

Data sekunder :
- Peta Pulau Jawa
- Peta Jalan Kota Bandung
- Data Jumlah pendudukKota
Bandung

Data primer :
- Ukuran geometri jalan
- Kapasitas Jalan
- Volume Kendaraan
- Tingkat Pelayanan jalan

Analisis Data

Pembahasan

Tidak

Ya

Hasil

Kesimpulan, saran dan rekomendasi


16

3.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian adalah ruas Jalan

Karapitan Kota Bandung depan kampus Universitas Langlangbuana. Waktu


pelaksanaan penelitian mulai dari tanggal 1 Juni 2013 sampai dengan 31 Agustus
2013.
3.3.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data dengan metode survei.
Pengambilan data diambil dengan manual counting.
b. Pengolahan data dengan metode tabular dan grafik
c. Metode Analisis data
1. Teknik Analisis Kualitatif Deskriptif
Metode ini menjabarkan hasil dari penggunaan metode-metode
yang digunakan sehingga menjadi jelas maksudnya. Selain itu juga
digunakan untuk menerangkan data-data yang membutuhkan
penjabaran dan penjelasan. Penekanan analisis ini pada ketajaman
dan kepekaan berpikir dan menganalisa suatu masalah atau
kecenderungan yang terjadi di lapangan.
2. Teknik Analisis Kuantitatif
Merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisa informasi
kuantitatif (data yang dapat dikur, diuji dan diinformasikan dalam
bentuk seperti persamaan dan tabel).

17

3.4.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

3.5.

Komputer 1 Unit
Printer 1 Unit
Alat tulis 1 set
Formulir pengumpulan data
Meteran

Cara Kerja

3.5.1. Pengumpulan data


a. Data Primer
Survei Geometri Jalan
Survei Keadaan geometri jalan meliputi keadaan geometri jalan
tersebut yaitu, tipe jalan, lebar jalur jalan, pemisahan arah, ada
tidaknya median, ada tidaknya trotoar, panjang jalan. Hasil data
survei keadaan geometri jalan ini nantinya untuk dijadikan acuan

dalam analisis kapasitas.


Survei Volume lalu lintas
Survei volume lalu lintas dilaksanakan sepanjang hari dengan
menghitung jumlah kendaraan yang lewat pada titik observasi.
Hasil observasi akan digunakan untuk menganalisis tingkat

pelayan jalan.
b. Data Sekunder
Data yang dikumpulkan dengan metode ini yaitu berupa catatan,
laporan/skripsi, buku, dokumen, peraturan, notulen, dan sebagainya
3.5.2. Analisis Data
1. Analisis kapasitas jalan
Analisis ini digunakan untuk mencari daya tampung yang mampu dilayani
oleh jalan tersebut. Analisis kinerja jalan dicari dengan menggunakan
metode pencarian kapasitas jalan yang telah ditulis dalam BAB II. Untuk
kapasitas dasar jalan dan nilai untuk setiap faktor-faktor penyesuaian jalan
disesuaikan dengan kondisi jalan yang bersangkutan.
2. Analisis kecepatan tingkat pelayanan jalan

18

Analisis tingkat pelayanan ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja


Jalan Karapitan. Analisis ini menggunakan analisis kualitatif tentang
kebebasan dan kenyamanan pengguna jalan dan analisis kuantitatif tentang
kapasitas jalan, kecepatan rata-rata, volume lalin dan rasio antara volume
lalin (V) dan kapasitas jalan (C) untuk mengetahui tingkat pelayanan Jalan
Karapitan. Metode yang digunakan menggunakan cara yang telah
dijelaskan dalam BAB II.

19

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Direktorat Jenderal Bina
Marga Departemen Pekerjaan Umum RI, Jakarta.
Wijayanto, Yudha, 2009. Analisis Kecepatan Kendaraan Pada Ruas Jalan Brigjen
Sudiarto ( Majapahit )Kota Semarang Dan Pengaruhnya Terhadap
Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM),

Magister Teknik Sipil

Undip, Semarang.

20

Anda mungkin juga menyukai