Anda di halaman 1dari 6

Saya

: "Woi, kalo misalnya kira-kira aku ke Semarang bulan Juni, kau bisa
akomodasiin aku gak?"

Teman : "Ngapain emangnya kau mau kesini? Semarang pun cuman itu-itu
aja. Tapi kalo mau kesini ya bisalah kuatur."

Saya
: "Aku ada magang gitu ntar Juni sampai Juli. Yaudah, coba aja kau
cariin kosan sama caritau kantor Telkom disana ya, kalo ga salahdi Google
kutengok deket UNDIP"

Teman : "Kenapa gak di Batam aja?"

Saya

: "Pengen cari suasana baru aku lek"

Teman : "Okelah, ntar kucoba cariin kosan buat kau, terus ntar kukabarin."

Saya

: "Makasih ya"

Berawal dari percakapan telepon selama kurang lebih 10 menit itulah, saya
memantapkan hati untuk mengambil lokasi magang di kota Semarang, kota
yang belum pernah saya injak tanahnya sama sekali. Sedikit nekat? Bukan
sedikit lagi, namun emang nekat apalagi mengingat saya tidak memiliki
keluarga sama sekali disana. Hanya bermodalkan relasi saya yang cukup
banyak.

Tibalah hari pemilihan lokasi magang. Bukannya makin mantap untuk


memilih Semarang, saya malah galau. Ibarat memilih antara Burger goceng
KFC yang murah tapi (nyaris) tidak ada saladnya atau Cream Soup
gocengnya KFC yang enak tapi (nyaris) isinya kuah semua. Saya bingung,
antara memilih ke tujuan semula, Semarang atau pulang ke Batam atau ke
Bali (disuruh bapakku).

Akhirnya terjadilah pembicaraan bersejarah, antara saya, Imman dan


Hamdan di meja warteg :

S : Geladi mana nih, masih bingung aku. Kalo ke Batam bosen amet gitugitu aja pasti!

H : Aku juga males pulang, pengen ke tempat baru gitu biar dapet
pengalaman kerja!

S : Dimana dong kau dan kalo keluar? Aku keluar paling Semarang nih, kalo
Bandung bosen eh.

H : Yaudah kalo ke Semarang sih aku ikut aja, tinggal bilang ortu, lagipua
kantornya besar kayaknya di Google.

S : Bener nih? Kalo kau gimmana man?

I : Ya kalo beneran ya aku gapapa sih Semarang, kalo di Jakarta bosen


macetnya.

S : Oke, Semarang ya!

Ketika pendaftaran geladi tiba, kami sangat bersemangat sekali. Saya ingat,
saat itu hari Rabu, selesai kuliah Elmag. Aku dan Imman rela tidak masuk
kuliah Sinsis yang "yang sangat seru" itu demi persiapan input lokasi.
Akhirnya, kami bertiga benar-benar geladi di ibukota provinsi Jawa Tengah,
Semarang!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

H : Lah, kok Simpang Limanya kita lewatin? Harusnya belok kiri loh.

I : Nah iya, kok malah lurus terus tadi.

S : Kata temenku tapi kosan kita deket Simpang Lima!

Never put too much trust in friend. Teman yang saya hubungi jauh-jauh hari
rupanya salah memilih lokasi kosan, walaupun tak sepenuhnya salah. Bener
sih, deket UNDIP. Bener. Tapi beda kampus. Kalo yang deket Telkom itu
kampus UNDIP Pleburan, nah yang deket kosan kami itu kampus UNDIP
Tembalang. Yang dimana jaraknya itu cukup jauh. Untuk kesana kami harus
menggunakan BRT yang dua kali transit!

Saya
: "Woi, kalo misalnya kira-kira aku ke Semarang bulan Juni, kau bisa
akomodasiin aku gak?"

Teman : "Ngapain emangnya kau mau kesini? Semarang pun cuman itu-itu
aja. Tapi kalo mau kesini ya bisalah kuatur."

Saya
: "Aku ada magang gitu ntar Juni sampai Juli. Yaudah, coba aja kau
cariin kosan sama caritau kantor Telkom disana ya, kalo ga salahdi Google
kutengok deket UNDIP"

Teman : "Kenapa gak di Batam aja?"

Saya

: "Pengen cari suasana baru aku lek"

Teman : "Okelah, ntar kucoba cariin kosan buat kau, terus ntar kukabarin."

Saya

: "Makasih ya"

Berawal dari percakapan telepon selama kurang lebih 10 menit itulah, saya
memantapkan hati untuk mengambil lokasi magang di kota Semarang, kota
yang belum pernah saya injak tanahnya sama sekali. Sedikit nekat? Bukan
sedikit lagi, namun emang nekat apalagi mengingat saya tidak memiliki
keluarga sama sekali disana. Hanya bermodalkan relasi saya yang cukup
banyak.

Tibalah hari pemilihan lokasi magang. Bukannya makin mantap untuk


memilih Semarang, saya malah galau. Ibarat memilih antara Burger goceng
KFC yang murah tapi (nyaris) tidak ada saladnya atau Cream Soup
gocengnya KFC yang enak tapi (nyaris) isinya kuah semua. Saya bingung,
antara memilih ke tujuan semula, Semarang atau pulang ke Batam atau ke
Bali (disuruh bapakku).

Akhirnya terjadilah pembicaraan bersejarah, antara saya, Imman dan


Hamdan di meja warteg :

S : Geladi mana nih, masih bingung aku. Kalo ke Batam bosen amet gitugitu aja pasti!

H : Aku juga males pulang, pengen ke tempat baru gitu biar dapet
pengalaman kerja!

S : Dimana dong kau dan kalo keluar? Aku keluar paling Semarang nih, kalo
Bandung bosen eh.

H : Yaudah kalo ke Semarang sih aku ikut aja, tinggal bilang ortu, lagipua
kantornya besar kayaknya di Google.

S : Bener nih? Kalo kau gimmana man?

I : Ya kalo beneran ya aku gapapa sih Semarang, kalo di Jakarta bosen


macetnya.

S : Oke, Semarang ya!

Ketika pendaftaran geladi tiba, kami sangat bersemangat sekali. Saya ingat,
saat itu hari Rabu, selesai kuliah Elmag. Aku dan Imman rela tidak masuk
kuliah Sinsis yang "yang sangat seru" itu demi persiapan input lokasi.
Akhirnya, kami bertiga benar-benar geladi di ibukota provinsi Jawa Tengah,
Semarang!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

H : Lah, kok Simpang Limanya kita lewatin? Harusnya belok kiri loh.

I : Nah iya, kok malah lurus terus tadi.

S : Kata temenku tapi kosan kita deket Simpang Lima!

Never put too much trust in friend. Teman yang saya hubungi jauh-jauh hari
rupanya salah memilih lokasi kosan, walaupun tak sepenuhnya salah. Bener
sih, deket UNDIP. Bener. Tapi beda kampus. Kalo yang deket Telkom itu
kampus UNDIP Pleburan, nah yang deket kosan kami itu kampus UNDIP
Tembalang. Yang dimana jaraknya itu cukup jauh. Untuk kesana kami harus

menggunakan BRT yang dua kali transit!

Anda mungkin juga menyukai