A. MUQADDIMAH
Salah satu prasyarat shalat adalah akurasi arah kiblat. Sebagaimana tersebut di
dalam hadits berikut ini:
Kiblat berarti arah, yaitu arah kita menghadap dari suatu tempat menuju Kabah
terutama bagi seseorang yang melaksanakan shalat di dalam Masjid al Haram, bagi yang
berada di tanah Haram, maka kiblatnya adalah Masjid Al-Haram dan bagi yang berada
diluar tanah haram, maka kiblatnya adalah tanah haram, Sebagaimana tersebut di dalam
hadits berikut ini:
4
Baitullah adalah kiblat bagi orang-orang di Masjidil haram. Masjidil Haram
adalah kiblat bagi orang-orang penduduk Tanah Haram (Makkah). Dan Tanah
Haram adalah kiblat bagi semua umatku di bumi, baik di Barat maupun di Timur
Ada satu cerita dari negara Suriname. Dahulu orang-orang islam di sana ada yang
menghadap ke arah barat serong ke utara dan ada pula yang menghadap ke timur serong
ke utara. Hal ini terjadi karena orang-orang Suriname yang berasal dari Indonesia
berkeyakinan bahwa shalat itu mesti menghadap ke barat serong ke utara, sebagaimana
sewaktu mereka masih di Indonesia. Namun, orang-orang yang sudah mengetahui arah
kiblat yang sebenarnya mereka menghadap ke arah timur serong ke utara sebesar 21 43
50.80 (T-U), berikut ini gambaran arah kiblatnya dilihat dari bola dunia:
Disampaikan pada Pelatihan Hisab Rukyat yang diselenggarakan oleh Bidang Urais Kanwil Dep. Agama
Propinsi DKI Jakarta Cq. Tim BHR Propinsi DKI Jakarta
2
Anggota BHR Propinsi DKI Jakarta.
3
(H.R. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah) Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Semarang: Toha Putera, tt), hal.
4
(H.R. baihaqi dari abu hurairoh) Asy-Syaukani, Nailul Author, (Beirut: Dar al-Maarif, 1983), Juz II, hal. 169
(Kabah)
Makka
h
Suriname
7
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak
Pustaka, 2005), Cet. II, hal. 49
Dengan analogi seperti di atas. Maka untuk menentukan Arah Kiblat dari suatu tempat kita
bisa menggunakan rumus segitiga bola, untuk menghitungnya diperlukan data-data sebagai
berikut :
1. Lintang tempat (Jakarta) X
2. Bujur tempat (Jakarta) X
3. Lintang Kabah K
4. Bujur Kabah K
Data Sudut bantu untuk perhitungan :
a = Jarak antara titik Kutub Utara sampai dengan garis lintang tempat/kota yang dihitung
arah kiblatnya (90 - X )
b = Jarak antara titik Kutub Utara sampai dengan lintang Kabah (90 - K)
C = Jarak Bujur (fadhluth thulain), yaitu jarak antara Bujur tempat/kota yang dihitung arah
kiblatnya dengan Kabah. (X K )
Untuk menghitung arah kita menggunakan rumus spherical trigonometri berikut ini:
Gambar 3. Posisi Masjid Nurul Jami pada Peta hasil foto satelit wilayah Jakarta
Berikut di bawah ini adalah gambar foto satelit area Masjidil Haram, dengan tanda kuning
adalah sebagai penanda letak Kabah : 2125'21" LU 3949'34" BT :
Dengan Menggunakan Rumus Segitia Bola (dalam Disiplin Ilmu Matematika: Spherical
Trigonometri) maka seolah-olah kita akan menarik benang dari Kabah sampai ke Masjid
Nurul Jami, sebagaimana tercantum dalam gambar bola dunia berikut ini :
(Kabah)
Makkah
M. Nurul
Jami
Gambar 5. Bola Dunia: garis putih adalah arah Kiblat dari Masjid Nurul Jami ke Kabah
Dari data di atas untuk perhitungan arah kiblat dari masjid tersebut diketahui data-data
sebagai berikut:
Lintang tempat
Bujur tempat
Lintang Kabah
Bujur Kabah
: 6 11' 50" LS
: 106 53' 23" BT
: 21 25' 21" LU
: 39 49' 34" BT
Proses perhitungan
4. Arah_Kabah
= 25.13705912 (Desimal)
konversi ke derajat menit detik 25 8 13 (BU)
Untuk menghitung derajat anda dapat menggunakan kalkulator scientific berikut ini:
Kaisar 1101, Karce-131 Scientific, Kc-119, Casio fx 82 MS, 85 MS, 95 MS, 100 MS, 115
MS, 350 MS, 570 MS, 820 MS, 991 MS, 992S, 4000 P , 4500 P , 5000 P, dll.
D. TEHNIK PENGUKURAN ARAH KIBLAT
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kita bisa mengukur Arah Kiblat di lokasi dengan
menggunakan langkah-langkah berikut:
1. Setelah dilakukan perhitungan, persiapkan alat-alat pengukuran yang terdiri dari :
Kompas, Busur Kayu, Waterpass, Paku, Palu dan Benang.Pilih tempat yang
permukaannya datar, gunakan Waterpass untuk memastikannya.
Letakkan Busur kayu di atas bidang yang datar tersebut, lalu tancapkan paku di
bagian tengah busur. Pastikan posisi busur stabil dan bisa digerakkan/diputar ke kiri
dan ke kanan.
Letakkan kompas di atas busur, luruskan dengan arah utara. Perhatikan deviasi
medan magnet.
Setelah dipastikan arah utara dan telah disesuikan dengan posisi busur, maka angka
90 yang tertera pada busur adalah arah titik Barat. Buat tanda dengan menarik
benang + 1 m atau seperlunya dari paku ditengah busur ke arah angka 90 / barat.
Kemudian tarik benang guna menunjukkan arah Barat dan Timur.
Ikatkan benang lainnya ke paku yang sama dan tarik sepanjang kira-kira dua meter
dengan posisi sebelah utara dari benang pertama / titik barat, dengan jarak 25 8
30.72 (Untuk kiblat Jakarta). Benang kedua itu menunjukkan arah kiblat untuk lokasi
yang diukur.
2. Untuk tingkat akurasi yang cukup, pengukuran juga dapat dilakukan dengan
menggunakan alat THEODOLITE.
3. Selain cara diatas, mengukur arah kiblat juga dapat dilakukan dengan bantuan sinar
matahari saat posisinya berada di atas/zenith Ka'bah. Berikut ini adalah penjelasannya.
Mataha
ri
Kaba
h
Selain untuk merekonstruksi jam istiwa dengan bayang-bayang sinar matahari kita juga bisa
mencari tahu arah kiblat, bagaimana bisa? Bisa saja, hal ini terjadi pada saat matahari tepat
berada di atas Kabah. Posisi matahari di atas Kabah ini terjadi ketika deklinasi (kemiringan)
matahari sebesar lintang tempat Kabah (21 25' LU) serta ketika matahari berada pada titik
kulminasi atas dilihat dari Kabah (39 50' BT). Berikut ini merupakan dalil Quran yang
berkaitan dengan bayang-bayang matahari:
Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik
dengan kemauan sendiri atau pun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya
di waktu pagi dan petang hari. (QS: Ar rad ayat 15)
kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang
perlahan-lahan. (QS: Al Furqaan ayat 46)
Dengan letak matahari persis di atas kabah, maka dengan mudah umat islam dari sekitar
belahan bumi dapat mengetahui, menunjuk dan mengarah ke Baytullah (Kabah) itu.
Peristiwa semacam itu terjadi dua kali dalam satu tahun, yaitu pertama ketika matahari akan
mencapai titik paling utara (deklinasi +23.5 derajat dari garis khatulistiwa). Yang kedua
ketika matahari kembali menuju posisi ke arah equator / khatulistiwa dari titik paling utara
tersebut. Berikut ini tabel waktu posisi matahari berada di atas / Zenith Kabah:
Tanggal
27 Mei
28 Mei
15 Juli
16 Juli
Waktu
Tahun
2009
2010
2011
2012
WS
12.17.53
12.17.51
12.17.50
12.17.55
WIB
16.17.53
16.17.51
16.17.50
16.17.55
WITA
17.17.53
17.17.51
17.17.50
17.17.55
WIT
18.17.53
18.17.51
18.17.50
18.17.55
WS
12.18.00
12.17.59
12.17.58
12.18.03
WIB
16.18.00
16.17.59
16.17.58
16.18.03
WITA
17.18.00
17.17.59
17.17.58
17.18.03
WIT
18.18.00
18.17.59
18.17.58
18.18.03
WS
12.26.43
12.26.42
12.26.41
12.26.44
WIB
16.26.43
16.26.42
16.26.41
16.26.44
WITA
17.26.43
17.26.42
17.26.41
17.26.44
WIT
18.26.43
18.26.42
18.26.41
18.26.44
WS
12.26.48
12.26.48
12.26.47
12.26.50
WIB
16.26.48
16.26.48
16.26.47
16.26.50
WITA
17.26.48
17.26.48
17.26.47
17.26.50
WIT
18.26.48
18.26.48
18.26.47
18.26.50
E. Dalil
8
Sesungguhnya Nabi SAW ketika masuk ke Baitullah beliau berdoa di sudut-sudutnya, dan
tidak shalat di dalamnya sampai beliau keluar. Setelah keluar beliau shalat dua rakaat di
depan Kabah dan berkata: Inilah Kiblatku
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah
Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua
manusia. (QS.Ali Imran ayat 96)
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidilharam (QS. Al Baqarah ayat 144)
Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram. Sesungguhnya ketntuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS: Al-Baqarah ayat 149)
Dan dari mana saja kamu keluar (datang) maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram, dan di mana saja kamu semua berada maka palingkanlah wajahmy ke arahnya,
agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara
8
(H.R. Muslim dari Usamah bin Zaid), Shahih al-Bukhari, (Semarang: Toha Putera, tt)
mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepadaKu. Dan agar Ku
sempurnakan nimatKu atas kamu, dan supaya kamu mendapat petunjuk. (QS: Al-Baqarah
ayat 150)