Anda di halaman 1dari 15

REAKSI NUKLIR

A. VERSI 1
REAKSI FISI
Reaktor tak lain adalah tempat bereaksi. Dalam hal ini, pengertian sehari
hari yang dipakai ialah reaksi inti. Reaksi fisi adalah suatu reaksi
pembelahan, yang disebabkan oleh neutron yang secara umum dapat
ditulis sebagai:
X + n > X1 + X2 + (2 - 3) n + E.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam jenis reaksi tersebut adalah:
1). X disebut inti bahan fisil (fisile material), yang secara populer disebut
"bahan bakar" karena dalam reaksi ini dibebaskan sejumlah energi. Hanya
beberapa inti dapat bereaksi fisi yaitu 238U, 235U, 233U dan 239Pu di
mana kedua unsur terakhir merupakan unsur buatan manusia karena tidak
terdapat di alam sebagai hasil dari reaksi inti-inti 232Th dan dan 238U
dengan neutron.
f (fission microscopic2). Keboleh jadian suatu inti berfisi dinyatakan
dengan cross section = penampang fisi mikroskopik), di mana besaran
tersebut tergantung dari energi neutron yang bereaksi dengan suatu intitertentu. Sebagai contoh f 238U besar pada energi neutron rendahdapat
disebutkan bahwa nilai f 238U kecil(termal) tetapi kecil pada energi
tinggi. Sebaliknya nilai fpada saat neutron berenergi besar. Untuk 239Pu
dan 233U mempunyai besar pada energi tinggi, oleh karena itu bahan ini
digunakan sebagai bahan bakar pada reaktor cepat.
3). Dari reaksi dihasilkan dua inti baru sebaga hasil fisi, X1 dan X2 yang
berupa inti-inti yang tidak stabil. Untuk menjadi stabil inti-inti tersebut
meluruh (decay) dengan mengeluarkan sinar-sinar maupun partikel.
4). Adanya neutron-neutron baru yang dihasilkan dari reaksi inti tersebut
dapat melanjutkan reaksi fisi hingga mungkin terjadi reaksi berantai, dan
pada keadaan tertentu bila tidak dikendalikan maka reaksi berantai
tersebut dapat menjadi suatu ledakan. Reaksi nuklir yang tidak
terkendali merupakan prinsip kerja bom nuklir. Neutron yang dihasilkan
oleh fisi 2mempunyai energi yang tinggi, MeV, jika fisii diharapkan
terjadi pada En rendah (energi termal 0,025 eV), maka neutron yang baru
lahir tersebut harus diturunkan energinya dahulu dengan jalan hamburanhamburan. Di dalarn reaktor neutron mempunyai kemungkinankemungkinan untuk:
a. diserap tanpa menimbulkan fisi
b. diserap mengakibatkan fisi
c. hilang dari sistim

d. hamburan
Jadi penurunan energi neutron berkompetisi dengan
kemungkinankemungkinan yang lain, dan untuk dapat menghitung
masing-masing kemungkinan perlu diselidiki mekanisme reaksi masingmasing.
5). Reaksi fisi mengeluarkan energi total E, sebesar 200 MeV. Dengan
menggunakan data konversi satuan dan data fisika, dapat dihitung
bahwa bila semua inti-inti 1 gram uranium melakukan fisi maka kalor yang
dikeluarkan setara dengan kalor yang dihasilkan oleh pembakaran 1 ton
batu bara. Jelas dari gambaran tersebut bahwa, kalor yang dikeluarkan
dari reaksi inti sangat besar.
Telah dijelaskan bahwa reaktor yang lazim dipakai saat ini bekerja atas
dasar reaksi fisi (pemecahan) inti atom. Sebagai bahan bakar umumnya
digunakan Uranium 235U yang kandungannya telah diperkaya. Uranium
alam mempunyai kandungan 235U hanya sekitar 0,7 persen, selebihnya
adalah 238U. Untuk memecah inti isotop Uranium digunakan neutron
lambat ('thermalneutron'). Uranium yang menangkap neutron segera
menjadi tidak stabil. Inti Uranium yang tidak stabil hanya dapat bertahan
selama kurang lebih sepertriliun detik (10-12 detik) sebelum mengalami
proses fisi menjadi inti-inti X1 dan X2 serta sekitar dua sampai tiga
neutron yang siap untuk memecah inti 235U lainnya. Kemudian ketiga
neutron tadi diserap oleh inti-inti isotop Uranium lain, tiga proses yang
sama akan terjadi dengan produksi akhir sekitar sembilan neutron. Proses
berulang-ulang ini dinamakan reaksi berantai ('chain reaction') yang
merupakan prinsip kerja reaktor. Pada setiap proses pemecahan tadi, inti
atom akan melepaskan energi yang sesuai dengan hilangnya jumlah
massa inti-inti di akhir proses rumus E=mc2. Jadi jumlah energi yang
dihasilkan akan sebanding dengan banyak proses yang terjadi dan
sebanding dengan jumlah neutron yang dihasilkan.
Untuk mengendalikan atau mengatur reaksi berantai dalam reaktor nuklir
digunakan bahan yang dapat menyerap neutron misalnya Boron dan
Cadmium, yang bertujuan untuk mengatur populasi neutron. Dengan
mengatur populasi neutron ini dapat ditentukan tingkat daya raktor,
bahkan reaksi dapat dihentikan sama sekali (tingkat daya mencapai titik
0) pada saat semua neutron terserap oleh bahan penyerap. Perangkat
pengatur populasi neutron pada reaktor ini disebut batang kendali. Jika
batang kendali disisipkan penuh diantara elemen bakar, maka batang
kendali akan menyerap neutron secara maksimum sehingga reaksi
berantai akan dihentikan dan daya serap batang kendali akan berkurang
bila batang kendali ditarik menjauhi elemen bakar.

Gambar II.1. Reaksi fisi (pembelahan)

Reaksi Fusi
Proses reaksi fusi adalah kebalikan dari reaksi fisi seperti arti harfiahnya,
proses ini merupakan reaksi penggabungan dua inti menjadi inti lain yang
lebih besar. Reaksi jenis ini tidak terjadi secara alamiah di permukaan
bumi, namun merupakan prinsip kerja pembakaran Hidrogen di pusat
matahari serta bintang-bintang. Sebenarnya, banyak tipe reaksi fusi yang
dapat terjadi di matahari yang sering disebut siklus proton-proton, mulai
dari penggabungan dua inti Hidrogen menjadi inti Deuterium hingga
penggabungan inti Deuterium dan inti Tritium. Kebanyakan reaksi ini
membutuhkan kondisi tertentu yang hanya terdapat di dalam inti matahari
ataupun bintang-bintang, misalnya tekanan yang sangat tinggi. Di dalam
inti matahari, tekanan yang sangat tinggi dihasilkan oleh gaya gravitasi.
Gaya gravitasi pada pusat matahari haruslah sangat besar untuk
mempertahankan strukturnya, mengingat komposisi matahari kebanyakan
terdiri dari gas Hidrogen. Reaksi fusi di dalam teras reaktor membutuhkan
Deuterium dan Tritium sebagai bahan bakar, yang jika bergabung pada
kondisi tertentu akan menghasilkan inti Helium yang stabil disertai sebuah
neutron yang membawa sebagian besar energi hasil fusi. Saat ini,
Deuterium bukan merupakan masalah, sebab tersediaannya di alam boleh
dikatakan tak terbatas. Deuterium dapat diekstraksi dari air biasa, untuk
setiap satu meter kubik air dapat diperoleh sekitar 200 gram Deuterium.
Berlainan dengan Deuterium, Tritium bersifat radioaktif. Tritium alam
sangat jarang dijumpai. Untungnya, Tritium dapat dihasilkan melalui
proses 'breeding' dengan menggunakan sebagian kecil neutron hasil
reaksi fusi serta dua jenis isotop Litium yang terdapat di alam, yaitu
Litium-6 dan Litium-7. Litium-6 dapat menangkap neutron cepat dan
neutron lambat, sedangkan Litium-7 hanya menangkap neutron cepat.
Litium yang menangkap neutron akan pecah menjadi Tritium serta Helium.
Reaktor Fusi
Banyak masalah yang harus dipecahkan sebelum reaktor fusi dapat
digunakan secara komersil. Untuk menggabungkan inti Deuterium dengan
Tritium, gaya tolak-menolak ('repulsive') akibat muatan positif kedua inti
harus diatasi. Cara yang paling mungkin adalah dengan menaikkan suhu
kedua inti hingga energi kinetiknya dapat mengatasi gaya 'Coulomb' tadi.
Masalahnya, untuk mengatasi gaya ini dibutuhkan suhu jutaan Celsius!
Suhu setinggi ini tidak aneh jika kita melihat suhu inti matahari dimana
proses fusi dapat dengan mudah terjadi (suhu inti matahari sekitar 15 juta
Celsius). Karena tidak ada material di atas permukaan bumi yang dapat
menahan suhu setinggi ini, diperlukan teknik supercanggih untuk
melokalisir plasma (inti bermuatan yang memiliki suhu sangat tinggi) pada
proses fusi agar tidak bersentuhan dengan komponen-kompnen reaktor.
Ada dua cara yang paling efektif untuk melokalisir plasma selama proses
fusi berlangsung, yaitu cara magnetis dan cara inersial.
Cara pertama dilakukan di dalam instrumen berbentuk 'donat', yang

disebut 'Tokamak'. Ide untuk membangun 'Tokamak' pertama kali


diusulkan oleh fisikawan Rusia Igor E. Tamm dan Andrei D. Sakharov, serta
secara terpisah oleh Lyman Spitzer di Princeton USA, pada awal 1950-an.
Tokamak menggunakan kombinasi dua medan magnet yang sangat kuat
yang dihasilkan oleh superkonduktor untuk menahan plasma bersuhu
sekitar 50 juta Celsius agar tetap berada di tengah-tengah 'donat'
tersebut.
Cara kedua adalah dengan menggunakan target yang memiliki kerapatan
sangat tinggi yang ditembaki dengan puluhan sinar laser terfokus secara
simultan. Intensitas sinar laser disini harus cukup tinggi agar target dapat
seketika menguap. Partikel-partikel yang dihasilkan akan berusaha
bergerak keluar sehingga menimbulkan tekanan ke dalam yang sangat
dahsyat. Tekanan yang naik secara drastis ini akan mengakibatkan
naiknya suhu target yang pada akhirnya dapat menyalakan proses fusi.
Sebenarnya, proses ini merupakan bentuk miniatur dari bom hidrogen.
Energi Nuklir
Nuklir merupakan istilah yang berhubungan dengan inti atom yang
tersusun atas dua buah partikel fundamental, yaitu proton dan neutron. Di
dalam inti atom terdapat tiga buah interaksi fundamental yang berperan
penting, yaitu gaya nuklir kuat dan gaya elektromagnetik serta pada
jangka waktu yang panjang terdapat gaya nuklir lemah. Gaya nuklir kuat
merupakan interaksi antara partikel quark dan gluon yang dibahas dalam
teori quantum chromodynamics (QCD) sedangkan gaya nuklir lemah
adalah interaksi yang terjadi dalam skala inti atom seperti peluruhan beta
yang dibahas dalam elecroweak theory.2
Energi nuklir dihasilkan di dalam inti atom melalui dua buah jenis reaksi
nuklir, yaitu reaksi fusi dan reaksi fisi. Reaksi fusi adalah suatu reaksi yang
menggabungkan beberapa partikel atomik menjadi sebuah partikel atomik
yang lebih berat. Reaksi fusi dapat menghasilkan energi yang sangat
besar seperti yang terjadi pada bintang. Salah satu reaksi contoh reaksi
fusi adalah penggabungan partikel deuterium (D atau 2H) dan tritium (T
atau 3H) (Gambar 1.a). Langkah pertama, deuterium dan tritium
dipercepat dengan arah yang saling mendekati pada suhu termonuklir.
Penggabungan antara dua buah partikel tersebut membentuk helium-5
(5He) yang tidak stabil sehingga mengakibatkan peluruhan. Dalam proses
peluruhan ini, sebuah neutron dan partikel helium-4 (4He) terhambur
disertai dengan energi yang sangat besar, yaitu 14,1 MeV untuk
penghamburan neutron dan 3,5 MeV untuk penghamburan helium-4.
Sampai saat ini, reaksi fusi belum dapat dirancang oleh manusia karena
membutuhkan suhu yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan
pemanfaatan reaksi fusi sebagai sumber energi listrik belum dapat
direalisasikan.

Reaksi nuklir lain yang sudah dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi

listrik adalah reaksi fisi. Reaksi fisi merupakan kebalikan dari reaksi fusi,
yaitu reaksi yang membelah suatu partikel atomik menjadi menjadi
beberapa partikel atomik lainnya dan sejumlah energi. Salah satu contoh
dari reaksi fisi adalah reaksi fisi pada partikel uranium-235 (235U) yang
ditumbuk oleh sebuah neutron yang bergerak pelan (Gambar 1.b). Proses
penyerapan neutron oleh uranium-235 mengakibatkan terbentuknya
partikel uranium-236 (236U) yang tidak stabil sehingga terbelah menjadi
partikel kr ypton-92 (92 Kr), barium-141 (141Br), dan beberapa neutron
bebas serta sejumlah energi. Reaksi fisi dapat berlangsung secara terus
menerus yang biasa disebut dengan reaksi rantai. Dalam reaksi rantai,
neutron yang telah terhambur dari reaksi fisi dapat mengakibatkan
terjadinya reaksi fisi lain sama baiknya dengan reaksi fisi sebelumnya.
Energi yang dihasilkan dari reaksi ini dapat dikonversi menjadi energi
listrik pada sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Tiga hal menarik yang terjadi pada proses reaksi fisi adalah sebagai
berikut:
Peluang sebuah atom U-235 menangkap sebuah neutron bernilai sangat
tinggi. Dalam sebuah reaktor yang bekerja (dikenal dengan keadaan
kritis), sebuah neutron yang terhambur dari setiap reaksi fisi dapat
menyebabkan terjadinya reaksi fisi yang lainnya.
Proses penyerapan dan penghamburan neutron terjadi dengan sangat
cepat pada orde pikosekon (110-12 sekon)
Jumlah energi yang dihasilkan berupa panas dan radiasi gamma luar
biasa besar pada sebuah reaksi fisi yang terjadi. Dalam reaksi ini
terbentuk beberapa produk fisi dan neutron dengan massa total yang
lebih ringan dari partikel U-235 pada awal reaksi. Perbedaan massa ini
diubah menjadi energi dengan nilai yang dirumuskan dalam E = mc2.
Dalam satu kali peluruhan atom U-235 bisa dihasilkan energi sebesar 200
MeV (1 eV = 1,6.10-19 joule). U-235 dapat bekerja dalam sebuah sampel
uranium yang diperkaya menjadi 2 sampai 3 persen. Pada senjata nuklir,
komposisi U-235 mencapai 90 persen atau lebih dari sebuah sampel
uranium.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir


Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menyediakan sekitar 17 persen
dari total tenaga listrik dunia. Beberapa negara membutuhkan tenaga
nuklir yang lebih besat dari negara lain. Di Prancis, menurut International
Atomic Energy Agency (IAEA), 75 persen tenaga listriknya dihasilkan oleh
reaktor nuklir. Jumlah pembangkit tenaga listrik di dunia diperkirakan lebih
dari 400 buah dengan 100 buah diantaranya berada di Amerika Serikat.3
Pada PLTN, bahan bakar sebuah reaktor nuklir berupa uranium. Uranium
merupakan salah satu hasil tambang yang terdapat di bumi. Uranium-238
(U-238) mempunyai waktu paruh yang sangat lama (4,5 milyar tahun)
dengan komposisi 99 persen dari total uranium yang ada di bumi.
Komposisi lainnya, U-235 mempunyai sekitar 0,7 persen dan U-234 jauh
lebih rendah yang dibentuk melalui proses peluruhan U-238 (U-238

melalui beberapa tahap peluruhan alpha dan beta untuk membentuk


isotop yang lebih stabil dan U-234 adalah salah satu hasil dari mata rantai
dari peluruhan ini).
Dalam sebuah reaktor nuklir, butiran uranium yang sudah diperkaya
disusun dalam sebuah balok dan dikumpulkan ke dalam bundelan
(reactor). Bundelan tersebut direndam dalam air pada sebuah bejana
tekan. Air tersebut digunakan sebagai sebuah pendingin. Bundelan
uranium yang digunakan pada reaktor nuklir berada dalam keadaan
superkritis. Hal ini dapat menyebabkan uranium menjadi panas dan
meleleh dengan mudah. Untuk mencegahnya, sebuah balok kontrol
(control rods) dibuat dengan bahan yang menyerap neutron. Balok kontrol
dimasukkan kedalam bundelan uranium dengan menggunakan sebuah
mekaninisme yang dapat mengangkat atau menurunkan balok kontrol
tersebut. Pengangkatan dan penurunan balok kontrol menerima perintah
seorang operator untuk mengatur jumlah reaksi nuklir. Ketika seorang
operator menginginkan inti uranium untuk menghasilkan panas yang
lebih, balok kontrol dinaikkan dari bundelan uranium. Sebaliknya, jika ingin
panas berkurang maka balok kontrol harus diturunkan. Balok kontrol dapat
diturunkan hingga komplit untuk menghentikan reaktor nuklir jika terjadi
kasus kecelakaan atau penggantian bahan bakar.
Bundelan uranium digunakan sebagai sumber energi panas yang sangat
tinggi. Panas ini dapat mengubah air menjadi uap air. Uap air ini
digunakan untuk menggerakkan sebuah turbin uap yang memutar rotor
pada generator. Berdasarkan hukum Faraday putaran rotor dikonversi
menjadi tenaga listrik. Dalam beberapa reaktor, uap air akan melalui
tahap kedua sebagai pengubah panas medium untuk mengubah air
menjadi uap air yang menggerakkan turbin. Keuntungan dari desain ini
adalah air atau uap air yang tercemar bahan radioaktif tidak akan
mengenai turbin. Dalam reaktor nuklir yang sama, fluida pendingin dalam
kontak dengan inti reaktor dapat berupa gas (karbon dioksida) atau logam
cair (sodium, potasium). Tipe reaktor ini menerima inti uranium untuk
beroperasi pada suhu yang lebih tinggi.

B. VERSI 2
Bentuk reaksi nuklir secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam reaksi fisi dan fusi.
Reaksi-reaksi nuklir tergantung dari jenis nuklidanya, jenis partikel penembak, dan cara
peluruhan dari nuklida yang terbentuk.
Nuklida radioaktif yang mengalami reaksi nuklir dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok
nuklir radioaktif alami dan buatan; nuklida radioaktif ringan dan berat.
Partikel penembak yang menyebabkan reaksi nuklir dapat berwujud partikel yang
bermuatan, partikel yang tidak bermuatan, partikel berat, dan

gelombang

elektromagnet.
Cara peluruhan nuklida radioaktif dapat berjalan secara bertahap dan tidak bertahap;
secara berlanjut dan tidak berlanjut.
1 Reaksi Fisi
Reaksi fisi adalah suatu reaksi pembelahan nukleus atau reaksi yang menuju ke arah
penurunan massa nukleus. Reaksi fisi terjadi bila energi potensial coulomb Vc > Qfis; yang
mana Qfis adalah energi yang diperlukan atau diserap oleh sebuah nuklida untuk membelah
nukleus atau menurunkan jumlah massa nukleusnya. Nuklida-nuklida yang dapat atau mudah
mengalami reaksi fisi adalah nuklida yang memiliki bilangan hasil komparasi antara jumlah
netron dan protonnya tidak sama dengan satu.
Perbedaan yang cukup besar antara bilangan hasil komparasi jumlah netron dengan
proton dibandingkan dengan angka satu menyebabkan harga Vc >>> Qfis, sehingga reaksi
fisi semakin mudah terjadi. Hasil reaksi fisi dapat berupa nuklida yang sama tetapi sifat dari
nukleusnya baru atau nuklida baru yang disertai dengan timbulnya radiasi radioaktif dan
pembebasan sejumlah energi Qfis. Pada umumnya, jenis radiasi yang menyertai peluruhan
massa nuklida radioaktif yang terdapat di alam adalah radiasi alfa, beta, dan elektro capture.
Nuklida yang mudah ditemukan di alam yang memiliki hasil komparasi jumlah netron
terhadap protonnya lebih besar dari satu sehingga dapat mengalami reaksi fisi antara lain
isotop U-238, U-235, dan Th-232.
a. Reaksi Fisi Uranium

Uranium yang ada di alam terdiri dari tiga isotop nuklir yaitu isotop nuklida U-238
dengan kelimpahan 99,2%, nuklida U-235 dengan kelimpahan 0,7%, dan nuklida U-236
dengan kelimpahan 0,1%.
Misalnya, nuklida U-238 dapat meluruh membentuk nuklida Th-234 yang disertai
dengan radiasi partikel He-4 yang memerlukan waktu paruh t1/2 = 4,47 x 109 tahun, dan
persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
U238 90Th234 + 2He4 + Qfis

92

Seterusnya nuklida Th-234 meluruh membentuk nuklida U-234 disertai dengan radiasi
beta yang memiliki waktu paruh t1/2 = 241 hari, dan persamaan reaksinya dapat dituliskan
sebagai berikut:
Th234 92U234 + 2 -1e0 + Qfis

90

Nuklida U-234 meluruh membentuk nuklida Th-230 disertai dengan radiasi partikel He4 yang memakai waktu paruh t1/2 = 8,0 x 104 tahun, dan seterusnya sampai diperoleh nuklida
yang benar-benar stabil.
b. Reaksi Fisi Thorium
Nuklida thorium yang ditemukan di alam adalah Th-232 dengan kelimpahan 100%.
Nuklida Th-232 ini dapat meluruh membentuk nuklida Ra-228 yang disertai dengan radiasi
partikel He-4 yang menggunakan waktu paruh t1/2 = 1,4 x 1010 tahun. Nuklida Ra-228 dengan
mudah meluruh membentuk nuklida Ac-228 yang disertai radiasi beta dengan waktu paruh
5,76 tahun, selanjutnya nuklida Ac-228 meluruh menghasilkan nuklida Th-228 yang disertai
dengan radiasi beta dalam waktu paruh 6,13 tahun, dan seterusnya sampai dihasilkan nuklida
yang stabil.
2 Reaksi Fusi
Reaksi fusi adalah reaksi penggabungandua nuklida atau lebih yang menghasilkan nuklida
yang sama dengan struktur nukleus yang baru atau nuklida yang benar-benar baru di samping
sejumlah energi dan radiasi radioaktif. Agar dua nuklida atau lebih dapat saling berinteraksi,
maka nuklida tersebut harus mampu mengatasi energi coulomb penghalang yang ada. Energi
coulomb yang ada merupakan bentuk energi tolak menolak yang ditimbulkan oleh nukleonnukleon yang bermuatan listrik positif yaitu proton yang ada di dalam dua nuklida atau lebih
yang akan melakukan reaksi fusi.
Untuk mengatasi energi tolak menolak coulomb, maka nuklida-nuklida harus menyediakan
energi awal yang besar yang antara lain dalam bentuk energi kinetik. Energi kinetik ini dapat

diperoleh dari hasil pengubahan nergi potensial yang sebelumnya telah dimiliki, atau dari
hasil menyerap sejumlah energi dari lingkungan. Besarnya energi kinetik yang dapat
digunakan untuk mengatasi energi tolak menolak coulomb tersebut minimal 0,1 MeV.
Apabila energi yang dilepaskan atau dibebaskan sewaktu reaksi fusi nuklir besarnya jauh
lebih besar dari energi kinetiknya, maka secara akumulatif hasil reaksi fusi masih disertai
dengan pembebasan energi sebesar Qfus.
Teknik yang digunakan untuk membantu terjadinya reaksi fusi antara dua nuklida atau lebih
adalah dengan memberikan energi kinetik dengan cara menembakkan partikel nuklida satu ke
nuklida yang lainnya. Misalnya, apabila dua nuklida H-2 saling bertabrakan akan terbentuk
nuklida He-4 yang disertai dengan pembebasan sejumlah energi Qfus. Persamaan reaksi
fusinya dapat dituliskan sebagai berikut:
H2 + 1H2 2He4 + Qfus

Contoh lain adalah reaksi fusi nuklida Be-9 dan He-4 yang menghasilkan nuklida C-12 yang
diikuti oleh radiasi partikel netron serta pembebasan sejumlah energi reaksi fusi nuklir Qfus.
Persamaan reaksinya:
Be9 + 2He4 6C12 + 0n1 + Qfus

3 Reaksi Nuklir dengan Ion Berat


Ion berat adalah ion yang bermassa lebih besar dari ion helium, contohnya ion-ion 3Li7(+3),
Be9(+4), dan 6C12(+6). Sebutan ion dalam kimia dimaksudkan untuk menyatakan keberadaan

partikel proton dalam sebuah nukleus.


Ion-ion berat seperti 6C12(+6) seterlah dipercepat lajunya sampai berenergi 100 MeV bila
menembak nuklida yang sangat berat pun dapat menyebabkan terjadinya reaksi nuklir.
Contoh, apabila yang ditembak dengan ion nukleus C(+6) itu adalah nuklida Cu-65, maka
akan terbentuklah nuklida Br-74 yang disertai pemancaran 3 buah partikel netron dan
sejumlah energi reaksi nuklir, dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
C12 + 29Cu65 35Br74 + 30n1 + Qf

Dengan menggunakan nuklida yang memiliki massa lebih tinggi dari ion nukleus C(+6) dan
setelah diberi energi kinetik yang cukup besar maka dapat digunakan untuk merubah sifat
nuklida-nuklida yang menjadi sasaran tembak dari non radioaktif menjadi radioaktif. Pada
contoh di atas, nuklida yang bersifat radioaktif adalah nuklida

Br74 dan dapat melakukan

35

proses penangkapan elektron yang berenergi terendah yaitu elektron dari orbital K sehingga
menurunkan jumlah muatan nukleusnya sebesar jumlah partikel elektron yang diserap dalam
waktu paruh sekitar 25,3 menit. Persamaan reaksi penangkapan elektronnya sebagai berikut:

Br74 + -1e0 34Se74 + 2gamma + Qf

35

4 Reaksi Aktivasi Netron


Radiasi netron dapat dihasilkan melalui proses fisi nuklida radioaktif yang dilakukan dalam
reaktor atom atau generator Van de Graaf. Radiasi partikel netron tidak bermuatan listrik dan
memiliki daya tembus besar. Radiasi netron yang dihasilkan dapat dibagi menjadi dua yaitu
radiasi netron lambat dan radiasi netron cepat. Radiasi netron lambat yang juga disebut
dengan netron termal sifatnya mudah ditangkap oleh nukleus suatu atom dan menghasilkan
nukleus atom baru yang tidak stabil dan radioaktif. Sebaliknya, radiasi netron cepat lebih sulit
ditangkap oleh suatu nuklida. Berdasarkan dari sifat radiasi netron lambat ini maka radiasi
netron lambat dapat digunakan untuk membuat nuklida radioaktif dari nuklida yang tidak
radioaktif.
5 Peluruhan Partikel Alfa dan Partikel Beta
Peluruhan Partikel Alfa
Nuklida-nuklida radioaktif yang memiliki jumlah massa yang terlalu besar dan hasil
perbandingan antara jumlah netron dan protonnya jauh lebih besar dari angka satu,
mempunyai kecenderungan menurunkan jumlah massa dan nilai hasil komparasi antara
jumlah netron dan protonnya dengan cara memancarkan partikel alfa atau 2He4. Akibat
teradiasikannya partikel alfa maka nuklida radioaktif tersebut dapat menurunkan jumlah
massanya sebesar empat nukleon dalam satu kali radiasi. Hal ini terjadi karena energi yang
diperlukan untuk memancarkan partikel alfa lebih rendah dibandingkan dengan
memancarkan empat partikel nukleon secara bertahap. Partikel nukleon berat tersebut dapat
berwujud proton dan netron. Energi peluruhan partikel alfa akan turun dengan bertambahnya
jumlah massa nukleon (A) dan akan naik dengan bertambahnya jumlah muatan proton (Z).
Pada tahun 1906, Rutherford menunjukkan secara kualitatif hubungan antara energi
radiasi partikel alfa dan waktu paruh nuklida radioaktif yang memancarkan partikel alfa
tersebut. Bentuk hubungannya adalah semakin besar energi radiasi partikel alfanya maka
semakin pendek waktu paruhnya. Bila energi radiasi partikel alfa semakin besar maka jarak
tempuh radiasi partikel alfa yang disingkat R tersebut juga semakin jauh. Hubungan tidak
langsung antara waktu paruh dan jarak tempuh radiasi partikel alfa dinyatakan dengan
persamaan matematis berikut:

Rounded Rectangle : Log L = a + b Log R


Dimana:
L = tetapan peluruhan nuklida radioaktif peluruh partikel alfa
R = jarak tempuh radiasi partikel alfa
a dan b = tetapan yang harganya tergantung pada jenis deret radioaktif
Waktu paruh (t1/2) peluruhan partikel alfa dapat ditentukan dengan penggunaan persamaan
berikut:
Partikel alfa yang berenergi rendah dan bermuatan listrik dapat menembus penghalang
potensial Coulomb yang ukurannya lebih tinggi yang besarnya sekitar 9 MeV. Menurut teori
mekanika kuantum bahwa partikel alfa yang berenergi lebih rendah masih dapat menerobos
potensial penghalang Coulomb yang ukurannya lebih tinggi dan keluar dari nukleus.
Peristiwa ini dikenal sebagai Tunneling Effect. Kemungkinan terjadinya penembusan
energi potensial penghalang ini menjadi kecil bila jumlah muatan proton (Z) bertambah,
tetapi akan menjadi besar bila jumlah nukleon (A) bertambah. Dengan kata lain bila hasil
komparasi antara jumlah netron dan proton sangat besar maka kecenderungan nuklida
radioaktif berat meluruhkan partikel alfa sangat besar. Peluruhan partikel selalu disertai
pemancaran radiasi .
Peluruhan Partikel Beta
Nuklida-nuklida berat yang mempunyai nomor massa (A) ganjil dalam menuju ke
keadaan stabil cenderung meluruhkan satu partikel beta, tetapi untuk nomor massa (A) genap
lebih cenderung meluruhkan dua atau tiga partikel betanya. Untuk menuju ke keadaan
nuklida yang stabil dapat dilakukan satu dari tiga tipe peluruhan partikel beta, yaitu
peluruhan partikel beta yang bermuatan negatif, peluruhan beta yang bermuatan positif,
dan penangkapan elektron. Suatu nuklida mempunyai nomor massa (A) yang netronnya
lebih banyak daripada protonnya, sehingga ada kecenderungan mengubah netronnya.
Misalnya, satu netron (0n1) diubah menjadi satu proton (+1p1), satu partikel beta (-1e0) dan satu
anti neutrino (-1v). Akibat dari contoh proses ini, nomor nuklida (Z) akan bertambah dengan
satu angka dan jumlah netron akan berkurang satu angka, dan nomor massa nuklida (A) tetap.
Proses ini disebut proses peluruhan beta.

Apabila suatu nuklida berat yang bernomor massa (A) memiliki jumlah proton yang
tidak jauh berbeda dengan netronnya, akan ada kecenderungan untuk mengubah protonnya.
Sebagai contoh, bila yang diubah adalah satu proton menjadi netron dan satu partikel beta
yang bermuatan positif (+1e0), satu massa neutrino yang bermuatan positif ( +1v) dan satu
netron. Akibat dari peristiwa ini yaitu nomor nuklidanya akan turun satu angka, jumlah
netronnya bertambah satu angka, dan nomor massanya tetap. Proses peluruhan partikel beta
yang bermuatan positif disebut proses peluruhan positron. Dampak dari peluruhan partikel
positron atau beta positif ini akan diikuti oleh proses anhilasi atau penghilangan energi
sebesar 1,02 MeV yang ekuivalen dengan dua kuanta radiasi gama. Ini terjadi karena partikel
positron yang meluruh dari nuklida akan berinteraksi dan saling menetralkan dengan elektron
yang mengorbit di luar nukleus.
Arah meluruhnya partikel beta yang bermuatan negatif dapat menuju ke nukleus dan
berinteraksi dengan nukleon yang bermuatan positif atau proton. Dampak terjadinya interaksi
antara satu proton dengan satu elektron adalah jumlah netron akan bertambah satu, jumlah
proton berkurang satu, dan disertai pembebasan energi sebesar Eo. Besarnya energi Eo dapat
ditentukan dengan cara sebagai berikut:

Rounded Rectangle : Eo = E netron - E proton - e elektron


yang mana E = mc2. Elektron yang mudah memasuki nukleus adalah elektron yang
menempati orbital terdekat dengan nukleus yaitu elektron dari orbital K. Kekosongan
elektron dari orbital K akan segera diisi oleh elektron yang berasal dari orbital diatasnya,
misalnya oleh elektron dari orbital L. Perpindahan elektron dari orbital yang berenergi tinggi
ke orbital yang berenergi rendah akan disertai dengan pembebasan sejumlah energi yang
berwujud radiasi X.
Suatu nuklida berat lebih cenderung meluruhkan partikel beta daripada partikel proton
dan netronnya. Ini disebabkan karena energi yang diperlukan untuk meluruhkan satu proton
atau satu netron jauh lebih besar dibandingkan dengan meluruhkan satu partikel beta. Apabila
nuklida berat meluruhkan satu partikel proton atau netron diperlukan energi sekitar 5 MeV
s.d 8 MeV, dan bila meluruhkan satu partikel beta hanya diperlukan energi sebesar 0,51 MeV.
6 Transisi Radiasi Gama
Dalam peluruhan partikel alfa dan beta oleh nuklida radioaktif banyak menghasilkan
nuklida-nuklida jenis baru yang ternyata masih dalam keadaan tereksitasi.

Pengembalian keadaan tereksitasi ke keadaan tak tereksitasi atau ke keadaan


tereksitasi dengan energi yang lebih rendah dapatdilakukan dengan tanpa mengubah
jumlah proton (Z) dan nomor massa nuklida (A), dengan cara memancarkan radiasi
gelombang elektromagnet. Radiasi gelombang elektromagnet ini merupakan radiasi
gamma. Peristiwa radiasi gamma ini tidak saja menyertai peristiwa peluruhan partikel
alfa dan beta, tetapi hampir selalu menyertai semua bentuk peluruhan yang terjadi
pada nuklida-nuklida radioaktif.

C. VERSI 3
Mengenal Reaksi Fisi dan Fusi

Reaksi Fisi (kiri) dan Reaksi Fusi (kanan)

REAKSI FISI
Salah satu jenis reaksi nuklir disebut reaksi fisi. Reaksi fisi terjadi ketika sebuah neutron
mengahantam sebuah inti besar, memecahnya menjadi dua unsur baru atau lebih dengan inti
yang lebih kecil. Secara umum, persamaan untuk reaksi fisi adalah sebagai berikut :
Unsur W ditembaki dengan sebuah neutron (n) dan menghasilkan dua unsur baru, X dan Y,
serta lebih banyak neutron. Seperti sebelumnya, bilangan a dan z menunjukkan massa
atom dan nomor atom. (massa atom neutron adalah 1 dan nomor atomnya adalah 0).
Tidak seperti reaksi kimia, yang menciptakan ikatan di antara unsur-unsur yang berbeda,
reaksi fisi benar-benar menciptakan unsur baru. Reaksi fisi juga melepaskan banyak kalor dan
beberapa neutron. Neutron-neutron ini kemudian bebas menembaki inti radioaktif lainnya
dan memulai lebih banyak reaksi fisi. Ini disebut reaksi berantai. Reaktor nuklir di
pembangkit listrik mengendalikan reaksi berantai tersebut sehingga kalor dan radiasi
dilepaskan secara perlahan dan aman.

REAKSI FUSI
Reaksi fusi adalah kebalikan dari reaksi fisi. Reaksi fusi menggabungkan dua inti kecil
untuk menciptakan sebuah inti besar dan melepaskan banyak energi. Reaksi fusi sangat sulit
dimulai karena membutuhkan energi yang sangat besar untuk memulainya.
Satu tempat yang menjadikan reaksi fusi terjadi secara terus-menerus adalah di dalam
matahari. Matahari mengubah atom-atom hidrogen menjadi helium melalui reaksi fusi, dan
melepaskan energi yang menyinari dan menghangatkan planet kita.
Di bumi, para ilmuwan telah mencoba dengan berbagai cara untuk membangkitkan tenaga
dari reaksi fusi. Karena membutuhkan begitu banyak energi untuk memulai, reaksi tersebut
tidak mudah untuk diteliti. Reaktor fusi sedang dibangun untuk menguji apakah
memungkinkan untuk melepaskan lebih banyak energi dari reaksi fusi daripada energi yang

ditambahkan untuk memulainya. Jika ini berhasil, reaksi fusi bisa menjadi sumber tenaga
baru yang sangat berguna.

Anda mungkin juga menyukai