Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman
Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman
berbagai asam amino yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kecerdasan manusia. Peranan ini
tidak dapat di gantikan oleh sumber protein nabati.
Telur adalah sumber protein hewani yang harganya relatif lebih murah dibandingkan
dengan protein hewani lainnya, dihasilkan oleh jenis unggas yaitu ayam, itik, angsa dan jenis
unggas lainnya. Ayam merupakan jenis unggas yang paling populer dan paling banyak dikenal
saat ini. Produk ayam berupa daging dan telur, limbahnya berupa pupuk organik berguna untuk
usaha pertanian dan perikanan. Kebutuhan akan telur dan daging ayam tersebut menyebabkan
tumbuhnya usaha peternakan ayam ras mulai dari skala kecil, menengah dan besar.
Menurut Setyowati (2008), banyaknya usaha peternakan ayam yang berada di lingkungan
masyarakat dirasakan mulai mengganggu warga, terutama peternakan ayam yang lokasinya
dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari
kegiatan usaha peternakan ayam
penanganan limbah dari usahanya. Limbah peternakan ayam ras berupa feses, sisa pakan, air
dari pembersihan ternak menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi
peternakan tersebut.
Setiap kegiatan pembangunan, dimanapun dan kapanpun pasti akan menimbulkan
dampak. Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas yang dapat
bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi (Soemarwoto, 1994). Dampak tersebut dapat
bernilai positif yang berarti memberi manfaat bagi kehidupan manusia dan dapat bernilai negatif
yaitu timbulnya resiko yang merugikan masyarakat. Dampak positif pembangunan sangatlah
banyak, diantaranya adalah meningkatnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara merata;
meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara bertahap; meningkatnya kemampuan dan
penguasaan teknologi; memperluas dan pemerataan penyerapan tenaga kerja dan kesempatan
berusaha; menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dalam rangka
memperkokoh ketahanan nasional. Dampak positif pembangunan lainnya terhadap lingkungan
hidup, misalnya terkendalinya hama dan penyakit; tersedianya air bersih; terkendalinya banjir;
dan lain-lain; sedangkan dampak negatif akibat pembangunan terhadap lingkungan adalah
masalah pencemaran lingkungan dan belum terdistribusinya hasil-hasil pembangunan secara
merata di masyarakat.
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu sentra produksi utama telur ayam
ras di Sumatera Barat. Usaha peternakan ayam ras petelur di kabupaten ini pada satu sisi telah
berdampak positif
melibatkan banyak peternak dengan skala usaha mulai dari ribuan ekor, sampai dengan puluhan
ribu bahkan ratusan ribu ekor ayam per peternak. Jumlah populasi ayam ras petelur Kabupaten
Lima Puluh Kota menurut data Dinas Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2009
berjumlah 4.734.589 ekor yang tersebar hampir di semua Kecamatan (Disnakkan, 2009). Akan
tetapi di sisi lain usaha ayam ras petelur ini menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran
bau busuk yang disebabkan oleh kotoran ayam, keadaan ini diperparah lagi oleh sikap peternak
yang tidak melakukan pengelolaan lingkungan yang baik dan sering menutup diri terhadap
lingkungan tempat usaha ayamnya berada. Hal inilah yang sering menimbulkan gesekan dan
konflik antara peternak dengan masyarakat di sekitar kandang usaha ayam ras petelur.
Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah
salah satu instrument pengelolaan lingkungan yang merupakan bagian dari persyaratan perizinan
bagi pemrakarsa yang akan melaksanakan suatu usaha atau kegiatan di berbagai sektor. UKLUPL telah diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 86 tahun 2002 tentang
pelaksanaannya. Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai pelaksana lapangan
juga belum
banyak
lingkungan serta dampak yang ditimbulkannya. Aktivitas ini tidak hanya pada sosialisasi saja
tetapi juga perlu ditindak lanjuti dengan penertiban dan pengaturan izin usaha maupun
pemberian pengetahuan bagi para peternak dalam pengelolaan limbah khususnya supaya tidak
membahayakan manusia maupun lingkungan hidup. Walaupun dampak yang ditimbulkan akibat
dari cemaran bau busuk dalam waktu dekat belum terasa, namun lama kelamaan akan
menyebabkan berbagai penyakit, ini dapat pula berakibat menurunnya produktivitas masyarakat.
Dampak sosial dari keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur terhadap masyarakat
ada yang bersifat positif yaitu berupa adanya peluang dan kesempatan untuk bekerja, terjadinya
peningkatan perekonomian masyarakat dan termotivasinya masyarakat sekitar untuk berusaha
ayam ras petelur atau usaha lainnya.
Dampak negatif dari usaha peternakan ayam ras petelur adalah akibat dari kotoran ayam
yang menimbulkan bau busuk. Hal ini di tandai dengan adanya pengaduan masyarakat, sejak
tahun 2007 - 2010 Pemerintah Daerah Lima Puluh Kota telah menerima 6 (enam) pengaduan
dan keberatan masyarakat terhadap keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur di
lingkungan pemukiman penduduk, karena cemaran dari kotoran ayam yang menimbulkan bau
busuk
(Dinas Peternakan Lima Puluh Kota, 2010). Ketegasan Pemerintah Daerah dalam
mengawasi
mencemari lingkungan sangat dibutuhkan agar keresahan yang timbul akibat keberadaan usaha
peternakan ayam ras di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat diminimalisir, sehingga bau busuk
dari usaha ayam ras petelur dapat dikurangi. Dengan demikian keberadaan usaha peternakan
ayam ras petelur dapat diterima sebagai usaha yang tidak merusak lingkungan dan menjadi
andalan dalam meningkatkan taraf hidup dan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Lima
Puluh Kota. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengelolaan lingkungan usaha
peternakan ayam ras petelur pada wilayah pemukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota dan
mengetahui dampak sosial keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur pada wilayah
pemukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Metode Penelitian
Populasi
Usaha
Peternakan
ayam ras petelur
Masyarakat
yang berada di
sekitar usaha
peternakan
ayam ras petelur
Metode Pengambilan
Sampel
Purposive Samplng
Purposive Sampling
Kriteria Sampel
Umur usaha 5 th
Populasi ayam
5000 ekor
Masyarakat
yang
berada pada 4 arah
mata angin dari usaha
peternakan
Jumlah
sampel
Analisa Data
30
Statistik
Deskriptif
120
Statistik
Deskriptif
Kriteria Penilaian
Tujuan
Kriteria Penilaian
peternakan ayam ras petelur dapat dilihat pada Tabel 4.7. Hasil survey menyatakan bahwa 80%
dari responden belum melakukan desinfeksi menyeluruh terhadap orang, peralatan dan material
yang ada dalam kandang, dengan alasan bahwa melakukan penyemprotan dengan desinfektan
biayanya cukup tinggi, sementara saat ini wabah penyakit ayam ras sudah tidak ada lagi.
Penyemprotan dilakukan bila ada wabah berjangkit, misalnya flu burung. Namun jika wabah
mulai berangsur hilang, kegiatan penyemprotan dihentikan. Peternak yang sudah melakukan
kegiatan ini secara rutin 20%, ini adalah peternak skala besar dan
6
melakukan desinfeksi di dalam kandang dan peralatannya secara rutin dan ketat.
Pentingnya biosekuriti
biosekuriti itu perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Dalam jangka
pendek, manfaat atau keuntungan dari penyemprotan ini memang tidak kelihatan secara nyata,
namun dalam jangka panjang akan memberikan manfaat yang relative banyak. Ditambahkan
oleh Drh Andi, biosekuriti dapat bersifat seperti asuransi, dimana manfaatnya diketahui
belakangan. Biosekuriti ini harus dilakukan kepada setiap orang, barang dan peralatan.
Tabel 1 Hasil Kegiatan pelaksanaan Sanitasi
N = 30
No
Kegiatan
: Tidak Pernah
: Sangat Jarang
: Kadang-Kadang
TP
SJ
KK
SL
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
80
20
70
20
63
17
17
70
20
40
33
20
S
SL
: Sering
: Selalu
mobil yang masuk ke lokasi peternakan harus disemprot, ini dilakukan tidak hanya saat kasus
terjadi saja. Sayangnya kondisi biosekuriti sekarang sudah ada
yang kendor,
kalau ada orang masuk peternakan, mereka boleh langsung masuk tanpa
disemprot. Biosekuriti yang dilakukan secara ketat dan kontinyu adalah pada usaha pembibitan
ayam ras petelur atau ayam ras pedaging (breeding farm).
Hasil survey memperlihatkan 70% responden belum melakukan kegiatan
desinfeksi
terhadap kotoran ayam setiap hari dengan alasan melakukan desinfeksi setiap hari biayanya
cukup tinggi,
peternak merasa ini tidak begitu penting untuk dilakukan, hal disebabkan
kurangnya pengetahuan peternak dan menganggap wabah atau penyakit sudah tidak ada lagi.
Peternak yang sudah melakukan desinfeksi terhadap kotoran ayam ras petelur baru 20%, sesuai
juga dengan pendapat Abidin (2003), melakukan desinfeksi kotoran ayam secara rutin setiap
hari. Peternak yang telah melakukan penyemprotan setiap hari adalah peternak yang telah
memiliki usaha dengan skala besar.
Berdasarkan hasil survey diperoleh data bahwa 63% dari responden sudah
melaksanakannya kegiatan pembersihan tempat makan dan minum dilakukan setiap hari, hal ini
sudah cukup disadari oleh peternak dan menurut mereka
dibersihkan, akan menjadi media berkembangnya bibit penyakit, atau juga sisa-sisa makanan
yang terdapat pada tempat pakan akan dimakan oleh tikus, dan tikus ini juga termasuk vektor
pembawa bibit penyakit.
Kegiatan untuk menghindari tercecernya pakan dan melakukan penyapuan di dalam
kandang dan disekelilingnya, data yang diperoleh 70% responden belum melakukan kegiatan
ini. bukanlah sesuatu hal yang penting untuk dilakukan dan
berpengaruh terhadap kesehatan dan produktifitas ayam. Pada dasarnya kegiatan ini sangat
penting dilakukan terutama pada ayam periode grower karena untuk menghindari ayam
memakan bulu-bulu dari ayam yang sakit, hal ini sesuai dengan pendapat (Rahmadi, 2009)
Kegiatan menghindari penumpukan sampah dengan melakukan pembakaran sampah
setiap hari,
baru 20%
yang
berpendapat perlu
dilakukan pembakaran sampah untuk memusnahkan bibit penyakit. Empat puluh persen( 40%)
peternak belum melakukan pembakaran sampah setiap hari karena mereka menganggap itu tidak
begitu penting untuk dilakukan.
Desinfeksi harus dilakukan terhadap semua yang akan masuk ke kandang baik itu petugas
kandang, karyawan, peralatan seperti gerobak, sepatu dan lain sebagainya. Seperti yang
diungkapkan juga oleh praktisi peternakan Drh Andi, bahwa desinfeksi harus menyeluruh, terus
menerus dan tidak boleh hanya pada saat ada kasus saja.
Menurut Lastiati (2011) bahwa salah satu cara penanggulangan penyakit gumboro pada
unggas adalah dengan melakukan perbaikan dalam sanitasi. Hal ini juga diyakini oleh salah
seorang peternak di Kecamatan Harau, Beni Murdani mengatakan bahwa sanitasi (kebersihan)
kandang sangat penting dilakukan untuk menjaga kesehatan ayam dari penularan bibit penyakit.
Pada intinya, kebersihan peralatan, orang dan material yang digunakan dalam melakukan
proses produksi sangat berpengaruh pada kesehatan ayam. Kesehatan ayam akan berpengaruh
pada produktifitas ayam dan produktifitas ayam tentu saja sangat menentukan keberlanjutan
usaha ayam ras petelur ke depannya (Abidin 2003).
Aspek Isolasi
Kegiatan-kegiatan yang mendukung isolasi sebagai hasil penilaian pada usaha peternakan
ayam ras petelur dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No
1
2
3
4
5
Mencegah
masuknya
hewan
peliharaan (anjing dan
kucing)
masuk ke kandang
Mencegah
masuknya
unggas
peliharaan lain (itik, ayam buras,
kalkun, angsa) masuk ke dalam
kandang
Melakukan pembasmian serangga
dan hama tikus.
Menghindari burung liar masuk
kandang
Membuat pagar pembatas permanen.
TP
SJ
KK
SL
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
77
23
47
20
33
13
17
53
17
100
57
43
: Tidak pernah
: Sangat Jarang
: Kadang-kadang
S
Sl
: Sering
: Selalu
Mencegah masuknya hewan peliharaan (anjing dan kucing) masuk ke kandang belum
dapat dilakukan secara baik oleh peternak. Karena sistem perkandangan ayam ras yang dimiliki
peternak belumlah sistem kandang tertutup, sehingga masih terbuka peluang hewan peliharaan
masuk ke dalam kandang. Sebagian peternak ada yang menjadikan anjing sebagai penjaga
kandang. Dari 30 responden, baru 23% responden yang telah melakukan upaya pencegahan
masuknya hewan peliharaan masuk ke dalam kandang. Tujuh puluh tujuh persen responden
belum melakukan, hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran peternak tentang resiko
membiarkan hewan lain berada dalam area kandang.
Untuk kegiatan mencegah masuknya unggas peliharaan lain (itik, ayam buras, kalkun,
angsa) masuk ke dalam kandang, peternak yang sudah melakukan kegiatan ini adalah 33%, ini
sesuai dengan pendapat Abidin (2003) untuk menghindari kontak dengan hewan lain. Empat
10
puluh tujuh persen (47%) responden belum melakukan kegiatan ini karena unggas peliharaan
lain dibiarkan bebas dalam kandang untuk memakan makanan yang jatuh di bawah kandang
ayam ras.
Kegiatan pembasmian serangga dan hama tikus, ternyata didapat hasil responden yang
melakukan secara rutin sekitar 17%, hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2003) bahwa perlu
di cegah adanya serangga dan tikus, diberantas dengan menggunakan insektisida yang sesuai.
Peternak yang membasmi serangga atau hama tikus di saat tertentu saja, memiliki persentase
terbesar yaitu 53%. Pembasmian hama tikus di dalam kandang perlu dilakukan karena tikus
adalah sumber penyakit. Menurut Candra (2005) menyatakan bahwa lingkungan yang bersih
dan sehat merupakan cara ampuh untuk memberantas tikus secara alami. Jika tikus semakin
banyak populasinya di dalam kandang, maka peluang timbulnya penyakit pada ayam ras
petelur juga akan semakin besar . Tikus akan memakan sisa makanan ayam, saat makan tikus
akan mengeluarkan kotoran (berak),
kotoran
tikus
rendah akan pentingnya pagar pembatas tersebut. Peternak yang belum membuat pagar
permanen, membuat pagar kandangnya dengan bambu.
Aspek Pengaturan Lalu Lintas Keluar masuk barang /orang
Kegiatan-kegiatan yang mendukung pengaturan lalu lintas orang, barang dan mobil
masuk ke area usaha peternakan ayam ras petelur dapat dilihat pada tabel 3.
Untuk kegiatan melakukan penyemprotan dengan desinfektan terhadap barang atau
peralatan yang akan masuk area kandang, dari hasil data survey di dapat hasil 20%, hal ini
perkuat oleh pendapat Abidin (2003) bahwa kontak antara bibit pembawa penyakit dengan ayam
ras petelur harus di cegah, dengan cara membatasi kontak dunia luar dengan ayam ras petelur
yang dipelihara. Peternak yang belum melakukan
berpendapat bahwa wabah penyakit sudah tidak kelihatan gejalanya, sedangkan biaya untuk
melakukan penyemprotan memerlukan biaya yang cukup besar.
Kegiatan melakukan penyemprotan dengan desinfektan terhadap kendaraan yang akan
masuk ke dalam areal kandang, hasil yang di dapat 70% peternak belum melakukan. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya kesadaran peternak pentingnya melakukan penyemprotan kendaraan
yang masuk kandang, pada hal bibit penyakit bisa ikut terbawa masuk kandang melalui
kendaraan.
12
Tabel 3 Hasil kegiatan dalam pengaturan Lalu Lintas orang, barang dan mobil
keluar masuk area peternakan
N = 30
No
Kegiatan
TP
SJ
KK
2
3
Melarang
orang
yang
tidak
berkepentingan masuk ke dalam
4
kandang
Sopir, sales atau petugas lainnya
sebaiknya ganti pakaian khusus dan
5
lakukan penyemprotan sebelum masuk
ke area kandang
Sumber : Hasil kuisioner
Keterangan:
TP
SJ
KK
: Tidak Pernah
: Sangat Jarang
: Kadang-Kadang
SL
(%)
67
13
20
70
20
10
30
70
20
43
37
80
10
10
S
SL
: Sering
: Selalu
tersebut. Peternak yang sudah melakukan baru 10%, hal ini sesuai dengan pendapat Abidin
(2003), yang menyatakan melakukan pencelupan atau penyemprotan desinfektan kendaraan yang
masuk kandang. Kegiatan ini baru dilakukan oleh usaha peternakan skala besar dan sudah
memahami pentingnya biosekuriti.
Untuk kegiatan menghindari pinjam meminjam peralatan antar kandang, ini sudah
dilakukan oleh sebahagian besar
peternak
menyadari bahwa meminjam peralatan antar kandang akan mengancam kesehatan ayam, sebab
13
dengan pinjam meminjam peralatan antar kandang dapat terjadinya penularan bibit penyakit
antar kandang.
Melarang orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam kandang, dari hasil survey
dilapangan di dapat data 37% responden melakukan kegiatan ini, hal ini sesuai dengan pendapat
Winarno (2009), tidak membiarkan orang yang tidak berkepentingan masuk kandang. Empat
pulu tiga persen (43%) responden menjawab melakukan sewaktu-waktu atau kadang-kadang
saja yaitu ketika wabah penyakit sedang meluas maka dilakukan pelarangan terhadap yang tidak
berkepentingan masuk ke dalam kandang.
antara ayam
ras dengan orang harus dihindari, agar keselamatan ayam dapat terjaga. Jika
seseorang yang masuk ke dalam kandang sedang flu dapat menular ke ayam, ayam sehat dapat
menjadi sakit.
peternak
melarang dengan ketat orang masuk kandang, namun setelah wabah mereda atau, peternak
longgar lagi melarang orang masuk ke dalam kandang.
Sopir, sales atau petugas lainnya harus mengganti pakaian khusus dan di semprot
sebelum masuk ke area kandang, belum banyak yang melakukan hal ini yaitu baru sebanyak
10%. Peternak yang belum melakukan cukup banyak yaitu sebesar 80%. Peternak yang sudah
melakukan hal ini adalah yang berskala besar dan
biosekuriti yang sudah melakukan penyemprotan kendaraan atau orang yang masuk ke areal
kandang, namun jumlahnya masih sedikit sekali. Peternak yang belum melakukan dengan
alasan wabah sudah tidak ada, sedangkan biayanya cukup mahal.
Peternak ayam ras petelur yang ada di Kecamatan Harau belum sepenuhnya melakukan
biosekuriti terhadap ternak yang mereka miliki. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu ;
1) kesadaran peternak terhadap pentingnya biosekuriti yang masih rendah, 2) skala usaha mereka
14
yang masih belum terlalu besar sehingga biaya untuk melaksanakan biosekuriti dirasakan cukup
mahal. Pada hal biosekuriti tersebut sangat penting bagi kesehatan ayam. Beberapa penyakit
ayam seperti flu burung, gumboro dan penyakit ayam lainnya dapat diantisipasi dengan
penerapan biosekuriti yang baik. Sebagaimana disebutkan oleh
mengantisipasi terhadap resiko penularan penyakit flu burung, dapat dilakukan upaya
pencegahan antara lain : (a) Ayam/ unggas yang positip terserang penyakit AI harus
dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur; (b) Melakukan sanitasi lingkungan kandang
serta hal-hal yang berhubungan dengan usaha peternakan ayam; (c) Membuang kotoran ayam 3
hari sekali ; (d) Kecuali yang berkepentingan, dilarang keluar-masuk lokasi peternakan ayam; (e)
Melakukan vaksinasi pada ayam/ unggas di sekitar lokasi yang terkena penyakit AI, pada jarak
radius 1 kilometer; (f) Memutus rantai awal sumber penularan dengan memusnahkan (stamping
out) pada unggas yang terinfeksi sesuai prosedur.
Informan Kunci Drh Mukmin, seorang konsultan dan praktisi usaha peternak
mengungkapkan bahwa sejak mewabahnya flu burung tahun 2003, di Kabupaten Lima Puluh
Kota ada peningkatan pelaksanaan biosekuriti. Namun setelah
biosekuriti menjadi longgar kembali dan kewaspadaan pun berkurang malahan banyak peternak
terutama yang berskala kecil menganggap keadaan sudah aman dari wabah. Peternak yang tetap
konsisten melaksanakan biosekuriti adalah peternak besar dan yang banyak bersentuhan dengan
teknikal servis perusahaan suplier makanan dan obat-obatan unggas dan peternak yang selalu
mengikuti perkembangan usaha perunggasan baik dari majalah perunggasan maupun mengikuti
seminar-seminar tentang biosekuriti. Peternak yang berorientasi bisnis semata, menganggap
bahwa penerapan biosekuriti
seyogyanya menjadi rutinitas bagi peternak dan dilakukan secara terus menerus karena berguna
untuk menjaga kesehatan dan produktifitas ayam ras petelur dalam jangka panjang.
15
16
Tabel 4. Penentuan Kategori Pengelolaan Lingkungan yang dilakukan oleh peternak ayam
ras petelur di Kecamatan Harau
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nama
Peternak
Bayu
Ahmad Afandi
Syahrial
M.Dt. Gj
Hamdi
Syukrianda
H. Ida Asrul
Yanti Z.
Eti Lubis
Afdal Zikri
Defrianto
Seno
Safri
B. Diantoro
Rinal
Yon Fitri
Darwin
Purwono
Ujang Ramli
Feri
Bujang
Afdila
Syailendra
Hj. Im
Beni Murdani
Eza
Ujang C
H. Yori
H.Yan
Lusi
Total
Aspek
Sanitasi
7
5
9
13
7
19
9
13
7
21
16
5
9
9
11
5
11
5
11
7
13
16
5
7
7
7
18
11
10
12
305
392
Total Skor
Kategori
23
33
27
41
26
41
31
38
29
45
35
31
29
37
37
34
43
37
45
30
38
46
28
32
26
31
50
43
38
38
kurang baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
cukup baik
1062
17
Persepsi masyarakat
pemukiman
Adapun dampak yang ingin dilihat dari keberadaan usaha peternakan ayam petelur pada
pemukiman penduduk meliputi dampak terhadap pendapatan keluarga, perekonomian
masyarakat, penyerapan tenaga kerja, distribusi pendapatan, harga tanah, motivasi berusaha,
pencemaran udara (bau) dan banyaknya lalat. Jawaban responden terhadap kuisioner yang telah
disebarkan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Jawaban responden terhadap indikator penilaian dampak sosial
Indikator
No
N = 120
TS
(%)
KS
(%)
CS
(%)
S
(%)
SS
(%)
47
11
37
45
18
19
18
32
36
17
15
44
43
13
34
39
40
24
23
13
10
15
62
13
24
44
17
7
8
TS
KS
CS
: Tidak Setuju
: Kurang Setuju
: Cukup Setuju
S
SS
: Setuju
: Sangat Setuju
peningkatan pendapatan
kunci
Suwandi
19
menyatakan bahwa usaha peternakan ayam ras petelur masih banyak mendatangkan tenaga kerja
dari luar tempat usahanya. Hal ini disebabkan oleh pengalaman kerja ataupun keterampilan kerja
yang masih rendah. Usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Harau belum menjadi
usaha yang mempengaruhi perekonomian masyarakat karena jumlah populasi ayam yang belum
terlalu banyak dan distributor makanan ayam ras tidak berada di kecamatan ini. Berbeda dari
pendapat Wahyuningtias (2008) pada penelitiannya yang menyatakan bahwa keberadaan usaha
peternakan ayam yang terdapat di Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar, telah memberikan
dampak positif terhadap kehidupan masyarakat di sekitar perusahaan, dimana secara ekonomi
terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Untuk indikator dampak usaha peternakan ayam
penyerapan tenaga kerja, 32% responden menjawab tidak setuju, 36% menyatakan kurang
setuju, 17% menyatakan setuju dan 15% menyatakan sangat setuju.
wawancara dengan responden, bahwa dari 136 orang
peternakan
ayam
Berdasarkan hasil
ras petelur, baru 43 orang tenaga kerja lokal yang dapat terserap. Ini
menunjukan bahwa keberadaan usaha ayam ras petelur belum mengutamakan tenaga kerja
lokal, tetapi didatangkan dari daerah lain. Tenaga kerja lokal yang digunakan sebagian besar
hanyalah tenaga kerja tidak tetap seperti buruh bongkar muat. Hal ini sejalan dengan jawaban
responden untuk indikator peningkatan pendapatan keluarga.
Keberadaan usaha ayam ras petelur belum memberikan dampak positif terhadap
peningkatan penyerapan tenaga kerja. Untuk 30 usaha peternakan yang menjadi responden,
penelitian menyerap tenaga kerja sebanyak 136 orang. Dari jumlah tersebut yang merupakan
tenaga kerja lokal berjumlah 40 orang atau lebih kurang 30% (hasil wawancara). Ini berarti
masih sedikit tenaga kerja lokal yang terserap dari usaha peternakan ayam ras petelur tersebut.
Menurut
Informan kunci Suwandi, menyatakan bahwa pengusaha ternak ayam ras petelur
20
seharusnya memperkerjakan lebih banyak penduduk setempat agar kecemburuan terhadap usaha
peternakan dan pekerja dari luar tidak meningkat.
Dampak usaha ayam ras petelur terhadap adanya kesenjangan distribusi pendapatan di
masyarakat sekitar usaha ayam ras, 44% responden menjawab tidak setuju, 43% menyatakan
kurang setuju, 3% menyatakan setuju dan 9% menyatakan sangat setuju. Hal ini menggambarkan
bahwa belum adanya kesenjangan distribusi pendapatan di masyarakat.
Dampak usaha peternakan ayam ras petelur terhadap kesenjangan distribusi pendapatan
di Kecamatan Harau, responden menyatakan belum terjadi kesenjangan distribusi pendapatan di
masyarakat. Berbeda dengan daerah lain, ayam ras petelur cendrung menyebabkan kesenjangan
pendapatan di masyarakat. Seperti yang terjadi Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar, bahwa
telah terjadi ketidakmerataan peningkatan pendapatan yang menimbulkan kesenjangan distribusi
pendapatan dan disisi lain juga terjadi perubahan pola hidup dalam masyarakat, dimana
masyarakat menjadi lebih konsumtif (Wahyuningtyas, 2008).
Terjadinya kenaikan harga tanah di Kecamatan Harau belum dapat dikatakan sebagai
dampak positif dari keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur. Kenaikan harga tanah
mungkin saja disebabkan oleh berpindahnya Ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota ke Kecamatan
Harau, menjadikan daerah
Kebutuhan lahan meningkat dengan pesat, sehingga harga tanah menjadi melambung.
Untuk dampak usaha ayam ras petelur terhadap motivasi berusaha, 40% responden
menjawab tidak setuju, 24% menjawab kurang setuju, 23% menjawab setuju dan 13% menjawab
sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan usaha ayam ras petelur belum memotivasi
masyarakat untuk memulai usaha baru.
Usaha peternakan ayam ras petelur belum menjadi motivasi bagi masyarakat sekitarnya
untuk melakukan usaha yang sama, karena berusaha dibidang ayam ras perlu keterampilan
21
teknis, jiwa kewirausahaan dan modal yang harus mencukupi. Sedikit sekali masyarakat
sekitarnya yang termotivasi dengan keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur di lingkungan
mereka.
Dampak usaha ayam ras petelur terhadap pencemaran udara (bau), 10% responden
menyatakan tidak setuju, 15% menyatakan kurang setuju, 62% menyatakan setuju dan 13%
menyatakan sangat setuju. Hasil ini menggambarkan bahwa sebahagian besar responden
merasakan pencemaran udara (bau) dari usaha ayam petelur yang berada di pemukiman mereka.
Pencemaran bau merupakan dampak negatif dari usaha peternakan ayam ras petelur di
pemukiman penduduk di Kecamatan Harau.
pencemaran lingkungan di kandang ayam ras petelur ini bertambah dengan adanya beberapa
peternak yang ingin mendapatkan keuntungan lebih dengan memberikan bahan campuran
makanan ayam yang berasal dari ikan yang tidak terjual di pasar dan harganya relatif lebih
murah, pemberian makan cara ini menimbulkan efek bau yang sangat menyengat pada kotoran
ayam.
Untuk dampak usaha ayam ras petelur terhadap banyaknya lalat, 9% responden
menjawab tidak setuju, 6% kurang setuju, 24% menjawab cukup setuju, 44% menjawab setuju
dan 17% menjawab sangat setuju. Hasil ini menggambarkan bahwa usaha ayam ras petelur
mengakibatkan banyaknya lalat bermunculan di sekitar lokasi kandang.
Banyaknya lalat merupakan dampak negatif dari usaha peternakan ayam ras petelur di
pemukiman. Kebiasaan lalat suka mencari tempat-tempat yang berbau busuk menyebabkan
kandang ayam ras petelur banyak dihinggapi lalat untuk berkembang biak. Masyarakat di
sekitar kandang ayam ras merasa terganggu dengan banyaknya lalat yang masuk ke rumah dan
22
hinggap ke makanan yang mereka makan. Menurut masyarakat ribuan lalat yang masuk ke
rumah sangat menggangu dan menyebabkan ketidak nyaman.
Penentuan Kategori Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di
Pemukiman
Dampak sosial usaha peternakan ayam ras petelur terhadap masyarakat yang berada di
sekitar usaha peternakan ayam
ras,
masyarakat terhadap
keberadaan usaha peternakan ayam ras tersebut. Untuk menetapkan kategori tentang persepsi
masyarakat terhadap keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur didasarkan pada total skor
dari jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Setiapa pertanyaan diberi skor 1 sampai dengan 5
dengan menyatakan setuju atau tidak setuju berdasarkan skala Likert, yaitu : Skor 1 untuk
menyatakan tingkatan tidak setuju
Skor 2 untuk menyatakan tingkatan kurang setuju
Skor 3 untuk menyatakan tingkatan cukup setuju
Skor 4 untuk menyatakan tingkatan setuju
Skor 5 untuk menyatakan tingkatan sangat setuju
Skor 1 sampai dengan 5 dimasukkan dalam 8 pertanyaan kemudian dikalkulasikan,
setelah itu dilakukan penentuan kategori yang terdiri dari tiga kategori yaitu baik, netral dan
kurang baik. Kategori baik untuk skor 30-40, netral untuk skor 19-29 dan kurang baik untuk
skor 8- 18.
Penentuan kategori dampak sosial keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur dari
120 responden dapat dilihat pada lampiran 2. Tabel 6 berikut ini menampilkan kategori dampak
sosial keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur di pemukiman.
23
Tabel 6. Kategori dampak sosial keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur pada
pemukiman penduduk di Kec. Harau
No
Skor
Kategori
Jumlah Responden
30-40
Baik
24
20
19-29
Netral
67
56
8-18
Kurang Baik
29
24
tabel di atas dapat dilihat bahwa 56% responden berpendapat netral terhadap
keberadaan usaha ayam ras petelur yang berada dekat pemukiman mereka. Hal ini bisa
disebabkan oleh adanya anggota keluarga mereka yang bekerja pada usaha peternakan tersebut,
walaupun disisi lain mereka juga merasakan dampak bau dan lalat. Disamping itu kepedulian
peternak terhadap masyarakat sekitar dengan cara memberikan santunan (THR, Sosial) juga turut
mengurangi persepsi yang negatif terhadap usaha peternakan tersebut.
Responden yang menilai keberadaan usaha ayam ras petelur dengan kategori baik yaitu
sebanyak 20%, adalah masyarakat yang telah merasakan dampak positif keberadaan usaha
peternakan tersebut namun tidak merasakan dampak negatif berupa bau dan banyaknya lalat.
Dampak positif tersebut dapat berupa peningkatan pendapatan keluarga atau perekonomian
masyarakat secara umum, membuka peluang usaha, atau pun motivasi berusaha/berbisnis.
Masyarakat yang memberikan penilaian kurang baik terhadap keberadaan usaha
peternakan ayam ras petelur sebanyak 24% adalah masyarakat yang merasakan dampak negatif
dari usaha peternakan tersebut..Masyarakat ini merasakan dampak negatif yang lebih besar
dibandingkan dampak positifnya. Pencemaran bau dan banyaknya lalat lebih mereka rasakan
dibandingkan dengan dampak positif berupa peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.
24
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh peternak ayam ras petelur yang berada
pada pemukiman penduduk di Kecamatan Harau sudah tergolong cukup baik (96%
cukup baik, 4% kurang baik). Dari ketiga aspek biosekuriti yang dinilai, aspek sanitasi
memperoleh skor paling rendah diantara aspek lainnya. Sedangkan aspek sanitasi sangat
menentukan dalam pengurangan bau.
2. Keberadaan
terhadap masyarakat sekitarnya. Hal ini terlihat dari hasil jawaban responden yaitu 56%
masyarakat berpendapat netral, 20% baik dan 24% kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktifitas Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Chandra. B, 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Lastiati. A. 2011. Biosekuriti dan Sanitasi Kunci Pengendalian Penyakit Gumboro.
http://www.disnak-jatim.go.id. download 2 Juli 2011
Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Prasetyo, B. dan Lina M.J, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi,
Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Penyusunan Thesis. Alfabeta. Bandung
Wahyuningtyas. E. 2008. Dampak Keberadaan Peternakan Unggas Terhadap Perubahan
Kehidupan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat. di Desa Plosoarang, Kecamatan
Sanankulon, Kabupaten Blitar.
Winarno, 2009. Mengantisipasi Penyakit Flu Burung. http://www.deptan.go.id. Download 4
juli 2011
25