A. Bab I2
1. Pendahuluan
A. Ringkasan Cerita...2
B. Permasalahan.3
C. Asumsi...3
D. Landasan Teori..3
1. Pendekatan Sastra
a. Metode Perwatakan (metode karakterisasi).3
b. Konsep Tema...4
2. Pendekatan Psikologi Sastra
a. Konsep Alkoholisme4
b. Konsep Kebencian...6
c. Konsep Kecemasan..6
B. Bab II...7
1. Telaah Perwatakan melalui pendekatan sastra..7
a. Penyayang7
b. Mudah marah dan kejam..8
c. Manipulatif..10
2. Telaah Perwatakan melalui pendekatan psikologi11
a. Alkoholisme11
b. Kebencian...12
c. Kecemasan..15
C. Daftar Pustaka.17
BAB I
Pendahuluan
A. Ringkasan Cerita
The Black Cat menceritakan tokoh Aku seseorang yang merupakan penyayang
binatang. Dia merasakan kenyamanan dengan binatang dikarenakan pergaulan sesama
manusia yang tidak memuaskannya. Ia menikah di usia muda dan istrinya pun akrab
dengan binatang, binatang peliharaan favoritnya baginya adalah kucing hitam bernama
Pluto. Seiring berjalannya waktu kondisi mentalnya mulai tidak stabil karena sering
mabuk-mabukan. Akibatnya dia sempat melampiaskan kemarahannya pada istri dan
binatang-binatangnya. Pluto pun juga jadi sasaran setelah sekian lama dia mencoba
menahan amarahnya. Sampai akhirnya Pluto diangkat dan dicekik lehernya kemudian
dicongkel matanya serta digantungnya di pohon.
Setelah membunuh kucing itu, rumahnya mengalami kebakaran namun ada satu
dinding yang tidak terbakar dan menurutnya ada ukiran yang mirip Pluto. Setelah itu dia
selalu dihantui oleh sosok Pluto. Suatu saat di Bar dia melihat kucing mirip Pluto dan
langsung mengambilnya. Diapun memperlakukan dengan penuh kasih sayang layaknya
Pluto dulu. Ia melakukannya untuk menebus rasa bersalahnya atas pembunuhan Pluto.
Namun lama kelamaan dia merasa benci terhadap kucing itu sampai suatu saat dia ingin
membunuh kucing itu dengan kapak. Malangnya istrinya mencoba
menghalangi
perbuatannya tersebut sehingga diapun tak terkontrol sampai akhirnya kapak tersebut
tertancap di kepala istrinya. Diapun menyimpan mayat istrinya di dalam dinding yang
kemudian dilapisinya lagi dengan bata sehingga tertutup dan berbentuk sama seperti
dinding. Namun dia masih heran di mana Pluto berada. Polisipun datang untuk sekedar
bertanya keberadaan istrinya, karena para tetangga juga telah melakukan pencarian. Dia
bisa menyembunyikan pembunuhan ini sampai akhirnya dia mendengar tangisan dari
lapisan dinding dan akhirnya mengakui perbuatannya. Kucing hitam mirip Pluto berada
di atas mayat istrinya.
B. Permasalahan
Tokoh Aku seorang penyayang binatang yang tinggal bersama istrinya
memelihara seekor kucing hitam bernama Pluto. Saat pulang dalam kondisi mabuk ia
merasa benci dengan kucingnya tersebut hingga akhirnya menggantungnya di pohon
hingga tewas. Saat menemukan kucing lain ia merasa dihantui akan perbuatannya dahulu
dan bertekad untuk mebunuh kucing tersbut namun saat ia melemparkan kapaknya sang
istri yang terkena dan akhirnya tewas. Ia menyembunyikan jasad istrinya tersebut di
dinding rumahnya.
C. Asumsi
Asumsi saya alkoholisme ini mengakibatkan kebencian dan kecemasan.
D. Landasan Teori
1. Pendekatan Sastra
a. Metode Perwatakan
Sudut Pandang merupakan suatu metode narasi yang menentukan posisi
dari mana ceritera disampaikan (Pickering dan Hoeper, 1981:44). Sudut pandang
pada dasarnya merupakan strategi, teknik,siasat yang sengaja dipilih pengarang
untuk mengungkapkan gagasan dan ceriteranya untuk menampilkan pandangan
hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan yang semua ini disalurkan melalui
sudut pandang tokoh.
Perwatakan adalah kualitas nalar dan perasaan para tokoh di dalam suatu
karya fiksi yang dapat mencakup tidak saja tingkah laku atau tabiat dan
kebiasaan, tetapi juga penmpilan. Untuk menganalisis perwatakan, sudut pandang
dengan berbagai teknik pencerita dapat digunakan oleh pengarang dengan
menampilkan pencerita atau narator.1
Sudut pandang pertama aku terdiri atas :aku tokoh utama atau First-person
participant yaitu pencerita yang ikut berperan sebagai tokoh utama, melaporkan
ceritera dari sudut pandang aku atau I dan menjadi fokus ceritera.Teknik
pencerita akuan sertaan digunakan bila pencerita berlakuan sebagai tokoh yang
terlibat langsung dengan kejadian-kejadian dalam cerita. Bila pencerita akuan
sertaan menggunakan aku sebagai tokoh utama, ia menceritakan segalagalanya mengenai dirinya,pengalaman, pandangan, keyakinan, dan lain lain.
b. Konsep Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal,
salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai
sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema
apa yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen,puisi,novel,karya tulis, dan berbagai
macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti
sebuah rumah, tema adalah fondasinya. Tema juga hal yang paling utama dilihat
1 Minderop, Albertine, Psikologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013 halaman 81
3
oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan
nilai lebih pada tulisan tersebut.
Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang
dalam sesebuah karya kesusteraan seperti cerpen atau novel. Biasanya tema
diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu yang terdiri dari pada objek, peristiwa
kejadian dan sebagainya.2
2. Pendekatan Psikologi Sastra
a. Konsep Alkoholisme
Alkoholisme didefinisikan sebagai penyakit degeneratif progresif akibat
konsumsi alkohol berkepanjangan dan berlebihan yang berakibat pada kecanduan
dan rusaknya kesehatan secara umum. Sering kali orang tidak menyadari bahwa
apa yang dimulai sebagai kebiasaan minum alkohol bersama teman untuk acara
sosial berubah menjadi kecanduan parah yang mengakibatkan efek buruk pada
kesehatan fisik dan psikologis
Pada
tahap
pertama
seseorang
mulai
meminum
alkohol
untuk
http://www.amazine.co/18982/apa-itu-alkoholisme-4-tahap-alkoholisme-gejalanya/
4 Minderop, Albertine, Psikologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013 halaman 44
BAB II
Alkoholisme Mengakibatkan Kebencian dan Kecemasan
A. Telaah Perwatakan Melalui Pendekatan Sastra
Perwatakan adalah kualitas nalar dan perasaan para tokoh di dalam suatu karya fiksi yang
dapat mencakup tidak saja tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan,tetapi juga penampilan.
Untuk menganalisis perwatakan, sudut pandang dengan berbagai teknik pencerita dapat
digunakan oleh pengarang dengan menampilkan pencerita atau narrator.
Melalui sudut pandang akuan sertaan saya mentelaah perwatakan tokoh pada
cerita The Black Cat karya Edgar Allan Poe. Sudut pandang akuan sertaan adalah
narrator yang berlakuan sebagai tokoh yang terlibat langsung dengan kejadian-kejadian
dalam cerita, cerita disampaikan oleh seorang tokoh dengan menggunakan atau menyebut
dirinya aku. Narator menceritakan segala galanya mengenai dirinya, pengalaman,
pandangan, keyakinan, dan lain-lain. Nuansanya lebih subjektif dan pembaca seakanakan dibawa oleh si pencerita mengikuti apa yang dialaminya dan apa yang diyakininya. 6
5 Minderop, Albertine, Psikologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013 halaman 28
6
Pada cerita The Black Cat, perwatakan yang saya dapat dari tokoh Aku, antara
lain:
a. Penyayang
Rasa kasih sayang adalah rasa yang timbul dalam diri hati yang tulus untuk
mencintai, menyayangi, serta memberikan kebahagian kepada orang lain , atau siapapun
yang dicintainya. Kasih sayang diungkapkan bukan hanya kepada kekasih tetapi kasih
kepada Tuhan, orang tua, keluarga, teman, serta makhluk lain yang hidup di bumi ini.
6
Tokoh Narator dalam cerita ini merupakan seorang penyayang binatang sejak ia masih
6 http://desispectryani.blogspot.com/2012/04/arti-kasih-sayang-dalam-hidup.html
7
Marah adalah gejolak emosi yang diungkapkan dengan perbuatan atau ekspresi
untuk memperoleh kepuasan. Marah merupakan reaksi terhadap sesuatu hambatan yang
menyebabkan gagalnya suatu usaha atau perbuatan, biasanya bersamaan dengan berbagai
ekspresi perilaku. Marah merupakan pernyataan agresif, perilakunya mengganggu orang
yang dimarahi bahkan orang-orang disekitarnya.7 Tokoh Aku memiliki karakter mudah
marah yang disebabkan oleh kebiasaannya yang sering mabuk mabukan. Ia bahkan tak
segan untuk menyakiti istrinya dan binatang-binatang peliharaannya.
for several years, during which my general temperament and character -- through
instrumentality of the Fiend Intemperance -- had (I blush to confess it) experienced a
radical alteration for the worse. I grew, day by day, more moody, more irritable, more
regardless of the feelings of others. I suffered myself to use intemperate language to my
wife. At length, I even offered her personal viol.ence. My pets, of course, were made to
feel the change in my disposition. I not only neglected, but ill-used them.
Ia bahkan menyiksa Pluto, kucing kesayangannya, sebelum akhirnya
membunuhnya.
I took from my waistcoat-pocket a pen-knife, opened it, grasped the poor beast by
the throat, and deliberately cut one of its eyes from the socket ! I blush, I burn, I shudder,
while I pen the damnable atrocity.
One morning, in cool blood, I slipped a noose about its neck and hung it to the limb of a
tree.
Pluto bukanlah satu satunya yang menjadi korban,kucing misterius yang ia
temukan pun kembali disiksanya.
like Pluto, it also had been deprived of one of its eyes.
Dan karena tekanan yang dialaminya atas pembunuhan Pluto ia melampiaskan
amarahnya terhadap istrinya.
http://www.referensimakalah.com/2013/06/pengertian-marah.html
The moodiness of my usual temper increased to hatred of all things and of all
mankind; while, from the sudden, frequent, and ungovernable outbursts of a fury to
which I now blindly abandoned myself, my uncomplaining wife, alas! was the most usual
and the most patient of sufferers.
Akhirnya istrinya menjadi korban akan sifat amarahnya, saat ia berusaha untuk
membunuh kucing misterius yang membuatnya gelisah , istrinya berusaha mencegahnya
namun naas justru sang istrilah yang terkena kapak yang dilemparnya.
But this blow was arrested by the hand of my wife. Goaded, by the interference,
into a more than demoniacal, I withdrew my arm from her grasp and buried the axe in
her brain. She fell dead upon the spot, without a groan.
c. Berperilaku Manipulatif
Manipulasi merujuk pada percobaan untuk mempengaruhi perilaku atau tindakan
seseorang secara tidak langsung. Sebagai manusia, perasaan kita seringkali mengaburkan
penilaian kita, sehingga kita kesulitan untuk melihat kenyataan di balik agenda atau motif
tersembunyi dalam berbagai bentuk perilaku.8 Tokoh Aku merupakan sosok yang
pandai bermanipulasi, ia bertindak seolah olah menyesali perbuatan kasar dan
pembunuhan yang telah ia lakukan padahal kenyataannya tidak. Rasa penyesalannya
tersebut hanyalah sebuah motif untuk menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya.Ia
secara tidak langsung telah berbohong untuk menutupi kesalahannya. Pada awalnya ia
seolah olah menyesal telah membunuh Pluto dan binatangnya yang lain.
I went so far as to regret the loss of the animal, and to look about me, among the
vile haunts which I now habitually frequented, for another pet of the same species, and of
somewhat similar appearance, with which to supply its place.
http://id.wikihow.com/Mengenali-Perilaku-Manipulatif
Namun, dari kesemuanya itu yang menjadi titik perhatian adalah bahwa Alkoholisme
adalah sebuah penyakit yang mempengaruhi bukan hanya korban tetapi seluruh
keluarga.9
. during which my general temperament and character -- through the
instrumentality of the Fiend Intemperance -- had (I blush to confess it) experienced a
radical alteration for the worse.
Tokoh Aku menggunakan alkohol sebagai upaya untuk melarikan diri dari
permasalahan hidupnya. Alkohol adalah upaya proses tidak sadar yang melindungi
dirinya dari kecemasan melalui pemutarbalikkan kenyataan. Seperti telah disebutkan
di atas bahwa alkholisme dibagi menjadi beberapa tahap. Tokoh Aku sendiri telah
memasuki tahap kronis dimana ketergantungannya akan alcohol telah membuatnya
berperilaku menjadi negatif, mengalami ketakutan yang tak bisa dijelaskan,
gangguan berpikir, halusinasi, kematian rasa. Ia menjadi tempramen dan tak segan
berbuat kasar bahkan membunuh istri dan binatang peliharaannya. Setiap malam ia
selalu pulang dalam keadaan mabuk.
One night, returning home, much intoxicated, from one of my haunts about
town, I fancied that the cat avoided my presence. I seized him; when, in his fright at
my violence, he inflicted a slight wound upon my hand with his teeth. The fury of a
demon instantly possessed me. I knew myself no longer. My original soul seemed, at
once, to take its flight from my body; and a more than fiendish malevolence, ginnurtured, thrilled every fibre of my frame.
day by day, more moody, more irritable, more regardless of the feelings of others.
I suffered myself to use intemperate language to my wife. At length, I even offered her
personal violence. My pets, I grew of course, were made to feel the change in my
disposition. I not only neglected, but ill-used them.
Setelah melakukan perbuatan kejam kepada Pluto ia pun kembali meminum
alkohol yang diyakininya dapat menenangkan pikirannya.
9
http://www.amazine.co/18982/apa-itu-alkoholisme-4-tahap-alkoholisme-gejalanya/
11
I again plunged into excess, and soon drowned in wine all memory of the deed.
http://drhasto.blogspot.com/2011/09/kebencian.html
12
Saat muncul kucing lain yang serupa dengan Pluto ia pun berusaha untuk
menghabisinya karena kebenciannya terhadap Pluto. Ia merasa dihantui dan tidak
nyaman akan hal tersebut.
Uplifting an axe, and forgetting, in my wrath, the childish dread which had
hitherto stayed my hand, I aimed a blow at the animal which, of course, would have
proved instantly fatal had it descended as I wished.
Tokoh Aku menemukan kucing lain yang serupa dengan Pluto. Pada
awalnya ia merasa senang namun entah mengapa rasa benci itu muncul kembali,ia
bahkan merasa jijik. Ia melakukan hal sama seperti yang dilakukannya dahulu kepada
Pluto.
For my own part, I soon found a dislike to it arising within me. This was just
the reverse of what I had anticipated; but -- I know not how or why it was -- its
evident fondness for myself rather disgusted and annoyed. By slow degrees, these
feelings of disgust and annoyance rose into the bitterness of hatred. I avoided the
creature; a certain sense of shame, and the remembrance of my former deed of
cruelty, preventing me from physically abusing it.
What added, no doubt, to my hatred of the beast, was the discovery, on the
morning after I brought it home, that, like Pluto, it also had been deprived of one of
its eyes.
Semakin hari ia merasa ketakutan dengan kucing yang menghantuinya
tersebut Di bawah tekanan siksaan yang tak kunjung berhenti ini membuat
ketidakstabilan hati dan jiwanya semakin parah menjadi kebencian pada semua hal
dan semua orang dan istrinya lahyang menjadi korban utama pelampiasan amarahnya.
Evil thoughts became my sole intimates -- the darkest and most evil of
thoughts. The moodiness of my usual temper increased to hatred of all things and of
all mankind;
Hal lain yang penting sesungguhnya kebenciannya kepada Pluto dan binatang
lainnya adalah bentuk pelarian dari kebenciannya terhadap diri sendiri. Fromn
13
http://psikologi-bidar-rio-ps11.blogspot.com/2012/12/teori-kecemasan.html
14
once
--
by
absolute dread of
the
beast.
This dread was not exactly a dread of physical evil -- and yet I should be at a loss
how otherwise to define it. I am almost ashamed to own -- yes, even in this felon's
cell, I am almost ashamed to own -- that the terror and horror with which the animal
inspired me, had been heightened by one of the merest chimras it would be possible
to conceive
Selain ketakutannya pada
merasa dihantui oleh Pluto, ia merasa gelisah dan selalu terpikirkan Pluto. Kucing
misterius itu pun selalu menghantui melalui mimpi mimpi buruknya
And a brute beast -- whose fellow I had contemptuously destroyed -- a brute
beast to work out for me -- for me a man, fashioned in the image of the High God -so much of insufferable wo! Alas! neither by day nor by night knew I the blessing of
Rest any more! During the former the creature left me no moment alone; and, in the
latter,
Karena tidak tahan lagi dengan rasa gelisah dan cemas yang menghantuinya ia
pun berusaha membunuhnya..Tokoh Aku tidak dapat membendung lagi rasa
gelisahnya.
The cat followed me down the steep stairs, and, nearly throwing me headlong,
exasperated me to madness. Uplifting an axe, and forgetting, in my wrath, the
childish dread which had hitherto stayed my hand, I aimed a blow at the animal
which, of course, would have proved instantly fatal had it descended as I wished.
15
Daftar Pustaka
16