Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus Dengue dan terutama menyerang anak- anak dengan ciri- ciri demam tinggi mendadak dengan
manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock dan kematian. Penyakit ini ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan. Ditinjau dari penyebaran kasusnya, distribusi
DBD semakin meluas pada wilayah kecamatan perifer, khususnya pada daerah industri dan
pemukiman baru seiring dengan semakin tingginya mobilitas di kawasan tersebut.
Menurut Dirjen P2PL, sejak Januari Oktober 2009, Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menelan
1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak 121.423 orang (CFR: 0,83). Jumlah ini meningkat
dibandingkan periode tahun 2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus (CFR: 0,81).
Surveilans adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi dan diseminasi yang
bersifat terus menerus dan sistematik untuk mengatasi masalah-masalah yang ada. Surveilans
epidemiologi merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam mengatasi, mengendalikan serta
menanggulangi penyebaran penyakit menular, seperti halnya pada penyakit DBD. Sistem surveilans
penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di Puskesmas meliputi kegiatan pencatatan,
pengolahan dan penyajian data penderita DBD.
Tujuan dari pelaksanaan surveilans antara lain :
Program surveilans epidemiologi DBD meliputi surveilans penyakit yang dilakukan dengan cara
meminta laporan kasus dari rumah sakit dan sarana kesehatan serta surveilans vektor yang dilakukan
dengan melakukan penelitian epidemiologi di daerah yang terjangkit DBD. Pelaksanaan surveilans
epidemiologi vektor DBD untuk deteksi dini biasanya dilakukan penelitian di tempat-tempat umum;
sarana air bersih; pemukiman dan lingkungan perumahan; dan limbah industri, RS serta kegiatan lain.
Kegiatan di atas dilakukan oleh petugas kesehatan, juru pemantau jentik dan tim pemberantasan
nyamuk di sekolah dan masyarakat. Sebagai indikator keberhasilan program tersebut adalah Angka
Bebas Jentik (ABJ). Surveilans epidemiologi penyakit DBD memegang peranan penting dalam upaya
memutus mata rantai penyakit DBD. Namun, pada kenyataanya belum berjalan dengan baik
disebabkan karena faktor eksternal dan internal, misalnya petugas puskesmas tidak menjalankan tugas
dengan sebagaimana mestinya dalam melakukan Pemantauan Jentik Berkala (PJB).
Berdasarkan surveilans epidemiologi DBD yang telah dilakukan peningkatan dan penyebaran jumlah
kejadian penyakit DBD ada kaitannya dengan beberapa hal berikut:
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
formulir STP.PUS.KAB pada (terlampir form 7), formulir STP.RS.KAB pada (terlampir form 8a dan
8b) dan formulir STP.LAB.1 & 2 KAB pada (terlampir form 9a & 9b) dengan menggunakan email,
faksimili, jasa pengiriman atau kurir.
e. Peran Dinas Kesehatan Propinsi (STP Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium)
(1). Pengumpulan dan Pengolahan Data Unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi mengumpulkan dan
mengolah data STP Puskemas (STP.PUS.KAB), Rumah Sakit (STP.RS.KAB) dan Laboratoium
(STP.LAB.KAB) yang diterima dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pengumpulan dan pengolahan
data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjutserta distribusi data.
(2). Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut Unit surveilans Dinas KesehatanPropinsi
melaksanakan analisis bulanan penyakit potensial KLB didaerahnya dalam bentuk tabel menurut
kabupaten/kota dan grafik kecenderungan penyakit bulanan, kemudian menginformasikan hasilnya ke
program terkait di lingkungan Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di
daerahnya, serta Dinas Kesehatan Propinsi daerah berbatasan, sebagai pelaksanaan sistem
kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di daerahnya. Unit surveilans Dinas KesehatanPropinsi
melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakitdan menghubungkannya dengan faktor risiko,
perubahan lingkungan serta perencanaan dan keberhasilan program. Dinas Kesehatan Propinsi
memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahanperencanaan Dinas Kesehatan Propinsi,
informasi program terkait, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Ditjen PPM&PL Depkes, Pusat-pusat
penelitian, Pusat-pusat kajian dan perguruan tinggi serta lintas sektor terkait di daerahnya.
(3). Umpan Balik Dinas Kesehatan Propinsi memberikan umpan balik bulanan berbentuk absensi
laporan dan permintaan perbaikan data ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di daerahnya .
(4). Distribusi Data Setiap bulan Dinas Kesehatan Propinsi mengirimkan data STP Puskesmas, Rumah
Sakit dan Laboratorium menurut Kabupaten/Kota dalam bentuk file komputerberbasis data ke Ditjen
PPM&PL Depkes dengan jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir STP.PUS.KAB pada
(terlampir form 7), formulir STP.RS.KAB pada (terlampir form 8), dan formulir STP.LAB.1 & 2 KAB
pada (terlampir form 9a & 9b) dengan menggunakan email, atau disket melalui jasa pengiriman.
f. Peran Direktorat Jenderal PPM&PL Departemen Kesehatan (STP Puskesmas, Rumah Sakit dan
Laboratorium)
(1). Pengumpulan dan Pengolahan Data Unit surveilans Ditjen PPM&PL Depkes mengumpulkan dan
mengolah data STP Puskemas, Rumah Sakit dan Laboratorium yang diterima dari Dinas Kesehatan
Propinsi dalam bentuk file komputer. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk
bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.
(2). Analisis serta Rekomendasi Tindak LanjutUnit surveilans Ditjen PPM&PL Depkes melaksanakan
analisis bulanan perkembangan penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel penyakit
menurut propinsi dan grafik kecenderungan penyakit potensial KLB nasional, kemudian
menginformasikan hasilnya ke program terkait di Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,
dan sektor terkait. Unit surveilans Ditjen PPM&PL Depkes melaksanakan analisis tahunan
perkembangan penyakitdan menghubungkan dengan faktor risiko, perubahan lingkungan serta
perencanaan dan keberhasilan program. Ditjen PPM&PL Depkes memanfaatkan hasilnya sebagai
profil tahunan, bahan perencanaan di Departemen Kesehatan serta informasi sektor terkait.
(3). Umpan Balik Ditjen PPM&PL Depkes memberikan umpan balik bulanan berbentuk absensi
laporan dan permintaan perbaikan data ke Dinas Kesehatan Propinsi.
(4). Distribusi Data Setiap bulan mendistribusikan dataSTP Puskemas, Rumah Sakit dan
Laboratorium seluruh Indonesia dalam bentuk file komputer berbasis data ke Dinas Kesehatan
Propinsi dan program terkait 18menurut Propinsi dengan menggunakan email, atau jasa pengiriman.
Metode: Studi deskriptif-kualitatif dengan pendekatan action research. Informasi didapatkan melalui
telaah dokumen, pengamatan, dan wawancara mendalam. Unit analisis penelitian adalah Seksi
Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Samarinda. Langkah action research dimulai dari
investigasi sistem surveilans yang ada, mengidentifikasi masalah dan analisis kebutuhan, membuat
prototipe, uji coba prototipe dan implementasi.
Hasil: Sistem surveilans DBD saat ini tidak berjalan dengan baik seperti proses pengolahan data yang
berulang, datanya tidak akurat, pelaporan terlambat yang mengakibatkan sulitnya pengendalian DBD
Di Kota Samarinda. Pembuatan prototipe dirumuskan bersama-sama oleh peneliti dan partisipan
menjadi suatu aplikasi sistem informasi surveilans DBD (SIS-DBD). SIS-DBD menghasilkan bentuk
laporan dan analisis DBD secara otomatis berdasarkan karakteristik orang, tempat dan waktu.
Prototipe ini mampu mengurangi duplikasi pekerjaan, kecepatan pengolahan dan analisis data, akurasi
dan kelengkapan data yang lebih baik.
Kesimpulan: SIS-DBD berbasis komputer dapat mengatasi masalah sistem pencatatan, pengolahan
dan analisis data DBD selama ini melalui penyediaan informasi DBD yang cepat dan akurat sesuai
kebutuhan, sehingga dapat mendukung fungsi sistem kewaspadaan dini dan pengendalian DBD di
Kota Samarinda.