Cairan Amnion
Cairan Amnion
kontraksi uterus. Selama selaput ketuban masih utuh, bayi akan terlindung dari infeksi dan
sebagian anoksia dan fetal distres yang bisa terjadi selama kontraksi hipertonik. Amniotomi rutin
selama persalinan normal tidak memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi. Tinjauan studi
tentang prosedur amniotomi rutin yang dilakukan menunjukkan tidak ada fase pemendekan pada
proses persalinan, justru terjadi peningkatan kemungkinan persalinan dengan operasi caesar.
Marilah kita simak penjelasan tentang amnitomi!
Pengertian Amniotomi
Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian
akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga
amnion.
Indikasi Amniotomi
1. Jika ketuban belum pecah dan pembukaan lengkap.
2. Akselerasi persalinan.
3. Persalinan pervaginam menggunakan instrumen.
4. Pada kasus solusio plasenta.
Keuntungan Amniotomi
1. Melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium.
2. Menentukan punctum maksimum denyut jantung janin (DJJ) akan lebih jelas.
3. Mempermudah perekaman pada saat pemantauan janin.
4. Mempercepat proses persalinan.
Kerugian Amniotomi
1. Timbul trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala.
2. Menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang.
Prosedur Amniotomi
Berikut adalah prosedur amniotomi:
Content/Isi
1. Mendengarkan denyut jantung janin (DJJ).
2. Melakukan pemeriksaan dalam di antara kontraksi dan raba secara hati-hati selaput
ketuban untuk memastikan kepala telah masuk panggul dan tidak teraba tali pusat/bagianbagian janin. Catatan: pemeriksaan dalam lebih nyaman dilakukan di antara kontraksi,
kecuali jika selaput ketuban tidak teraba.
3. Menggunakan tangan yang lain, menempatkan setengah kocher ke dalam vagina dan
memandu dengan jari tangan.
4. Memegang ujung klem di antara ujung jari, menggerakkan jari dengan lembut dan
menyobek kulit ketuban sampai pecah. Membiarkan air ketuban membasahi jari tangan.
5. Menggunakan tangan yang lain untuk mengambil setengah kocher dan meletakkan ke
dalam larutan klorin.
6. Tangan yang satu tetap berada di dalam vagina tetap untuk mengetahui penurunan kepala
dan memastikan tali pusat/bagian-bagian kecil teraba.
7. Mengeluarkan tangan secara lembut dari dalam vagina (setelah diketahui penurunan
kepala dan tidak ada tali pusat/bagian janin lain).
8. Melakukan evaluasi warna ketuban, adakah mekonium atau darah.
9. Memeriksa ulang denyut jantung janin (DJJ).
Teknik
1. Meletakkan alat secara ergonomis.
2. Menjaga privasi pasien.
3. Melaksanakan tindakan secara sistematis, efektif dan efisien.
Referensi
Depkes RI. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Hlm: 167.
Midwife Magazine. Amniotomy to do or not to do?. rcm.org.uk/midwives/features/amniotomyto-do-or-not-to-do/ diunduh 23 Oktober 2013 pukul 03.20 WIB
Pusdiknakes. 2003. Buku 3 Asuhan Intrapartum. Jakarta. Hlm: 70-72.
Smyth RMD, Markham C, Dowswell T. 2013. Amniotomy For Shortening Spontaneous Labour.
Summaries.cochrane.org/CD006167/amniotomy-for-shortening-spontaneous-labour diunduh 23
Oktober 2013 pukul 03.27 WIB
Sulistyawati, A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. Hlm:
123.
Amniotomi
a. Pengertian
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan
adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).
b. Indikasi amniotomi
Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007) dan Sumarah (2008):
1) Pembukaan lengkap
2) Pada kasus solution placenta
3) Akselerasi persalinan
4) Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
c. Keuntungan tindakan amniotomi
1) Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium
2) Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas
3) Mempermudah perekaman pada saat pemantauan janin
4) Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan serviks.
d. Kerugian tindakan amniotomi
1) Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang
kepala akibat dari tekanan deferensial meningkat
2) Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang.
e. Cara melakukan amniotomi menurut Sarwono (2006) :
1) Persiapan alat:
a) Bengkok.
b) Setengah kocker.
c) Sarung tangan satu pasang.
d) Kapas saflon %.
2) Persiapan pasien:
a) Posisi dorsal rekumbent.
3) Persiapan pelaksanaan:
a) Memberitahu tindakan.
b) Mendekatkan Alat.
c) Memeriksakan DJJ dan mencatat pada partograf.
d) Cuci tangan dan keringkan.
e) Memakai sarung tangan pada dua tangan.
f) Melakukan periksa dalam dengan hati-hati diantara kontraksi. Meraba dengan hati-hati selaput
ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah masuk kedalam panggul dan memeriksa tali
pusat atau bagian-bagian tubuh kecil janin tidak dipalpasi. Bila selaput ketuban tidak teraba
diantara kontraksi, tunggu sampai ada kontraksi berikutnya sehingga selaput ketuban terdorong
kedepan sehingga mudah dipalpasi.
g) Tangan kiri mengambil klem kocker yang telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dalam
mengambilnya mudah.
h) Dengan menggunakan tangan kiri tempatkan klem kocker desinfeksi tingkat tinggi atau steril
dimasukkan kedalam vagina menelusuri jari tangan kanan yang yang berada didalam vagina
sampai mencapai selaput ketuban.
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
r)
s)
t)
Pegang ujung klem kocker diantara ujung jari tangan kanan pemeriksa kemudian
menggerakkan jari dengan menggerakkan jari dengan lembut dan memecahkan selaput
ketuban dengan cara menggosokkan klem kocker secara lembut pada selaput ketuban.
Kadang-kadang hal ini lebih mudah dikerjakan diantara kontraksi pada saat selaput ketuban
tidak tegang. Tujuannya adalah ketika selaput ketuban dipecah air ketuban tidak nyemprot.
Biarkan air ketuban membasahi jari pemeriksa.
Ambil klem kocker dengan menggunakan tangan kiri dan masukkan ke dalam larutan klorin
% untuk dekontaminasi.
Jari tangan kanan pemeriksa tetap berada di dalam vagina melakukan pemeriksaan adakah tali
pusat atau bagian kecil janin yang teraba dan memeriksa penurunan kepala janin.
Bila hasil pemeriksaan tidak didapatkan adanya tali pusat atau bagian-bagian tubuh janin yang
kecil dan hasil pemeriksaan penurunan kepala sudah didapatkan, maka keluarkan tangan
pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakah mekonium, darah, apakah jernih.
Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila terdapat mekonium atau darah.
Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin %
kemudian lepaskan sarung tangan kedalam larutan klorin % kemudian lepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbaik dan biarkan terendam selama 10 menit.
Cuci tangan.
Periksa DJJ.
Lakukan dokumentasi pada partograf tentang warna ketuban, kapan pecahnya ketuban, dan
DJJ
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban
masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan
bertambah cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion,
dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure
catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan
menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala janin harus tetap berada di serviks dan
tidak dikeluarkan dari panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan
menyebabkan prolaps tali pusat. Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan
terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang
melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu
dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara
spontan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan permasalahannya
yaitu "Bagaimana Teknik Pelaksanaan Amniotomi pada Ibu Bersalin.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari materi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
Amniotomi pada ibu bersalin.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan
dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Tindakan ini
umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar penyelesaian proses
persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi
dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi
demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas
panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan.
B.
1. Utuh (U)
Membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi
tidak memberikan informasi tentang kondisi
2. Jernih (J)
Membran pecah dan tidak ada anoksia
3. Mekonium (M)
Cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis
pada bayi
4. Darah (D)
Cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh
darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
5. Kering (K),
Kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau
postmaturitas janin.
C.
a.
b.
c.
d.
Jenis-jenis Amniotomi
Ada 2 jenis amniotomi, yaitu:
1.
dari
induksi
persalinan,
besar
kemungkinan
bahwa
amniotomi
akan
E.
1.
2.
Indikasi Amniotomi
Induksi persalinan
Persalinan dengan tindakan
3.
4.
5.
memuaskan
Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka
a.
b.
c.
> 4 cm.
Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal.
F.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
G.
1.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Persiapan Alat
Persiapan ibu dan keluarga
Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
Perawatan sayang ibu
Pengosongan kandung kemih per 2 jam
Pemberian dorongan psikologis
Persiapan penolong persalinan
Perlengkapan pakaian
Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
Persiapan peralatan
Ruangan
Penerangan
Tempat tidur
Handscoon
Klem setengah kocher
Bengkok
Larutan klorin 0.5%
Pengalas
Bak instrument
H.
Teknik Amniotomi
Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera).
Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan
kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung
tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati-hati. Setelah kedua jari
berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga
dan
merobek
selaput
ketuban
1-2
cm
hingga
pecah
(dengan
menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam, steril, diasukkan kekanalis
8.
9.
10.
air ketuban
yang bercampur
presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress). Diduga ini sebagai
hasil relaksasi spingter real dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis.
Faktor-faktor
etiologisnya
meliputi
lilitan
tali
pusat,
partus
lama,
toxemia
12.
13.
14.
I.
1.
a.
dapat
diletakkaan
langsung
ke
atas
kulit
kepala
janin,
yang
c.
d.
e.
f.
g.
2.
a.
b.
c.
Beberapa penolong telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah
dilakukannya amniotomi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat
pembukaan
sudah
lengkap.
Amniotomi
artifisialisis
dilakukan
dengan
cara
memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan (fore water) maupun dibagian
belakang (hind water) dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter). Tindakan
amniotomi perlu dilakukan apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi.
Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan
pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia
dalam rahim atau selama proses persalinan.
B.
Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan saran-saran
sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan
kualitas dalam pelaksanaan Amniotomi kepada klien dan menambah informasi dan
wawasan.
1.
2.
3.
Bagi Pembaca
Disarankan agar memahami dan memperluas wawasan mengenai pelaksaan
Amniotomi ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson Ruth, dkk., 2004. Buku Ajar Praktis Kebidanan. Jakarta : EGC
Sumarah, dkk., 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin).
Jakarta : Fitramaya
Winknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo
Sujiyatini, dkk., 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogyakarta : Rohima Press
http://www.scribd.com/doc/93718641/Isi-makalah-2
di
unduh
pada
tanggal
Oktober 2012
file:///D:/amniotomi/Manajemen-Asuhan-Kebidanan-Pada-Ibu-Bersalin.htm
pada tanggal 7 Oktober 2012
di unduh