Anda di halaman 1dari 16

Cairan amnion (air ketuban) berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari tekanan

kontraksi uterus. Selama selaput ketuban masih utuh, bayi akan terlindung dari infeksi dan
sebagian anoksia dan fetal distres yang bisa terjadi selama kontraksi hipertonik. Amniotomi rutin
selama persalinan normal tidak memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi. Tinjauan studi
tentang prosedur amniotomi rutin yang dilakukan menunjukkan tidak ada fase pemendekan pada
proses persalinan, justru terjadi peningkatan kemungkinan persalinan dengan operasi caesar.
Marilah kita simak penjelasan tentang amnitomi!

Pengertian Amniotomi
Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian
akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga
amnion.

Alasan Menghindari Amniotomi


1. Kemungkinan kompresi tali pusat.
2. Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak merata.
3. Tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi janin yang berkurang.

Indikasi Amniotomi
1. Jika ketuban belum pecah dan pembukaan lengkap.
2. Akselerasi persalinan.
3. Persalinan pervaginam menggunakan instrumen.
4. Pada kasus solusio plasenta.

Keuntungan Amniotomi
1. Melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium.
2. Menentukan punctum maksimum denyut jantung janin (DJJ) akan lebih jelas.
3. Mempermudah perekaman pada saat pemantauan janin.
4. Mempercepat proses persalinan.

Kerugian Amniotomi
1. Timbul trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala.
2. Menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang.

Penemuan-Penemuan Warna Air Ketuban


1. U: membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi dan uterus, tetapi
tidak memberikan informasi tentang kondisi janin.
2. J: membran pecah dan tidak ada anoksia janin.
3. M: cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia atau anoksia
kronis bayi.
4. D: cairan ketuban bercampur darah, kemungkinan menunjukkan pecahnya pembuluh
darah plasenta, trauma pada servik atau vagina ibu, trauma bayi.
5. K: kering, kantung ketuban bisa menunjukkan sudah lama selaput ketuban pecah atau
postmaturitas janin.

Prosedur Amniotomi
Berikut adalah prosedur amniotomi:

Sikap dan perilaku


1. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan.
2. Melakukan komunikasi dengan ibu/pasien selama tindakan.
3. Memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.
4. Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering sebelum dan sesudah tindakan.
5. Memakai dan melepas sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT).
6. Mendekontaminasi alat pasca tindakan.

Content/Isi
1. Mendengarkan denyut jantung janin (DJJ).
2. Melakukan pemeriksaan dalam di antara kontraksi dan raba secara hati-hati selaput
ketuban untuk memastikan kepala telah masuk panggul dan tidak teraba tali pusat/bagianbagian janin. Catatan: pemeriksaan dalam lebih nyaman dilakukan di antara kontraksi,
kecuali jika selaput ketuban tidak teraba.
3. Menggunakan tangan yang lain, menempatkan setengah kocher ke dalam vagina dan
memandu dengan jari tangan.
4. Memegang ujung klem di antara ujung jari, menggerakkan jari dengan lembut dan
menyobek kulit ketuban sampai pecah. Membiarkan air ketuban membasahi jari tangan.
5. Menggunakan tangan yang lain untuk mengambil setengah kocher dan meletakkan ke
dalam larutan klorin.

6. Tangan yang satu tetap berada di dalam vagina tetap untuk mengetahui penurunan kepala
dan memastikan tali pusat/bagian-bagian kecil teraba.
7. Mengeluarkan tangan secara lembut dari dalam vagina (setelah diketahui penurunan
kepala dan tidak ada tali pusat/bagian janin lain).
8. Melakukan evaluasi warna ketuban, adakah mekonium atau darah.
9. Memeriksa ulang denyut jantung janin (DJJ).

Teknik
1. Meletakkan alat secara ergonomis.
2. Menjaga privasi pasien.
3. Melaksanakan tindakan secara sistematis, efektif dan efisien.

Referensi
Depkes RI. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Hlm: 167.
Midwife Magazine. Amniotomy to do or not to do?. rcm.org.uk/midwives/features/amniotomyto-do-or-not-to-do/ diunduh 23 Oktober 2013 pukul 03.20 WIB
Pusdiknakes. 2003. Buku 3 Asuhan Intrapartum. Jakarta. Hlm: 70-72.
Smyth RMD, Markham C, Dowswell T. 2013. Amniotomy For Shortening Spontaneous Labour.
Summaries.cochrane.org/CD006167/amniotomy-for-shortening-spontaneous-labour diunduh 23
Oktober 2013 pukul 03.27 WIB
Sulistyawati, A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. Hlm:
123.

Amniotomi
a. Pengertian
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan
adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006).
b. Indikasi amniotomi
Indikasi amniotomi menurut Manuaba (2007) dan Sumarah (2008):
1) Pembukaan lengkap
2) Pada kasus solution placenta
3) Akselerasi persalinan
4) Persalinan pervaginam dengan menggunakan instrument
c. Keuntungan tindakan amniotomi
1) Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium
2) Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas
3) Mempermudah perekaman pada saat pemantauan janin
4) Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan serviks.
d. Kerugian tindakan amniotomi
1) Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang
kepala akibat dari tekanan deferensial meningkat
2) Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang.
e. Cara melakukan amniotomi menurut Sarwono (2006) :
1) Persiapan alat:
a) Bengkok.
b) Setengah kocker.
c) Sarung tangan satu pasang.
d) Kapas saflon %.
2) Persiapan pasien:
a) Posisi dorsal rekumbent.
3) Persiapan pelaksanaan:
a) Memberitahu tindakan.
b) Mendekatkan Alat.
c) Memeriksakan DJJ dan mencatat pada partograf.
d) Cuci tangan dan keringkan.
e) Memakai sarung tangan pada dua tangan.
f) Melakukan periksa dalam dengan hati-hati diantara kontraksi. Meraba dengan hati-hati selaput
ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah masuk kedalam panggul dan memeriksa tali

pusat atau bagian-bagian tubuh kecil janin tidak dipalpasi. Bila selaput ketuban tidak teraba
diantara kontraksi, tunggu sampai ada kontraksi berikutnya sehingga selaput ketuban terdorong
kedepan sehingga mudah dipalpasi.
g) Tangan kiri mengambil klem kocker yang telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dalam
mengambilnya mudah.
h) Dengan menggunakan tangan kiri tempatkan klem kocker desinfeksi tingkat tinggi atau steril
dimasukkan kedalam vagina menelusuri jari tangan kanan yang yang berada didalam vagina
sampai mencapai selaput ketuban.

i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
r)
s)
t)

Pegang ujung klem kocker diantara ujung jari tangan kanan pemeriksa kemudian
menggerakkan jari dengan menggerakkan jari dengan lembut dan memecahkan selaput
ketuban dengan cara menggosokkan klem kocker secara lembut pada selaput ketuban.
Kadang-kadang hal ini lebih mudah dikerjakan diantara kontraksi pada saat selaput ketuban
tidak tegang. Tujuannya adalah ketika selaput ketuban dipecah air ketuban tidak nyemprot.
Biarkan air ketuban membasahi jari pemeriksa.
Ambil klem kocker dengan menggunakan tangan kiri dan masukkan ke dalam larutan klorin
% untuk dekontaminasi.
Jari tangan kanan pemeriksa tetap berada di dalam vagina melakukan pemeriksaan adakah tali
pusat atau bagian kecil janin yang teraba dan memeriksa penurunan kepala janin.
Bila hasil pemeriksaan tidak didapatkan adanya tali pusat atau bagian-bagian tubuh janin yang
kecil dan hasil pemeriksaan penurunan kepala sudah didapatkan, maka keluarkan tangan
pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.
Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakah mekonium, darah, apakah jernih.
Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila terdapat mekonium atau darah.
Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin %
kemudian lepaskan sarung tangan kedalam larutan klorin % kemudian lepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbaik dan biarkan terendam selama 10 menit.
Cuci tangan.
Periksa DJJ.
Lakukan dokumentasi pada partograf tentang warna ketuban, kapan pecahnya ketuban, dan
DJJ

Amniotomi (Pemecahan Selaput Ketuban)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban
masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan
bertambah cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion,
dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure
catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan
menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala janin harus tetap berada di serviks dan
tidak dikeluarkan dari panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan
menyebabkan prolaps tali pusat. Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan
terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang
melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu
dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara
spontan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan permasalahannya
yaitu "Bagaimana Teknik Pelaksanaan Amniotomi pada Ibu Bersalin.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari materi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
Amniotomi pada ibu bersalin.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.

Untuk mengetahui pengertian Amniotomi


Untuk mengetahui jenis Amniotomi
Untuk mengetahui persiapan Amniotomi
Untuk mengetahui indikasi Amniotomi

e. Untuk mengetahui kontra indikasi Amniotomi


f. Untuk mengetahui teknik Amniotomi
g. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian Amniotomi

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan
dan adanya tekanan di dalam rongga amnion (Sarwono, 2006). Tindakan ini
umumnya dilakukan pada saat pembukaan lengkap agar penyelesaian proses
persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada kondisi selektif, amniotomi
dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi persalinan. Pada kondisi
demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian terbawah dan luas
panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan.

B.

Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban


Ada beberapa istilah dalam nomenklatur kebidanan yang harus diketahui oleh
petugas kesehatan yang berhubungan dengan cairan selaput ketuban, yaitu:

1. Utuh (U)
Membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi
tidak memberikan informasi tentang kondisi
2. Jernih (J)
Membran pecah dan tidak ada anoksia
3. Mekonium (M)
Cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis
pada bayi
4. Darah (D)
Cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh
darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi

5. Kering (K),
Kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau
postmaturitas janin.

C.
a.

Beberapa Teori mengenai Amniotomi :


Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga

b.

kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka servik.


Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kirakira 40
menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otototot

c.

rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.


Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana

d.

didalamnya terdapat banyak syarafsyaraf yang merangsang kontraksi rahim


Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tandatanda
permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan caracara lain untuk merangsang

persalinan, misalnya dengan infus oksitosin


e.
Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulitpenyulit sebagai berikut:
1) Infeksi
: Prolapsus funikuli (keluarnya bagian-bagian janin)
awat janin : Tandatanda solusio plasenta (bila ketuban sangat banyakdan dikeluarkan secara
tepat ).
D.

Jenis-jenis Amniotomi
Ada 2 jenis amniotomi, yaitu:

1.

Amniotomi untuk Augmentasi


Ini sering dilakukan apabila persalinan spontan yang berlangsung terlalu lambat.
Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan spontan
dan

dari

induksi

persalinan,

besar

kemungkinan

bahwa

amniotomi

akan

meningkatkan kemajuan persalinan yang disfungsional. Bahaya dilakukan tindakan


2.

ini adalah terjadinya molase dan infeksi.


Amniotomi untuk Induksi
Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan. Bisa berupa amniotomi
saja atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti oksitosin

E.
1.
2.

Indikasi Amniotomi
Induksi persalinan
Persalinan dengan tindakan

3.

Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik

4.

apabila diantisipasi terdapat gangguan pada janin.


Untuk melakukan penilaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang

5.

memuaskan
Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka

a.
b.

sepenuhnya. Perlu diperhatikan indikasi amniotomi pada plasenta previa :


Plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan.
Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan

c.

> 4 cm.
Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal.

F.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kontra Indikasi Amniotomi


Bagian terendah janin masih tinggi
Persalinan preterm
Adanya infeksi vagina
Polihidramnion
Presentasi muka
Letak lintang
Placenta previa
Vasa previa

G.
1.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Persiapan Alat
Persiapan ibu dan keluarga
Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
Perawatan sayang ibu
Pengosongan kandung kemih per 2 jam
Pemberian dorongan psikologis
Persiapan penolong persalinan
Perlengkapan pakaian
Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
Persiapan peralatan
Ruangan
Penerangan
Tempat tidur
Handscoon
Klem setengah kocher
Bengkok
Larutan klorin 0.5%
Pengalas
Bak instrument

H.

Teknik Amniotomi
Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :

1.
2.
3.
4.
5.

Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga


Dengar DJJ dan catat pada Partograf
Bidan cuci tangan
Gunakan handscoon DTT
Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk dan jari tengah
tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis,
sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba
adanya tali pusat atau bagian-bagian kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian

6.

yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera).
Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan
kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung
tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati-hati. Setelah kedua jari
berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga

telapak tangan menghadap kearah atas.


7.
Saat kekuatan his sedang berkurang tangan kiri kemudian memasukan pengait
khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam.
Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat
menusuk

dan

merobek

selaput

ketuban

1-2

cm

hingga

pecah

(dengan

menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam, steril, diasukkan kekanalis
8.
9.

servikalis dengan perlindungan jari tangan.)


Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalamlarutan
klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk
merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali
pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba talipusat, keluarkan jari

10.

tangan kanan dari vagina secara perlahan.


Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya
mekonium atau

air ketuban

yang bercampur

mekonium pervaginam pada

presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress). Diduga ini sebagai
hasil relaksasi spingter real dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis.
Faktor-faktor

etiologisnya

meliputi

lilitan

tali

pusat,

partus

lama,

toxemia

gravidarum. Pada sebagian kasus tidak diketahui penyababnya insidensi keluarnya


mekonium adalah sekitar 5%. Kalau ini merupakan satu-satunnya gejala maka
kejadian lahir mati (stillbirth) adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan
resusitasi lebih banyak dari pada insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi
pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat. Kalau ada perubahan
yang berarti dalam irama dan frekuensinya maka mungkin diperlukan persalinan

segera untuk menyelamatkan bayinya. Meskipun demikian pengeluaran mekonium


11.

sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian persalinan secara operatif.


Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5% lalu lepaskan sarung tangan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam

12.
13.
14.

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.


Cuci kedua tangan.
Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna
airketuban dan DJJ.

I.
1.
a.

Keuntungan dan Kerugian Amniotomi


Ada beberapa keuntungan dari amniotomi, yaitu:
Memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya
mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus menerus di indikasikan, maka
elektroda

dapat

diletakkaan

langsung

ke

atas

kulit

kepala

janin,

yang

memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan


b.

menempatkan elektroda diatas abdomen ibu.


Kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan

c.
d.

intrauterin secara langsung dan akurat.


Lamanya persalinan bisa diperpendek.
Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi
saluran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini

e.

selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus.


Bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta

f.
g.

yang berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti.


Partus berlangsung lebih cepat
Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan SBR
sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas

2.
a.

Berikut beberapa kerugian dari tindakan amniotomi:


Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa menimbulkan

b.
c.

cacatnya tulang kepala janin.


Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menambah kompresi tali pusat.
Amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bisa pula
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. Jadi keuntungan dalam
bentuk persalian yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan yang
potensial bisa terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah.

Beberapa penolong telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah
dilakukannya amniotomi.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat
pembukaan

sudah

lengkap.

Amniotomi

artifisialisis

dilakukan

dengan

cara

memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan (fore water) maupun dibagian
belakang (hind water) dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter). Tindakan
amniotomi perlu dilakukan apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap. Perhatikan warna air ketuban yang keluar saat dilakukan amniotomi.
Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan
pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia
dalam rahim atau selama proses persalinan.

B.

Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan saran-saran
sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan
kualitas dalam pelaksanaan Amniotomi kepada klien dan menambah informasi dan
wawasan.

1.

Bagi Instansi pendidikan


Disarankan agar mengembangkan pengetahuan tentang pelaksanaan Amniotomi
guna menunjuang peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat menjadi
literature guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya
kesehatan ibu dalam persalinan.

2.

Bagi Profesi Kebidanan


Disarankan agar mengembangkan pengetahuan kesehatan terkait pelaksanaan
amniotomi terhadap klien guna memonitoring perkembangan kesehatan ibu dalam
persalinan.

3.

Bagi Pembaca
Disarankan agar memahami dan memperluas wawasan mengenai pelaksaan
Amniotomi ibu bersalin.

DAFTAR PUSTAKA
Johnson Ruth, dkk., 2004. Buku Ajar Praktis Kebidanan. Jakarta : EGC
Sumarah, dkk., 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin).
Jakarta : Fitramaya
Winknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo
Sujiyatini, dkk., 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogyakarta : Rohima Press
http://www.scribd.com/doc/93718641/Isi-makalah-2

di

unduh

pada

tanggal

Oktober 2012
file:///D:/amniotomi/Manajemen-Asuhan-Kebidanan-Pada-Ibu-Bersalin.htm
pada tanggal 7 Oktober 2012

di unduh

Anda mungkin juga menyukai