WIDYA - DR - Rer.nat R.M. Rachmat Sule, ST, MT
WIDYA - DR - Rer.nat R.M. Rachmat Sule, ST, MT
Proyek lainnya yang sampai sekarang masih dalam tahap pengerjaan adalah proyek
CCS (Carbon Capture and Storage) di lapangan Gundih. Proyek ini merupakan
kerjasama antara Indonesia dengan Jepang, dan beliau diberikan kepercayaan
sebagai project manager. Proyek ini merupakan proyek CCS pertama di Indonesia,
dan proyek ini didapatkan saat Pak Deni mengenyam pendidikan beasiswa di Kyoto
University. Selama menempuh pendidikan, beliau berbincang dengan dosen-dosen
disana dan brainstorm untuk suatu riset atau pengembangan. Setelah melalui
beberapa diskusi, akhirnya tercetuslah ide untuk mengadakan proyek CCS. Secara
kebetulan, pemerintah Jepang yang diwakilkan oleh Kyoto University sedang
mengadakan sebuah kompetisi sejenis PKM bertaraf internasional, dimana peserta
yang memenangkan kompetisi tersebut proyeknya akan dibiayai oleh pemerintah
Jepang selama 3-5 tahun, tergantung pada proposalnya. Dalam proposal yang
beliau ajukan bersama timnya, beliau beserta tim mengajukan pembiayaan selama
lima tahun.
Setelah perundingan panel juri selama kira-kira setahun, akhirnya proposal CCS
milik Pak Deni dan tim lah yang terpilih sebagai pemenang. Pemerintah Jepang pun
menyanggupi pembiayaan selama lima tahun, meski sebenarnya pembiayaan
tersebut masih belum dapat mencukupi biaya operasional yang dibutuhkan. Tanpa
diduga, belum genap setahun setelah proyek ini dmulai, sudah ada pihak yang
bersedia memberi bantuan dana yaitu Asian Development Bank (ADB). Selain ADB,
pihak Pertamina pun bersedia membantu (sebagai industri, bukan sebagai
pemerintah). Proyek CCS ini pun berhasil berjalan tanpa bantuan dana dari
pemerintah Indonesia.
Selain ketiga proyek yang telah disebutkan, beliau menuturkan masih ada proyek
lain yang akan beliau kerjakan, diantaranya proyek yang akan dilakukan di sekitar
Gunung Tangkuban Perahu, yang bekerjasama dengan pemerintah Norwegia.
Secara kebetulan, proyek ini akan menggunakan alat yang diberikan Jepang pada
proyek CCS. Pemerintah Jepang memperbolehkan penggunaan alat tersebut.
Berdasarkan pengalaman Pak Deni dan melihat dari alumni-alumni beberapa tahun
terakhir, dalam bidang akademik dapat dipastikan rata-rata mahasiswa memiliki
kapabilitas yang sama; yang membedakan adalah soft skill. Menurut beliau, yang
paling krusial bukanlah akademik, karena itu hanya requirement awal. Akan lebih
baik jika kita mempunyai soft skill yang berguna di dunia kerja seperti leadership,
kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama, berorganisasi, dsb. Soft
skill yang seperti itu perlu diasah sejak dini untuk meningkatkan kualitas mahasiswa
menghadapi dunia nyata.