Anda di halaman 1dari 3

Peranku Bagi Indonesia

Sejak tahun 2010, Manajemen dan Rekayasa Konstruksi telah menjadi bidang yang ingin saya tekuni.
MRK merupakan bidang yang berfokus pada pelaksanaan proyek, berbeda dari bidang lainnya di disiplin
ilmu teknik sipil yang cenderung mendalami tahapan desain dan perencanaan dari proyek. Saya
menganggap bidang ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang diproyeksikan akan
mengalami pertumbuhan pasar konstruksi sebesar 8% hingga 9%.

Ketertarikan saya pada bidang MRK berawal ketika diangkat menjadi asisten Laboratorium Manajemen
dan Rekayasa Konstruksi. Kegiatan utama dari laboratorium ini adalah menangani kuliah yang
berhubungan dengan bidang MRK, salah satunya adalah Kuliah Perencanaan Biaya dan Pengendalian
Jadwal Proyek. Banyak hal yang saya pelajari dan saya lakukan selama menjadi asistan di laboratorium
tersebut. Di tahun 2011, saya berhasil menyusun sendiri Harga Satuan Pekerjaan untuk tugas besar
kuliah Perencanaan Biaya dan Jadwal Proyek. Di tahun yang sama, saya juga mempelajari dan
mengajarkan software penjadwalan proyek dan metode pengadaan secara elektronik atau electronic
procurement. Dari semua itu topik yang menarik perhatian saya adalah salah satu skripsi yang saya
temui di arsip laboratorium, yaitu Building Information Modeling.

Bagi saya istilah Building Information Modeling (BIM) sangatlah baru. BIM adakag suatu sistem informasi
yang dapat memperlancar komunikasi antar pelaku proyek. Selama ini yang kita ketahui selalu terjadi
permasalahan antara desain dan biaya serta durasi proyek. Salah satu dari ketiga aspek tersebut harus
dikorbankan pada saat pelaksanaan. BIM menjembatani rintangan tersebut dengan sebuah sistem
terintegrasi yang dapat diakses seluruh pihak yang bertanggungjawab di proyek tersebut.

BIM tidak hanya dimanfaatkan pada saat pelaksanaan proyek, tapi juga sebagai database yang dapat
digunakan selama masa pemeliharaan bangunan. Denan demikian, tidak diperlukan penggambaran
ulang ataupun penghitungan ulang volume pekerjaan. Pihak yang bertanggung jawab cukup mengakses
sistem, mengestimasi biaya pemeliharaan, dan memutuskan durasi pekerjaan. Saya sendiri mengalami
masalah ini ketika sedang mengerjakan tugas akhir tentang pemeliharaan gedung. Ketika meminta data
aset gedung dari divisi manajemen, saya tidak berhasil memperoleh data yang lengkap, bahkan saya
harus menggambar ulang beberapa denah gedung.

Setelah mendapatkan gelar S1, saya bekerja di Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan di
Bandung. Saya bertugas sebagai structural engineer untuk proyek cable stayed pejalan kaki di Garut
sebagai pengganti jembatan gantung yang rusak oleh banjir bandang. Selain itu, saya juga bekerja
sebagai peneliti yang mengenalkan saya pada berbagai tipe pelaksanaan proyek. Salah satu yang saat itu
baru saya kenal adalah Integrated Project Delivery. Setelah saya teliti lebih dalam, ternyata metode
pelaksanaan ini sangat mengandalkan BIM. Sayangnya di Indonesia sendiri pelaksanaan proyek ini belum
diadopsi oleh pelaku konstruksi. Oleh karena itu, dengan motivasi dari orangtua, saya berniat
mendalami BIM dan berbagai aspek proyek konstruksi lainnya di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di University of Washington di tahun 2014.
Berhubung telah banyak penelitian dengan topik BIM di universitas tersebut, saya ingin melakukan
sesuatu yang beda. Saya memilih topik BIM dan virtual reality. Di tahun ini, teknologi virtual reality
tengah mendapatkan angin segar, terutama setelah salah satu perusahaan jejaring sosial terbesar
mengakuisisi start-up virtual reality yang sedang banyak diberitakan saat itu. Saya berpikir tidak ada
salahnya mencoba hal yang baru. Mungkin di masa yang akan datang teknologi ini akan banyak
digunakan.

Saya sendiri paham BIM di Indonesia masih merupakan istilah yang asing bagi pelaku konstruksi lokal.
Dengan meneliti BIM dan teknologi virtual reality tentunya akan menjadikan penelitian saya terlalu dini
untuk diterapkan. Namun saya berkeyakinan sebaliknya, BIM dan virtual reality dapat dikembangkan
secara bersamaan. Tentu semuanya dapat dimulai dari hal yang sederhana. Contohnya teknologi virtual
reality dapat digunakan sebagai sarana promosi bagi klien yang ingin mengetahui bagaimana rasanya
berada dalam bangunan yang akan dibangun. Aset yang digunakan dalam dunia virtual tersebut dapat
diambil dari aset BIM yang digunakan pada proyek konstruksi bangunan tersebut. Dengan demikian
asimilasi BIM dan virtual reality dapat berjalan sejajar. Setelah menyelesaikan penelitian ini saya akan
mempopulerkan BIM melalui teknologi virtual reality. Untuk mencapai mimpi itu, saya akan
bekerjasama dengan developer dan kontraktor lokal dalam penyediaan layanan pre-konstruksi
menggunakan virtual reality.

Beruntung bagi saya, jurusan Built Environment di University of Washington tengah melobi perusahaan
virtual reality lokal untuk bekerjasama dalam mengembangkan laboratorium virtual reality. Saya ingin
melanjutkan kajian penelitian saya secara lebih dalam dengan memanfaatkan fasilitas yang diharapkan
selesai pada tahun 2016 ini.

Aku tertarik meneliti Building Information Modeling yang aku dengar dapat mempermudah proyek
karena data yang diperlukan proyek dapat disimpan pada satu model tiga dimensi. Selain BIM, bidang
konstruksi di luar negeri telah memanfaatkan berbagai macam tipe project delivery. Jika di Indonesia
pelaksanaan proyek pada umumnya menganut paham konvensional yang dimulai dari perencanaan,
dilanjutkan dengan desain, dan akhirnya konstruksi, di Amerika Serikat telah lazim digunakan metode
design build yang pada intinya mempercepat proses pelaksanaan konstruksi ketika proses desain masih
berlangsung. Pada project delivery ini, desainer dan kontraktor menjadi satu pihak yang bertanggung
jawab kepada owner/klien, berbeda dengan metode konvensional yang menempatkan desainer dan
kontraktor pada pihak yang berbeda. Di Indonesia metode design build ini lebih dikenal dengan
Engineering, Procurement, and Construction yang lebih lazim digunakan pada konstruksi bangunan
industri seperti pabrik. Evolusi dari tipe project delivery ini adalah Integrated Project Delivery (IPD).

Sementara itu di bulan Februari 2011, aku juga diberi tugas untuk mempersiapkan kegiatan pelatihan
Microsoft Project yang pertama di Universitas Andalas. Karena pada saat itu hanya aku yang memiliki
pengalaman menggunakan Microsoft Project, aku diberi tugas menyusun buku tutorial serta mendesain
poster untuk mempromosikan pelatihan tersebut. Pelatihan tersebut berlangsung sukses di bulan April
2011 dan menjadi kegiatan rutin laboratorium di tahun selanjutnya.

Pada awal tahun ajaran 2011-2012, aku diangkat menjadi asisten koordinator yang memberikan
materi-materi tentang Manajemen dan Rekayasa Konstruksi kepada para asisten baru. Di tahun ajaran
ini juga aku ditunjuk untuk mengajar beberapa kali pada kuliah Ekonomi Rekayasa dan Perencanaan
Biaya dan Pengendalian Jadwal Proyek serta menjadi asisten dalam mata kuliah Aspek Hukum dan
Administrasi Kontrak.

Saya melanjutkan kuliah S2 di University of Washington di awal tahun 2014. Sebagai minoritas, di
universitas tersebut saya turut berpartisipasi mempromosikan budaya Indonesia bersama organisasi
mahasiswa Indonesia ISAUW (Indonesian Student Association at the University of Washington). Pada
bulan Oktober 2014 saya diangkat menjadi pengurus ISAUW sebagai pengurus creativity management.
Aku mendesain pamflet, proposal, serta dekorasi untuk berbagai macam kegiatan organisasi. Seluruh
kegiatan tersebut direncanakan sedemikian rupa untuk mempromosikan budaya Indonesia baik bagi
penduduk lokal maupun warga negara Indonesia yang sedang berada di daerah Seattle.

Anda mungkin juga menyukai