Anda di halaman 1dari 165

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PENGAPLIKASIAN BUILDING INFORMATION


MODELING (BIM) DALAM DESAIN
BANGUNAN GEDUNG

APPLICATION BUILDING INFORMATION MODELING


(BIM) IN BUILDING DESIGN

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sarjana


pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh :

INTON KURNIAWAN SAPUTRA


I 0115060

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGAPLIKASIAN BUILDING INFORMATION


MODELING (BIM) DALAM DESAIN
BANGUNAN GEDUNG

APPLICATION BUILDING INFORMATION MODELING


(BIM) IN BUILDING DESIGN

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sarjana


pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh :

INTON KURNIAWAN SAPUTRA


I 0115060

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019

i
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Scanned by CamScanner
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Scanned by CamScanner
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

Hidup itu seperti roda sepeda, terkadang bergerak cepat, terkadang juga
bergerak lambat, bisa melewati jalan yang mulus, bisa juga melewati jalan yang
rusak, nikmati semua prosesnya teruslah belajar, dan jangan putus asa dalam
melewati setiap fasenya, karena masa depan anda dan saya tidaklah cerah,
melainkan abu-abu, tergantung tindakan kamu seperti apa, melakukan hal yang
baik atau yang buruk.

iv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya ...


Sembah sujud serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berjat serta
kemudahan dalam menyelesikan skripsi ini.

Dan selamat untuk diri saya sendiri yang telah menyelesaikan satu lagi kewajiban
sebagai seorang mahasiswa.

Saya mempersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang terkasih dan


tersayang.
Keluarga
Untuk bapak, mama, abang, dan adik saya yang tanpa henti menyemati dan
mendoakan untuk kesuksesan saya, terima kasih atas segalanya.

Dr. Senot Sangadji, S.T., M.T., Prof. S. A. Kristiawan, S.T., MSc., Ph.D dan
Dosen-dosen Teknik Sipil FT UNS
Terima kasih banyak untuk semua bantuan, bimbingan, kesempatan dan ilmu-ilmu
yang diberikan kepada saya.

Alm. Eril Arioristanto Dardak


Terimakasih atas waktu yang telah kita abiskan bersama. Terimakasih sudah
menyemati saya untuk selesai cepat kuliah mengajak saya ke Trenggalek, menjadi
tempat untuk menyuarakan hal-hal yang membuat saya kesal, teman yang bisa
diajak diskusi dan berpikir, teman yang ada disaat saya susah dan senang, dan
menjadi sahabat baik saya. I missed you so much bro, if time can be repeated, I
want to spend my time to enjoy our stupid plan. Hopefully, rest in peace ril. You
always be my brother whatever condition. And see you when the time came.

v
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Inton Kurniawan Saputra, 2019. Pengaplikasian Building Information


Modeling (BIM) Dalam Desain Bangunan Gedung. Skripsi Program Studi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Berbagai macam konflk dalam proses konstruksi, umumnya terjadi karena


ketidakpahaman, kurang koordinasi, kekurangan biaya, kekurangan waktu, dan
sebagainya. Untuk menyelesaikan konfik-konflik tersebut perlu pendekatan
teknologi. Setelah berbagai percobaan, maka munculah sebuah inovasi dengan
pendekatan teknologi bernama Building Information Modeling atau disebut BIM.
Dengan BIM, pekerjaan konstruksi dapat dikerjakan dengan lebih mudah, efesien,
dan tepat sasaran. BIM terdiri beberapa klasifikasi menurut fungsinya. Pada studi
ini, sistem BIM yang dipakai yaitu 3D BIM desain ditambah dengan pembiayaan.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui cara mengimplementasi Building Information
Modeling (BIM) pada tahap desain konseptual bangunan beton bertulang dan
mengeksplorasi potensi keuntungan penerapan Building Information Modeling
(BIM) pada tahap desain. Bangunan yang didesain yaitu gedung dengan lima lantai
dengan bahan beton bertulang yang didesain untuk fasilitas pendidikan. Metode
yang digunakan dalam studi ini yaitu metode perencanaan dengan bantuan dua
software yaitu Autodesk Revit dan Autodesk Robot Structural Analysis. Studi ini
dibagi menjadi tiga kasus. Kasus pertama untuk implementasi BIM pada gedung.
Kasus kedua dan ketiga untuk mengeksplorasi keuntungan BIM dengan mengganti
beberapa komponen baik struktural maupun arsitekturalnya.
Dari hasil perhitungan dan analisis, sistem BIM ternyata dapat bekerja secara
integrasi dan otomatisasi. Perubahan pada desain model bangunan dapat dilakukan
secara menyeluruh. Output utama dari software BIM ini yaitu rencana anggaran
biaya yang digunakan untuk membuat keputusan.

Kata Kunci : Building Information Modeling (BIM), desain gedung, integrasi,


otomatisasi, biaya.

vii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Inton Kurniawan Saputra, 2019. Application Building Informaton Modeling


(BIM) In Building Design. Thesis of Civil Engineering Department of Engineering
Faculty of Sebelas Maret University, Surakarta.

There are various types of conflicts in the construction process generally occur due
to miss understanding, miss coordination, not have enough money, not have enough
time, etc. To solve these conflicts, a technology approach is needed. After several
experiments, the new innovation with a technological approach found called
Building Information Modeling or as known BIM. With BIM, construction work can
be finish more easily, efficiently, and on target. BIM consists of several
classifications according to their functions. In this study, the BIM system used is
3D BIM design plus bugdeting.

This study aims to find out the implementation Building Information Modeling
(BIM) at the conceptual design stage of reinforced concrete buildings and get the
potential benefits of implementing Building Information Modeling (BIM) at the
design. The design of the building is a five-story building with reinforced concrete
materials designed for educational facilities. The method used in this study is the
planning method and used two software namely Autodesk Revit and Autodesk Robot
Structural Analysis. This study is consist of three cases. The first case for the
implementation BIM in the building. The second and third cases is to explore the
benefits of BIM by replacing several components both structural and architectural.

From the results of calculations and analysis, the BIM can work in an integrated
and automated system. Changes some design of building models can be done
thoroughly. The main output of the BIM software is the cost budget plan used to
make decisions.

Keywords : Building Information Modeling (BIM), building design, integration,


automation, bugdeting.

viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PRAKATA

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, karunia, dan anugrah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul “Pengaplikasian Building Information Modeling (BIM) Dalam Desain
Bangunan Gedung” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, Penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak.
Dengan penuh rasa hormat, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih, dan karunia-Nya yang telah
diberikan,
2. Pimpinan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta beserta staf,
3. Bapak Dr. Senot Sangadji S.T., M.T, selaku dosen pembimbing I,
4. Bapak Prof. S. A. Kristiawan, S.T., MSc., PhD, selaku dosen pembimbing II,
5. Bapak Ir. Ary Setyawan, M.Sc., PhD, selaku dosen pembimbing akademik,
6. Orang tua telah mendukung Penulis dalam pengerjaan skripsi,
7. Teman - teman Sipil 2015 yang selalu membantu dan memberikan semangat
demi kelancaran penulisan skripsi dan,
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Akhir kata, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2019

Penulis

viii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
PRAKATA ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xxi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 5
1.4 Tujuan Perencanaan .......................................................................... 5
1.5 Manfaat Perencanaan ........................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................... 7


2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7
2.2 Landasan Teori .................................................................................. 12
2.2.1 Asal Mula Adanya Building Information Modeling (BIM) ............... 12
2.2.2. Pengertian Building Information Modeling (BIM) ............................ 13
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan dari BIM ................................................ 17
2.2.3.1 Kelebihan BIM .......................................................................... 17
2.2.3.2 Kekurangan BIM ........................................................................ 18
2.2.4 Konsep BIM ....................................................................................... 18
2.2.4.1 Model Proyek ............................................................................. 18

ix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.2.4.1.1 Virtual Model ........................................................................ 19


2.2.4.1.2 Model Intelligence ................................................................. 21
2.2.4.1.3 Model Source......................................................................... 22
2.2.4.2 Link ............................................................................................. 22
2.2.4.2.1 Model to Information Links ................................................... 22
2.2.4.2.2 Model to Model Link ............................................................. 22
2.2.5 Perubahan dalam Metode dan Pendekatan ........................................ 23
2.2.6 Software yang Digunakan .................................................................. 26
2.2.6.1 Autodesk Revit............................................................................. 26
2.2.6.2 Autodesk Robot Structural Analysis ........................................... 28

BAB 3 METODOLOGI PERENCANAAN ............................................... 29


3.1 Data Dasar Perencanaan .................................................................... 29
3.1.1 Denah Gedung per Lantai ................................................................. 29
3.1.2 Model Struktur .................................................................................. 32
3.1.3 Spesifikasi dan Data Struktur............................................................. 34
3.2. Metodelogi Perencanaan .................................................................... 34
3.2.1 Metode Perencanaan .......................................................................... 34
3.2.2 Tahapan Perencanaan......................................................................... 34
3.3 Diagram Alir Perencanaan ................................................................ 37
3.3.1 Diagram Alir Perencanaan Kasus I .................................................... 37
3.3.2 Diagran Alir Perencanaan Kasus II.................................................... 38
3.3.3 Diagram Alir Perencanaan Kasus III ................................................. 39

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................. 40


4.1 Kasus I : Mendesain Gedung pada Autodesk Revit dan
Menganalisisnya di Autodesk Robot Structural Analysis. Kemudian
mendesain tulangan balok, kolom, dan pelat, serta mencari biaya total
bangunan dari lantai satu sampai lantai lima (hanya balok, kolom, dan
pelat) ....................................................................................................... 40
4.1.1 Desain 3D dan Modeling Gedung...................................................... 40
4.1.2 Perhitungan Gempa ............................................................................ 42

x
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.1.2.1 Data Perencanaan Pembebanan Beban Gempa ........................ 42


4.1.2.2 Spektral Respons Percepatan SDS dan SD1 ............................... 45
4.1.2.3 Penentuan Kategori Disain Seismik - KDS (Seismic Design
Category – SDC) ...................................................................... 47
4.1.2.4 Perhitungan Base Shear ............................................................ 48
4.1.2.5 Perhitungan Distribusi Beban ke Tiap Lantai .......................... 52
4.1.3 Perhitungan dan Rekapitulasi Biaya Pelat ......................................... 53
4.1.3.1 Spesifikasi Data ........................................................................ 53
4.1.3.2 Beban pada Pelat ...................................................................... 53
4.1.3.3 Perhitungan Tulangan ............................................................... 54
4.1.3.4 Perhitungan Lapangan Arah X ................................................. 58
4.1.3.4.1 Analisis Kapasitas Lentur Plat Penulangan Lapangan
Arah X ......................................................................................... 59
4.1.3.5 Penulangan Lapangan Arah Y .................................................. 59
4.1.3.5.1 Analisis Kapasitas Lentur Plat Penulangan Lapangan
Arah Y ......................................................................................... 60
4.1.3.6 Penulangan Tumpuan Arah X .................................................. 61
4.1.3.6.1 Analisis Kapasitas Lentur Plat Penulangan Tumpuan
Arah X ......................................................................................... 62
4.1.3.7 Peenulangan Tumpuan Arah Y ................................................ 63
4.1.3.7.1 Analisis Kapasitas Lentur Plat Penulangan Tumpuan
Arah Y ......................................................................................... 63
4.1.3.8 Rekapitulasi Penulangan .......................................................... 65
4.1.3.9 Model 3D dan Material Survey ................................................ 65
4.1.3.10 Rencana Anggaran Biaya untuk Pelat ...................................... 67
4.1.4 Perhitungan dan Rekapitulasi Biaya Balok ............................................ 68
4.1.4.1 Denah Perencanaan Tulangan Balok ........................................ 68
4.1.4.2 Perencanaan Tulangan Balok ................................................... 68
4.1.4.3 Gaya Aksial Tekan Terfaktor ................................................... 69
4.1.4.4 Bentang Bersih ......................................................................... 70
4.1.4.5 Rasio Profil Penampang ........................................................... 70
4.1.4.6 Lebar Balok .............................................................................. 70

xi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.1.4.7 Baja Tulangan untuk Lentur ..................................................... 70


4.1.4.8 Mencari Kebutuhan Jumlah Tulangan...................................... 71
4.1.4.8.1 Kondisi 1 Goyangan ke Kiri, momen Negatif, tumpuan
Kiri .................................................................................. 71
4.1.4.8.2 Kondisi 2 Goyangan ke Kiri, momen Negatif, tumpuan
Kanan .............................................................................. 74
4.1.4.8.3 Kondisi 3 Midspan/Lapangan, momen Positif, tumpuan
Keduanya......................................................................... 76
4.1.4.8.4 Kondisi 4 Goyangan ke Kanan, momen Positif, tumpuan
Kanan .............................................................................. 79
4.1.4.8.5 Kondisi 5 Goyangan ke Kiri, momen Positif, tumpuan
Kiri .................................................................................. 81
4.1.4.9 Kapasitas Minimum Momen Positif dan Momen Negatif ....... 84
4.1.4.10 Probable Moment Capacities ................................................... 84
4.1.4.11 Diagram Gaya Geser ................................................................ 86
4.1.4.11.1 Rangka bergoyang ke kanan .......................................... 86
4.1.4.11.2 Rangka bergoyang ke kiri .............................................. 86
4.1.4.12 Stirrups untuk Gaya Geser ....................................................... 87
4.1.4.13 Model 3D, Detailing, dan Material Survey pada Balok ........... 90
4.1.4.13.1 Balok Induk 350 x 500 Bentang 7 m ............................. 90
4.1.4.13.2 Balok Induk 350 x 500 Bentang 8 m ............................. 92
4.1.4.13.3 Balok Induk 350 x 500 Bentang 5,5 m ........................... 94
4.1.4.13.4 Balok Induk 350 x 500 Bentang 3 m ............................. 96
4.1.4.13.5 Balok Induk 300 x 300 Bentang 8 m ............................. 98
4.1.4.13.6 Balok Induk 300 x 300 Bentang 7 m ............................. 100
4.1.4.13.7 Balok Induk 300 x 300 Bentang 5,5 m ........................... 102
4.1.4.13.8 Balok Induk 300 x 300 Bentang 3,5 m .......................... 104
4.1.4.14 Rencana Anggaran Biaya untuk Balok..................................... 106
4.1.5 Perhitungan dan Rekapitulasi Biaya Kolom ........................................... 108
4.1.5.1 Lokasi Kolom yang Didesain ................................................... 108
4.1.5.2 Definisi Kolom ......................................................................... 110
4.1.5.3 Check Konfigurasi Penulangan ................................................ 110

xii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.1.5.4 Kuat Kolom .............................................................................. 111


4.1.5.5 Desain Confinement Reinforcement ......................................... 113
4.1.5.6 Desain Shear Reinforcement .................................................... 115
4.1.5.7 Model 3D, Detailing, dan Material Survey pada Kolom.......... 116
4.1.5.7.1 Kolom 600 mm x 600 mm, Tinggi 5,5 m ....................... 116
4.1.5.7.2 Kolom 600 mm x 600 mm, Tinggi 4,4 m ....................... 118
4.1.5.7.3 Kolom 450 mm x 450 mm, Tinggi 4,4 m ....................... 120
4.1.5.7.4 Kolom 300 mm x 300 mm, Tinggi 4,4 m ....................... 122
4.1.5.8 Rencana Anggaran Biaya untuk Kolom ................................... 124
4.1.6 Perhitungan Joint .................................................................................... 125
4.1.6.1 Dimensi Joint............................................................................ 125
4.1.6.2 Penulangan Transversal untuk Confinement ............................ 125
4.1.6.3 Shear di Joint dan Cek Shear Strength Check Konfigurasi
Penulangan ............................................................................... 126
4.1.7 Tampilan di Revit dan Rekapitulasi Total............................................ 127
4.2 Kasus II : Membandingkan Perubahan dari Kolom Persegi ke Kolom
Bulat pada Satu Lantai. Mencari Perbedaan dan Menampilkannya pada
Autodesk Revit ....................................................................................... 130
4.2.1 Kolom Persegi .................................................................................... 131
4.2.2 Kolom Bulat ....................................................................................... 133
4.2.3 Tampilan di Revit dan Rekapitulasi Harga ........................................ 135
4.3 Kasus III : Menentukan Jenis Penutup Lantai Lainnya Apabila
Spesifikasi Penutup Lantai yang Diinginkan Tidak Ada di Lokasi
Proyek. .................................................................................................... 137
4.3.1 Penutup Lantai Kayu.......................................................................... 137
4.3.2 Penutup Lantai Keramik Roman ........................................................ 138

BAB 5 Kesimpulan dan Saran .................................................................... 140


5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 140
5.2 Saran .................................................................................................. 141

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... xxii

xiii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN ..................................................................................................... xxiii

xiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jobdesk Fase BIM Skripsi ............................................................. 15


Tabel 4.1 Spesifikasi Menurut Komponennya .............................................. 42
Tabel 4.2 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur Lain untuk
Beban Gempa ................................................................................ 43
Tabel 4.3 Faktor Keutamaan Gempa ............................................................. 44
Tabel 4.4 Koefisien Situs, Fa ........................................................................ 44
Tabel 4.5 Koefisien Situs, Fv ........................................................................ 45
Tabel 4. 6 Koefisien Situs Fa dan Fv Kota Surakarta .................................... 45
Tabel 4.7 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respon
Percepatan pada Perioda Pendek ................................................... 46
Tabel 4.8 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respon
Percepatan pada Perioda 1 Detik ................................................... 46
Tabel 4.9 Faktor R, Cd, dan Ωs untuk Sistem Penahan Gaya Gempa
Lanjutan ......................................................................................... 47
Tabel 4.10 Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x .............................. 48
Tabel 4.11 Gaya Lateral Sumbu X .................................................................. 52
Tabel 4.12 Gaya Lateral Sumbu Y .................................................................. 52
Tabel 4.13 Tebal Minimum Balok Non-Prategang Atau Pelat Satu Arah
Bila Lendutan Tidak Dihitung ...................................................... 53
Tabel 4.14 Rekapitulasi Tipe Pelat.................................................................. 57
Tabel 4.15 Rekapitulasi Penulangan Pelat ...................................................... 65
Tabel 4.16 RAB untuk Keseluruhan Pelat ...................................................... 67
Tabel 4.17 Output Diagram Momen Beban Gravitasi dan Seismic Pada
Program Robot Structural Analysis ............................................... 69
Tabel 4.18 Profil Balok yang Akan Digunakan untuk Tulangan Utama ........ 69
Tabel 4.19 Data Tambahan untuk Perencanaan Balok.................................... 69
Tabel 4.20 Kebutuhan Luas Tulangan Baja Lentur ........................................ 71
Tabel 4.21 Profil Balok yang Akan Digunakan untuk Tulangan Geser .......... 84
Tabel 4.22 Rekapitulasi Perhitungan Gaya Geser ........................................... 87
Tabel 4.23 RAB untuk Kesuluruhan Balok..................................................... 107

xiv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.24 Perolehan Nilai Pu dan Mu pada RSA ........................................... 109


Tabel 4.25 Data Tambahan untuk Perencanaan Kolom .................................. 110
Tabel 4.26 Konfigurasi Penulangan Kolom .................................................... 110
Tabel 4.27 Tulangan D10 untuk Hoops .......................................................... 113
Tabel 4.28 RAB untuk Keseluruhan Kolom ................................................... 124
Tabel 4.29 Tulangan Trasnversal Kolom ....................................................... 125
Tabel 4.30 RAB Keseluruhan Bangunan ........................................................ 129
Tabel 4.31 Perbandingan Biaya Antara Kolom Persegi dan Kolom
Lingkaran ...................................................................................... 136

xv
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Gebrakan Infrastruktur Indonesia 2015-2017 dan


Anggarannya ................................................................. 1
Gambar 1.2 Persentase Progres Pengerjaan Infrastruktur
pada Tahun 2017........................................................... 2
Gambar 1.3 Ilutrasi Pekerjaan Proyek .............................................. 3
Gambar 2.1 Diagram Sifat Terfragmentasi ...................................... 7
Gambar 2.2 Pekerjaan yang Menggunakan BIM ............................ 9
Gambar 2.3 Bidang Pekerjaan yang Menggunakan BIM ................. 9
Gambar 2.4 Penggunaan BIM oleh Pelaku Bidang Konstruksi ....... 10
Gambar 2.5 Klasifikasi BIM Menurut Fungsinya ............................ 11
Gambar 2.6 Contoh Sejarah Kolabprasi dalam Konstruksi .............. 12
Gambar 2.7 Lifecycle Building ......................................................... 14
Gambar 2.8 Perbedaaan Metode BIM dan CAD .............................. 16
Gambar 2.9 Sebuah BIM yang Menunjukkan Beragam Informasi yang
Berasal darii Model 3D Seperti Gambar Rencana,
Bagian Bangunan, dan lain-lainnya. ............................. 19
Gambar 2.10 Proposal Penjualan Apartemen ..................................... 20
Gambar 2.11 Detailing Pondasi 2D dan 3D ....................................... 20
Gambar 2.12 Kotak Dialog Berisikan Informasi ................................ 21
Gambar 2.13 Metode Tradisional untuk Tinjauan Desain ................. 24
Gambar 2.14 Pendekatan Terintegrasi untuk Tinjauan Desain ........ 25
Gambar 2.15 Desain Model Terintegrasi ........................................... 26
Gambar 2.16 Kelebihan dari Autodesk Robot Structural Analysis ..... 28
Gambar 3.1 Denah Lantai I .............................................................. 29
Gambar 3.2 Denah Lantai II ............................................................. 30
Gambar 3.3 Denah Lantai III............................................................ 31
Gambar 3.4 Tampak X-Z.................................................................. 32
Gambar 3.5 Tampak Y-Z.................................................................. 33
Gambar 3.6 Diagram Alir Penelitian Kasus I ................................... 37
Gambar 3.7 Diagram Alir Penelitian Kasus II ................................. 38

xvi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.8 Diagram Alir Penelitian Kasus III ................................ 39


Gambar 4.1 Model 3D Gedung per Lantai pada Revit ..................... 40
Gambar 4.2 Model 3D Gedung per Tampak pada Revit .................. 41
Gambar 4.3 Modeling Struktur Desain Gedung pada Robot
Structural Analysis........................................................ 41
Gambar 4.4 Respon Spektra Percepatan pada 0,2 detik ................... 42
Gambar 4.5 Respon Spektra Percepatan pada 1 detik ...................... 43
Gambar 4.6 (a),(b) Nilai Tcx dan Tcy pada Robot Structural Analysis ...... 49
Gambar 4.7 Ilustrasi Tinggi Efektif Pelat ......................................... 54
Gambar 4.8 (a),(b) Model Pelat Lantai I dan Atap dari pada Robot
Structural Analysis........................................................ 65
Gambar 4.9 Material Suvey pada Pelat Lantai I dan Atap pada
Robot Structural Analysis ............................................. 66
Gambar 4.10 (a),(b) Model Pelat Lantai II sampai Lantai V pada Robot
Structural Analysis........................................................ 66
Gambar 4.11 Material Suvey pada Pelat Lantai II sampai Lantai V
pada Robot Structural Analysis .................................... 67
Gambar 4.12 Denah Balok Lantai I pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 68
Gambar 4.13 Diagram Momen yang Bekerja pada Balok serta
Akibat Pembebanan Seismic Dan Gravitasi pada Robot
Structural Analysis........................................................ 68
Gambar 4.14 Sketsa Penulangan Kondisi 1........................................ 73
Gambar 4.15 Sketsa Penulangan Kondisi 2........................................ 76
Gambar 4.16 Sketsa Penulangan Kondisi 3........................................ 78
Gambar 4.17 Sketsa Penulangan Kondisi 4........................................ 81
Gambar 4.18 Sketsa Penulangan Kondisi 5........................................ 83
Gambar 4.19 Model 3D BI 7 m pada Robot Structural Analysis ....... 90
Gambar 4.20 Material Survey BI 7 m pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 90
Gambar 4.21 Detailing BI 7 m pada Robot Structural Analysis ........ 91
Gambar 4.22 Model 3D BI 8 m pada Robot Structural Analysis ....... 92

xvii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.23 Material Survey BI 8 m pada Robot Structural


Analysis ......................................................................... 92
Gambar 4.24 Detailing BI 8 m pada Robot Structural Analysis ........ 93
Gambar 4.25 Model 3D BI 5,5 m pada Robot Structural Analysis .... 94
Gambar 4.26 Material Survey BI 5,5 m pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 94
Gambar 4.27 Detailing BI 5,5 m pada Robot Structural Analysis ..... 95
Gambar 4.28 Model 3D BI 3 m pada Robot Structural Analysis ....... 96
Gambar 4.29 Material Survey BI 3 m pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 96
Gambar 4.30 Detailing BI 3 m pada Robot Structural Analysis ........ 97
Gambar 4.31 Model 3D BA 8 m pada Robot Structural Analysis ..... 98
Gambar 4.32 Material Survey BA 8 m pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 98
Gambar 4.33 Detailing BA 8 m pada Robot Structural Analysis....... 99
Gambar 4.34 Model 3D BA 7 m pada Robot Structural Analysis ..... 100
Gambar 4.35 Material Survey BA 7 m pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 100
Gambar 4.36 Detailing BA 7 m pada Robot Structural Analysis....... 101
Gambar 4.37 Model 3D BA 5,5 m pada Robot Structural Analysis .. 102
Gambar 4.38 Material Survey BA 5,5 m pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 102
Gambar 4.39 Detailing BA 5,5 m pada Robot Structural Analysis .... 103
Gambar 4.40 Model 3D BA 3,5 m pada Robot Structural Analysis .. 104
Gambar 4.41 Material Survey BA 3,5 m pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 104
Gambar 4.42 Detailing BA 3,5 m pada Robot Structural Analysis .... 105
Gambar 4.43 Lokasi Kolom yang Didesain ....................................... 108
Gambar 4.44 Output Gaya Aksial (Fx) pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 108
Gambar 4.45 Output Moment Mz pada Robot Structural Analysis ... 109

xviii
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.46 Model 3D dan Material Survey Keseluruhan Kolom


60x60 cm Tinggi 5,5 m pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 116
Gambar 4.47 Detailing Kolom 60x60 cm Tinggi 5,5 m pada Robot
Structural Analysis........................................................ 117
Gambar 4.48 Model 3D dan Material Survey Keseluruhan Kolom
60x60 cm Tinggi 4,4 m pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 118
Gambar 4.49 Detailing Kolom 60x60 cm Tinggi 4,4 m pada Robot
Structural Analysis........................................................ 119
Gambar 4.50 Model 3D dan Material Survey Keseluruhan Kolom
45x45 cm pada Robot Structural Analysis ................... 120
Gambar 4.51 Detailing Kolom 45 x 45 cm pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 121
Gambar 4.52 Model 3D dan Material Survey Keseluruhan Kolom
30x30 cm pada Robot Structural Analysis ................... 122
Gambar 4.53 Detailing Kolom 30 x 30 cm pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 123
Gambar 4.54 Model 3D Gedung pada Revit....................................... 124
Gambar 4.55 Model 3D Lantai 5 pada Revit ...................................... 124
Gambar 4.56 Model 3D Balok, Kolom, dan Pelat pada Revit ............ 125
Gambar 4.57 Model 3D Joint pada Revit ........................................... 126
Gambar 4.58 Ilustrasi Perubahan Kolom pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 130
Gambar 4.59 Model 3D dan Material Survey Kolom Persegi pada
Robot Structural Analysis ............................................. 131
Gambar 4.60 Detailing Kolom Persegi pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 132
Gambar 4.61 Model 3D dan Material Survey Kolom Lingkaran pada
Robot Structural Analysis ............................................. 133
Gambar 4.62 Detailing Kolom Lingkaran pada Robot Structural
Analysis ......................................................................... 134

xix
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 4.63 Visualisasi Kolom Persegi dan Kolom Lingkaran


pada Revit...................................................................... 135
Gambar 4.64 Visualisasi Penutup Lantai Menggunakan Kayu
Merbau pada Revit ........................................................ 137
Gambar 4.65 Biaya Pengeluran Penutup Lantai Kayu pada Revit ..... 138
Gambar 4.66 Visualisasi Penutup Lantai Menggunakan Keramik
pada Revit...................................................................... 138
Gambar 4.67 Biaya Pengeluran Penutup Lantai Keramik pada Revit 139

xx
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Hitungan Excel .................................................... 51


Grafik 4.2 Hasil Website PUSKIM ................................................ 52
Grafik 4.3 Diagram Interaksi Kolom Lantai yang Didesain
pada Robot Structural Analysis .................................... 112
Grafik 4.4 Diagram Interaksi Kolom Lantai Atas pada Robot
Structural Analysis........................................................ 113

xxi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara yang maju adalah negara yang mempunyai infrastruktur yang baik dengan
pembangunan dan perawatan yang berkelanjutan. Infrastruktur memberikan
kemudahan dan keleluasaan akses bagi kehidupan manusia. Infrasturktur kurang
memadai dapat menyebabkan roda perekonomian berjalan stagnan atau bahkan
tidak berkembang. Karena tidak terhubungnya jalan antar daerah menyebabkan
biaya logistik menjadi mahal sehingga daya saing industri antar daerah berkurang.
Tidak meratanya pembangunan antara perkotaan dengan pedesaan juga
menyebabkan munculnya konflik ketidakadilan sosial. Contoh konfliknya seperti,
susahnya warga di desa untuk berobat ke fasilitas kesehatan, atau anak-anak
pedesaan harus menempuh medan yang berat untuk pergi ke sekolah.

Gambar 1.1 Gebrakan Infrastruktur Indonesia 2015-2018 dan Anggarannya


Sumber : Liputan6.com & weforum.org

1
library.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan dari Gambar 1.1, dijelaskan bahwa Indonesia melakukan gebrakan


dalam sektor pembangunan infrastruktur yang luar biasa. Ditambah dengan
dukungan pemerintah Indonesia melalui APBN yang terus meningkat dari tahun ke
tahun, pemerintah Indonesia berharap infrastruktur yang dibangun kelak dapat
menjadi pintu utama untuk investor agar mau berinvestasi di berbagai sektor seperti
pertanian, perikanan, pariswisata, listrik, minyak dan gas, dan sebagainya.

Dengan banyaknya infrastruktur yang akan atau sedang dibangun, maka akan ada
banyak lapangan pekerjaan yang terbuka, sehingga dapat mengurangai angka
pengangguran. Diperlukan pengawasan yang ketat dari pemerintah, swasta, dan
masyarakat sekitarnya agar proses pembangunan dapat berjalan sesuai dengan
mestinya.

Gambar 1.2 Persentase Progres Pengerjaan Infrastruktur pada Tahun 2017


Sumber : Databoks.co.id

Melihat Gambar 1.2, proses pembangunan bendungan mempunyai progress yang


sangat progresif dengan 49,2 %. Selanjutnya disusul oleh pembangungan bandara
sebesar 33,3 % dan infrastruktur listrik sebesar 31 %. Untuk pembangunan jalan tol
baru terlaksana sekitar 268 kilometer (26,8%) dari target 1.000 kilometer yang
dibangun. Dilanjutkan progres pembangunan pelabuhan sebesar 18,3 % dan posisi
terkahir ditempati oleh pembangunan rel kereta api, yaitu 15 %. Target jalur kereta
library.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

api yaitu sepanjang 3.258 kilometer, namun yang baru terlaksana sepanjang 487,7
kilometer.

Dalam kenyataannya di lapangan, banyak sekali permasalahan yang terjadi,


sehingga dapat membuat proyek pembangunan tersendat atau bahkan tidak dapat
terealisasi. Salah satu penyebabnya yaitu kurangnya koordinasi yang menyebabkan
kesalahpahaman. Terkadang apa yang disepakati saat perencanaan awal tidak
sejalan dengan kenyataan yang terlihat. Ada juga bahan yang dinginkan ternyata
tidak tersedia di lokasi pengerjaan. Dengan banyaknya infrastruktur yang dibangun,
maka semakin banyak juga masalah yang akan dihadapi di lapangan.

Gambar 1.3 Ilustrasi Pekerjaan Proyek

Bayangkan jika kita mendapatkan proyek di Kota Solo, Jawa Tengah. Arsitek
berada di Kota Medan, Sumatera Utara. Designer/Engineer berada di Kota
Manokwari, Papua Barat. Dan Owner berada di Labuan Bajo, Nusa Tenggara
Timur. Ada mungkin beberapa pertanyaan yang akan muncul, seperti, bagaimana
cara untuk menjalankan proyek dengan baik walaupun terhalang oleh jarak bahkan
bahasa? Bagaimana cara untuk menyatukan stakeholders agar tidak terjadi miss
communication? Dengan cara kerja atau sistem seperti apa? Untuk menyelesaikan
library.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

permasalahan tersebut, maka diperlukan cara kerja atau sistem yang terintegrasi
antar satu dengan lainnya. Yang dimaksud terintegrasi disini adalah semua
stakeholders dalam tahapan proses pembangunan terhubung dengan baik, misalnya
dalam tahapan desain, seorang arsitek harus dapat menyesuaikan keinginan pemilik
proyek (owners) dan mengkreasikan ide yang didapat dengan para konsultan,
sehingga menciptakan satu model desain terintegrasi. Pada tahap pengerjaan,
kontraktor pelaksana harus berkoordinasi dengan subkontaktor, sehingga
menghasilkan bangunan sesuai dengan yang direncanakan. Dengan adanya sistem
ini, proses pembangunan gedung dapat menjadi lebih efesien dalam waktu dan
efektif sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut perlu menggunakan sistem baru yaitu sistem
BIM (Building Information Modeling). BIM adalah sebuah tekonologi yang muncul
dalam industri desain yang digunakan untuk merancang dan mendokumentasikan
suatu proyek, tetapi juga digunakan sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi
pada semua pemangku kepentingan proyek. BIM merupakan sistem, manajemen,
metode atau runutan pengerjaan suatu proyek yang diterapkan berdasarkan
informasi terkait dari keseluruhan aspek bangunan yang dikelola dan kemudian
diproyeksikan kedalam model tiga dimensi. BIM memudahkan pelaksanaan
pengerjaan sebuah proyek karena semua stakeholders dapat mengetahui dan
memantau pekerjaan yang sedang berlangsung walaupun berbeda tempat. Di
Indonesia sistem BIM ini jarang digunakan oleh konsultan, kontraktor BUMN atau
swasta, dan pelaku industri konstruksi lainnya, dengan kata lain sistem BIM masih
sangat awam. Jadi bisa dikatakan bahwa Indonesia masih mengggunakan sistem
konvensional.

Berdasarkan hal itu, maka penulis tertarik untuk mengaplikasikan BIM dalam
desain bangunan gedung. Penulis tertarik untuk mengetahui cara kerja BIM dan
maanfaat BIM dalam menunjang pekerjaan bidang konstruksi.
library.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini adalah rumusan masalah pada skripsi ini :
1. Bagaimana Building Information Modeling (BIM) dapat diimplementasikan
pada tahap desain konseptual dalam siklus hidup bangunan?

1.3 Batasan Masalah


Pembahasan permasalahan dalam penelitian ini memerlukan batasan guna
mendapatkan solusi yang sesuai dengan permasalahan yang ada. batasan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Pembahasan materi yang dilakukan hanya sebatas analisis struktur,
perhitungan volume, dan biaya pembangunan gedung secara struktural
(pelat, balok, dan kolom). Untuk arsitektural sendiri yang akan diuji adalah
perbandingan biaya jenis penutup lantai pada lantai 1.
2. Bentuk struktur yang dianalisis yaitu berupa portal berpelat. Hasil dari
analisis berupa gaya dalam, momen, dimensi beserta detailing komponen.
Untuk detailing hanya akan diambil beberapa sampel dari tiap - tiap
komponen.
3. Untuk koefisien dan harga untuk suatu bahan dan barang diambil dari Harga
Satuan Dasar (HSD) dan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Pekerjaan
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan Kota Surakarta Tahun 2017,
dan dari internet yang dimuat pada lampiran.

1.4 Tujuan Penelitian


Berikut adalah tujuan dari penelitian studi ini:
1. Mengimplementasikan Building Information Modeling (BIM) pada tahap
desain konseptual bangunan beton bertulang.
2. Mengeksplorasi potensi keuntungan penerapan Building Information
Modeling (BIM) pada tahap desain.
library.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a.) Manfaat Teoritis

1. Memberikan manfaat terhadap proses pembelajaran dan pengembangan


ilmu pengetahuan penulis dan pembaca khususnya dalam bidang teknik
sipil.
2. Membuat model 3D, menganalisis struktur model gedung, menghitung
biaya, dan mengetahui implementasi dari BIM.

b.) Manfaat Praktis

1. Sebagai rekomendasi dalam pembuatan desain bangunan sehingga


menghasilkan satu model yang terintegrasi.
2. Mengetahui kesesuaian hasil antara hasil dari software dengan hitungan
manual sesuai peraturan.
3. Menganalisis keseluruhan strukutur serta mendesain penulangan setiap
komponen struktur secara cepat.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


Tantangan-tantangan yang menyebabkan low productivity dalam dunia konstruksi
akan terus bertambah dari zaman ke zaman. Tantangan itu seperti meningkatnya
kompleksitas dan ukuran proyek, meningkatnya permintaan konsumen untuk
mendapatkan kualitas yang baik dalam waktu singkat, jumlah pekerja dengan
kemampuan berbeda meningkat sehingga membuat manejemen dan pelatihan lebih
sulit, munculnya berbagai teknologi baru, serta ekspetasi dari konsumen yang
sangat tinggi.
Ada dua penyebab utama low productivity dalam konstruksi menurut Teicholz,
2004, yakni :
• Sifat terfragmentasi akibat cara pendekatan proyek yang masih tradisional.
Maksud dari pernyataan diatas akan dijelaskan pada gambar di bawah ini.

Menghambat keterlibatan kolaborasi


dengan kontraktor selama fase
desain proyek.

Akibatnya terbentuk
masalah kontruksi.

Membuat produktivitas
tenaga kerja menjadi
rendah.

Gambar 2.1 Diagram Sifat Terfragmentasi


Sumber : Teicholz, 2004

7
library.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

• Pengunaan teknologi tradisional 2D dengan AutoCAD


Penggunaan teknologi 2D dengan AutoCAD akan menimbulkan berbagai
permasalahan seperti :
o AutoCAD dianggap tidak menampilkan pendekatan kolaborasi yang
benar.
o Arsitek dan insinyur yang terlibat (seperti insinyur struktur, MEP,
dan lainnya) membuat desain CAD mereka sendiri untuk
disampaikan kepada owner dan kontraktor.
o Gambar-gambar yang dibuat biasanya tidak terintegrasi dan bisa
menimbulkan konflik yang mengakibatkan inefisiensi dalam
bekerja.
o Pendekatan AutoCAD 2D tidak menampilkan integrasi antara
gambar dengan jadwal dan biaya.

Dengan banyaknya tantangan dan penyebab yang dihadapi dunia kontruksi, maka
engineers mulai berpikir bagaimana caranya untuk mengurangi resiko selama
proses pembangunan berlangsung. Baru sekitar tahun 1990-an, industri kontruksi
menetapkan dasar produk bangunan berorientasi objek 3D. Pada akhir-akhir ini,
berbagai alat BIM segera menjadi kebutuhan di seluruh industri konstruksi
(Eastman, 2008).

Olutanji, 2009, mengungkapkan BIM sebagai aplikasi penyusunan tiga atau empat
dimensi dapat menghasilkan rencana intensif data. Sistem BIM menyimpan data
yang terkait dengan masing-masing 'objek'. Implikasi dari BIM pada proses
konstruksi adalah perencana dan kontraktor dapat memodelkan situasi real-time
sebelum pindah ke lokasi.

Building Information Modeling (BIM) adalah proses dan praktik desain dan
konstruksi virtual di sepanjang siklus hidupnya. Ini adalah platform untuk berbagi
pengetahuan dan berkomunikasi antara peserta proyek (The National BIM
Standard-United States, 2010).
library.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4 di bawah ini adalah sebuah penelitian dari
Becerik-Gerber, 2010, mengenai pekerjaan dan bidang pekerjaan yang
menggunakan BIM.

Gambar 2.2 Pekerjaan yang Menggunakan BIM


Sumber : Becerik-Gerber, 2010

Gambar 2.3 Bidang Pekerjaan yang Menggunakan BIM


Sumber : Becerik-Gerber, 2010
library.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Menurut penelitian Gee, 2010, menyimpulkan bahwa Building Information


Modeling (BIM) adalah teknologi terbaru di lingkungan buatan yang memanfaatkan
model data. Ini multidimensi model yang bertindak sebagai sumber daya
komunikasi dan informasi selama siklus proyek konstruksi.

Manfaat dari model desain arsitektur terkait dengan database relasional telah
terbukti sangat berharga, dengan kontraktor menjadi pendorong utama penggunaan
teknologi BIM lebih banyak untuk pertama kalinya pada tahun 2012 dibandingkan
arsitek dan engineers di Amerika Utara (McGraw-Hill Construction, 2012).

Gambar 2.4 Penggunaan BIM oleh Pelaku Bidang Konstruksi


Sumber : The Business Value of BIM in North America :
Multi-Year Trend Analysis and User Ratings SmartMarket
Report, McGraw-Hill Construction, 2012

Building Information Modeling (BIM) adalah proses menghasilkan dan mengelola


data bangunan yang mengurangi siklus proses pembangunan. Proses ini biasanya
menggunakan perangkat lunak pemodelan bangunan dinamis tiga dimensi dan real-
time guna untuk meningkatkan produktivitas dalam desain dan konstruksi bangunan
(Wikipedia, 2014).
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

Muzvimwe, 2011 sebagaimana dikutip oleh Shangvi, 2012, merangkum bahwa


penggunaan aplikasi BIM mampu untuk memberikan layanan terbaik pada proyek
konstruksi. Berikut adalah tabel penjelasan dari Muzvimwe mengenai klasifikasi
BIM menurut fungsinya.

Gambar 2.5 Klasifikasi BIM Menurut Fungsinya


Sumber : 2016 IJEDR, Volume 4, Issue 2, ISSN :
2321-9939

Klasifikasi BIM yang dibahas dalam skripsi ini yaitu model 3D BIM ditambah
dengan bugdeting. Terdapat tiga kasus yang akan dibahas, yaitu :

1. Mendesain gedung pada Autodesk Revit dan menganalisisnya di


Autodesk Robot Structural Analysis. Kemudian mendesain tulangan
balok, kolom, dan pelat, serta mencari biaya total bangunan dari lantai
satu sampai lantai lima (hanya balok, kolom, dan pelat).
2. Membandingkan perubahan dari kolom persegi ke kolom lingkaran
pada satu lantai. Mencari perbedaan dan menampilkannya pada
Autodesk Revit.
3. Menentukan jenis penutup lantai lainnya apabila spesifikasi penutup
lantai yang diinginkan tidak ada di lokasi proyek.
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

2.2. Landasan Teori


2.2.1 Asal Mula Adanya Building Information Modeling ( BIM )

Manusia sangat tertarik mendirikan bangunan yang kokoh dan dapat bertahan
selama ratusan bahkan ribuan tahun lamanya. Namun pekerjaan konstruksi tersebut
tidak dapat diselesaikan oleh seorang diri, maka dari itu manusia harus melakukan
pendekatan dengan yang lainnya.

Umumnya orang akan memilih pekerjaan yang sekiranya mereka mampu


menyelesaikannya dengan baik. Ini sangat jelas, bahwa pemahaman dalam suatu
pekerjaaan merupakan bagian sangat penting untuk keberhasilan kinerja.

Setelah memahami perkerjaan, hal kedua yang harus dilakukan yaitu membuat
pekerjaan menjadi efesien. Maka dibutuhkan kolaborasi. Kolaborasi yang
dimaksudkan yaitu pekerjaan yang bisa dilakukan secara bersamaan dengan
pekerjaan lain tanpa harus menunggu pekerjaan sebelumnya selesai. Contohnya
pekerjaan pengecatan tembok dengan pekerjaan pemasangan penutup lantai dapat
dilakukan secara bersamaan.

Gambar 2.6 Contoh Sejarah Kolaborasi dalam Konstruksi


Sumber : Building Information Modeling oleh Willem
Kymmell
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Sasaran untuk proyek kontruksi umumnya mencerminkan kebutuhan dan keinginan


dari pemilik proyek. Tujuan utama dari semua anggota tim proyek yaitu membantu
pemilik mencapai tujuan dan rencananya. Tujuan lainnya yaitu untuk memperbaiki
kuliatas proyek, meningkatkan efesiensi konstruksi (dalam waktu atau biaya
konstruksi), dan mengurangi risiko dalam proses konstruksi.

Tujuan individu maupun kelompok dalam proyek harus diselaraskan agar tidak
bertentangan dengan tujuan pemilik proyek. Penggunaan Building Information
Modeling (BIM) sebagai sistem dapat membantu dalam mencapai tujuan tim
proyek. Karakteristik yang menarik dari proses BIM adalah membuat proses
manajemen cenderung lebih transparan, yaitu dengan menggunakan model 3D (tiga
dimensi). Model 3D ini dapat menunjukkan bagian mana yang sudah atau belum
tercapai di area proyek dengan cepat. Dengan begitu kelemahan proyek lebih
mudah terdeteksi oleh BIM karena sebagian besar proses konstruksi dapat dilihat
melalui visualisasi dengan model 3D.

2.2.2 Pengertian Building Information Modeling (BIM)

Dalam industri arsitektur, teknik, dan kontruksi (AEC), ada suatu kesalah pahaman
oleh beberapa pihak bahwa BIM hanya sepotong dari perangkat lunak. Building
Informaton Modeling (BIM) adalah konsep atau cara kerja menggunakan
permodelan 3D digital (virtual) yang di dalamnya berisi semua informasi
permodelan yang terintegrasi untuk fasilitas koordinasi, simulasi, serta visualisasi
antar semua pihak yang terkait, sehingga dapat membantu owner dan penyedia
layanan untuk merancang, membangun, serta mengelola bangunan.
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.7 Lifecylce Building


= Fase yang dikerjakan
Sumber : www.indiamart.com

Pada Gambar 2.7 menjelaskan bahwa BIM mencakup seluruh lingkup kegiatan
bangunan mulai dari desain hingga operasional dan dibagi menjadi lebih spesifik
pada setiap fasenya. Pada skripsi ini yang akan dibahas yaitu mulai dari fase
programming, fase conceptual design, fase detailed design, fase analysis, dan fase
documentation.
Pada fase-fase siklus BIM akan memberikan jobdesk masing-masing terhadap
kepentingannya. Pada Tabel 2.1 akan dijelaskan mengenai jobdesk berdasarkan
fase BIM yang dibahas.
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Jobdesk Fase BIM Skripsi

Dengan adanya sistem otomatisasi pada BIM, maka setiap perubahan pada objek
dalam model akan langsung berubah di seluruh proyek dalam semua tampilan.
Misalnya, jika anda mengubah sebuah dinding di dalam rencana, maka data
mengenai tinggi dan lebar dinding, bagian-bagian dinding, dan tampilannya akan
berubah. Setelah selesai diubah oleh tim desain, dinding tersebut dapat langsung
dilihat langsung secara 3D oleh kontraktor. Dengan cara ini, maka
kesalahanpahaman antara konsultan perencana dengan kontraktor dapat dikurangi.

Quality Surveyor (QS) juga dapat menggunakan model BIM sebagai data tambahan
untuk menentukan kualitas dan jumlah bahan yang dipakai saat proses
pembangunan. Jadi, dalam contoh dinding, QS dapat langsung tahu berapa banyak
papan gypsum yang diperlukan untuk membangun dinding. Pada akhirnya, pemilik
proyek dapat menggunakan BIM untuk mengatur dan mengoperasikan fasilitas dan
seluruh informasi keseluruhan proyek dengan penjadwalan bahan dan alat di dalam
proyek.

Building Information Modeling (BIM) telah merubah keseluruhan cara pandang


dalam proses pembangunan mulai dari desain awal, melalu dokumentasi kontruksi,
menjadi bangunan fisik, dan bahkan ke manajemen bangunan pasca-konstruksi.
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.8 Perbedaan Metode BIM dan CAD


Sumber : Succesful Sustainable Design with BIM

Pada alur kerja CAD, setiap bentuk file dibuat secara terpisah tanpa adanya
hubungan antar file. Dalam metode CAD, tim membuat rencana, bagian, elevasi,
penjadwalan, dan detailing sebuah bangunan secara terpisah, serta harus
mengkoordinasikan segala bentuk perubahan diantara file-file secara manual,
seperti dijelaskan pada Gambar 2.8 bagian CAD.

Untuk alur kerja BIM, tim membuat sebuah model parametrik 3D dan
menggunakan model tersebut untuk menghasikan file yang diperlukan untuk
dokumentasi. Rencana, bagian, elevasi, penjadwalan, dan detailing sebuah
bangunan adalah keseluruhan hasil dari model sistem BIM.
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan dari BIM


2.2.3.1 Kelebihan BIM

Kelebihan dari metode BIM adalah sebagai berikut :

• Simulasi 3D
BIM memungkinkan simulasi 3D untuk bangunan dan komponennya.
Simulasi ini menunjukkan bagaimana komponen bangunan yang berbeda
dapat dikombinasikan dalam proyek. Ini dapat memprediksi jadwal
kegiatan yang bertabrakan dan menunjukkan variable lingkungan pada
desain bangunan yang berbeda.
• Akurasi
Dengan dapatnya bangunan dibangun secara virtual sebelum kontruksi fisik
dimulai di lokasi, BIM menambah tingkat akurasi yang lebih baik secara
kuantitas maupun kualitas bangunan yang menggantikan proses historis
desain dan dokumentasi. Bahan bangunan dan variable lingkungan dapat
dihitung secara realtime daripada yang diperkirakan secara manual.
• Transparansi
Adanya perpaduan antara sistem E-Catalog dengan sistem BIM diharapkan
dapat membantu proses tender menjadi lebih transparan, sehingga
mengurangi pratek korupsi.
• Efesiensi
Manfaat lain dengan menggunakan BIM yaitu menambah tingkat efesiensi
pada proyek. Dengan menggambar elemen bangunan hanya sekali sebagai
pengganti rencana gambar, lalu memproyeksikan elevasi dan bagian-bagian
lainnya, kita dapat memulai untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan
untuk proses kontruksi dan memfokuskan waktu tambahan apabila ada
masalah pada desainnya.
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

2.2.3.2 Kekurangan BIM

Kekurangan dari metode BIM adalah sebagai berikut :

• Cost Software
Untuk mempratekkan sistem BIM diperlukan software penunjang, seperti
Autodesk Revit, Autodesk Robot Stuctural Analysis, dan sebagainya. Untuk
menggunakan software tersebut diperlukan linsensi yang harus dibeli
dengan biaya yang cukup mahal. Dalam studi ini, software yang digunakan
berlinsensi student sehingga tidak dipungut biaya.
• Pusat Server (Library)
Dengan adanya library ini, semua barang dan bahan yang berada di suatu
daerah dapat diketahui ketersedian dan harganya. Library ini sudah
diterapkan pada beberapa negara seperti Amerika Serikat, RRC, Jepang,
sebagian besar negara Eropa, sedangkan untuk Indonesia sendiri belum
diterapkan oleh software BIM.
• Kapabilitas Sumber Daya Manusia
Kemampuan individu untuk mengoperasikan software BIM masih sangat
minim. Maka itu perlu dilakukan pelatihan oleh lembaga-lembaga terkait
baik pemerintah (Kementrian Pembangunan dan Perumahan Rakyat)
maupun swasta.

2.2.4 Konsep BIM

Pada model 3D terdapat informasi bangunan yang terkandung atau melekat pada
model proyek dan sifat link di antara masing-masing model, komponen, dan
informasi. Kesalahan informasi dari BIM dapat menjadi sesuatu yang fatal. Penting
untuk memahami sifat dasar dari konsep-konsep berikut ini sehingga
memungkinkan perencanaan dan pengelolaan proyek dengan baik.

2.2.4.1 Model Proyek

Proyek sekarang dapat dipahami dalam ruang 3D dan detailnya dapat


dikembangkan untuk meningkatkan tingkat kompleksitas yang terkoordinasi ketika
proyek mulai dibangun. Tujuan model proyek bukan hanya untuk membuat BIM,
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

melainkan untuk memahami proyek yang dihasilkan dan memahami manfaat dari
penggunaan informasi yang tersedia pada BIM. Terdapat tiga model proyek yang
akan dibahas yakni sebagai berikut :

Gambar 2.9 Sebuah BIM yang Menunjukkan Beragam Informasi yang


Berasal dari Model 3D Seperti Gambar Rencana, Bagian
Bangunan, dan lain-lainnya.

Sumber : Building Information Modeling by McGraw

2.2.4.1.1 Virtual Model

Virtual Model terbagi menjadi dua bagian yang berbeda, yaitu surface model
dan solid model. Surface model dikhususkan untuk tujuan visualisasi yang
berisi informasi mengenai ukuran, bentuk, ketinggian, dan sebagainya, pada
bangunan proyek. Oleh karena itu, surface model sangat cocok digunakan
untuk perencanaan dan pemasaran.

Tampilan konstruksi utamanya menggunakan solid model karena


memungkinkan simulasi yang lebih dari sekedar aspek visual dari proyek
bangunan. Keuntungan solid model yaitu memungkinkan untuk
menghasilkan tampilan 2D yang dapat dikembangkan menjadi dokumentasi
konstruksi konvensional. Ini berarti bahwa solid model dapat digunakan
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

untuk mengembangkan konsep dan detail proyek yang ditunjukkan untuk


proses perizinan dan konstruksi.

Gambar 2.10 Brosur Penjualan Apartemen

Sumber : www.exclusiveinternetdirectory.com

Gambar 2.11 Detailing Pondasi 2D dan 3D


Sumber : www.structuraldetails.civilworx.com
library.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.11 merupakan surface model. Untuk Gambar 2.12 merupakan


solid model.

2.2.4.1.2 Model Intelligence

Model intelligence mengacu pada fakta dimana informasi dapat dimuat dalam
model tampilan 3D. Informasi yang dimaksud bersifat fisik, mencakup
dimensi objek (ukuran), lokasi objek dengan lainnya dalam model, jumlah
objek, dan informasi parametrik lainnya tentang objek. Informasi parametrik
mengacu pada informasi yang membedakan satu komponen tertentu dari
komponen lainnya yang serupa. Contohnya tidak semua dinding dalam suatu
bangunan memiliki ukuran dan bahan yang sama, mungkin dinding lantai
dasar ukurannya sama dengan dinding lantai tiga, namun bahannya berbeda.
Setiap aspek dari jenis informasi ini dapat diprogram ke dalam komponen
(dinding) tertentu sehingga secara akurat mewakili apa yang dibutuhkan
proyek.

Karena informasi ini akan terkandung dalam masing-masing komponen


model atau objek, dengan begitu dapat digunakan pada desain model lainnya,
maka model ini disebut model intelligence.

Gambar 2.12 Kotak Dialog Berisikan Informasi


Sumber : Building Information Modeling by McGraw
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

2.2.4.1.3 Model Sources

Sumber terbaik untuk model bangunan adalah in-house staff, maksudnya


yaitu ada seseorang yang mengerti detail model proyek yang dibangun dan
orang ini termasuk bagian dari tim proyek serta dapat mempengaruhi kinerja
keseluruhan tim.

Opsi yang kedua yaitu dengan menyewa pemodel yang mengerti detail model
proyek dari luar dengan sistem outsourcing, namun tidak termasuk dalam tim
proyek. Tantangan utama pada opsi ini adalah cara berkomunikasi dan
berkolaborasi di internal tim. Keanggotaan tim dalam jangka panjang juga
akan mendorong pendekatan yang lebih bertanggung jawab terhadap akurasi,
perincian, dan relevansi model. Pemodel sering menjadi orang terbaik untuk
mengatasi berbagai masalah proyek dan oleh karena itu pemodel perlu terlibat
aktif dengan banyak kegiatan perencanaan proyek.

2.2.4.2 Link

Link adalah konsep penting dalam tampilan simulasi konstruksi. Link mengacu
pada konektivitas berbagai sumber informasi. Informasi ini dapat menjadi bagian
dari model 3D atau dapat dimuat dalam format lain yang terpisah dari file model,
seperti jadwal kerja, spreadsheet, database, atau sebagaian dokumen teks. Berikut
ini akan dibahas mengenai berbagai jenis link :

2.2.4.2.1 Model to Information Links

Informasi objek parametrik adalah informasi yang merupakan bagian objek


tertetu dalam sebuah model proyek. Sifat link-nya otomatis, sehingga untuk
mengubah model sangat mudah dan mengakibatkan perubahan informasi
model secara menyeluruh. Catatan : Tidak semua software menyediakan
fungsi seperti ini.

2.2.4.2.2 Model to Model Link

Konektivitas BIM ada di dalam interoperabilitas berbagai model yang telah


dibuat oleh perangkat lunak yang berbeda. Ini berarti supaya model
berkompatibel dengan model lainnya yang dibuat oleh perangkat lunak lain.
Semua model tersebut perlu diterjemahkan ke dalam format file yang
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

seragam, sehingga semua informasi objek dapat ditransfer dengan benar.


Perangkat lunak tertentu mempunyai kapasitas bawaan untuk dapat membaca
dan menggunakan format file pemodel lain.

2.2.5 Perubahan dalam Metode dan Pendekatan

Standar industri desain dan proses dokumentasi yang berlaku pada saat ini terlihat
seperti Gambar 2.13. Untuk menjelaskan maksud gambar ini lebih baik, perlu
dipahami terlebih dahulu bahwa desain adalah sebuah siklus proses dan salah
satunya perlu perbaikan terus menerus.

Berikut adalah siklus metode konvensional dalam pembangunan sebuah proyek


yang sering dipakai :

• Arsitek menggambar desain bangunan dan berbagi informasi dengan


konsultan.
• Konsultan bekerja secara terpisah dengan menggunakan bagian-bagian
gambar arsitek untuk membuat seri baru gambar mereka sendiri sesuai
dengan spesialisasinya.
• Gambar dari konsultan akan dicek kembali oleh arsitek. Bagian yang
mempengaruhi arsitektur gambar seperti struktur bangunan atau pekerjaan
saluran listrik sebagian besar digambar ulang dalam satu set gambar beserta
detailingnya.
• Gambar dicetak (berupa shop drawings) kemudian dibagikan kepada
kontraktor. Kemudian kontraktor menyebarkan gambar tersebut ke berbagai
subkontraktor yang sesuai dengan spesialisasinya. Apabila subkontraktor
ingin merubah desain gambar menjadi lebih baik, maka subkontraktor wajib
mengirim gambarnya ke kontraktor terlebih dulu untuk diverifikasi.
• Ketika kontraktor mendapatkan kesulitan selama proses konstruksi,
kontraktor dapat membuat desain gambar yang baru dengan detail
tambahan, tetapi harus berdasarkan pada gambar aslinya.

Kekurangan dari sistem in yaitu semua tim bekerja secara terpisah dalam membuat
desainnya sendiri, maka dibutuhkan sistem check and balance serta waktu
berdiskusi untuk memastikan informasi secara akurat dan efektif.
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.13 Metode Tradisional untuk Tinjauan Desain


Sumber : Succesful Sustainable Design with BIM

Seluruh rangkaian metode ini memiliki banyak peluang untuk terjadinya miss
communication dan banyak informasi yang diproduksi secara berlebihan. Jika kita
dapat memanfaatkan kelebihan yang terdapat dalam metode berbasis BIM
(Gambar 2.14), kita dapat menghilangkan kegiatan yang berlebihan,
meningkatkan komunikasi, lebih banyak waktu untuk fokus meningkatkan desain,
dan mempercepat pembangunan.

Berikut adalah siklus dengan menggunakan metode BIM :

• Arsitek dan konsultan akan bekerja bersama untuk menghasilkan sebuah


model bangunan tunggal yang disebut Integrated Desaign Model. Ini
mungkin membuat satu model atau model yang terdiri dari bagian-bagian
yang saling berhubungan.
• Setelah model ini mencampai tahap penyempurnaan, model ini akan
diteruskan ke kontraktor dan subkontraktor untuk merevisi desain apabila
masih ada kekurangan. Hasil desain dari diskusi kontraktor dan
subkontraktor berupa Construction Planning Model. Model ini adalah
model yang dipakai untuk proses konstruksi.
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

• Ketika mereka membangun bangunan fisik, model BIM dapat disesuaikan


untuk mencerminkan perubahan yang terjadi di lapangan.
• Revisi model terakhir kemudian dibagikan ke pemilik dan operator fasilitas.
Model dapat berisi informasi produk yang dibutuhkan untuk sistem yang
dipasang dalam membantu operator memelihara fasilitas bangunan.

Gambar 2.14 Pendekatan Terintegrasi untuk Tinjauan Desain

Sumber : Succesful Sustainable Design with BIM

Model pertama yang dihasilkan dari metode BIM yaitu Integrated Desaign Model.
Dengan model ini kita dapat memulai untuk melihat seluruh berbagai komponen
yang dapat dibuat, pada Gambar 2.15 menunjukkan keterhubungan beberapa file
dengan Integrated Design Model.
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.15 Desain Model Terintegrasi

Sumber : Succesful Sustainable Design with BIM

2.2.6 Software yang Digunakan


2.2.6.1 Autodesk Revit

Software Autodesk Revit memungkinkan pengguna untuk merancang bangunan dan


struktur beserta komponennya dalam 3D, menambahkan keterangan model dengan
2D drafting elemen, dan mengakses informasi banguna dari database model
bangunan. Autodesk Revit adalah software 4D - 5D BIM yang memiliki alat untuk
merencanakan dan melacak berbagai tahapan bangunan dalam siklus hidup
bangunan, mulai dari konsep, konstruksi, pemeliharaan, hingga pembongkaran.

Autodeksk Revit mempunyai tiga disiplin yaitu Revit Architecture, Revit Structure,
dan Revit MEP. Dengan file Revit dalam format : .rvt dan .rfa. Berikut merupakan
keuntungan yang diperoleh dari software Revit dimana tidak dapat ditemukan pada
software CAD :
library.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

• Komponen Parametrik
Setiap elemen adalah objek 3D dengan parameter yang dapat dimodifikasi
untuk mengubah desain sehingga tidak lagi menjadi sebuah desain 2D.
• Bidirectional Transivity
Seluruh model adalah database tunggal dengan semua elemen saling terkait.
Terpenting adalah ketika kita membuat perubahan di satu lokasi, semua
elemen yang terpengaruh akan diperbaharui secara dinamis. Setiap kali
terjadi perubahan pada model, database tunggal akan mengikuti perubahan
tersebut secara otomatis.
• Dokumentsi Tidak Lagi Manual
Revit mengurangi jumlah gambar yang dibutuhkan untuk sebuah model. Itu
berarti hasil cetakan jauh lebih sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Revit secara otomatis mencatat semua informasi yang dibutuhkan dalam
proyek. Yang kita lakukan cukup mengekstrak filenya. Ini dapat dilakukan
dengan menggunakan tag atau keynote. Tag untuk mengekstrak informasi
dari elemen itu sendiri dan keynote untuk menghubungkan elemen ke file
spesifikasinya.
• Berbagi Pekerjaan
Pengerjaan tugas dapat dilakukan secara terpisah. File yang dikerjakan
dapat dikirim kemudian disinkronkan dengan file pusat di server.

Berikut merupakan manfaat dari software Revit Structure :

• Mengintegrasikan model struktural fisik dan analitik yang dibuat serta


dihitung oleh Autodesk Robot Structural Analysis.
• Fitur dua arah secara asosiatif antara model dan tampilan.
• Memanfaatkan komponen struktural multi-bahan.
• Memfasilitasi pembuatan detail struktural dari tampilan model 3D.
• Dapat dioperasikan dengan Autodesk Revit Architecture dan Autodesk Revit
MEP.
• Memfasilitasi pemodelan konstruksi, yang mana membantu memperoleh
wawasan konstruksi yang lebih baik dari model desain.
• Mendukung proses Building Information Modeling (BIM).
library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Dengan adanya software Revit ini diharapkan dapat meningkatkan koordinasi


multi-disiplin dalam dokumentasi desain struktural, meminimalkan kesalahan, dan
meningkatkan kolaborasi antara insinyur struktural dengan anggota tim proyek
lainnya, seperti arsitek, insinyur MEP, dan pemilik.

2.2.6.2 Autodesk Robot Structural Analysis

Autodesk Robot Structural Analysis adalah perangkat lunak bersifat kolaboratif,


serbaguna, dan lebih cepat aplikasi perangkat lunak yang dapat membantu Anda
bersaing dan menang dalam ekonomi global. Dibuat khusus untuk BIM, Autodesk
Robot Structural Analysis digunakan untuk menghitung atau menganalisa model
yang sederhana sampai dengan model yang lebih rumit, mendesain penampang,
menganalisi kuat auto-meshing, nonlinear algoritma, dan dilengkapi koleksi kode
desain dari beberapa negara untuk membantu mencapai hasil yang terukur dan
spesifik dalam hitungan menit, bukan jam. Autodesk Robot Structural Analysis
menawarkan kolaborasi dengan 2D untuk detailing model dan 3D untuk visualisasi
model.

Gambar 2.16 Kelebihan dari Autodesk Robot Structural Analysis


Sumber : www.cadac.com
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Data Dasar Penelitian


3.1.1 Denah Gedung per Lantai
Denah gedung terdiri dari tiga bentang balok pada arah X dengan panjang bentang
5,5 m, 3 m, dan 5,5 m, serta tiga bentang balok pada arah Y dengan bentang
bervariasi, yaitu 7 m, 8 m, dan 7 m. Gedung ini mempunyai lima lantai dengan dua
tangga untuk menuju lantai diatasnya. Lantai pertama digunakan sebagai lobby
utama, dimana terdapat ruang administrasi, ruang Kepala Program Studi (Kaprodi),
ruang dosen, toilet khusus dosen dan tamu, ruang sidang, dan perpustakaan.

Gambar 3.1 Denah Lantai I


Sumber : Tugas Perancangan Struktur Beton
Teknik Sipil 2018 Kelompok 3

29
library.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Pada lantai dua terdapat beberapa ruangan yaitu, dua ruang laboratorium, toilet
dosen dan mahasiswa, ruang sidang, dan aula pertemuan.

Gambar 3.2 Denah Lantai II


Sumber : Tugas Perancangan Struktur Beton
Teknik Sipil 2018 Kelompok 3
library.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Lantai tiga sampai lantai lima digunakan sebagai kegiatan belajar-mengajar. Tiap-
tiap lantai memiliki empat ruang kelas, ruang sidang, dan toilet dosen dan
mahasiswa.

Gambar 3.3 Denah Lantai III-V


Sumber : Tugas Perancangan Struktur Beton
Teknik Sipil 2018 Kelompok 3
library.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

3.1.2 Model Struktur


Struktur portal mempunyai lima tingkat (story) termasuk atap dengan tinggi antar
tingkat 4,4 m. Jarak antara pondasi dengan tingkat pertama yaitu sebesar 5 m dan
jarak antar kolom yaitu 5,5 m, 3 m, 7 m, dan 8 m. Model struktur selengkapnya
dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5.

Gambar 3.4 Tampak X-Z


Sumber : Tugas Perancangan Struktur Beton
Teknik Sipil 2018 Kelompok 3
library.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Gambar 3.5 Tampak Y-Z


Sumber : Tugas Perancangan Struktur
Beton Teknik Sipil 2018 Kelompok 3
library.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

3.1.3 Spesifikasi dan Data Struktur


Spesifikasi dan data struktur mengenai gedung fasilitas yang akan dibangun adalah
sebagai berikut :
a. Bangunan direncanakan dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus.
b. Struktur bangunan simetris dan tidak ada ketidakteraturan vertikal dan
horizontal.
c. Tebal plat lantai maksimal 12 cm yang terbuat dari beton.
d. Mutu baja tulangan memanjang menggunakan fy = 420 MPa dengan
tulangan sengkang fy = 300 MPa.
e. Dasar hitungan dari peraturan SNI 2847 : 2013 dan SNI 1726 : 2012.
f. Lokasi bangunan terletak di Kota Solo. Bangunan gedung digunakan untuk
fasilitas pendidikan.

3.2 Metodelogi Penelitian


3.2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode perencanaan dengan
pengaplikasikan sistem Building Information Modeling (BIM) dengan
menggunakan Revit untuk visualisasinya dan dibantu Robot Structural Analysis
untuk analisisnya.

3.2.2 Tahapan Penelitian


Suatu penelitian harus dilakukan dengan sistematika yang jelas dan teratur,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Berikut adalah tahapan-tahapan
berdasarkan kasus yang dibahas :
1. Kasus I : Mendesain gedung pada Autodesk Revit dan menganalisisnya di
Autodesk Robot Structural Analysis. Kemudian mendesain tulangan balok,
kolom, dan pelat, serta mencari biaya total dari bangunan dari lantai satu sampai
lantai lima (hanya balok, kolom, dan pelat).
A. Tahap I
Tahap persiapan. Persiapan dilakukan dengan mencari data dan informasi
yang mendukung perancangan struktur.
library.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

B. Tahap II
Mendesain gedung yang berupa fasilitas pendidikan sesuai dengan keinginan
owner dan peraturan pada Autodesk Revit. Untuk permodelan geometri
struktur portal dan pemberian pembenanan menggunakan peraturan
SNI 2847 : 2013 dan SNI 1726 : 2012.
C. Tahap III
Menganalisa struktur portal dengan mengunakan Autodesk Robot Structural
Analysis. Kemudian hasil analisa tersebut akan menjadi acuan utama dalam
penelitian dimensi pada bagian-bagian struktur portal.
D. Tahap IV
Merencanakan dimensi pelat lantai, pelat atap, balok, dan kolom yang terbuat
dari beton bertulang. Sesesudah itu dikirim kembali ke Autodesk Revit untuk
visualisasi.
E. Tahap V
Melakukan tahap bugdeting untuk struktur portal yang akan dibangun.

2. Kasus II : Membandingkan perubahan dari kolom persegi ke kolom bulat pada


satu lantai. Mencari perbedaan yang terlihat dan menampilkannya pada Autodesk
Revit.
A. Tahap I
Mengubah kolom persegi pada lantai II menjadi kolom bulat, kemudian
dianalisis.
B. Tahap II
Merencanakan tulangan pada kolom. Kemudian melakukan budgeting
terhadap kolom bulat.
C. Tahap III
Mengirim hasil analisis dari Robot Structural Analysis ke Revit dan
membandingkan hasil dari keduanya.
library.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

3. Kasus III : Mencari jenis penutup lantai lainnya apabila spesifikasi penutup
lantai yang diinginkan tidak ada di lokasi proyek.
A. Tahap I
Menentukan luasan penutup lantai yang akan dibuat, misalnya pada kasus
ini owner menginginkan jenis penutup lantai kayu. Mebuat tampilan
penutuo lantai kayu di Revit, kemudian mencari biaya yang dikeluarkan
untuk satu lantai.
B. Tahap II
Karena jenis penutup lantain kayu tidak ada, maka diganti jenis penutuo
lantai lainnya yaitu dengan menggunakan penutup lantai keramik.
Membuat tampilan penutup lantai jenis keramik roman di Revit, kemudian
mencari biaya yang dikeluarkan untuk lantai I.
C. Tahap III
Membandingkan hasil yang didapat dari pergantian penutup lantai kayu
menjadi penutup lantai keramik.
library.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

3.3 Diagram Alir Penelitian


3.3.1 Diagram Alir Penelitian Kasus I
Berikut ini adalah gambar diagram alir pada kasus I :

Mulai

Pengumpulan Data dan


Informasi Untuk
Perancangan Struktur

Pemodelan Struktur dalam Bentuk 3D pada


Autodesk Revit

Pemberian Beban Gravitasi dan Beban Gempa

Struktur Dianalisis Menggunakan Robot


Structural Analysis

Penelitian Dimensi dan Penulangan Pelat


Lantai, Balok, dan Kolom

Tidak Aman
Reanalysis

Aman

Kirim Kembali File yang Dianalisis ke


Autodesk Revit untuk Visualisasi Bangunan

Tahap Bugdeting

Selesai

Gambar 3.6 Diagram Alir Penelitian Kasus I


library.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

3.3.2 Diagram Alir Penelitian Kasus II


Berikut ini adalah gambar diagram alir pada kasus II :

Mulai

Edit Kolom Persegi


Menjadi Kolom Bulat
pada Robot Structural
Analysis

Analisis Kolom Bulat

Rencanakan Tulangan pada Kolom Bulat

Perhitungan Biaya Pembuatan Kolom

Kirim Hasil Analisis ke Revit


untuk Visualisasi

Perbandingan Biaya Antara Kolom Bulat


dan Persegi

Selesai

Gambar 3.7 Diagram Alir Penelitian Kasus II


library.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

3.3.3 Diagram Alir Penelitian Kasus III


Berikut ini adalah gambar diagram alir pada kasus III :

Mulai

Tentukan Luasan
Penutup Lantai Kayu
dan Penutup Lantai
Keramik Roman
untuk Lantai I

Visualisasikan Penutup Lantai Berkayu


dan Penutup Lantai Berkeramik Roman

Hitung Biaya Pengeluaran untuk Kedua


Bahan Penutup Lantai dengan Revit

Bandingkan

Selesai

Gambar 3.8 Diagram Alir Penelitian Kasus III


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Kasus I : Mendesain Gedung pada Autodesk Revit dan Menganalisisnya


di Autodesk Robot Structural Analysis. Kemudian mendesain tulangan
balok, kolom, dan pelat, serta mencari biaya total bangunan dari lantai
satu sampai lantai lima (hanya balok, kolom, dan pelat).

4.1.1 Desain 3D dan Modeling Gedung


Berikut adalah gambar model 3D BIM dari sketsa yang dijelaskan pada bab
sebelumnya :

Lantai 1 Lantai 2

Lantai 3-5

Gambar 4.1 Model 3D Gedung per Lantai pada Revit

40
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

T. Sampimg T. Depan T. Belakang

Gambar 4.2 Model 3D Gedung per Tampak pada Revit

Setelah mendesain gedung di Autodesk Revit, desain bisa dintegrasikan ke Autodesk


Robot Structural Analysis untuk dihitung gaya-gaya beserta momennya. Mungkin
ada yang bertanya kenapa harus ke Autodesk Robot Structural Analysis? Karena
dua software tersebut merupakan inovasi dari satu perusahaan yaitu Autodesk.
Gambar 4.3 merupakan modeling struktur dari desain.

Gambar 4.3 Modeling Struktur Desain Gedung pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

Dalam membangun sebuah bangunan membutuhkan spesifikasi-spesifikasi tertentu


yang dipakai pada setiap komponennya. Spesifikasi komponen untuk membangun
gedung yang didesain akan dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Spesifikasi Menurut Komponennya

4.1.2 Perhitungan Gempa


4.1.2.1 Data Perencanaan Pembebanan Beban Gempa
Untuk tanah dasar batuan pada gedung fasilitas pendidikan yang berada pada zona
tanah keras di Kota Solo :
a. SS, Respons Spektra Percepatan pada 0,20 detik, 10% dalam 50 tahun
(redaman 5%) : 0,9 g

Gambar 4.4 Respon Spektra Percepatan pada 0,2 detik


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

b. S1, Respons Spektra Percepatan pada 1,00 detik, 10% dalam 50 tahun
(redaman 5%) : 0,4 g

Gambar 4.5 Respon Spektra Percepatan pada 1 detik

c. Kategori Resiko Bangunan


KRB untuk Gedung Fasilitas Pendidikan : IV
Tabel 4.2 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Struktur Lain
untuk Beban Gempa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

Tabel 4.3 Faktor Keutamaan Gempa

Didapat : IE = 1,50

d. Koefisien Situs, Fa, dan Fv


Dari hasil di atas, didapat :
SS = 0,9 g
S1 = 0,4 g

Tabel 4.4 Koefisien Situs, Fa


Parameter Respon Spektra Percepatan pada Perioda Pendek, Fa
Kelas
Situs Ss ≤ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1 Ss ≥ 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SS

Dari tabel di atas, dengan menggunakan nilai Ss = 0,9 maka didapatkan nilai Fa :
Fa = 1,0
SC = Tanah Keras
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

Tabel 4.5 Koefisien Situs, Fv


Parameter Respon Spektra Percepatan pada Perioda 1 Detik, Fv
Kelas
Situs S1 ≤ 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 ≥ 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SS

Dari tabel di atas, dengan menggunakan nilai S1 = 0,6 maka didapatkan nilai Fv :
Fv = 1,4
SC = Tanah Keras

Daerah Solo merupakan daerah yang mempunyai tekstur tanah keras, sehingga
kelas situsnya termasuk kelas SC (Tanah Keras). Dari hasil interpolasi maka
diperoleh data Fa dan Fv sebagai berikut :

Tabel 4.6 Koefisien Situs Fa dan Fv Kota Surakarta


Koefisien Situs Fa dan Fv, untuk Kota Surakarta
Kelas Situs Fa (SS = 1,5 g) Fv(S1 = 0,6 g)
SC 1,0 1,4

4.1.2.2 Spektral Respons Percepatan SDS dan SD1


• Menghitung nilai SDS dan SD1
Fa = 1,0
2
SDS = (Fa . SS)
3
2
= (1,0. 0,9)
3

= 0,6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

Fv = 1,3
2
SD1 = (Fv . S1)
3
2
= (1,4 . 0,4)
3

= 0,373
Dari SDS = 0,6 dan SD1 = 0,373 dapat ditentukan Kategori Desain Seismik untuk
bangunan Gedung Fasilitas Pendidikan adalah D.

Tabel 4.7 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respon Percepatan


pada Perioda Pendek

Tabel 4.8 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respon Percepatan


pada Perioda 1 Detik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

4.1.2.3 Penentuan Kategori Disain Seismik - KDS (Seismic Design Category –


SDC)
• Kategori Resiko untuk bangunan Pendidikan adalah tipe IV.
• Dengan nilai SDS 1,0 maka termasuk dalam KDS D (Berdasarkan Nilai SDS
SNI 03-1726-2012).
• Dengan nilai SD1 0,52 maka termasuk dalam KDS D (Berdasarkan Nilai SD1
SNI 03-1726-2012)
• Sistem struktur beton untuk kategori desain seismic (KDS) menurut SNI-03-
1726-2012, dengan Sistem Struktur Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen
Khusus diisyaratkan nilai R= 8,00, Ω0 = 3,00, Cd = 5,5 serta dengan Sistem Rangka
Beton Pemikul Momen disyaratkan nilai Ct = 0,0466 dan x = 0,9

Tabel 4.9 Faktor R, Cd, dan Ωs untuk Sistem Penahan Gaya Gempa Lanjutan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

Tabel 4.10 Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x


Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen dimana rangka memikul 100% gaya seismik yang
disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih
kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa :
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,80
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,90
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 0,75
Semua sistem struktur lainnya 0,0731 0,75

Perioda Struktur
Ta = Ct x hnx

= 0,0466 x 270,90

= 0,9049

4.1.2.4 Penghitungan Base Shear

Perhitungan Koefisien Respon Seismik (CS) dan V

• CS

S
Ts = SD1
DS

0,373
= 0.6

= 0,622 detik

SD1
T0 = 0,2 𝑥 SDS

0,373
= 0,2 x 0.6

= 0,1244 detik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

Nilai Tc dari Software Robot Structural Analysis

Period = 1.04

(a)

Period = 1.14

(b)
Gambar 4.6 (a), (b) Nilai Tcx dan Tcy pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Tcx = 1,04

Tcy = 1,14

Tmax = Cu x Ta

= 1,4 x 0,9049

= 1,2669

Karena nilai Ta < Tcx < Tmax , maka dipakai nilai Tx = 1,04

Karena nilai Ta < Tcy < Tmax, maka dipakai nilai Ty = 1,14
S𝐷1
Sax = 𝑇𝑥

0,373
= = 0,359
1,04

Sax 0,359
CSx = R = 8 = 0,06371
( ) ( )
Ie 1.5

S𝐷1
Say = 𝑇𝑦

0,373
= = 0,3275
1,14

Say 0,3275
CSy = R = 8 = 0,0614
( ) ( )
Ie 1.5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

4.1.2.5 Perhitungan Distribusi Beban ke Tiap Lantai


Berikut ini adalah tabel perhitungan gaya lateral (gaya gempa) arah sumbu X dan
sumbu Y di titik pusat gempa bangunan :

Tabel 4.11 Gaya Lateral Sumbu X


k
h tiap k k Wi.Hi Fx = Cvx.Vx
lantai hi hi Wi Wi.Hi Cvx=
lantai ΣWi.Hik (ton)
6 (Atap) 4,4 27 65,74 200,35 13170,78 0,2066 32,7615 t
5 4,4 22,6 52,45 345,97 18144,80 0,2847 45,1340 t
4 4,4 18,2 39,84 345,97 13782,41 0,2162 34,2828 t
3 4,4 13,8 28,03 345,97 9697,97 0,1521 24,1231 t
2 4,4 9,4 17,21 345,97 5955,34 0,0934 14,8135 t
1 5 5 7,72 387,51 2992,09 0,0469 7,4426 t
Total 1971,72 63743,39 1,0000 158,5576 t

Tabel 4.12 Gaya Lateral Sumbu Y


k
h tiap k k Wi.Hi Fy = Cvy.Vy
lantai hi hi Wi Wi.Hi Cvy=
lantai ΣWi.Hik (ton)
6 (Atap) 4,4 27 77,52 200,35 15530,30 0,2109 30,5088
5 4,4 22,6 61,29 345,97 21205,94 0,2880 41,6585
4 4,4 18,2 46,06 345,97 15934,14 0,2164 31,3022
3 4,4 13,8 31,96 345,97 11057,95 0,1502 21,7230
2 4,4 9,4 19,25 345,97 6661,36 0,0905 13,0861
1 5 5 8,37 387,51 3242,82 0,0440 6,3704
Total 1971,72 73632,51 1,0000 144,6490
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

4.1.3 Perhitungan dan Rekapitulasi Biaya Pelat


4.1.3.1 Spesifikasi Data
Penentuan tebal plat (fy = 300MPa ), maka :

Tabel 4.13 Tebal Minimum Balok Non-Prategang Atau Pelat Satu Arah Bila
Lendutan Tidak Dihitung

H-min pelat utama :

𝑙𝑥 𝑓𝑦
= 𝑥 (0,4 + ) (SNI-03-2847-2002)
21 700

3 300
= 𝑥 (0,4 + )
21 700

= 0,01184 m 0,12 m (minimal ketebalan plat sesuai syarat)

Diambil tebal pelat 120 mm

4.1.3.2 Beban pada Pelat


A. Beban Mati (QD)

Berat Sendiri Pelat = tebal pelat × γ beton

= 0.12× 2400 kg/m3


= 288 kg/m2
sehingga, Qd = 288 kg/m2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

B. Beban Mati Tambahan (QSD)


Berat Finishing Lantai (Spesi) = 5 cm x 21 kg/m2 = 105 kg/m2
Berat Instalasi ME = 25 kg/m2
Berat Keramik = 24 kg/m2
Berat Langit-langit = 18 kg/m2
dan Penggantung
sehingga, Qsd = 172 kg/m2

C. Beban Hidup (QL)

Beban hidup lantai untuk fasilitas pendidikan ditentukan sebesar 250 kg/m2
(PPIUG-1983)

D. Beban Ultimate (QU)

Qu = 1,2QD + 1,2QSD + 1,6QL


= 1,2 x 288 + 1,2 x 172 + 1,6 x 250
= 952 kg/m2

4.1.3.3 Perhitungan Tulangan

Tebal Plat = 0,12 m = 120 mm


Selimut Beton = 40 mm
Diameter Tulangan = 10 mm
f’c = 41,5 MPa
fy = 300 MPa
Tinggi Efektif :

Gambar 4.7 Ilustrasi Tinggi Efektif Pelat

dx = 120 – 40 – (0,5 × 10) = 70 mm


dy = 120 – 40 – 10 – (0,5 × 10) = 65 mm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

0,05
β = 0,85 − 𝑥 (𝑓 ′ 𝑐 − 28)
7

= 0,0591
0,85 𝑥 𝑓′𝑐 600 0,85 𝑥 41,5 600
ρb =( ) 𝑥𝛽𝑥 ( )=( ) 𝑥 0,0591 𝑥 ( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 300 600+300

= 0,0433

ρmaks = 0,75 × ρb = 0,75 × 0,043 = 0,0043

1,4 1,4
ρmin1 = = = 0,0047
fy 240

ρmin2 = 0,0025 ( ketentuan untuk perhitungan pelat)


ρmin1 > ρmin2, maka di pakai,
ρmin = ρmin1 = 0,0025

TIPE 1

ly = 7 m
𝑙𝑦 7
𝑙𝑥
= = 2,55
2,75

lx = 2,75
m

➢ MLx = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952 × 2,752 × 63


= 453,5685 kg.m
➢ MLy = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 2,752 × 34
= 244,7830 kg.m
➢ MTx = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 2,752 × 83
= 597,5585 kg.m
➢ MTy = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 2,752 × 73
= 568,7605 kg.m
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

TIPE 2
ly = 8 m 𝑙𝑦 8
= = 2,67
𝑙𝑥 3

lx = 3 m

➢ MLx = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 32 × 63


= 539,7840 kg.m
➢ MLy = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 32 × 34
= 291,3120 kg.m
➢ MTx = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 32 × 83
= 711,1440 kg.m
➢ MTy = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 32 × 79
= 676,8720 kg.m

TIPE 3

ly = 8 m
𝑙𝑦 8
= = 2,91
𝑙𝑥 2,75

lx = 2,75
m

➢ MLx = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952 × 2,752 × 63


= 453,5685 kg.m
➢ MLy = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 2,752 × 34
= 244,7830 kg.m
➢ MTx = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 2,752 × 83
= 597,5585 kg.m
➢ MTy = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 2,752 × 79
= 568,7605 kg.m
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

TIPE 4

ly = 7 m 𝑙𝑦 7
= = 2,33
𝑙𝑥 3

lx = 3 m

➢ MLx = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952 × 32× 63


= 539,7840 kg.m
➢ MLy = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952 × 32 × 34
= 291,3120 kg.m
➢ MTx = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 32 × 83
= 711,1440 kg.m
➢ MTy = 0,001 × Qu × lx2 × x = 0,001 × 952× 32 × 79
= 676,8720 kg.m

Tabel 4.14 Rekapitulasi Tipe Pelat

Tipe ( dalam kg.m )

Gambar MLx MLy MTx MTy

1
453,5685 244,7830 597,5585 568,7605

2
539,7840 291,3120 711,1440 676,8720

3
453,5685 244,7830 597,5585 568,7605

4
539,7840 291,3120 711,1440 676,8720
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

Jadi momen yang dipakai (terbesar) :


- MLx = 539,7840 kg.m = 539,7840 × 104 N.mm
- MLy = 291,3120 kg.m = 291,3120 × 104 N.mm
- MTx = 711,1440 kg.m = 711,1440 × 104 N.mm
- MTy = 676,8720 kg.m = 676,8720 × 104 N.mm

4.1.3.4 Penulangan Lapangan Arah X


Mu = MLx = 539,7840 × 104 N.mm
𝑀𝑢 539,7840
Mn = = = 599,76 x 104 N.mm
∅ 0,9
𝑀𝑛 599,76 𝑥 104
Rn = = = 1,0662
𝑏 𝑥 𝑑2 1000 𝑥 752
𝑓𝑦 300
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 = 0,85 𝑥 41,5
= 8,5046

1 2 x Rn ×m
ρ = ( 1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦

1 2 𝑥 1,0662 𝑥 8,5046
=
8,5046
[1 − √1 − ]
300

= 0,003609

ρ < ρmaks ,maka menggunakan tulangan tunggal


ρ > ρmin ,maka menggunakan ρ = 0,003609
sehingga, As = ρ×b×d
= 0,003609 ×1000×75
= 270,71516 mm2
𝐴𝑠 270,71516
Jumlah tulangan (n) = = 𝜋 = 𝜋⁄ 𝑥 102 = 3,4469 ≈ 4 buah tulangan
⁄4 𝑥 𝑑2 4

1000 1000
Jarak Antar Tulangan (s) = = = 250 mm
n 4
Jarak Antar Tulangan = 2H = 2 x 120 = 240 mm
Jarak antar tulangan yang dipakai = 240 mm
Jadi dipakai Tulangan D 10 –240 mm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

4.1.3.4.1 Analisis Kapasitas Lentur Plat Penulangan Lapangan Arah X


Mlx = 539,7840 × 104 Nmm
b (lebar plat) = 1000 mm
s (spasi tulangan) = 240 mm
h (tebal pelat) = 120 mm
dx = 75 mm
Dtulangan = 10 mm
p (selimut beton) = 40 mm

𝜋⁄ 𝑥 102 𝑥 1000
4
As = = 327,2492 mm2
240

327,2492 𝑥 300
a= As  f y = = 2,7831 mm
0,85 𝑥 41,5 𝑥 1000
0.85  f '
c b

 Mn terpasang =  [Asfy (d-a/2)]


= 0,8×[327,2492×300×(75-2,7831/2)]
= 650,3842× 104 Nmm

 Mn > Mu
650,3842× 104 Nmm > 539,7840 × 104 Nmm . . . (Aman)

4.1.3.5 Penulangan Lapangan Arah Y


Mu = MLy = 291,3120 × 104 N.mm
𝑀𝑢 291,3120
Mn = = = 323,68 x 104 N.mm
∅ 0,9
𝑀𝑛 323,68 𝑥 104
Rn = = = 0,7661
𝑏 𝑥 𝑑2 1000 𝑥 652
𝑓𝑦 300
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 = = 8,5046
0,85 𝑥 41,5

1 2 x Rn ×m
ρ = ( 1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦

1 2 𝑥 0,7661 𝑥 8,5046
=
8,5046
[1 − √1 − ]
300

= 0,002582

ρ < ρmaks ,maka menggunakan tulangan tunggal


ρ > ρmin ,maka menggunakan ρ = 0,002582
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

sehingga, As = ρ×b×d
= 0,002582 ×1000×75
= 167,83248 mm2
𝐴𝑠 167,83248
Jumlah tulangan (n) = = 𝜋 = 𝜋⁄ 𝑥 102 = 2,1369 ≈ 3 buah tulangan
⁄4 𝑥 𝑑2 4
1000 1000
Jarak Antar Tulangan (s) =
𝑛
= = 333,333 mm
3

Jarak Antar Tulangan = 2H = 2 x 120 = 240 mm


Jarak antar tulangan yang dipakai = 240 mm
Jadi dipakai Tulangan D 10 –240 mm

4.1.3.5.1 Analisis Kapasitas Lentur Plat Penulangan Lapangan Arah Y


Mlx = 291,3120 × 104 Nmm
b (lebar plat) = 1000 mm
s (spasi tulangan) = 240 mm
h (tebal pelat) = 120 mm
dx = 65 mm
Dtulangan = 10 mm
p (selimut beton) = 40 mm

𝜋⁄ 𝑥 102 𝑥 1000
4
As = 240
= 327,2492 mm2

327,2492 𝑥 300
a= As  f y = = 2,7831 mm
0,85 𝑥 41,5 𝑥 1000
0.85  f '
c b

 Mn terpasang =  [Asfy (d-a/2)]


= 0,8×[327,2492×300×(65-2,7831/2)]
= 562,0269 × 104 Nmm

 Mn > Mu
562,0269× 104 Nmm > 291,3120 × 104 Nmm . . . (Aman)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

4.1.3.6 Penulangan Tumpuan Arah X


Mu = MTx = 711,1440 x 104 N.mm
𝑀𝑢 711,1440
Mn =

= 0,9
= = 790,16 × 104 N.mm
𝑀 790,16 𝑥 104
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 1,4047
1000 𝑥 752
𝑓𝑦 300
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 = 0,85 𝑥 41,5
= 8,5046

1 2 x Rn ×m
ρ = ( 1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦

1 2 𝑥 1,4047 𝑥 8,5046
=
8,5046
[1 − √1 − ]
300

= 0,004779

ρ > ρmaks ,maka menggunakan tulangan tunggal


ρ > ρmin ,maka menggunakan ρ= 0,004779

Tulangan Pokok :
As = ρ×b×d
= 0,004779×1000×75
= 358,4678 mm2
𝐴𝑠 358,4678
Jumlah tulangan (n) = 𝜋 = 𝜋⁄ 𝑥 102 = 4,5642 ≈ 5 buah tulangan
⁄4 𝑥 𝑑2 4
1000 1000
Jarak Antar Tulangan (s) =
𝑛
= = 200 mm
5

Jarak Antar Tulangan = 2H = 2 x 120 = 240 mm


Jarak antar tulangan yang dipakai = 240 mm
Jadi dipakai Tulangan D 10 – 200 mm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

4.1.3.6.1 Analisis Kapasitas Lentur Plat Penulangan Tumpuan Arah X


Mtx = 711,1440 × 104 Nmm
b (lebar plat) = 1000 mm
s (spasi tulangan) = 200 mm
h (tebal pelat) = 120 mm
dx = 75 mm
Dtulangan = 10 mm
p (selimut beton) = 40 mm

𝜋⁄ 𝑥 102 𝑥 1000
4
As = = 392,6991 mm2
200

392,6991 𝑥 300
a= As  f y = = 3,3398 mm
0,85 𝑥 41,5 𝑥 1000
0.85  f '
c b

 Mn terpasang =  [Asfy (d-a/2)]


= 0,8×[392,6991 × 41,5 × (75-3,3398/2)]
= 777,5101 × 104 Nmm

 Mn > Mu
777,5101 × 104 Nmm > 711,1440 × 104Nmm . . . (Aman)

▪ Tulangan Bagi :
Asb = 20% × As (PBI Pasal 9)
= 0,2 × 358,4678
= 71,6936 mm2
Asb = 0,002 × b × h = 0,002 × 1000 × 120 = 240 mm2
Asb 240
Jumlah tulangan (n)= = = 3,0558  4 tulangan
 d2  102
4 4
1000 1000
Jarak Antar Tulangan (s) = = = 250 mm
n 4
Jarak Antar Tulangan = 2H = 2×120 = 240 mm
Jarak antar tulangan yang dipakai = 240 mm
Jadi dipakai Tulangan D10 - 240 mm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

4.1.3.7 Penulangan Tumpuan Arah Y


Mu = MTy = 676,8720 x 104 N.mm
𝑀𝑢 676,8720
Mn =

= 0,9
= = 752,080 × 104 N.mm
𝑀 752,080 𝑥 104
Rn = 𝑏 𝑥 𝑛𝑑2 = = 1,7801
1000 𝑥 652
𝑓𝑦 300
m = 0,85 𝑥 𝑓′ 𝑐 = 0,85 𝑥 41,5
= 8,5046

1 2 x Rn ×m
ρ = ( 1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦

1 2 𝑥 1,7801 𝑥 8,5046
=
8,5046
[1 − √1 − ]
300

= 0,006091

ρ > ρmaks ,maka menggunakan tulangan tunggal


ρ > ρmin ,maka menggunakan ρ= 0,006091

Tulangan Pokok :
As = ρ×b×d
= 0,006091×1000×65
= 395,9377 mm2
𝐴𝑠 395,9377
Jumlah tulangan (n) = 𝜋 = 𝜋⁄ 𝑥 102 = 5,0412 ≈ 6 buah tulangan
⁄4 𝑥 𝑑2 4
1000 1000
Jarak Antar Tulangan (s) =
𝑛
= = 166,67 mm
6

Jarak Antar Tulangan = 2H = 2 x 120 = 240 mm


Jarak antar tulangan yang dipakai = 166,67mm
Jadi dipakai Tulangan D 10 – 166,67mm

4.1.3.7.1 Analisis Kapasitas Lentur Plat Penulangan Tumpuan Arah Y


Mty = 676,8720 × 104 Nmm
b (lebar plat) = 1000 mm
s (spasi tulangan) = 166,67 mm
h (tebal pelat) = 120 mm
dx = 65 mm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

Dtulangan = 10 mm
p (selimut beton) = 40 mm

𝜋⁄ 𝑥 102 𝑥 1000
4
As = = 471,2389 mm2
166,67

471,2389 𝑥 300
a= As  f y = = 4,0077 mm
0,85 𝑥 41,5 𝑥 1000
0.85  f '
c b

 Mn terpasang =  [Asfy (d-a/2)]


= 0,8×[471,2389× 41,5 × (65-4,0077 /2)]
= 801,5283 × 104 Nmm

 Mn > Mu
801,5283 × 104 Nmm > 676,8720 × 104Nmm . . . (Aman)

▪ Tulangan Bagi :
Asb = 20% × As (PBI Pasal 9)
= 0,2 × 395,9377
= 79,1875 mm2
Asb = 0,002 × b × h = 0,002 × 1000 × 120 = 240 mm2
Asb 240
Jumlah tulangan (n)= = = 3,0558  4 tulangan
 d 2  102
4 4
1000 1000
Jarak Antar Tulangan (s) = = = 250 mm
n 4
Jarak Antar Tulangan = 2H = 2×120 = 240 mm
Jarak antar tulangan yang dipakai = 240 mm
Jadi dipakai Tulangan D10 - 240 mm

Untuk pelat lantai selanjutnya, hanya akan ditampilkan model 3D pelat tampak atas
beserta tulangan, dan material surveynya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

4.1.3.8 Rekapitulasi Penulangan


Berikut ini adalah rekapitulasi penulangan yang digunakan untuk pelat :
Tabel 4.15 Rekapitulasi Penulangan Pelat

Tulangan Pelat Jarak Tulangan


Lapangan Arah X D10 mm – 240 mm
Lapangan Arah Y D10 mm – 240 mm
Pokok Tumpuan Arah X D10 mm – 200 mm
Pokok Tumpuan Arah Y D10 mm – 166,67 mm
Bagi Arah X D10 mm – 240 mm
Bagi Arah Y D10 mm – 240 mm

4.1.3.9 Model 3D dan Material Survey


Berikut ini adalah model 3D dan material survey untuk pelat dari lantai I sampai
lantai atap :
Lantai I dan Atap

(a)

(b)
Gambar 4.8 (a), (b) Model Pelat Lantai I dan Atap dari pada Robot Structural
Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

Gambar 4.9 Material Suvey pada Pelat Lantai I dan Atap pada Robot Structural
Analysis

Lantai II sampai Lantai V

(a)

(b)
Gambar 4.10 (a), (b) Model Pelat Lantai II sampai Lantai V pada Robot Structural
Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

Gambar 4.11 Material Suvey pada Pelat Lantai II sampai Lantai V pada Robot
Structural Analysis

4.1.3.10 Rencana Anggaran Biaya untuk Pelat


Setelah mengetahui volume yang dibutuhkan untuk membuat suatu komponen,
maka perhitungan biaya dapat langsung dilaksanakan. Pada Tabel 4.16 akan
dijelaskan pengeluaran total untuk pelat dari lantai I sampai atap.
Tabel 4.16 RAB untuk Keseluruhan Pelat
Concrete Besi Bekisting
Lantai 3 2 Total
m Rp D (mm) kg Rp m Rp
1 35,64 37.422.000,0 10 3424,54 54.458.678,9 297 117.215.386,2
2 31,02 32.571.000,0 10 2978,65 47.367.922,1 258,5 102.020.799,1
3 31,02 32.571.000,0 10 2978,65 47.367.922,1 258,5 102.020.799,1
4 31,02 32.571.000,0 10 2978,65 47.367.922,1 258,5 102.020.799,1 Rp 1.146.031.015
5 31,02 32.571.000,0 10 2978,65 47.367.922,1 258,5 102.020.799,1
Atap 35,64 37.422.000,0 10 3424,54 54.458.678,9 297 117.215.386,2
Ʃ 195,36 Rp 205.128.000 18763,68 Rp 298.389.046 1628 Rp 642.513.969
Komponen Harga
3
Beton Rp 1.050.000 /m
Besi Rp 159.025 /10 kg
2
Bekisting Rp 394.665 /m

Jadi dapat diketahui untuk membuat pelat lantai keseluruhan gedung menghabiskan
biaya sebesar Rp 1.146.031.015 (satu milyar serratus empat puluh enam juta tiga
puluh satu ribu lima belas rupiah).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

4.1.4 Perhitungan dan Rekapitulasi Biaya Balok


4.1.4.1 Denah Perencanaan Tulangan Balok
Denah pengambilan balok yang akan direncanakan dapat dilihat pada Gambar 4.12
berikut ini :

Gambar 4.12 Denah Balok Lantai I pada Robot Structural Analysis

4.1.4.2 Perencanaan Tulangan Balok


Perencanaan tulangan lentur pada balok sangatlah penting dalam merencanakan
gedung tahan gempa. Dalam perencanaan tulangan balok dibutuhkan nilai momen
yang dihasilkan dari program Robot Structural Analysis (arah XZ) seperti gambar
dibawah ini.
18,75 17,8

44,37
41,45

Gambar 4.13 Diagram Momen yang Bekerja pada Balok serta Akibat
Pembebanan Seismic Dan Gravitasi pada Robot Structural
Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

Tabel 4.17 Output Diagram Momen Beban Gravitasi dan Seismic Pada Program
Robot Structural Analysis
Kondisi Lokasi Arah Momen Arah Goyangan Mu (Ton.m)
1 T. Kiri Negatif Kanan 44,3700
2 T. Kanan Negatif Kiri 45,5400
3 Midspan Positif Keduanya 21,533
4 T. Kanan Positif Kanan 17,8000
5 T. Kiri Positif Kiri 18,75

Dalam perencanaan struktur gedung pendidikan ini, digunakan profil balok yang
dijelaskan pada Tabel 4.16.
Tabel 4.18 Profil Balok yang Akan Digunakan untuk Tulangan Utama
Dimensi (mm)
Tipe f'c (Mpa) fy (MPa)
Lebar (b) Tinggi (h) Panjang (L)
Beam 350 500 7000 41,5 420

Tabel 4.19 Data Tambahan untuk Perencanaan Balok


Direncanakan
Kolom = 600 x 600 mm
p = 40 mm
D tulangan = 29 mm
D sengkang = 10 mm
j = 1
φ = 0,8

Diagram momen yang diperoleh dari RSA kemudian dijadikan sebagai acuan dalam
menentukan jumlah tulangan yang dibutuhkan. Berikut di bawah ini adalah cara-
cara dalam detailing reinforcement (detail penulangan).

4.1.4.3 Gaya Aksial Tekan Terfaktor


Gaya aksial tekan terfaktor pada komponen struktur tidak diperbolehkan
melebihi0,1 Ag. fc’
Ag = 350 mm x 500 mm = 175000 mm
0,1 Ag . fc’ = 0,1 . 175000 . 41,5 = 725375 N = 725,375s kN
Gaya aksial tekan terfaktor pada balok akibat kombinasi beban gravitasi dan
beban gempa dari RSA adalah 51,7 kN.
OK! Elemen yang didesain merupakan elemen lentur dan bukan kolom.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

4.1.4.4 Bentang Bersih


Bentang bersih komponn struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi efektif
elemen struktur.
Ln = 8000 - 500 = 7500 mm
de (tinggi efektif balok) = 500 - 40 = 460 mm
4.de = 4 x 460 = 1840 mm
Syarat Ln > 4.de OK! Elemen bukan merupakan deep beam.

4.1.4.5 Rasio Profil Penampang


Perbandingan antara lebar terhadap tinggi balok tidak boleh kurang dari 0,3
b/d ratio = 350 mm / 500 mm = 0,7 > 0,3 OK!

4.1.4.6 Lebar Balok


Lebar balok tidak boleh kurang dari 250 mm, b = 350 mm > 250 mm OK!
Tidak boleh lebih dari lebar kolom penumpu,
Lebar Kolom = 600 mm > Lebar Balok = 350 mm OK!

4.1.4.7 Baja Tulangan untuk Lentur


Mencari Jumlah Tulangan yang Dibutuhakan
• Kondisi 1 Goyangan ke Kanan, momen Negatif, tumpuan Kiri
Mu = 44.37 ton.m = 443,7 kN.m
d efektif = h - (p - Dskng - 0,5Dtul) = 435,5 mm
As = Mu/(φ .fy.j.de) = 3032,2290 mm2

• Kondisi 2 Goyangan ke Kiri, momen Negatif, tumpuan Kanan


Mu = 45,54 ton.m = 454,4 kN.m
d efektif = h - (p - Dskng - 0,5Dtul) = 435,5 mm
As = Mu/(φ .fy.j.de) = 3112,1863 mm2

• Kondisi 3 Midspan/Lapangan, momen Positif, tumpuan Keduanya


Mu = 17,233 ton.m = 172,33 kN.m
d efektif = h - (p - Dskng - 0,5Dtul) = 435,5 mm
As = Mu/(φ .fy.j.de) = 1471,5570 mm2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

• Kondisi 4 Goyangan ke Kanan, momen Positif, tumpuan Kanan


Mu = 17,81 ton.m = 178,1 kN.m
d efektif = h - (p - Dskng - 0,5Dtul) = 435,5 mm
As = Mu/(φ .fy.j.de) = 1216,4452 mm2

• Kondisi 5 Goyangan ke Kiri, momen Positif, tumpuan Kiri


Mu = 17,57 ton.m = 175,7 kN.m
d efektif = h - (p - Dskng - 0,5Dtul) = 435,5 mm
As = Mu/(φ .fy.j.de) = 1281,3679 mm2

Tabel 4.20 Kebutuhan Luas Tulangan Baja Lentur

Digunakan
Tinjauan
Tarik Tekan
Tumpuan kanan 3112,1863 1281,3679
Tumpuan kiri 3032,2290 1216,4452
Lapangan 1471,5570 1471,5570

4.1.4.8 Mencari Kebutuhan Jumlah Tulangan


4.1.4.8.1 Kondisi 1 Goyangan ke Kiri, momen Negatif, tumpuan Kiri
Mu = 44,37 ton.m = 443,7 kN.m
d efektif = 435,5 mm
As perlu = 3032,2289 mm2
𝐴𝑠
n =
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛2
3032,2289
=
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 292

= 4,5907≈ 5 tulangan

Susunan banyaknya tulangan


40 (n-1) ≤ b - 2p - 2Dsengkang - nD tulangan
40 (n-1) ≤ 350 - 40 – 2.10 - n 29
69 n ≤ 290
n ≤ 4,20289 ≈ 5 tulangan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

Jarak antar tulangan


b − 2p − nDtulangan − 2Dsengkang
s =
n−1
350 −2.40 −5.29−2.10
s = = 26,25 < 40 mm Tidak OK! Maka dipakai 2 lapis
4−1

d1 = 435,5 mm
d2 = d1- 2.5D = 435,5 – 2,5.29 = 363 mm
m = |5 − 4| = 1
d = (n.d1 + m.d2)/(n+m) = (4.435,5 + 1.363) / (4+1)
= 421 mm

a. Cek Kekuatan Lentur Penampang


As = 5 - D29
As = n.0,25.π.Dtul2
= 5.0,25.π.292 = 3302,5993 mm2
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 3302,5993 𝑥 420
a = 0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐𝑥 𝑏𝑤
= 0,85 𝑥 41,5 𝑥 350

= 112,3492 mm

φMn = 0,9 x As x fy x (d-0,5 a)


= 0,9 x 3302,5993 x 420 x (421 – 0,5 x 112,3492)
= 455441635,2 N.mm
= 455,4416 kN.m
φMn > Mu
455,4416 kN.m > 443,7 kN.m Syarat Terpenuhi.

b. Cek As Minimum
√𝑓′𝑐 √41,5
As min = . 𝑏𝑤. ℎ = .350. 500
4𝑓𝑦 4.420

= 671,0468 mm2
1,4 1,4
As =
𝑓𝑦
. 𝑏𝑤. ℎ = . 350.500
420

= 583,33333 mm2

As min > As
671,0468 mm2 > 583,3333 mm2 Syarat tulangan minimum terpenuhi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

c. Cek Rasio Tulangan


𝐴𝑠 3302,5993
𝜌 = = = 0,0217
𝑏𝑤.𝑑 350 .435,5

Karena f’c > 28 MPa, maka 𝛽 harus dicari dahulu.


0,05 0,05
𝛽 = (0,85 − ) 𝑥 (𝑓 ′ 𝑐 − 28) = (0,85 − ) 𝑥 (41,5 − 28)
7 7

= 0,768
0,768 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 β 600 0,768 𝑥 41,5 𝑥 β 600
𝜌b = 𝑥 ( )= 𝑥 ( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 420 600+420

= 0,0379
𝜌max = 0,75 x 𝜌b = 0,0284
𝜌max > 𝜌 , maka syarat rasio tulangan terpenuhi.

d. Cek Tension-Controlled (ACI 318-05)


𝑎 112,3492
= = 0,2669
𝑑 435,5
𝑎𝑡𝑐𝑙
= 0,375 x 𝛽 = 0,375 x 0,768 = 0,2881
𝑑
𝒂 𝒂𝒕𝒄𝒍
< , maka desain tulangan : Under Reinforced. (OK!)
𝒅 𝒅

e. Reinforcement
Digunakan = 5 - D29

Gambar 4.14 Sketsa Penulangan Kondisi 1


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

4.1.4.8.2 Kondisi 2 Goyangan ke Kiri, momen Negatif, tumpuan Kanan


Mu = 45,54 ton.m = 454,4 kN.m
d efektif = 435,5 mm
As perlu = 3112,186 mm2
𝐴𝑠
n =
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛2
3112,186
=
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 292

= 4,7117 ≈ 5 tulangan

Susunan banyaknya tulangan


40 (n-1) ≤ b - 2p - 2Dsengkang - nD tulangan
40 (n-1) ≤ 350 - 40 – 2.10 - n 29
69 n ≤ 290
n ≤ 4,20289 ≈ 4 tulangan

Jarak antar tulangan


b − 2p − nDtulangan − 2Dsengkang
s =
n−1
350 −2.40 −5.29−2.10
s = = 26,25 < 40 mm Tidak OK! Maka dipakai 2 lapis
4−1

d1 = 435,5 mm
d2 = d1- 2.5D = 435,5 – 2,5.29 = 363 mm
m = |5 − 4| = 1
d = (n.d1 + m.d2)/(n+m) = (4.435,5 + 1.363) / (4+1)
= 421 mm

a. Cek Kekuatan Lentur Penampang


As = 5 - D29
As = n.0,25.π.Dtul2
= 5.0,25.π.292 = 3302,5993 mm2
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 3302,5993 𝑥 420
a = 0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐𝑥 𝑏𝑤
=
0,85 𝑥 41,5 𝑥 350

= 112,3492 mm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

φMn = 0,9 x As x fy x (d-0,5 a)


= 0,9 x 3302,5993 x 420 x (421 – 0,5 x 112,3492)
= 455441635,2 N.mm
= 455,4416 kN.m
φMn > Mu
455,4416 kN.m > 455,4 kN.m Syarat Terpenuhi.

b. Cek As Minimum
√𝑓′𝑐 √41,5
As min = . 𝑏𝑤. ℎ = .350. 500
4𝑓𝑦 4.420

= 671,0468 mm2
1,4 1,4
As =
𝑓𝑦
. 𝑏𝑤. ℎ = . 350.500
420

= 583,33333 mm2

As min > As
671,0468 mm2 > 583,3333 mm2 Syarat tulangan minimum terpenuhi.

c. Cek Rasio Tulangan


𝐴𝑠 3302,5993
𝜌 = = = 0,0217
𝑏𝑤.𝑑 350 .435,5

Karena f’c > 28 MPa, maka 𝛽 harus dicari dahulu.


0,05 0,05
𝛽 = (0,85 − ) 𝑥 (𝑓 ′ 𝑐 − 28) = (0,85 − ) 𝑥 (41,5 − 28)
7 7

= 0,768
0,768 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 β 600 0,768 𝑥 41,5 𝑥 β 600
𝜌b = 𝑥 ( )= 𝑥 ( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 420 600+420

= 0,0379
𝜌max = 0,75 x 𝜌b = 0,0284
𝜌max > 𝜌 , maka syarat rasio tulangan terpenuhi.

d. Cek Tension-Controlled (ACI 318-05)


𝑎 112,3492
𝑑
= = 0,2669
435,5
𝑎𝑡𝑐𝑙
𝑑
= 0,375 x 𝛽 = 0,375 x 0,768 = 0,2881
𝒂 𝒂𝒕𝒄𝒍
< , 3maka desain tulangan : Under Reinforced. (OK!)
𝒅 𝒅
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

e. Reinforcement
Digunakan = 5 - D29

Gambar 4.15 Sketsa Penulangan Kondisi 2

4.1.4.8.3 Kondisi 3 Midspan/Lapangan, momen Positif, tumpuan Keduanya


Mu = 21,533 ton.m = 215,33 kN.m
d efektif = 435,5 mm
As perlu = 1471,5570 mm2
𝐴𝑠
n =
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛2
1471,5570
=
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 292

= 2,22788 ≈ 3 tulangan

Susunan banyaknya tulangan


40 (n-1) ≤ b - 2p - 2Dsengkang - nD tulangan
40 (n-1) ≤ 350 - 40 – 2.10 - n 29
69 n ≤ 290
n ≤ 4,20289 ≈ 4 tulangan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

Jarak antar tulangan


b − 2p − nDtulangan − 2Dsengkang
s =
n−1
350 −2.40 −3.29−2.10
s = = 81,5 > 40 mm OK!
4−1

d1 = 435,5 mm
d2 = d1- 2.5D = 435,5 – 2,5.29 = 363 mm
m = |3 − 4| = 1
d = (n.d1 + m.d2)/(n+m) = (4.435,5 + 1.363) / (4+1)
= 421 mm

a. Cek Kekuatan Lentur Penampang


As = 3 - D29
As = n.0,25.π.Dtul2
= 3.0,25.π.292 = 1981,5596 mm2
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 1981,5596 𝑥 420
a = 0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐𝑥 𝑏𝑤
= 0,85 𝑥 41,5 𝑥 350

= 67,4095 mm

φMn = 0,9 x As x fy x (d-0,5 a)


= 0,9 x 1981,5596 x 420 x (421 – 0,5 x 67,4095 )
= 290095559,2N.mm
= 290,0956 kN.m
φMn > Mu
290,0956 kN.m > 215,33 kN.m Syarat Terpenuhi.

b. Cek As Minimum
√𝑓′𝑐 √41,5
As min = . 𝑏𝑤. ℎ = .350. 500
4𝑓𝑦 4.420

= 671,0468 mm2
1,4 1,4
As =
𝑓𝑦
. 𝑏𝑤. ℎ = . 350.500
420

= 583,33333 mm2

As min > As
671,0468 mm2 > 583,3333 mm2 Syarat tulangan minimum terpenuhi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

c. Cek Rasio Tulangan


𝐴𝑠 1981,5596
𝜌 = = = 0,0130
𝑏𝑤.𝑑 350 .435,5

Karena f’c > 28 MPa, maka 𝛽 harus dicari dahulu.


0,05 0,05
𝛽 = (0,85 − ) 𝑥 (𝑓 ′ 𝑐 − 28) = (0,85 − ) 𝑥 (41,5 − 28)
7 7

= 0,768
0,768 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 β 600 0,768 𝑥 41,5 𝑥 β 600
𝜌b = 𝑥 ( )= 𝑥 ( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 420 600+420

= 0,0379
𝜌max = 0,75 x 𝜌b = 0,0284
𝜌max > 𝜌 , maka syarat rasio tulangan terpenuhi.

d. Cek Tension-Controlled (ACI 318-05)


𝑎 67,4095
𝑑
= = 0,1601
421
𝑎𝑡𝑐𝑙
= 0,375 x 𝛽 = 0,375 x 0,768 = 0,2879
𝑑
𝒂 𝒂𝒕𝒄𝒍
𝒅
< , 3maka desain tulangan : Under Reinforced. (OK!)
𝒅

e. Reinforcement
Digunakan = 3 - D29

Gambar 4.16 Sketsa Penulangan Kondisi 3


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

4.1.4.8.4 Kondisi 4 Goyangan ke Kanan, momen Positif, tumpuan Kanan


Mu = 17,8 ton.m = 178,10 kN.m
d efektif = 435,5 mm
As perlu = 1216,4452 mm2
𝐴𝑠
n =
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛2
1216,4452
=
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 292

= 1,8416 ≈ 2 tulangan

Susunan banyaknya tulangan


40 (n-1) ≤ b - 2p - 2Dsengkang - nD tulangan
40 (n-1) ≤ 350 - 40 – 2.10 - n 29
69 n ≤ 290
n ≤ 4,20289 ≈ 4 tulangan

Jarak antar tulangan


b − 2p − nDtulangan − 2Dsengkang
s =
n−1
350 −2.40 −2.29−2.10
s = = 192 > 40 mm OK!
4−1

d1 = 435,5 mm
d2 = d1- 2.5D = 435,5 – 2,5.29 = 363 mm
m = |2 − 4| = |2|
d = (n.d1 + m.d2)/(n+m) = (4.435,5 + 2.363) / (4+2)
= 411,333 mm

a. Cek Kekuatan Lentur Penampang


As = 2 - D29
As = n.0,25.π.Dtul2
= 2.0,25.π.292 = 1321,0397 mm2
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 1321,0397 𝑥 420
a = 0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐𝑥 𝑏𝑤
=
0,85 𝑥 41,5 𝑥 350

= 44,9369 mm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80

φMn = 0,9 x As x fy x (d-0,5 a)


= 0,9 x 1321,03971 x 420 x (411,333 – 0,5 x 44,9939)
= 194166618,2 N.mm
= 194,1666 kN.m
φMn > Mu
194,1666 kN.m > 178 kN.m Syarat Terpenuhi.

b. Cek As Minimum
√𝑓′𝑐 √41,5
As min = . 𝑏𝑤. ℎ = .350. 500
4𝑓𝑦 4.420

= 671,0468 mm2
1,4 1,4
As =
𝑓𝑦
. 𝑏𝑤. ℎ = . 350.500
420

= 583,33333 mm2

As min > As
671,0468 mm2 > 583,3333 mm2 Syarat tulangan minimum terpenuhi.

c. Cek Rasio Tulangan


𝐴𝑠 1321,03971
𝜌 = = = 0,0087
𝑏𝑤.𝑑 350 .435,5

Karena f’c > 28 MPa, maka 𝛽 harus dicari dahulu.


0,05 0,05
𝛽 = (0,85 − ) 𝑥 (𝑓 ′ 𝑐 − 28) = (0,85 − ) 𝑥 (41,5 − 28)
7 7

= 0,768
0,768 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 β 600 0,768 𝑥 41,5 𝑥 β 600
𝜌b = 𝑥 ( )= 𝑥 ( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 420 600+420

= 0,0379
𝜌max = 0,75 x 𝜌b = 0,0284
𝜌max > 𝜌 , maka syarat rasio tulangan terpenuhi.

d. Cek Tension-Controlled (ACI 318-05)


𝑎 44,9369
𝑑
= = 0,1093
411,333
𝑎𝑡𝑐𝑙
𝑑
= 0,375 x 𝛽 = 0,375 x 0,768 = 0,2879
𝒂 𝒂𝒕𝒄𝒍
< , 3maka desain tulangan : Under Reinforced. (OK!)
𝒅 𝒅
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81

e. Reinforcement
Digunakan = 2 - D29

Gambar 4.17 Sketsa Penulangan Kondisi 4

4.1.4.8.5 Kondisi 5 Goyangan ke Kiri, momen Positif, tumpuan Kiri


Mu = 18,75 ton.m = 187,5 kN.m
d efektif = 435,5 mm
As perlu = 1281,3679 mm2
𝐴𝑠
n =
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 𝐷𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛2
1281,3679
=
0,25 𝑥 𝜋 𝑥 292

= 1,9399 ≈ 2 tulangan

Susunan banyaknya tulangan


40 (n-1) ≤ b - 2p - 2Dsengkang - nD tulangan
40 (n-1) ≤ 350 - 40 – 2.10 - n 29
69 n ≤ 290
n ≤ 4,20289 ≈ 4 tulangan

Jarak antar tulangan


b − 2p − nDtulangan − 2Dsengkang
s =
n−1
350 −2.40 −2.29−2.10
s = = 192 > 40 mm OK!
4−1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82

d1 = 435,5 mm
d2 = d1- 2.5D = 435,5 – 2,5.29 = 363 mm
m = |2 − 4| = |2|
d = (n.d1 + m.d2)/(n+m) = (4.435,5 + 2.363) / (4+2)
= 411,333 mm

a. Cek Kekuatan Lentur Penampang


As = 2 - D29
As = n.0,25.π.Dtul2
= 2.0,25.π.292 = 1321,03971 mm2
𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 1321,03971 𝑥 420
a = =
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐𝑥 𝑏𝑤 0,85 𝑥 41,5 𝑥 350

= 44,9397 mm

φMn = 0,9 x As x fy x (d-0,5 a)


= 0,9 x 1321,03971 x 420 x (411,333 – 0,5 x 44,9939)
= 194180153 N.mm
= 194,1802 kN.m
φMn > Mu
194,1802 kN.m > 187,5 kN.m Syarat Terpenuhi.

b. Cek As Minimum
√𝑓′𝑐 √41,5
As min = . 𝑏𝑤. ℎ = .350. 500
4𝑓𝑦 4.420

= 671,0468 mm2
1,4 1,4
As =
𝑓𝑦
. 𝑏𝑤. ℎ = . 350.500
420

= 583,33333 mm2

As min > As
671,0468 mm2 > 583,3333 mm2 Syarat tulangan minimum terpenuhi.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83

c. Cek Rasio Tulangan


𝐴𝑠 1321,03971
𝜌 = = = 0,0087
𝑏𝑤.𝑑 350 .435,5

Karena f’c > 28 MPa, maka 𝛽 harus dicari dahulu.


0,05 0,05
𝛽 = (0,85 − ) 𝑥 (𝑓 ′ 𝑐 − 28) = (0,85 − ) 𝑥 (41,5 − 28)
7 7

= 0,768
0,768 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 β 600 0,768 𝑥 41,5 𝑥 β 600
𝜌b = 𝑥 ( )= 𝑥 ( )
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 420 600+420

= 0,0379
𝜌max = 0,75 x 𝜌b = 0,0285
𝜌max > 𝜌 , maka syarat rasio tulangan terpenuhi.

d. Cek Tension-Controlled (ACI 318-05)


𝑎 44,9397
= = 0,1093
𝑑 411,333
𝑎𝑡𝑐𝑙
𝑑
= 0,375 x 𝛽 = 0,375 x 0,768 = 0,2879
𝒂 𝒂𝒕𝒄𝒍
< , 3maka desain tulangan : Under Reinforced. (OK!)
𝒅 𝒅

e. Reinforcement
Digunakan = 2 - D29

Gambar 4.18 Sketsa Penulangan Kondisi 5


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84

4.1.4.9 Kapasitas Minimum Momen Positif dan Momen Negaif


SNI 03-2847-06 Pasal 23.3.2.2, dijelaskan bahwa :
“Kapasitas momen positif dan negatif minimum pada sembarang penampang di
sepanjang bentang balok tidak boleh kurang dari ¼ kali kapasitas momen
maksimum yang disediakan pada kedua muka kolom balok tersebut.”

Momen positif-negatif terbesar pada bentang = 455,4 kNm


¼ momen negative terbesar = 113,85 kNm < 215,33 kNm
OK! Kapasitas momen memenuhi syarat

4.1.4.10 Probable Moment Capacities


SNI 03-2847-06 Pasal 23.3.4.2
Geser seismic pada beam dihitung dengan mengasumsikan sendi plastis terbentuk
di ujung-ujung balok dengan tegangan tulangan lentur mencapai hingga 1,25 fy dan
Ф = 1 untuk SRPMK.

Tabel 4.21 Profil Balok yang Akan Digunakan untuk Tulangan Geser
Dimensi (mm)
Tipe f'c (Mpa) fy (MPa)
Lebar (b) Tinggi (h) Panjang (L)
Beam 350 500 7000 41,5 300

a. Momen untuk rangka bergoyang ke kanan


Kondisi 1
1,25 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 1,25 𝑥 3302,5993 𝑥 300
𝑎𝑝𝑟 = =
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝑏𝑤 0,85 𝑥 41,5 𝑥 350

= 100,3118 mm
𝑎𝑝𝑟
𝑀𝑝𝑟_1 = 1,25 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
100,3118
= 1,25 𝑥 3302,5993 𝑥 300 (411,333 − )
2

= 447309115,4 N.mm
= 447,3091kN.m
Searah jarum jam di ujung tumpuan kiri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85

Kondisi 4
1,25 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 1,25 𝑥 1321,0397 𝑥 300
𝑎𝑝𝑟 = =
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝑏𝑤 0,85 𝑥 41,5 𝑥 350

= 40,1247 mm
𝑎𝑝𝑟
𝑀𝑝𝑟_4 = 1,25 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
40,1247
= 1,25 𝑥 1321,0397 𝑥 300 (411,333 − )
2

= 193831683,7N.mm
= 193,8317 kN.m
Searah jarum jam di ujung tumpuan kanan.

b. Momen untuk rangka bergoyang ke kiri


Kondisi 2
1,25 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 1,25 𝑥 3302,5993 𝑥 300
𝑎𝑝𝑟 = =
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝑏𝑤 0,85 𝑥 41,5 𝑥 350

= 100,3118 mm
𝑎𝑝𝑟
𝑀𝑝𝑟_2 = 1,25 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
100,3118
= 1,25 𝑥 3302,5993 𝑥 300 (411,333 − )
2

= 447309115,4 N.mm
= 447,3091kN.m
Searah jarum jam di ujung tumpuan kanan.

Kondisi 5
1,25 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 1,25 𝑥 1321,0397 𝑥 300
𝑎𝑝𝑟 = =
0,85 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 𝑥 𝑏𝑤 0,85 𝑥 41,5 𝑥 350

= 40,1247 mm
𝑎𝑝𝑟
𝑀𝑝𝑟_5 = 1,25 𝑥 𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
40,1247
= 1,25 𝑥 1321,0397 𝑥 300 (411,333 − )
2

= 193831683,7N.mm
= 193,8317 kN.m
Searah jarum jam di ujung tumpuan kiri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86

4.1.4.11 Diagram Gaya Geser


Reaksi geser di ujung-ujung balok akibat pembebanan struktur secara gravitasi,
dimana balok menyangga beban mati tambahan setinggi 4,4 meter (172 x 6 = 1032
kg/m) dan beban hidup 250 kg/m.
Wu = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 x 10,32 + 1,6 x 2,5
= 16,384 kN
𝑊𝑢.𝐿𝑛 16,384 𝑥6,4
Vg = = = 52,4288 kN
2 2

4.1.4.11.1 Rangka bergoyang ke kanan


𝑀𝑝𝑟1+𝑀𝑝𝑟4 447,3091+193,8317
Vsway = =
𝐿𝑛 6,4

= 100,1782 kN

∑ reaksi geser ujung kiri balok = 52,4288 kN - 100,1782 kN


= -47,7494 kN (Kebawah)
∑ reaksi geser ujung kanan balok = 52,4288 kN + 100,1782 kN
= 152,6070 kN (Keatas)

4.1.4.11.2 Rangka bergoyang ke kiri


𝑀𝑝𝑟2+𝑀𝑝𝑟5 447,3091+193,8317
Vsway = =
𝐿𝑛 6,4

= 100,1782 kN

∑ reaksi geser ujung kiri balok = 52,4288 kN + 100,1782 kN


= 152,6070 kN (Keatas)
∑ reaksi geser ujung kanan balok = 52,4288 kN - 100,1782 kN
= -47,7494 kN (Kebawah)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87

4.1.4.12 Stirrups untuk Gaya Geser


SNI 03-2847-06 Pasal 23.3.4.2
√𝑓′𝑐
Vc = 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑, Vc dapat diambil = 0 jika:
6

• Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung‐ujung balok melebihi ½


atau lebih kuat geser perlu maksimum Vu.
• Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan seismic kurang
dari Ag.f’c/20
Gaya tekan aksial terfaktor yang di dapat sebesar 15,9 kN
𝐴𝑔.𝑓′𝑐 350 𝑥 500 𝑥 41,5
20 𝑥 100
= = 362,6875 kN
20 𝑥 1000
𝑨𝒈.𝒇′𝒄
Gaya tekan aksial terfaktor < , maka Vc = 0 kN.
𝟐𝟎 𝒙 𝟏𝟎𝟎

Berikut rekapitulasi dari penghitungan gaya geser yang disajikan dalam tabel.
Tabel 4.22 Rekapitulasi Perhitungan Gaya Geser
1/2 Vtot ka 1/2 Vtot ki
Posisi Tumpuan Vsway (kN) V tot ki (kN) Vtot ka (kN)
(kN) (kN)
Kanan 152,6070 76,30352493 -47,7494 -23,874725
100,1782
Kiri -47,7494 -23,8747249 152,6070 76,303525

• Ujung Kiri
Vu dipakai = 152,6070 kN
𝑉𝑢 152,6070
Vs perlu = ( ) − 𝑉𝑐 = ( ) − 0 𝑘𝑁
𝜑 0,75

= 203,4761 kN

SNI 03 - 2847 - 06 pasal 13.5.3.9, dimana Vs maksimum yaitu :


2√𝑓′𝑐 2√41,5
Vs max = 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 ℎ = 𝑥 350 𝑥 500
3 3

= 751,5724 kN
OK! Vs < Vs max. Syarat Vs terpenuhi.

Dicoba dmenggunakan tulangan sengkang D – 10 mm dengan 3 leg baja.


leg baja.
Av = n × ¼ × π × d sengkang2
= 3/4 × π × 102
= 235,6194 mm2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88

𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑1 235,6194 𝑥 300 𝑥 435,5


Smaks = =
𝑉𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 203,4761 x 1000

= 151,2890 mm
d/2 = 435,5/2 = 217,75 ≈ 200 mm
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑 235,6194 𝑥 300 𝑥 435,5
Vs = =
𝑠 151,2890

= 153,9184 kN

• Ujung Kanan
Vu dipakai = 152,6070 kN
𝑉𝑢 152,6070
Vs perlu = ( ) − 𝑉𝑐 = ( ) − 0 𝑘𝑁
𝜑 0,75

= 203,4761 kN

SNI 03 - 2847 - 06 pasal 13.5.3.9, dimana Vs maksimum yaitu :


2√𝑓′𝑐 2√41,5
Vs max = 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 ℎ = 𝑥 350 𝑥 500
3 3

= 751,5724 kN
OK! Vs < Vs max. Syarat Vs terpenuhi.

Dicoba dmenggunakan tulangan sengkang D – 10 mm dengan 3 leg baja.


leg baja.
Av = n × ¼ × π × d sengkang2
= 3/4 × π × 102
= 235,6194 mm2
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑1 235,6194 𝑥 300 𝑥 435,5
Smaks = =
𝑉𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 203,4761 x 1000

= 151,2890 mm
d/2 = 435,5/2 = 217,75 ≈ 200 mm
𝐴𝑣 𝑥 𝑓𝑦 𝑥 𝑑 235,6194 𝑥 300 𝑥 435,5
Vs = =
𝑠 151,2890

= 153,9184 kN

SNI Pasal 23.3.3.1


Diperlukan hoops sepanjang 2h dari sisi (muka) kolom terdekat. Jadi
2h = 2 x 500
= 1000 mm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89

SNI Pasal 23.3.3.2


Hoops yang pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat dan
yang berikutnya dipasang dengan spasi terkecil diantara :
1. d/4 = 435,5 / 4 = 108,875 mm
2. 8 kali diameter tulangan logitudinal terkecil = 8 x 29 = 232 mm
3. 24 kali diameter tulangan hoop = 24 x 10 = 240 mm
4. 300 mm

Sehingga, tulangan geser diatas yaitu 3 leg D10 mm


dipasang dengan spasi = 100 mm
di daerah sepanjang 2h = 1000 mm dari muka kolom

SNI Pasal 23.3.3.4


Maksimim tum spacing tulangan geser disepanjang balok SRPMK adalah d/2, maka
500−40−10−0,5.29
S max = = 217,75 mm
2

Berarti diluar daerah 2h (1400 mm) tulangan geser dapat dipasang dengan
spasi 200 mm.

Untuk balok selanjutnya dengan ukuran yang berbeda, hanya akan ditampilkan
model 3D balok, detailing, dan material surveynya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90

4.1.4.13 Model 3D, Detailing, dan Material Survey pada Balok


4.1.4.13.1 Balok Induk 350 x 500 Bentang 7 m
Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing, dan material survey untuk balok
induk 350 x 500 Bentang 7 m :

Gambar 4.19 Model 3D BI 7 m pada Robot Structural Analysis

Gambar 4.20 Material Survey BI 7 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91

Gambar 4.21 Detailing BI 7 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92

4.1.4.13.2 Balok Induk 350 x 500 Bentang 8 m


Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing, dan material survey untuk balok
induk 350 x 500 Bentang 8 m :

Gambar 4.22 Model 3D BI 8 m pada Robot Structural Analysis

Gambar 4.23 Material Survey BI 8 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93

Gambar 4.24 Detailing BI 8 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94

4.1.4.13.3 Balok Induk 350 x 500 Bentang 5,5 m


Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing, dan material survey untuk balok
induk 350 x 500 Bentang 5,5 m :

Gambar 4.25 Model 3D BI 5,5 m pada Robot Structural Analysis

Gambar 4.26 Material Survey BI 5,5 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95

Gambar 4.27 Detailing BI 5,5 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96

4.1.4.13.4 Balok Induk 350 x 500 Bentang 3 m


Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing, dan material survey untuk balok
induk 350 x 500 Bentang 3 m :

Gambar 4.28 Model 3D BI 3 m pada Robot Structural Analysis

Gambar 4.29 Material Survey BI 3 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97

Gambar 4.30 Detailing BI 3 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98

4.1.4.13.5 Balok Anak 300 x 300 Bentang 8 m


Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing, dan material survey untuk balok
anak 300 x 300 Bentang 8 m :

Gambar 4.31 Model 3D BA 8 m pada Robot Structural Analysis

Gambar 4.32 Material Survey BA 8 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99

Gambar 4.33 Detailing BA 8 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100

4.1.4.13.6 Balok Anak 300 x 300 Bentang 7 m


Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing, dan material survey untuk balok
anak 300 x 300 Bentang 7 m :

Gambar 4.34 Model 3D BA 7 m pada Robot Structural Analysis

Gambar 4.35 Material Survey BA 7 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101

Gambar 4.36 Detailing BA 7 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102

4.1.4.13.7 Balok Anak 300 x 300 Bentang 5,5 m


Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing, dan material survey untuk balok
anak 300 x 300 Bentang 5,5 m :

Gambar 4.37 Model 3D BA 5,5 m pada Robot Structural Analysis

Gambar 4.38 Material Survey BA 5,5 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103

Gambar 4.39 Detailing BA 5,5 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104

4.1.4.13.8 Balok Anak 300 x 300 Bentang 3,5 m


Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing, dan material survey untuk balok
anak 300 x 300 Bentang 3,5 m :

Gambar 4.40 Model 3D BA 3,5 m pada Robot Structural Analysis

Gambar 4.41 Material Survey BA 3,5 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105

Gambar 4.42 Detailing BA 3,5 m pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106

4.1.4.14 Rencana Anggaran Biaya untuk Balok


Setelah mengetahui volume yang dibutuhkan untuk membuat suatu komponen,
maka perhitungan biaya dapat langsung dilaksanakan. Pada Tabel 4.23 akan
dijelaskan pengeluaran total untuk pembuatan keseluruhan balok.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107

Tabel 4.23 RAB untuk Keseluruhan Balok


B.INDUK (f'c 41,5 MPa)
Ukuran Panjang Concrete Tul. Utama (D-29) Tul. Sengkang (D-10) Formwork
Jumlah 3 3 2 2 Total Biaya
(m) (m) m Total (m ) Biaya kg Total (kg) Biaya kg Total (kg) Biaya m Total (m ) Biaya
0,3 x 0,5 7 48 1,31 62,88 Rp 66.024.000 272,64 13086,72 Rp 208.111.303 55,49 2663,52 Rp 42.356.574 10,09 484,32 Rp 172.550.914
0,3 x 0,5 8 24 1,51 36,24 Rp 38.052.000 246,34 5912,16 Rp 94.018.006 54,26 1302,24 Rp 20.708.846 11,54 276,96 Rp 98.673.813
0,3 x 0,5 5,5 48 1,07 51,36 Rp 53.928.000 178,65 8575,2 Rp 136.366.946 35,55 1706,4 Rp 27.135.992 8,17 392,16 Rp 139.716.647 Rp 1.201.915.519,03
0,3 x 0,5 3 24 0,54 12,96 Rp 13.608.000 112,5 2700 Rp 42.936.696 32,75 786 Rp 12.499.349 4,12 98,88 Rp 35.228.432
163,44 Rp 171.612.000 30274,08 Rp 481.432.952 6458,16 Rp 102.700.760 1252,32 Rp 446.169.807

B.ANAK (f'c 37,25 MPa)


Ukuran Panjang Concrete Tul. Utama (D-29) Tul. Sengkang (D-10) Formwork
Jumlah 3 3 2 2
Total Biaya
(m) (m) m Total (m ) Biaya kg Total (kg) Biaya kg Total (kg) Biaya m Total (m ) Biaya
0,3x0,3 7 16 0,66 10,56 Rp 10.454.400 93,18 1490,88 Rp 23.708.689 62,1 993,6 Rp 15.800.704 6,59 105,44 Rp 37.565.594
0,3x0,3 8 12 0,75 9 Rp 8.910.000 112,54 1350,48 Rp 21.475.981 74,01 888,12 Rp 14.123.311 7,49 89,88 Rp 32.021.961
0,3x0,3 5,5 8 0,52 4,16 Rp 4.118.400 77,24 617,92 Rp 9.826.460 47,64 381,12 Rp 6.060.753 5,13 41,04 Rp 14.621.510 Rp 224.677.384,51
0,3x0,3 3,5 10 0,34 3,4 Rp 3.366.000 44,72 447,2 Rp 7.111.589 20,7 207 Rp 3.291.813 3,43 34,3 Rp 12.220.219
27,12 Rp 26.848.800 3906,48 Rp 62.122.720 2469,84 Rp 39.276.581 270,66 Rp 96.429.283

Komponen Harga Total Biaya Rp 1.426.592.903,54


3
Beton 37,35 MPa Rp 990.000 /m
3
Beton 41,5 MPa Rp 1.050.000 /m
Besi Rp 159.025 / 10 kg
2
Bekisting Rp 356.275 /m

Jadi dapat diketahui untuk membuat balok keseluruhan gedung menghabiskan biaya sebesar Rp 1.426.592.903 (satu milyar empat ratus dua
puluh enam juta lima ratus sembilan puluh dua ribu sembilan ratus tiga rupiah).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108

4.1.5 Perhitungan dan Rekapitulasi Kolom


4.1.5.1 Lokasi Kolom yang Didesain
Kolom yang akan didesain terletak pada tampilan XZ struktural axis 3 dengaan Y
= 8 m. Gambar 4.43 akan menjelaskan posisi detail kolom yang akan didesain.

Gambar 4.43 Lokasi Kolom yang Didesain

Gaya aksial yang terbesar terjadi pada :


COMB U4 = 1,2D + 1L + 1EQx + 1EQy

Gambar 4.44 Output Gaya Aksial (Fx) pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109

Untuk nilai momen Mz kolom yang didesain pada COMB 4, dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 4.45 Output Moment Mz pada Robot Structural Analysis

Berdasarkan data analisis Robot Structural Analysis (RSA), maka diperoleh :


Tabel 4.24 Perolehan Nilai Pu dan Mu pada RSA

Kolom Gaya Aksial (kN) Momen (kN.m)

Kolom di lantai atas


U4(terbesar) = 1,2D +1L + 1EQx 1762,9000 335,1000
+1EQy
Kolom yang didesain
U4(terbesar) = 1,2D + 1L + 1EQx 2287,6000 365,8000
+1EQy
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110

4.1.5.2 Definisi Kolom


Tabel 4.25 Data Tambahan untuk Perencanaan Kolom
Kolom = 600 x 600 mm
Balok = 350 x 500 mm
f'c = 41,5 MPa
fy tul = 420 MPa
fy Skng = 300 MPa
D tul = 29 mm
D skng = 10 mm
p = 40 mm
d efektif = 535,5 mm

SNI Pasal 23.4.1


Persyaratan yang harus dipenuhi kolom yang didesain
a. Gaya aksial terfaktor maksimum yang bekerja pada kolom yang didesain
melebihi 0,1.Ag.f'c.
0,1.Ag.f'c = 0,1 x 600 x 600 x 41,5 = 1494000 N
= 1494 kN
Gaya aksial terfaktor maksimum Tabel 4.24 = 2287,6 kN
OK, Gaya aksial terfaktor > 0,1.Ag.f'c

b. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm


Sisi terpendek kolom, d = 600 mm OK, d > 300 mm

c. Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0,4


Rasio antara b dan d = 600/600 = 1,00 OK, b/d ratio > 0,4

4.1.5.3 Check Konfigurasi Penulangan


Tabel 4.26 Konfigurasi Penulangan Kolom
Jenis Dimensi
Diameter Luas/Bar Jumlah As (mm2)
Kolom (mm) (mm2)
29 660,5199 18 11889

Baja tulangan D-29 dipilih untuk menghindari panjang penyaluran yang terlalu
panjang dan ρg dibatasi tidak kurang dari 0,01 dan tidak lebih dari 0,06.
𝐴𝑠 11889
ρg = = = 0,0330 OK, 0,01 < ρg < 0,06
𝑏𝑤.𝑑 600 𝑥 600
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
111

4.1.5.4 Kuat Kolom


SNI Pasal 23.4.2.2
Kuat kolom φMn harus memenuhi persamaan 121
∑ Mc ≥ 1,2 ∑ Mg
Mc = jumlah Mn dua kolom yang bertemu di joint.
Mg = jumlah Mn dua balok yang bertemu di join (termasuk sambungan tulangan
pelat disebar efektif pelat).

Mencari momen nominal balok (Analisis tulangan rangkap)


Balok didesain memakai tulangan = 5 D 29 (As) dan 3 D 29 (As')
As = n.0,25.π.d2 = 5. 0,25. π. 292
= 3302,5993 mm2
As' = n.0,25.π.d2 = 3. 0,25. π. 292
= 1981,5596 mm2
d = kolom - (p + Dskg + 0,5 Dtul) = 600- (40+10+0,5.29)
= 535,5 mm
d' = p + Dskg + 0,5 Dtul = 40 + 10 + 0,5.29
= 64,5 mm

Ts = Cc + Cs
𝑐−𝑑′
As.fy = (0,85 x f'c x β1 x c x b) + ( As' x (( ) x 600)
𝑐
76686355,2
1387091,7 = 10494,3 c + 1188935,7 -
𝑐
76686355,2
0 = 10494,3 c - 198156,0 -
𝑐

Setelah dikalikan "c" diperoleh persamaan kuadrat :


10494,31 c2 - 198155,96 c – 76686355 = 0
Dengan rumus "abc" diperoleh nilai c = 95,44
𝑐−𝑑′ 95,44−64,5
f's =( ) 𝑥 600 = ( ) 𝑥 600
𝑐 95,44

= 194,5281 MPa
f's < fy, maka diambil f's = 194,53 MPa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112

𝐴𝑠.𝑓𝑦−𝐴𝑠′ .𝑓′𝑠 3302,5993 .420−1981,5596.194,53


a = =
0,85 .𝑓 ′ 𝑐.𝑏 0,85 .41,5.350

= 81,13 mm

Mn = {As'.f's.(d-d')} + { (As.fy-As'.f's).(d-0,5a)}
= 181555885 + 1001622,726 x 494,94
= 677295186 N.mm
= 677,2952 kN.m
Sehingga :
1,2∑Mg = 1,2 x (677,2952 + 677,2952) = 1625,5085 kN.m

Kolom lantai atas


φPn-abv = gaya aksial terfaktor di kolom atas = 1762,9 kN = 176,29 ton
Dari diagram interaksi kolom, φPn-abv bersesuaian dengan φMn = 95 ton.m

Kolom lantai yang didesain


φPn-dsn = gaya aksial terfaktor pada kolom rencana = 2287,6 kN = 228,76 ton
Dari diagram interaksi kolom, φPn-dsn bersesuaian dengan φMn = 95 ton.
∑Mc = φMn-abv + φMn-dsn = 95 + 95 = 190 ton.m
∑Mc (190 ton.m) > 1,2∑Mg (162,55085 ton.m) OK! Syarat terpenuhi.

Grafik 4.3 Diagram Interaksi Kolom Lantai yang Didesain


pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
113

Grafik 4.4 Diagram Interaksi Kolom Lantai Atas


pada Robot Structural Analysis

4.1.5.5 Desain Confinement Reinforcement


SNI Pasal 23.4.4.1
Total penampang hoops tidak kurang dari salah satu yang terbesar dari salah satu
0,3 (𝑠.ℎ𝑐.𝑓 ′ 𝑐) 𝐴𝑔 0,09 (𝑠.ℎ𝑐.𝑓 ′ 𝑐)
terbesar antara Ash = ( − 1) atau Ash = , dimana dalam
𝑓𝑦ℎ 𝐴𝑐ℎ 𝑓𝑦ℎ

perencanaannya baja tulangan yang digunakan adalah tulangan diameter 10 m.

Tabel 4.27 Tulangan D10 untuk Hoops


Dimensi
Jenis As(mm2)
Jumlah Diameter Luas
D-10 11 10 78,54 863,9380

hc = bw – 2 (p + 0,5. D skng) = 600 – 2 (40 + 0,5 x 29) = 510 mm


Ach = (b-2.p)2 = (600-2.40)2 = 270.400 mm2/mm
Sehingga
𝐴𝑠ℎ 0,3 (ℎ𝑐.𝑓 ′ 𝑐) 𝐴𝑔 510 .41,5 600 𝑥 600
𝑠
= .( − 1) = 0,3 .( )
𝑓𝑦ℎ 𝐴𝑐ℎ 420 270400

= 5,0095 mm2/mm
𝐴𝑠ℎ 0,09 𝑥 ℎ𝑐 𝑥 𝑓 ′ 𝑐 0,09 𝑥 510 𝑥 41,5
= =
𝑠 𝑓𝑦ℎ 420

= 4,5354 mm2/mm
Jadi, diambil nilai yang terbesar yaitu 5,0095 mm2/mm
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
114

SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.4.2


Spasi maksimum adalah yang terkecil diantara :
1. 1/4 cross section dimensi kolom = 150 mm
2. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 174 mm
3. sx menurut persamaan hx =2/3 x hc = 340 mm
Sx ≤ 100 + (350-hx)/3 -> Sx = 103,33 mm
Spasi yang digunakan = 100 mm

As hoop 1 = 5,0095 x 100 = 500,9467 mm2


As hoop 2 = 4,5354 x 100 = 453,5357 mm2
OK! 6 leg D10 mempunyai luas penampang 863,9380 mm2 > 500,9467 mm2
Kebutuhan Ash minimum terpenuhi.

SNI Pasal 23.4.4.4


Tulangan hoop tersbut diatas diperlukan sepanjang lo dari ujung kolom. lo dipilih
yang terbesar antara :
1. Tinggi elemen struktur balok induk di joint = 500 mm
2. 1/6 tinggi kolom bersih = 1/6 x 5500 mm = 916,67 mm
3. 500 mm
dengan demikian, ambil lo sebesar 916,67 mm ≈ 1000 mm

SNI Pasal 23.4.4.6


Sepanjang sisa tinggi bersih (tinggi kolom total dikurangi lo di masing-masing
ujung kolom) diberi hoops dengan spasi minimum 100 mm atau 1/4 cross section
dimensi kolom, yaitu (1/4) x 600 = 150 mm
digunakan jarak hoops = 100 mm

𝑑 535,5
Untuk spasi di luar lo memakai jarak = 2 = 2
= 267,75 𝑚𝑚 ≈ 200 𝑚𝑚
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
115

4.1.5.6 Desain Shear Reinforcement


Ve tidak boleh lebih besar dari (momen probabilitas didapat dari balok)
MprBtop.Dftop + MprBbtm.DFbtm
Vsway =
Lu
( 367,7380 + 193,8197 ).0,5 + ( 367,7380 + 193,8197).0,5
=( )
4

= 140,3894 kN

Tetapi Ve tidak boleh lebih kecil dari gaya geser tefaktor hasil analisis program
RSA (242,9254 kN). Maka Ve yang digunakan dalam penghitungan adalah
242,9254 kN. Maka :
√𝑓′𝑐 √41,5
Vc = 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑 = 𝑥 600 𝑥 600 𝑥 10−3
6 6

= 386,5230 kN
• Sekarang cek apakah :
Vu 1
φ
> 𝑉𝑐
2
Vu 242,9254 1
= = 323,900 kN > . 386,5230 = 193,2615 kN
φ 0,75 2
𝐕𝐮 𝟏
OK. Ternyata > 𝑽𝒄
𝛗 𝟐

• Kemudian cek apakah :


Vu 1
> Vc + .bw.d
φ 3
600 𝑥 600
323,900 kN > 386,5230 + = 506,5230 kN
3

Ternyata Vu/φ < Vc + 1/3.bw.d. Sehingga yang diperlukan adalah tulangan


geser minimum.

Sebelumnya telah direncanakan memasang confinement 11 leg D10 dengan spasi


100 mm. Berarti :
1 𝑏𝑤 . 𝑠 1 600 . 100
Av-min = . = .
𝑛 𝑓𝑦 3 420

= 47,6190 mm2
Sementara Ash untuk 11 leg D10 adalah 863,9380 mm2 > Av-min (47,6190 mm2)
Persyaratan kekuatan geser memenuhi Ash > Av-min.

Untuk kolom selanjutnya dengan ukuran yang berbeda, hanya akan ditampilkan
model 3D balok, detailing, dan material surveynya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116

4.1.5.7 Model 3D, Detailing, dan Material Survey pada Kolom


4.1.5.7.1 Kolom 600 mm x 600 mm, Tinggi 5,5 m
Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing, dan material survey untuk kolom
600 x 600 mm :

Untuk Kolom 1 Lantai


1 Lantai = 16 Kolom

Gambar 4.46 Model 3D dan Material Survey Keseluruhan Kolom 60x60 cm


Tinggi 5,5 m pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117

Gambar 4.47 Detailing Kolom 60x60 cm Tinggi 5,5 m pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
118

4.1.5.7.2 Kolom 600 mm x 600 mm, Tinggi 4,4 m


Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing dan material survey untuk kolom
600 x 600 mm :

Untuk Kolom 1 Lantai


1 Lantai = 16 Kolom

Gambar 4.48 Model 3D dan Material Survey Keseluruhan Kolom 60x60 cm


Tinggi 4,4 m pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
119

Gambar 4.49 Detailing Kolom 60x60 cm Tinggi 4,4 m pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
120

4.1.5.7.3 Kolom 450 mm x 450 mm, Tinggi 4,4 m


Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing dan material survey untuk kolom
450 x 450 mm :

Untuk Kolom 1 Lantai


1 Lantai = 16 Kolom

Gambar 4.50 Model 3D dan Material Survey Keseluruhan Kolom 45x45 cm


pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
121

Gambar 4.51 Detailing Kolom 45 x 45 cm pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
122

4.1.5.7.4 Kolom 300 mm x 300 mm, Tinggi 4,4 m


Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing dan material survey untuk kolom
300 x 300 mm :

Untuk Kolom 1 Lantai


1 Lantai = 4 Kolom

Gambar 4.52 Model 3D dan Material Survey Keseluruhan Kolom 30x30 cm


pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
123

Gambar 4.53 Detailing Kolom 30 x 30 cm pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
124

4.1.5.8 Rencana Anggaran Biaya untuk Kolom


Setelah mengetahui volume yang dibutuhkan untuk membuat suatu komponen, maka perhitungan biaya dapat langsung dilaksanakan. Pada
Tabel 4.28 akan dijelaskan pengeluaran total untuk pembuatan keseluruhan kolom.
Tabel 4.28 RAB untuk Keseluruhan Kolom
Dimensi Concrete Tulangan Utama Tulangan Sengkang Bekisting
Lantai 2 3 2 Total
m m Rp D (mm) kg Rp D (mm) kg Rp m Rp
1 0,6X0,6 27,36 28.728.000,0 29 10452,03 166.213.198,0 10 2620,23 41.668.155,2 182,4 61.553.506,6
2 0,6X0,6 22,46 23.583.000,0 29 9182,29 146.021.183,1 10 2096,19 33.334.619,6 124,8 42.115.557,1
0,3X0,3 1,4 1.470.000,0 29 509,75 8.106.289,2 10 70,25 1.117.149,2 18,72 6.317.333,6
3 0,6X0,6 22,46 23.583.000,0 29 9182,29 146.021.183,1 10 2096,19 33.334.619,6 124,8 42.115.557,1
0,3X0,3 1,4 1.470.000,0 29 509,75 8.106.289,2 10 70,25 1.117.149,2 18,72 6.317.333,6
4 0,6X0,6 22,46 23.583.000,0 29 9182,29 146.021.183,1 10 2096,19 33.334.619,6 124,8 42.115.557,1 Rp 1.352.449.292
0,3X0,3 1,4 1.470.000,0 29 509,75 8.106.289,2 10 70,25 1.117.149,2 18,72 6.317.333,6
5 0,45X0,45 12,64 13.272.000,0 29 3888,48 61.836.475,4 10 787,78 12.527.655,7 112,32 37.904.001,4
0,3X0,3 1,4 1.470.000,0 29 509,75 8.106.289,2 10 70,25 1.117.149,2 18,72 6.317.333,6
Atap 0,45X0,45 12,64 13.272.000,0 29 3888,48 61.836.475,4 10 787,78 12.527.655,7 112,32 37.904.001,4
Ʃ 125,62 Rp131.901.000,0 47.814,9 Rp760.374.854,9 10765,36 Rp171.195.922,1 856,32 288.977.515,0
Komponen Harga
3
Beton 41,5 MPa Rp 1.050.000 /m
Besi Rp 159.025 / 10 kg
Bekisting Rp 337.464 /m2

Jadi dapat diketahui untuk membuat kolom keseluruhan gedung menghabiskan biaya sebesar Rp 1.352.449.292 (satu milyar tiga ratus lima
puluh dua juta empat ratus empat puluh sembilan ribu dua ratus sembilan puluh dua rupiah).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
125

4.1.6 Perhitungan Joint


4.1.6.1 Dimensi Joint
SNI Pasal 23.5.3.1
Luas efektif hubungan balok kolom, dinyatakan dalam Aj adalah (bkolom x
Hkolom)
Aj = 600 x 600 = 360000 mm2

SNI Pasal 23.5.1.4


Panjang joint yang diukur paralel terhadap tulangan lentur balok yang
menyebabkan geser di joint sedikitnya 30 kali db longitudinal terbesar.
Db = 29 mm
Panjang Joint = 30 x 29 = 870 mm

4.1.6.2 Penulangan Transversal untuk Confinement


SNI Pasal 23.5.2.1
Harus ada tulangan confinement dalam joint.
SNI Pasal 23.5.2.2
Untuk joint interior, jumlah tulangan confinement yang dibutuhkan setidaknya 1/2
tulangan confinement yang dibutuhkan di ujung-ujung kolom. Dari langkah desain
kolom, diperoleh :
𝑨𝒔𝒉
𝟎, 𝟓 = 0,5 x 5,0095 = 2,5047 mm2/mm
𝑺

Spasi vertikal hoops diijinkan diperbesar hingga 100 mm


Area tulangan yang dibutuhkan = 2,5047 mm2/mm x 100 mm
= 250,4734 mm2
Coba digubakan tulangan D-10 mm pada tulangan transversal kolom
Tabel 4.29 Tulangan Trasnversal Kolom
Jenis Dimensi
Diameter Luas/bar Jumlah As (mm2)
Joint (mm) (mm2)
10 78,5398 8 628,3185
Ash (628,3185 mm2 ) > Area Tulangan (250,4734 mm2)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
126

4.1.6.3 Shear di Joint dan Cek Shear Strength


Balok yang memasuki joint memiliki momen probabilitas masing-masing
= 677,2952 kNm dan 677,2952kNm. Pada joint, kekakuan kolom atas dan kolom
bawah sama, sehingga DF = 0,5 untuk setiap kolom.
Me = 0,5 x (677,2952 + 677,2952) = 677,2952 kN.m

Geser pada kolom atas


677,2952 + 677,2952
Vsway = = 196,3174 kNm
7,4−0,5

Pada atas balok bagian kiri dan bagian kanan menggunakan 5D-29 mm
As = 3302,5993 mm2
Gaya yang bekerja pada baja tulangan balok pada bagian kanan adalah
T1 = 1,25.As.fy = 1,25 x 3302,5993 x 420 = 1733864,62 N
= 1733,8646 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok kearah kanan
C1 = T1 = 1733,8646 kN
Gaya yang bekerja pada baja tulangan balok pada bagian kiri adalah
T2 = 1,25.As.fy = 1,25 x 3302,5993 x 420 = 1733864,62 N
= 1733,8646 kN
Gaya tekan yang bekerja pada balok kearah kiri
C2 = T2 = 1733,8646 kN
Sehingga
Vu = Vsway - Ti -T2 = 196,3174 - 1733,8646 - 1733,8646
= -3166,7092 kN = 3166,7092 kN ke Kiri

SNI Pasal 23.5.3.1


Kiat geser nominal joint yang dikekang di keempat sisinya adalah
Vn = 1,7 x √𝑓′𝑐 x Aj = 1,7 x √41,5 x 360000
= 3942534,21 N = 3942,5342 kN

Joint memiki kuat geser yang memadai, dimana :


Vn (3942,5342 kN) > Vu (3166,7092 kN)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
127

4.1.7 Tampilan di Revit dan Rekapitulasi Total


Sesudah dianalisis dan diberi penulangan pada Autodesk Robot Structural Analysis (RSA), file tersebut dikirim kembali ke Autodesk Revit
untuk divisualisasikan secara menyeluruh. Pada proses inilah terjadi integrasi yang dimaksudkan oleh BIM. Dengan adanya integrasi ini
membuat pekerjaan lebih efis ien dan efektif. Berikut akan ditampilkan hasil visualisasi dari Autodesk Revit.

Gambar 4.54 Model 3D Gedung pada Revit Gambar 4.55 Model 3D Lantai 5 pada Revit
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
128

Gambar 4.56 Model 3D Balok, Kolom, dan Pelat Gambar 4.57 Model 3D Joint pada Revit

pada Revit
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
129

Pada Tabel 4.30 akan menampilkan rekapitulasi total biaya untuk membangun
Gedung fasilitas Pendidikan secara struktural (balok, kolom, dan pelat tanpa
pondasi dan tangga).

Tabel 4.30 RAB Keseluruhan Bangunan

Unit Biaya Pengeluran

Kolom Rp 1.352.449.292
Slab Rp 1.146.031.015
Beam Rp 1.426.592.904
Ʃ Rp 3.925.073.210

Jadi bisa kita ketahui bahwa untuk membangun gedung sesuai desain
menghabiskan biaya total sebesar Rp 3.925.073.210 (tiga milyar sembilan ratus dua
puluh lima juta tujuh puluh tiga ribu dua ratus sepuluh rupiah).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
130

4.2 Kasus II : Membandingkan Perubahan dari Kolom Persegi ke Kolom


Lingkaran pada Satu Lantai. Mencari Perbedaan dan Menampilkannya
pada Autodesk Revit.

Saat proses desain hampir selesai, tiba-tiba owner memutuskan untuk mengubah
kolom yang semulanya berbentuk persegi diubah menjadi kolom lingkaran
dikarenakan untuk menambah nilai estetika desain bangunan. Dengan sistem BIM
segala perubahan dapat dimungkinkan tanpa harus mengulang desain yang di
kerjakan dari awal.

Gambar 4.58 Ilustrasi Perubahan Kolom pada Robot Structural Analysis

Untuk perbandigan antar kolom akan ditampilkan model 3D balok, detailing, dan
material surveynya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
131

4.2.1 Kolom Persegi

Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing dan material survey untuk kolom
600 x 600 mm :

Untuk Kolom 1 Lantai


1 Lantai = 16 Kolom

Gambar 4.59 Model 3D dan Material Survey Kolom Persegi


pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
132

Gambar 4.60 Detailing Kolom Persegi pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
133

4.2.2 Kolom Lingkaran

Berikut ini adalah gambar model 3D, detailing dan material survey untuk kolom
berdiameter 600 mm :

Untuk Kolom 1 Lantai


1 Lantai = 16 Kolom

Gambar 4.61 Model 3D dan Material Survey Kolom Lingkaran


pada Robot Structural Analysis
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
134

Gambar 4.62 Detailing Kolom Lingkaran pada Robot Structural Analysis


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
135

4.2.3 Tampilan di Revit dan Rekapitulasi Harga

Sesudah dianalisis dan diberi penulangan pada Autodesk Robot Structural Analysis
(RSA), file tersebut dikirim kembali ke Autodesk Revit untuk divisualisasikan.
Berikut adalah tampilan visualisasi antara kolom persegi dengan kolom lingkaran.

Kolom Persegi Kolom Lingkaran

Gambar 4.63 Visualisasi Kolom Persegi dan Kolom Lingkaran pada Revit
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
136

Pada Tabel 4.31 akan dijelaskan perbandingan pengeluaran biaya antara kolom persegi dan kolom lingkaran untuk satu lantai.

Tabel 4.31 Perbandingan Biaya Antara Kolom Persegi dan Kolom Lingkaran
Kolom Persegi
Dimensi Concrete Tulangan Utama Tulangan Sengkang Bekisting
2 3 2 Total
m m Rp D (mm) kg Rp D (mm) kg Rp m Rp
0,6X0,6 22,46 23.583.000 29 9182,29 146.021.183 10 2096,19 33.334.620 124,8 42.115.557 Rp 245.054.360

Kolom Lingkaran
Diameter Concrete Tulangan Utama Tulangan Sengkang Bekisting
3 2 Total
m m Rp D (mm) kg Rp D (mm) kg Rp m Rp
0,6 17,64 18.522.000 29 5098,46 81.078.158 10 442,7 7.040.028 117,62 39.692.563 Rp 146.332.749
Komponen Harga
Beton 41,5 MPa Rp 1.050.000 /m
3 Rp 98.721.611
Besi Rp 159.025 / 10 kg
Bekisting Rp 337.464 /m2

Jadi dapat diketahui bahwa biaya konstruksi kolom lingkaran lebih murah daripada biaya konstruksi kolom persegi, dengan selisih harga
Rp98.721.611 (sembilan puluh delapan juta tujh ratus dua puluh satu ribu enam ratus sebelas rupiah).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
137

4.3 Kasus III : Menentukan Jenis Penutup Lantai Lainnya Apabila


Spesifikasi Penutup Lantai yang Diinginkan Tidak Ada di Lokasi Proyek.

Pada kasus ini, bagian purchasing sebuah proyek mencari jenis penutup lantai kayu
di kota Solo yang sesuai dengan keinginan owner, namun tidak kunjung dapat atau
bahkan tidak ada. Di kota Solo sendiri, jenis penutup lantai yang banyak
kesediaannya yaitu keramik roman. Bagaimana cara merubah jenis penutup lantai
pada model agar tidak terjadi miss komunikasi dengan owner? Dengan sistem BIM,
perubahan penutup lantai bisa langsung terjadi secara menyeluruh pada model serta
dapat dihitung total harga secara realtime. Pada subbab berikut akan melihatkan
cara kerja software BIM.

4.3.1 Penututp Lantai Kayu

Jenis penutup lantai yang digunakan adalah kayu Merbau dengan ukuran 5x50 cm,
ketebalan 1 cm. Harga penutup lantai kayu ini sebesar Rp 150.000/m2.

Gambar 4.64 Visualisasi Penutup Lantai Menggunakan Kayu


Merbau pada Revit
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
138

Pada gambar berikut akan dijelaskan harga untuk penutup lantai kayu pada satu
lantai.

Gambar 4.65 Biaya Pengeluran Penutup Lantai Kayu pada Revit

4.3.2 Penutup Lantai Keramik Roman

Jenis penutup lantai yang digunakan adalah keramik roman dengan ukuran 50x50
cm, ketebalan 1 cm. Harga penutup lantai keramik ini sebesar Rp 132.500/m2.

Gambar 4.66 Visualisasi Lantai Menggunakan Penutup Lantai


Keramik pada Revit
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
139

Pada gambar berikut akan dijelaskan harga untuk penutup lantai keramik pada satu
lantai.

Gambar 4.67 Biaya Pengeluran Penutup Lantai Keramik pada Revit

Setelah mengganti jenis lantai, file dapat langsung dikirim kepada owner. Dengan
adanya perbandingan harga yang didapat, maka owner dapat lebih mudah
memutuskan apa penutup lantai keramik roman sesuai dengan keinginannya atau
memilih untuk mencari jenis penutup lantai lainnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melewati berbagai tehapan seperti memahami teori BIM, mendesain


gedung, memodelkan desain, menganalisis desain, menghitung penulangan dan
biaya masing-masing komponen desain, serta menggali kemampuan dari Building
Information Modeling (BIM) dalam pengaplikasian desain bangunan gedung yang
telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. BIM adalah sistem kerja. Ini berarti untuk mengoperasikan BIM, user harus
dapat memahami hal-hal dasar seperti, perhitungan-perhitungan untuk
mendesain bangunan, memahami model bangunan yang akan dibangunan
secara detail, mengoperasikan software yang terkait dengan BIM, cara
berkomunikasi yang baik dengan orang lain, dan cara mengambil keputusan
yang tepat.
2. Sistem BIM dapat mengintegrasikan model yang didesain ke dalam
beberapa file lainnya. Contohnya file yang didesain pada Autodesk Revit
dapat dintegrasikan ke Autodesk Robot Structural Analysis untuk dianalisis
dan dihitung tulangannya. Setelah selesai, model dapat diupgrade ke Revit
untuk divisualisasikan secara menyeluruh.
3. Dengan adannya integrasi ini, memudahkan pengguna untuk mengubah
bentuk desain baik desain struktural seperti bentuk kolom, dimensi kolom,
dan sebagainya, maupun desain arsitektural seperti cat, keramik, wastafel,
jenis pintu, dan sebagainya karena dapat berubah secara otomatis pada
seluruh bangunan.

140
library.uns.ac.id 141
digilib.uns.ac.id

4. Ada beberapa manfaat implementasi dari BIM yaitu, dapat membantu


owner dalam proses pembuatan keputusan karena dapat melihat langsung
biaya yang akan dikeluarkan sehingga mengurangi praktik korupsi,
memudahkan komunikasi antar pekerja walaupun berbeda bahasa karena
output dari BIM sendiri berupa model 3D dan sketsa, serta dengan BIM
segala pekerjaan dapat dilakukan tanpa adanya batasan jarak dan waktu
antar stakeholders.

5.2 Saran

Studi mengenai pengaplikasian Building Information Modeling (BIM) dalam


desain bangunan gedung telah selesai dilakukan. Dan untuk menyempurnakan
pengaplikasian sistem BIM ini kedepan, maka adanya beberapa saran sebagai
berikut :
1. Untuk penelitian selanjutnya, dapat mengaplikasikan BIM ini dalam bentuk
5D dan juga dapat mendesain pondasi serta tangga. Diharapkan memakai
data tanah juga.
2. Perlunya diciptakan suatu pusat data (library) khusus untuk negara
Indonesia agar pengeluaran biaya dapat diketahui secara detail.
3. Pemerintah Indonesia harus bekerjasama dengan pengembang software
BIM agar kode atau standarisasi Indonesia atau lebih dikenal SNI dapat
masuk ke dalam software. Sehingga memudahkan dalam hal mendesain
komponen-komponen bangunan dan menganalisis kekuatan bangunan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Nies Bradley, dan Eddy Krygiel. 2008. Green BIM : Successful Susntainable
Design with Building Information Modeling. Canada: Wiley Publishing. Inc.
Kymmell, Willem. 2008. Building Information Modeling : Planning and Managing
Construction Projects with 4D CAD and Simulations. USA: The McGraw-
Hill Companies,Inc.
Nigam, Manis.dkk. 2016. BIM Vs Traditional Quantity Surveying and Its Future
Mapping. IJEDR1602222, Volume 4, Issue 2, hlm.1261-1265.
Smith, Peter. 2016. Project Cost Management with 5D BIM. Procedia-Sosial and
Behavioral Sciences 226 (2016) 193-200.
Saputra, Inton, dkk. 2018. Tugas Perancangan Beton. Indonesia. Universitas
Sebelas Maret.
Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Gedung Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726 -
2012). Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung (SNI 2847-2013). Jakarta.
Hargabeton.com. (2018, 18 Maret). Harga Beon Cor Ready Mix Solo dan Jayamix
Solo. Diakses pada tanggal 1 Juni 2019, dari
https://hargabeton.com/harga-beton-ready-mix-solo/
Sejasa.com. (2019, Juli). Daftar Harga Keramik Terbaru Juli 2019 Semua Merek.
Diakses pada tanggal 5 Juli 2019, dari
https://www.sejasa.com/blog/daftar-harga-keramik-terbaru/
Gudangparquet.net. (2019). Daftar Harga lantai kayu dan Biaya Pasang 2019.
Diakses pada tanggal 10 Juli 2019, dari
https://gudangparquet.net/harga-lantai-kayu/katalog-harga-lantai-kayu-2014.html
Pemerintah Kota Surakarta. 2017. Harga Satuan Dasar (HSD) dan Harga Satuan
Pokok Kegiatan (HSPK) Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung dan
Perumahan. Kota Surakarta.

xxii

Anda mungkin juga menyukai