dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."
TANPA MUKJIZAT
Ada beberapa pendeta yang diberi
talenta luar biasa oleh Tuhan sehingga mereka mampu melakukan berbagai mukjizat bagi ribuan orang. Kita kerap melihat betapa luar biasanya Tuhan bekerja melalui mereka, sehingga banyak orang sakit disembuhkan, pelepasan, bahkan ada beberapa kes dimana orang yang sudah meninggal kembali bangkit. Menyaksikan semua ini boleh membuka mata kita akan kuasa Tuhan, betapa tidak ada yang mustahil bagi Dia. 1
Sayangnya, ada banyak orang mendasarkan
keimanannya hanya pada mukjizat, keajaiban, hal-hal mustahil yang jadi nyata dan sebagainya. Bagi sebagian orang, mereka menyamakan Tuhan dengan ahli silap mata seperti David Copperfield dan kawan-kawan. Mereka menanggap Jika tidak ada mukjizat terjadi, berarti Tuhan tidak ada,. Ada banyak orang juga yang bersikap merasa diri tidak layak, merasa bahwa mewartakan kabar gembira itu bukanlah tugas mereka. Mengapa demikian? Karena alasan mereka tidak mampu membuat mukjizat. Jika kita baca perjalanan para tokoh dalam alkitab, kita akan mendapatkan banyak mukjizat dilakukan oleh mereka. Musa, Elia, Yesaya dan lain-lain semua pernah membuat mukjizat. Yesus pun menyembuhkan banyak orang sakit dan membangkitkan orang mati. Para rasul dalam pelayanan mereka setelah kebangkitan Yesus pun melakukan hal yang sama. 2
Pertanyaannya, apakah orang hanya akan percaya
dan menerima Tuhan hanya melalui mukjizat semata-mata? Fakta membuktikan tidak selamanya. Yesus masih dihujat dan disalibkan, meskipun mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus terjadi berulang kali di hadapan mereka. Orang masih tidak percaya walaupun Tuhan Yesus membuat Mukjizat. Pertanyaan kedua, apakah cara memberitakan injil hanya layak dilakukan melalui kuasa kesembuhan dan talenta-talenta yang mendatangkan keajaiban? Jawapannya Tidak!. Dalam hal ini, kita boleh belajar dari cerita tentang Yohanes. Dalam masa hidupnya hingga meninggal, Yohanes tidak pernah melakukan tanda-tanda atau mukjizat apapun. Tapi hal tersebut tidak membuatkan dia menjadi tokoh yang dilupakan, dan yang lebih penting lagi, tanpa kemampuan membuat mukjizat, Yohanes tetap boleh memberitakan tentang Kristus dan akibatnya ia menyelamatkan banyak orang. Bagaimana cara yang dilakukan Yohanes? Bukan dengan menyembuhkan, melainkan dengan menjadi saksi Kristus,memberi kesaksianbahwa Yesus adalah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia. (Yohanes 1:29). Yohanes mengabarkan kabar gembira dengan caramemperkatakan tentang Yesus. Ternyata hal tersebut cukup untuk membuat banyak orang percaya dan diselamatkan. Selain memperkatakan dan menjadi saksi Kristus, Yohanes juga memberitakan injil melaluimemberi nasihat(Lukas 3:18). 3
Sebenarnya kita semua telah diberi kuasa untuk
melakukan hal-hal yang sama, bahkan lebih jika kita percaya pada Yesus (Yohanes 14:2).Tapi sememangnya dimaklumi bahwa sebagian besar orang mungkin belum siap untuk itu, atau masih perlu waktu untuk bertumbuh imannya. Jika kita belum mampu untuk melakukan mukjizat, bukan berarti bahwa kita tidak layak melakukan amanat agung, mewartakan kabar gembira, memberitakan injil. Untuk memberitakan injil kita tidak semestinya hanya untuk yang mampu membuat KKR, mampu menghidupkan orang mati, mampu menyembuhkan orang sakit, mampu melakukan berbagai mukjizat dan sebagainya,tapi cukup melalui memperkatakan Yesus, menjadi saksi, mengenalkan siapa Yesus kepada saudara-saudara kita. Apa yang kita alami ketika kita berjalan bersama Yesus, dan saat kita telah mengalami Tuhan boleh kita angkat dalam serangkaian kata sebagai kesaksian kita. Belajarlah dari Yohanes yang memperkatakan apa yang ia lihat, ia alami dan ia saksikan, sehingga kita pun boleh mulai dari sekarang untuk menjadi murid Yesus sesungguhnya. Bukan hanya melakukan mukjizat, tapi memperkatakan dan menjadi saksi Kristus pun merupakan cara untuk memberitakan injil 4