Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS
Nama
Jenis kelamin
Usia
No. RM
Agama
Pekerjaan
Status perkawinan
Alamat
Tanggal masuk RS

: Tn. A H
: Laki-laki
: 31 tahun
: 204472
: Islam
: wiraswasta
: Menikah
: Jl. Lumput Pare
: 30 - 09 - 2015

ANAMNESIS
Dilakukan anamnesis secara auto anamnesis pada tanggal 1 Oktober
2015 di perawatan
Keluhan Utama
Nyeri pada tangan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
luka pada tangan kiri di alami sejak kira-kira 9 bulan yang lalu akibat
terjatuh dari motor karena kecelakaan lalu lintas. Riwayat pingsan (-),
mual (-), muntah (-), sakit kepala (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
1. January 2015 ORIF radius et ulna (S)
2. Mey 2015,ROI Radius et ulna (S). Ec. Osteomielitis post
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan asma tidak
ada.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran

: sakit sedang/gizi cukup


: compos mentis, GCS 15

Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Pulsasi arteri karotis
Perdarahan perifer
KGB
Columna vertebralis
Kulit
Kepala

:
: 110/70 mmHg
: 80 x/menit
: 20 x/menit
: 36,5oC
: cukup, regular
: capilary refill time < 2 detik
: tidak teraba membesar
: letak ditengah, skoliosis (-), lordosis (-)
: warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)
:normosefali, rambut hitam, distribusi
merata, tidak mudah dicabut, jejas (-) nyeri
tekan (-)
: Brills hematom -/- konjungtiva anemis -/-,

Mata

pupil bulat isokor, diameter 3mm/3mm,


refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya
tidak langsung +/+
: normotia +/+, perdarahan -/: deviasi septum -/-, perdarahan -/: bibir sianosis (-), lidah kotor (-)
: faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
: bentuk simetris, trakea lurus di tengah,

Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorok
Leher

tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid


Pemeriksaan Jantung
Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS V 2 jari medial linea


midklavikula sinistra

Perkusi

: pinggang jantung ICS III linea parasternalis


sinistra, batas kanan ICS IV linea parasternalis
dextra, batas kiri ICS V 2 jari medial linea
midklavikularis sinistra

Auskultasi

: S1 dan S2 normal reguler, murmur (-), gallop (-)

Pemeriksaan Paru
Inspeksi

: pergerakkan dada simetris pada statis dan dinamis

Palpasi

: vocal fremitus kanan dan kiri simetris

Perkusi

: sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi

: suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi

: datar, ikut gerak napas

Palpasi

: nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba membesar

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Punggung

: deformitas (-), gibus (-)

Pemeriksaan Ekstremitas
Atas

: akral hangat - / +, edema - / +, vulnus excoriatum / - perdarahan - / -, pus - / -

Bawah

: akral hangat - / -, edema - / - vulnus excoriatum -/-

Status Lokalis Regio Radius dan Ulna


Look
:
Skin
: hematoma (-) vulnus excoriatum (-)
Shape
: oedem (+)
Position
: malposisi (+)
Feel
:
Skin
: hangat (+), nyeri tekan (+), sensoris baik
Soft tissue
: hangat (+)
Bone
: nyeri tekan (+), krepitasi (-)
Pulse
: teraba pulsasi a. Brachialis (+) dan a. Radialis (+),
CRT < 2 detik
Move
: gerakan terbatas karena nyeri
IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto rontgen anthebrachii

Kesan :
- Fraktur lama radius ulna dengan kallus minimal pada radius.
- Tak tampak tanda-tanda osteomyelits
Laboratorium (1 oktober 2015)
Pemeriksaan

V.

Hasil Pemeriksaan

Leukosit

7700 / ul

Eritrosit

4.820.000/ ul

Hemoglobin

13,7gr/dl

Hematokrit

30%

Platelet

:221.000/ ul

CT

8 detik

BT

5 setik

DIAGNOSIS
Non Union fraktur Radius Ulna Post ROI ec Osteomyelitis

VI.

PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan :
Recognition
Reduction
Retention
Rehabilitation
Konservatif :

IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxon 1 gr/12 jam/iv
Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
Ranitidin 50 mg/8 jam/iv

Operatif : Open Reduction Internal Fictation


VII.

PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam

: Bonam
: Dubia ad bonam
: Bonam

VIII. RESUME
Seorang pasien laki-laki datang dengan keluhan utama nyeri pada
tangan kiri di alami sejak kira-kira 9 bulan yang lalu akibat terjatuh
dari motor karena kecelakaan lalu lintas. Riwayat pingsan (-),mual (-),
muntah (-), sakit kepala (-). Riwayat Penyakit Dahulu January 2015
ORIF radius et ulna (S) dan pada Mey 2015,ROI Radius et ulna (S).
Ec. Osteomielitis post ORIF

BAB II
PEMBAHASAN
I.

DEFINISI
Fraktur adalah hilanganya kontinuitias tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial1.

II.

PROSES TERJADINYA FRAKTUR

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan,


kita harus mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat
menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang
dapat menahan kompresi dan tekanan memutar (shearing). Kebanyakan
fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan
membengkok, memutar, dan tarikan1.
Trauma bisa bersifat1 :

Trauma langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung


pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang
terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami

kerusakan.
Trauma tidak langsung. Disebut trauma tidak langsung apabila trauma
dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya
jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

Tekanan pada tulang dapat berupa 1 :

Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik


Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal
Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur

impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi


Kompresi vertical dapat menyebabkan fraktur komunitif atay
memecah misalnya pada badan vertebra, talus, atau fraktur buckle pada

anak-anak
Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu

akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z


Fraktur oleh karena remuk
Trauma karena tarikan pada ligament atau tendo akan menarik
sebagian tulang

Gambar 1. Mekanisme Trauma


(a) berputar (b) kompresi (c) fragmen triangular butterfly
(dikutip dari kepustakaan 2)
III.

(d) tension

KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologis, klinis, dan radiologis.
Klasifikasi Etiologis1

Fraktur traumatik. Terjadi karena trauma yang tiba-tiba


Fraktur patologis. Terjadi kerana kelemahan tulang sebelumnya akibat

kelainan patologis di dalam tulang


Fraktur stress. Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada
suatu tempat tertentu

Klasifikasi Klinis1

Fraktur tertutup (simple fraktur). Fraktur tertutup adalah suatu fraktur

yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.


Fraktur terbuka (compound fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur
yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit

dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from

without (dari luar)


Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture). Fraktur dengan
komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya
malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.

Klasifikasi Radiologis1
Berdasarkan lokalisasi :

Diafisal
Metafisal
Intra-artikuler
Fraktur dengan dislokasi

Berdasarkan konfigurasi :

Fraktur transversal
Fraktur oblik
Fraktur spiral
Fraktur Z
Fraktur segmental
Fraktus komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
Fraktur avulse, fragmen kecil oleh otot atau tendo misalnya fraktur

epikondilus humeri
Fraktur depresi, karena trauma langsung
Fraktur impaksi
Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah

misalnya pada fraktur vertebra, patella, talus, kalkaneus


Fraktur epifisis

Menurut ekstensi :

Fraktur total
Fraktur tidak total
Fraktur buckle
Fraktur garis rambut
Fraktur green stick

Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

Tidak bergeser (undisplaced)

Bergeser (displaced)
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :

Bersampingan
Angulasi
Rotasi
Distraksi
Over-riding
Impaksi

Gambar 2. Klasifikasi Fraktur


(dikutip dari kepustakaan 2)
IV.

PENYEMBUHAN FRAKTUR
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase
yaitu1 :
1. Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah
kecil yang melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami
robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk hematoma diantara

kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum.


Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan
hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam
jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari
daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan
suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur
segera setelah trauma.
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu
reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel
osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus
eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus interna sebagai
aktifitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang
hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensiasi
sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak.
Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah
dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada
jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas.
Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan
hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari
fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik.
Pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga
merupakan suatu daerah radiolusen.
3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap
fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada
kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat osteoblast diduduki oleh
matriks interseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh garamgaram kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini

10

disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologi kalus atau


woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama
terjadinya penyembuhan fraktur.
4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan
diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang
menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara
bertahap.
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk
bagian yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis
medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara
osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus
eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah
menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus
bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang
sumsum.

11

Gambar 3. Proses penyembuhan fraktur.


(a) hematom. Kerusakan jaringan dan perdarahan pada daerah fraktur. (b) inflamasi. Sel-sel
inflamasi tampak pada daerah hematom. (c) callus. Populasi sel akan berubah menjadi osteoblast
dan osteoclast. (d) konsolidasi. Woven bone diganti oleh tulang lamellar dan fraktur menyatu
secara sempurna. (e) Remodelling. Terjadi perubahan struktur tulang sehingga akan tampak seperti
struktur normalnya
(dikutip dari kepustakaan 2)

V.

ANATOMI
Anatomi Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii),
berbentuk roda, letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk
fovea articularis (=fossa articularis) yang serasi dengan capitulum
radii. Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut
circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis
ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii oleh collum radii. Di
sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas radii.
Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea
(=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo
posterior. Ujung distal radius melebar ke arah lateral membentuk
processus styloideus radii, di bagian medial membentuk incisura
ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati
oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies
articularis carpi. (8)

12

Gambar 3. Tulang Radius


dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; referensi 9)
Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang
sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat
incisura trochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke arah
ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di
bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis
terdapat processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat
tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di bagian lateral dan
incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan
caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi
supinatoris. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior,
facies medialis, margo interosseus, margo anterior dan margo
posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (= capitulum ulnae).
Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal
terdapt processus styloideus serta silcus m.extensoris carpi ulnaris.
Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan
radius. (8)

13

Gambar 4. Tulang Ulna


(dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; referensi 9)
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar
yang diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum
radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen
radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes
interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna
merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya
mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya
mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar
yang dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu
otot supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat
gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain
yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan
bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.(1)

14

Gambar 5. Anatomi radius dan ulna


(dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; referensi 9)
VI.

FISIOLOGI
Tulang adalah adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari
tiga jenis sel : osteoblast, osteosit, dan osteoklas. Osteoblast
membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang
disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid,
osteoblast mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang
memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki
aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam
darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan
tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis
kanker ke tulang. (10)
Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi
mesenkim yang sangat penting dalam proses osteogenesis atau

15

osifikasi. Sebagai sel, osteoblas dapat memproduksi substansi organic


intraseluler matriks, dimana klasifikasi terjadi di kemudian hari.
Jaringan yang tidak mengandung kalsium disebut osteoid dan apabila
klasifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut tulang. Sesaat
setelah osteoblas dikelilingi oleh substansi organic intraseluler, disebut
osteosit dimana keadaaan ini terjadi dalam lakuna.
Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan
tulang dengan sifat dan fungsi resopsi serta mengeluarkan tulang yang
disebut osteoklas. Kalsium hanya dapat dikeluarkan oleh tulang
melalui proses aktivitas osteoklasin yang menghilangkan matriks
organic dan kalsium secara bersamaan dan disebut deosifikasi.
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode
pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak
terjadi dalam bentuk perubahan mikroskopik akibat aktifitas fisiologi
tulang sebagai suatu organ biokimia utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas:
Substansi organic

: 35%

Substansi Inorganic

: 45%

Air

: 20%

Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organic


intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari
matriks (90%), sedangkan adalah asam hialuronat dan kondroitin asam
sulfur. Substansi inorganic terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan
sisanya oleh magnesium, sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride.
Enzim tulang adalah alkali fosfatase yang diproduksi oleh osteoblas
yang kemungkinan besar mempunyai peranan yang paling penting
dalam produksi organic matriks sebelum terjadi kalsifikasi.(7)
Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi
pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan
kanak-kanak ketika terjadi lebih banyak pembentukan daripada
absorpsi tulang. Pergantian yang berlangsung terus-menerus ini

16

penting untuk fungsi normal tulang dan membuat tulang dapat


berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah
terjadi patah tulang. Betuk tulang dapat disesuaikan dalam
menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat. Perubahan
tersebut juga membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses
penuaan. Matriks organik yang sudah tua berdegenerasi, sehingga
membuat tulang secara relative menjadi lemah dan rapuh.
Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks organik baru,
sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.
VII.

EPIDEMIOLOGI
Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anakanak, Fraktur yang mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada
daerah metafisis tulang radius distal, dan ulna distal sedangkan fraktur
pada daerah diafisis yang terjadi sering sebagai faktur type green-stick.
Fraktur tulang radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3
distal.

VIII. FAKTOR RESIKO


Factor resiko untuk terjadinya fraktur tibial plateau adalah4 :
a) Pasien-pasien memiliki resiko untuk cedera ini adalah trauma dengan
kecepatan tinggi (usia muda, laki-laki, alcohol dan pecandu obat)
b) Usia lebih tua dengan kualitas tulang yang jelek memiki resiko fraktur.
IX. ETIOLOGI DAN MEKANISME TRAUMA
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,
misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan
ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada
tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.(1)
Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma yang berat; kadang-kadang
trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena

17

penyakit tertentu. Jika trauma ringan yang terus menerus dapat menimbulkan
fraktur. Berdasarkan ini, maka dikenal berbagai jenis fraktur :

Fraktur disebabkan trauma yang berat


Fraktur spontan/patologik
Fraktur stress/fatigue

Trauma dapat bersifat:

Eksternal : tertabrak, jatuh dan sebagainya.


Internal : kontraksi otot yang kuat dan memdadak seperti pada serangan

epilepsi, tetanus, renjatan listrik, keracunan strinkin.


Trauma ringan tetapi terus menerus.
Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang

sebelumnya telah mengalami proses patologik, misalnya tumor tulang primer atau
sekunder, myeloma multiple, kista tulang, osteomyelitis, dan sebagainya. Trau ma
ringan saja sudah dapat menimbulkan fraktur.
Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetpai terus menerus,
misalnya fraktur march pada metatarsal fraktur tibia pada penari balet, fraktur
fibula pelari jarak jauh, dan sebagainya.(6)
X.

DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis

merupakan

langkah

pertama

yang

dilakukan

untuk

mengevaluasi pasien dengan fraktur. Pada anamnesis didapatkan adanya


keluhan nyeri, bengkak, ataupun deformitas. Keluhan lain yang
dipaparkan oleh pasien adalah tidak mampu untuk menggerakkan lutut
secara seluruhan ataupun sebagian4. Anmnesis penting untuk mengetahui
apakah pasien mengalami trauma dengan energy besar atau tidak.
Kecelakan motor, jatuh dari ketinggian lebih dari 10 kaki, dan ditabrak
dengan kendaraan sementara berjalan merupakan contoh mekanisme
trauma dengan energi tinggi. Anamnesis lainnya yang pertu ditanyakan
adalah factor-faktor komorbid dari pasien yang akan berpengaruh pada

18

terapi ataupun prognosis. Pasien dengan penyakit penyerta seperti


penyakit arteri koroner, emfisema, perokok, ataupun diabetes tidak
terkontrol memiliki resiko besar untuk timbulnya komplikasi dari cedera
yang terjadi9.

Pemeriksaan Fisis1
1. Look (Inspeksi)

Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior),


diskrepensi (rotasi, perpendekan atau perpanjangan).

Bengkak atau kebiruan.

Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak)

2. Feel (Palpasi)
- Tenderness (nyeri tekan) pada derah fraktur.
- Krepitasi.
- Nyeri sumbu.
3. Move (Gerakan)
- Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
- Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada
sendinya.
4. Pemeriksan trauma di tempat lain seperti kepala, thorak, abdomen,
tractus urinarius dan pelvis.
5. Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskular bagian distal
fraktur yang berupa pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit,
pengembalian darah ke kapiler (Capillary refil test), sensasi motorik
dan sensorik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan standar untuk trauma pada lutut adalah foto Xray dengan
posisi anteroposterior (AP), lateral, dan dua oblik. Foto X-ray digunakan
untuk mengidentifikasi garis fraktur dan pergeseran yang terjadi tetapi
tingkat kominusi atau depresi dataran mungkin tidak terlihat jelas. Foto

19

tekanan (dibawah anestesi) kadang-kadang bermanfaat untuk menilai


tingkat ketidakstabilan sendi. Bila kondilus lateral remuk, ligamen medial
sering utuh, tetapi bila kondilus medial remuk, ligament lateral biasanya
robek2.

XI.

TERAPI
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling
sering terjadi. Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan
posisi dan tidak stabil sehingga umumnya membutuhkan terapi operatif.
Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi ekstraartikular dari distal
radius dan fraktur tertutup dari ulna dapat diatasi secara efektif dengan
primary care provider. Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anakanak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus. (13)
Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi,
reduksi/reposisi, terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1.

Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa


yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena
perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.

2.

Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen

fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan
letak normal.
3.

Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan


atau menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4.

Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita


fraktur tersebut dapat kembali normal.(2)

20

Gambar 18 . Proses penyembuhan fraktur


(dikutip dari referensi 6)

XII.

KOMPLIKASI

A. Komplikasi Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab
perlu dibuka atau dilonggarkan. Cedera saraf jarang terjadi, dan yang
mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi.
Kalau hal ini terjadi, ligamen karpal yang melintang harus dibelah sehingga
tekanan saluran dalam karpal berkurang. Distroft refleks simpatetik mungkin amat
sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi
keadaan atrofi Sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada
sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan tiap hari. Pada
sekitar 5% kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri Berta ter-

21

dapat

tanda-tanda

ketidakstabilan

vasomotor.

Sinar-X

memperlihatkan

osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang.(1)


Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera,
komplikasi dini, dan komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi
pada saat patah tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi dalam
beberapa hari setelah kejadian, dan komplikasi kemudian terjadi lama setelah
tulang patah. Pada ketiganya, dibagi lagi menjadi komplikasi umum dan lokal.(18)
B. Komplikasi lanjut
Komplikasi pada tulang
a.
Gangguan penyembuhan fraktur

Delayed union
Delayed union disebabkan oleh faktor biologis, biomekanis atau faktor dari
pasiennya sendiri. Faktor biologis termasuk di dalamnya, suplai darah yang kurang,
kerusakan parah jaringan lunak, dan robekan periosteum. Faktor biomekanis yaitu
pemasangan bidai yang kurang sempurna, fiksasi yang terlalu kaku dan adanya infeksi.
Pada pemeriksaan x-ray tampak pembentukan kalus sedikit atau inkomplit atau reaksi
periosteal, tetapi ujung fragmen tulang tidak tampak sklerotik ataupun atrofi.
Penatalaksanaan konservatif delayed union menganut dua prinsip penting yaitu untuk
mengeliminasi penyebab terjadinya delayed union dan untuk menginduksi penyembuhan.

Malunion
Malunion adalah ketika penyambungan antar fragmen terjadi dalam posisi yang
tidak memuaskan (angulasi, rotasi atau pemendekan yang terlalu besar). Malunion
disebabkan oleh reduksi kurang sempurna, imobilisasi yang inadekuat, atau pada fraktur
kominutiva dan tulang osteoporosis.
Deformitas biasanya dapat terlihat tetapi kadang dibutuhkan pemeriksaan x-ray
untuk memastikannya. Rotasi femur, tibia, humerus atau antebrachii dapat terlihat bila
foto x-ray dibandingkan dengan ekstremitas yang sehat. Malunion dapat diperbaiki
dengan manipulasi ulang dengan pedoman sebagai berikut

Pada orang dewasa, fraktur sebaiknya direduksi kembali sepersis mungkin


dengan posisi anatomis. Angulasi lebih dari 10 15 derajat pada tulang panjang
dapat diperbaiki dengan manipulasi atau dengan osteotomi dan fiksasi

22

Pada anak-anak, deformitas angular dekat ujung fragmen tulang biasanya akan
mengalami remodeling seiring perjalanan waktu, tetapi deformitas rotasional
tidak akan mengalami remodeling.
Pada ekstremitas bawah, pemendekan lebih dari 2 cm mengindikasikan perlunya
dilakukan prosedur penyamaan panjang.

Non union
Disebut non union apabila fraktur tidak menyembuh antara 6 8 bulan dan
tidak didapatkan konsolidasi sehingga didapat pseudoarthrosis (sendi palsu).
Pseudoarthrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi samasama
dengan infeksi disebut infected pseudoarthrosis.Beberapa jenis nonunion terjadi
menurut keadaan ujung ujung fragmen tulang. Ada 2 tipe non union, yaitu :3
1. Hipertrofik
Ujung ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang
disebut gambaran elephants foot. Garis fraktur tampak dengan jelas.
Ruangan antar tulang diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat fibrosa.
Pada jenis ini vaskularisasinya baik sehingga biasanya hanya diperlukan
fiksasi yang rigid tanpa pemasangan bone graft.
2. Atrofik (Oligotrofik)
Tidak ada tandatanda aktivitas seluler pada ujung fraktur. Ujung tulang
lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskular. Pada jenis ini
disamping dilakukan fiksasi rigid jugadiperlukan pemasangan bone graft.
Penyebab nonunion dan delayed union3

Vaskularisasi pada ujungujung fragmen yang kurang


Reduksi yang tidak adekuat
Imobilisasi yang tidak adekuat sehingga terjadi gerakan pada kedua

fragmen.
Waktu imobilisasi yang tidak cukup
Infeksi
Distraksi pada kedua ujung karena adanya traksi yang berlebihan
Interposisi jaringan lunak diantara kedua fragmen tulang
Terdapat jarak yang cukup besar antara kedua fragmen
Destruksi tulang misalnya oleh karena tumor atau osteomielitis (fraktur

patologis)
Disolusi hematoma fraktur oleh jaringan sinovia (fraktur intrakapsuler)

23

Kerusakan periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur atau operasi


Fiksasi interna yang tidak sempurna
Delayed union yang tidak diobati
Pengobatan yang salah atau sama sekali tidak dilakukan pengobatan
Terdapat benda asing diantara kedua fraktur, misalnya pemasangan screw
diantara kedua fragmen.

Gambaran klinis3

Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada


Gerakan abnormal pada daerah fraktur yang membentuk sendi palsu yang

disebutpseudoarthrosis.
Nyeri tekan atau sama sekali tidak ada.
Pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga tidak terdapat pembengkakan

sama sekali
Pada perabaan ditemukan rongga diantara kedua fragmen.

Pemeriksaan radiologis3

Terdapat gambaran sklerotik pada ujungujung tulang


Ujungujung tulang berbentuk bulat dan halus
Hilangnya ruangan meduler pada ujungujung tulang
Salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi lainnya cekung
(psedoarthrosis)

Pengobatan3

Fiksasi interna rigid dengan atau tanpa bone graft


Eksisi fragmen kecil dekat sendi. Misalnya kepala radius, prosesus stiloid

ulna
Pemasangan protesis, misalnya pada fraktur leher femur
Stimulasi elektrik untuk mempercepat osteogenesis.

Osteomyelitis
Adapun komplikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagai
osteomyelitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasilocal yang berjalan
dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagaikomplikasi
dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga
(otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (Staphylococcus
aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae) berpindah melalui aliran

24

darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah


mengalir ke dalam sinusoid.
Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat
peradangan yang terbatas ini akan tersas nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali
mendiagnosis ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga pengobatan
dengan antibiotika dapat dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat
dilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan
untuk mencegah jangan sampai seluruh tulang mengalami kerusaskan yang
dapatmenimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang salah pada anak-anak
yang menderita osteomyelitis dapat mengakibatkan keterlambatan dalam
memberikan pengobatan yang memadai.

(a)

(b)

Gambar 20. (a) Osteomyelitis Akut pada Radius Ulna (b) Osteomyelitis Kronik

25

(Dikutip dari referensi 24)


Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri dalam
aliran darah, Namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau
operasi. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut
yang tidak di tangani dengan baik. Seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya,

osteomyelitis

sangan resisten terhadap pengobatan dengan

antibiotika. Infeksi tulang sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan drainase
dan debridement, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk
menghilangkan penyakit.( 3 )

DAFTAR PUSTAKA
1. Chairuddin, Rasjad Prof, MD, PhD.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 2003.
Makasar
2. Alan Graham Aplpley. Appleys System of Orthopedics and Fracture 9 th
edition. Butterworths Medical Publications. 2010.
3. Netter, Frank H. Netters

Concise Orthopaedic Anatomy 2nd edition.

Saunders Elseiver.
4. Frassica, Frank dkk. The 5-Minute Orthopaedic Consult 2nd edition.
Lippuncolt William & Wilkins. 2007
5.

Luhulima JW. Musculoskeletal. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran


Universitas Hasanuddin. Makassar. Indonesia. 2002.

6. Chapman, Michael W.

Chapmans Orthopaedic Surgery 3rd edition.

Lippincolt William & Wilkins. 2001.


7. Koval, Kenneth J. Handbook of Fractures 3rd edition. Lippincolt William
& Wilkins. 2006
8. Kingsley Chin, dkk. Orthopaedic Key Review Concept, 1 st edition.
Lippincolt William & Wilkins. 2008

26

9. Dirchsl Douglas, dkk. Staged Management of Tibial Plateau. American


Journal of Orthopaedic. 2007
10. Reznik, Alan M. Tibial Plateau Fractures. The Orthopaedic Group. 2011
11. Cluet Jonathan. Tibial Plateau Fracture. 2005. Available from :
http://orthopedics.about.com/.

27

Anda mungkin juga menyukai