Disusun Oleh :
Monica Ivonne C.
111211131016
Kholifatu Zahro
111211131017
Satrio Hariawan
111211132024
Aditya Aulia R.
111211133016
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015
BAB I
KERANGKA TEORI
1. 1. Definisi Sindrom
Gangguan penggunaan zat adalah gangguan yang melibatkan penggunaan
maladaptif dari zat psikoaktif. Gangguan yang diakibatkan penggunaan zat adalah
gangguann yang dapat muncul karena penggunaan zat psikoaktif seperti
intoksikasi, gejala putus zat, gangguan mood, delirium, demensia, amnesia,
gangguan psikotik, gangguan kecemasan, disfungsi seksual dan gangguan tidur.
Penggunaan zat secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori.
Penyalahgunaan zat secara patologis dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat. Ketergantungan zat dalam DSM IVTR ditandai oleh adanya berbagai masalah yang berkaitan dengan konsumsi suatu
zat. Konsekuensi yang ditimbulkan bersifat merusak dan menimbulkan masalah
baik dalam hal sosial, pekerjaan, psikologis atau fisik. Ciri dari penyalahgunaan
zat adalah apakah pola dari perilaku penggunaan obat berulang kali terkait dengan
konsekuensi yang merusak.
Berbagai gangguan utama yang berkaitan dengan penyalahgunaan zat yang
melibatkan alkohol, mengisap nikotin dan rokok, mariyuana, sedatif dan stimulan,
dan halusinogen, berbagai faktor etiologis dan membahas mengenai penanganan
yang tersedia bagi gangguan ini.
1.1.1
3. Mariyuana
Mariyuana terdiri dari daun dan bagian atas yang berbunga dari
sejenis tanaman rami yang dikeringkan dan dihancurkan, yaitu Cannabis
Sativa. Mariyuana digunakan dengan cara diisap, dikunyah, digunakan
sebagai teh, atau dimakan dalam makanan yang dipanggang.
Efek Mariyuana
Efek psikologis.
Mariyuana membuat para pengguna merasa rileks dan mudah
bersosialisasi.
Dosis
besar
dilaporkan
menimbulkan
berbagai
Sedatif
Sedatif utama, melambatkan berbagai aktifitas tubuh dan
mengurangi responsivitasnya. Kelompok obat-obatan ini mencakup oplatopium dan berbagai derivatnya yaitu morfin, heroin, dan kodein dan
berbiturat serta penenang sintesis, seperti sekorbabital (seconal) dan
diazepam (valium)
a. Oplat kelompok sedatif yang menimbulkan kecanduan yang dalam
dosis sedang, menghilangkan rasa sakit dan menyebabkan tidur. Yang
paling terkenal adalah opium.
b. Morfin lalu pada tahun 1806 alkaloid morfin, berhasil dipisahkan dari
opium kasar. Bubuk yang rasanya pahit tersebut terbukti sebagai
sedatif dan penghilang rasa sakit yang kuat.
c. Heroin pada tahun 1874 mereka menemukan bahwa morfin dapat
diubah menjadi obat lain yang sangat kuat untuk menghilang rasa
sakit, yang mereka beri nama heroin.
Prevalensi Penyalahgunaan Opiat.
Dewasa ini heroin merupakan jenis opiat yang paling banyak
disalahgunakan. Selama bertahun-tahun angka ketergantungan jauh lebih
besar di kalangan dokter dan perawat dibanding dalam berbagai kelompok
lain dengan latar belakang pendidikan yang setingkat.
Sedatif Sintesis
Jenis sedatif utama, yaitu barbiturat disintesis sebagai obat yang
Stimulan
Stimulan atau upper, seperti kokain, bekerja di dalam otak dan
DSM IV TR
Penggunaan zat secara maladaptive
- Toleransi
- Putus obat
berikut ini :
mengurangi/mengendalikan
berbahaya
- Berulang kali mengalami berbagai
penggunaannya
banyak
waktu
yang
dalam
- Keinginan/upaya
- Sangat
berulang
aktivitas
social,
menerus
menggunakan
- Terus
menerus
menggunakannya
psikologis/fisik
menjadi
1. 3. Etiologi
Penelitian terhadap penyebab penyalahgunaan zat semakin sering
dilakukan, dan usia yang rentan terhadap awal dimulainya penyalahgunaan zat
adalah usia remaja. Faktor penyalahgunaan dan ketergantungan zat meliputi
variabel sosiokultural, psikologis, dan biologis.
1. Variabel Sosiokultural
Variabel sosiokultural diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Budaya
Delint (dalam Davidson, 2010) menyatakan bahwa negara yang
memiliki grafik sebagai peminum alkohol tertinggi adalah negara seperti
Prancis, Spanyol dan Italia. Salah satu penyebab tingginya angka
penyalahgunaan alkohol adalah faktor budaya yang melegalkan wine dan
jenis alkohol lainnya untuk dikonsumsi, sehingga sikap budaya yang
demikian pada akhirnya akan mempengaruhi seseorang untuk minum
secara berlebih dan akhirnya terlibat dalam penyalahgunaan alkohol,
ditambah lagi dengan kemudahan memperoleh zat terkait di negara-negara
tersebut.
2. Keluarga
Variabel keluarga juga merupakan hal yang juga penting, anak yang
memiliki orang tua yang merokok memiliki kemungkinan 4 kali lebih
besar juga terlibat dalam kegiatan merokok daripada yang tidak memiliki
orang tua yang merokok (Nevid, 2005). Masalah-masalah seperti
perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan kurangnya dukungan
emosional juga sering kali dikaitkan dengan meningkatnya kemungkinan
mengunnakan rokok, alkohol, narkoba dan zat sejenisnya.
3. Teman sebaya
Kondisi psikologis remaja yang sedang mencari jati diri seringkali
mudah terpengaruh oleh teman sebanyanya untuk menggunakan alkohol,
narkoba, rokok dan sebagainya.
4. Media
Media
turut
memiliki
andil
dalam
mempengaruhi
terjadinya
barat
pun
sangat
mempersuasi
individu
untuk
ikut
menggunakannya.
2. Variabel Psikologis
Terdapat 2 bahasan terkait variabel psikologis :
1. Pengaruh Alkohol pada mood
Faktor yang mendasari individu menggunakan obat-obatan adalah
keinginan untuk dapat merubah mood individu. Meliputi peningkatan
mood positif maupun pengurangan mood negatif.
2. Keyakinan tentang prevalensi penggunaan obat dan resiko
kesehatan yang ditimbulkan
Seseorang meyakini bahwa obat berbahaya memilki prevalensi
penggunaan yang dilihatnya pada orang lain. Melihat dari 2 pernyataan
di awal, pengaruh sosiokultural dan perubahan mood masih belum bisa
menjelaskan secara gamblang dalam penyalahgunaan zat.
3. Variabel Biologis
Kemampuan fisiologi individu dalam mentoleransi zat yang
berlebihdapat meningkatkan penyalahgunaan zat bagi individudi
kemudian hari. Salah satu indikator adalah etnis. Etnis Asia tingkat
penyalahgunaan alkoholnya rendah karena intoleransi fisiologisnya,
disebabkan oleh kekurangan enzim yang mencerna alkohol yang
bersifat keturunan.
2.
3.
4.
tersebut.
Menetapnya penggunaan zat meskipun memiliki masalah yang diakibatkan
karena penggunaan zat tersebut.
BAB II
ANALISA KASUS
2. 1.
2. 2. Analisa kasus
Analisa Etiologi gejala Kasus menurut literature review
Teman sebaya
Kondisi psikologis remaja yang sedang mencari jati diri seringkali mudah
terpengaruh oleh teman sebayanya untuk menggunakan alkohol, narkoba, rokok
dan sebagainya.
Rancangan intervensi yang perlu dilakukan dalam kasus
Berbagai peraturan larangan merokok di tempat umum merupakan bagian
konteks sosial yang intensif untuk mengurangi konsumtifitas rokok. Keberhasilan
secara keseluruhan di kalangan berpendidikan lebih tinggi, usia lebih tua atau
masalah kesehatan yang akut.
Penanganan Psikologis
Strategi adalah mengurangi dan mengganti asupan rokok, boleh merokok
pada waktu tertentu yang telah dijadwalkan dikendalikan oleh waktu buka
berdasarkan dorongan dalam diri, mood, atau situasi. Untuk memberikan suatu
dampak para ahli klinis menjalankan program standar.
Penanganan Biologis
Selembar plester poliethilin dilekatkan di tangan berfungsi sebagai system
pemasok nikotin. (melalui kulit) yang secara perlahan dan stabil dibawa ke otak.
Biasanya digunakan 10 sampai 12 minggu yang semakin lama semakin sedikit.
Mencegah Kekambuhan
Terlepas dari caranya berhenti merokok tergantung kognisi dan informasi
yang didapat sangat mmempengaruhi. Sanksi sosial bagi perokok juga membantu
menjauhi rokok seiring berjalanya waktu.
2. 3.
Diagnosa Multiaksial
Axis I
F1x.24 Sedang menggunakan zat (ketergantungan aktif)
Axis II
Z03.2 Tidak ada diagnosis
Axis III
Tidak ada data
Axis IV
Masalah psikososial dan lingkungan lain
Axis V
GAF 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial, pekerjaan, sekolah, dll.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3. 1.
Simpulan
Metode observasi yang kami gunakan adalah tehnik observasi non-
partisipan, dimana observer tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh
subjek. Observer hanya merekam dan mengamati perilaku subjek saat terjadi di
lingkungan yang sebenarnya.
Kami menggunakan tehnik event recording. Dimana nantinya kami
mencatat kemunculan target perilaku dan deskripsi suasana. Observasi ini
dilakukan sebanyak 2 sesi dan masing masing sesi memiliki durasi 60 menit.
Alasan kami menggunakan metode ini karena sesuai dengan target
perilaku yang kami amati. Kami mengamati kuantitas seberapa banyak target
perilaku yang muncul, dari pengamatan tersebut dapat mengindikasikan bahwa
subjek mengalami gangguan ketergantungan zat berupa nikotin.
Selanjutnya kami juga menggali data menggunakan wawancara
yang kami lakukan pada tanggal 29 september 2015, wawancara ini bertujuan
untuk melengkapi data dari target perilaku yang tidak muncul pada saat observasi
Berdasarkan data yang kami dapatkan saat observasi pada sesi pertama,
kedua observer melihat adanya target perilaku yang muncul sebanyak dua kali
untuk target perilaku berapa banyak rokok yang dihabiskan dalam kurun waktu 1
jam , dan untuk target perilaku merokok di tempat berbahaya ( dekat bahan yang
mudah terbakar ) kedua observer melihat satu kali target perilaku tersebut muncul
yakni subyek merokok dekat elpiji danus ( dana usaha ).
Sedangkan untuk observasi sesi kedua untuk target perilaku berapa banyak
rokok yang di habiskan dalam 1 jam kedua observer melihat target perilaku
tersebut muncul tiga kali, dan untuk target perilaku meminta rokok teman di saat
persediaan rokok yang dipunya habis, menunda melakukan permintaan teman saat
sedang merokok serta tetap bersikeras merokok walaupun telah ditegur temannya
observer melihat masing-masing dari target perilaku tersebut muncul sebanyak
satu kali.
Pada observasi tidak semua target perilaku muncul, maka kami melakukan
wawancara guna melengkapi data target perilaku yang belum muncul pada saat
observasi, serta kriteria ketergantungan nikotin yang tidak observable
Dari hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan dengan subyek,
semua kriteria ketergantungan zat nikotin hampir semua terpenuhi sesuai kriteria
ketergantungan nikotin berdasarkan DSM 5: Sering mengkonsumsi tembakau
dalam jumlah yang lebih besar dalam periode yang lama dari yang diperkirakan,
adanya keinginan dan usaha yang gagal untuk mengurangi atau mengendalikan
penggunanan tembakau, banyak waktu terbuang sia-sia hanya untuk mendapatkan
dan menggunakan tembakau, keinginan kuat dan mendesak untuk menggunakan
tembakau, penggunaan tembakau yang berlebihan mengakibatkan kegagalan
untuk memenuhi kewajiban peran utama di tempat kerja, sekolah, ataupun rumah.
(misalnya, gangguan dengan pekerjaan),penggunaan tembakau berkelanjutan
meskipun memiliki permasalahan dengan sosial atau interpersonal yang
disebabkan atau diperburuk oleh efek tembakau. (misalnya berargumen dengan
orang lain tentang penggunaan tembakau), kepentingan sosial, kerja, kegiatan
rekreasi dapat berkurang karena penggunaan tembakau, menggunakan tembakau
terus-menerus dalam situasi dimana membahayakan bagi tubuh. (misalnya
merokok di tempat tidur), tetap menggunakan tembakau walaupun sudah
mengetahui atau mengalami masalah fisik dan psikis, toleransi, didefinisikan
dengan terjadinya kedua hal berikut: meningkatnya jumlah penggunaan tembakau
untuk mencapai efek yang digunakan, ditandai dengan berkurangnya efek
penggunaan tembakau secara terus-menerus dengan jumlah yang sama, menarik
diri yang di manifestasikan dengan 2 kriteria: penggunaan tembakau paling
lambat seminggu yang lalu, selama 24 jam pasti mengalami 4 atau lebih simptom
sebagai berikut: tembakau atau biasa disebut nikotin ketika kembali dikonsumsi
maka akan hilang keempat simptom yang terkait dengan penarikan dari tembakau.
3. 2.
Saran
Kelebihan dari hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan adalah
bisa dengan mudah dan lebih mendalam dalam penggalian data untuk
LAMPIRAN
Foto-Foto Kasus
Daftar Pustaka
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic And Statistical Manual of
Mental Disorder (4th ed): Text Revision. Washington, DC : American
Psychiatric Publishing.
American Psychiatric Association. (2013).