Anda di halaman 1dari 3

Faiz Fadhlurrakhman 14010412110069

Muhammad Hadziq Alfatih - 14010412140060


Dynamic Equilibrium or Marty Doctrine
Dynamic Equilibrium merupakan doktrin yang di ciptakan oleh Marty Natalegawa
pada saat menjadi Mentri luar negeri Indonesia. Dynamic Equilibrium ini muncul ketika
adanya dilemma sebuah wilayah yang di hadapi oleh negara kepulauan. Konsep dynamic
equilibrium memiliki arti keseimbangan dinamis. Pada doktrin ini Marty Natalegawa dalam
posisinya sebagai Mentri luar negeri dan juga melihat Indonesia sebagai ketua ASEAN 2011
menginginkan terciptanya kawasan regional yang solid atau kokoh dengan mengacu pada
keseimbangan dinamis yang bermakna bahwa seluruh negara kawasan, ASEAN dalam hal ini
bisa tumbuh dan berkembang bersama-sama. Hal ini dimaksudkan Marty Natalegawa untuk
mengokohkan konsolidasi internal kawasan Asia khususnya Asia tenggara agar bisa melawan
serangan dari luar kawasan dan juga kembali menyuarakan semangat regionalisme yang
sempat rusak akibat munculnya isu-isu wilayah yang akhirnya mengganggu keharmonisan
hubungan regional Asia khususnya Asia Tenggara.1
Indonesia sebagai salah satu negara pencetus berdirinya ASEAN memegang peranan
penting dalam perkembangan regional. Posisi Indonesia yang besar di ASEAN memberikan
tanggungjawab kepada Indonesia untuk mengawal ASEAN tetap pada jalurnya dalam
menghadapi ASEAN Community mendatang. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, Indonesia
kembali menunjukkan tanggungjawabnya sebagai salah satu leader ASEAN dalam
menciptakan kawasan Asia dan Pasifik yang lebih stabil, damai, dan sejahtera dengan
mengacu pada Dynamic Equilibium atau Doktrin Natalegawa yang menekankan bahwa
ASEAN harus tetap berusaha dalam memainkan peranan utama tentang pembangunan
kawasan regional. Upaya Indonesia dalam memperkuat sistem demokrasi dan kewilayahan di
kawasan Asia dan Pasifik semakin diperkuat dengan diselenggarakannya Bali Democracy
Forum (BDF) disebut-sebut sebagai sektor utama dalam perancangan pembangunan kawasan.
Forum ini juga dianggap merupakan kekuatan utama Indonesia dalam menyatukan dan
memperkuat prinsip-prinsip demokrasi di Asia dan Pasifik, tidak hanya negara-negara
anggota melainkan juga dari negara-negara dari berbagai penjuru dunia. Konstelasi yang
telah terbentuk dalam kawasan regional tersebut yang kemudian membuat Marty Natalegawa
1

. Sebastian, Leonard C. Indonesias Dynamic Equilibrium and ASEAN Centrality hal. 9


di akses http://www.nids.go.jp/english/event/symposium/pdf/2013/E-01.pdf

(Menteri Luar Negeri RI era Presiden SBY) membuat sebuah rancangan strategi yang akan
menunjang keberhasilan cita-cita Indonesia tersebut. Melalui strategi Dynamic Equilibrium
atau yang lebih dikenal dengan Doktrin Natalegawa, Natalegawa memiliki mimpi untuk
menciptakan sebuah keseimbangan yang dinamis dan terciptanya kawasan regional yang
kokoh dan dapat menjadi senjata utama bagi ASEAN.
Dalam doktrinnya, Natalegawa menyebutkan beberapa hal penting yang menjadi
alasan kenapa dynamic equilibrium harus diterapkan: pertama, regionalisme dan
multilateralisme di kawasan Asia memiliki banyak bentuk selain ASEAN yang menjadi pilar
utama kerjasama regional, sehingga meningkatkan kinerja dari ASEAN dirasa sangat perlu. 2
Kedua, pencapaian kepentingan nasional seringkali menjadi sumber konflik, oleh karena itu
dalam doktrinnya, Natalegawa menyebutkan tidak ada kekuatan dominan tunggal di kawasan
dan berbagai negara di kawasan regional berinteraksi secara damai dan bersifat mutualisme. 3
Ketiga, dynamic equilibrium dijadikan sebagai bagian dan antisipasi dinamika perubahan
global yang secara ekonomi mengalami resesi berkepanjangan, dan secara politik telah
mengubah tatanan dan persepsi global. Keempat, perubahan pandangan dan pendekatan yang
berbeda dianggap mampu menyelesaikan hubungan-hubungan yang tadinya menjadi sumber
instabilitas, sekarang bergerak sebaliknya yakni mencari pijakan baru tanpa menuju ke
sebuah konflik terbuka. Kelima, merupakan sebuah kerangka kerjasama strategis yang
mengakomodasikan berbagai kepentingan dan kekuatan dominan. Keenam, konsep
keterpaduan

dan

ketergantungan

yang

saling

menguntungkan

pembangunan

dan

perkembangan negara-negara ASEAN. Ketujuh, merupakan pengejawantahan menyeluruh


menyeluruh yang mengakhiri hegemonisme. Kedelapan, landasan penting membedakan
kebangkitan

negara-negara ASEAN berdasarkan asas kesetaraan dan menjadikan

kemajemukan sebagai kemanunggalan baru menghadapi persoalan global. Kesembilan,


sebagai upaya global melakukan komersialisasi ekonomi dan perdagangan internasional bagi
kesejahteraan bersama. Beberapa faktor utama tersebut di atas yang dianggap Natalegawa
sebagai alasan mengapa doktrinnya (dynamic equilibrium) sangat tepat diterapkan untuk
kawasan regional.

A Conversation with Marty Natalegawa pada September 20, 2010. Di akses dari
http://www.cfr.org/indonesia/conversation-marty-natalegawa/p34820
3
Indonesias foreign relations: policy shaped by the ideal of dynamic equilibrium
http://www.eastasiaforum.org/2014/02/04/indonesias-foreign-relations-policy-shaped-bythe-ideal-of-dynamic-equilibrium/

Bibliography
Sebastian, Leonard C. Indonesias Dynamic Equilibrium and ASEAN Centrality
hal. 9 di akses http://www.nids.go.jp/english/event/symposium/pdf/2013/E-01.pdf
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. "Diplomasi Indonesia 2010".
http://www.kemlu.go.id/Books/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202010.pdf diakses pada
4 April 2015 pukul 12.34
A Conversation with Marty Natalegawa pada September 20, 2010. Di akses dari
http://www.cfr.org/indonesia/conversation-marty-natalegawa/p34820
Indonesias foreign relations: policy shaped by the ideal of dynamic equilibrium
http://www.eastasiaforum.org/2014/02/04/indonesias-foreign-relations-policy-shaped-by-theideal-of-dynamic-equilibrium/

Anda mungkin juga menyukai