Latar Belakang
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau dalam bahasa umumnya
11
makin maju dan selesa, maka kadar penderita BPH secara pastinya turut
meningkat.
II. Lokasi dan waktu
Tempat: Posyandu Cut Nyak Dien Desa Kaye Adang Ie Masen
Waktu
: Rabu, 2 Juli 2014
Peserta
: Pasien dan keluarga pasien yang datang ke puskesmas
Kopelma Darussalam
III.
Metode penyuluhan
Dilakukan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya yang datang
IV.
setelah penyakit batu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya,
diperkirakan hampir 50 persen pria Indonesia yang berusia di atas 50 tahun,
dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita penyakit
PPJ atau BPH ini.
V.
Manfaat Penyuluhan
VI.
Tujuan Penyuluhan
12
Materi Penyuluhan
1.
sebagai pembesaran prostat jinak. Maka jelas dari pengertian secara umum
sebelumnya,
terdapatnya
seuatu
yang
menyebabkan
prostat
membesar.
2.
Epidemiologi
13
BPH merupakan bagian yang normal dari proses penuaan pada pria. BPH
merupakan penyakit yang sering diderita oleh pria. Berdasarkan angka autopsi
perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30-40
tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang, maka akan terjadi
perubahan patologi anatomik. Di klinik 50% penderita BPH dengan gejala bladder
outlet obstruction (BOO) dijumpai pada kalangan usia 60-69 tahun. Angka ini
meningkat sampai 90% pada usia 85 tahun. Karena proses pembesaran prostat
perlahan-lahan maka efek perubahan juga terjadi perlahan-lahan.
3.
Etiologi
Penyebab pasti BPH ini masih belum diketahui, penilitian sampai tingkat
Teori dihidrotestosteron
Salah satu teori ialah teori Testosteron (T) yaitu T bebas yang dirubah
menjadi Dehydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5 a reduktase yang
merupakan bentuk testosteron yang aktif yang dapat ditangkap oleh
reseptor DHT didalam sitoplasma sel prostat yang kemudian bergabung
dengan reseptor inti sehingga dapat masuk kedalam inti untuk
mengadakan inskripsi pada RNA sehingga akan merangsang sintesis
protein. Teori yang disebut diatas menjadi dasar pengobatan BPH dengan
inhibitor 5a reduktase.
Ketidakseimbangan antara esterogen-testosteron
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun sedangkan kadar
esterogen relatif tetap, sehingga perbandingan antara esterogen dan
testosteron relatif meningkat. Telah diketahui bahwa esterogen di dalam
prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat
dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan
hormon
androgen,
meningkatkan
jumlah
reseptor
androgen
dan
14
4.
Patofisiologi
15
16
terjadi refluks, dapat terjadi pielonefritis. Gejala dan tanda ini dievaluasi
menggunakan International Prostate Symptom Score (IPSS) untuk menentukan
beratnya keluhan klinis. Analisis gejala ini terdiri atas 7 pertanyaan yang masingmasing memiliki nilai 0 hingga 5 yang memiliki nilai maksimum 35. Keadaan
pasien BPH dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh sebagai berikut:
Dalam 1 bulan
Tidak
Kurang
Kurang
Kadang-
Lebih
Hamp
terakhir
pernah
dari
dari
kadang
dari
ir
sekali
setengah
(sekitar
setengah
selalu
dalam
Skor
50%)
lima
kali
1.Seberapa sering
anda merasa masih
ada sisa selesai
kencing?
2.Seberapa sering
Anda harus kembali
kencing dalam
waktu kurang dari 2
jam setelah selesai
kencing?
3.Seberapa sering
Anda
mendapatkan
bahwa Anda
kencing terputus-
17
putus?
4.Seberapa sering
pancaran kencing
Anda lemah?
5.Seberapa sering
pancaran kencing
Anda lemah?
6.Seberapa sering
Anda harus
mengejan untuk
mulai kencing?
7.Seberapa sering
Anda harus bangun
untuk kencing,
sejak mulai tidur
pada malam hari
hingga bangun di
pagi hari?
Senang
Pada
Campura
Pada
Tidak
Buruk
umumnya
n antara
umum
bahagia
sekali
puas
puas dan
nya
tidak
tidak
puas
Seandainya
Anda harus
menghabiskansi
sa hidup dengan
fungsi
kencingseperti
saat ini,
bagaimana
perasaan Anda?
5.
6.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah:
Memperbaiki keluhan miksi
Meningkatkan kualitas hidup
Mengurangi obstruksi infravesika
Mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal
19
Watchful
watching
Medikamentosa
Antagonis
adrenergik-
Terapi intervensi
Pembedahan
Invasif minimal
Prostatektomi
terbuka
TUMT
Endourologi:
TUNA
TURP
Stent uretra
TUIP
HIFU
TULP
TUBD
Elektrovaporisasi
Inhibitor reduktase5
Fitoterapi
20
Colok dubur
< 50 mL
II
III
50.100
>100 mL
IV
efek positif
segera terhadap
keluhan,
tetapi
tidak
21
mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal
yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya:
Jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah
makan malam
Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada
buli-buli (kopi atau cokelat)
Batasi
penggunaan
obat-obat
influenza
yang
mengandung
fenilpropanolamin
Kurangi makanan pedas dan asin
Jangan menahan kencing terlalu lama
Setiap 6 bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan
diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan
laboratorium pemeriksaan laju pancaran urine, maupun volume residual urine.
Jika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu
dipikirkan untuk memilih terapi yang lain.
Medikamentosa
Sebagai patokan jika skor IPSS >7 berarti pasien perlu mendapatkan terapi
medikamentosa atau terapi lain. Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha
untuk:
Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik
penyebab obstruksi infravesika dengan obat-obatan penghambat adrenergik-a
Mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara
menurunkan kadar hormon testosteron atau dihidrotestosteron melalui
penghambat 5a-reduktase
Selain kedua cara diatas, sekarang banyak dipakai terapi menggunakan
fitofarmaka yang mekanismenya belum jelas.
a.Penghambat reseptor adrenergik-
Pengobatan dengan antagonis adrenergik- bertujuan menghambat
kontraksi otot polos prostat sehingga mengurangi resistensi tonus leher buli-buli
dan uretra. Fenoksibenzamine adalah obat antagonis adrenergik- non selektif
yang pertama kali diketahui mampu memperbaiki laju pancaran miksi dan
22
mengurangi keluhan miksi. Namun obat ini tidak disenangi oleh pasien karena
menyebabkan komplikasi sistemik yang tidak diharapkan, diantaranya adalah
hipotensi postural dan menyebabkan penyulit lain pada sistem kardiovaskuler.
Diketemukannya obat antagonis adrenergik-1 dapat mengurangi penyulit
sistemik yang diakibatkan oleh efek hambatan pada-2 dari fenoksibenzamin.
Beberapa golongan obat antagonis adrenergik-1 yang selektif mempunyai durasi
obat yang pendek (short acting) diantaranya adalah prazosin yang diberikan dua
kali sehari, dan durasi obat yang panjang (long acting) yaitu terazosin, doksazosin,
dan alfuzosin yang cukup diberikan sekali sehari.
Akhir-akhir ini telah diketemukan pula golongan penghambat adrenergik1A, yaitu tamsulosin yang sangat selektif terhadap otot polos prostat. Dilaporkan
obat ini mampu memperbaiki pancaran miksi tanpa menimbulkan efek terhadap
tekanan darah maupun denyut jantung.
b.Penghambat 5-reduktase
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron
(DHT) daro testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5-reduktase di dalam sel
prostat. Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel
prostat menurun.
Dilaporkan bahwa pemberian obat ini (finasteride) 5 mg sehari yang
diberikan sekali setelah 6 bulan mampu menyebabkan penurunan prostat hingga
28%, dan hal ini memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi.
c.Fitofarmaka
Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk
memperbaiki gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data-data farmakologik tentang
kandungan zat aktif yang mendukung mekanisme kerja obat fitoterapi sampai saat
ini belum diketahui secara pasti. Kemungkinan fitoterapi bekerja sebagai: antiesterogen, anti-androgen, menurunkan kadar sex hormone binding globulin
(SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan epidermal growth
factor (EGF), mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek anti inflamasi,
menurunkan outflow resistance, dan memperkecil volume prostat. Diantara
23
24
b.Endourologi
Saat ini tindakan TURP merupakan operasi paling banyak dikerjakan di
seluruh dunia. Operasi ini lebih disenangi karena tidak diperlukan insisi pada kulit
perut, masa perawatan lebih cepat, dan memberikan hasil yang tidak banyak
berbeda dengan tindakan operasi terbuka. Pembedahan endourologi transuretra
dapat dilakukan dengan memakai tenaga elektrik TURP atau dengan memakai
energi laser. Operasi terhadap prostat berupa reseksi (TURP), insisi (TUIP), atau
evaporasi. Pada TURP, kelenjar prostat dipotong menjadi bagian-bagian jaringan
prostat yang dinamakan cip prostat yang akan dikeluarkan dari buli-buli melalui
evakuator Ellik.
b.1.TURP (transurethral resection of the prostate)
Reseksi kelenjar prostat dilakukan transuretra dengan mempergunakan
cairan pembilas agar daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup
oleh darah. Cairan yang digunakan adalah berupa larutan non ionic, yang
dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. Cairan yang
sering dipakai dan harganya cukup murah yaitu H2O steril (aquades).
Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga
cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang
terbuka pada saat reseksi. Kelebihan H2O dapat menyebabkan terjadinya
hiponatremia relatif atau gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma
TURP. Sindroma ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran
somnolen, tekanan darah meningkat, dan terdapat bradikardi. Jika tidak segera
diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh ke dalam koma
dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TURP ini adalah sebesar 0,99%.
Untuk mengurangi resiko timbulnya sindroma TURP operator harus
membatasi diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam. Di samping itu
beberapa operator memasang sistostomi suprapubik terlebih dahulu sebelum
reseksi diharapkan dapat mengurangi penyerapan air ke sirkulasi sistemik.
Penggunaan cairan non ionic lain selain H2O yaitu glisin dapat mengurangi resiko
hiponatremia pada TURP, tetapi karena harganya cukup mahal beberapa klinik
urologi di Indonesia lebih memilih pemakaian aquades sebagai cairan irigasi.
25
Selain sindroma TURP beberapa penyulit bisa terjadi pada saat operasi,
pasca bedah dini, maupun pasca bedah lanjut. Penyulit saat operasi meliputi
perdarahan, sindroma TURP, dan perforasi. Penyulit pasca bedah dini meliputi
perdarahan dan infeksi lokal atau sistemik. Penyulit pasca bedah lanjut meliputi
inkontinensia urin, disfungsi ereksi, ejakulasi retrograd, dan striktura uretra.
b.2.TUIP (transurethral incision of the prostate)
TUIP atau insisi leher buli-buli (bladder neck insicion) direkomendasikan
pada prostat yang ukurannya kecil (kurang dari 30 cm3), tidak dijumpai
pembesaran lobus medius, pada pasien yang umurnya masih muda, dan tidak
diketemukan adanya kecurigaan karsinoma prostat. Teknik ini dipopulerkan oleh
Orandi pada tahun 1973, dengan melakukan mono insisi atau bilateral insisi
mempergunakan pisau Colling mulai dari muara ureter, leher buli-buli-sampai ke
verumontanum. Insisi diperdalam hingga kapsula prostat. Waktu yang dibutuhkan
lebih cepat, dan lebih sedikit menimbulkan komplikasi dibandingkan dengan
TURP. TUIP mampu memperbaiki keluhan akibat BPH dan meningkatkan Qmax
meskipun tidak sebaik TURP. Sebelum melakukan tindakan ini, harus
disingkirkan kemungkinan adanya karsinoma prostat dengan melakukan colok
dubur, melakukan pemeriksaan USG transrektal, dan pengukuran kadar PSA.
b.3.Laser prostatektomi
Terdapat 4 jenis energi yang dipakai, yaitu: Nd:YAG, Holmium:YAG,
KTP: YAG, dan diode yang dapat dipancarkan melalui bare fibre, right angle
fibre, atau intersitial fibre. Kelenjar prostat pada suhu 600-650C akan mengalami
koagulasi dan pada suhu yang lebih dari 1000C mengalami vaporisasi.
Jika dibandingkan dengan pembedahan, pemakaian Laser ternyata lebih
sedikit
menimbulkan
komplikasi,
dapat
dikerjakan
secara
poliklinis,
penyembuhan lebih cepat dan dengan hasil yang kurang lebih sama, tetapi
kemampuan dalam meningkatkan perbaikan gejala miksi maupun pancaran
maksimal tidak sebaik TURP. Disamping itu terapi ini membutuhkan terapi ulang
2% setiap tahun. Kekurangannya adalah tidak dapat diperoleh jaringan untuk
pemeriksaan patologi (kecuali pada Ho:YAG), sering banyak menimbulkan
disuria pasca bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung dapat
26
miksi spontan setelah operasi, dan peak flow rate lebih rendah dari pada pasca
TURP.
Penggunaan pembedahan dengan energi Laser telah berkembang dengan
pesat akhir-akhir ini. Penelitian klinis memakai Nd:YAG menunjukkan hasil yang
hampir sama dengan cara desobstruksi TURP, terutama dalam perbaikan skor
miksi dan pancaran urine. Meskipun demikian efek lebih lanjut dari Laser masih
belum banyak diketahui. Teknik ini dianjurkan pada pasien yang memakai terapi
antikoagulan dalam jangka waktu lama atau tidak mungkin dilakukan tindakan
TURP karena kesehatannya.
b.4.Elektrovaporasi
Cara elektrovaporisasi prostat hampir mirip dengan TURP, hanya saja
teknik ini memakai roller ball yang spesifik dan dengan mesin diatermi yang
cukup kuat, sehingga mampu membuat vaporisisai kelenjar prostat. Teknik ini
cukup aman, tidak banyak menimbulkan perdarahan pada saat operasi, dan masa
tinggal di rumah sakit lebih singkat. Namun teknik ini hanya diperuntukkan pada
prostat yang tidak terlalu besar (<50 gram) dan membutuhkan waktu operasi yang
lebih lama.
Tindakan invasif minimal
Selain tindakan invasif, saat ini sedang dikembangkan tindakan invasif
minimal yang terutama ditujukan untuk pasien yang mempunyai resiko tinggi
terhadap pembedahan. Tindakan invasif minimal itu diantaranya:
TUMT (transurethral microwave thermotherapy)
TUNA (transurethral needle ablation of the prostate)
Pemasangan stent (prostacath), HIFU ( high intensity focused ultrasound),
dan dilatasi dengan balon (TUBD atau transurethral balloon dilatation)
a.Thermotherapy
Termoterapi kelenjar prostat adalah pemanasan dengan gelombang mikro
pada frekuensi 915-1293 MHz yang dipancarkan melalui antena yang diletakkan
di dalam uretra. Dengan pemanasan > 450C sehingga menimbulkan destruksi
jaringan pada zona transisional prostat karena nekrosis koagulasi. Makin tinggi
27
suhu di dalam jaringan prostat makin baik hasil klinik yang didapatkan, tetapi
makin banyak menimbulkan efek samping. Prosedur ini seringkali tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit, namun masih harus memakai kateter
dalam jangka waktu lama. Sering kali diperlukan waktu 3-6 minggu untuk menilai
kepuasan pasien terhadap terapi ini. Tidak banyak menimbulkan perdarahan
sehingga cocok diindikasikan pada pasien yang memakai terapi antikoagulansia.
Energi yang dihasilkan oleh TUMT berasal dari gelombang mikro yang disalurkan
melalui kateter ke dalam kelenjar prostat sehingga dapat merusak kelenjar prostat
yang diinginkan. Jaringan lain dilindungi oleh sistem pendingin guna menghindari
dari kerusakan selama proses pemanasan berlangsung. Morbiditasnya rendah dan
dapat dikerjakan tanpa pembiusan. TUMT terdiri atas energi rendah dan energi
tinggi. TUMT energi rendah diperuntukkan bagi adenoma yang kecil dan
obstruksi ringan, sedangkan TUMT energi tinggi untuk prostat yang besar dan
obstruksi yang lebih berat. TUMT energi tinggi menghasilkan respon terapi yang
lebih baik, tetapi menimbulkan morbiditas yang lebih besar daripada yang energi
rendah.
b.TUNA (transurethral needle ablation of the prostate)
Teknik ini memakai energi dari frekuensi radio yang menimbulkan panas
sampai mencapai 1000C, sehingga menyebabkan nekrosis jaringan prostat. Sistem
ini terdiri atas kateter TUNA yang dihubungkan dengan generator yang dapat
membangkitkan energi pada frekuensi radio 490 kHz. Kateter dimasukkan ke
dalam uretra melalui sistoskopi dengan pemberian anastesi topikal xylocaine
sehingga jarum yang terletak pada ujung kateter terletak pada kelenjar prostat.
Pasien seringkali masih mengeluh hematuria, disuria, kadang-kadang retensi urin,
dan epididimo-orkitis.
c.Stent uretra
Stent prostat dipasang pada uretra pars prostatika untuk mengatasi
obstruksi karena pembesaran prostat. Strent dipasang intraluminal di antara leher
buli-buli dan di sebelah proksimal verumontetum sehingga urin dapat leluasa
melewati lumen uretra pars prostatika. Stent dapat dipasang secara temporer atau
28
permanen. Yang temporer dipasang selama 3-36 bulan dan terbuat dari bahaan
yang tidak diserap dan tidak mengadakan reaksi dengan jaringan. Alat ini
dipasang dan dilepas kembali secara endoskopi.
Stent yang permanen terbuat dari anyaman dari bahan logam super alloy,
nikel atau titanium. Dalam jangka waktu lama bahan ini akan diliputi oleh
urotelium sehingga jika suatu saat ingin dilepas harus membutuhkan anastesi
umum atau regional.
Pemasangan alat ini diperuntukkan bagi pasien yang tidak mungkin
menjalani operasi karena resiko pembedahan yang cukup tinggi. Seringkali stent
dapat terlepas dari insersinya di uretra posterior atau mengalami enkrustasi.
Sayangnya setelah pemasangan kateter ini, pasien masih merasakan keluhan miksi
berupa gejala iritatif, perdarahan uretra, atau rasa tidak enak pada daerah penis.
d.HIFU (high intensity focused ultrasound)
Energi panas yang ditujukan untuk menimbulkan nekrosis pada prostat
berasal dari gelombang ultra dari transduser piezokeramik yang mempunyai
frekuensi 0,5-10MHz. energy dipancarkan melalui alat yang diletakkan transrektal
dan difokuskan ke kelenjar prostat. Teknik ini memerlukan anastesi umum. Data
klinis menunjukkan terjadi perbaikan gejala klinis 50-60% dan Qmax rata-rata
meningkat 40-50%. Efek lebih lanjut dari tindakan belum diketahui, dan
sementara tercatat bahwa kegagalan terapi terjadi sekitar 10% setiap tahun.
VIII. Tanya jawab dengan peserta.
Pertanyaan : Apakah sama benigna prostat hyperplasia dengan kanker prostat ?
Jawab : Beda, BPH atau benigna prostat hyperplasia adalah pembesaran kelenjer
prostat yang bersifat jinak yang di pengaruhi oleh beberapa teori seperti usia,
ketidak seimbangan hoemon testosterone dan estrogen sedangkan kanker prostat
adalah keganasan dari kelenjar prostat yang bersifat invasive dan menyebar
keseluruh tubuh yang berdasarkan staging kanker.
IX.
Penutup
29
meningkatkan
kualitas
hidup,
mengurangi
obstruksi
infravesika,
mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, mengurangi volume residu
urin setelah miksi, dan mencegah progresifitas penyakit.
dr. Amalia
NIP. 19800428 201001 2 014
DokterPembimbing
Dokumentasi Kegiatan
30
31