Anda di halaman 1dari 25

Perhitungan Struktur Atas Jembatan

Bagian dari struktur atas jembatan terdiri dari pelat jembatan dan juga balok yang berupa
beton girder dengan jenis I-Girder. Pada girder, terdapat diafragma untuk mengikat antar girder.
Jumlah girder jenis I yang digunakan untuk perancangan Jembatan Jalan Raya Girder, Pekanbaru
Riau ini berjumlah 5 buah girder dengan bentang 30 m. Sebagai penopang girder digunakan
diafragma dengan jumlah 9 buah dengan jarak 3 m.
Berikut adalah potongan melintang dan potongan memanjang dari Jembatan Jalan Raya
Girder Pekanbaru, Riau.
(kasih gambar dr hayyan atau icus)

4.1.1

Perhitungan Pelat Jembatan


Pada desain perhitungan pelat jembatan, terdapat beberapa beban yang harus

diperhitungkan dalam pelat. Diantaranya beban sendiri, beban mati, beban kendaraan dan
beban angin.
Untuk tahap awal desain, perlu membuat data dimensi dari pelat serta spesifikasi
material yang akan digunakan. Penjabaran hal tersebut akan ditampilkan pada table berikut:
Tabel 4.6 Data Pelat Jembatan Girder
Keterangan
Tebal Slab Lantai Jembatan
Tebal Lapisan Aspal
Tebal Genangan Air Hujan
Jarak Antar I-Girder
Lebar Jalan
Lebar Trotoar
Lebar Median
Lebar Total Jembatan
Panjang Bentang Jembatan
Kemiringan Jalan
Kemiringan Bahu Jalan
Jumlah I-Girder

Simbol
ts
ta
th
s
b1
b2
b3
b
L

Besar (m)
0.25
0.1
0.05
4
7
1
2
18
30
0.03
0.06
5

Tabel 4.7 Spesifikasi Material Beton


Keterangan

Rumus

Nilai

Satuan

Mutu Beton
Kuat Tekan Beton
Modulus Elastisitas
Poisson Ratio
Modulus Geser
Koefisien Muai Panjang

K-350
fc' = 0.83 K/10
Ec = 4700 *fc'

G = Ec / [2*(1+ )]

350
29.05
25332.0844
0.3
9743.109384
1.00E-05

K
Mpa
MPa
MPa
/ C

Tabel 4.8 Spesifikasi Material Baja


Keterangan
Untuk baja tulangan dengan > 12

BJTS 40

mm:
Tegangan leleh baja, fy =
Untuk baja tulangan dengan < 12
mm:
Tegangan leleh baja,

390 MPa
BJTS 10

fy =

240 MPa

Tabel 4.9 Specific Gravity dari Material Pelat


Nilai Rata-Rata
(kN/m3)
25.5
24.5
23.5
22
9.8
77

Keterangan
Berat Jenis Beton Prestress
Berat Jenis Beton Bertulang
Berat Jenis Beton Murni
Berat Jenis Aspal
Berat Jenis Air
Berat Jenis Baja

Maka dari table data dan spesifikasi dapat dimulai tahap perencanaan perhitungan
pada pelat dengan memperhitungkan kombinasi pembebanan yang ada.
Prinsip dari pembebanan slab adalah sebagai berikut

19 m

1m

Gambar Pembebanan Slab dari Tampak Atas

Beban baik itu beban mati ataupun beban hidup yang bekerja pada slab diubah
menjadi beban garis yang bekerja sepanjang lebar jembatan (19 m). Beban garis tersebut
diasumsikan bekerja pada 1 m bagian slab dengan tujuan untuk mempermudah perhitungan.
Berikutnya, beban garis yang bekerja pada bagian berwarna oranye tersebut akan ditransfer ke
dalam susunan 5 buah girder dengan metode one way slab.

Gambar Metode One Way Slab

Acuan dari Pembebanan adalah RSNI T-02-2005 mengenai Standar Pembebanan


Jembatan. Berat sendiri adalah berat dari pelat, beban mati terdiri dari beban aspal dan
hujan. Untuk beban kendaraan menggunakan prinsip pembebanan dari beban truk. Dan
terakhir adalah beban angin. (untuk jenis beban seperti beban gempa hingga beban rem akan
diperhitungkan dalam perancangangan Girder.
Tabel 4.10 Analisa Beban Pelat Jembatan
Keterangan

Simbol

Nilai

KU,MS
b
h = ts
QMS = b * h * wc

1.3
1
0.25

KU,MA
ta

Satuan

Berat Sendiri
Faktor Beban Ultimate
Tinjau Bagian Slab Jembatan
Tebal Rencana Slab
Berat Sendiri Beton Bertulang

6.125

m
m
kN/m

Beban Mati
Faktor Beban Ultimate
Lapisan Aspal

0.1 m
3

Lapisan Hujan
Berat Sendiri Aspal
Berat Sendiri Air Hujan
Berat Sendiri Lapisan Overlay

th
QMA1 = b * h * wa
QMA2 = b * h * ww
QMA3

0.05
2.2
0.49
1.645

Total Beban Mati

m
kN/m
kN/m
kN/m

4.335 kN/m

Beban Truk (Kelas I: >10 T)


Faktor Beban Ultimate
Beban Roda Ganda Truk
Berat Truk
Faktor Beban Dinamis
Beban Truk dengan FBD

KU,TT
m
QMT = m * g
FBD
PTT = (1 + FBD)*Q

1.8

KU,TD

1.8

10000 kg
100 kN
30%
130 kN

Beban Lajur (D)


Faktor Beban Ultimate
Besar Beban Terbagi Rata (BTR) L <=
30 m

9 kPa

Besar Beban Garis (BGT)

49 kN/m

Total Beban Lajur

58 kN/m

Beban Angin (Bekerja Secara Merata)


Faktor Beban Ultimate
Beban Angin Horizontal

KU,EW
TEW =
0.0012*Cw*(Vw)2

Koefisien Seret
Kecepatan Angin Rencana
Transfer Beban Angin ke Lantai
Jembatan
Jarak Antar Roda
Asumsi Tinggi Kendaraan

Cw
PEW

Tw
= [1/2*h / x *

TEW]
x
h

1.2
2.1168 kN/m
1.2
35 m/s
1.2096 kN
1.75 m
2 m

Gambar Pembeban Truk dan Angin

Dari data pembebanan tersebut dapat dilanjutkan untuk perhitungan tulangan slab.
Dalam hal ini, untuk mempermudah perhitungan, slab diasumsikan sebagai one way slab.
Tabel 4.11 Resume Pembebanan Pada Pelat
Berat Sendiri Beton Bertulang
Total Beban Mati
Beban Truk dengan FBD
Transfer Beban Angin ke Lantai

QMS = b * h * wc
PTT = (1 + FBD)*Q
PEW = [1/2*h / x *

Jembatan
Perhitungan

momen

6.125
4.335
130

dari

TEW]
beban-beban diatas

kN/m
kN/m
kN

1.8144
kN
dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut:


M = k * Q * s2
M=k*P*s

Beban Merata Q
Beban Terpusat P

Dimana k adalah koefisien momen yang digunakan untuk mempermudah


perhitungan dari one-way slab. Sehingga diperoleh nilai momen adalah sebagai berikut

Tabel 4.12 Perhitungan Momen pada Pelat


k
Momen Akibat Berat Sendiri (MS)
Momen Tumpuan MMS

Nilai (kNm)
0.0833

8.1634
5

Momen Lapangan MMS

0.0417

4.0866

Momen Akibat Beban Mati (MA)


Momen Tumpuan MMA

0.1041

Momen Lapangan MMA

0.054

7.220376
3.74544

Momen Akibat Beban Truk (TT)


Momen Tumpuan MMTT
Momen Lapangan MMTT

0.1562
0.1407

81.224
73.164

Momen Akibat Beban Angin (ET)


Momen Tumpuan MMET
Momen Lapangan MMET

0.1562
0.1407

1.13363712
1.02114432

Perhitungan momen diatas berlaku untuk kondisi limit state, dimana untuk kondisi
ultimate, perlu dikalikan dengan factor untuk memperbesar pembebana yang ada agar
memberikan factor keamanan.
Tabel 4.12 Resume Perhitungan Momen Pelat
Jenis Beban

Faktor Beban

Ultimate

Berat Sendiri

KMS

1.3

Beban Mati

KMA

Beban Truk (T)


Beban Angin

KTT

(ET)

KEW

M Tumpuan

M Lapangan

(kNm)

(kNm)

8.1634
7.220376

4.0866
3.74544

1.8

81.224

73.164

1.2

1.13363712

1.02114432

Tabel 4.13 Hasil Akhir Perhitungan Momen Pelat


M Tumpuan
Jenis Beban
Berat Sendiri
Beban Mati
Beban Truk (T)
Beban Angin

Ultimate
1.3
2
1.8
1.2

(kNm)
8.1634
4.480464
81.224
1.13363712

M Lap

Mu Tumpuan

Mu Lapangan

(kNm)
(kNm)
(kNm)
4.0866
10.61242
5.31258
14.440752
7.49088
2.32416
73.164
146.2032
131.6952
1.02114432
1.360364544
1.225373184
6

(ET)
Total Mu (T)
Total Mu

167.1369125

142.8814732

(D)

20.93371254
172.6167365

11.18627318
145.7240332

Total Mu

Dari momen ultimate tumpuan dan lapangan yang telah diperoleh, maka dapat
dilakukan analisa penulangan pada slab. Untuk pembahasan lebih lanjut dari penulangan slab
akan dibahas pada laporan selanjutnya.

4.1.2

Perhitungan Girder Jembatan


Pada desain perhitungan girder jembatan, dilakukan setelah perhitungan pelat selesai.

Asumsi dari hasil penulangan pada pelat, dimensi pelat memenuhi sehingga data-data dari
perhitungan pelat pada subbab sebelumnya dapat digunakan dalam perhitungan girder.
Bila perhitungan pelat menggunakan prinsip one way slab, pada perhitungan girder,
menggunakan prinsip balok sederhana dimaan girder akan ditopang oleh pier jembatan di
kedua ujungnya dengan acuan panjang sebesar bentang girder yang diambil sama dengan
bentang jembatan yaitu 30 m.

30 m

Gambar Pembebanan Girder dari Tampak Atas


Beban dari girder berasal dari pembebanan diatasnya yang disalurkan ke lima buah
girder yang ditinjau. Sama seperti slab, beban diubah menjadi beban garis sepanjang panjang
girder. Perbedaannya dengan slab adalah tinjauan lebar tidak 1 m melainkan berupa jarak
antar girder karena prinsip pembagian beban merata antara girder satu dengan girder lainnya.

Girder yang ditinjau untuk pembebanan adalah girder yang mendapat pembebanan terbesar
yakni girder kedua dan keempat yang berada di tengah jalur jalan.
Girder 3

Girder
2
Gambar Ilustrasi
Pembagian
Beban

Sama seperti pelat, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan dimensi
dari girder dimana seperti yang telah disebutkan diawal, girder yang akan digunakan adalah
jenis I-girder.
Spesifikasi dimensi mengacu pada Brosur dari Jaya Beton
Tabel 4.14 Dimensi Jembatan

Keterangan
Tebal Slab Lantai Jembatan
Tebal Lapisan Aspal
Tebal Genangan Air Hujan
Jarak Antar I-Girder
Panjang I-Girder
Jumlah I-Girder

Simbo

Besar

l
ho
ha
th
s
L

(m)
0.2
0.1
0.05
4
30
5

Tabel 4.15 Dimensi I Girder Prestress Tipe I 160 (K-500)


Keterangan
b1
b2
b3
b4
b5
b6

Lebar (mm)
520
650
230
190
230
650
8

h1
h2
h3
h4
h5
h6
h

50
100
100
1250
200
200
1600

Gambar 1 Penampang Melintang Girder

Sama seperti pelat, juga diperlukan data-data dati RSNI-T-02-2005 mengenai


standar pembebanan jembatan berupa spesifikasi material yang diperlukan.
Tabel 4.16 Specific Gravity
Keterangan
Berat Jenis Beton Prestress
Berat Jenis Beton Bertulang
Berat Jenis Beton Murni
Berat Jenis Aspal
Berat Jenis Air
Berat Jenis Baja

Nilai Rata2 (kN/m3)


25.5
24.5
23.5
22
9.8
77

Tabel 4.17 Spesifikasi Beton


Keterangan

Rumus

Nilai

Satuan
9

Mutu Beton
Kuat Tekan Beton
Modulus Elastisitas
Poisson Ratio

K-500
fc' = 0.83 K/10
Ec = 4700 *fc'

G = Ec / [2*(1+

500
41.5
30277.63201
0.3

K
Mpa
MPa

)]

11645.24308
1.00E-05

MPa
/ C

fci' = 0.80 * fc'


0.60 * fci'
0.50 * akar fci'

33.2
19.92
2.880972058

MPa
MPa
MPa

0.45 * fc'
0.50 * akar fc'

18.675
3.221024682

MPa
MPa

Modulus Geser
Koefisien Muai Panjang
Kuat tekan Beton awal (saat
transfer)
Tegangan Izin Beton Saat Penarikan
Tekan
Tarik
Tegangan Izin Beton pada Kondisi
Akhir
Tekan
Tarik

Tabel 4.18 Spesifikasi Baja Prestress


Keterangan
Tegangan leleh strand
Kuat tarik strand
Diameter nominal strands
Luas tampang nominal satu strands
Beban putus minimal satu strands
Jumlah kawat untaian (strands
cable)
Diameter selubung ideal
Luas tampang strands
Beban putus satu tendon
Modulus elastis strands
Tipe dongkrak
Jenis Strands

Simbol
fpy
fpu
Ast
Pbs

Nilai
1580
1860
12.7
98.7
187.32
19

Satuan
MPa
MPa
mm
mm2
kN
kawat/tendon

84
mm
1875.3
mm2
Pb1
3559.1
kN
Es
193000
MPa
VSL 19
Uncoated 7 wire super strands ASTM A-416
grade 270
Tabel 4.19 Spesifikasi Baja Tulangan

Keterangan
Untuk baja tulangan dengan > 12

Rumus
BJTS 40
10

mm:
Tegangan leleh baja, fy =
390 MPa
Untuk baja tulangan dengan < 12
BJTS 10
mm:
Tegangan leleh baja,
fy =
240 MPa

Sebelum masuk kedalam perhitungan pembebanan pada girder, perlu dihitung


lebar efektif dari pelat lantai. Artinya pelat lantai akan masuk sebagai bagian dari girder
untuk perhitungan inersia dan juga dimensi. Selain itu karena ada perbedaan mutu beton dari
keduanya maka perlu diperhitungkan perbandingan nilai modulus pelat dan balok.
Lebar efektif (Be) menurut RSNI T-12-2004 tentang Perencanaan Struktur Beton
untuk Jembatan adalah nilai terkecil dari:
Tabel 4.20 Perhitungan Lebar Efektif
L/4
s
12*ho
Be

7.5
4
2.4
2.4

m
m
m
m

Tabel 4.21 Perhitungan Lebar Pengganti Pelat Lantai


Keterangan
Lebar Efektif Pelat Lantai
Kuat Tekan Beton Plat

Simbol
Be
fc'(plat) = 0.83 * K (plat)/10
fc'(balok) = 0.83 * K

Nilai
2.4
29.05

Satuan
m
MPa

Kuat Tekan Beton Balok


Modulus Elastis Pelat Beton
Modulus Elastis Balok Beton

(balok)/10
Eplat = 4700 fc' (plat)
Ebalok = 0.043 *(wc)^1.5 *

41.5
25332.0844

MPa
MPa

Prestress
Nilai Perbandingan Modulus
Lebar Pengganti Pelat Lantai

fc' (balok)
n = Eplat / Ebalok
Beff = n * Be

35669.97251
0.710179533
1.704430878

MPa
m

11

Pada tahap selanjutnya adalah perhitungan inersia dari penampang melintang


balok prestress yang terdiri dari perhitungan hanya dari bagian I Girder dan kedua adalah
gabungan dari I Girder dengan Pelat.
Tabel 4.22 Perhitungan Inersia Girder
Dimensi
Lebar b
No (m)
1
2

Tinggi h

Jarak

Statis

Inersia

Inersia

Penampang A

Terhadap

Momen A*y

Momen

Momen Io

Alas y (m)
1.575
1.5
1.41666666

(m3)
0.04095
0.0975
0.03258333

A*y2 (m4)
(m4)
0.06449625 5.41667E-06
0.14625 5.41667E-05

0.52
0.65

0.05
0.1

(m2)
0.026
0.065

3
4

0.23
0.19

0.1
1.25

0.023
0.2375

7
0.725
0.33333333

3
0.1721875
0.01533333

0.046159722 1.27778E-05
0.124835938 0.030924479

5
6

0.23
0.65

0.2
0.2

0.046
0.13

3
0.065

3
0.00845
0.36700416

0.005111111 0.000102222
0.00054925 0.000433333

1.6

0.5275

5.615

0.387402271 0.031532396

Total

(m)

Luas

Tabel 4.23 Titik Berat Girder


Tinggi Balok Prestress
Luas Penampang Balok Prestress
Letak Titik Berat

H
A
yb = A*y / A
Ho
Beff
ya = h yb
Ib = A*y +

1.6
0.5275
0.695742496
0.25
1.704430878
0.904257504

m
m2
m
m
m
m

Momen Inersia terhadap Alas Balok


Momen Inersia terhadap Titik Berat

Io

0.418934667 m4

Balok
Tahanan Momen Sisi Atas
Tahanan Momen Sisi Bawah

Ix = Ib - A * yb2
Wa = Ix / ya
Wb = Ix / yb

0.163594272 m4
0.180915581 m3
0.235136236 m3

Tabel 4.24 Perhitungan Inersia Girder + Pelat


12

Luas

Jarak

Statis

Inersia

Inersia

Penampang

Terhadap

Momen A*y

Momen

Momen Io

0.25
0.05
0.1

A (m2)
0.42610772
0.026
0.065

Alas y (m)
(m3)
1.725 0.735035816
1.575
0.04095
1.5
0.0975
1.41666666

A*y2 (m4)
(m4)
1.267936783 0.002219311
0.06449625 5.41667E-06
0.14625 5.41667E-05

Dimensi
Tinggi h
No Lebar b (m)
(m)
0 1.704430878
1
0.52
2
0.65
3
4

0.23
0.19

0.1
1.25

0.023
0.2375

7 0.032583333
0.725
0.1721875
0.33333333

0.046159722 1.27778E-05
0.124835938 0.030924479

5
6

0.23
0.65

0.2
0.2
1.85

0.046
0.13
0.95360772

3 0.015333333
0.065
0.00845
7.34 1.102039983

0.005111111 0.000102222
0.00054925 0.000433333
1.655339054 0.033751707

Total

Gambar Inersia Gabungan Pelat dan Girder

Tabel 4.25 Titik Berat Girder + Pelat


Tinggi Balok Komposit
Luas Penampang Balok Komposit
Letak Titik Berat
Momen Inersia terhadap Alas Balok

hc
Ac
ybc = A*y /
A
yac = h - yb
Ibc = Ac*y +

1.85 m
0.95360772 m2
1.155653379 m
0.694346621 m
1.689090761 m4
13

Momen Inersia terhadap Titik Berat

Ico
Ixc = Ibc -

Balok

Ac*ybc2
Wa = Ixc / (yac-

0.415514531 m4

Tahanan Momen Sisi Atas


Tahanan Momen Sisi Bawah

ho)
Wb = Ixc / ybc

0.935113515 m3
0.359549445 m3

Setelah mengetahui penampang melintang dari girder, baru masuk ke dalah


perhitungan pembebanan. Adapun pembebanan yang diperhitungkan dalam kasus ini adalah
beban sendiri, beban mati, beban kendaraan, beban angin, beban rem dan beban gempa.
Pertama adalah beban sendiri. Beban sendiri pada girder terdiri dari berat sendiri
diafragma, berat sendiri pelat dan berat sendiri I Girder.
Diafragma didesain berada di atas balok girder dan menyambung antar girder. Total
diafragma yang digunakan adalah 7 buah diafragma. Penyaluran berat sendiri dari diafragma
adalah dari komponen diafragma dalam satu buah girder, beban disalurkan menjadi berat
diafragma dalam bentang girder 30 m.

Tabel 4.26 Dimensi dan Perhitungan Beban Diafragma


Tebal
Lebar
Tinggi
Berat Satu Diafragma
Jumlah Diafragma
Total Berat Diafragma
Bentang
Jarak Diafragma
X0
X1
X2
X3
Momen Maks di tengah

0.2
4
1.2
19.698
7
137.886
30
0
5
10
15

Bentang L

Mmax = (x3 + x2 + x1 ) * W
Q diafragma = 8 * Mmax /

Berat Diafragma Ekivalen

L2

m
m
m
kN
kN
m
m
m
m
m
705.6
6.272

kNm
kN/m
14

Kemudian unruk berat balok prategang juga menggunakan prinsip yang sama
dengan diafragma yaitu menjadi beban garis sepanjang bentang girder.
Tabel 4.27 Berat Balok Prategang
Panjang Balok Prategang
Luas Penampang
Berat Balok Prategang
Berat Balok Prategang

L
A
Wbalok = A * L * wc

30 m
0.5275 m2
403.5375 kN

Ekivalen

Qbalok = Wbalok / L

13.45125 kN/m

Maka dari nilai Q masing-masing, dapat dicari gaya geser dan momen akibat
berat sendiri dengan menggunakan rumus berikut
Beban, QMS = A * w kN/m
Gaya geser, VMS = 1/2 * QMS * L kN
Momen, MMS = 1/8 * QMS * L2 kNm
Tabel 4.28 Gaya Geser dan Momen dari Berat Sendiri
Luas
Berat
Beban
Jenis Beban

Lebar

Tebal

Jenis

Qms

Geser Vms

Berat Sendiri
Balok

b (m)

h (m)

(m2)

(kN/m3)

(kN/m)

(kN)

Prategang

Momen (kNm)

13.45125

201.76875

1513.265625

20.51875
5.2528
39.2228

307.78125
78.792
588.342

2308.359375
590.94
4412.565

0.837
Pelat Lantai
Diafragma

3.35

0.25
Total

24.5

15

Gambar 3 Beban Sendiri Girder


Kedua adalah beban mati dari aspal dan hujan yang perhitungannya juga sama
prinsipnya dengan beban sendiri.
Tabel 4.29 Gaya Geser dan Momen dari Beban Mati

Jenis Beban
Berat Sendiri
12
Lapisan Overlay

Air Hujan

Lebar b

Tebal

(m)
h (m)
3.35
0.1

Berat

Beban

Geser

Jenis

Qma

Vms

Momen

(m2)
0.335

(kN/m3)
22

(kN/m)
7.37

(kN)
110.55

(kNm)
829.125

Luas A

0.07

0.28

23.5

6.58

98.7

740.25

3.35

0.05

0.1675

9.8

1.6415

24.6225

184.669

17.34

260.1

1950.75

Total

Ketiga adalah beban lajur. Beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata ( Uniformly
Distributed Load ), UDL dan beban garis (Knife Edge Load ).
UDL
q = 9.0
L <= 30 m

kPa
p = 49.0

KEL

kN/m

Tabel 4.30 Gaya Geser dan Momen dari Beban Lajur


Keterangan
Panjang Balok
Jarak antar balok prestress
Beban merata
Beban merata pada balok

Rumus
L
s
q
QTD = q * s

Nilai
30
4
9
36

Satuan
m
m
kPa
kN/m
16

Beban garis
Faktor Beban Dinamis
Beban Terpusat pada

p
DLA

49 kN/m
0.3

Balok
Gaya Geser Maksimum

PTD = (1 + DLA) * p * s
VTD = 1/2 * QTD * L + 1/2 * PTD
MTD = 1/8 * QTD * L2 + 1/4 *

255 kN
667 kN

Momen Maksimum

PTD * L

5961 kNm

Gambar 4 Beban Lajur

Keempat adalah beban dari gaya rem. Pengaruh pengereman dari lalu-lintas
diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang, dan dianggap bekerja pada jembatan (Lt)
sebagai berikut :
Gaya rem, HTB = 250 kN untuk Lt < 80 m
Gaya rem, HTB = 250 + 2.5*(Lt - 80) kN untuk 80 < Lt
< 180 m
Gaya rem, HTB = 500 kN untuk Lt < 180 m
Tabel 4.31 Gaya Geser dan Momen dari Gaya Rem
Keterangan
Panjang Balok
Gaya Rem
Jumlah balok prestress untuk jalur selebar b1
Jarak antara balok prestress
Gaya rem untuk Lt 80 m

Rumus
L
Htb
n balok
s
TTB = HTB / nbalok

Nilai
30
250
3
4
83.3

Satuan
m
kN
m
kN
17

Gaya rem, TTB = 5 % beban lajur "D" tanpa


faktor beban dinamis

QTD = q * s
PTD = p * s
TTB = 0.05 * ( QTD *

36 kNm
196 kN

Diambil Gaya Rem

L + PTD )
TTB
y = 1.80 + ho + ha +

63.8 kN
83.3 kN

Lengan terhadap titik berat balok


Beban Momen Akibat gaya Rem
Gaya Geser Maksimum
Momen Maksimum

yac
M = TTB * y
VTB = M / L
MTD = 1/2 * M

2.79
233
7.76
116

m
kNm
kN
kNm

Gambar 5 Beban dari Gaya Rem

Kelima adalah beban angin. Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang
samping kendaraan dengan tinggi 2 m di atas lantai jembatan.
Tabel 4.32 Gaya Geser dan Momen dari Beban Angin
2.1
Beban Angin Horizontal

TEW = 0.0012*Cw*(Vw)2

2 kN/m

Koefisien Seret

Cw

1.2

Kecepatan Angin Rencana


Transfer Beban Angin ke Lantai

Tw

35 m/s
1.2

Jembatan

QEW = [1/2*h / x * TEW]

1 kN/m
1.7

Jarak Antar Roda

5 m

Asumsi Tinggi Kendaraan

2 m
18.

Gaya Geser Maksimum

VEW = 1/2 * QEW * L

1 kN
18

Momen Maksimum

MEW = 1/8 * QEW * L2

136 kNm

Gambar 6 Beban Angin

Keenam adalah beban gempa. Gaya gempa vertikal pada balok prategang dihitung
dengan menggunakan percepatan vertikal ke bawah minimal sebesar 0.10*g ( g = percepatan
gravitasi ) atau dapat diambil 50% koefisien gempa horisontal statik ekivalen.
Koefisien beban gempa horizontal: Kh = C * S
Kh = Koefisien beban gempa horisontal,
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan kondisi tanah setempat,
S = Faktor tipe struktur yg berhubungan dengan kapasitas penyerapan energi gempa (daktilitas)
dari struktur.
Waktu getar struktur dihitung dengan rumus : T = 2 *pi * akar [ Wt / ( g * KP ) ]
Wt = Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan
KP = kekakuan struktur yg merupakan gaya horisontal yg diperlukan untuk menimbulkan satu
satuan lendutan.
Tabel 4.33 Gaya Geser dan Momen dari Beban Gempa
Keterangan
Percepatan gravitasi
Berat Sendiri
Beban Mati Tambahan
Panjang Bentang
Berat Total
Momen Inersia Balok Prestress
Modulus Elastis
Kekakuan Balok Prategang

Simbol
g
QMS
QMA
L
Wt = (QMS + QMA)*L
Ixc
Ec
Kp = 48 * Ec * Ixc / L3

Nilai
9.81
39.2
9.01
30
1447
0.42
30277632
22365.8597

Satua
n
m/s2
kN/m
kN/m
m
kN/m
m4
kPa
kN/m
19

Waktu Getar

T = 2 * pi * akar [ Wt / ( g *

0.51 s

KP )]
Koefisien geser dasar
Faktor tipe struktur
Faktor perangkaan
n = jumlah sendi plastis yang

C
S = 1.3 * F
F = 1.25 - 0.025 * n

0.13
1.59
1.23

menahan deformasi arah


lateral.
Koefisien beban gempa

Kh = C * S

0.2

horizontal
Koefisien beban gempa

Kv = 50% * Kh

0.1

vertikal
Gaya gempa vertikal
Beban gempa vertikal
Gaya Geser Maksimum
Momen Maksimum

TEQ = Kv * Wt
QEQ = TEQ / L
VEQ = 1/2 * QEQ * L
MEQ = 1/8 * QEQ * L2

145
4.82
72.4
543

kN
kN/m
kN
kNm

Gambar 7 Beban Gempa

Dari keenam pembebanan tersebut, dapat dihitung kombinasi pembebanan dari


keenam beban tersebut, sehingga dapat diketahui diagram momen dan gaya geser yang
bekerja pada sebuah girder. Dari data tersebut dapat digunakan untuk mengecek dimensi
girder dan tulangan prestress girder serta untuk perhitungan struktur bawah dan pondasi
jembatan.
Tabel 4.34 Resume Momen dan Gaya Geser I Girder
No

Jenis Beban
Berat Balok
1 Berat Sendiri

Simbol
MS

Q (kN/m)
13.45125
44.22325

P (kN)

M (kNm)

20

Beban Mati
2
3
4
5
6

Tambahan
Beban Lajur "D"
Gaya Rem
Beban Angin
Beban Gempa

MA
TD
TB
EW
EQ

17.34
36

254.8
232.862

1.2096
6.156325

Tabel 4.35 Perhitungan Momen dan Gaya Geser dari Pembebanan


No

Jenis Beban

Persamaan Momen

Persamaan Gaya Geser

1 Berat Sendiri (MS)


Beban Mati

Mx = 1/2*QMS*( L*X - X2 )

Vx = QMS*( L/2 - X )

2 Tambahan (MA)
Beban Lajur "D"

Mx = 1/2*QMA*( L*X - X2 )
Mx = 1/2*QTD*( L*X - X2 )

Vx = QMA*( L/2 - X )
Vx = QTD*( L/2 - X )

3 (TD)

+ 1/2*PTD*X

+ 1/2*PTD

4 Gaya Rem (TB)

Mx = X / L * MTB

Vx = MTB / L

5 Beban Angin (EW)

Mx = 1/2*QEW*( L*X - X2 )

Vx = QEW*( L/2 - X )

6 Beban Gempa (EQ)

Mx = 1/2*QEQ*( L*X - X2 )

Vx = QEQ*( L/2 - X )

Tabel 4.36 Faktor Beban Ultimate


Faktor

Daya

Beban

Layan

Berat Sendiri (MS)

KMS

1.3

Beban Mati (MA)

KMA

Beban Lajur (TD)

KTD

1.8

Beban Rem (TB)

KTB

1.2

Beban Angin (ET)

KEW

1.2

Beban Gempa (EQ)

KEQ

1.2

Jenis Beban

Ultimate

21

Tabel 4.37 Momen Pada Girder


Momen Pada Girder Akibat Beban
Beban

Berat
Jara

Berat

Sendiri

Beban Mati Lajur D

Beban Rem

kx

Balok
(kNm)

(MS)
(kNm)

(MA)
(kNm)

(TB)
(kNm)

(m)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Beban Gempa

Angin (EW) (EQ)


(kNm)
(kNm)
0
0

195.04312
5

641.237125

251.43

649.4

7.76207

17.5392

89.2667

376.635

1238.251

485.52

1262.8

15.5241

33.8688

172.377

544.77562
5

1791.04163

702.27

1840.2

23.2862

48.9888

249.331

699.465

2299.609

901.68

2381.6

31.0483

62.8992

320.129

840.70312
5

2763.95313

1083.75

2887

38.8104

75.6

384.77

968.49

3184.074

1248.48

3356.4

46.5724

87.0912

443.255

1082.8256
3

3559.97163

1395.87

3789.8

54.3345

97.3728

495.584

1183.71

3891.646

1525.92

4187.2

62.0966

106.445

541.757

1271.1431
3

4179.09713

1638.63

4548.6

69.8587

114.307

581.773

1345.125

4422.325

1734

4874

77.6207

120.96

615.633

1405.6556
3

4621.32963

1812.03

5163.4

85.3828

126.403

643.336

1452.735

4776.111

1872.72

5416.8

93.1449

130.637

664.883

1486.3631
3

4886.66913

1916.07

5634.2

100.907

133.661

680.274

1506.54

4953.004

1942.08

5815.6

108.669

135.475

689.508

5961

116.431

136.08

542.636

1513.2656
15

(TD)
(kNm)

Beban

1013.7937
4412.565

22

Tabel 4.38 Gaya Geser Pada Girder


Gaya Geser Pada Girder Akibat Beban
Beban

Berat

Beban

Kombinasi Beban
1.3MS + 2MA +

Gempa

1.8TD + 1.2TB +

Jara

Berat

kx

Balok
(MS)
Mati (MA) (TD)
(TB)
(EW)
(EQ)
(kN)
(kN)
(kN)
(kN)
(kN)
(kN)
(kN)
201.7687 663.3487
5
5
260.1
667.4
7.76207
18.144
92.3449

(m)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Sendiri

Beban

Lajur D

Beban Rem

Beban Angin

1.2EW + 1.2 EQ
(kN)

2725.77451

188.3175

619.1255

242.76

631.4

7.76207

16.9344

86.1886

2559.96518

174.8662
5

574.9022
5

225.42

595.4

7.76207

15.7248

80.0322

2394.15584

161.415

530.679

208.08

559.4

7.76207

14.5152

73.8759

2228.34651

147.9637
5

486.4557
5

190.74

523.4

7.76207

13.3056

67.7196

2062.53717

134.5125

442.2325

173.4

487.4

7.76207

12.096

61.5633

1896.72784

121.0612
5

398.0092
5

451.4

7.76207

10.8864

55.4069

1418.7985

107.61

353.786

138.72

415.4

7.76207

9.6768

49.2506

1565.10917

94.15875

309.5627
5

121.38

379.4

7.76207

8.4672

43.0943

1399.29983

80.7075

265.3395

104.04

343.4

7.76207

7.2576

36.938

1233.4905

67.25625

221.1162
5

86.7

307.4

7.76207

6.048

30.7816

1061.42356

53.805

176.893

69.36

271.4

7.76207

4.8384

24.6253

901.871829

40.35375

132.6697
5

52.02

235.4

7.76207

3.6288

18.469

736.062494

26.9025

88.4465

34.68

199.4

7.76207

2.4192

12.3127

570.253159

13.45125

44.22325

17.34

163.4

7.76207

1.2096

6.15633

404.443824

127.4

7.76207

238.634489

23

Diagram Momen

Momen (kNm)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
x (m)

Diagram 4.4 Diagram Momen Girder

Diagram Geser

Gaya Geser (kN)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
x (m)

Diagram 4.45 Diagram Gaya Geser Girder


24

Melalui data diagram momen dan gaya geser girder diatas, dapat diambil beban
dari 5 buah girder yang nanti akan disalurkan ke struktur bawah dan pondasi. Dengan
asumsi pembebanan terbesar pada girder, maka beban yang ditanggung oleh struktur
bawah dan pondasi adalah:
Momen = 22000 kNm x 5 = 110000 kNm
Gaya Geser = 2800 kN x 5 = 14000 kN

25

Anda mungkin juga menyukai