Anda di halaman 1dari 6

PEMETAAN DISTRIBUSI KARAKTERISTIK RESERVOIR BATUGAMPING

SETARA BATURAJA LAPANGAN TUGU BARAT-C


DENGAN METODA GEOSTATISTIK
Oleh ; Andri Haribowo*
* Reservoir Engineering PERTAMINA Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat
e-mail: Andri.haribowo@pertamina-javacrb.co.id

SARI
Batugamping setara Baturaja
Tugu Barat-C merupakan reservoir
penghasil minyak dan gas yang cukup
besar di wilayah kerja PERTAMINA
DOH Jawa Bagian Barat. Produksi
lapangan Tugu Barat-C saat ini sebesar
428 barrel minyak dan 4.6 MMscf gas
perhari melalui tiga buah sumur yang
aktif dari 7 buah sumur yang telah dibor
dan menembus lapisan produktif
Batugamping setara BRF ini. Dengan
sisa candangan ditempat sebesar 1,300
Mstb (proven) dan 7,498.3 (discounted)
besarnya produksi harian lapangan ini
dirasakan belum optimal, untuk itu
disusunlah suatu skenario pengurasan
hidrokarbon yang didasarkan pada pola
distribusi
penyebaran
karakteristik
reservoir eq. BRF Tugu Barat-C ini.
Tingginya tingkat heterogenitas
reservoir
Batugamping
eq.
BRF
TuguBarat-C
mutlak
membutuhkan
suatu metoda pengolahan data-data
hasil pemboran, logging, inti batuan
serta seismik hingga dapat dipetakan
dan dijadikan dasar penyusunan
skenario-skenario
pengembangan
lapangan
lewat
optimalisasi
penempatan titik serap, reopening,
pemboran horizontal hingga Kenarioskenario pengurasan lanjut yang
menggunakan teknologi terkini lainnya.
DISKRIPSI LAPANGAN
Lapangan TuguBarat-C terletak
27 Km sebelah barat daya kota
Jatibarang. Lapangan ini diketemukan
pada
September
1979
melalui
pemboran Eksplorasi sumur TGB-05
yang menghasilkan gas pada lapisan Z16 dan mulai dikembangkan pada Maret
1992 dengan pemboran sumur TGB-25.

Struktur Geologi
Struktur
TGB-C
merupakan
struktur produktif di kawasan Tugu yang
terletak pada Cekungan Jawa Barat
Utara. merupakan sebuah kulminasi dari
suatu antiklin berarah Utara-Selatan,
dan di sebelah Timur dibatasi oleh
patahan normal.
Stratigrafi
Berdasarkan hasil pemboran
sumur-sumur struktur TGB-C, dijumpai
batuan yang terdalam adalah batugamping setara Baturaja dari Formasi
Cibulakan bagian bawah, diatasnya
secara selaras diendapkan Formasi
Cibulakan bagian atas yang merupakan
selang-seling batugamping dan serpih
dengan sisipan batupasir. Batugamping
Formasi Parigi terletak dibagian atasnya
yang selanjutnya ditutupi oleh serpih
dengan sisipan batugamping dan
batupasir tipis dari Formasi Cisubuh.,
Prospek Hidrokarbon
Secara keseluruhan lapisan-lapisan
prospek
yang
teridentifikasi
mengandung hirokarbon dari hasil
pemboran sumur-sumur di struktur TGBC adalah sebagai berikut :
Zona eq. BRF
Litologinya merupakan Batugamping
dengan ketebalan lebih besar 250 m.
lapisan ini merupakan reservoir minyak
dengan tudung gas dan sampai saat ini
telah dibor 7 buah sumur. Berdasarkan
diskripsi conto batuan dari sumur TGB 31 zonasi ini merupakan batugamping
klasik detrital dengan tektur.
Lapisan P1
Litologinya merupakan Batugamping
dengan
penyebaran
cukup
luas.
Ketebalan lapisan ini berkisar 1-3, 5 m,
berdasarkan data gas chromotograph

dari mud log, lapisan ini diperkirakan


mengandung gas bertekanan tinggi.
Lapisan Z-16
Llitologinya merupakan batugamping
kalsit dan dolomitan dengan sisipan
serpih.. Ketebalan kotor berkisar 16 - 41
m dan ketebalan bersih 2-30 m
merupakan "BuildUp Reef " dan telah
terbukti mengandung gas (reff.TGB-28).
Petrofisika Reservoir
Porositas
Berdasarkan hasil analisa inti
batuan (core) dari selang 1927-1929m
sumur TGB-31 dijumpai Porositas jenis
vuggy dan facture mempunyai ukuran 1
-2 cm yang tersebar secara tidak merata
didalam batuan, nilai rata-rata porositas
terukur memiliki kisaran 1,94 hingga
8,48 %. Tersedianya conto inti batuan
yang hanya 2,3 m dianggap sangat
kurang memadai jika dibandingkan
ketebalan reservoir yang mencapai
300 m. Dengan demikian pendekatan
yang diambil untuk perata-rataan harga
porositas adalah dari hasil pengolahan
data dengan metoda geostatistik.
Permeabilitas
Besarnya harga permeabilitas
horisontal berdasarkan hasil analysis
conventional core selang 1927 1929,3
(sumur TGB-31) didapatkan kisaran
0,05 mD hingga 0,38 mD. Sedangkan
Dari hasil analisis transient test (uji
sumur) diperoleh harga permeabilitas
berkisar antara 10.94 s/d 2679 mD.
Fluida Reservoir
Hasil analisa PVT fluida sumur TGB-25
menunjukan bahwa minyak lapisan BRF
memiliki derajat API = 30.2. Hasil uji di
laboratorium juga menunjukan bahwa
tekanan bercampur gas dan minyak
lebih tinggi dari tekanan gelembungnya
(Pb = 2631 psig). Hal ini menunjukan
adanya free gas yang merupakan
degradasi dari tudung gas (gas cap).
Mekanisme Pendorong
Berdasarkan interpretasi Reservoirgeologi, reservoir Eq. BRF dapat
dikatagorikan reservoir ber tenaga

pendorong kombinasi gas cap drive


dan water drive dengan indikasi bahwa
water drive bersifat major dengan
water drive index (WDI) = 0,91
Cadangan Awal Isi Di Tempat
Berdasarkan hasil re-interpretasi dan
korelasi log dari ke 7 sumur existing
serta
pemetaan
ulang,
secara
keseluruhan dilakukan reassesment
cadangan
minyak dan gas struktur
TGB-C, dengan rincian ;
Cadangan Minyak
Perhitungan perkiraan cadangan Awal
isi minyak di tempat (OOIP) sebesar
8,176 MSTB (pasti) dan 41, 232 MSTB
(mungkin) atau mengalami kenaikan
650 MSTB dibanding dengan perkiraan
cadangan status 1 Januari 1998.
Cadangan Gas
Cadangan Gas Non Assosiasi struktur
Tugubarat-c status 1 Januari 2000
meningkat menjadi 3, 433 MMscf (pasti)
dan 6,404MMscf (mungkin). Perkiraan
awal isi Gas cap (tudung gas) juga
mengalami kenaikan menjadi sebesar
20,529 MMscf (pasti). Sebaliknya gas
terlarut yang merupakan fungsi volume
minyak
dan
sifat-fisik
fluidanya,
mengalami penurunan menjadi sebesar
6,026 MMscf.
METODA GEOSTATISTIK
Metoda Geostatistik dianggap
sebagai aplikasi dari suatu kumpulan
yang unik dari metoda statistik terhadap
variabel yang didefinisikan secara
geologireservoir.
Variabel
ini
di
lapangan menunjukan sifat-sifat sampel
yang berdekatan mempunyai nilai yang
sama dan sebaliknya sampel-sampel
yang
berjauhan
akan cenderung
berbeda, atau dalam istilah statistik
sifat tersebut berkorelasi dengan jarak.
Analisa Peta (Map Analysis)
Peta merupakan gambaran 2
dimensi (2-D) yang menyatakan harga
suatu parameter, misalnya topografi
dinyatakan dengan ketinggian yang
sama dalam bentuk kontur. Kontur ini

digambarkan
pada
peta
dengan
koordinat bujur dan lintang dan
merupakan kumpulan titik pengukuran
ketinggian geodesi pada posisinya.
Dengan demikian peta dibuat
dari titik observasi yang bersifat diskrit,
karena pengukurannya hanya dilakukan
pada titik tertentu saja, sedangkan peta
merupakan
harga
kontinu
yang
digambarkan dengan garis kontur atau
gradasi warna. Proses merubah data
diskrit menjadi kontinu memerlukan
pendekatan statistik untuk mendapatkan
nilai interpolasi diseluruh daerah survey.
Distribusi Data
Ketelitian penyajian data dalam
bentuk peta sangat dipengaruhi oleh
pola distribusi titik data. Ada tiga tiga
macam pola distribusi data, yaitu ; 1)
Reguler, yaitu data terletak pada titik
grid, 2) Random yaitu data cenderung
tersebar secara acak, 3) Cluster yaitu
kecenderungan data mengelompok.
Suatu pola distribusi random
dapat dibentuk jadi pola reguler jika
mempunyai sifat uniform atau seragam.
Pola data dalam peta dikatakan uniform
jika kecendrungan data sub area satu
dengan sub area lain mempunyai
jumlah data yang relatif sama.
Untuk mengetahui sifat uniform
perlu dilakukan pengujian hipotesis
statistik. Kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis statistik tidak pernah
diketahui secara pasti kecuali seluruh
populasi diamati, namun hal ini tidak
praktis dalam kebanyakan keadaan,
untuk itu diambil sampel acak dari
populasi yang diselidiki dan dengan
menggunakan
informasi
yang
dikandung sampel itu diputuskan
apakah hipotesa tersebut benar atau
salah. Suatu uji antara frekwensi
amatan dan harapan biasa digunakan
uji goodness of fit

Analisa Near Neighborhood


Distribusi data obyek dianalisa
berdasarkan pada jarak pasangan titik
terdekatnya. Dengan demikian metoda
ini tidak memerlukan jumlah data dalam
subarea dan bebas dari pengaruh skala.
Harapan jarak rata-rata didefinisikan
sebagai : = 0.5 (A/n)1/2 Dimana A :
luas area dan n : jumlah titik.
Estimasi Kriging dan Cokriging
Kriging adalah metoda geostatistik
estimasi harga parameter reservoir
pada lokasi yang tidak mempunyai
sample dari parameter
reservoir
primer.
Metoda
ini
memerlukan
informasi dari setiap sumur (parameter)
dan
korelasi
spasial
yang
memperhatikan jarak dan arah. Estimasi
kriging dirumuskan sebagai berikut
n(u)

(u) -m(u) = la (u)[Z(ua) - m(ua)]


a=1

Dimana la (u) adalah bobot untuk data


sebenarnya Z(ua) , m(u) dan m(ua)
adalah harga prediksi dari Z(u) dan
Z(ua) dan n(u) adalah jumlah data.
Cokriging adalah metoda geostatistik
estimasi untuk memprediksi parameter
primer dengan bantuan
parameter
sekunder pada lokasi yang tidak
mempunyai sample dari parameter
primer tetapi mempunyai
sample
parameter sekunder di suatu daerah .

Sequential Gaussian Simulation (SGS)


Gaussian
Sequential simulation Merupakan salah
satu metoda geostatistik simulasi
(Sequential Conditional Simulation)
yang didasarkan
metoda Kriging
dimana semua
lokasi yang tidak
mempunyai sample secara berangkai
hadir dalam urutan acak sampai semua
titik yang tidak mempunyai sample
hadir. Setiap
lokasi yang tidak
mempunyai sample , harga variable
yang
diinginkan
disimulasikan
berdasarkan estimasi seperti ketidak

pastian
lokal
dengan
kemungkinan yang beragam.

realisasi

untuk menententukan cut off dari


parameter-parameter dasar tersebut.

Semivariogram
Variogram mencerminkan total
perbedaan harga kuadrat antara nilai
titik-titik data dengan jarak tertentu.
Bentuk variogram ini memperlihatkan
kontinuitas atau perubahan harga / nilai
data secara spasial.
Pada kondisi ideal, terdapat
empat model / bentuk variogram yang
telah banyak dikenal, antara lain ; a)
Bentuk Parabolik yang menggambarkan
kontinuitas variabel regional yang
sangat baik. b) Bentuk linier yang
menggambarkan kontinuitas variabel
regional yang moderat atau sedang. c)
Bentuk horizontal pada level 2/o,
dihasilkan dari sebuah variabel random
yang tidak memiliki korelasi spasial. d)
Efek Nugget yang meggambarkan suatu
variabel regional yan sangat bervariasi
sepanjang jarak yang kurang dari
sapling interval.

Analisa Dan Interpretasi


Berdasarkan analisa / referensi
performance produksi dari beberapa
sumur existing yang diproduksikan dari
zona prospek eq. BRF, dapat ditentukan
cut off dari beberapa parameter dasar
seperti ; ketebalan prospek = 3.28 ft,
porositas = 6%, permeabilitas = 1 mD
dan saturasi air = 60 %. Selajutnya
ditentukan pula cut off untuk parameterparameter
inputan
;
Storatovitas
(*h*So) = 0.12 dan kh = 1 mD-ft.
Hasil akhir dari pengolahan data
karateristik reservoir eq. BRF TGB-C ini
ditunjukan oleh keselarasan hasil
semivariogram arah-X dan arah-Y untuk
setiap model yang terpilih yaitu
sequential Gaussian simulation (SGS)
yang diperkuat oleh hasil run simulasi
annealing (Lampiran Gambar). Secara
kualitatif
output
yang
dihasilkan
dibandingkan data yang dimasukan
untuk masing-masing sumur sebagai
control point adalah sebagai berikut :

PEMETAAN DISTRIBUSI KARAKTERRISTIK RESERVOIR BATUGAMPING


EQ. BRF TGB-C
Data-data yang diolah dalam
memetakan
distribusi
karakteristik
reservoir batugamping setara Baturaja
di lapangan Tugubarat-c adalah datadata petrofisika dan fluida reservoir yaitu
porositas,
permeabilitas,
ketebalan
bersih lapisan prospek serta saturasi
fluida
reservoir,
lengkap
dengan
koordinat sumur-sumur existing.
Parameter
penting
yang
digunakan sebagai data masukan
adalah storatovitas hidrokarbon yang
merupakan perkalian antara porositas
ketebalan lapisan prospek serta saturasi
minyak (*h*So) serta perkalian antara
permeabilitas dengan ketebalan lapisan
prospek
(k*h).
Namun
sebelum
ditentukannya cot off dua parameter
penting
tersebut
terlebih
dahulu
dibutuhkan suatu teknik pengolahan
data-data
petrofisika
reservoir
(porositas, permeabilitas serta sturasi)

Sumur
TGB-05
TGB-25
TGB-27
TGB-28
TGB-29
TGB-30

*h*So

<<
<
<
>

Dimana :

: Sesuai dengan data


< : mdkt rata2 pada interval hrga
> : mdkt harga terbesar intvl hrga
<<: Tidak sesuai (mkecil kontras)

kh

<

<
>
<
<
>

>

sw
>

>
>
<
>

Interpretasi
peta
Distribusi
karakteristik reservoir batugamping eq.
BRF
TGB-C
(Lampiran
Gambar)
memberikan informasi pola penyebaran /
distribusi karakteristik reservoir yang tidak
mengikuti pola strukturnya (antiklin),
melainkan menyebar secara berkelompok
(cluster) dengan arah relatif Baratdaya
Timurlaut. Tergambarkan pula ketebalan
prospek (h) di daerah puncak struktur
yang relatif menipis dibanding kedua
sayap-sayapnya di utara dan selatan,

Porositas batuan () relatif membaik ke


arah Timurlaut, signifikan dengan saturasi
air (Sw) yang membesar ke arah
Baratdaya. Sedangkan permeabilitas
batuan (kh) tersebar secara berkelompok
(cluster) disebabkan permeabilitas pada
reservoir batu gamping ini memang
banyak dikontrol oleh rekahan-rekahan
(fracture & Fisures), maupun prosesproses pelarutan batuan.
Dengan
mengkombinasikan
seluruh informasi yang tersedia hasil
keluaran kerja tim manajemen reservoir
terpadu disusunlah
suatu rencana
pengembangan lanjut lapangan (Plan on
Further Development) struktur TugubaratC
dengan
rencana
kerja
utama
penerapan
strategi
pengurasan
hidrokarbon di daerah puncak struktur
TGB-C (dengan ketebalan prospeknya
relatif lebih tipis) menggunakan teknologi
Horizotal dan underbalance driling
(TGB-25H dan TGB-29H) Dengan
pertimbangan Storatovitas hidrokarbon
(h**So) didaerah ini cukup potensial dan
antisipasi /menghindarkan dari terjadinya
Damaging
Reservoir
akibat
loss
circulation saat pemboran.
Upaya
penigkatan
nilai
keekonomian proyek pengembangan
lapangan
TGB-C
lainnya
adalah
mengupayakan penambahan cadangan
pasti dengan melakukan reparasi sumur
(TGB-28
dan
TGB-30)
serta
pembangunan pipa penyalur produksi
(flowline) tambahan.
Dengan total investasi sebesar
3.732 M US$ serta umur proyek yang
mengacu pada skenario produksi
selama 11 tahun didapat gambara
parameter
keekonomian
proyek
pengembangan lapangan Tugubarat-C
yang cukup baik yaitu NPV (@12%DF) :
2.113 M.US.$, ROR : 26.92% dan POT:
2.76 Tahun
KESIMPULAN
1. Metoda
geostatistik
Conditional simulation

Sequential
(Sequential

Gaussian
Simulation) berhasil
dengan baik memetakan distribusi
karakteristik reservoir batugamping eq.
BRF di lapangan TGB-C
2. Karakteristik reservoir Batugamping
eq. BRF TGB-C Menyebar dengan
pola berkelompok (cluster) dengan
arah relatif Baratdaya Timurlaut
(tidak mengikuti pola strukturnya)
3. Strategi pengurasan yang optimal
diterapkan
untuk
menguras
hidrokarbon di daerah puncak struktur
TGB-C
menggunakan
teknologi
Horizotal dan underbalance driling
4. Berdasarkan reassesment cadangan
dan gambaran keekonomian proyek
menunjukan bahwa lapangan TGB-C
layak dan memiliki potensi baik untuk
dikembangkan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Biondo Biondi, Marco Thiele Reservoir
Monitoring : A Multidiciplinary
feasibility Study, The leading
Edge.
Stanford
Petroleum
Engineering Department, 1998.
Dahrin Darharta, Konsep Dasar Dan
Analisa Geostatistik Diktat Kuliah
Pasca Sarjana geofisika Terapan,
Department
Geofisika
ITB,
Bandung 2001
Davis,

Jhon.C, Statistik and Data


Analysis In Geology, Jhon
Willey&Sons Inc. Canada, 1986

David, M., Geostatistical Ore reverse


Estimation, Elsevier Scientific
Publishing Company, 1977
Mursjidi Achmad, Uji Coba Aplikasi
Geostatistik, Bidang Keteknikan
Reservoir
Pertamina
DOHJBB,1996.
Walpone, Ronald E.Ilme Peluang dan
statistik untuk Insinyur dan

ilmuan, Penerbit ITB Bandung,


1986
Yang,

Anping, New Geostatistical


Method for Mapping Fault With
Well Log, Proceding IPA, 22nd
Annual Convention,1993

LAMPIRAN

Lampiran : Gambar Peta-Peta Distribusi Karakteristik Reservoir Eq. BRF Struktur TGB-C
Peta Top struktur BRF TGB-C

(h**So)

Anda mungkin juga menyukai