4.1 Data
Pada penelitian ini menggunakan beberapa data, diantaranya:
1. Data Wireline Logging berupa data file .Las yang tersusun atas log GR, Caliper,
RHOB, DRHO, NPHI, PEF, RD dan RT. (Gambar 4.1 a)
2. Data mud log untuk mengetahui cutting dan oil show (Gambar 4.1 b)
1
4.2 Diagram Alir Analisis
Analisis ini secara garis besar dilakukan dengan tahapan analisis pada gambar
4.2. Langkah awal dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data-data yang
mendukung analisis yang berupa data log yang tersusun atas GR, Neutron, Density,
Resistivity, dan juga data Mudlog sebagai validasi perhitungan terutama validasi
Vshale. Analisis yang dilakukan berdasarkan metode deterministik, yang mana
analisis yang dilakukan akan secara berurutan dari Vshale, porositas dan juga Saturasi
Air. Metode ini tidak bisa menghitung parameter secara bersamaan (probabilistic),
jadi jika dianalogikan menentukan jenis wadahnya, kemudian besar wadahnya
menampung kemudian menentukan isi didalam wadah.
2
itu air, minyak dan Gas. Semakin banyak kandungan hidrogen, semakin banyak
kandungan fluida dan semakin besar porositas. Parameter-parameter densitas dan
juga neutron akan ditentukan dalam picket plot.
3
4.3 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah analisis awal untuk membedakan zona yang
diperkirakan prospek dan tidak berdasarkan pola dari defleksi log. Analisis ini
merupakan filter awal, untuk menentukan interval yang diperkirakan baik agar dapat
memberikan keputusan yang cepat. Pada penilitian ini jika dilihat dari interval
kedalaman 3000-4250, secara kualitatif dapat diketahui ada enam interval reservoir
yang ditunjukkan oleh nilai GR yang rendah, dan log densitas rendah, log neutron
yang tinggi serta memiliki cross over. Dari reservoir ini, dua diantaranya terisi oleh
air karena memiliki nilai resistivitas yang rendah, dan memiliki cross over dengan
geometri yang kecil yaitu pada kedalaman 3229-3280 dan 3385-3416 meter. Pada
empat reservoir lainnya terisi oleh hidrokarbon dengan nilai resistivtias yang tinggi
dan juga adanya cross over yang besar pada kedalaman 3481-3530, 3610-3670, 3700-
3800, dan 3920-4000 meter (Gambar 4.3)
Gambar 4.3 Analisis kualitatif berdasarkan pengamatan pola log untuk menentukan interval
prospek, kotak biru interval reservoir yang terisi oleh air dan kotak merah yang terisi oleh
hidrokarbon
4
4.4 Analisis Vshale
Pada sumur “FC-1” umumnya reservoir bukan merupakan resevoir batupasir
bersih melainkan adanya kandungan lempung didalamnya. Nilai lempung ini menjadi
impuritis didalam batuan dan dapat menurunkan kualitas reservoir yang ada. Dalam
satu batuan baik itu batupasir dapat bercampur dengan batuan lempung, hal ini
dikarenkaan reservoir di lapangan Volve. Semakin tinggi kandungan lempung, maka
pori akan terisolasi sehingga sulit terisi oleh fluida, selain itu juga tingginya lempung
dapat menyebabkan penurunan permeabilitas. Untuk itu kandungan lempung ini perlu
dihitung.
Log Gr mengukur kandungan radioaktif yang biasanya dari skala 0- 200 API.
Dari prisnip perekaman GR yang telah dijelaskan sebelumnya, maka vshale dapat
dihitung dengan membandingkan nilai tertinggi dan terendah. Nilai tertinggi
merepresentasikan lempung dan terendah adalah non lempung baik itu batupasir,
maupun batugamping. Nilai ini berbeda beda setiap sumur maupun setiap daerah, hal
5
ini dikarenakan dari perbedaan alat dan juga perbedaan dari batuan penyusunnya.
Oleh karena itu perlu ditentukan nilai tertinggi dan terendah. Untuk menentukan GR
minimum dan GR maksimum dapat dilihat dengan menggunakan histogram untuk
mengetahui persebaran data untuk satu sumur disepanjang kedalaman (Gambar 4.5).
Berdasarkan pengamatan persebaran GR, Nilai yang paling dominan adalah pada
nilai GR 11 Api dengan. Dari penyebaran data ini dapat dilihat bahwa nilai terkecil
adalah 0 Api dan nilai terbesar adalah 132 Api. Akan tetapi nilai ini tidak langsung
digunakan untuk GR min maupun Gr maks dikarenakan jumlah populasi terlalu kecil
dan tidak merepresentasikan jumlah data. Maka dari itu digunakan nilai 5% GR
terendah dan 5% GR terbesar untuk mengantisipasi hal ini jika terdapat anomali eror
pada pembacaan GR. Maka nilai terkecil dapat dilihat nilai 7 API dan nilai terbesar
dengan nilai GR 98 API.
Selain nilai secara keseluruhan, pada daerah telitian memiliki litologi dominan yang
berbeda di setiap formasi, oleh karena itu dilakukan nilai GR minimum dan maksimum yang
relatif setiap formasi degan range nilai GR secara umum dari nilai histogram (Gambar 4.5).
Batas formasi ini didapatkan dari informasi pada data mudloging
6
Gambar 4.5 Baseline nilai GR pada setiap formasi pada kotak Merah
Berdasarkan data nilai baseline ini kemudian digunakan dalam perhitungan dalam
menentukan Vshale yang dapat dilihat pada gambar 4.6. Hasil perhitungan ini divalidasi
dengan data cutting dari mudlog.
Gambar 4.6 Hasil perhitungan Vshale pada daerah telitian dan validasi mudlog (kotak merah)
7
Jika dihitung manual pada salah satu percontoh kedalaman yaitu pada 3731 meter,
maka dapat dihitung sebagai berikut
Gr min = 7 Api
Gr Maks = 98 Api
7−7
Vs h=
98−7
Vs h=0 v/v
4.5 Porositas
Analisis porositas dilakukan dengan menggunakan log densitas. Log densitas
merupakan porositas yang yang membaca berat batuan total dibawah permukaan,
apabila batuan tersebut memiliki pori maka berat batuan yang saharusnya berisi
matriks saja akan berkurang karena tergantikan oleh pori. Jika dicontohkan pada
batupasir memiliki matriks 2.65 g/cc akan tetapi pada pembacan dibawah permukaan
memiliki nilai 2.2 g/cc maka selisih perbedaan densitas tersebut adalah porositas.
Pada dasarnya log densitas membaca total batuan, sehingga jika hanya
menghitung berdasarkan nilai tersebut saja maka porositas yang terhitung merupakan
porositas total (Absolut). Hal ini dikarenakan batuan dibawah permukaan tidak hanya
terdiri dari batupasir melainkan ada impuritis dari batuan lempung yang mengurangi
porositas dan permeabilitas. Sedangkan dalam menentukan zona prospek yang
diperlukan adalah porositas efektif yang dapat mengalirkan hidrokarbon. Porositas
efektif ini Cuma ada pada matriks Batupasir karena batulempung bersifat
impermeabel.
8
Jika ingin mencari porositas efektif maka perlu diketahui komponen apa saja
yang menyusun dari batuan dibawah permukaan, komponen itu adalah densiats
fluida, densitas matriks, densitas lempung kering, dan densitas lempung basah.
Densitas lempung kering merupakan densitas lempung yang tidak memiliki pori
sedangkan densitas lempung basah adalah densitas yang memiliki pori.
9
Fluida
Ma
Dry Shale
Gambar 4.7 Crossplot antara Rhob dan neutron terhadap nilai GR, untuk menentukan
parameter dalam perhitungan porositas
10
Gambar 4.8 Hasil perhitungan porositas pada daerah telitian. Porositas hanya bisa dihitung
pada interval dibawah formasi Hod, karena diatas formasi tersebut tidak memiliki data log
densitas, neutron maupun sonik.
ρ fluida = 1 g/cc
ρmatriks−ρ @3731 m
Jawab : ∅ Total=
ρ matriks−ρ fluida
11
2.65 g/cc −2.3 g /cc
∅ Total=
2.65 g /cc−1 g /cc
Untuk perhitungan porositas efektif maka perlu diklaibrasi dengan porositas lempung dan
juga vshale dengan perhitungan:
Vs h = 0 v/v
12
air tawar memiliki resistivitas yang tinggi sehingga sulit dibedakan dengan fluida
hidrokarbon.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahui resisitivitas pada zona air
dengan anggapan ketika resistivitas lebih besar dari resistivtias air maka zona tersebut
terisi oleh hidrokarbon. Resistivitas air terbagi menjadi dua, yaitu resisitivitas pada
batu pasir atau disebut sebagai resistivtias air formasi, dan juga resisitivtias pada
batuan lempung atau disebut sebagai resisitivitas Clay bound water.
Resistivtias air ditentukan dari nilai resisitivtias terendah pada zona interval
yang mengandung sedikit vshale, yaitu pada reservoir yang merupakan 100%
Batupasir. Dan ditemukan resistivtias terendah yaitu 0.5 ohm pada kedalaman 3247
meter (Gambar 4.9). Jika dilihat dalam crossplot, maka interval ini terkonfirmasi
memiliki GR terendah, resistivitas terendah dan porositas yang tinggi, yang
menandakan interval reservoir yang terisi oleh air (Gambar 4.10)
Gambar 4.9 Resistvitas air berdasarkan resistivtias terendah pada interval batupasir
13
Gambar 4.10 Cross plot untuk menentukan interval air, nilai resistivitas air pada lingkaran
merah
Untuk resistivtias Clay bound water dapat ditentukan berdasarkan cross plot
antara resistivtias dan vshale (Gambar 4.11), yang bertujuan mencari nilai resisitivtias
rata rata ketika batuan tersebut adalah 100% lempung. Nilai resistivitas air di clay
adalah ketika nilai Vshale=1 dan rata-rata nilai resistivtias pada zona sale adalah 1.3
ohm.
14
Gambar 4.11 Cross plot untuk menentukan resistivitas air pada clay yaitu pada lingkaran
merah
Diketahui :n = 2 (unitless)
m = 2 (unitless)
a = 1 (unitless)
∅ efektif =¿ 0.21 v/v
15
Vsh = 0.0 v/v
Rsh = 1.3 ohm
Rw = 0.5 ohm
Rt = 159 ohm
1
n
Sw =2 √ Rt
Jawab : Vsh m
Vsh( 1− )
2 ∅ eff 2
+
√ Rsh √ aRw
1
2
Sw = 2 √159
0.0 2
0.0 (1− )
2 0.21 2
+
√ 1.3 √1∗0.5
0.079
Sw=
0.0 0.21
+
1.1 1.22
Sw=0.12 v /v
16
Gambar 4.12 Hasil perhitungan saturasi di lokasi daerah telitian pada kotak merah
17
18
Gambar 4.13 Hasil Analisis pada daerah telitian, zona prospek pada kotak hitam pada warna merah
19
BAB V
PEMBAHASAN
Analisis awal yang dilakukan dalam menemukan zona prospek adalah analisis
volume shale untuk menentukan kadar lempung dalam satu batuan. Analisis ini
menggunakan log GR karena log ini sangat sensitifi membedakan batuan lempung
dengan batuan non lempung karena memiliki nilai radioaktif yang kontras. Ketika
pada batu lempung memiliki nilai radioaktif yang tinggi dikarenakan batuan ini
tersusun atas mineral yang tidak stabil hasil erosi batuan lain.
1
Berdasarkan pengamatan persebaran GR, Nilai yang paling dominan adalah
pada nilai GR 11 Api dengan. Dari penyebaran data ini dapat dilihat bahwa nilai
terkecil adalah 0 Api dan nilai terbesar adalah 132 Api. Akan tetapi nilai ini tidak
langsung digunakan untuk GR min maupun GR maks dikarenakan jumlah populasi
terlalu kecil dan tidak merepresentasikan jumlah data. Maka dari itu digunakan nilai
5% GR terendah dan 5% GR terbesar untuk mengantisipasi hal ini jika terdapat
anomali eror pada pembacaan GR. Maka nilai terkecil dapat dilihat nilai 7 API dan
nilai terbesar dengan nilai GR 98
Perhitungan ini menggunakan gabungan log Densitas dan log Neutron agar
nilai porositas terkontrol oleh kedua log. Hal ini diakrenakan pada prinsipnya log
densitas tidak langsung menghitung porositas melainkan berat batuan, jika berat
batuan yang terekam oleh log densitas lebih kecil dari berat matriksnya, maka selisih
berat tersebut adalah porositas, sedangkan log neutron langsung membaca porositas
berdasarkan kandungan hidrogen didalam batuan yang diakibatkan oleh fluida
didalam pori, akan tetapi log neutron juga membaca hidrogren yang terikat pada
batulempung atau yang disebut sebagai Clay bound water.
Untuk menghitung porositas dari log densitas, nilai dari matriks akan
dikurangkan dengan matriks dan dibagi dengan nilai matriks dikurang dengan nilai
densitas fluida, maka akan didapatkan porositas. Nilai matriks digunakan adalah
kuarsa dengan denstas 2.65 g/cc dan fluida adalah air tawar yaitu 1 g/cc. Akan tetapi
karena nilai densitas ini yang digunakan secara keseluruhan tanpa dipisahkan dengan
densitas mineral lain, maka ini adalah porositas total. Untuk mendapatkan nilai
2
porositas efektif, maka perlu diketahui nilai porositas lempung, sehingga dikurangkan
dengan porositas total untuk mendapatkan porositas efektif.
3
Untuk menghitung kandungan hidrokarbon dalam satu lapisan, maka perlu
diketahui dan dipisahkan dulu nilai resistivitas air. Jika log membaca nilai resistivtias
yang lebih rendah dari resisitivtias air maka dapat dikatakan bahwa interval tersebut
tersusun atas 100% air, dan begitu juga sebaliknya. Nilai resistivitas air terbagi
menjadi dua, yaitu air formasi yang bergerak bebas dibatuan dan juga air yang terikat
pada batuan lempung (Clay bound water).
Jika semua komponen telah dihitung mulai dari litologi, vshale, porositas dan
saturasi maka dapat ditentukan zona prospek yang memungkinkan untuk diproduksi.
Nilai cut off untuk menyatakan zona prospek adalah ketika nilai vshale tidak lebih
dari 0.7 nilai porositas lebih dari 0.1 dan nilai saturasi air kurang dari 0.7.
Berdasarkan hal tersebut maka didapatkan zona interval prospek sebanyak 24.
4
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan nilai vshale rata-rata pada daerah telitian adalah 0.25
v/v porositas rata rata adalah 0.23 dan saturasi rata-rata adalah 0.47 v/v
Berdasarkan analisis terdapat 24 zona prospek dengan ketebalan rata-rata
adalah 25 meter
Daftar Pustaka
LAMPIRAN