Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

ANALISIS DAN PERHITUNGAN

4.1 Data
Pada penelitian ini menggunakan beberapa data, diantaranya:

1. Data Wireline Logging berupa data file .Las yang tersusun atas log GR, Caliper,
RHOB, DRHO, NPHI, PEF, RD dan RT. (Gambar 4.1 a)
2. Data mud log untuk mengetahui cutting dan oil show (Gambar 4.1 b)

Gambar 4.1 Data-data yang digunakan pada daerah telitian

1
4.2 Diagram Alir Analisis
Analisis ini secara garis besar dilakukan dengan tahapan analisis pada gambar
4.2. Langkah awal dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data-data yang
mendukung analisis yang berupa data log yang tersusun atas GR, Neutron, Density,
Resistivity, dan juga data Mudlog sebagai validasi perhitungan terutama validasi
Vshale. Analisis yang dilakukan berdasarkan metode deterministik, yang mana
analisis yang dilakukan akan secara berurutan dari Vshale, porositas dan juga Saturasi
Air. Metode ini tidak bisa menghitung parameter secara bersamaan (probabilistic),
jadi jika dianalogikan menentukan jenis wadahnya, kemudian besar wadahnya
menampung kemudian menentukan isi didalam wadah.

Analisis yang pertama kali dilakukan adalah analisis Vshale untuk


membedakan interval lempung yang merupakan non reservoir dengan interval non
lempung yang memungkinkan menjadi reservoir. Analisis Vshale akan menggunakan
log GR sebagai data primer, hal ini dikarenakan log ini sensitif terhadap kandungan
radioaktif pada batuan yang mencerminkan kandungan lempung. Dalam menentukan
vshale dilakukan penentuan baseline untuk membedakan antara GR matriks (nilai
100% batupasir) dan juga nilai GR Sh (100% lempung). Hasil perhitungan Vshale
kemudian divalidasi dengan data mudlong dari deskripsi cutting yang ada.

Analisis selanjutnya adalah menentukan porositas batuan. Dalam menentukan


porositas menggunakan data utama berupa log neutron dan juga log densitas, hal ini
dikarenakan log tersebut memiliki hubungan linear terhadap porositas batuan. Pada
Log densitas membaca berat batuan, ketika batuan memiliki densitas yang rendah
dibandingkan densitas matriksnya, maka batuan tersebut memiliki porositas. Hal ini
menandakan batuan yang seharusnya tersusun atas 100% matriks ketika padat
akantetapi tergantikan dengan porositas. Untuk log neutron membaca secara langsung
nilai porositas dari kandungan hidrogen pada fluida didalam batuan. Ketika batuan
memiliki pori, maka akan terisi oleh fluida yang memiliki kandungan hidrogen baik

2
itu air, minyak dan Gas. Semakin banyak kandungan hidrogen, semakin banyak
kandungan fluida dan semakin besar porositas. Parameter-parameter densitas dan
juga neutron akan ditentukan dalam picket plot.

Analisis selanjutnya adalah menentukan saturasi batuan berdasarkan log


resistivitas. Semakin tinggi resistivitas menandakan kandungan hidrokarbon semakin
banyak, karena hidrokarbon bersifat non konduktif. Metode saturasi air yang
digunakan adalah saturasi air indonesia dan Parameter-parameter kelistrikan batuan
akan ditentukan berdasarkan picket plot. Ketika parameter telah dihitung maka akan
dapat ditentukan zona prospek, yang mana merupakan interval yang mengandung
hidrokarbon yang dianggap ekonomis.

Gambar 4.2 Diagram alir penelitian yang dilakukan

3
4.3 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah analisis awal untuk membedakan zona yang
diperkirakan prospek dan tidak berdasarkan pola dari defleksi log. Analisis ini
merupakan filter awal, untuk menentukan interval yang diperkirakan baik agar dapat
memberikan keputusan yang cepat. Pada penilitian ini jika dilihat dari interval
kedalaman 3000-4250, secara kualitatif dapat diketahui ada enam interval reservoir
yang ditunjukkan oleh nilai GR yang rendah, dan log densitas rendah, log neutron
yang tinggi serta memiliki cross over. Dari reservoir ini, dua diantaranya terisi oleh
air karena memiliki nilai resistivitas yang rendah, dan memiliki cross over dengan
geometri yang kecil yaitu pada kedalaman 3229-3280 dan 3385-3416 meter. Pada
empat reservoir lainnya terisi oleh hidrokarbon dengan nilai resistivtias yang tinggi
dan juga adanya cross over yang besar pada kedalaman 3481-3530, 3610-3670, 3700-
3800, dan 3920-4000 meter (Gambar 4.3)

Gambar 4.3 Analisis kualitatif berdasarkan pengamatan pola log untuk menentukan interval
prospek, kotak biru interval reservoir yang terisi oleh air dan kotak merah yang terisi oleh
hidrokarbon

4
4.4 Analisis Vshale
Pada sumur “FC-1” umumnya reservoir bukan merupakan resevoir batupasir
bersih melainkan adanya kandungan lempung didalamnya. Nilai lempung ini menjadi
impuritis didalam batuan dan dapat menurunkan kualitas reservoir yang ada. Dalam
satu batuan baik itu batupasir dapat bercampur dengan batuan lempung, hal ini
dikarenkaan reservoir di lapangan Volve. Semakin tinggi kandungan lempung, maka
pori akan terisolasi sehingga sulit terisi oleh fluida, selain itu juga tingginya lempung
dapat menyebabkan penurunan permeabilitas. Untuk itu kandungan lempung ini perlu
dihitung.

Perhitungan kandungan lempung dalam batuan dibawah permukaan


menggunakan log GR, hal ini diakrenakan log ini yang paling merepresentasikan dan
sensitif terhadap kandungan mineral lempung. Log ini pada prinsipnya membaca
kandungan radioaktif pada batuan, pada batuan lempung memiliki tingkat radioaktif
yang tinggi dibandingkan batuan lainnya. Hal ini dikarenakan ketika pada batuan
lempung tersusun atas mineral yang tidak resisten dan tidak stabil hasil rombakan
dari batuan lain yang tererosi. Batuan lain seperti batupasir, batugamping dan
batubara memiliki radioaktif yang rendah karena tersusun atas dominasi mineral yang
homogen. Pada batupasir hanya tersusun atas mineral utama kuarsa yang relatif lebih
resisten terhadap pelapukan dan lebih stabil, pada batugamping terususn atas kalsit,
dan pada batubara dari macerals. Akan tetapi, log GR hanya bisa membedakan
lempung dan non lempung, untuk membedakan reservoir dan non reservoir yang
sama-sama memiliki GR yang rendah maka akan dilakukan pada tahapan selanjutnya.

Log Gr mengukur kandungan radioaktif yang biasanya dari skala 0- 200 API.
Dari prisnip perekaman GR yang telah dijelaskan sebelumnya, maka vshale dapat
dihitung dengan membandingkan nilai tertinggi dan terendah. Nilai tertinggi
merepresentasikan lempung dan terendah adalah non lempung baik itu batupasir,
maupun batugamping. Nilai ini berbeda beda setiap sumur maupun setiap daerah, hal

5
ini dikarenakan dari perbedaan alat dan juga perbedaan dari batuan penyusunnya.
Oleh karena itu perlu ditentukan nilai tertinggi dan terendah. Untuk menentukan GR
minimum dan GR maksimum dapat dilihat dengan menggunakan histogram untuk
mengetahui persebaran data untuk satu sumur disepanjang kedalaman (Gambar 4.5).
Berdasarkan pengamatan persebaran GR, Nilai yang paling dominan adalah pada
nilai GR 11 Api dengan. Dari penyebaran data ini dapat dilihat bahwa nilai terkecil
adalah 0 Api dan nilai terbesar adalah 132 Api. Akan tetapi nilai ini tidak langsung
digunakan untuk GR min maupun Gr maks dikarenakan jumlah populasi terlalu kecil
dan tidak merepresentasikan jumlah data. Maka dari itu digunakan nilai 5% GR
terendah dan 5% GR terbesar untuk mengantisipasi hal ini jika terdapat anomali eror
pada pembacaan GR. Maka nilai terkecil dapat dilihat nilai 7 API dan nilai terbesar
dengan nilai GR 98 API.

Gambar 4.4 Peresebaran data GR pada sumur “Volve”

Selain nilai secara keseluruhan, pada daerah telitian memiliki litologi dominan yang
berbeda di setiap formasi, oleh karena itu dilakukan nilai GR minimum dan maksimum yang
relatif setiap formasi degan range nilai GR secara umum dari nilai histogram (Gambar 4.5).
Batas formasi ini didapatkan dari informasi pada data mudloging

6
Gambar 4.5 Baseline nilai GR pada setiap formasi pada kotak Merah

Berdasarkan data nilai baseline ini kemudian digunakan dalam perhitungan dalam
menentukan Vshale yang dapat dilihat pada gambar 4.6. Hasil perhitungan ini divalidasi
dengan data cutting dari mudlog.

Gambar 4.6 Hasil perhitungan Vshale pada daerah telitian dan validasi mudlog (kotak merah)

7
Jika dihitung manual pada salah satu percontoh kedalaman yaitu pada 3731 meter,
maka dapat dihitung sebagai berikut

Diketahui : Gr Log @3731 m = 7 Api

Gr min = 7 Api

Gr Maks = 98 Api

GR log −GR min


Jawab : Vsh=
GR max−GR min

7−7
Vs h=
98−7

Vs h=0 v/v

4.5 Porositas
Analisis porositas dilakukan dengan menggunakan log densitas. Log densitas
merupakan porositas yang yang membaca berat batuan total dibawah permukaan,
apabila batuan tersebut memiliki pori maka berat batuan yang saharusnya berisi
matriks saja akan berkurang karena tergantikan oleh pori. Jika dicontohkan pada
batupasir memiliki matriks 2.65 g/cc akan tetapi pada pembacan dibawah permukaan
memiliki nilai 2.2 g/cc maka selisih perbedaan densitas tersebut adalah porositas.

Pada dasarnya log densitas membaca total batuan, sehingga jika hanya
menghitung berdasarkan nilai tersebut saja maka porositas yang terhitung merupakan
porositas total (Absolut). Hal ini dikarenakan batuan dibawah permukaan tidak hanya
terdiri dari batupasir melainkan ada impuritis dari batuan lempung yang mengurangi
porositas dan permeabilitas. Sedangkan dalam menentukan zona prospek yang
diperlukan adalah porositas efektif yang dapat mengalirkan hidrokarbon. Porositas
efektif ini Cuma ada pada matriks Batupasir karena batulempung bersifat
impermeabel.

8
Jika ingin mencari porositas efektif maka perlu diketahui komponen apa saja
yang menyusun dari batuan dibawah permukaan, komponen itu adalah densiats
fluida, densitas matriks, densitas lempung kering, dan densitas lempung basah.
Densitas lempung kering merupakan densitas lempung yang tidak memiliki pori
sedangkan densitas lempung basah adalah densitas yang memiliki pori.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya ketika menghitung porositas total (tidak


memisahkan antara porositas lempung dan porositas pada pasir) maka dapat
menggunakan nilai densitas fluida dan densitas matriks saja, akan tetapi untuk
mencari porosiats efektif, maka perlu diketahui porositas lempung. Porositas lempung
dapat diketahui dari nilai densitas lempung kering dan densitas lempung basah
dengan persamaan yang sama dalam menentukan porositas total hanya saja
menggunakan densitas lempung. Ketika porositas lempung ini diketahui dan
dikalikan dengan total fraksi lempung kemudian dikurangkan dengan densitas total
maka akan diketahui porositas efektif.

Berdasarkan picket plott yang dilakukan (Gambar 4.7), Densitas matriks


secara umum adalah berupa batupasir yang diasumsikan tersusun atas kuarsa dengan
nilai 2.65 g/cc dan fluida reservoir diasumsikan sebagai air tawar dengan densitas
adalah 1 g/cc. Densitas lempung kering pada lapangan Volve dapat dilihat dari plot
antara Rhob dan Neutron, ditentukan pada titik nilai rhob tertinggi dan neutron
tertinggi serta GR tertinggi. Nilai Rhob lempung tidak berpori (lempung kering) yaitu
2.72 g/cc. Penentuan Densitas lempung berdasarkan crossplot ini digunakan
dikarenakan tidak ada analisis mineralogi pada batuan lempung. Sedangkan untuk
menentukan densitas lempung basah ditentukan pada densitas terendah, pada neutron
tertinggi ketika GR tinggi. Maka dari nilai densitas lempung berpori berdasarkan
picket plott adalah 2.58 g/cc.

9
Fluida

Ma

Dry Shale

Gambar 4.7 Crossplot antara Rhob dan neutron terhadap nilai GR, untuk menentukan
parameter dalam perhitungan porositas

Porositas total dapat dihitung dengan mengurangkan densitas lempung kering


terhadap densitas lempung basah, dibagi dengan densitas lempung kering dikurangi
dengan densitas fluida, maka porositas lempung diketahui. Porositas total
dikurangkan dengan porositas lempung yang telah dikalikan dengan jumlah fraksi
lempung maka akan didapatkan porositas yang hanya ada di batu pasir, yaitu
porositas efektif. Hasil perhitungan porositas dapat dilihat pada Gambar 4.8.

10
Gambar 4.8 Hasil perhitungan porositas pada daerah telitian. Porositas hanya bisa dihitung
pada interval dibawah formasi Hod, karena diatas formasi tersebut tidak memiliki data log
densitas, neutron maupun sonik.

Perhitungan manual pada sampel percontohan pada kedalaman 3731 meter


dilakukan sebagai berikut

Diketahui : ρ matriks =2.65 g/cc

ρ fluida = 1 g/cc

ρ @3731 m = 2.3 g/cc

ρmatriks−ρ @3731 m
Jawab : ∅ Total=
ρ matriks−ρ fluida

11
2.65 g/cc −2.3 g /cc
∅ Total=
2.65 g /cc−1 g /cc

∅ Total=¿ 0.21 v/v

Untuk perhitungan porositas efektif maka perlu diklaibrasi dengan porositas lempung dan
juga vshale dengan perhitungan:

Dsh−Ws h 2.72 g /cc−2.58 g /cc


Diketahui : ∅ lempung = = = 0.081 v/v
Dsh−fl 2.72 g /cc−1 g /cc

Vs h = 0 v/v

∅ Total=¿ 0.21 v/v

Jawab : ∅ efektif =¿ ∅ total−(Vsh x ∅ lempung)

∅ efektif =¿ 0.21 v / v−( 0 v /v x 0.081 v /v )

∅ efektif =¿ 0.21 v/v

4.6 Saturasi Air


Ketika wadahnya telah dianalisis yaitu litologi, vshale dan porositas,
selanjutnya menghitung fluida yang terkandung didalamnya berdasarkan saturasi air.
Semakin tinggi saturasi air menandakan bahwa batuan tersebut semakin banyak terisi
air, dan kebalikannya semakin rendah saturasi air maka akan diisi dengan
hidrokarbon. Perhitungan saturasi air ini menggunkan log resistivitas. Log resistivitas
membaca daya tidak hantar listrik pada batuan kebalikan dari konduktivitas. Log ini
lebih sensitif terhadap fluida dibandingkan terhadap kelistrikan batuan, maka
perhitungan saturasi pada log resistivitas mengasumsikan batuan tidak memberikan
kontribusi kelistrikan. Ketika fluida terisi oleh air maka resistivitas akan rendah,
ketika cukup tinggi maka terisi oleh minyak dan ketika sangat tinggi terisi oleh
minyak. Resistivitas ini akan bekerja dengan baik apabila air didalam formasi bersifat
asin, dan akan susah untuk menghitung pada air formasi bersifat tawar, karena ketika

12
air tawar memiliki resistivitas yang tinggi sehingga sulit dibedakan dengan fluida
hidrokarbon.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahui resisitivitas pada zona air
dengan anggapan ketika resistivitas lebih besar dari resistivtias air maka zona tersebut
terisi oleh hidrokarbon. Resistivitas air terbagi menjadi dua, yaitu resisitivitas pada
batu pasir atau disebut sebagai resistivtias air formasi, dan juga resisitivtias pada
batuan lempung atau disebut sebagai resisitivitas Clay bound water.

Resistivtias air ditentukan dari nilai resisitivtias terendah pada zona interval
yang mengandung sedikit vshale, yaitu pada reservoir yang merupakan 100%
Batupasir. Dan ditemukan resistivtias terendah yaitu 0.5 ohm pada kedalaman 3247
meter (Gambar 4.9). Jika dilihat dalam crossplot, maka interval ini terkonfirmasi
memiliki GR terendah, resistivitas terendah dan porositas yang tinggi, yang
menandakan interval reservoir yang terisi oleh air (Gambar 4.10)

Gambar 4.9 Resistvitas air berdasarkan resistivtias terendah pada interval batupasir

13
Gambar 4.10 Cross plot untuk menentukan interval air, nilai resistivitas air pada lingkaran
merah

Untuk resistivtias Clay bound water dapat ditentukan berdasarkan cross plot
antara resistivtias dan vshale (Gambar 4.11), yang bertujuan mencari nilai resisitivtias
rata rata ketika batuan tersebut adalah 100% lempung. Nilai resistivitas air di clay
adalah ketika nilai Vshale=1 dan rata-rata nilai resistivtias pada zona sale adalah 1.3
ohm.

14
Gambar 4.11 Cross plot untuk menentukan resistivitas air pada clay yaitu pada lingkaran
merah

Perhitungan saturasi air menggunakan persamaan saturasi indo dengan Nilai n


merupakan saturasi exponent, m adalah sementara exponent dan a adalah faktor
turtoisity, karena tidak ada data lab pada sumur daerah telitian nilai ini akan
diasumsikan mengikuti nilai Archie yaitu nilai n adalah 2, m adalah 2, dan a adalah 1.
Berdasarkan perhitungan, didapatkan hasil pada Gambar 4.12.

Perhitungan pada sampel percontoh pada kedalaman 3731 meter adalah

Diketahui :n = 2 (unitless)
m = 2 (unitless)
a = 1 (unitless)
∅ efektif =¿ 0.21 v/v

15
Vsh = 0.0 v/v
Rsh = 1.3 ohm
Rw = 0.5 ohm
Rt = 159 ohm

1
n
Sw =2 √ Rt
Jawab : Vsh m
Vsh( 1− )
2 ∅ eff 2
+
√ Rsh √ aRw
1
2
Sw = 2 √159
0.0 2
0.0 (1− )
2 0.21 2
+
√ 1.3 √1∗0.5
0.079
Sw=
0.0 0.21
+
1.1 1.22

Sw=0.12 v /v

16
Gambar 4.12 Hasil perhitungan saturasi di lokasi daerah telitian pada kotak merah

4.7 Zona Prospek


Zona prospek atau disebut juga sebagi zona pay adalah zona yang memiliki propertis
reservoir yang baik (vshale rendah, porositas tinggi) dan mengandung hidrokarbon (Saturasi
air rendah). Dalam menentukan zona prospek nilai cut off yang digunakan adalah nilai
umum, yaitu Vshale lebih rendah dari 0.7 v/v, porositas lebih tinggi dari 0.1 v/v dan nilai
saturasi lebih rendah dari 0.7. Nilai cut off ini akan menjadi lebih baik jika data tes produksi
tersedia untuk mementukan batas properti reservoir ketika fluida tidak bisa mengalir dan juga
saturasi terendah ketika mengalirkan air. Hasil analisis pada daerah telitian dapat dilihat pada
gambar 4.13. Dari hasil analisis secara keseluruhan didapatkan 24 zona prospek yang
semuanya terdapat pada formasi Hungin. Zona prospek ini memiliki ketebalan rata-rata 25
meter.

17
18
Gambar 4.13 Hasil Analisis pada daerah telitian, zona prospek pada kotak hitam pada warna merah

19
BAB V

PEMBAHASAN

Dalam pengembangan lapangan migas, penurunan produksi seiring dengan


waktu adalah hal yang lumrah terjadi khususnya pada lapangan yang sudah tua.
Padahal jumlah produksi migas adalah faktor penentu suatu lapangan akan terus
dikembangkan ataupun ditinggalkan. Maka dari itu untuk memperpanjang masa
eksplorasi suatu lapangan dibutuhkan upaya untuk meningkatkan jumlah produksi
salah satunya adalah dengan mencari zona prospek baru untuk dikembangkan. Oleh
karena itu studi ini dilakukan melalui analisis petrofisika untuk menemukan zona
prospek baru dengan harapan dapat meningkatkan produksi dimasa mendatang.

Analisis awal yang dilakukan dalam menemukan zona prospek adalah analisis
volume shale untuk menentukan kadar lempung dalam satu batuan. Analisis ini
menggunakan log GR karena log ini sangat sensitifi membedakan batuan lempung
dengan batuan non lempung karena memiliki nilai radioaktif yang kontras. Ketika
pada batu lempung memiliki nilai radioaktif yang tinggi dikarenakan batuan ini
tersusun atas mineral yang tidak stabil hasil erosi batuan lain.

Perhitungan nilai vshale berdasarkan prinsip tersebut maka dapat digunakan


rumus perbandingan antara nilai GR terendah yang dianggap sebagai pasir dan nilai
GR tertinggi yang dianggap sebagai lempung. Untuk mengetahui nilai GR rendah dan
GR tinggi, maka dapat dilihat dari persebaran populasi data GR berdasarkan
histogram. Nilai terkecil akan diambil dari 5 % populasi GR terendah dan nilai GR
tertinggi akan digunakan 5% populasi dari GR tertinggi. Selain itu nilai GR terendah
dan tertinggi juga dikontrol oleh litologi yang dominan yang dibatasi oleh marker
formasi agar dapat menyesuaikan dengan karakteristik litologi dari setiap formasi.

1
Berdasarkan pengamatan persebaran GR, Nilai yang paling dominan adalah
pada nilai GR 11 Api dengan. Dari penyebaran data ini dapat dilihat bahwa nilai
terkecil adalah 0 Api dan nilai terbesar adalah 132 Api. Akan tetapi nilai ini tidak
langsung digunakan untuk GR min maupun GR maks dikarenakan jumlah populasi
terlalu kecil dan tidak merepresentasikan jumlah data. Maka dari itu digunakan nilai
5% GR terendah dan 5% GR terbesar untuk mengantisipasi hal ini jika terdapat
anomali eror pada pembacaan GR. Maka nilai terkecil dapat dilihat nilai 7 API dan
nilai terbesar dengan nilai GR 98

Perhitungan selanjutnya adalah menghitung porositas batuan. Nilai porositas


ini tidak bisa dihitung jika nilai vshale tidak diketahui, khususnya porositas efektif.
Hal ini dikarenakan dalam satu batu pasir terkadang tidak terususun atas 100% pasir
melainkan ada kandungan lempung sebagai impuritis sedangkan porositas efektif
adalah porositas yang dapat mengalirkan fluida khususnya pada mineral pasir saja.

Perhitungan ini menggunakan gabungan log Densitas dan log Neutron agar
nilai porositas terkontrol oleh kedua log. Hal ini diakrenakan pada prinsipnya log
densitas tidak langsung menghitung porositas melainkan berat batuan, jika berat
batuan yang terekam oleh log densitas lebih kecil dari berat matriksnya, maka selisih
berat tersebut adalah porositas, sedangkan log neutron langsung membaca porositas
berdasarkan kandungan hidrogen didalam batuan yang diakibatkan oleh fluida
didalam pori, akan tetapi log neutron juga membaca hidrogren yang terikat pada
batulempung atau yang disebut sebagai Clay bound water.

Untuk menghitung porositas dari log densitas, nilai dari matriks akan
dikurangkan dengan matriks dan dibagi dengan nilai matriks dikurang dengan nilai
densitas fluida, maka akan didapatkan porositas. Nilai matriks digunakan adalah
kuarsa dengan denstas 2.65 g/cc dan fluida adalah air tawar yaitu 1 g/cc. Akan tetapi
karena nilai densitas ini yang digunakan secara keseluruhan tanpa dipisahkan dengan
densitas mineral lain, maka ini adalah porositas total. Untuk mendapatkan nilai

2
porositas efektif, maka perlu diketahui nilai porositas lempung, sehingga dikurangkan
dengan porositas total untuk mendapatkan porositas efektif.

Untuk mendapatkan porositas lempung, maka perlu diketahui densitas matriks


lempung dan densitas aktual pembacaan yaitu densitas lempung basah. Karena tidak
ada data lab yang mendukung, maka densitas matriks lempung digunakan densitas
mineral pada tertinggi, neutron tertinggi dan pada litologi lempungg dengan nilai
2.72g/cc. Untuk mendapatkan densitas lempung basah (densitas lempung yang
memiliki pori) maka digunakan cross plot antara densitas dan neutron yang hanya
pada batuan lempung saja. Dari cross plot tersebut maka dapat diketahui densitas
lempung basah yaitu 2.58 g/cc. jika nilai porositas lempung telah diketahui maka
porositas efektif untuk densitas dapat dihitung.

Perhitungan porositas neutron karena langsung membaca porositas total maka


hanya perlu menghitung porositas efektif. Prinsipnya sama seperti log densitas untuk
mencari porositas efektif pada neutron perlu diketahui porositas lempung pada
neutron. Untuk mencari porositas lempung didapatkan berdasarkan cross plot yang
sebelumnya ketika mencari densitas lempung basah, maka pada titik tersebutlah nilai
porositas lempung neutron yaitu dengan nilai 0.31 v/v. jika nilai porositas lempung
telah diketahui maka nilai porositas efektif neutron dapat dikalkulasikan.

Berdasarkan perhitungan, nilai porositas rata-rata pada interval daerah telitian


adalah 0.23 v/v yang merupakan cukup baik.

Setelah porositas dihitung, maka dapat dianalisis seberapa persen hidrokarbon


yang mengisi pada tiap tiap reservoir menggunakan log resistivitas. Pada prinsipnya
log resisitivitas ini membaca daya tidak hantar listrik pada batuan yang dipengaruhi
utama oleh fluida. Ketika air, khususnya air asin memiliki resisitivitas yang rendah,
ketika minyak memiliki resisitivitas yang cukup tinggi dan gas memiliki resisitivitas
yang paling tinggi. Berdasarkan prisnip ini, maka kandungan hidrokarbon dapat
dihitung.

3
Untuk menghitung kandungan hidrokarbon dalam satu lapisan, maka perlu
diketahui dan dipisahkan dulu nilai resistivitas air. Jika log membaca nilai resistivtias
yang lebih rendah dari resisitivtias air maka dapat dikatakan bahwa interval tersebut
tersusun atas 100% air, dan begitu juga sebaliknya. Nilai resistivitas air terbagi
menjadi dua, yaitu air formasi yang bergerak bebas dibatuan dan juga air yang terikat
pada batuan lempung (Clay bound water).

Resistivitas air formasi ditentukan pada nilai resisitivitas terendah ketika


batuan adalah Batupasir, maka dapat diaktakan itu adalah zona air, dan untuk mencari
nilai resisitivitas Clay bound water maka dapat digunakan cross plot antara vshale
dan resisitivitas. Ketika nilai vsh = 1 maka dapat diaktakan bahwa itu adalah nilai
dari resistivitas air pada Clay.

Jika semua komponen telah dihitung mulai dari litologi, vshale, porositas dan
saturasi maka dapat ditentukan zona prospek yang memungkinkan untuk diproduksi.
Nilai cut off untuk menyatakan zona prospek adalah ketika nilai vshale tidak lebih
dari 0.7 nilai porositas lebih dari 0.1 dan nilai saturasi air kurang dari 0.7.
Berdasarkan hal tersebut maka didapatkan zona interval prospek sebanyak 24.

4
BAB VI

KESIMPULAN

Dari penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut

 Berdasarkan perhitungan nilai vshale rata-rata pada daerah telitian adalah 0.25
v/v porositas rata rata adalah 0.23 dan saturasi rata-rata adalah 0.47 v/v
 Berdasarkan analisis terdapat 24 zona prospek dengan ketebalan rata-rata
adalah 25 meter
Daftar Pustaka
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai