Permen Kukm Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Pemupukan Modal Penyertaan Pada Koperasi
Permen Kukm Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Pemupukan Modal Penyertaan Pada Koperasi
Menimbang
: a.
b.
bahwa untuk
melaksanakan
sebagaimana huruf
a,
pemupukan
modal
penyertaan
pada
Mengingat
: 1.
Undang-Undang
Perkoperasian
Nomor
(Lembaga
25
Tahun
Negara
1992
Republik
tentang
Indonesia
-2-
Undang-Undang
Pemerintahan
Nomor
Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang
Republik
8,
Negara
Republik
Tambahan
Indonesia
Lembaran
Tahun
Negara
1994
Republik
5.
6.
Republik
Indonesia
(Lembaran
Negara
DAN
MENTERI
KOPERASI
MENENGAH
DAN
TENTANG
USAHA
PETUNJUK
-3-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1.
atau
badan
hukum
koperasi
dengan
dan
memperkuat
struktur
permodalan
Prinsip
Syariah
adalah
ketentuan
hukum
Islam
lembaga
yang
memiliki
kewenangan
dalam
tahun
buku
sesuai
dengan
masa
menanamkan
modal
penggunaannya.
5.
Pemodal
adalah
pihak
yang
7.
-4-
otonom,
mempunyai
pengelola,
neraca,
ditandatangani
baik
oleh
pengurus
maupun
pemodal.
10. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam
pembinaan dan pengembangan koperasi.
11. Pejabat dan atau Pembina adalah Aparatur Sipil Negara
yang melakukan pembinaan dan melakukan pengawasan
koperasi
di
tingkat
Pusat,
Provinsi/D.I,
dan
Kabupaten/Kota.
12. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang
memegang
kekuasaan
Pemerintahan
Negara
oleh
Pemerintah
Daerah
dan
Dewan
pembantuan
dengan
prinsip
otonomi
seluas-
Indonesia
sebagaimana
dimaksud
dalam
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
-5-
sebagian
urusan
Pemerintahan
yang
menjadi
Provinsi
melaksanakan
kepada
sebagian
daerah
urusan
Kab/Kota
untuk
Pemerintahan
yang
manfaatnya
melaksanakan
pemupukan
modal
penyertaan.
BAB III
STATUS, SUMBER, PERSYARATAN KOPERASI DAN
TATA CARA PEMUPUKAN MODAL PENYERTAAN
Bagian Kesatu
Pasal 3
Status Modal Penyertaan:
a.
b.
-6-
c.
(1)
(2)
Pasal 4
Sumber modal penyertaan berasal dari:
a.
Pemerintah;
b.
anggota;
c.
masyarakat;
d.
e.
f.
dalam
koperasi
bentuk
atas
izin
modal
atau
penyertaan
persetujuan
pada
Menteri
izin
dalam
pengeluaran
keuangan
pemerintah;
b.
dapat
menanamkan
modal
dalam
perundang-undangan
yang
mengatur
-7-
(5)
Negara
(BUMN),
Badan
Usaha
Milik
Daerah
yang
dimaksud
tidak
pada
berbadan
ayat
(1)
hukum
huruf
sebagaimana
adalah
CV
memupuk
Modal
Penyertaan,
Koperasi
yang
-8-
a.
b.
telah
menyelenggarakan
Rapat
Anggota
sekurang
telah
memenuhi
komponen
kelayakan
manajemen
manajemen
umum,
meliputi
kelembagaan,
e.
Anggaran
Dasar
kepada
pejabat
yang
pengurus
memiliki
pengembangan
rencana
usaha
yang
kerja
akan
serta
rencana
dibiayai
modal
pembukuan
dan
laporan
keuangan
koperasi
telah
menyelenggarakan
Rapat
Anggota
dimana
pengurus
-9-
modal
penyertaan
tersebut
maka
pengurus
harus
hasil
studi
kelayakan
usaha,
rencana
yang
diperlukan,
rencana
alokasi
dana
dan
pemanfaatan dana;
d.
e.
pemodal
ditindaklanjuti
dengan
membuat
dan
yang
akan
merencanakan
menerima
modal
b.
c.
d.
e.
- 10 -
(2)
(3)
adalah
bukan
perusahaan/pemerintah
perorangan
harus
tetapi
mewakili
dicantumkan
dan
(5)
pengurus
koperasi
dan
pemodal
harus
Besarnya
jumlah
modal
penyertaan
yang
akan
(3)
Penilaian
harga
barang
modal
dilaksanakan
sesuai
- 11 -
Pasal 11
(1)
(2)
(1)
SPMPKOP
sebagaimana
terlampir),
telah
tanganinya
sesuai
dengan
ketentuan
yang
Pemodal
yang
telah
menanda
tangani
SPMPKOP
(4)
(5)
dibuat
duplikat
SPMPKOP
yaitu
dibuat
b.
c.
d.
Pengelolaan;
- 12 -
e.
Pengawasan;
f.
g.
Pembagian keuntungan;
h.
i.
j.
k.
Pasal 13
(1)
b.
pengurus
koperasi
mengangkat
yang
pengelola
mempunyai
untuk
rencana
mengelola
wajib
d.
e.
(2)
- 13 -
b.
c.
cara
pengelolaan,
permodalan,
yang
dibiayai
modal
penyertaan
harus
menyampaikan
usul,
namun
tidak
pengurus
atau
pengelola
wajib
menjalankan
yang
menetapkan
rencana
kerja
dan
h.
i.
melalui
unit
usaha
otonom
tidak
- 14 -
(1)
Tanggungan
resiko
kerugian
pengelolaan
modal
b.
dibiayai
modal
penyertaan,
tetapi
dapat
modal
penyertaan,
tetapi
tidak
aktif
kerugian
usaha
yang
dibiayai
modal
- 15 -
e.
dan
sengaja
menimbulkan
kerugian
koperasi
wajib
memberikan
ganti
rugi
kepada
koperasi
tetap
harus
menanggung
resiko
dan
kerugian usaha
i.
modal
penyelesaian
lebih
penyertaan,
dahulu
dari
memperoleh
modal
lainnya
pembagian
usaha
keuntungan
dilakukan
pada
setelah
koperasi
tunggal
menyisihkan
terlebih
- 16 -
pembagian
keuntungan
pada
usaha
yang
dikelola
menyisihkan
bersama
terlebih
dilakukan
dahulu
untuk
setelah
pajak
dan
para
pihak
yang
dimuat
dalam
SPMPKOP;
(3)
Tanggungan
resiko
kerugian
maupun
pembagian
pemodal
lainnya,
atas
sepengetahuan
dan
Pengurus
koperasi
akan
mengalihkan
SPMPKOP
kepada
pemodal
lain,
harus
memperoleh
(4)
- 17 -
Pasal 16
(1)
(2)
dilakukan
oleh
pengurus
bersama-sama
dengan pemodal;
b.
apabila
dipandang
perlu
pengurus
dapat
koperasi
yang
menerima
modal
- 18 -
d.
pengawas
membuat
laporan
tertulis
kepada
(2)
modal
penyertaan)
melaksanakan
pengurus
pengawasan,
meneliti
c.
dalam
hal
pengelolaan
dikerjasamakan
dengan
modal
pihak
lain
penyertaan
dan
atau
dan
wajib
untuk
merahasiakan
hasil
dalam
pengelolaan
modal
penyertaan
- 19 -
pembukuan
usaha
yang
dibiayai
modal
penyertaan;
c.
untuk
membahas
bersama
perkembangan
Menteri
atau
Pejabat/Pembina
dapat
mengawasi
Menteri
atau
Pejabat/Pembina
dapat
mengevaluasi
Menteri
atau
Pejabat/Pembina
dapat
meminta
atau
penyempurnaan
sistem
manajemen
- 20 -
laporan
kegiatan
usaha
harus
memuat
keterangan
modal
penyertaan
menyampaikan
laporan
(2)
(3)
Menteri
atau
Pejabat/Pembina
dapat
memberikan
- 21 -
dan
Usaha
Kecil
dan
Menengah
Nomor
- 22 -
Pasal 25
Peraturan
Menteri
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan