Anda di halaman 1dari 35

PENYALAHGUNAAN

GANJA
OLEH

YASIR HUSEIN NST


FARIZ KHIBRAN

PENDAHULUAN

Selama lebih dari 3000 tahun, ganja banyak digunakan


oleh orang di Afrika dan Asia dalam berbagai bentuk
sediaan, ada yang dikonsumsi dalam bentuk rokok,
terkadang dicampur dengan tembakau, ada pula yang
dicampur dengan daging dendeng atau dioplos dalam
minuman.
Undang undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika : menetapkan ganja (bersama opium (beserta
aneka turunannya), kokain, heroin dan beberapa jenis
narkotika lainnya) termasuk dalam Narkotika Golongan I

Istilah ganja di kalangan pemakai atau junkies

cimeng,
rasta,
ulah,
gelek,
buda stik,
pepen,
hawai,
grass,

marijuana,
dope,
weed,
hemp,
hash (hasish),
pot,
joint,
sinsemilla,

Serta ratusan nama jalanan lain yang tersebar di


seluruh dunia untuk penamaan ganja.

Ganja banyak tersebar utamanya di negara negara


yang beriklim tropis dan sub tropis seperti misalnya
di Indonesia, India, Nepal, Thailand, Laos, Kamboja,
Kolombia, Jamaika, Rusia bagian Selatan, Korea,
dan Amerika Serikat

Ganja atau cannabis, mempunyai beberapa bentuk


daun seperti tembakau yang berwarna hijau, ada
yang berjari lima, tujuh, atau sembilan

Gambar 1. Daun ganja


(a) Ganja Basah (b) Ganja Kering

Istilah Penyalahgunaan &


Ketergantungan

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan


salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara
berkala atau teratur diluar indikasi medis,sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan
gangguan fungsi sosial.

Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana


telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis,
sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang
makin bertambah (toleransi), apabila
pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan
timbul gejala putus zat (withdrawal symptom).

Tingkat Pemakaian

Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu


pemakaian yang tujuannya ingin mencoba,untuk
memenuhi rasa ingin tahu.

Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) :


yaitu pemakaian dengan tujuan bersenangsenang,pada saat rekreasi atau santai.

Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu


pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu
seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaaqn, dan
sebagainnya.

Penyalahgunaan (abuse): yaitu pemakaian sebagai


suatu pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis
(menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang
hari, tak mapu mengurangi atau menghentikan,
berusaha berulang kali mengendalikan, terus
menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh.

Ketergantungan (dependence use) : yaitu telah terjadi


toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian
dihentikan atau dikurangi dosisnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Ganja adalah tumbuhan budidaya


penghasil serat, namun lebih dikenal
karena kandungan zat narkotika pada
bijinya, tetrahidrokanabinol (THC, tetrahydro-cannabinol) yang dapat membuat
pemakainya mengalami euforia (rasa
senang yang berkepanjangan tanpa
sebab).

Tanaman ganja berada dalam famili Cannabaceae.


Genus Cannabis (ganja) memiliki 15 jenis spesies lain di
Indonesia, seperti:

Cannabis intersita,
Cannabis altissima,
Cannabis ericana,
Cannabis chinensis,
Cannabis arratica,
Cannabis foetens,
Cannabis frondosa,

Cannabis generalis,
Cannabis gigantea,
Cannabis jamaicensis,
Cannabis kafiristanica,
Cannabis lupulus,
Cannabis macrosperma
Cannabis ruderalis.

Sementara diluar negeri, masih ada 13 jenis ganja lainnya. Cannabis


Sativa adalah jenis ganja yang banyak beredar dalam pasar gelap di
Indonesia, selain Cannabis altissima dan Cannabis chinensi.

Kandungan dalam Ganja

Zat yang terdapat dalam ganja adalah Tetrahydrocannabinol


(THC)
THC ( Delta 9 tetrahydrocannibinol ) adalah salah satu dari 400
bahan kimia yang ditemukan di dalam ganja, di mana THC-lah
yang menyebabkan pengaruh yang mengubah suasana hati.
Jenis cannabis indica mengandung THC paling banyak, yang
ke dua adalah jenis cannabis sativa, dan jenis cannabis
ruderalis mengandung THC paling sedikit
THC sendiri adalah zat psikoaktif yang berefek halusinasi dan
ini terdapat dalam keseluruhan pada bagian tanaman ganja,
seperti pada daunnya, ranting ataupun bijinya.

Efek Ganja

Reaksi yang paling umum perasaan teler dan


melayang. reaksi lain seperti: paranoid (ketakutan
yang berlebihan dan tidak rasional), muntahmuntah, kehilangan koordinasi, kebingungan,
nafsu makan meningkat, mata merah, halusinasi.

terdapat pengaruh yang lebih berat apabila ganja di


gunakan secara teratur dalam jangka panjang
resiko tinggi bronkhitis, kanker paru-paru dan penyakit

pernafasan
kehilangan minat dan semangat untuk melakukan
kegiatan, kehilangan tenaga dan kebosanan,
kerusakan memori jangka pendek, daya pikir logikal dan
koordinasi gerakan badan
dorongan seks menurun, jumlah sperma berkurang
(pada pria), siklus menstruasi tidak teratur (pada wanita)
gejala gangguan kejiwaan yang berat, kerusakan sistem
kekebalan tubuh, addiction.

Ganja biasa disalahgunakan untuk tujuan relaksasi.

Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, si pemakai


cenderung merasa lebih santai,rasa gembira berlebih
(euforia), sering berfantasi, aktif berkomunikasi, selera
makan tinggi, sensitif, disusul dengan rasa kantuk dan tidur
kering pada mulut dan tenggorokan, konjungtiva merah dan
pupil melebar.

Ganja juga digunakan untuk tujuan terapi. Efek medis


yang potensial adalah sebagai analgetik, antikonvulsan,
dan hipnotik. Secara terapeutis, kadangkala zat ini
digunakan pada glaucoma atau sebagai zat analgetik
dan anti emetikum pada terapi dengan sitostatika guna
menghindarkan nausea dan muntah bila kurang efektif .

Efek psikisnya tergantung pada dosis, cara penggunaan,


pengalaman dari pemakai dan kepekaan individual.

Penyalahgunaan Ganja

Pada penyalahgunaan ganja dalam dosis rendah dan


sedang, dampaknya juga sama berbahayanya, seperti
mengalami hilaritas (berbuat gaduh), mengalami
oquacous euphoria (euphoria terbahak - bahak tanpa
henti), mengalami perubahan persepsi ruang dan
waktu, berkurangnya kemampuan koordinasi,
pertimbangan dan daya ingat, mengalami peningkatan
kepekaan visual dan pendengaran (tapi lebih ke arah
halusinasi), mengalami conjunctivitis (radang pada
saluran pernafasan), dan mengalami bronchitis (radang
pada paru paru).

Pada penyalahgunaan ganja dengan dosis tinggi, dampak


yang diakibatkan adalah seorang penyalahguna ganja

akan mengalami ilusi (khayalan), mengalami delusi


(terlalu menekankan pada keyakinan yang tidak nyata),
mengalami depresi (mental mengalami tekanan),
kebingungan, mengalami alienasi (keterasingan), dan
halusinasi (terkadang, juga disertai gejala psikotik seperti
rasa ketakutan dan agresifitas).

gangguan psikis akibat penyalahgunaan ganja


secara teratur dan berkepanjangan
menyebabkan : menurunnya kemampuan
berpikir, membaca, berbicara, berhitung, dan
bergaul, terganggunya fungsi psikomotor
(gerakan tubuh menjadi lamban),
kecenderungan menghindari kesulitan dan
menganggap ringan masalah, tidak
memikirkan masa depan, dan terjadinya
syndrom amotivasional (tidak memiliki
semangat juang)

Penghentian seseorang dg penyalahgunaan ganja


muncul gejala putus zat (withdrawal syndrome) seperti
insomnia (kesulitan tidur), mual, mialgia, cemas, gelisah,
mudah tersinggung, demam, berkeringat, nafsu makan
menurun, fotofobia (takut akan cahaya), depresi (bisa
berakibat si korban nekad melakukan aksi bunuh diri),
bingung, menguap, diare, kehilangan berat badan
(sebagai akibat dari menurunnya nafsu makan), dan
tremor (badan selalu gemetar).

Untuk merawat dan memulihkan


korban penyalahguna ganja,
dibutuhkan perawatan terapi dan
rehabilitasi secara terpadu

Faktor Individu

Cenderung membrontak dan menolak otoritas


Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas)
seperti depresi, cemas, psikotik, keperibadian dissosial.
Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang
berlaku
Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah
diri dan memiliki citra diri negative (low self-esteem)
Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
Mudah murung,pemalu, pendiam
Mudah merasa bosan dan jenuh

Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran


Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
Keinginan untuk mengikuti mode, karena dianggap sebagai
lambang keperkasaan dan kehidupan modern.
Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang
jantan
Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan
sehingga sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran
NAPZA dengan tegas
Kemampuan komunikasi rendah
Melarikan diri dari sesuatu (kebosanan, kegagalan,
kekecewaan, ketidakmampuan, kesepian dan kegetiran
hidup, malu dan lain-lain)
Putus sekolah
Kurang menghayati iman kepercayaannya

Faktor Lingkungan

Lingkungan Keluarga
Kominikasi orang tua-anak kurang baik/efektif
Hubungan dalam keluarga kurang

harmonis/disfungsi dalam keluarga


Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin
lagi
Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
Orang tua otoriter atau serba melarang
Orang tua yang serba membolehkan (permisif)

Lingkungan Sekolah
Sekolah yang kurang disiplin
Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual

NAPZA
Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa
untuk mengembangkan diri secara kreatif dan positif
Adanya murid pengguna NAPZA

Lingkungan Teman Sebaya


Berteman dengan penyalahguna
Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

Lingkungan masyarakat/sosial
Lemahnya penegakan hukum
Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang

mendukung

Faktor NAPZA

Mudahnya NAPZA didapat dimanamana dengan harga terjangkau


Banyaknya iklan minuman beralkohol
dan rokok yang menarik untuk dicoba
Khasiat farmakologik NAPZA yang
menenangkan, menghilangkan nyeri,
menidurkan, membuat
euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.

Cara Kerja Narkoba Mempengaruhi


Otak

Dalam sel otak terdapat bermacam-macam zat kimia


yang disebut neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja
pada sambungan sel saraf yang satu dengan sel saraf
lainnya (sinaps). Beberapa di antara neurotransmitter
itu mirip dengan beberapa jenis narkoba.

Semua zat psikoaktif (narkotika,


psikotropika dan bahan adiktif lain)
dapat mengubah perilaku, perasaan
dan pikiran seseorang melalui
pengaruhnya terhadap salah satu
atau beberapa neurotransmitter.
Neurotransmitter yang paling
berperan dalam terjadinya
ketergantungan adalah dopamin.

Bagian otak yang bertanggung jawab atas


kehidupan perasaan adalah sistem limbus.
Hipotalamus adalah bagian dari sistem limbus,
sebagai pusat kenikmatan. Jika narkoba masuk
ke dalam tubuh, dengan cara ditelan, dihirup,
atau disuntikkan, maka narkoba mengubah
susunan biokimiawi neurotransmitter pada sistem
limbus.

Karena ada asupan narkoba dari luar,


produksi dalam tubuh terhenti atau terganggu,
sehingga ia akan selalu membutuhkan
narkoba dari luar.Yang terjadi pada
ketergantungan adalah semacam
pembelajaran sel-sel otak pada pusat
kenikmatan. Jika mengonsumsi narkoba, otak
membaca tanggapan orang itu. Jika merasa
nyaman, otak mengeluarkan neurotransmitter
dopamin dan akan memberikan kesan
menyenangkan.

Jika memakai narkoba lagi, orang kembali


merasa nikmat seolah-olah kebutuhan
batinnya terpuaskan. Otak akan
merekamnya sebagai sesuatu yang harus
dicari sebagai prioritas sebab
menyenangkan. Akibatnya, otak membuat
program salah, seolah-olah orang itu
memerlukannya sebagai kebutuhan
pokok. Terjadi kecanduan atau
ketergantungan,.

Masa Depan Penyalahgunaan Ganja


Dalam perkembangannya potensi masalah
penyalahgunaan ganja saat sudah lebih berat
lagi daripada 30 tahun yang lalu (NIDA, 2002).
Kualitas ganja yang semakin tinggi merupakan
tantangan karena akan membawa perubahan
yang dalam berbagai hal.
Fakta di lapangan menunjukkan semakin
meningkatnya jumlah ganja dengan kandungan
THC yang semakin tinggi.
.

Sampel ganja di Kanada sebagaimana


dikutip World Drug Report (2006)
mencatat:
penurunan persentasi ganja dengan

kandungan THC kurang dari 5%


peningkatan persentasi ganja dengan
kandungan THC antara 10% sampai
dibawah 20% dari tahun 1989 2003,
ditemukan ganja dengan kandungan THC
20% ke atas mulai tahun 1999

Menurut World Drug Report (2006) ada


tiga alasan yang mengkhawatirkan
dampaknya terhadap kesehatan
masyarakat:
pertumbuhan dari periode kesehatan akut

(the growth of acute health episodes).


Kandungan THC yang tinggi tentunya
membawa konsekuensi yang berbeda
dengan pengguna ganja dengan THC yang
rendah.

pertumbuhan kebutuhan tempat rehabilitasi.

Peningkatan kadar THC akan berakibat


semakin banyaknya pengguna ganja yang
kemungkinan menjadi adiksi dan
ketergantungan yang pada akhirnya
memerlukan tempat untuk rehabilitasi.
terjadinya perubahan pemahaman tentang
dampak kesehatan dari konsumsi ganja.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai