Makalah Hipertiroid
Makalah Hipertiroid
HYPERTHYROID
Disusun oleh:
Dr. dr. Koernia Swa Oetomo, SpB.(K)Trauma. FINACS.,FICS
ILMU BEDAH
SMF BEDAH RSU HAJI SURABAYA
2015
KATA PENGANTAR
Penyusun memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis menyelesaikan Makalah yang berjudul
Hyperthyroid.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID ........................... 2
2.1 Anatomi Tiroid ................................................................................... 2
2.2 Fisiologi Kelenjar Tiroid .................................................................... 4
2.2.1 Pembentukan hormon tiroid ...................................................... 5
2.2.2 Pengaturan sekresi hormon tiroid .............................................. 6
2.2.3 Efek hormon tiroid pada mekanisme tubuh yang spesifik ........ 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGIS KELENJAR TIROID
Gambar 2.1 Kelenjar Tiroid dan Pembuluh Darahnya diambil dari Clinically
Oriented Anatomy Keith L Moore, Arthur F. 2006
dan
dibatasi oleh sel-sel epitel kuboid. Unsur utama koloid adalah glikoprotein
tiroglobulin besar yang mengandung hormon tiroid di dalamnya. Begitu hormon
yang disekresikan sudah masuk ke dalam folikel, hormon itu harus diabsorbsi
kembali melalui epitel folikel ke dalam darah sebelum dapat berfungsi dalam
tubuh (Arthur C.Guyton, 2006).
Gambar 2.3 Gambaran mikroskopik kelenjar tiroid diambil dari Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran edisi ke 11. Guyton, AC dan Hall JE. 2006
2.2.1 Pembentukan hormon tiroid
Untuk membentuk tiroksin dalam jumlah normal, dibutuhkan kira-kira 50
mg/tahun atau 1mg/minggu yodium yang ditelan dalam bentuk iodida. Iodida
yang tertelan per oral akan diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam darah, 1/5
bagian dipindahkan dari sirkulasi ke kelenjar tiroid untuk mensintesis hormon
tiroid dan 4/5 nya dikeluarkan oleh ginjal (Arthur C.Guyton, 2006).
Iodida yang dibawa ke kelenjar tiroid masuk ke folikel kelenjar tiroid
melalui pompa membran basal sel (iodida trapping). Pompa iodida ini akan
memekatkan iodida 30x dari konsentrasi di dalam darah. Tahap berikutnya, ion
iodida berubah menjadi bentuk yodium yang teroksidasi kemudian berikatan
dengan asam amino tirosin (merupakan sisa bagian dari molekul tiroglobulin
yang disintesis oleh retikulum endoplasma dan alat golgi). Proses oksidasi
yodium ini ditingkatkan oleh enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase serta
berasosiasi dengan enzim iodinase. Tirosin mula-mula di iodisasi menjadi
monoiodotirosin dan selanjutnya menjadi diiodotirosin. Kemudian selama
beberapa menit, jam bahkan hari makin banyak diiodotirosin yang bergandengan
(coupling). Hasil penggandengan ini adalah terbentuknya tiroksin atau terbentuk
penggandengan satu molekul monoiodotirosin dengan satu molekul diiodotirosin
sehingga terbentuk triiodotironin (Arthur C.Guyton, 2006).
2.5 Gambar regulasi sekresi hormon tiroid diambil dari Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran edisi ke 11. Guyton, AC dan Hall JE. 2006
2.6 Gambar regulasi sekresi hormon tiroid dengan skema sederhana diambil
dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi ke 11. Guyton, AC dan Hall JE.
2006
Meningkatkan pernapasan
BAB III
HIPERTIROID
3.1 Definisi
Hipertiroid adalah pengingkatan yang berlebihan dari fungsi kelenjar
tiroid. Sindroma klinis yang disebabkan oleh hipertiroid adalah peningkatan
hormon tiroid di dalam sirkulasi, yang disebut sebagai tirotoksikosis (Andreoli,
2006).
3.2 Etiologi
a. Hipertiroid primer:
Graves' disease
Toxic adenoma
Struma ovarii
Subacute thyroiditis
Silent thyroiditis
c. Hipertiroid sekunder
Gestational thyrotoxicosisa
Umum
Jantung
Dispneu, Takipneu
Gastrointestinal
Genitourinaria
Muskuler
Lelah otot
Kulit
10
respon
11
12
13
sympathetic trunk paralysis juga dapat terjadi. Pengobatan terdiri dari antibiotik
dan drainase abses (Geeta, 2010).
2. Subakut tiroiditis
Subakut tiroiditis adalah inflamasi akut pada kelenjar tiroid yang
mengalami infeksi sekunder oleh virus. Ditandai dengan manifestasi klinis berupa
nyeri, demam pada leher depan. pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya
peningkatan serum T4 dan penurunan serumTSH dan ambilan radioactive iodin.
Terapi yang dapat diberikan adalah NSAID.
3. Tiroiditis kronis
a. Hashimotos tiroiditis
Hashimotos tiroiditis merupakan keradangan kelenjar tiroid yang
paling sering terjadi. Dikarakteristikan dengan pembesaran kelenjar
tiroid yang disertai atau tidak disertai rasa nyeri. Hashimotos tiroiditis
merupakan penyakit autoimun. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan
peningkatan
titer
antimikrosomal
dan
antibodi
14
15
b. Follicular adenocarcinoma
Jumlahnya sebanyak 10% dari tumor ganas tiroid. Bentuknya seperti
papila, berwarna merah, dan biasanya pada palpasi teraba lunak.
Follicular adenocarcinoma tidak berkapsul, secara mikroskopik sulit
dibedakan dengan sel kelenjar tiroid. Metastase melalui aliran limfe
sebanyak 7% dan sebagian besar melalui hematogen ke paru, otot, dan
jarang k liver.
carcinoma
berasal
dari
multimobranchial
bodies
16
17
18
GEJALA
PREVALENSI(%)
Nervousness
99
Keringat berlebihan
91
89
Palpitasi
89
kelelahan
88
85
Tachycardia
82
Dyspnea
75
kelemahan
70
65
54
bengkak)
Pembengkakan kaki
35
Diarrhea
23
Anorexia
Tachycardia
100
Goiter
100
Perubahan kulit
97
Tremor
97
71
Atrial fibrillation
10
10
Splenomegaly
Gynecomastia
10
Liver palms
19
Penderita dengan hipertiroid dapat jatuh pada keadaan tiroid krisis atau
tiroid strom yaitu komplikasi hipertiroid yang mengancam hidup yang
kejadiannya dapat dipercepat oleh tindakan pembedahan, terapi iodin radioaktif,
atau stres yang berat (contohnya: diabetes melitus tidak terkontrol, infark
myocard, infeksi akut). Penderita dapat mengalami demam, flushing, berkeringat,
takikardi yang jelas, atrial fibrilasi, dan gagal jantung. Sering terjadi kondisi
pasien sangat bergejolak, tidak bisa tenang, delirium bahkan hingga koma.
Manifestasi saluran cerna dapat meliputi nausea, muntah, dan diare. Dan tanda
membedakan dari tiroid strom adalah pasien mengalami hiperpireksia (Andreoli,
2007).
3.4 Penegakan diagnosa
3.4.1 Anamnesa
Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa berupa
benjolan di leher yang sudah berlangsung lama, maupun gejala-gejala hipertiroid
atau hipotiroidnya. Jika pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher, maka harus
digali lebih jauh apakah pembesaran terjadi sangat progresif atau lamban, disertai
dengan gangguan menelan, gangguan bernafas dan perubahan suara. Setelah itu
baru ditanyakan ada tidaknya gejala-gejala hiper dan hipofungsi dari kelenjer
tiroid. Perlu juga ditanyakan tempat tinggal pasien dan asupan garamnya untuk
mengetahui apakah ada kecendrungan ke arah struma endemik. Sebaliknya jika
pasien datang dengan keluhan ke arah gejala-gejala hiper maupun hipofungsi dari
tiroid, harus digali lebih jauh ke arah hiper atau hipo dan ada tidaknya benjolan di
leher (Rebecca, 2011).
3.4.2 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik status lokalis pada regio coli anterior, yang paling
pertama dilakukan adalah inspeksi, dilihat apakah pembesaran simetris atau tidak,
timbul tanda-tanda gangguan pernapasan atau tidak, ikut bergerak saat menelan
atau tidak. Apakah disertai gejala pada mata, seperti(Rebecca, 2011):
20
21
yang menunjukkan serum TSH gagal meningkat dalam merespon pemberian TRH
pada penderita (Gerad, 2006).
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan antara lain:
a. Serum Thyroid-Stimulating Hormone (Normal 0.5-5 U / mL)
Tes untuk serum TSH didasarkan pada prinsip antibodi monoklonal TSH
terikat pada matriks padat dan mengikat serum TSH. Sebuah antibodi monoklonal
kedua terikat pada epitop terpisah pada TSH dan dilabeli dengan radioisotop,
enzim, atau tag fluorescent. Oleh karena itu, jumlah serum TSH sebanding dengan
jumlah antibodi sekunder yang terikat (Immunometric assay). Serum TSH
mencerminkan kemampuan hipofisis anterior untuk mendeteksi kadar T4 bebas.
Ada hubungan terbalik antara kadar T4 bebas dan logaritma dari konsentrasi TSH;
sebuah perubahan kecil dalam kadar T4 bebas menyebabkan perubahan besar
kadar TSH. Pemeriksaan TSH yang ultrasensitif telah menjadi tes yang paling
sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis hiper-dan hipotiroidisme dan
mengoptimalkan terapi T4 (Geeta, 2010).
b. Jumlah T4 Total (Referensi Rentang 55-150 nmol / L) dan T3 (Referensi Rentang
1,5-3,5 nmol / L)
Jumlah tingkat T4 dan T3 diukur dengan radioimmunoassay dan
mengukur baik komponen bebas dan terikat hormon. Kadar T4 total
mencerminkan output dari kelenjar tiroid, dimana kadar T3 dalam kelenjar tiroid
yang tidak terstimulasi lebih mencerminkan metabolisme hormon tiroid di perifer,
dan, oleh karena itu, umumnya tidak cocok sebagai tes skrining umum. Jumlah
kadar T4 meningkat tidak hanya pada pasien hipertiroid, tetapi juga pada mereka
dengan Tg yang meningkat secara sekunder akibat kehamilan, penggunaan
estrogen / progesteron, atau penyakit bawaan. Demikian pula, kadar total T4
menurun pada hipotiroidisme dan pada pasien dengan kadar Tg yang menurun
karena penggunaan anabolik steroid dan gangguan kehilangan protein seperti
sindrom nefrotik (Geeta, 2010).
Individu dengan gangguan ini seperti yang disebutkan mungkin eutiroid
jika kadar T4 bebas mereka normal. Pengukuran kadar total T3 adalah penting
dalam klinis pasien hipertiroid dengan tingkat T4 normal, yang mungkin memiliki
22
ini
berbasis
radioimmunoassay
dan
mereka
merupakan
pengukuran yang sensitif dan akurat dari hormon tiroid yang aktif secara biologis.
Kadar T4 bebas, tidak digunakan sebagai alat skrining rutin pada penyakit tiroid.
Penggunaan tes ini terbatas pada kasus-kasus awal hipertiroidisme di mana kadar
total T4 mungkin normal tetapi kadar T4 bebas meningkat. Pada pasien dengan
resistensi end-organ terhadap T4 (Sindrom Refetoff), kadar T4 meningkat, tetapi
kadar TSH biasanya normal. Kadar T3 bebas paling berguna dalam
mengkonfirmasi diagnosis hipertiroidisme awal, di mana kadar T4 bebas dan
kadar T3 bebas meningkat sebelum kadar T4 dan T3 total meningkat (Geeta,
2010).
d. Thyrotropin-Releasing Hormone
Tes ini berguna untuk mengevaluasi fungsi sekresi TSH pada hipofisis dan
dilakukan dengan pemberian 500 g TRH intravena dan kemudian mengukur kadar
TSH setelah 30 menit dan 60 menit. Dalam individu normal, kadar TSH harus
meningkat setidaknya 6 IU/mL dari baseline. Tes ini juga sebelumnya digunakan
untuk menilai pasien dengan hipertiroidisme tipe borderline, namun sebagian
besar telah digantikan oleh pemeriksaan TSH yang sensitif untuk tujuan ini
(Geeta, 2010).
e. Antibodi Tiroid
Antibodi tiroid meliputi anti-Tg, antimicrosomal, dan Thyroid-Stimulating
Immunoglobulin (TSI). Kadar antibodi Anti-Tg tidak menentukan fungsi tiroid,
melainkan menunjukkan gangguan lain yang mendasari, biasanya tiroiditis
autoimun. Sekitar 80% pasien dengan tiroiditis Hashimoto memiliki kadar
antibodi tiroid yang meningkat, namun kadar juga dapat meningkat pada pasien
dengan penyakit Graves, gondok multinodular, dan kadang-kadang, dengan
neoplasma tiroid (Geeta, 2010).
23
f. Serum Thyroglobulin
Tg hanya dibuat oleh jaringan tiroid normal atau abnormal. Biasanya tidak
dikeluarkan ke dalam sirkulasi dalam jumlah besar tetapi meningkat secara
dramatis dalam proses yang merusak kelenjar tiroid, seperti tiroiditis, atau kondisi
overaktif seperti penyakit Graves dan gondok multinodular tipe toksik. Kegunaan
kadar Tg yang paling penting adalah untuk memantau pasien dengan kanker tiroid
untuk menilai adanya kekambuhan, terutama setelah tiroidektomi total dan ablasi
RAI. Peningkatan Antibodi anti-Tg dapat mengganggu keakuratan kadar serum
Tg dan harus selalu diukur ketika menginterpretasikan kadar Tg (Geeta, 2010).
g. Serum Calcitonin (0-4 pg / mL Basal)
32-asam amino polipeptida ini disekresikan oleh sel-sel C dan berfungsi
untuk menurunkan kadar serum kalsium, meskipun pada manusia, hanya memiliki
sedikit efek fisiologis (Geeta, 2010).
Graves disease
Toxic adenoma
Multinodular goiter
Tiroiditis
24
25
Pengobatan Umum :
1) Istirahat.
Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin
meningkat. Penderita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan yang
melelahkan/mengganggu pikiran baik di rumah atau di tempat bekerja.
Dalam keadaan berat dianjurkan bed resttotal di Rumah Sakit (Gerard,
2006).
2) Diet.
Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini
antara lain karena: terjadinya peningkatan metabolisme, keseimbangan
nitrogen yang negatif dan keseimbangan kalsium yang negatif (Gerard,
2006).
3) Obat penenang.
Mengingat pada PG sering terjadi kegelisahan, maka obat penenang
dapat diberikan. Di samping itu perlu juga pemberian psikoterapi
(Gerard, 2006).
4) Obat antitiroid
Prinsip pengobatan hipertiroid yang digunakan USA hingga saat ini adalah
pemberian propylthiouracil 300-1000mg/hari dan methimazole 30100mg/hari. Agent ini mengikat iodin dan mengahambat penggabungan
ioditirosin pada kelenjar tiroid. Efek samping yang mungkin timbul, antara
lain: demam, rash, agranulositosis, dan nyeri tenggorokan (Gerard, 2006).
a. Radioiodin
Radioiodin dapat diberikan secara aman pada penderita yang telah
mendapatkan pengobatan dengan obat antitiroid dan berada pada keadaan
eutiroid. Indikasi pemberian terapi ini adalah untuk penderita usia diatas 40
26
tahun atau beresiko buruk jika dilakukan pembedahan, dan untuk penderita
yang mengalami hipertiroid berulang. Kontraindikasi pada ibu hamil dan
anak-anak (Gerard, 2006).
b. Pembedahan
1. Indikasi
2. Persiapan pembedahan
Resiko prosedur tiroidektomi adalah minimal, karena prosedur ini
di awali dengan pemberian obat antitiroid. Penderita yang sudah berada
pada kondisi eutiroid karena pemberian pengobatan antitiroid baru dapat
menjalani prosedur tiroidektomi(Gerard, 2006).
3. Prosedur pembedahan
Setelah penderita dilakukan intubasi endotrakeal, penderita
dilakukan ekstensi pada leher, dengan cara meletakkan bantal pada bahu,
dan kepala dipertahankan posisinya memakai bantal berbentuk donat,
untuk mencegah terjadinya bendungan vena, maka meja operasi
diposisikan head up 300.
27
28
akan
29
30
hipertiroid
dengan
mengeliminasi
hipertiroid
dan
subtotal
goiter.
Sesuai
tiroidektomi
dengan
protapnya
diambil
31
BAB IV
KESIMPULAN
Hipertiroid adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan
hormon tiroid dalam darah akibat peningkatan sintesis dan sekresi oleh kelenjar
tiroid . Sangat penting untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
teliti dan cermat untuk mengetahui ada tidaknya tanda-tanda toksisitas yang
disebabkan oleh perubahan kadar hormon tiroid dalam tubuh.
Selanjutnya adalah menentukan pemeriksaan penunjang yang tepat untuk
menentukan diagnosis pasti dari jenis hipertiroid yang ada. Dengan menegakkan
diagnosis pasti maka kita dapat menentukan tatalaksana yang tepat bagi
hipertiroid yang dialami oleh pasien. Apakah memerlukan tindakan pembedahan,
atau cukup diberi pengobatan dalam jangka waktu tertentu.
32
DAFTAR PUSTAKA
33