Anda di halaman 1dari 17

Laporan Akhir

Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

BAB 2
KONDISI UMUM WILAYAH METROPOLITAN
BANDUNG RAYA

2.1

Kondisi Saat Ini

2.1.1

Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama


Pembangunan

daerah

bidang

sosial

budaya

dan

kehidupan

beragama berkaitan dengan kualitas manusia dan masyarakat Jawa Barat.


Kondisi

tersebut

tercermin

pada

kuantitas

penduduk

dan

kualitas

penduduk seperti pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan,


pemuda, olah raga, seni budaya, dan keagamaan.
Upaya

pengendalian

laju

pertumbuhan

penduduk,

baik

laju

pertumbuhan penduduk alami maupun migrasi masuk, dilakukan secara


terus menerus. Jumlah penduduk Wilayah Metropolitan Bandung Raya
pada tahun 2013 mencapai 7.765.294 jiwa atau 17,12% dari total
penduduk

Jawa

Barat. Laju Pertumbuhan Penduduk

(LPP)

Wilayah

Metropilitan Bandung Raya yang masih tinggi dipicu oleh tingginya angka
kelahiran dan migrasi masuk Metropolitan Bandung Raya.
Pembangunan kualitas hidup manusia Metropolitan Bandung Raya
tetap menjadi prioritas pembangunan daerah. Perkembangan kualitas
sumber daya manusia (SDM) Metropilitan Bandung Raya menunjukkan
perkembangan

yang

semakin

membaik.

Hal

tersebut

antara

lain

ditunjukkan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


sebesar 75,17 poin pada tahun 2011. Pencapaian tersebut merupakan
komposit dari Angka Melek Huruf (AMH) sebesar 98,84 %, Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) sebesar 9,48 tahun, Angka Harapan Hidup waktu lahir (AHH
e0) sebesar 70,62 tahun, serta paritas daya beli (purchasing power parity)
sebesar Rp. 638.452,- .
Pembangunan

bidang

pendidikan

telah

dilaksanakan

dengan

menitikberatkan pada upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana


prasarana
2- 1

pendidikan,

peningkatan

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

partisipasi

anak

usia

sekolah,

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

pengembangan

pendidikan

luar

sekolah,

pengembangan

sekolah

alternatif, serta peningkatan jumlah dan pemerataan distribusi tenaga


pendidik. Namun aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan masih
rendah,
angka putus sekolah masih cukup tinggi, kualitas dan relevansi serta tata
kelola pendidikan belum sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan daya
saing.
Peningkatan
pengembangan

akses
pelayanan

masyarakat
kesehatan

terhadap
berbasis

kesehatan
masyarakat

dan
terus

dilakukan. Namun demikian, peningkatan pada indikator kesehatan


masyarakat Metropolitan Bandung Raya tersebut capaiannya masih
berada di bawah rata-rata nasional. Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai
22.83 per seribu kelahiran hidup.
Kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap peningkatan peran
kaum perempuan di seluruh sektor dan aspek pembangunan telah
dilakukan. Namun upaya pengarusutamaan gender ini masih perlu lebih
diaktualisasikan di segala bidang. Pemberdayaan perempuan tercermin
dari Indeks Pemberdayaan Jender yang meliputi angka partisipasi
perempuan dalam parlemen, perempuan dalam posisi manajer, staf
teknis, dan tingkat partisipasi angkatan kerja.
Pembangunan pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya
manusia dan tulang punggung bangsa serta penerus cita-cita bangsa,
disiapkan dan dikembangkan kualitas kehidupannya, mulai dari tingkat
pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatannya. Jumlah
penduduk usia 15 s.d. 34 tahun di Metropolitan Bandung Raya adalah
3.932.308 jiwa atau 50,64% dari jumlah penduduk Metropolitan Bandung
Raya. Jawa Barat juga memiliki organisasi kepemudaan sebagai salah satu
elemen masyarakat yang potensial untuk menjadi generasi muda yang
lebih berkualitas dan mandiri.
Pembinaan terhadap olahragawan berprestasi tetap dipertahankan
karena Provinsi Jawa Barat memiliki peran yang strategis dalam kancah
prestasi olah raga nasional. Namun demikian Jawa Barat belum memiliki
2- 2

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

sarana olahraga terpadu dengan standar internasional untuk mendukung


proses pembinaan tersebut.
Pembangunan
melestarikan

dan

kebudayaan

di

Jawa

mengembangkan

Barat

kebudayaan

ditujukan

untuk

daerah

serta

mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah di tengah-tengah


semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya global.
Pembangunan seni dan budaya di Jawa Barat sudah mengalami kemajuan
yang ditandai dengan meningkatnya pemahanan terhadap nilai budaya
dan penggunaan bahasa daerah Sunda, Cirebon, Dermayu dan Melayu
Betawi sebagai
bahasa ibu masyarakat Jawa Barat. Namun, disisi lain upaya peningkatan
jati diri masyarakat Jawa Barat seperti solidaritas sosial, kekeluargaan,
penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa masih perlu terus
ditingkatkan. Budaya berperilaku positif seperti kerja keras, gotong
royong, kebersamaan dan kemandirian dirasakan makin memudar.
Kualitas

kehidupan

beragama

di

Metropolitan

Bandung

Raya

menunjukkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama


dalam

kehidupan

bermasyarakat.

Kondisi

tersebut

menciptakan

hubungan yang harmonis dan kondusif baik antara sesama pemeluk


agama maupun antarumat beragama. Namun masih dihadapi munculnya
ajaran-ajaran sesat yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah agama yang
mengganggu kehidupan beragama dan bermasyarakat.
2.1.2 Ekonomi
Pertumbuhan
menunjukkan

ekonomi

Jawa

kecenderungan

Barat

pasca

meningkat.

krisis

tahun

Peningkatan

1997

tersebut

dikontribusikan oleh tiga sektor utama yaitu sektor Industri Pengolahan,


sektor Perdagangan Hotel dan Restoran dan sektor Pertanian. Namun
demikian, pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan masih tingginya jumlah
penduduk miskin dan pengangguran.

2- 3

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Sektor industri merupakan komponen utama pembangunan daerah


yang mampu memberikan kontribusi ekonomi sebesar 27.48%. Hal
tersebut didukung oleh jumlah kawasan industri yang terbanyak di
Indonesia. Akan tetapi, daya saing industri di Jawa Barat masih rendah
yang disebabkan oleh tingginya ketergantungan pada bahan baku impor,
rendahnya kemampuan dalam pengembangan teknologi, rendahnya
kemampuan dan keterampilan sumber daya industri serta tingginya
pencemaran limbah industri.
Pengembangan
pengembangan sistem

perdagangan

di

Jawa

Barat

difokuskan

pada

distribusi barang dan peningkatan akses pasar

baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pengembangan sistem
distribusi diarahkan untuk memperlancar arus barang, memperkecil
disparitas antar daerah, mengurangi fluktuasi harga dan menjamin
ketersediaan barang kebutuhan yang cukup dan terjangkau oleh
masyarakat. Adapun peningkatan akses pasar baik dalam negeri maupun
luar negeri dilakukan melalui promosi produk Jawa Barat.
Metropolitan Bandung Raya memiliki potensi pariwisata yang sangat
beragam baik dari sisi produk wisata maupun pasar wisatawan, dengan
alam dan budaya yang dimiliki sebagai modal dasar pengembangan daya
tarik wisata. Peringkat sektor pariwisata secara nasional dilihat dari
jumlah kunjungan wisatawan berada pada posisi 3 setelah DKI Jakarta dan
Bali. Kendala yang masih dihadapi adalah belum tertatanya objek wisata
dan masih rendahnya kualitas infrastruktur pendukungnya.
Iklim

investasi

di

Metropolitan

Bandung

Raya

menunjukkan

perkembangan yang terus membaik. Posisi Jawa Barat yang strategis


menempatkan Metropolitan Bandung Raya menjadi tujuan utama untuk
investasi, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN). Namun demikian, pertumbuhan investasi belum
mampu meningkatkan keterkaitan dengan usaha ekonomi lokal dan
kesempatan kerja. Hal ini diakibatkan belum efisien dan efektifnya
birokrasi, belum adanya kepastian hukum dan kepastian berusaha dalam
bidang penanaman modal, masih rendahnya infrastruktur pendukung
2- 4

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

adalah merupakan kendala dalam upaya peningkatan investasi di Jawa


Barat.
2.1.3 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Metropolitan
Bandung Raya tidak bisa dilepaskan dari berkembangnya layanan
pendidikan.

Metropolitan

Bandung

Raya

merupakan

pusat

layanan

pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, di Jawa Barat. Perguruan tinggi


di Metropolitan Bandung Raya meliputi Perguruan Tinggi Negeri, antara
lain Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, dan Universitas
Indonesia, serta perguruan tinggi swasta dari berbagai jenis seperti
universitas, akademi, dan politeknik. Untuk lebih mengoptimalkan potensi
pendidikan tinggi, saat ini di Metropolitan Bandung Raya sedang
dikembangkan cluster-cluster Academic dan Research Center di Jatinangor
dan Cikalong Wetan.
Dengan demikian, keberadaan pendidikan tinggi dapat menjadi
penghela

kesejahteraan

melalui

peningkatan

fasilitas

dan

kualitas

pendidikan. Selain itu, dengan berkembangnya pendidikan tinggi di


Metropolitan Bandung Raya, maka
Ilmu pengetahuan dan teknologi akan berkembang pula sehingga dapat
berkontribusi bagi kemajuan wilayah Jawa Barat. Pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dapat menjadi penghela modernitas
melalui peningkatan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumberdaya. Hal
ini juga dapat menjadi penghela keberlanjutan melalui penciptaan
teknologi untuk penggunaan ruang yang efisien sehingga meningkatkan
peluang mewujudkan target 45% kawasan lindung di Jawa Barat.
2.1.4 Sarana dan Prasarana
A. Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi
kebutuhan rohani yang perlu disediakan, khususnya di lingkungan
perumahan
2- 5

yang

direncanakan

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

selain

sesuai

peraturan

yang

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

ditetapkan,

juga

sesuai

dengan

keputusan

masyarakat

yang

bersangkutan.
Tabel 2.1
Ketersediaan Sarana Peribadatan
Wilayah Metropolitan Bandung Raya Tahun 2014

Kabupaten/Kota

Mesj
id

Peribadatan
Langg
ar/
Gerej
Surau/
a
Musho
la
6.553
93
1.470
-

Kabupaten Bandung
5.085
Kabupaten Sumedang
948
Kabupaten Bandung
754
673
Barat
Kota Bandung
2.354
1.505
Kota Cimahi
3.402
1.569
Sumber : Jawa Barat dalam Angka, Tahun

Pura
1
1

36

392
41
2015

4
2

Sarana peribadatan di Wilayah Metropolitan Bandung Raya terdiri


sarana peribadatan mesjid, langgar, gereja, dan pura. Dengan
banyaknya unit mesjid 12.543 unit, langgar 11.770 unit, gereja 562
unit, dan pura 10 unit.
B. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di Wilayah Metropolitan Bandung


Raya sudah tergolong lengkap. Sarana yang tersedia diantaranya
Puskesmas keliling, Balai Pengobatan, dan Posyandu. Jumlah sarana
kesehatan yang ada di Wilayah Metropolitan Bandung Raya adalah
716 Puskesmas Keliling, 1128 Balai Pengobatan,

dan 5135 Posyandu. Berikut disajikan tabel jumlah sarana kesehatan


di Wilayah Metropolitan Bandung Raya.
Tabel 2.2
Ketersediaan Sarana Kesehatan
Wilayah Metropolitan Bandung Raya Tahun 2014
Kabupaten/Kota
Kabupaten Bandung
Kabupaten Sumedang
2- 6

Puskes
mas
Keliling
262
209

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Kesehatan
Balai
Posyan
Pengoba
du
tan
309
1.601
77
1.014

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Kabupaten/Kota

Puskes
mas
Keliling

Kesehatan
Balai
Posyan
Pengoba
du
tan

Kabupaten Bandung
33
41
1.157
Barat
Kota Bandung
149
653
1.079
Kota Cimahi
63
48
284
Sumber : Jawa Barat dalam Angka, Tahun 2015

C. Sarana Perdagangan dan Jasa

Fasilitas perdagangan selain berfungsi sebagai tempat pelayanan


atas barang yang di butuhkan oleh masyarakat, fasilitas ini juga
merupakan tempat terjadinya transaksi ekonomi antara pembeli
dan penjual.
Kegiatan perdagangan besar dan eceran merupakan kegiatan
penjualan tanpa perubahan teknis dari berbagai jenis barang, baik
penjualan secara grosir maupun eceran. Perdagangan merupakan
potensi terbesar dalam perekonomian Kota Bandung tahun 2014
(share terhadap PDRB). Hal ini ditopang oleh banyaknya potensi dan
aktivitas

perdagangan

yang

terjadi

di

Kota

Bandung,

baik

perdagangan yang dilakukan di pasar tradisional, pasar modern,


maupun yang dilakukan secara online.
Berdasarkan data dari Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian
Perdagangan Kota Bandung, terdapat 748 potensi pasar modern
pada tahun 2014. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 mengalami
penurunan. Hal ini terlihat pada berkurangnya jumlah pasar
minimarket dan sarana perdagangan lainnya. Namun demikian,
minimarket masih merupakan usaha terbanyak dari kegiatan pasar
modern tahun 2014, yaitu mencapai 75,67 persen dari total pasar
modern. Keberadaan pasar tradisional di Kota Bandung semakin
terdesak oleh keberadaan pasar modern. Namun demikian dari sisi
jumlah ruang dagang masih relatif tinggi. Berdasarkan data dari PD
Pasar Bermartabat pada tahun 2013 jumlah ruang dagang di pasar
tradisional mencapai 25.733 ruang da-gang, yang terdiri dari 18.003
kios dan 7.529 meja.

2- 7

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Pada tahun 2014 Pemerintah Kota Bandung melakukan revitalisasi


(pengaturan dan penataan pasar) terhadap pasar tradisonal yang
ada di Kota Bandung. fashion, desain, musik, dan kuliner. Sektor
industri kreatif memberikan kontribusi sebesar 11 persen untuk
ekonomi lokal.
D. Prasarana Air Bersih
1.Kota Bandung
Saat ini PDAM Kota Bandung baru mampu melayani 65% (1.579.932
jiwa)

dari

jumlah

penduduk

Kota

Bandung

2.374.198

jiwa,

sedangkan target nasional pelayanan air minum skala kota besar


sebesar 80%. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan
akan air bersih dari tahun ke tahun yang dikarenakan adanya
pertambahan, kemajuan teknologi serta peningkatan ekonomi
masyarakat, sementara debit air baku yang diolah PDAM hanya
sebesar 2.555 l/det besarnya relatif tetap. Bahkan air baku yang
bersumber dari air tanah dan mata air semakin menurun.
Wilayah pelayanan PDAM Kota Bandung dibagi atas 4 (empat)
wilayah pelayanan, yang mencakup:
1. Wilayah Barat, dengan jumlah sambungan 20.345 SL
2. Wilayah Utara, dengan jumlah sambungan 34.265 SL
3. Wilayah Timur, dengan jumlah sambungan 63.181 SL
4. Wilayah Tengah Selatan, dengan jumlah sambungan 29.432 SL.
2. Kota Cimahi
PDAM Tirta Raharja telah melayani semua kecamatan yang terdapat
di Kota Cimahi. Jumlah pelanggan PDAM Tirta Raharja di Kota Cimahi
adalah 14.408 SL yang tersebar di Kec. Cimahi Utara 2.759 SL, Kec.
Cimahi Tengah 6.426 SL dan Kec. Cimahi Selatan 4.159 SL dan SL
Non Cimahi 1.064 SL.

2- 8

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

3. Kabupaten Bandung
Di Kabupaten Bandung, yang telah memperoleh pelayanan air
minum PDAM Tirta Raharja adalah 12 kecamatan dari 31 kecamatan
yang ada di Kabupaten Bandung. Sistem pelayanan air minum di
Kabupaten Bandung terdiri dari 3 (tiga) cabang dan 4 (empat) unit.
Jumlah pelanggan PDAM Tirta Raharja di Kabupaten Bandung adalah
30.130 pelanggan dengan rincian sebagai berikut :
1. Cabang Soreang 11.925 SL dengan daerah pelayanan :
Soreang : 6.974 SL
Pangalengan : 2.947 SL
Banjaran : 1.842 SL
Ciwidey : 62 SL
2. Cabang Ciparay 7.746 SL dengan daerah pelayanan :
Ciparay : 4.629 SL
Baleendah : 1.827 SL
Pacet : 272 SL
Bojongsoang : 1.018 SL
3. Cabang Rancaekek 10.459 SL dengan daerah pelayanan :
Rancaekek : 4.616 SL
Cicalengka : 576 SL
Majalaya : 5.142 SL
Cileunyi : 125 SL
Permasalahan yang ada dalam sistem penyediaan air bersih di
Kabupaten Bandung adalah sebagian besar kota-kota yang telah
memiliki

sistem

pengolahan

belum

memanfaatkan

kapasitas

sumber air yang ada secara optimal. Jaringan distribusi belum


menjangkau

ke

seluruh

wilayah

kota

dan

masih

tingginya

persentase tingkat kebocoran air. Sumber daya air untuk kebutuhan


air bersih di Kabupaten Bandung sebenarnya sangat potensial, yang
terdiri dari air permukaan dan air tanah dalam. Potensi sumber air
permukaan yang berasal dari curah hujan yang tinggi di Kabupaten
Bandung, secara kuantitas masih lebih besar dibandingkan jumlah
kebutuhan air bersih pada saat ini dan proyeksi mendatang. Akan
2- 9

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

tetapi belum dimanfaatkan secara optimal oleh karena distribusi,


ruang, waktu serta kualitas tidak sesuai dengan kebutuhan.
4. Kabupaten Bandung Barat
PDAM Tirta Raharja telah melayani 6 (enam) kecamatan dari total
15 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Jumlah penduduk di
wilayah

pelayanan

adalah

717.436

jiwa,

sehingga

cakupan

pelayanan PDAM Tirta Raharja terhadap total jumlah penduduk


Kabupaten Bandung Barat (1.558.639 jiwa) adalah sebesar 46%.
Jumlah pelanggan PDAM Tirta Raharja di Kabupaten Bandung Barat
adalah 8.508 SL. Sistem pelayanan PDAM terdiri dari 2 (dua) cabang
dan 1 (satu) unit dengan rincian sebagai berikut :
1. Cabang Lembang 4.904 SL dengan daerah pelayanan :
Lembang : 2.080 SL
Cisarua : 2.824 SL
2. Cabang Padalarang
Padalarang : 1.849 SL
Batujajar : 695 SL
Cilin : 766 SL
Cikalong Wetan : 294 SL
5. Kabupaten Sumedang
Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Sumedang dilayani oleh
PDAM Tirta Medal yang melayani 16 kecamatan dari 26 total
kecamatan

yang

terdapat

di

Kabupaten

Sumedang.

Jumlah

penduduk yang berada dalam wilayah pelayanan adalah 452.365


jiwa, sehingga cakupan pelayanan PDAM jika dibandingkan dengan
total jumlah penduduk wilayah administrasi adalah 40%. Sedangkan
jumlah penduduk yang memperoleh pelayanan PDAM Tirta Medal
adalah sebanyak 88.757 jiwa dengan jumlah sambungan langganan
adalah 25.505 SL. Dan jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
pada daerah pelayanan PDAM, maka tingkat pelayanan PDAM Tirta
Medal baru mencapai 19.6%.

2- 10

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

E. Penyediaan Listrik
Beban puncak sistem kelistrikan di provinsi Jawa Barat saat ini
sekitar 5.000 MW. Beban dipasok oleh pembangkit yang berada di
grid 150 kV dan juga dipasok oleh GITET 500kV, dengan jumlah
pasokan sebesar 5.400 MW. Sebanyak 400 MW dikirim ke sistem
Jakarta dan Jateng.
Pembangkit yang berada di grid 150 kV di Jawa Barat adalah PLTP
(Kamojang, Darajat Wayang Windu, Salak), PLTA (Ubrug, Kracak,
Cikalong, Jatiluhur, Plengan, Bengkok) dan PLTG Sunyaragi dengan
kapasitas 1.400 MW.
Pasokan dari grid 500 kV adalah melalui 5 GITET, yaitu Bandung
Selatan, Cibatu, Cirata,Tasik dan Mandirancan dengan kapasitas
5.000 MVA. Peta sistem kelistrikan Jawa Barat ditunjukkan pada
gambar berikut:
Kelistrikan Provinsi Jawa Barat terdiri atas 6 sub-sistem yaitu:

GITET Bandung Selatan memasok Kab/Kota Bandung dan Kota


Cimahi.

GITET Cirata dan PLTA Jatiluhur memasok Kab. Purwakarta, Kab.


Subang dan Kab. Bandung Barat.

GITET Tasikmalaya dan PLTP Kamojang, Darajat dan Wayang


Windu memasok Kab. Tasikmalaya, Kab. Garut, Kab. Sumedang,
Kab. Banjar dan Kab. Ciamis.

GITET Mandirancan dan PLTG Sunyaragi memasok Kab. Cirebon,


Kab. Kuningan dan Kab. Indramayu.

GITET Cibatu memasok Tambun Cikarang dan Kab. Karawang,


Kab.Bekasi.

PLTP Salak memasok Kab. Bogor , Kab. Cianjur dan Kab


Sukabumi.

2- 11

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

F. Dukungan Jaringan Drainase


Berikut ini adalah kondisi eksisting infrastruktur drainase dalam
laporan akhir Renstra Infrastruktur Kawasan Perkotaan Cekungan
Bandung oleh Dinas Tata Ruang dan Pemukiman dan Rencana
Struktur Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung 2025
oleh BAPEDA Propinsi Jawa Barat. Kondisi sistem drainase di
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung sangat bervariasi dan
sebagian besarnya masih memanfaatkan sungai yang melintasi
permukiman. Kondisi sistem drainase di Kawasan

Perkotaan

Metropolitan

Bandung

Raya

sangat

bervariasi

dan

sebagian besarnya masih memanfaatkan sungai yang melintasi


permukiman.
Di Kota Soreang sistem drainase umumnya mengikuti pola
jaringan jalan, dimana arah aliran dari sebelah barat menuju
timur mengikuti kemiringan lahan.
Kota Majalaya mempunyai tiga jenis saluran yaitu saluran primer,
sekunder dan tersier. Drainase primer berupa sungai-sungai yang
ada di sekitar kota dengan kondisi sedang. Sedangkan drainase
sekunder dan tersier berupa saluran di sepanjang jalan.
Sistem drainase yang ada di Kota Rancaekek secara keseluruhan
masih didominasi oleh saluran tanah.
Prasarana drainase di Kabupaten Sumedang, yaitu Kecamatan
Jatinangor, Tanjungsari, dan Cimanggung dirasakan masih kurang.
Saluran drainase hanya terdapat di Kecamatan Tanjungsari dan
Jatinangor, sedangkan Kecamatan Cimanggung belum ada sama
sekali.
Sistem drainase makro di Kota Bandung umumnya memanfaatkan
beberapa sungai besar dengan aliran dari utara ke selatan yaitu
Sungai Cikapundung dan aliran dari selatan ke utara yaitu Sungai
Citarum. Sungai tersebut selain digunakan sebagai saluran induk

2- 12

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

dalam pengaliran air hujan, juga digunakan untuk keperluan MCK


oleh sebagian kecil penduduk.
Debit banjir yang tinggi yang terjadi di beberapa daerah
menyebabkan

banjir

di

beberapa

tempat.

Secara

umum

permasalahan sistem drainase adalah akibat saluran drainase


tidak optimal karena belum terbangun (terutama di Kab. Bandung
dan wilayah Kab.Sumedang) atau kurang terawat. Hal-hal berikut
melatarbelakangi permasalahan drainase.
Operasi

dan

pemeliharaan

yang

kurang

memadai

yang

disebabkan kurangnya frekuensi pemeliharanaan, sumber daya


manusua

dan

dana.

Akibatnya

sistem

drainase

terganggu

kinerjanya karena saluran yang mampet sehingga menyebabkan


limpasan ke jalan.

Tata

guna

lahan

di

daerah

sempadan

meningkatkan

laju

sedimentasi saluran drainase dan mengurangi kapasitas alirnya


akibat banyaknya sampah yang dibuang ke saluran drainase, baik
primer, sekunder maupun tersier, sehingga terjadi penyumbatanpenyumbatan

dan

gangguan

kesehatan

bagi

masyarakat

sekitanya. Tata guna lahan yang tidak sesuai di daerah resapan


mengurangi

resapan

air

yang

masuk

ke

dalam

tanah.

Pembuangan air kotor langsung, yang menyebabkan sedimentasi


penyumbatan,serta penurunan kesehatan lingkungan.
Tekanan

pembangunan

yang

meningkat,

mengakibatkan

langkanya ketersediaan lahan untuk saluran drainase mikro dan


penyempitan badan air penerima yang akhirnya mengakibatkan
kenaikan

frekuensi

dan

memperluas

daerah

genangan

air.

Kapasitas yang tidak mencukupi dan saluran yang rusak sering


mengakibatkan banjir lokal.

2- 13

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

G. Pengelolaaan Air Limbah


Instalasi pengolahan yang terdapat di Metropolitan Bandung saat ini
adalah IPAL Bojongsoang dan IPLT Cibeet. IPAL Bojongsoang
dirancang untuk melayani catchment Kota Bandung timur dan
Antapani. Instalasi ini terletak di Kecamatan Bojongsoang Desa
Bojongsari Kabupaten Bandung dengan luas 48 ha dan terdiri dari
kolam anaerobic, kolam fakultatif, dan kolam maturasi dengan
rancangan kapasitas setara 540.000 jiwa.
Kapasitas IPAL ini adalah 80.835 m2/hari, yang melayani buangan
Kota Bandung, sedangkan IPLT Cibeet dengan kapasitas 25 m2/hari
hanya melayani sebagian Kabupaten Bandung.
a) Kota Bandung
Pelayanan air limbah di Kota Bandung merupakan pelayanan air
limbah terbaik diKawasan Perkotaan Cekungan Bandung, ditinjau
dari luas cakupan pelayanan dan sarana serta prasarana yang
tersedia. Pada saat ini, areal pelayanan air kotor PDAM Kota
Bandung dibagi menjadi empat wilayah yang meliputi saluran
perpipaan wilayah :
Wilayah Bandung Utara dilayani melalui sewer existing (saluran
lama).
Wilayah Bandung Timur dilayani melalui saluran perpipaan dan
dialirkan menuju instalasi Bojongsoang.
Wilayah Bandung Barat dilayani melalui saluran perpipaan
dialirkan ke Sungai Citepus,

tetapi belum diolah pada instalasi

pengolahan.

Wilayah

Bandung

Tengah-Selatan

dilayani

melalui

saluran

perpipaan dan dialirkan melalui instalasi Bojongsoang.


Selain melalui sistem perpipaan air kotor, pelayanan PDAM juga
meliputi penyedotan septik tank di seluruh wilayah Kota Bandung,
terutama untuk wilayah-wilayah yang belum dilayani oleh sistem
perpipaan air kotor.
b) Kota Cimahi

2- 14

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

Sistem pelayanan air limbah Kota Cimahi belum menggunakan


sistem perpipaan sama sekali untuk daerah pelayanan Kota Cimahi.
c) Kabupaten Sumedang
Di wilayah Kabupaten Sumedang sistem pelayanan air limbahnya
sama sekali belum dilayani oleh sistem perpipaan, baik itu untuk
limbah domestik rumah tangga, perkantoran, sarana sosial dan
sebagainya. Limbah tinja dibuang atau diolah dengan menggunakan
tangki septik atau cubluk. Jumlah keluarga yang memiliki prasarana
air limbah ini masih sangat rendah, sedangkan sebagian besar
masyarakat

masih

menggunakan

MCK

umum.

Yang

harus

diperhatikan
dalam permasalahan air limbah adalah beban pencemaran air
limbah yang ditimbulkan oleh sektor industri dan domestik.
Rendahnya jangkauan pelayanan dan tingkat ekonomi masyarakat
menyebabkan beban pencemaran yang tinggi terhadap badan air
permukaan karena tidak tersedianya fasilitas sanitasi yang baik,
seperti MCK dan septik tank Air limbah domestik pada suatu daerah
dapat diprediksikan sebesar 70% dari kebutuhan air bersihnya.
Asumsi inilah yang digunakan sebagai dasar dalam penghitungan
proyeksi produksi air limbah domestik Kawasan Perkotaan Cekungan
Bandung.
H. Pengelolaan Persampahan
Sampah adalah limbah yang bersifat padat dan terdiri dari zat
organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dalam
kegiatan keseharian manusia (SKSNI Dept. PU,1990). Besar kecilnya
timbulan sampah perkapita sangat ditentukan oleh berbagai macam
faktor yang diantaranya adalah tingkat ekonomi dan pola konsumsi
masyarakat.
Pengelolaan
Bandung

sampah

umumnya

akhir
secara

di

Kawasan
eksisting

Perkotaan
menerapkan

Cekungan
metode

penimbunan akhir (Final Disposal) secara open dumping. Hal ini


mengakibatkan
2- 15

buruknya

kualitas

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

lingkungan

fisik-kimia

dan

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

sanitasi pada wilayah sekitar TPA, serta terbukti dapat menjadi


bencana

seperti

yang

terjadi

pada

eks

TPA

Leuwigajah.

Permasalahan pokok lainnya dalam pengelolaan sampah di Kawasan


Perkotaan Cekungan Bandung adalah rendahnya tingkat pelayanan
pada wilayah yang telah memiliki sistem pengangkutan, serta
rendahnya coverage pelayanan. Akibatnya, banyak sampah tidak
tertanggulangi

dan

menimbulkan

masalah

pada

saluran

drainase,sungai, serta menganggu keindahan kota. Dengan skenario


pelayanan seperti kondisi eksisting, tentu saja permasalahan yang
terjadi akan semakin kompleks. Oleh karena itu diperlukan adanya
perbaikan dalam pengelolaan sampah di Metropolitan Bandung
Raya.

Dalam

penanganan

persampahan

Wilayah

Metropolitan

Bandung Raya, adalah tidak bijaksana hanya mengandalkan TPA


sebagai tempat penimbunan sampah akhir. Diperlukan suatu upaya
nyata dalam mereduksi timbulan sampah yang diangkut ke TPA
serta yang diurug di TPA, melalui kegiatan reduksi di setiap tahap
pengelolaan sampah.
Tabel 2.3 Timbunan Sampah di Wilayah Metropolitan Bandung Raya
Kabupaten/Kota

Timbunan Sampah
Kota (m3/hari)
1.170,704
2.186,452
3.150,262

Terangkut ke TPA (m3/hari)

Kabupaten Bandung
Kabupaten Sumedang
Kabupaten Bandung
Barat
Kota Bandung
7982,186
Kota Cimahi
1.439,658
Sumber : Jawa Barat dalam Angka, Tahun 2015

2.859,357
358,878
947,822
5.132,502
1.079,744

2.1.5 Hukum
Pembangunan
mewujudkan

Bidang

harmonisasi

Hukum

produk

di

hukum

daerah
yang

diarahkan
dapat

untuk

mendukung

pelaksanaan otonomi daerah, penegakkan hukum dan hak asasi manusia.


Namun proses demokratisasi mendorong penggantian berbagai aturan
perundang-undangan di tingkat nasional yang pada
akhirnya berdampak terhadap daerah. Berbagai perundang-undangan
yang ditetapkan pemerintah pusat pada implementasinya mengalami
2- 16

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Laporan Akhir
Penyusunan Rencana Besar Pembangunan Wilayah Metropolitan Bandung Raya

berbagai kendala karena belum didukung oleh sistem hukum yang mapan,
aparatur hukum yang bersih serta prasarana dan sarana yang memadai.
Kondisi tersebut lebih lanjut menyebabkan penegakkan hukum yang
lemah dan perlindungan hukum dan HAM belum dapat diwujudkan.
Peraturan perundang-undangan yang baru, selain banyak yang saling
bertentangan

juga

pelaksanaannya.

tidak

Hal

segera

tersebut

ditindaklanjuti

mengakibatkan

dengan
daerah

peraturan
mengalami

kesulitan dalam menindaklanjuti dengan peraturan daerah dan dalam


implementasinya. Sampai dengan 2006 masih banyak peraturan daerah
yang belum dapat disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan
yang baru. Kondisi tersebut menghambat penyelenggaraan pemerintahan
di

daerah,

yang

dapat

berpengaruh

terhadap

pelayanan

kepada

masyarakat.
Dalam penegakkan HAM telah disusun Rencana Aksi Nasional Hak
Asasi

Manusia

(RAN-HAM)

yang

melibatkan

seluruh

stakeholders

pembangunan. Rencana aksi tersebut menjadi acuan semua pihak di


daerah dalam implementasi peraturan perundang-undangan mengenai
HAM, terutama lembaga pemerintah yang memiliki kewajiban untuk
memberikan perlindungan dan memenuhi hak asasi warga negara.

2- 17

PT. SAE CITRA ENDAH


JL. KARANG ASEM NO 2 ANTAPANI BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai